Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

SKLERITIS

Pembimbing :

Dr Nanik Sri Mulyani, Sp.M

Pingky Dewi Anggraeni

03014155
Anatomi dan
Fisiologi
Sklera
– Sklera merupakan berkas – berkas jaringan
fibrosa yang teranyam sejajar,
– tebalnya mencapai 10-16µm dan lebar 100-
140µm
– Episklera, stroma, lamina fuska dan
endotelium
SKLERITIS
Defenisi

Inflamasi yang mengenai sklera, dapat terlokalisasi,


berupa nodul atau difus.
Epidemiologi

– Usia dekade 5
– Laki : perempuan  1 : 1,6
– Tidak ada perbedaan ras
Patofisiologi

Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi sel T


dan makrofag  skleritis.
Penyakit imun sistemik dan
penyakit kolagen vaskular

Disregulasi dan kerusakan vaskular


granulomatosa

Inflamasi

Skleritis

Iskemik dan nekrosis

Penipisan dan perforasi bola mata


Klasifikasi

Anterior Posterior
Skleritis anterior

– Skleritis anterior difus


– Skleritis anterior nodular
– Skleritis anterior nekrosis dengan inflamasi
– Skleritis anterior nekrosis tanpa inflamasi
Diffuse anterior scleritis. a) Nodular Anterior Scleritis. Skleromalasia perforans
Ditandai dengan b) Penipisan dari sklera
peradangan yang meluas setelah resolusi dari
pada seluruh permukaan nodul
sklera.
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Penunjang
Anamnesis

 Mata merah
 Mata berair
 Rasa nyeri (tersering, indikator inflamasi aktif)
 Fotofobia
 Penurunan ketajaman penglihatan.
 Necrotizing anterior scleritis with inflammation
 mengeluhkan rasa nyeri yang hebat disertai tajam penglihatan
yang menurun, bahkan dapat terjadi kebutaan.

 Non-necrotizing scleritis
 Tajam penglihatan biasanya tidak akan terganggu, kecuali bila
terjadi komplikasi seperti uveitis.
 Riwayat penyakit dahulu :
– Penyakit vascular atau penyakit jaringan ikat.
– Penyakit infeksi
– Penyakit miscellaneous (atopi, gout, trauma kimia, rosasea)
– Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
– Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, dll
– Post pembedahan pada mata
Pemeriksaan Fisik

– Pemeriksaan tajam penglihatan


– Pemeriksaan Umum
– Pemeriksaan Sklera
– Pemeriksaan dengan Slit-lamp
Pemeriksaan Fisik dan Ofthalmologi

Pemeriksaan tajam penglihatan


– Visus normal atau menurun
– Gangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior

Pemeriksaan umum pada kulit, sendi, jantung, dan paru-paru dapat


dilakukan  apabila dicurigai adanya penyakit sistemik.
Pemeriksaan sclera
– Sklera tampak difus, merah kebiru-biruan
– Setelah beberapa peradangan, akan terlihat daerah penipisan sklera
– Area berwarna hitam, abu-abu, atau coklat yang dikelilingi oleh
peradangan aktif  menandakan proses nekrosis.
– Apabila proses berlanjut  area tersebut menjadi avaskuler
 menghasilkan sequester berwarna putih di tengah dan di
kelilingi oleh lingkaran berwarna hitam atau coklat gelap.
Pemeriksaan slit-lamp
– Untuk menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atau
segmental.
– Injeksi yang meluas  ciri khas dari diffuse anterior scleritis.
– Pada skleritis  kongesti maksimum terdapat dalam jaringan
episkleral bagian dalam dan beberapa pada jaringan episklera
superficial.
Pemeriksaan skleritis posterior
– Dapat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas pada palpasi dan
proptosis
– Pemeriksaan funduskopi  papiledema, lipatan koroid dan
perdarahan atau ablation retina
Scleritis necroticans Scleritis nodulair

Scleritis diffus Sclero malacia


Penebalan dan edema sklera dan injeksi yang meluas
Pelebaran pembuluh darah sklera yang tidak mengecil dengan
pemberian fenilefrin 2,5% topikal
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah


• Faktor rheumatoid dalam serum
• Antibodi antinuklear serum (ANA)
• Serum antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA)
• PPD (Purified protein derivative/mantoux test), rontgen toraks
• Serum FTA-ABS, VDRL
• Serum asam urat
• B-Scan Ultrasonography dapat membantu mendeteksi adanya skleritis
B-Scan Ultrasonography pada skleritis posterior menunjukkan adanya akumulasi cairan pada kapsul tenon
Diagnosis Banding
Episkleritis

– Reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara konjungtiva dan
permukaan sklera
– Episkleritis
– Unilateral > 60 %
– Penyebab tak diketahui
– Reaksi hiper sensitif
– Berhubungan dgn penjakit sistemis
– Artritis rematoid, sifilisd, tuberkulosa
– 2 Type : Simple & Noduler
– Merah, sakit, fotopobi , lunak, lakrimasi
– Topikal steroid efektif
Pembuluh darah episklera ini dapat mengecil bila diberi fenilefrin 2,5% topikal. Sedangkan pada
skleritis, melebarnya pembuluh darah sklera tidak dapat mengecil bila diberi fenilefrin 2,5%
topikal
Penatalaksanaan
– NSAID  Skleritis non nekrotikan
– flubiprofen 100 mg tiga kali sehari
– indometasin 25-50 mg 3 kali sehari.
Glukokortikoid sistemik

– Indikasi:
– penggunaan NSAID tidak efektif
– kasus skleritis nekrotikan anterior
– pada skleritis posterior.
– Dosis
– dimulai sebanyak 1 mg/kgBB perhari (maksimal 60 mg/hari) ,tapering off
– Terapi kejut secara IV, 1 g/hari selama 3 hari diikuti pemberian prednisone 60mg/hari
 gejala progresif
Komplikasi

– kehilangan peglihatan  necrotizing scleritis (82%).


– Uveitis anterior (42%)
– katarak (17%)
– glaukoma (13%)
Prognosis

– Skleritis nekrotikans memiliki prognosis yang kurang baik


dibandingkan jenis skleritis yang lain
– Prognosis skleritis tidak berhubungan dengan penyakit
sistemik seringkali lebih baik dibandingkan skleritis
disertai infeksi atau penyakit autoimun.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai