Anda di halaman 1dari 24

SKLERITIS

Berwarna putih
opaq, tidak
tembus cahaya

Menyusun 5/6
bagian posterior Menerima
mata, dengan rangsang dari n.
ketebalan 0.3-1 silisaris posterior
mm

Berakhir di
Sklera Tersusun atas
kanalis opticus jaringan ikat
dan berlanjut kolagen, fibrosa
jadi duramater dan proteoglikan

Tanpa
Pelindung
vaskularisasi,
komponen
menerima
intraokular,
rangsang dari
bersifat
vasa yg
viskoelastis
berdekatan
SKLERITIS
Skleritis adalah peradangan pada lapisan sklera yang ditandai dengan adanya infiltrasi

seluler, destruksi kolagen, dan remodelling vaskuler.

Skleritis biasanya terjadi bersama dengan penyakit sistemik, yaitu penyakit autoimun

(rheumatoid arthritis, SLE, dll), penyakit granulomatosa dan infeksi (TB, sifilis, herpes

zooster, dll), namun bisa juga terjadi secara idiopatik.

Terjadi bilateral

Wanita > pria

Timbul pada dekade ke 5 atau 6 kehidupan.


Etiologi
Patofisiologi

Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun

sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. Interaksi tersebut adalah bagian dari

sistem imun aktif dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi

kompleks imun pada pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi

kapiler dan venula post kapiler dan respon imun sel perantara.

Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan

menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata.


Gejala dan Tanda
Mata merah

Tekanan intraokular dapat sedikit meningkat

Nyeri; disebabkan dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya
inflamasi), Karakteristik nyeri pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar
ke dahi, alis, rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat
sentuhan.

Fotofobia tanpa disertai sekret mukopurulen

Penurunan visus; disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke struktur yang berdekatan
yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan fundus yang
abnormal.
Klasifikasi Diffus (40%)

Non-necrotizing

Nodular (44%)

Anterior

Necrotizing with
Skleritis
Inflamatory (10%)

Posterior (2%) Necrotizing (14%)

Necrotizing without
Inflamatory (4%)
Diffuse anterior scleritis

Peradangan yang meluas pada seluruh permukaan sklera.

Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman pada mata, disertai berbagai

derajat inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran pembuluh darah balik yg difus.
Nodular anterior scleritis

Adanya satu atau lebih nodul radang yang eritem, tidak dapat digerakkan, dan
nyeri pada sklera anterior. Sekitar 20% kasus berkembang menjadi skleritis
nekrosis.
Necrotizing anterior scleritis with inflammation
Biasa mengikuti penyakit sistemik seperti rheumatoid arthtitis.
Ditandai dengan nyeri yg sangat berat dan kerusakan pada sklera terlihat lebih jelas
atau disebut dengan blue-appearance (sklera berwarna kebiruan akibat penipisan,
sehingga lapisan choroid terlihat), visus memburuk, bahkan 40% dapat menyebabkan
kebutaan.
Apabila disertai dengan inflamasi kornea, dikenal sebagai sklerokeratitis.
Necrotizing anterior scleritis without inflammation

Biasa terjadi pada pasien yang sudah lama menderita rheumatoid arthritis.
Dikenal sebagai skleromalasia perforans
Dikatakan without inflammation karena klinisnya berbeda dari skleritis,
peradangan lebih minimal, namun tekanan intraokuler bisa terus meningkat,
jika keadaan terus berlanjut bisa menyebabkan perforasi karena penipisan
dari sklera.
Posterior Scleritis

43% kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis anterior

Biasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan kemampuan melihat.

Dari pemeriksaan objektif: perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian r
etina, perlengketan cincin koroid, udem nervus optikus dan udem makular.

Inflamasi skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior dangkal, proptosis
, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah. Terdapat perataan dari
bagian posterior bola mata, penebalan lapisan posterior mata (koroid dan sklera), dan edema
retrobulbar.
Penegakan Diagnosis
Anamnsesis

Keluhan utama pasien,

Riwayat perjalanan penyakit,

Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pada mata menjelaskan adanya penyakit sistemik, trauma,

obat-obatan atau prosedur pembedahan dapat menyebabkan skleritis


Pemeriksaan Fisik dan Oftalmologi

Seperti semua keluhan pada mata, pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan

tajam penglihatan.

Visus dapat berada dalam keadaan normal atau menurun.

Gangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior.

Pemeriksaan umum pada kulit, sendi, jantung dan paru paru dapat dilakukan

apabila dicurigai adanya penyakit sistemik.


Pemeriksaan Sklera

Pemeriksaan Daylight

Sklera tampak difus, merah kebiru biruan dan setelah beberapa peradangan, akan terlihat daerah

penipisan sklera dan menimbulkan uvea gelap.

Area berwarna hitam, abu abu, atau coklat yang dikelilingi oleh peradangan aktif menandakan

proses nekrosis. Apabila proses berlanjut, maka area tersebut akan menjadi avaskular dan

menghasilkan sequestrum berwarna putih di tengah, dan di kelilingi oleh lingkaran berwarna hitam

atau coklat gelap.


Pemeriksan Slit-lamp

Untuk menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atau segmental.

Injeksi yang meluas ciri khas dari diffuse anterior scleritis.

Pada skleritis kongesti maksimum terdapat dalam jaringan episkleral bagian dalam
dan beberapa pada jaringan episklera superficial.

Sudut posterior dan anterior terdorong maju atau bergeser ke depan karena adanya
edema pada sclera dan episklera.

Penggunaan lampu hijau dapat membantu mengidentifikasi area avaskuler pada sclera

Pemeriksaan kelopak mata untuk kemungkinan blefaritis atau konjungtivitis dapat dilaku
kan.
Pemeriksaan skleritis posterior

Dapat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas pada palpasi dan proptosis.

Dilatasi fundus dapat berguna dalam mengenali skleritis posterior. Skleritis posterior
dapat menimbulkan amelanotik koroidal.

Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukan papiledema, lipatan koroid, dan perdarahan atau
ablasio retina.
Diagnosa Banding

Episkleritis
Pelebaran pembuluh darah episklera yang mengecil
dengan pemberian fenilefrin 2,5% topikal.
Penatalaksanaan
A. NSAIDs (Non-steroid Anti Inflammatory Drugs)
Obat ini digunakan untuk menurunkan rasa nyeri dan peradangan. NSAIDs bekerja dengan cara mengha
mbat sintesis prostaglandin, menghalangi perjalanan dari lekosit, dan menghambat fosfodiesterase.
1. Indometasin (Indocin)
2. Diflunisal (Dolobid)
3. Naproxen (Naprelan, Anaprox, Aleve, Naprosyn)
4. Ibuprofen (Motrin, Ibuprin, Advil)
5. Sulindac (Clinoril)
6. Piroxicam (Feldene)
B. Agen Imunosupresan
Digunakan untuk skleritis berat (Necrotizing scleritis) dan yang resisten terhadap NSAIDs.
1. Methotrexate (Folex, Rheumatex)
2. Cyclophosphamide (Cytoxan, Neosar)
3. Azathioprine (Imuran)
4. Cyclosporine (Neoral)
C. Glukokortikoid
Memiliki sifat anti peradangan dan mengakibatkan bermacam efek metabolik. Kortikosteroid mempengar
uhi respon imun tubuh dan berguna dalam pengobatan skleritis yang berulang.
1. Methylprednisolone (Depo-Medrol, Solu-Medrol, Medrol)
2. Prednisone (Deltasone, Orasone, Sterapred)
Komplikasi

keratitis (37%),
uveitis (30%),
cataract (7%),
glaucoma (18%), and
scleral thinning (33%)
Prognosis
Individu dengan skleritis ringan biasanya tidak akan mengalami kerusakan penglihatan

yang permanen.

Hasil akhir cenderung tergantung pada penyakit penyerta yang mengakibatkan skleritis.

Necrotizing scleritis umumnya mengakibatkan hilangnya penglihatan

Anda mungkin juga menyukai