Anda di halaman 1dari 8

Universitas Kisten Krida Wacana

Referat Ilmu Penyakit Mata

Sklerokeratitis
Shahli Aiman B. Zul Hasnan Najib 11 2011 254

Dr. pembimbing: dr. Nanda Sp. M

Keratitis Sklerotikans (Sklerokeratitis) Keadaan dimana terjadi peradangan skelra dan kornea, biasanya unilateral, disertai dengan infiltrasi sel radang menahun pada sebagian sklera dan kornea. Keratitis sklerotikans akan memberi gejala berupa kekeruhan kornea lokal berbentuk segi tiga dengan puncak mengarah ke kornea bagian sentral. Apabila proses peradangan berulang, kekeruhan dapat mengenai seluruh kornea. Perkembangan kekeruhan kornea ini biasanya terjadi akibat proses yang berulang-ulang yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehungga defek makin luas bahkan dapat mengenai seluruh kornea.1, 2, 3 Etiologi 1. Autoimun3,4 Penyakit jaringan ikat dan kondisi peradangan lainnya, antara lain: Rheumatoid arthritis Systemic lupus erythematosus Ankylosing spondylitis Gouty arthritis Inflammatory bowel diseases Sjgren syndrome

2. Infeksi dan Granulomatosa3,4 Tuberkulosis Sifilis Sarkoidosis Toksoplasmosis Herpes simpleks Herpes zoster Infeksi Pseudomonas Infeksi Streptokokus

Diagnosa

Infeksi Stafilokokus

Pemeriksaan fisik Secara Subjektif, penderita mengeluh sakit, fotofobia tetapi tidak ada sekret. Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral, kornea terlihat putih menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non granulomatosa. Seperti semua keluhan pada mata, pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan tajam penglihatan. Visus dapat berada dalam keadaan menurun. Gangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior.

Pemeriksaan umum pada kulit, sendi, jantung dan paru paru dapat dilakukan apabila dicurigai adanya penyakit sistemik.4,5,6 Pemeriksaan Sklera1-4 Sklera tampak difus, merah kebiru biruan dan setelah beberapa peradangan, akan terlihat daerah penipisan sklera dan menimbulkan uvea gelap. Area berwarna hitam, abuabu, atau coklat yang dikelilingi oleh peradangan aktif menandakan proses nekrosis. Apabila proses berlanjut, maka area tersebut akan menjadi avaskular dan menghasilkan sequestrum berwarna putih di tengah, dan di kelilingi oleh lingkaran berwarna hitam atau coklat gelap Pemeriksaan slit lamp Untuk menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atausegmental. Injeksi yang meluas adalah ciri khas dari diffuse anterior scleritis. Pada skleritis, kongesti maksimum terdapat dalam jaringan episkleral bagian dalam dan beberapa pada jaringan episkleral superfisial. Sudut posterior dan anterior dari sinar slit lamp terdorong maju karena adanya edema pada sklera dan episklera. Pemberian topikal 2.5% atau 10% phenylephrine hanya akan menandai jaringan episklera superfisial, tidak sampai bagian dalam dari jaringan episklera.

Penggunaan lampu hijau dapat membantu mengidentifikasi area avaskular pada sklera. Perubahan kornea juga terjadi pada 50% kasus.

Pemeriksaan kelopak mata untuk kemungkinan blefaritis ataukonjungtivitis juga dapat dilakukan

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari etiologi dari sklerokeratitis. Beberapa pemeriksaan laboratorium dan radiologi yang dapat dilakukan yaitu: Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah Faktor rheumatoid dalam serum Serum asam urat Kerokan kornea usapan Giemsa, Sabaroud, KOH, Gram Keratokonjungtivitis Uveitis anterior

Diagnosis banding
i. ii.

Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan yang spesifik Pemberian kortikosteroid dan anti randang non steroid ditujukan terhadap skleritisnya, apabila terdapat iritis, selain kortikosteroid dapat diberikan tetes mata atropin.1,2,4,6
i.

Methylprednisolone (Depo-Medrol, Solu-Medrol, Medrol) Pemberian IM atau IV. Biasanya digunakan sebagai tambahan agen imunosupresif lainnya. Dosis: 2-60 mg/hari dibagi sekali sehari atau 2 kali sehari PO

ii.

Dexamethasone Sodium Phosphate 1 mg + Neomycin Sulphate setara dengan Neomycin base 3.5 mg + Polymixin B Sulphate 6000 IU Cara pemakaian topikal, diteteskan pada mata. Aturan pemakaian : Dosis awal 1 atau 2 tetes setiap pada siang hari dan tiap 2 jam pada malam hari. Jika telah memberikan respon yang baik, dosis dikurangi menjadi 1 tetes setiap 4 jam. Untuk mengontrol gejala, dosis dikurangi menjadi 1 tetes 3 atau 4 kali sehari

Komplikasi Komplikasi yang paling ditakuti dari sklerokeratitis adalah penipisan kornea dan akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis (kebutaan). Beberapa komplikasi yang lain diantaranya: Gangguan refraksi Jaringan parut permanent Ulkus kornea Perforasi kornea Glaukoma sekunder Uveitis anterior Ablasio retina sampai hilangnya penglihatan

Prognosis Individu dengan sklerokeratitis ringan biasanya tidak akan mengalami kerusakan penglihatan yang permanen. Hasil akhir cenderung tergantung pada penyakit penyerta yang mengakibatkan keratitis skleritikans. Necrotizing scleritis umumnya mengakibatkan hilangnya penglihatan dan memiliki 21% kemungkinan meninggal dalam 8 tahun.1,5,6 Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanationam : dubia ad bonam Kesimpulan Keratitis sklerotikans (sklerokeratitis) keadaan dimana terjadi peradangan sclera dan kornea, biasanya unilateral, disertai dengan infiltrasi sel radang menahun pada sebagian sklera dan kornea. Keratitis sklerotikans akan memberi gejala berupa kekeruhan kornea lokal berbentuk segi tiga dengan puncak mengarah ke kornea bagian sentral. Apabila proses peradangan berulang, kekeruhan dapat mengenai seluruh kornea. Sklerokeratitis dapat disertai dengan

penyakit penyerta atau fokal infeksi yang menjadi dasar dari keluhan dan gejalanya seperti penyakit autoimun, infeksi dan lain-lain. Penderita terlihat dengan sklerokeratitis biasanya mengeluh sakit, fotofobia tetapi tidak ada sekret. Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral, kornea putih menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non granulomatosa. Pengobatan dengan kortikosteroid atau NSAID disertai antibiotic dapat mencegah kekambuhan penyakit dan menimbulkan komplikasi seperti gloukoma, uveitis anterior, tukak kornea. Dengan pegobatan yang teratur dan benar, prognosis bagi penderita semakin membaik dengan pembaikan dari segi fungsi dan gejala-gejalanya.

Daftar Pustaka 1. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. SanFransiso 2008-2009. p. 179-902. 2. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta :EGC. 2009. p. 125-49. 3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113 116 4. Thill M, Richard G. Giant pigment epithelial tear and retinal detachment in apatient with scleritis. Retina. Jul-Aug 2005;25(5):667-8. 5. Patel, Sayjal J, Diane C Lundy. Ocular Manifestations of AutoimmuneDisease. Journal of American Family Physician. 2002 Sep 15;66(6):991-998. 6. Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern University College of Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available http://www.fechter.com/Thygesons.htm.(accessed: February 2013) at:

Anda mungkin juga menyukai