Anda di halaman 1dari 4

SKLERITIS

Definisi

Skleritis adalah peradangan hebat yang terjadi pada seluruh lapisan episklera dan sklera. Bila
dibandingkan dengan episkleritis, peradangan pada skleritis terjadi hingga ke lapisan yang lebih
dalam. Skleritis sendiri lebih sering dikaitkan dengan proses autoimun.

Gejala Klinis

Pengelompokkan skleritis menurut klasifikasi Watson didasarkan pada lokasi peradangan dan
tipe peradangan sklera.
1. Berdasarkan lokasinya, sklera terbagi menjadi anterior dan posterior. Perbedaan
keduanya dapat diamati pada tabel 1 di bawah ini. Pada beberapa kasus dapat terjadi
skleritis anterior dan posterior sekaligus. 1, 2

Tabel 1. Perbedaan skleritis anterior dan posterior

Skleritis anterior Skleritis posterior


Lebih sering terjadi Lebih jarang terjadi
Peradangan di depan insersio limbus dari Peradangan di belakang m. rektus okuli
m. rectus okuli
Dominan nyeri mata hebat, dapat terjadi Dominan penurunan penglihatan, dengan
penurunan tajam penglihatan atau tanpa nyeri mata

2. Berdasarkan tipenya, skleritis terbagi menjadi difus, nodular dan nekrotikans. Tipe
skleritis yang paling banyak ditemui adalah tipe nodular, meskipun angka kemunculan
kasus skleritis difus juga tergolong tinggi. 1

Pasien dengan skleritis dapat mengeluhkan beberapa gejala di bawah ini : 1


1. Tajam penglihatan menurun ataupun normal
2. Mata merah
3. Nyeri mata yang menjalar hingga alis, pelipis atau rahang, lebih terasa ketika malam
hari atau ketika menggerakan mata. Nyeri digambarkan seperti berdenyut atau seperti
di-bor
4. Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
Etiologi & Patogenesis

Penyebab skleritis secara garis besar dapat terbagi dua, diantaranya : 1-3
1. Infeksi seperti sifilis, herpes zoster, morbus hansen dan tuberkulosis
2. Penyakit sistemik seperti lupus, artritis reumatoid, vaskulitis sistemik dan
granulomatosis Wegener, sarkoidosis
3. Iatrogenik seperti pasca operasi pterygium atau sklera
4. Konsumsi obat seperti bifosfonat (jarang terjadi)
Pada skleritis terjadi invasi sel radang diikuti hancurnya jaringan penyusun sklera (seperti
kolagen, proteoglikan dan elastin). Secara mikroskopis dapat terlihat juga adanya kumpulan sel
radang, sumbatan pada vaskular hingga terjadi nekrosis jaringan.1, 2

Diagnosis

Penegakkan diagnosis didasarkan pada temuan klinis, pemeriksaan fisik mata serta
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan klinis difokuskan untuk menentukan lokasi, persebaran
dan subtipe skleritis pada pasien. 2, 3 Pemeriksaan penunjang umumnya dilakukan untuk
mencari penyakit hanya jika terdapat indikasi. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan yaitu : 1
1. Pemeriksaan darah tepi (untuk membedakan kelainan infeksi atau non-infeksi)
2. Pemeriksaan penanda inflamasi (misalnya C-reactive protein atau laju endap darah)
3. Kadar Anti-neutrophil cytoplasmic antibodies (ANCAs)
4. Kadar Antinuclear Antibodies (ANA)
5. Kadar Rheumatoid Factor
6. Tes serologi sifilis (bila terindikasi infeksi sifilis)
Pemeriksaan pencitraan seperti rontgen toraks dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
banding seperti sarkoidosis. Pencitraan Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau CT-scan juga
dapat dipertimbangkan pada skleritis posterior. Pemeriksaan hapusan atau biopsi jaringan juga
membantu mengonfirmasi penyebab infeksi. 2, 4

Diagnosis-diagnosis banding dari skleritis diantaranya:


1. Episkleritis
Gejala menyerupai skleriis, namun biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam
beberapa hari hingga minggu. Nyeri mata yang dirasakan juga cenderung lebih ringan.
Selain itu, penetesan fenilefrin 2,5% pada episkleritis akan mengurangi kemerahan di
mata, sedangkan pada skleritis mata tetap tampak kemerahan pasca ditetesi. 1, 2

2. Konjungtivitis
Tampak seperti kotoran keluar dari mata, terutama saat bangun tidur. Dapat terlihat
kelopak mata bengkak diikuti sensasi seperti ada benda asing yang terselip di mata. 1

Tata Laksana

Pemberian kortikosteroid topikal dapat meredakan proses peradangan, terutama pada skleritis
jenis nodular dan difus yang ringan. Pada kasus yang lebih berat, dapat dipertimbangkan
pemberian obat anti radang sistemik dan/atau intravena berdosis tinggi. Meskipun masih
diperdebatkan, pemberian steroid oral pada skleritis posterior juga menunjukkan hasil yang
memuaskan. 1
Prioritas pilihan obat anti radang yang dapat diberikan di awal adalah golongan non-steroidal
anti-inflamatory drugs (NSAIDs), seperti ibuprofen atau naproxen. Bila tidak mempan, dapat
dipikirkan pemberian golongan kortikosteroid (misalnya prednison 1-2mg/kg oral, diminum 1 kali
sehari selama 1 minggu). 1, 2

Komplikasi

Sisa sekuela dari proses skleritis dapat berdampak pada penurunan penglihatan, peningkatan
tekanan di dalam bola mata (glaukoma), penipisan lapisan sklera hingga kornea, serta katarak.
Meski jarang, pada beberapa kasus yang parah dapat berujung pada kematian.1, 4

Prognosis

Penyakit ini masih dapat disembuhkan dengan terapi yang adekuat. Meskipun demikian,
dibandingkan dengan episkleritis, penyakit ini harus lebih diwaspadai. Fungsi penglihatan
umumnya tidak terganggu bila derajat skleritis masih ringan hingga sedang. Pada skleritis tipe
nekrotikans ataupun skleritis posterior, risiko hilangnya penglihatan menjaid lebih besar. Sekitar
14-30% pasien skleritis mengalami penurunan tajam penglihatan dalam waktu 1 - 3 tahun. 2, 4

Referensi
1. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. Buku ajar oftalmologi. Edisi pertama.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017. p140-7.
2. Lagina A, Ramphul K. Scleritis [Internet]. StatPearls.; 2020 [cited 1 Jan 2020]. Available
from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499944/
3. Tim Penyusun. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer. Edisi kedua. Jakarta; Ikatan Dokter Indonesia : 2014. P135-6
4. Roat MI. Scleritis [Scleritis]. MerckManual.; 2019 [cited 1 Jan 2020]. Available from :
https://www.merckmanuals.com/professional/eye-disorders/conjunctival-and-scleral-
disorders/scleritis

Anda mungkin juga menyukai