Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW FILM

Nama : Leonaldo Lukito Nagaria


NPM : 1606889181
Stase Klinik : MPK Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Rotasi ke- :5

Sekilas Tentang Film


Judul Film : Concrete
Tahun Rilis : 2004
Genre : Crime, Horror, Drama
Sutradara : Hiromu Nakamura

Sinopsis Film
Tatsuo Ozaki adalah seorang ketua geng dari geng Mafia Jepang. Semasa hidup,
Tatsuo tidak pernah mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya, sehingga
ia tumbuh menjadi pribadi yang kasar dan dingin. Ia memiliki seorang kekasih bernama
Kayoko yang terus menginginkan mereka segera menikah. Didesak oleh hal tersebut, Tatsuo
memutuskan untuk bergabung ke dalam kelompok Yakuza (Mafia Jepang) demi
mendapatkan uang.
Dengan statusnya yang masih sebagai siswa SMA, Tatsuo telah memiliki melakukan
berbagai kejahatan Ia memiliki teman-teman yang sekaligus menjadi anggota geng nya, yaitu
Daimon, Matsuyama dan Shimada. Kelompok geng ini seringkali melakukan kejahatan
seperti penjambretan, pemerasan, pemukulan hingga pelecehan seksual.
Suatu ketika, seorang siswi SMA bernama Misaki berjalan melewati Tatsuo dan
gengnya. Melihat parasnya yang cantik, pikiran jahat pun timbul dalam benak Tatsuo.
Mereka menjebak Misaki dan membawanya ke apartemen. Di situ, mereka mulai melakukan
berbagai tindak kekerasan dan pemerkosaan kepada Misaki. Pada akhir diceritakan jika
Misaki meninggal dunia dan ditemukan dalam sebuah drum besar berisi beton semen. Film
ditutup dengan memperlihatkan Tatsuo yang sedang menjalani masa hukuman.
Analisa dari Aspek Traumatologi
Pada film diperlihatkan kondisi Misaki yang terjatuh dari sepeda dan mengalami luka
lecet tepat pada lutut kiri sisi luar, dengan di sekitarnya terdapat benda warna kehitaman
serprti debu atau aspal (Gambar 1). Luka ini sudah cocok dengan arah jatuh korban yang
diperlihatkan dalam film, dimana korban jatuh ke sisi kiri dengan posisi menyamping, Dari
mekanisme jatuh tersebut, akan lebih logis jika luka muncul pada lutut atau bagian kaki sisi
luar. Sedangkan pada film, tidak diperlihatkan adanya luka selain di lutut sisi depan. (Gambar
1)

Gambar 1. Gambaran Luka Lecet pada Lutut Kiri Misaki

Luka lecet sendiri merupakan salah satu jenis luka yang ditemui akibat kekerasan
tumpul. Dari adegan film. luka ini kemungkinan didapati dari gesekan antara aspal jalan
(yang permukaannya kasar) dengan kulit bagian lutut. 1 Pada kasus jatuh dari sepeda, anggota
tubuh yang biasanya mengalami luka adalah ekstremitas, dengan luka sekunder pada dada
ataupun kepala. Derajat cedera yang dialami juga biasanya tidak separah motor, karena laju
kecepatan sepeda tidak terlalu tinggi.2
Selanjutnya Misaki mengalami pemukulan sebanyak 10 kali pada bagian wajah,
seperti terlihat pada Gambar 2. Pemukulan itu menyebabkan beberapa luka memar di dahi,
kedua pipi dan dagu, berwarna ungu kehitaman. Di sekitar nya terdapat beberapa luka lecet di
pipi kiri dan kanan dan sudut bibir luar kanan. Dalam film tidak tampak bagaimana kondisi
kepala korban karena tertutup rambut. Gambaran patah tulang juga tidak tampak. (Gambar 2)
Gambar 2. Gambaran luka pada wajah Misaki

Secara teori luka-luka pada Gambar 2 juga merupakan cedera oleh kekerasan tumpul.
Perlu digarisbawahi bahwa cedera pada kepala dapat menyebabkan jejas di berbagai lokasi
mulai dari kulit kepala, wajah, tulang tengkorak, hingga kerusakan otak, namun hanya
kondisi wajah korban yang diperlihatkan pada film. Warna memar yang kehijauan
menandakan memar telah muncul melebihi 4-5 hari.1
Setelah adegan yang ditunjukkan pada gambar 3 diperlihatkan adanya luka terbuka
dengan tepi tidak rata, dan dasarnya tampak seperti jaringan bawah kulit dan pinggiran
menghitam. Di sekitarnya juga tampak memar-memar berwarna hitam-keunguan,
menunjukkan memar juga sudah muncul sejak 4-5 hari sebelumnya.

Gambar 3. Gambaran luka pada tungkai kanan Misaki

Pada dasar luka sekilas tampak seperti nanah berwarna kekuningan. Berdasarkan
teori, nanah pada luka biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri multipel pada luka (biasanya
bakteri anaerob. Gambaran luka “gangren basah” ini mengindikasikan luka yang lebih parah,
karena dapat mengakibatkan infeksi sistemik (sepsis) dan berujung pada kematian. Pada
beberapa kasus diperlukan amputasi kaki untuk menyelamatkan nyawa korban dengan luka
demikian.3 Pada film, diceritakan jika Misaki sudah menderita luka sejak awal disekap dan
tidak mendapat perawatan luka yang memadai. Hal tersebut membuat luka yang awalnya
berupa lecet biasa menjadi terinfeksi dan menjadi gangren.
Pada film ditampilkan bahwa Tatsuo dan gengnya melakukan pemerkosaan terhadap
Misaki. Korban telah meminta pelaku untuk berhenti, namun pelaku tetap melakukan
aksinya. Pelaku juga mengancam akan membunuh korban jika tidak mau menurut, sehingga
korban tampak ketakutan dan tidak melawan. Pada film ditunjukkan adegan seperti penetrasi,
namun tidak jelas apakah pelaku memasukkannya ke liang kelamin atau liang pelepas (anus).
Tidak ada adegan menghisap atau mengocok kemaluan pelaku.
Pada kasus korban meninggal dengan curiga persetubuhan, kita masih dapat mencari
3
beberapa tanda pada pemeriksaan autopsi, yaitu :
- Kondisi TKP yang mungkin masih tersisa darah
- Luka di rongga mulut (akibat penetrasi penis pada seks oral)
- Tanda-tanda kekerasan (baik tajam atau tumpul) pada kulit
- Tanda aberasi atau laserasi pada vulva atau ostium serviks
Pengambilan sampel cairan vagina postmortem masih dapat dilakukan, namun tetap perlu
diingat bahwa kondisi mayat dapat mengaburkan hasil pemeriksaan penunjang. Oleh karena
itu, pengambilan forensik sebaiknya dilakukan secepatnya. Setelah kematian, dikatakan
sperma dapat bertahan lebih lama pada tubuh jenazah, karena posisi tubuh yang relatif
telentang diam dan suhu tubuh yang relative menurun. 4, 5

Analisa dari Aspek Tanatologi


Pada film diceritakan bila akhirnya Misaki tidak mampu menahan siksaan dari Tatsuo
dan gengnya, sehingga akhirnya meregang nyawa. Pada film hanya ditunjukkan satu tanda
tidak pasti kematian, yaitu berhentinya pernafasan. Menurut definisi, untuk membuktikan
kematian seharusnya dilakukan penilaian fungsi sirkulasi (dengan cara meraba nadi karotis)
dan menilai fungsi sistem saraf pusat (misal menilai kesadaran dan refleks batang otak).1
Pada film tidak diceritakan berapa rentang waktu antara Misaki meninggal hingga
penculiknya kembali dan tersadar bila korbannya telah meninggal dunia. Perkiraan waktu
kematian juga sangat sulit diperkirakan melalui film, karena tidak ditunjukkan kondisi lebam
mayat atau kaku mayat. Berdasarkan posisi tubuh Misaki yang telentang, kemungkinan
lebam mayat akan cenderung berkumpul pada bagian punggung yang tidak mengalami
penekanan.
Pada film juga digambarkan bila mayat Misaki dimasukkan ke dalam drum dan
dicampurkan dengan campuran bahan pembuat semen. Menurut literatur yang ditullis PreuB
dkk., mayat yang berada dalam batu bata terbuat dari semen akan tetap mengalami pemb
usukan, sehingga baunya akan tetap tercium setelah waktu tertentu. Akan tetapi, mayat tidak
akan berlanjut ke fase adiposera, melainkan terpreservasi dalam kondisi putrefaksi
(membusuk). Hal ini disebabkan zat semen yang bersifat alkali sehingga dapat memperlama
proses dekomposisi. 6, 7
Analisa Cara, Sebab dan Mekanisme Kematian
Cara kematian pada Misaki tergolong tidak wajar, karena pada lukanya jelas terlihat
banyak luka-luka luar yang tidak disebabkan penyakit ataupun faktor usia. Dalam cerita
Misaki juga digambarkan sebagai sosok yang sehat dan tidak memiliki penyakit tertentu,
walaupun hal ini tidak bisa dijadikan patokan sepenuhnya. Cara kematian tidak wajar
menjadi salah satu indikasi dilakukannya visum.
Sekilas dari gambaran luka yang ditampilkan pada film, didapatkan adanya luka lecet
pada wajah, luka terbuka yang membusuk di tungkai bawah kanan, disertai memar-memar
pada wajah dan ekstremitas bawah, yang disebabkan kekerasan tumpul pada kepala dan
tungkai. Namun anggota tubuh lain seperti dada, perut dan punggung tidak terlalu jelas
terlihat, sehingga masih memungkinkan ditemukan luka lain. Sebab kematian juga belum
dapat ditentukan pasti karena membutuhkan pemeriksaan dalam. Namun disimpulkan dari
deskripsi luka yang ada, sebab kematian yang paling diprioritaskan adalah perdarahan dalam
kepala, infeksi sistemik akibat luka gangrene atau kehilangan darah dari saluran kelamin.

Analisa Aspek Medikolegal pada Kasus


Poin menarik pada kasus adalah keempat pelaku masih berstatus SMA atau masih
dianggap di bawah umur orang dewasa. Menurut Undang-Undang (UU) nomor 35 tahun
2014 tentang Perubahan atas UU nomor 23 tahun 2002, disebutkan bila Anak adalah
seseorang yang berusia di bawah 18 tahun. Pengadilan pidana pada anak diatur dalam UU no.
11 tahun 2012. Beberapa poin penting yang membedakan peradilan pidana anak dengan
dewasa antara lain :
- Pada pasal 8 dikatakan bahwa proses pengadilan wajib melalui proses diversi, yaitu
musyawarah yang dilakukan antara korban, pelaku serta orangtua kedua pihak,
didampingi pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial profesional. Diversi tidak
perlu dilakukan bila terkait tindak pidana serius, misalnya pembunuhan, pemerkosaan,
pengedar narkoba dan terorisme. Bila proses diversi tidak membuahkan hasil, atau
terdakwa tidak menjalankan kesepakatan diversi, proses peradilan pidana dapat
dilanjutkan.
- Pada pasal 81, pidana penjara maksimal diberikan paling lama setgngah durasi
hukuman pada pidana oleh orang dewasa. Bila tindak pidana pada dewasa dapat
diancam hukuman seumur hidup atau hukuman mati, maka pada anak durasi hukuman
maksimal menjadi 10 tahun.
Pada film ditunjukkan Tatsuo dan gengnya melakukan beberapa tindak pidana, yang pada
orang dewasa dapat dikenakan hukuman sebagai berikut :
- Tindak pembunuhan, yang menurut KUHP pasal 338 dapat dikenakan hukuman
maksimal 15 tahun, atau bila direncanakan, bisa dikenakan hukuman seumur hidup
hingga hukuman mati.
- Tindak penganiayaan yang menyebabkan luka-luka berat, yang menurut KUHP pasal
351 dikenakan hukuman penjara maksimal 5 tahun
- Tindak penculikan, yang menurut KUHP pasal 328 dikenakan hukuman penjara
maksimal 12 tahun
- Tindak pemerkosaan, yang menurut KUHP pasal 285 KUHP dikenakan hukuman
penjara maksimal 12 tahun.

Karena usia pelaku yang masih berstatus pelajar, maka dianggap usianya di bawah 18
tahun sehi berlaku hukum peradilan pidana anak. Proses diversi tidak dilakukan karena tindak
pidana yang dilakukan Tatsuo adalah tindak pidana berat (pembunuhan dan pemerkosaan).
Selanjutnya, dari delik yang ada, ancaman hukuman terberat bagi Tatsuo dan gengnya adalah
ancaman hukuman seumur hidup, namun berdasarkan UU no 11 tahun 2012, ancaman
penjara pada kasus pidana anak demikian adalah maksimal 10 tahun. Selama proses hukum,
anak juga perlu mendapatkan pendampingan dan dapat diringankan separuh dari hukumannya
bila pelaku menunjukkan perilaku baik selama ditahan.
Referensi
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im A, Sidhi, dkk. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.p.25-44, 64-70.
2. Payne-James J, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s forensic medicine. 13th ed.
Hodder and Stoughton Ltd. London : 2011. p147-8.
3. Talthip J. An autopsy report case of rape victim by the application of PSA test kit as a
new innovation for sexual assault investigation in Thailand. J Med Assoc Thai. 90(2)
348-351.
4. Lincoln CA. Sexual assault: Forensic examination in the living and deceased. Acad
Forensic Pathol. 2018; 8(4): 912-923.
5. Collins KA, Bennett AT. Persistence of spermatozoa and prostatic acid phosphatase
in specimens from deceased individuals during varied postmortem intervals. Am J
Forensic Med Pathol. 22(3): 228-232.
6. Tsutsumi Y. Pathology of gangrene. IntechOpen. 2002; DOI:
10.5772/intechopen.93505
7. Preuß J, Strehler M, Dressler J, Riße M, Anders S, Madea B. Dumping after homicide
using setting in concrete and/or sealing with bricks-Six case reports. Forensic Science
international. 2006; 159(1) : 55-60
8. Undang-undang Republik Indonesia. UU no. 35 tahun 2014 pasal 1. (17 Oktober
2014)
9. Undang-undang Republik Indonesia. UU no. 11 tahun 2012 (30 Juli 2012)
10. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. KUHP Pasal 285, 328, 338, 351. (20
September 1958).

Anda mungkin juga menyukai