Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANDIRI KULIAH FILSAFAT

FILSAFAT ILMU KEDOKTERAN, SPESIALISASI, DAN KEPEMIMPINAN

Nama/NPM :
Prodi :
Hari/Tanggal/Jam :
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, Sp.F(K)

Filsafat Ilmu Kedokteran


Kuliah ini diawali dengan pendahuluan mengenai kutipan dari Edmund Pellegrino
(2004) bahwa ilmu kedokteran merupakan sebuah ilmu yang relatif “sempurna” dan dapat
bermanfaat secara langsung. Ilmu kedokteran tidak hanya melibatkan aspek sains, namn
juga seni dan kemanusiaan. Ilmu kedokteran sendiri memiliki tiga tahapan kekuatan, yaitu :
- Tahap prudensial : Adanya insan yang dipercaya untuk menolong saat menderita
- Tahap deontologik : Menoloon individu sebagai perintah kewajiban universal
- Tahap reflektif : Hargai pasien sebagai insan yang utuh, unik & bermartabat

Mengacu pada UU no. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran & Disiplin
Pendidikan Kedokteran, Ilmu biomedik dianggap sebagai ilmu yang mendasari tiga aspek
penting kedokteran, yaitu kedokteran komunitas, klinik, dan bioetika.
- Ilmu Kedokteran komunitas berfokus pada upaya mewujudkan komunitas sehat &
melakukan intervensi pada populasi beresiko
- Ilmu kedokteran Klinis sendiri sangat berkaitan erat dengan diagnosis,
penatalaksanaan dan penilaian prognosis pada individu
- Ilmu Bioetika Kedokteran juga turut andil dalam menilai prognosis pasien.
Filsafat merupakan cabang ilmu yang didasarkan pada pemikiran kritis, sistematis, dan
radikal terhadap segala realita di sekitar. Sudut pandang filsafat mengajarkan seseorang
untuk melakukan de-/re-konstruksi suatu fenomena, untuk dinilai dan dipilah berdasarkan
kausalitas dan sintesis abstrak. Ilmu filsafat tersusun dari tujuh jenis bidang (menurut konsep
“Kue Filsafat”), yang meliputi :
1. Ontologi : mempelajari hakikat eksistensi dari suatu hal yang “ada”
2. Metafisika : mempelajari realita dari hal-hal abstrak yang melampaui indera fisik
3. Etika : mempelajari deskripsi dan petunjuk menjalani hidup “baik” sesuai kaidah
4. Estetika : mempelajari dasar dari keindahan suatu objek
5. Epistemologi : mempelajari sumber sebuah pengetahuan beserta keabsahannya
6. Logika : Menalar suatu masalah dan memutuskan berdasarkan premis yang ada
7. Filsafat ilmu : mempelajari bagaimana pendekatan dan strukturisasi sebuah ilmu

Filsafat ilmu kedokteran berarti menggabungkan prinsip filsafat yang


menitikberatkan pada pola pikir mendalam dan sistematis untuk membahas bagaimana
fisik dan perilaku seorang manusia sebagai insan. Sebuah gabungan kepercayaan dan
pemikiran yang a dan dilakukan berdasarkan metode yang abash disebut dengan
paradigma. Cakupan Filosofi Ilm Kedokteran dapat dilihat menurut model yang melibatkan
penyakit, kredibilitas bukti klinis, keberadaan plasebo dan akurasi penilaian klinis. Masing-
masing aspek memiliki peranan sebagai lingkungan, produk, konsumen, dan penyedia
layanan.
Paradigma kedokteran didasarkan pada penggabungan aspek rasional, mekanik, dan
empiris. Dikaitkan dengan ilmu kedokteran modern, terdapat dua paradigma kedokteran yang
dapat berkaitan dengan sudut pandang terhadap pasien, yaitu :
- Model biomedik (kedokteran modern) : raga dan jiwa manusia merupakan dua hal
berbeda (dualisme) dan konsep jiwa dianggap sulit dinalar secara indera fisik
- Model infomedik (kedokteran post-modern) : Melihat tubuh dan jiwa sebagai satu
kesatuan, dimana tubuh sebagai jembatan terhadap dunia luar.
Dokter harus berupaya memnimalisir kondisi pasien yang penuk ketidak pastian medis
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Namun di
tengah ketidakpasian kondisi pasien, dokter berhak membuat sebuah keputusan yang baik
berlandasakan pada penalaran klinisnya.
Dalam melakukan penelitian, teradapt berbagai cara dan aspek yang terlibat, Namun
pada dasarnya filsafat ilmu dari metodologi penelitian dapat terbagi menjadi empat pilar :
- Pilar 1 (Ilmu kedokteran biomedik)  eksplanasi terkait penyakit atau bagian
tubuh
- Pilar 2 (kedokteran klinis)  upaya terapi, prognosis & fasilitasi kenyamanan pasien
- Pilar 3 (kesehatan publik)  program kesmas untuk upaya promotif-preventif
- Pilar 4 (Bioetika-Humaniora)  menjunjuung nilai & martabat luhur profesi
Pada penelitian klinis rumpun kesehatan terdapat teori translasi jalur logika linier, yaitu
melihat penelitian sebagai objek bahasan yang berjenjang, mulai dari objek atau senyawa
terkait tubuh manusia (ilmu biomedik dasar)  individu (ilmu klinis)  populasi /
lingkungan alam (ilmu kesehatan masyarakat)  kemanusiaan dan lingkungan sosial (ilmu
humaniora)

Spesialisasi dan Kepemimpinan


Pelayanan kepada pasien merupakan sesuatu yang dihargai. Pemikiran ini
memandang pasien sebagai individu yang memiliki preferensi, nilai, dan kebutuhan yang
berbeda.Oleh sebab itu, penting untuk mengakui autonomi dan pemberdayaan pasien dalam
merencanakan pelayanan kesehatan. Nantinya, praktik kedokteran diharapkan dapat bersifat
preventif, presisi, prediktif dan partisipatori.
Sering terdapat bperbedaan perssepsi dari dokter dan pasie. Pasien sering kali
memiliki persepsi khawatir akan penyakitnya, sering berandai0andai atau menaruh harap
kepada dokter terkait penyakitnya. Sebaliknya, dokter juga dituntut untuk berempati pada
kondisi pasien,m elakukan interpretasi kondisi pasien secara bebas dan penuh tanggung
jawab. Namun di balik semua itu, baik dokter dan pasien juga bisa memiliki kontrol emosi
yang baik terhadap pengetauan yang sifatnya abstrak. Persepsi pasien sendiri dapat
dipengaruhi oleh cara pandangnya terhadap tubuhnya, kontrsuksi sosial, serta kepercayaan
lokal yang dianut.
Humaniora kesehatan merupakan perwujudan 4 pilar ilmu kedokteran yang
ditujukkan demi aspek kemanusiaan Berdasarkan UU Pendidikan Kedokteran no. 20 tahun
2013, humaniora kesehatan merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan oleh
pendidik professional seklaigus ilmuwan, selain dalam menyebarluarkan ilmu pengeahuan,
teknologi kesehatan, serta keterampilan klinis.
Seringkali dokter yang sudah mengambil spesialisasi spesifik berfokus pada
peningkatan ilmu spesialistiknya. Namun yang tidak kalah penting adalah pola piki life-long
learning. Seorang dokter diharapkan memiliki 5 kemampuan kunci berikut : komunikasi
efektif, hidup dalam kebersamaan, pemikiran kritis, kemampuan adaptasi, dan kreativitas.
Pemimpin dalam institusi apapun merupakan peranan yang dipandang luhur. Selain
itu, seorang pemimpin harus mampu menjadi figur yang menjadi inspirasi, mempertahankan
struktur sebuah organisasi pelayanan dan/atau pendidikan kedokteran. Namun seringkali,
jabatan pemimpin disalahgunakan unuk menghasilkan sistem evaluasi kesalahan yang
semakin “tumpul ke atas”, dimana kesalahan pimpinan seringkali tidak diperdulikan (latent
error). Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menunjukkan Trias Tanggung Jawab, yaitu
Responsibilitas, akuntabilitas, dan liabilitas. Dengan begitu, seirang pemimpin kesehatan
dapat mewujudkan pendidikan dan pelayanan profesi kesehatan yang ideal berkelanjutan,
sekaligus menjadi penggerak bagi tenaga kesehatan dan SDM di bawahnya.

Kesimpulan :
Pemahaman yang baik terkait penerapan empat pilar kedokteran dapat membantu
seseorang menjalani profesinya secara arif, menerapkan linearitas metodologi keilmuan,
sekaligus menciptakan bibit pemimpin kesehatan di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai