Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FILSAFAT

FILSAFAT FARMAKOLOGI
(ONTOLOGI, EPISTEMIOLOGI DAN AKSIOLOGI)

OLEH :
Utami Murti Pratiwi
(P1503216006)

Dosen Pengampuh :

DR. dr. Ilhamjaya Pattelongi, M.Kes

SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM BIOMEDIK FARMAKOLOGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

PENDAHULUAN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami
persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.
Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, termasuk masalah kehidupan dalam
bidang pendidikan. Jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat sistematis, integral, menyeluruh dan
mendasar. Filsafat dalam mencari jawaban dilakukan dengan cara ilmiah, objektif, memberikan
pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia.

Pada prinsipnya filsafat

menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya nalar manusia. Kebenaran dalam konteks
filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia.
Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu bentuk kegiatan akal manusia melalui
pengetahuan yang diterima melalui panca indera, diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu
kebenaran.
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, philosophia
meliputi hampir seluruh pemikiran teoretis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno
yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah, dengan munculnya
ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan
ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut
ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
Van Peursen, yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga
definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Ilmu senantiasa berkembang, bagaikan pohon yang semakin membesar, tumbuh cabang,
anak cabang, ranting hingga semakin rimbun. Hal tersebut disebabkan oleh manusia memiliki
rasa ingin tahu yang besar serta ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang lain seperti
kimia, fisika dan teknologi. Dalam The New Britannica Encyclopedia, pohon ilmu mempunyai
lima cabang, yaitu Logika (Logic), Matematika (Mathematics), Ilmu Alam (Natural Sciences),
Sejarah dan Humaniora (History and Humanities), dan Filsafat (Philosophy). Selanjutnya,
cabang Ilmu Alam mempunyai ranting-ranting keilmuan Sejarah dan Filsafat Ilmu (History and
Philosphy of Science), Ilmu-ilmu Fisika (Physical Sciences), Ilmu Bumi (Earth Science), Ilmu-

ilmu Biologi (Biological Sciences), Ilmu Kedokteran dan disiplin ilmu yang tergabung di
dalamnya (Medicine and affiliated disciplines), Ilmu Sosial dan Psikologi (Social Sciences and
Psychology), dan Ilmu-ilmu Teknik (Technological Sciences). Dalam Ilmu-ilmu kedokteran,
dibahas tentang sejarah ilmu kedokteran (history of medicine), bidangbidang praktek atau
penelitian medis khusus (field of specialized medical practise or research), dan disiplin ilmu
yang tergabung dalam ilmu kedokteran (disciplines of affiliated with medicine). Sumber lain juga
menyebutkan bahwa ilmu Kedokteran termasuk dalam cabang Biologi Terapan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, disamping Ilmu Gizi dan Kesehatan/Higiene,
Pertanian, Peternakan, Perikanan, serta Bioteknologi. Kemudian dari ilmu Kedokteran tersebut
muncul ilmu-ilmu spesifik lainnya, seperti spesialisasi saraf, mata, kandungan, gigi, THT,
internis, dan anak. Pada abad penalaran, konsep dasar keilmuan berubah dari kesamaan menjadi
pembedaan khususnya antar berbagai pengetahuan, sehingga memunculkan spesialisasi
pekerjaan dan perubahan struktur di masyarakat. Pohon pengetahuan dibedakan berdasarkan apa
yang diketahui, bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa pengetahuan digunakan. Namun,
dengan pembedaan keilmuan justru menimbulkan berbagai masalah dan kerumitan, sehingga
menyebabkan sebagian orang melakukan pendekatan inter-disipliner.
Farmakologi sebagai seni dan ilmu dalam penyediaan obat dari bahan alam, dan bahan
sintetis yang sesuai untuk didistribusikan, dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan
penyakit, hadir di tengah-tengah pluralitas ilmu pengetahuan. Kehadirannya sebagai disiplin ilmu
pengetahuan yang teoritis sampai pada yang praktis teknologis diharapkan senantiasa mengalami
pencerahan sesuai tujuan awal dari keberadaannya. Melihat adanya fenomena yang di dalam
proses perkembangannya, farmakologi mengalami pergeseran nilai, sehingga diperlukan sebuah
rekonstruksi dalam perspektif filsafat ilmu pengetahuan.
Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang
pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar dari ilmu tersebut. Contohnya
Membangun Filsafat Farmakologi dengan menelusuri dari ketiga aspek tersebut.

Ontologi
Ontologi suatu bidang ilmu adalah hakekat pengetahuan yang menjadikan asumsi dasar suatu
kebenaran bidang ilmu tertentu. Ontologi didefinisikan sebagai studi tentang konsep realitas
yang dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu. Menilai farmakologi dari kacamata ontologis, tentu
harus kembali kepada definisi farmakologi itu sendiri. Definisi farmakologi berasal dari kata
pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan), sehingga lengkapnya istilah farmakologi
berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obat dan efek zat asing (eksogen) terhadap
suatu organisme. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa aspek penting yang
membangun farmakologi adalah tentang segala hal yang berkaitan dengan obat mulai penyiapan
hingga sampai ke tangan pasien plus informasi penggunaannya.
Perlu diketahui bahwasannya farmakologi bergerak tidak hanya dengan sasaran manusia,
melainkan mahluk hidup lainnya. Seperti bidang kedokteran dan kesehatan lainnya, ilmu
farmakologi juga akan menatap manusia sebagai objek. Farmasi ditinjau dari kelahirannya
hingga perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari kelahiran dan perkembangan ilmu
pengetahuan secara universal yang pondasinya dibangun oleh dua entitas, yakni filsafat moral
dan filsafat alam.
Filsafat moral melahirkan behavior sciences atau ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh
karena manusia itu memang merupakan objek istimewa bagi penyelidikannya sendiri, maka
mungkin juga diselidiki dari sudut tingkah lakunya, bukanlah tindakan yang sesuai dengan
tingkah yang lain-lain yang bukan manusia, melainkan yang khusus bagi manusia, yaitu
tindakan-tindakan yang terdorong oleh kehendaknya diterangi oleh budinya (moralnya).
Sedangkan dalam filsafat alam (cosmologia), menyelidiki alam ini, yang oleh filsafat alam dicari
inti alam itu, apakah sebenarnya alam itu, apakah sebenarnya isi alam pada umumnya, dan apa
hubungannya satu sama lain serta hubungannya dengan ada-mutlak. Alam ini merupakn ada
yang tidak mutlak, karena adanya tidak dengan niscaya. Segala isi alam dengan adanya sendiri
itu mungkin banyak tak ada. Tetapi dalam alam itu adalah sesuatu yang mempunyai kedudukan
istimewa, yang menyelidiki semua itu : Manusia (Human Being). Penyelidikan terhadap alam
melahirkan berbagai cabang ilmu ke dalam ilmu-ilmu sebagai pure sciences yakni Fisika,
Biologi, Kimia, dan Matematika. Keempat ilmu alam itu merupakan kerangka dasar yang
membangun ilmu-ilmu terapan yang berbasis kealaman seperti ilmu kesehatan, ilmu teknik, ilmu
pertanian, dan lain sebagainya.

Farmakologi ditinjau dari objek materinya, memiliki kerangka dasar dari ilmu-ilmu
alam; Kimia, Biologi, Fisika dan Matematika. Sedangkan ilmu farmakologi ditinjau dari objek
formalnya merupakan ruang lingkup dari ilmu-ilmu kesehatan. Secara historis ilmu farmakologi
dikembangkan dari medical sciences, yang berdasarkan kebutuhan yang mendesak perlunya
pemisahan ilmu farmakologi sebagai ilmu pengobatan dari ilmu kedokteran sebagai ilmu tentang
diagnosis. Ilmu farmasi pada perkembangan selanjutnya mengadopsi tidak hanya ilmu kimia,
biologi, fisika, dan matematika, melainkan termasuk pula dari ilmu-ilmu terapan seperti
pertanian, teknik, ilmu kesehatan, bahkan dari behavior science. Jelaslah bahwa bidang
farmakologi tidak dapat berdiri, dia akan menelaah dan menanggulangi berbagai masalah
dibidang farmakologi bersama bidang ilmu lain. Untuk mengatasi permasalahan yang ada,
mereka saling melengkapi dan mendukung dengan satu tujuan menciptakan obat-obatan guna
memperbaiki kualitas hidup manusia.

Epistemiologi
Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas
dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi atau sejarah perkembangan keilmuan
dalam menelaah asal mula dan ruang lingkup suatu ranah pengetahuan yang berupaya menjawab
pertanyaan bagaimana ilmu pengetahuan didapatkan dan dibangun? Dengan kata lain
epistemologi adalah sarana, sumber, metoda menggunakan langkah maju menuju ilmu
pengetahuan.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran
pengetahuan atau kepercayaan. Menurut AR Lacey, untuk menemukan kebenaran dilakukan hal
berikut antara lain :
- Menemukan kebenaran dari masalah
- Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran
- Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran
- Falsification atau operasionalism (experimental operation, operation research)
- Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran
- Metode hipotetico deduktif
- Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta.

Secara umum farmakologi terdiri dari berbagai bidang ilmu, diantaranya Farmakognosi,
Farmakokinetik , Farmakodinamik, Farmakologiklinik, Farmakoterapi , Toksikologi, dan
Farmakoekonomi.

Farmakognois mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber

obat.
Farmakokinetika mempelajari perjalanan obat dalam tubuh.
Farmakodinamik mempelajari tentang efek obat terhadap fisiologi dan biokimia dari sel

jaringan/organ tubuh beserta mekanisme kerjanya(fisiologis).


Farmakologiklinik mempelajari efek obat pada manusia(morfologi).
Farmakoterapi berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan

penyakit.
Toksikologi mempelajari keracunan zat kimia. Zat kimia yang dimaksud tersebut
termasuk obat atau zat yg digunakan dalam rumah tangga, industri, maupun lingkungan

hidup lain (contoh: insektisida, pestisida, zat pengawet, dll).


Farmakoekonomi mempelajari hubungan antara obat dan nilai ekonomis yg dapat
dihasilkan oleh obat tersebut
Farmasi berkembang melalui pengematan dan eksperimen. Kebenaran ilmiah dalam ilmu

farmasi dihasilkan dari hasil pengamatan berulang-ulang dan pembuktian sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan. Berbagai hasil penelitian menyokong perkembangan ilmu farmasi membentuk
bangunan utuh dari ilmu farmasi. Semua bidang farmasi ini saling terkait, dan berinteraksi antara
satu sama lain dalam satu orientasi, yakni health orientation, untuk seluruh lapisan masyarakat
tanpa kecuali.

Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang secara harfiah berarti
teori tentang nilai. Aksiologi menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
-

Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?


Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan
professional?

Aksiologi adalah nilai-nilai (values) yang merupakan tolok ukur kebenaran ilmiah yang
menjadikan etik dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian, penggalian dan aplikasi

ilmu. Aksiologi adalah nilai tujuan pemanfaatan dan penggunaan pengetahuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia.
Dari sudut pandang aksiologi, farmakologi sebagai suatu ilmu pengetahuan memiliki
manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia karena farmasi merupakan cabang dari
ilmu-ilmu medis dan kesehatan. Dapat dibayangkan betapa besar kerugian yang akan diderita
manusia bila ilmu farmasi tidak berkembang. Pemberdayaan farmakologi dalam bidang
pengabdian kesehatan tidak hanya terbatas pada bagaimana meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, tetapi harus bernuansa lebih luas, yaitu bagaimana meningkatkan kualitas SDM dan
kualits kehidupan, maka peranan farmakologi hendaknya bukan hanya terbatas pada bagaimana
menemukan obat, tetapi jauh lebih kedepan bagaimana mengembangkannya dan membantu
masyarakat agar mereka mau dan mampu menjaga kesehatannya dengan baik serta menjadikan
farmakologi dengan berbagai bidang ilmu yang dimilikinya sebagai sarana untuk meningkatkan
derajat kehidupan dan penghidupan yang layak bagi sebagian besar masyarakat dan ummat
manusia seluruhnya.
Mengingat bahwa tingkat kemampuan masyarakat sangat bervariasi, selain menyebabkan
bervariasinya penyakit yang diderita dan yang paling penting adalah kemampuan mereka untuk
membayar biaya kesehatan juga sangat bervariasi. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi
seorang profesi baik

yang bergerak dalam bidang kesehatan maupun bidang farmakologi,

apalagi jika seseorang yang memiliki profesi kesehatan disertai keahlian dibidang farmakologi
untuk pemberian alternatif obat-obatan yang dapat memenuhi tuntutan masyarakat sehingga
seluruh masyarakat terlayani dengan baik, terutama masyarakat yang berpendapatan rendah.
Untuk hal tersebut di atas, sangat dibutuhkan kerjasama antara farmasis/apoteker dengan
pihak-pihak terkait (interdisipliner) misalnya profesi kesehatan yang lain, dan didukung oleh
wawasan luas yang berorientasi pada kesehatan yang paripurna , produktif manusiawi, serta
berwawasan lingkungan yang ekologis, bernuansa pada kesejakteraan yang universal.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak jarang akan terjadi gesekan atau bahkan
tabrakan dengan nilai-nilai moral dan etika yang berlaku di masyarakat. Sebagai contoh yang
paling umum adalah penggunaan hewan coba dalam berbagai eksperimen. Dalam proses drug

discovery, pastilah harus dilakukan suatu uji pre-klinis terhadap hewan coba. Tujuan utamanya
adalah untuk menguji keamanan suatu obat baru sebelum diberikan kepada manusia serta melihat
korelasi invitro-invivo obat tersebut. Maka, agar tidak terjadi pembunuhan yang serampangan
terhadap hewan, suatu protocol uji pre-klinis harus lolos uji etik (ethical clearance) sebelum
diterapkan pada hewan. Bahkan proses pembunuhannya pun harus manusiawi tanpa menyakiti
hewan coba tersebut. Usaha ini dilakukan agar ilmu pengetahuan berkembang dengan tetap
mengindahkan nilai moral dan etis.
Seorang yang bergerak dalam bidang farmakologi yang berdaya intelektual dan berdaya
moral haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan nilai kejujuran dalam menjalankan
profesinya. Setiap keputusan yang diambil, pilihan yang ditentukan, penilaian yang dibuat
hendaknya selalu mengandung dimensi etika. Karena Salah satu pemenuhan hak azasi manusia
adalah tercapainya hak-hak kesehatan, yang termasuk didalamnya adalah hak untuk memperoleh
pengobatan yang tepat.
pengetahuan yang lain.

Capaian tersebut diraih bersama dengan berbagai ranah ilmu

Anda mungkin juga menyukai