Seorang wanita berusia 45 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan jantung
berdebar-debar dan mengeluh pusing. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
130/30 mmHg, Nadi 160x/menit irregular.
Kata sulit :
- Irregular : tidak sesuai aturan alam; tidak kambuh dalam interval yang teratur
(kamus kedokteran, Dorland)
- Pusing : perasaam berputar atau bergerak pada diri seseorang atau terhadap
benda-benda yang berada di sekitarnya (kamus kedokteran, Dorland).
Kata/kalimat kunci :
- wanita 45 tahun
- jantung berdebar-debar
- pusing
- tekanan darah 130/30 mmHg
- nadi 160x/menit irregular
Jawab :
ANATOMI :
Cor adalah suatu organ muscular yang berbentuk conus sebesar kepalan
tangan,bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada diantara kedua pulmo dan
berada kira-kira 5 cm diatas proccesus xiphoideus. Pada orang dewasa ukuran cor
adalah 12 cm,lebar 8-9 cm dan tebal 6 cm. Pada pria berat cor adalah 280-340 gram
dan pada wanita 230-280 gram.
Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa sekitar 7.571 liter darah.
Bagian-bagian Cor :
1) Atrium Dextra Terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil, auricula.
Atrium kanan dipisah dengan atrium kiri oleh : septum atriorum ( septum
interarteriale ).
2) Ventrikel Dextra
Atrium kanan dengan ventricle kanan dihubungkan oleh ostium
atrioventriculare dextrum (ostium venosum dextrum ). Ostium ini dibatasi
oleh annulus fibrosus ( suatu lingkaran serabut – serabut jaringan pengikat )
.Ia dapat ditutup oleh tiga katup ialah :
- cuspis anterior
- cuspis inferior ( posterior )
- cuspis medialis ( cuspis septalis )
Ketiga cuspis ini berpangkal pada annulus fibrosus ; karena ada tiga cuspis
maka disebut : valvula tricuspidalis. Tepi dari cuspis dihubungkan oleh :
chordae tendineae dengan :
- m. papillaris anterior dan
- m. papillaris inferior ( posterior )
- m. papillaris adalah tonjolan otot yang terdapat pd dinding ventricle
sehingga cuspis tidak dapat membalik ke arah atrium.
Dibagian distal dari conus atriosus terdapat tiga valvula semilunaris :
- valvula semilunaris anterior sebelah ventral
- valvula semilunaris sinistra sebelah kiri
- valvula semilunaris dextra sebelah kanan
Ventricel kanan dipisah dari ventricel kiri oleh septum ventriculorum (
septum interventriculare)
3) Atrium kiri
Ke dalam atrium kiri bermuara : empat v. pulmonales :
- dua v. pulmonalis kanan
- dua v. pulmonalis kiri pada atrium juga terdapat auricula
4) Ventriculus sinister :
Disini hanya berpangkal dua cuspis yaitu :
- cuspis anterior
- cuspis posterior Yang merupakan : valvula bicuspidalis ( valvula
mitralis )
Vascularisasi Cor
Seluruh myocardium mendapat suplai darah dari arteria coronaria dextra dan
sinistra. Arteria coronaria dextra berpangkal pada sinus aorticus anterior (terletak di
anterior). Arteria coronaria sinistra berpangkal pada sinus aorticus sinister (terletak
disebelah posterior kiri). Arteria coronaria dextra mula-mula berjalan ke ventral dan ke
kanan ,berada diantara pangkal arteria pulmonalis dan auricula dextra ,lalu berjalan
didalam sulcus atrioventricularis sampai pada mencapai margo acutus dan kemudian
membelok ke dorsal,berada di dalam sulcus coronarius dan menuju crux cordis.
Percabangannya adalah
1. ramus marginalis yang berjalan sepanjang margo acutus.
2. Ramus transversus yang berjalan di dalam sulcus coronarius,dan mengadakan
anastomose dengan ramus circumflexus yang dipercabangkan oleh arteria
coronaria sinistra.
3. Ramus descendens posterior (r.interventricularis posterior) yang berjalan
didalam sulcus longitudinalis posterior menuju apex cordis dan mengadakan
anastomose dengan ramus descendens anterior yang dipercabangkan oleh
a.coronaria sinistra.
4. Cabang-cabang yang kecil yang mensuplai conus arteriosus dan SA node.
Fisiologi
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah
keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan
mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2
vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium
kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam
arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui
pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di
paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang
selanjutnya dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju
ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan
atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.Darah dalam atrium kiri akan
didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah
yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta
(arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk
seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
PASOKAN DARAH KE JANTUNG
Otot jantung (miokardium) sendiri menerima sebagian dari sejumlah volume
darah yang mengalir melalui atrium dan ventrikel. Suatu sistem arteri dan
vena (sirkulasi koroner) menyediakan darah yang kaya akan oksigen untuk
miokardium dan kemudian mengembalikan darah yang tidak mengandung
oksigen ke dalam atrium kanan. Arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri
merupakan cabang dari aorta; vena kardiak mengalirkan darah ke dalam
sinurskoroner, yang akan mengembalikan darah ke dalam atrium kanan.
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
EKG adalah rekaman penyebaran keseluruhan aktivitas listrik jantung
,dengan meletakkan elektroda pada permukaan tubuh. EKG yang khas terdiri
atas 3 gelombang berbeda atau 3 defleksi :
1. Gelombang P
a. Siklus Jantung
Siklus jantung adalah rangkaian peristiwa mekanik yang diatur oleh aktivitas
listrik myokardium. Sel-sel otot jantung memiliki kemampuan untuk berkontraksi
secara spontan ,sehingga tidak dibutuhkan impuls saraf untuk menghasilkan kontraksi.
Jantung menghasilkan iramanya sendiri,dan impuls listrik mengikuti rute yang sangat
spesifik melalui miokardium.
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan
diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol
dan diastol yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh
jantung, sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi jantung.
Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan diastol.
Karena aliran masuk darah yang kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan
atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas.
Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah mengalir langsung dari
atrium ke dalam ventrikel selama diastol ventrikel. Akhirnya, volume ventrikel perlahan
– lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi.
Pada akhir diastol ventrikel, nodus sinoatrium (SA) mencapai ambang dan
membentuk potensial aksi. Impuls menyebar ke seluruh atrium dan menimbulkan
kontraksi atrium. Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan sistem
penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Ketika kontraksi ventrikel dimulai,
tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan tekanan yang terbalik
inilah yang mendorong katup AV tertutup.
Curah jantung (cardiac output) adalah volume darah yang dipompa oleh tiap –
tiap ventrikel per menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh jantung). Selama
satu periode waktu tertentu, volume darah yang mengalir melalui sirkulasi paru ekivalen
dengan volume darah yang mengalir melalui sirkulasi sistemik. Dengan demikian, curah
jantung dari kedua ventrikel dalam keadaan normal identik, walaupun apabila
diperbandingkan denyut demi denyut, dapat terjadi variasi minor. Dua faktor penentu
curah jantung adalah kecepatan denyut jantung (denyut per menit) dan volume
sekuncup (volume darah yang dipompa per denyut). Kecepatan denyut jantung rata –
rata adalah 70 kali per menit, yang ditentukam oleh irama sinus SA, sedangkan volume
sekuncup rata –rata adalah 70 ml per denyut, sehingga curah jantung rata – rata adalah
4.900 ml/menit atau mendekati 5 liter/menit.
Sebaliknya, sistem saraf simpatis, yamg mengontrol kerja jantung pada situasi –
situasi darurat atau sewaktu berolahraga, mempercepat denyut jantung melalui efeknya
pada jaringan pemacu. Efek utama stimulasi simpatis pada nodus SA adalah
meningkatkan keceptan depolarisasi, sehingga ambang lebih cepat dicapai. Stimulasi
simpatis pada nodus AV mengurangi perlambatan nodus AV dengan meningkatkan
kecepatan penghantaran. Selain itu, stimulasi simpatis mempercepat penyebaran
potensial aksi di seluruh jalur penghantar khusus.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan hidrostatik yang diakibatkan karena penekanan darah
pada dinding pembuluh darah. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah tertinggi
yang dicapai arteri selama sistol, sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan
darah terendah yang dicapai arteri selama diastol (Tortora, 2012). Tekanan arteri rata –
rata (mean arterial pressure) adalah tekanan rata – rata yang bertanggung jawab
mendorong darah maju ke jaringan selama seluruh siklus jantung. Perkiraan tekanan
arteri rata – rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Tekanan arteri rata – rata = tekanan darah diastolik + 1/3 (tekanan darah sistolik
– tekanan darah diastolik)
Pengaturan tekanan arteri rata – rata bergantung pada dua
kontrol utamanya, yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung
bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, sementara
resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteriol.
Pengaturan jangka pendek tekanan darah terutama dilakukan oleh reflex baroreseptor.
Baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta secara terus – menerus memantau
tekanan arteri rata – rata. Kontrol jangka panjang tekanan darah melibatkan
pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui kontrol keseimbangan garam dan air
oleh ginjal ( Sherwood, 2001).
Gambar 2.2. Faktor – faktor yang meningkatkan tekanan arteri rata – rata
Sumber: Tortora, G.J., Derrickson, B., 2012. The Cardiovascular System: Blood
Vessels and Hemodynamics. In: Roesch, B., et al., eds. Principles of Anatomy and
th
Physiology. 13 ed. USA: John Wiley & Sons, 817
A. Pengertian Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi
dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi
juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Aritmia jantung (heart arrhythmia)menyebabkan detak jantung menjadi terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya.
Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang
menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat
menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. .
Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR
yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60
per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia -
lebih dari 100 per menit).
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan
mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar
jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan
Irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah
yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang
semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak
serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di
ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.
Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik jantung. Pada
umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan perubahan irama
jantung menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60
kali permenit) atau terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100
kali permenit)
Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah
ke seluruh tubuh.
Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam
sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini
akan menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak,
keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang
menuju otak menjadi berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau
perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.
Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami
kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai
perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali
permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat
dan tidak terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan
pertolongan cepat dengan kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.
Deteksi Aritmia
B. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah :
laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P
tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah
laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II
dan aVF.
c. Komplek atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan
kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran
ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda
bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium
prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan
teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti
gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri
multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional prematur
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler
Stres
Kegelisahan
Rasa takut
Olahraga berat
Alkohol
Kafein
Obat-obatan
Pil diet
Nikotin
Kokain
Ganja
Namun, berdebarnya jantung juga dapat disebabkan karena masalah atau tidak
normalnya fungsi organ-organ tubuh tertentu. Penyebab ini meliputi :
Penyakit jantung
Ketidakseimbangan hormon
Rendahnya tingkat oksigen dalam darah
Anemia
Ketidakseimbangan elektrolit
Adanya cacat dalam katup
Hiperventilasi
Tekanan darah
Kelainan anatomis yang dapat mendasari :
3. Atrium Fibrilasi atau kacau serambi jantung adalah denyut jantung yang tidak teratur
yang bisa terjadi karena penyakit jantung rematik, hipertiroid dan penyakit pembuluh
nadi tajuk jantung. Bila kecepatannya sangat tinggi dan tidak teratur, mungkin akan
muncul perasaan berdebar-debar, pingsan, lemah dan mual. Bila nadi amat lemah dan
tidak teratur, aliran darah ke organ-organ vital seperti ginjal, paru-paru, dan otak
mungkin akan sangat kurang. Dengan kata lain, jantung yang tidak teratur akan tidak
sanggup mempertahankan normalnya peredaran darah ke seluruh tubuh. Ada juga
bahaya lain yang mengintai seperti pembekuan darah di dalam jantung, dan embolus
yang diangkut ke paru-paru, ginjal dan otak yang bisa menyebabkan keadaan yang
serius seperti pitam otak.
Epidemiologi
Fibrilasi atrial terjadi pada 1-2% dari populasi,dan tampaknya akan terjadi
peningkatan dalam 50 tahun ke depan. Prevalensi FA meningkat berdasarkan usia mulai
dari 0,5% pada usia 40-50 tahun,dan mendekati 5-15% pada usia 80 tahun. Dicatat
penemuan FA pada 0,5% dikelompok usia 50-59 tahun dan 9% dikelompok usia 80-89
tahun.
Definisi
FA merupakan aritmia jantung yang memiliki karakteristik :
1. RR interval yang ireguler yang tidak repetitif pada gambaran EKG.
2. Tidak terdapatnya gelombang P yang jelas pada gambaran EKG.
3. Siklus atrial (interval diantara 2 aktivasi atrial) bila dapat dilihat , bervariasi
dengan kecepatan lebih besar 300x per menit ( lebih kecil dari 200 ms).
Penyebab FA
FA mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelainan struktural akibat
penyakit jantung. Diketahui bahwa sekitar 25% pasien FA juga menderita menderita
penyakit jantung koroner walaupun hanya 10% dari seluruh kejadian infark miokard
akut yang mengalami FA,tetapi kejadian tersebut akan meningkatkan angka mortalitas
sampai 40%.
Hubungan antara FA dengan penyakit katup jantung telah lama diketahui.
Penyakit katup rematik meningkatkan kemungkinan terjadinya FA dan mempunyai
risiko 4x lipat untuk terjadinya komplikasi tromboemboli.
Aritmia jantung lain seperti syndrom wolff-parkinson-white (WPW) dapat
berhubungan dengan FA. Aritmia lain yang berhubungan dengan FA misalnya takikardi
atrial, AVNRT (Atrioventricular Nodal Re-Entrant Tachicardia) dan Bradiaritmia
seperti sick sinus syndrome dan gangguan fungsi sinus node lainnya.
Dari beberapa literatur didapatkan penyebab yang paling sering dari FA adalah
hipertensi,penyakit tiroid,PJK dan DM. Diet asupan makanan ,gaya hidup,stress
emosional dan fisik,intek alkohol serta kafein yang berlebihan juga ikut andil dalam
timbulnya FA pada seseorang.
Untuk FA yang ditimbulkan oleh penyakit sistemik non kardiak saat ini semakin
meningkat angka kejadiannya. Misalnya pada hipertensi sistemik ditemukan 45% dan
DM 10% dari pasien FA. Demikian pula pada keadaan lain seperti penyakit paru
obstruktif kronik dan emboli paru akut.
Klasifikasi
Secara klinis FA dibedakan menjadi 5 tipe berdasarkan bentuk dan lama berlangsung
yakni :
1. Setiap pasien yang menunjukkan irama FA yang pertama kali dikategorikan
sebagai pasien dengan diagnosis FA pertama kali, terlepas dari durasi dari
aritmia atau bentuk dan keparahan gejala yang berhubungan dengan irama FA
tersebut.
2. Paroksismal FA akan kembali sendiri ke irama normal ,biasanya dalam 48 jam.
Walaupun FA Paroksismal dapat berlanjut dalam 7 hari. Patokan 48 jam
penting,setelah melewati patokan ini kemungkinan konversi spontan rendah dan
antikoagulasi harus dipertimbangkan.
3. FA persisten, muncul ketika episode FA berlangsung lebih dari 7 hari atau
membutuhkan kardioversi , baik dengan obat atau dengan kardioversi arus
searah (DCC).
4. Long minus standing persisten AF,ketika berlangsung FA berlangsung ≥ dan
ketika telah diputuskan suatu strategi pengendalian ritme.
5. FA permanen, merupakan munculnya aritmia yang sudah dapat diterima oleh
pasien (dan dokter). Intervensi pengendalian irama tidak diterapkan pada pasien
dengan FA permanen.
Manifestasi Klinis FA
FA dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala-gejala FA sangat
bervariasi tergantung dari kecepatan laju irama ventrikel ,lamanya FA,penyakit yang
mendasarinya. Sebagian mengeluh berdebar-debar,sakit dada terutama saat beraktivitas
,sesak napas,cepat lelah,sinkop atau gejala tromboemboli.
Langkah-Langkah Diagnosis
Anamnesis
dapat diketahui tipe FA dengan mengetahui lama timbulnya (episode
pertama,paroksismal,persisten,permanen)
menentukan beratnya gejala yang menyertai: berdebar-debar,lemah,sesak
napas terutama pada saat beraktivitas,pusing,gejala yang menunjukkan
adanya iskemia atau gagal jantung kongestif.
penyakit jantung yang mendasari,penyebab lain dari FA misalnya
hipertiroid.
Pemeriksaan Fisik
tanda vital:denyut nadi berupa kecepatan dan regularitasnya,tekanan darah.
tekanan vena jugularis.
Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung
kongestif.
Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukkan kemungkinan tedapat
gagal jantung kongestif,terdapatnya bising pada auskultasikemungkinan
adanya penyakit katup jantung.
Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : hematokrit (anemia),TSH (penyakit gondok),enzim jantung
bila dicurigai terdapat iskemia jantung.
Pemeriksaan EKG: dapat diketahui antara lain irama (verifikasi FA),
hipertrofi ventrikel kiri,pre-eksitasi ventrikel kiri,sindroma pre-
eksitasi(sindrom WPW),identifikasi adanya iskemia.
Foto rontgen thoraks
Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup,ukuran dari atrium
dan ventrikel,hipertrofi ventrikel kiri,fungsi ventrikel kiri,obstruksi outflow
dan TEE (Trans Esophago Echocardiography) untuk melihat trombus di
atrium kiri.
Pemeriksaan fungsi tiroid. Pada FA episode pertama bila laju irama ventrikel
sulit dikontrol.
Uji latih : identifikasi iskemia jantung,menentukan adekuasi dari kontol laju
irama jantung.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring,studi
elektrofisiologi.
Penatalaksanaan FA
Dalam penatalaksanaan FA perlu diperhatikan apakah pada pasien tersebut dapat
dilakukan konversi ke irama sinus atau cukup dengan pengontrolan laju irama ventrikel.
Pada pasien yang masih dapat dikembalikan ke irama sinus perlu segera dilakukan
konversi,sedangkan pada FA permanen sedikit sekali kemungkinan atau tidak mungkin
dikembalikan ke irama sinus,alternatif pengobatan dengan menurunkan laju irama
ventrikel harus dipertimbangkan.
Kardioversi
1.Kardiversi Farmakologis
Kardiversi farmakologis paling efektif bila dilakukan dalam 7 hari stetelah terjadinya
FA.Klasifikasi obat anti aritmia dan obat-obat yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel
1.
2.Kardioversi Elektrik
Pasien FA dengan hemodinamik yang tidak stabil akibat laju irama ventrikel yang cepat
disertai tanda iskemik, hipotensi, sinkop perlu segera dilakukan kardioversi
elektrik.Yang dimulai dengan 200 joule, dan bila tidak berhasil dapat dinaikkan 300
joule. Paseien dipuasakan dan dilakukkan anastesi dengan obat anastesi kerja pendek.
Mempertahankan Irama Sinus
FA adalah penyakit kronis dan recurrentsi sering terjadi baik pada FA paroksisumal
maupaun pada FA persisten.Bia telah terjadi konversi ke irama sinus maka hal ini perlu
dipertahankan dengan pengobatan propilaktik.
Pengobatan Propilaktik dengan Obat Anti Aritmia untuk mencegah Recurrentsi
Fa yang berlangsung lebih dari 3 bulan merupakan salah satu prediktor terjadinya
recurrentsi.Obat anti aritmia yang sering dipergunakan untk mempertahankan irama
sinus dapat dilihat pada tabel 1.
Pemilihan Obat-obat anti aritmia pada pasien dengan kelaianan Jantung
Pemilihan obat-obat anti aritmia disesuaikan dengan keadaan penyakit jantung yang
diderita untuk mencegah timbulnya proaritmia.
Pengontrolan Laju Irama Ventrikel
Obat-obat yang sering dipergunakan untuk mengontrol laju irama ventrikel adalah
digoksin, antagonis kalsium(peravamil, diltiazem) dan penyekat beta.
Komplikasi
Pada pasien dengan sindroma WPW dan konduksi yang cepat melalui jalur
ekstranodal yang memintas nodus atrioventrikular,dimana pada saat terjadi FA disertai
pre-eksitasi ventrikular,dapat berubah menjadi fibrilasi ventrikel dan menyebabkan
kematian mendadak. FA yang disertai dengan laju irama ventrikel yang cepat serta
berhubungan dengan keadaan obstruksi jalur keluar dari ventrikel atau terdapat stenosis
mitral,dapat menyebabkan terjadinya hipotensi dan perubahan keadaan klinis.
Beberapa komplikasi lain dapat terjadi pada flutter atrial dengan laju irama
ventrikel yang cepat. Laju ventrikel yang cepat ini bila tidak dapat terkontrol dapat
menyebabkan kardiomiopati akibat takikardia persisten . diantara komplikasi yang
paling sering muncul dan membahayakan adalah tromboemboli ,terutama stroke.
2. Regurgitasi aorta
EPIDEMIOLOGI
Karl et al melakukanpenelitian terhadap 246 pasien yang menderita regurgitasi
aorta,didapatkan angka kematian yang lebih tinggi dari yang diharapkan (10 tahun,34
kira-kira 5%,p<0,001). Dan angka kesakitan meningkat tinggi pada pasien yang diterapi
dengan konservatif. Prediksi angka kehidupan pasien tergantung dari umur,kelas
fungsional,indeks comordibity, FA,diameter sistolik akhir ventrikel. Dari penelitian
prospektif di Eropa terhadap pasien dengan kelainan katup jantung didapatkan bahwa
pasien dengan kelainan katup jantung ini masih perlu tindakan intervensi yang segera.
Jenis kelainan katup yang sering didapatkan adalah stenosis aorta 43,1% dari 1190
pasien,regurgitasi mitral 31,5% dari 877 pasien ,regurgitasi aorta 13,3% dari 369 pasien,
stenosis mitral 12,1% dari 336 pasien. Kelainan degeneratif masih merupakan penyebab
tersering regurgitasi aorta. Dari studi Framingham,didapatkan 4,9% angka kejadian
regurgitasi aorta dan 10% dari strong heart study terhadap 250 pasien.
ETIOLOGI
Regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam dua macam kelainan
artifisial yaitu:
Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada:
-penyakit kolagen
-aortitis sifilitika
-diseksi aorta
Penyakit katub artifisial
-penyakit jantung reumatik
-endokarditis bacterialis
-aorta artificial congenital
-ventricular septal defect(VSD)
-rupture traumatik
-aortic left ventriculer tunnel
Genetik
-sindrom marfan
-mukopolisakaridos
PATOFISIOLOGI
Dilatasi ventrikel merupakan kompensasi utama pada regurgitasi aorta, bertujuan
untuk mempertahankan curah jantung disertai peninggian tekanan artifisial ventrikel
kiri.Pada saat aktifitas, denyut jantung dan resistensi vaskuler perifer menurun sehingga
curah jantung bisa terpenuhi.Pada tahap lanjut, tekanan atrium kiri, pulmonary wedge
pressure, arteri pulmonal,ventrikel kanan dan atrium kanan meningkat sedangkan curah
jantung menurun walaupun pada waktu istirahat.
GEJALA KLINIS
Kelelahan
Sesak nafas
ortopnu
dipsnu nocturnal
Restriksi toleransi latihan akibat sesak napas dan rasa lelah diikuti oleh ortopnu dan
edema paru sebagai akibat dari hipertensi vena pulmonalis.
TANDA FISIK
Tekanan nadi yang lebar dan aliran diastolik yang cepat menyebabkan beberapa
tanda fisik yang direfleksikan pada denyut apeks yang aktif, hiperdinamik, dan sering
kali bergeser ke lateral.Yang khas, murmur awal diastolik nada tinggi dimulai sgera
sesudah A2 dan terdengar pada batas sternal kiri dan basis; panjang murmur daripada
derjat kekerasan suara, berkaitan dengan derajat keparahan.Murmur aliran sistolik
tambahan sering dapat didengar dan tidak selalu menandakan stenosis aorta
tambahan.Murmur aliran mid diastolik (murmur austin flint) dapat terdengar bila
regurgitasi aorta berat.Semua tanda ini dapat tidak ada pada regurgitasi aorta akut
karena penyamaan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekan diastolik aorta.Pada
situasi ini pasien terlihat sesak dan tidak sempat dengan sinus takikardia, namun jantung
terdengar pelan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG jarang normal pada regurgitasi aorta kronis dan sering menunjukkan
perubahan repolarisasi bermakna. Pada regurgitasi aorta akut EKG dapat
normal.
MRI juga dapat memberi informasi yang berguna bagi ahli bedah untuk
menghindari kateterisasi jantung.
TATALAKSANA MEDIS
Lebih dari 50% pasien dengan regurgitasi aorta yang tidak diterapi hidup setelah 10
tahun,maka biasanya dilakukan terapi konservatif. Pasien asimtomatik dengan
regurgitasi aorta ringan harus diperiksa ulang setiap 6 atau 12 bulan dengan eko-
Doppler serial. Adanya dilatasi ventrikel kiri atau tanpa penurunan fungsi ventrikel
mengindikasikan perlunya pembedahan. Terapi diuretik dan vasodilator (misalnya
penghambat enzim pengkonversi angiotensin (ACE)) dapat digunakan sebagai manuver
holding. Karena lesi katup ini juga rentan terhadap endokarditis infektif ,higiene gigi
harus baik dan semua pasien diberikan antibiotik pada prosedur dental serta operasi
minor.
INTERVENSI BEDAH
Mortalitas dini dan lanjut setelah penggantian katup aorta sama dengan hasil
penggantian katup pada stenosis aorta. Pada pembedahan jantung ,sekarang ini
penggantian pangkal aorta tidak lagi merupakan faktor risiko mortalitas dini.
KOMPLIKASI
1. Kardiomegali ; pada regurgitasi aorta ,darah mengalir ke ventrikel dari aorta
tepat setelah ventrikel memompakan darah ke aorta. Pada regurgitasi aorta otot
ventrikel kiri mengalami hipertrofi akibat peningkatan beban kerja ventrikel.
Pada regurgitasi ruang ventrikel kiri juga membesar untuk menampung seluruh
darah yang kembali dari aorta. Kadang-kadang massa otot ventrikel kiri
bertambah 4 sampai 5 kali lipat ,membuat jantung kiri sangat besar.
2. Gagal ventrikel kiri ; pada stadium awal regurgitasi aorta ,kemampuan intrinsik
ventrikel kiri untuk beradaptasi terhadap peningkatan beban dapat menghindari
gangguan yang berarti pada fungsi sirkulasi selama beristirahat ,diluar
peningkatan hasil kerja yang dibutuhkan oleh ventrikel kiri.
3. Edema Paru ; diatas tingkat kritis kelainan katup aorta ,ventrikel kiri akhirnya
tidak dapat menyesuaikan diri lagi dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri
melebar dan curah jantung mulai turun,pada saat yang bersamaan darah
tertimbun di atrium kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang
kepayahan. Tekanan atrium kiri meningkat secara progresif dan muncul edema
paru-paru.
4. Hipoksia jaringan.
5. Adapun komplikasi lain yang dapat dialami oleh pasien setelah dilakukan
pembedahan akibat perubahan hemodinamika yang mendadak ; pendarahan ,
tromboembolisme, infeksi, gagal jantung
kongestif,hipertensi,distrimia,hemolisis,dan sumbatan mekanis.
PENDAHULUAN
Hormon tiroid (HT) memiliki peranan mendasar untuk homeostasis kardiovaskular
pada berbagai keadaan baik fisiologis maupun patologis.Disfungsi tiroid dapat
menyebabkan gangguan hemodinamik dan atau ,memperberat gangguan kardiovaskular
yang ada sebelumnya.isfungsi tiroid terutama hipertiroid akan mengakibatkan
perubahan kontraktilitas jantung, fungsi diastolic,konsumsi oksigen miokard, curah
jantung, tekanan darah,tahanan vascular sisitemik(TVS) dan gangguan irama jantung.
DEFENISI
Penyakit jantung tiroid adalah suatu keadaan kelaianan fungsi dan atau structural
jantung menetap yang murni terjadi akibat gangguan fungsi tiroid, dan tidak didapatkan
penyebab atau etiologi lain dari kelaianan jantung tersebut.
ETIOLOGI
Berbagai keaadan bisa mengakibatakan gangguan fungsi tiroid baik hipertiroid
maupun hipotiroid, dan apabila hal ini berlangsusn cukup lama maka akan
mengakibatkan terjadinya penyakit jantung tiroid.Beberapa penyebab hipertiroidisme
adalah penyakita graves, goiter multinodular, adenoma toksisk danproses keganasan
kelenjar tiroid.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit tiroid sering ditemukan lebih banyak pada populasi wanita dibandingkan
dengan pria dewasa.Prevalensi penyakit tiroid pada wanita 9-15%.Hipertiroid 4-8 kali
lebih sering pada wanita, dengan insiden terbanyak pada decade ke -3 atau decade ke- 4
.Data epidemiologi penyakit jantung tiriod sendiri sampai saat ini belum diketahui.
PATOFISIOLOGI
Pengaruh hormon tiroid pada sistem seluler diperantarai oleh triiodotironin (T3)
yang terikat pada reseptor-reseptor inti sel. Sebagian dari kompleks reseptor T3 yang
terikat pada DNA meregulasi ekspresi gen, terutama yang mengatur perputaran kalsium
pada otot jantung. T3 juga memiliki potensi diluar nukleus yang sifatnya tidak
tergantung ikatan reseptor T3 inti atau peningkatan sintesis protein. Efek-efek diluar inti
ini menyebabkan stimulasi asam amino, gula dan transport kalsium secara cepat.
Perubahan fungsi jantung diperantarai oleh regulasi T3 oleh gen-gen yang spesifik pada
otot jantung. 1,3
PENTALAKSANAAN
Tatalaksana meliputi penatalaksanaan untuk pnyakit jantung tiroidnya dan untuk
keadaan heprtiroid.Pengobatan hipertoriod dapat melalui tiga cara yaitu pemberian
OAT(obat anti tiroid) tiroidektomi atau pemberian yodium radioaktif.Pasien
hipertiroidisme dengan FA bisa diberikan obat penghambat beta untuk mengendalikan
laju ventrikel.
H.KOMPLIKASI
Gangguan kontraktilitas jantung dan disfungsi diastolic
Peningkatan TVS
Penurunan factor relaksasi yang dikeluarkan endotel
Peningkatan kolestrol serum
Peningkatan protein C-reaktif
Peningkatan hemosistein
PENCEGAHAN
Penyakit jantung tiroid terjadi karena gangguan funsi tiroid.Untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung tiroid maka setiap gangguan tiroid yang terjadi perlu diketahui sedini
mungkin dan ditanganai dengan baik sejak awal.
PROGNOSIS
Prognosis penyakit jantung tiroid ditentukan oleh berat riangannnya gangguan struktur
dan atau fungsi jantung yang ada.Prognosis tidak terlalu jelek pada mereka dengan
fungsi sistolik dan diastolic ventrikel kiri yang masih cukup baik dan tidak ada
gangguan irama jantung.Prognosis menjadi dubia ad malam pada mereka yang sudah
terlanjur terjadi kardiomiopati dilatasi dengan temponade jantung dan yang telah terjadi
penyakit arteri coroner.
TATALAKSANA MEDIS
Lebih dari 50% pasien dengan regurgitasi aorta yang tidak diterapi hidup setelah 10
tahun,maka biasanya dilakukan terapi konservatif. Pasien asimtomatik dengan
regurgitasi aorta ringan harus diperiksa ulang setiap 6 atau 12 bulan dengan eko-
Doppler serial. Adanya dilatasi ventrikel kiri atau tanpa penurunan fungsi ventrikel
mengindikasikan perlunya pembedahan. Terapi diuretik dan vasodilator (misalnya
penghambat enzim pengkonversi angiotensin (ACE)) dapat digunakan sebagai manuver
holding. Karena lesi katup ini juga rentan terhadap endokarditis infektif ,higiene gigi
harus baik dan semua pasien diberikan antibiotik pada prosedur dental serta operasi
minor.
INTERVENSI BEDAH
Mortalitas dini dan lanjut setelah penggantian katup aorta sama dengan hasil
penggantian katup pada stenosis aorta. Pada pembedahan jantung ,sekarang ini
penggantian pangkal aorta tidak lagi merupakan faktor risiko mortalitas dini.
KOMPLIKASI
1. Kardiomegali ; pada regurgitasi aorta ,darah mengalir ke ventrikel dari aorta
tepat setelah ventrikel memompakan darah ke aorta. Pada regurgitasi aorta otot
ventrikel kiri mengalami hipertrofi akibat peningkatan beban kerja ventrikel.
Pada regurgitasi ruang ventrikel kiri juga membesar untuk menampung seluruh
darah yang kembali dari aorta. Kadang-kadang massa otot ventrikel kiri
bertambah 4 sampai 5 kali lipat ,membuat jantung kiri sangat besar.
2. Gagal ventrikel kiri ; pada stadium awal regurgitasi aorta ,kemampuan intrinsik
ventrikel kiri untuk beradaptasi terhadap peningkatan beban dapat menghindari
gangguan yang berarti pada fungsi sirkulasi selama beristirahat ,diluar
peningkatan hasil kerja yang dibutuhkan oleh ventrikel kiri.
3. Edema Paru ; diatas tingkat kritis kelainan katup aorta ,ventrikel kiri akhirnya
tidak dapat menyesuaikan diri lagi dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri
melebar dan curah jantung mulai turun,pada saat yang bersamaan darah
tertimbun di atrium kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang
kepayahan. Tekanan atrium kiri meningkat secara progresif dan muncul edema
paru-paru.
4. Hipoksia jaringan.
5. Adapun komplikasi lain yang dapat dialami oleh pasien setelah dilakukan
pembedahan akibat perubahan hemodinamika yang mendadak ; pendarahan ,
tromboembolisme, infeksi, gagal jantung
kongestif,hipertensi,distrimia,hemolisis,dan sumbatan mekanis.
REHABILITASI
Bertujuan agar toleransi terhadap aktifitas fisik bertambah tanpa menimbulkan keluhan
lain atau perubahan EKG atau meningkatnya denyut jantung secara berlebihan
- ambulasi sambil dipantau keluhan dan tanda vital sebelum dan sesudah latihan
- lamanya pengurangan aktifitas tergantung berat ringannya gangguan fungsi jantung,
bisa berlangsung beberapa bulan
Nutrisi:
Biasanya nafsu makan berkurang sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh
akibat hipermetabolisme yang disebabkan demam dan keradangan
Hasil yang diharapkan:
- keseimbangan nutrisi mengembalikan kondisi/berat badan ke keadaan sebelum
sakit ditunjang oleh laboratorium
Pelaksanaan:
- diet tinggi karbohidrat dan protein mengimbangi hipermetabolisme akibat
demam,radang dan infeksi agar tidak terjadi proses katabolisme.
- vitamin dan mineral
- kebersihan gusi,gigi dan mulut dijaga/bersihkan tiap 4 jam
- makanan yang merangsang selera makan
- cairan/minuman cukup, untuk mencegah dehidrasi, kecuali bila ada tanda payah
jantung maka kurangi cairan dan garam
- menimbang berat badan setiap hari sebagai evaluasi nutrisi dan cairan
PROGNOSIS
Pasien dengan regurgitasi aorta simtomatik akan meninggal dalam waktu 3 tahun
setelah awitan gejala, kecuali bila katup aorta diganti.
Tujuh puluh persen penderita dengan insufisiensi aorta kronis mampu bertahan 5
tahun, sedang 50% mampu bertahan 10 tahun setelah diagnosis ditegakkan. Penderita
dengan insufisiensi aorta yang jelas mampu hidup secara normal, tetapi mudah terkena
endokarditis infektif. Jika timbul gagal jantung, bisa bertahan 2 tahun, dan setelah
timbul angina biasanya bertahan 5 tahun.
Penderita dengan fraksi ejeksi prabedah 45% dan indeks jantung lebih besar dari 2,5
liter/menit/m2 mampu bertahan hidup lebih lama setelah operasi daripada penderita
dengan fraksi ejeksi kurang dari 45% dan indeks jantung kurang dari 2,5 liter/menit/m2.
Penderita dengan insufisiensi aorta akut dan edema paru, prognosisnya buruk,
biasanya harus dilakukan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Price & wilson, patofisiologi vol. 1 dan vol. 2 edisi 6, EGC : kedokteran