Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 2

ANALISIS DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

NAMA
: SAUDATINA ARUM MAUJUDAH
KODE IDENTITAS : 1606857103
PEMINATAN
: KEBIJAKAN DAN HUKUM KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA
2016
I. TAHAPAN PROSES MEMBUAT SUATU KEBIJAKAN PUBLIK
Proses Pembuatan Kebijakan melalui suatu tahapan yang dimulai dari

Perencana
an
Partisipasi
masyaraka
t

Penyusuna
n

Pembahas
an

Penyebarluasan

Pengundang
an

Pengesaha
n/penetapa
n

Proses penyusunan regulasi kebijakan ini berbeda antara satu dengan yang lain tergantung
hierarki dari kebijakan yang akan dibuat
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
dan penetapan masing-masing jenis peraturan perundang-undangan berbeda. Penetapan
bisa dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Pada setiap tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan mengikutsertakan
Perancang peraturan Perundang-undangan, peneliti dan tenaga ahli.
1. Tahapan proses pembuatan Undang-undang

a. Perencanaan
Dilakukan perencanaan undang-undang oleh Prolegnas
Dilakukan penyusunan skala prioritas dengan me list Perencanaan penyusunan
Undang-Undang didasarkan atas:
- perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
- perintah Undang-Undang lainnya;
- sistem perencanaan pembangunan nasional;
- rencana pembangunan jangka panjang nasional;
- rencana pembangunan jangka menengah;
- rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR; dan
- aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat
Pada proses agenda setting mempertimbangkan problems, possible solution of the
problems, dan politic circumtances. Dalam tahap awal ini, mempertimbangkan
masalah-masalah yang ada dimasyarakat yang urgent untuk mendapat solusi dari
masalah yang ada dan membutuhkan pengaturan kebijakan, sehingga akan disusun
skala prioritas dari masalah-masalah yang ada, sehingga pada skala prioritas teratas
akan menjadi agenda utama untuk dipertimbangkan dibuatnya suatu kebijakan.
Pada proses penentuan agenda utama ini tidak lepas dari pengaruh situasi politic
yang ada, dimana sangat disayangkan kala a problem sebetulnya menjadi prioritas
ke sekian, karena situasi politik yang mendukung sehingga berubah ratingnya
menjadi agenda prioritas utama.
b. Penyusunan Undang-undang
- Dilakukan penyusunan rancangan undang-undang disertai naskah akademik
-

(keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur)
Rancangan undang-undang berasal dari DPR atau Pemerintah
Rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang yang
berasal dari DPR dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR yang khusus

menangani bidang legislasi


Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri
atau pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian sesuai dengan lingkup
tugas dan tanggung jawabnya. Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang,
menteri

atau

pimpinan

lembaga

pemerintah

non-kementerian

terkait

membentuk panitia antar kementerian dan/atau antar non-kementerian.


Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan UndangUndang yang berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum
c. Pembahasan

Materi/naskah akademik yang berasal dari DPR atau Pemerintah akan dilakukan
pembahasan. Pembahasan dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri

yang ditugasi
Pembahasan melalui 2 tingkat pembicaraan
1) Tingkat 1: Pembicaraan di rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat
badan legislasi, rapat badan anggaran, atau rapat panitia khusus
2) Tingkat 2: pembicaraan di rapat paripurna
Dalam hal rancangan Undang-undang tidak mendapat persetujuan bersama
antara DPR dan Presiden, RUU tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR
masa itu.

d. Pengesahan
- Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan presiden
disampaikan oleh pimpinan DPR kepada presiden untuk disahkan menjadi
-

undang-undang
Penyampaian tersebut disampaikan dalam jangka waktu paling lama 7 hari

terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.


Presiden membubuhkan tanda tangan dalam waktu paling lama 30 hari

terhitung RUU disetujui bersama oleh DPR dan Presiden


Dalam waktu lebih dari 30 hari tidak ditanda-tangani, maka RUU tersebut sah

menjadi Undang-undang dan wajib diundangkan


Dalam setiap undang-undang dicantumkan batas waktu penetapan peraturan
pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan Undang-undang
tersebut

e. Pengundangan
- Setelah dilakukan pengesahan, agar semua orang mengetahuinya. Menteri yang
menyelenggarakan

urusan

pemerintahan

di

bidang

hukum

melakukan

pengundangan Undang-undang dengan menempatkannya dalam Lembaran


-

Negara RI atau Berita Negara.


Undang-undang mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal
diundangkan kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Perundang-undangan
yang bersangkutan

f. Penyebarluasan
- Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan Pemerintah
- Hal ini dimaksudkan untuk memberikm informasi dan/atau memperoleh
-

masukan masyarakat serta para pemangku kepentingan


Dalam hal undang-undang perlu diterjemahkan ke dalam Bahasa asing,
penerjemahannya dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum, dan merupakan terjemahan resmi.

g. Partisipasi masyarakat
- Masyarakat (baik perseorangan atau kelompok) bisa memberikan masukan
secara lisan maupun tertulis dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan yang bisa disampaikan melalui


1) rapat dengar pendapat umum;
2) kunjungan kerja;
3) sosialisasi; dan/atau
4) seminar, lokakarya, dan/atau diskusi
Masukan yang ada bisa digunakan sebagai bahan untuk pembuatan kebijakan
baru, atau merevisi kebijakan yang sudah ada

2. Tahapan Pembuatan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah kabupaten/Kota, Peraturan
Perundang-undangan lainnya
Proses pembuatannya tidak jauh berbeda dengan penyusunan undang-undang, akan tetapi pelaku, ruang lingkup nya berbeda
berdasarkan hierarki kebijakan
No.
1.

2.

3.

Tahapan

Peraturan
Pemerintah
(PP)
Perencanaan - Dikoordinasikan oleh
kemenkumham
- Ditetapkan
dengan
keppres
- Rancangan PP dari
kementerian/nonkementerian
berdasarkan
bidang
tugasnya
Penyusunan - RPP disusun oleh panitia
antar
kementerian/non
kementerian
- Dikoordinasikan
oleh
kemenkumham
Pembahasan

- Akan
dilakukan
pembahasan
oleh
kementerian/non
kementerian
berdasarkan
bidang
tugasnya
dengan
melubatkan
pakar,
koordinasi
lintas
sektor, lintas program
terkait

Peraturan
Presiden
(Perpres)
- Dikoordinasikan oleh
kemenkumham
- Ditetapkan
dengan
keppres
- Rancangan PP dari
kementerian/nonkementerian
berdasarkan bidang
tugasnya
- RPP
disusun
oleh
panitia
antar
kementerian/non
kementerian
- Dikoordinasikan oleh
kemenkumham

Peraturan
Daerah Peraturan
Daerah
Provinsi
Kab/Kota
- Perencanaan
- Perencanaan
dilakukan
oleh
dilakukan
oleh
prolegda Provinsi
prolegda
- Dituangkan dalam
Kabupaten/kota
naskah akademik - Dituangkan
dalam
(rancangan perda
naskah
akademik
provinsi)
(rancangan
perda
Kabupaten/Kota)

- Rancangan
Perda - Rancangan
Perda
Provinsi bisa berasal
kabupaten/kota
bisa
dari DPRD Provinsi
berasal
dari
DPRD
yang didapat dari
Provinsi yang didapat
bidang legislasi
dari bidang legislasi
- Bisa juga berasal dari - Bisa juga berasal dari
Gubernur
Bupati
- Akan
dilakukan - Dilakuan pembahasan - Dilakuan
pembahasan
pembahasan
oleh
oleh DPRD Provinsi
oleh
DPRD
kementerian/non
bersama Gubernur
Kabupaten/Kota
kementerian
bersama Bupati
berdasarkan bidang
tugasnya
dengan
melubatkan pakar,
koordinasi
lintas
sektor,
lintas
program terkait

Peraturan
perundangan lainnya
Merupakan
kewenangan,
kebutuhan, dan
ditetapkan oleh
lembaga, komisi,
atau instansi
masing-masing.

4.

Pengesahan/ - RPP
disahkan
Penetapan
Presiden

oleh - Rancangan
Perpres
untuk
disahkan
oleh
menjadi
Peraturan
Presiden
untuk
Pemerintah
menjadi Perpres

5.

Pengundanga
n

Diundangkan
dengan
menempatkan
di
Lembaran Negara RI,
Berita Negara RI

Diundangkan dengan
menempatkan
di
Lembaran Negara RI,
Berita Negara RI

6.

7.

Penyebarluas
an

Penyebarluasan dilakukan
oleh pemerintah

Penyebarluasan
dilakukan
pemerintah

Partisipasi
masyarakat

perseorangan atau
kelompok orang yang
mempunyai kepentingan
atas substansi Rancangan
Peraturan
Perundangundangan.

perseorangan atau
kelompok orang yang
mempunyai
kepentingan
atas
substansi Rancangan
Peraturan Perundangundangan.

oleh

Rancangan Perda
Provinsi
disampaikan DPRD
Provinsi
ke
Gubernur
untuk
ditetapkan
oleh
Gubernur menjadi
Perda Provinsi
Diundangkan
dengan
menempatkan di
Lembaran Daerah
(Perda Provinsi),
Berita
daerah
(Pergub)
Pengundangan
dilakukan
oleh
Sekretaris Daaerah

dilakukan
bersama
oleh
DPRD
dan
Pemerintah
Daerah
Provinsi
atau
Kabupaten/Kota.
perseorangan atau
kelompok orang yang
mempunyai
kepentingan
atas
substansi Rancangan
Peraturan Perundangundangan.

Rancangan
Perda
kabupaten/kota
disampaikan
DPRD
kabupaten/Kota
ke
Bupati untuk ditetapkan
oleh
Bupati
menjadi
Perda kabupaten/Kota
-

Diundangkan dengan
menempatkan
di
Lembaran
Daerah
(Perda
kabupaten/Kota),
Berita
daerah
(Peraturan Bupati)
- Pengundangan
dilakukan
oleh
Sekretaris Daaerah
dilakukan bersama oleh
DPRD dan Pemerintah
Daerah
Provinsi
atau
Kabupaten/Kota.
perseorangan atau
kelompok orang yang
mempunyai kepentingan
atas substansi Rancangan
Peraturan
Perundangundangan.

II. REFLEKSI PEMBELAJARAN MEMBAHAS STUDI KEBIJAKAN DAN ANALISIS KEBIJAKAN


tanggal 10 September 2016
1. PERBEDAAN ANTARA STUDI KEBIJAKAN DAN ANALISIS KEBIJAKAN DAN KONDISI DI
LAPANGAN
Studi kebijakan (policy study) dan analisis kebijakan (policy analysis) adalah cara
mempelajari dan menganalisis suatu kebijakan berdasarkan sudut pandang pelaku analisis
kebijakan
No.
1.

Uraian
Pengertian

STUDI KEBIJAKAN
Kegiatan pengkajian akademis

ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis
yang
tepat

yang dilakukan dalam waktu

menyeluruh

yang

untuk

kebijakan yang hasilnya berupa

segala

sesuatu

rekomendasi kebijakan yang akan

berhubungan

dengan

diberikan kepada para pemangku

panjang

mempelajari
yang

kebijakan, dan tidak bersifat


memberikan

penilaian

terhadap

dan
sebuah

kepentingan.

dan

rekomendasi kepada pihak lain


2.

Input

mengenai sebuah kebijakan


Fenomena

Society problem (masalah yang


terjadi di masyarakat) yang bisa

3.

4.

Process (Waktu

menimbulkan keresahan
Pendek/relative cepat, karena

Panjang/lama

yang

dikembangkan untuk kepentingan

diperlukan
output

Digunakan untuk kepentingan

praktis
Hasilnya

ilmiah atau keilmuan kebijakan

rekomendasi kebijakan yang akan

sendiri

(mendukung

diberikan kepada para pemangku

science)

bukan

untuk

policy

semata-mata

adalah

berupa

kepentingan.

merekomendasikan

kepada pemangku kepentingan.


Lebih independence (netral)

Bisa

dipengaruhi

kepentingan
Obyektif

politis

pemangku

kepentingan
Bisa
terpengaruh
subyektifitas

oleh

oleh

kepentingan

5.

Ruang Lingkup

Mempunyai ruang lingkup yang

pemangku kepentingan.
Memiliki ruang lingkup yang lebih

6.

Efek

lebih sempit dan spesifik


Untuk
memperkaya
policy

luas dan kompleks


Mempunyai efek yang lebih luas

science

untuk

masyarakat,

karena

diharapkan

dengan

rekomendasi

menjadi

kebijakan

akan

menjadi bahan untuk penyusunan


kebijakan

baru

atau

revisi

kebijakan yang sudah ada.


* Dalam analisis kebijakan bisa mempertimbangkan studi kebijakan yang telah dilakukan
oleh pihak lembaga kajian sebagai pertimbangan untuk disampaikan kepada pemangku
kepentingan.
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Proses Pembuatan Kebijakan melalui suatu siklus yang dimulai dari Agenda Setting, Policy
formulation, Policy Adoption, Policy implementation, Policy Adoption

Agenda
Setting

Policy
evaluation

Policy
Implementat
ion

Policy
formulation

Policy
Adoption

Pada proses agenda setting mempertimbangkan problems, possible solution of the


problems, dan politic circumtances. Dalam tahap awal ini, mempertimbangkan masalahmasalah yang ada dimasyarakat yang urgent untuk mendapat solusi dari masalah yang ada
dan membutuhkan pengaturan kebijakan, sehingga akan disusun skala prioritas dari
masalah-masalah yang ada, sehingga pada skala prioritas teratas akan menjadi agenda
utama untuk dipertimbangkan dibuatnya suatu kebijakan. Pada proses penentuan agenda
utama ini tidak lepas dari pengaruh situasi politic yang ada, dimana sangat disayangkan
kala a problem sebetulnya menjadi prioritas ke sekian, karena situasi politik yang
mendukung sehingga berubah ratingnya menjadi agenda prioritas utama.

Formulasi Kebijakan
Demands
Input

Support

POLICY
MAKING

Desicion
Output
Action

Resources
Feedback
Misalnya dalam pembuatan Peraturan Pemerintah berkaitan kesehatan maka dalam proses
formulasi kebijakan akan dilakukan oleh satker-satker terkait berdasar organisasi yang ada
di Pemerintah Pusat dalam hal ini Kemenkes. Pada prosesnya, akan disesuaikan dengan
penganggaran yang ada pada tahun berjalan dari rapat persiapan, rapat penyusunan
dimana melibatkan lintas sector, lintas program terkait, organisasi profesi, lintas
kementerian, pembuatan pokja-pokja terkait sub formulasi yang dibutuhkan, sehingga
dipastikan usulan-usulan dari semua pihak terkait bisa diakomodir, draf regulasi yang
disusun akan beberapa kali dibahas dan mendapat feedback dari pihak-pihak yang
berkepentingan, untuk independensi dari penyusunan regulasi biasanya juga melibatkan
konsultan praktisi dari universitas yang berkompeten di bidangnya. Dari draf regulasi yang
dibuat, akan ditindaklanjuti oleh bagian hukum dan organisasi di eselon 2 masing-masing.
Disini akan dilakukan pengharmonisasian draf kebijakan yang disusun dengan kebijakankebijakan yang ada, memastikan tidak ada tumpeng tindih dan pertentangan kebijakan
yang akan dibuat dengan kebijakan lainnya. Draf regulasi ini selanjutnya akan menjadi
naskah akademik bagi pemerintah untuk diajukan dan diproses menjadi rancangan
kebijakan
Dalam policy making seringkali ada black box yang yang menutupi proses interaksi antar
elite atau actor pembuat kebijakan, akan tetapi black box ini bukanlah harga mati, bahwa
kebijakan yang dibuat ada hal-hal yang ditutup-tutupi, sepanjang pengawalan dari pihak
luar yang independent tetap ada, dan memang dalam pembahasan content dari kebijakan
bersifat terbuka dan melibatkan pakar ahli yang mumpuni di bidangnya.
Dan selanjutnya kebijakan yang telah disusun akan diimplementasikan, adakalanya pada
masa implementasi akan melalui proses ujicoba terlebih dahulu, untuk mengetahui bahwa
kebijakan tersebut bisa atau tidak diimplementasikan.
Di tiap-tiap tahapan diperlukan evaluasi kebijakan, demikian juga evaluasi yang dilakukan
setelah kebijakan tersebut diimplementasikan, apakah cukup efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan yang diharapkan untuk menjawab social problem atau pengaturan
kehidupan warga negara dalam mencapai keadilan dan kesejahteraan. Jika setelah
dilakukan evaluasi, kebijakan yang telah diimplementasikan kurang efektif, atau dirasa
perlu dibuat aturan baru atau revisi terhadap peraturan lama, maka baik perseorangan
atau kelompok yang merasa berkepentingan terhadap kebijakan bisa melakukan advokasi
dan memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis melalui rapat dengar pendapat
umum, kunjungan kerja, sosialisasi, seminar, lokakarya, dan/atau diskusi. Sehingga
masukan yang diberikan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi agenda penyusunan
kebijakan yang akan datang.

Jakarta, 16 September 2016

Anda mungkin juga menyukai