LANDASAN ETIKA
Prinsip-prinsip etika (moral principles) menghendaki agar dokter memperhatikan 4 hal, yaitu :
1. Beneficence & non malfeasance (to do good, not harm). 2. Justice (as a fairness and as distributive justice). 3. Fidelity (menunjukkan kejujuran dan kesetiaan terhadap tanggung jawab yang diemban). 4. Autonomy (menghormati hak pasien untuk membuat keputusan). Jadi informed consent bukan hanya merupakan masalah hukum saja, tetapi juga masalah etika sebab sesuai dengan prinsip autonomy.
LANDASAN FILOSOFIS
Doktrin A man is the master of his own body, yang bersumber pada Hak Asasi Manusia, yaitu the right to self determination (hak menentukan nasibnya sendiri). Berdasarkan doktrin tersebut maka tindakan apapun yang bersifat offensive touching terhadap tubuh seseorang (termasuk tindakan medik), harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari pemilik tubuh tersebut. Konsekuensinya, tindakan medik yang dilakukan tanpa persetujuan pasien secara filosofis dianggap melanggar hak, meskipun tujuannya baik dan demi kepentingan pasien.
Tahun 1940, informed consent mulai dipandang sebagai masalah etik, pada waktu itu dokter-dokter Nazi di Jerman menggunakan tawanan perang sebagai obyek percobaan. Hal ini memunculkan Nuremberg Code yang merupakan dokumen internasional pertama tentang etika penelitian
Benyamin Cardozo
Every human being of adult years and sound mind has a right to determine what shall be done with his own body; and a surgeon who performs an operation without his patient's consent commits an assault, for which he is liable in damages
MOTIVASI
DOKTER
SALURAN KOMUNIKASI
PASIEN
EMPATI
PERCAYA
Djauzi, Samsuridjal dan Supartondo, 2004
Universal Declaration of Human Rights (article 19) dan Undang-undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; bab II pasal 14 menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh informasi. The Declaration of Lisbon dimuat tentang hak-hak pasien, diantaranya hak untuk menentukan nasibnya sendiri dengan menerima atau menolak pengobatan yang akan diberikan setelah mendapatkan informasi yang cukup dan dapat dimengerti
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : HK.00.06.3.5. 1866 Tanggal 21 April 1999 Tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent). Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor: YH.02.04.3.5.2504 Tanggal 10 Juni 1997 Tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit UndangUndang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
INFORMED CONSENT
HAK menentukan nasib sendiri PERLINDUNGAN HUKUM bagi pasien, dokter dan RS Mencegah penipuan dan pemaksaan Mendorong pelaksanaan STANDAR PROFESI KEWAJIBAN dokter untuk memberi informasi medik
Hutapea, Fresley. 2001
ETIKA
Kewajiban dokter
DOKTER
TRANSAKSI TERAPEUTIK
Komunikasi
INFORMED CONSENT
PASIEN
Hak-hak pasien
HUKUM
PTK
Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien
Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan kedokteran yang mengakibatkan kerugian pada pasien
KOMUNIKASI dalam IC
Pada dasarnya informed consent merupakan proses komunikasi, bukan sekedar penandatanganan formulir belaka Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien memberikan informasi pada pasien dg cara yang dimengertinya, menghargai hak pasien untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan Aktif-pasif, petunjuk, peran bersama
CARE
Harus ada perbuatan Yang melawan hukum Harus ada kesalahan Harus ada hubungan sebab dan akibat antara perbuatan dan kerugian Harus ada kerugian
Pasal 1320 KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian, yaitu a). sepakat mereka yang mengikatkan diri, b). kecakapan untuk membat suatu perikatan, c). suatu hal tertentu, d). suatu sebab yang halal.
KESIMPULAN
IC merupakan proses KOMUNIKASI dokter pasien, dilanjutkan dengan PENANDA-TANGANAN oleh YANG BERHAK DOKTER yang akan melakukan tindakan medik diagnostik/terapetik invasif WAJIB memberikan penjelasan dengan BAHASA yang dimengerti pasien Tindakan TANPA IC dapat dikenai SANKSI HUKUM Dalam keadaan EMERGENCY tak harus menunggu IC life saving
Walau sudah ada IC tindakan tak sesuai Standar Pelayanan Medik dokter tetap dapat dipersalahkan
Malette v. Shulman
Canada, 1990
Dokter melakukan transfusi dalam keadaan emergency pada pasien penganut Jehovah
Rogers v. Whitaker
Castell v. de Greef
Australia, 1992
Afrika Selatan, 1994 Malaysia, 1997
Jepang, 1997 Dokter melakukan transfusi pada pasien penganut Jehovah, tanpa memberikan informasi
Perry v. Shaw
California, 2001
Informed consent dianggap tidak sah karena pasien menandatanganinya saat akan masuk kamar operasi
Dr tidak menjelaskan risiko operasi
Chester v. Afshar
Inggris, 2002
Sama sekali tidak diberikan informasi Informasi yang diberikan tidak cukup Informasi yang tidak benar Informasi yang berlebihan
Ayah korban kasus flu burung di Tangerang, Banten, H. Muharram, berencana menggugat manajemen RS Mayapada berlokasi di Kompleks Perumahan Modernland Kota Tangerang karena dianggap telah lalai menangani perawatan anaknya Ram Pramesthi (22) hingga tewas. Menurut dia, ketika itu Rabu (1/7) anaknya menderita panas dan deman serta suhu badan panas tinggi, maka untuk perawatan akhirnya dilarikan ke RS Mayapada agar mendapatkan pelayanan medis secara maksimal
Namun setelah pemeriksaan dokter, akhirnya diperbolehkan pulang dan diberikan obat untuk menurunkan suhu badan Pada malam hari, panas tubuh korban bukan menurun melainkan bertambah hingga mencapai 39 derajat celcius, maka Muharram akhirnya membawa kembali korban ke RS Mayapada untuk perawatan, akhirnya korban dirawat. Selama perawatan lima hari, panas badan anak bungsu dari enam bersaudara pasangan H. Muharram dengan Hj. Roestiwie itu bervariasi kadang turun dan malahan lebih banyak naik setiap hari.
Hingga hari ketujuh perawatan, petugas medis RS Mayapada belum memberikan keterangan tentang penyakit yang diderita anaknya, namun hari ke-8 korban menghembuskan nafas terakhir dan dinyatakan positif terkena penyakit flu burung.
KOMUNIKAS I HUKUM
Budaya Hukum,
Hasil Tindakan
Puas (unsatisfied)
Isu MALPRAKTEK