Anda di halaman 1dari 41

Informed Consent dan Komunikasi Dokter-Pasien di Rumah Sakit

M.C.Inge Hartini 2009

Asal Kata dan Arti


Informed berarti sudah diberikan informasi, sudah dijelaskan, diuraikan Consent berarti persetujuan, ijin,memberi ijin, menyetujui kepada seseorang untuk melakukan sesuatu Informed Consent ijin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan dimengertinya (persetujuan berdasarkan informasi).
J. Guwandi, 1995

LANDASAN ETIKA
Prinsip-prinsip etika (moral principles) menghendaki agar dokter memperhatikan 4 hal, yaitu :
1. Beneficence & non malfeasance (to do good, not harm). 2. Justice (as a fairness and as distributive justice). 3. Fidelity (menunjukkan kejujuran dan kesetiaan terhadap tanggung jawab yang diemban). 4. Autonomy (menghormati hak pasien untuk membuat keputusan). Jadi informed consent bukan hanya merupakan masalah hukum saja, tetapi juga masalah etika sebab sesuai dengan prinsip autonomy.

LANDASAN FILOSOFIS
Doktrin A man is the master of his own body, yang bersumber pada Hak Asasi Manusia, yaitu the right to self determination (hak menentukan nasibnya sendiri). Berdasarkan doktrin tersebut maka tindakan apapun yang bersifat offensive touching terhadap tubuh seseorang (termasuk tindakan medik), harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari pemilik tubuh tersebut. Konsekuensinya, tindakan medik yang dilakukan tanpa persetujuan pasien secara filosofis dianggap melanggar hak, meskipun tujuannya baik dan demi kepentingan pasien.

SEJARAH INFORMED CONSENT


Peradaban Latin, Romawi dan Mesir, belum dikenal istilah informed consent untuk tindakan medik. Munculnya informed consent di Amerika dapat ditelusuri dari keputusan hakim Benyamin Cardozo dalam kasus Schloendorff v. New York Hospital, New York, 1914. Dalam kasus ini seorang pasien wanita menyetujui
dilakukan pemeriksaan perut dengan anestesi (pembiusan), tetapi tidak menyetujui dilakukannya operasi. Ternyata dokter juga melakukan pengangkatan tumor dan pasien menuntut dokter

Tahun 1940, informed consent mulai dipandang sebagai masalah etik, pada waktu itu dokter-dokter Nazi di Jerman menggunakan tawanan perang sebagai obyek percobaan. Hal ini memunculkan Nuremberg Code yang merupakan dokumen internasional pertama tentang etika penelitian

Benyamin Cardozo

Every human being of adult years and sound mind has a right to determine what shall be done with his own body; and a surgeon who performs an operation without his patient's consent commits an assault, for which he is liable in damages

5 (lima) prinsip dasar moral yang berhubungan dengan informed consent


autonomi, kebebasan individu, pemenuhan hak atas informasi dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Appelbaum menekankan autonomi sebagai the core of the idea of informed consent veracity (truthfulness), justice, beneficence dan non maleficence.

Autonomi diwujudkan bila dipenuhi 5 elemen


Competence yaitu suatu kemampuan untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Disclosure of information, dokter memberikan penjelasan kepada pasien dan melakukan diskusi tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya Understanding (pemahaman), pasien atau keluarganya (dalam hal pasien tidak kompeten) Voluntariness (sukarela, dengan kemauan sendiri) Authorization (otorisasi), yaitu kewenangan untuk memberikan consent (persetujuan)

KOMUNIKASI DR PASIEN di RUMAH SAKIT


AKTIF MENDENGARKAN

MOTIVASI

DOKTER

SALURAN KOMUNIKASI

PASIEN

EMPATI

PERCAYA
Djauzi, Samsuridjal dan Supartondo, 2004

ASPEK ETIK, HUKUM dan HAM DALAM INFORMED CONSENT


KODEKI: SEORANG DOKTER HARUS MENGHORMATI HAK-HAK PASIEN . . . Dst. HUKUM PERDATA, HUKUM PIDANA dan HUKUM ADMINISTRATIF HAM: HAK ATAS INFORMASI, HAK UNTUK MENENTUKAN NASIB SENDIRI

Universal Declaration of Human Rights (article 19) dan Undang-undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; bab II pasal 14 menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh informasi. The Declaration of Lisbon dimuat tentang hak-hak pasien, diantaranya hak untuk menentukan nasibnya sendiri dengan menerima atau menolak pengobatan yang akan diberikan setelah mendapatkan informasi yang cukup dan dapat dimengerti

PRODUK UU YANG MENGATUR INFORMED CONSENT


Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 53 ayat 2 beserta penjelasannya, yang menentukan Tentang kewajiban tenaga kesehatan untuk menghormati hak pasien. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Permenkes No.290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : HK.00.06.3.5. 1866 Tanggal 21 April 1999 Tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent). Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor: YH.02.04.3.5.2504 Tanggal 10 Juni 1997 Tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit UndangUndang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Informed consent sebagai proses komunikasi mengandung 4(empat) komponen:


Pasien harus mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan Dokter harus memberi informasi mengenai tindakan yang hendak dilakukan, beserta manfaat dan risikonya Pasien harus dapat memahami informasi yang diberikan Pasien harus secara sukarela memberikan ijinnya, tanpa adanya paksaan atau tekanan.
Guwandi (2004)

IC HAK PASIEN vs KEWAJIBAN DOKTER


HAK PASIEN Hak untuk memperoleh INFORMASI Hak untuk memperoleh jawaban Hak untuk memilih alternatif lain Hak untuk menolak KEWAJIBAN DOKTER Kewajiban untuk memberikan informasi Kewajiban untuk memperoleh persetujuan sebelum tindakan

INFORMED CONSENT
HAK menentukan nasib sendiri PERLINDUNGAN HUKUM bagi pasien, dokter dan RS Mencegah penipuan dan pemaksaan Mendorong pelaksanaan STANDAR PROFESI KEWAJIBAN dokter untuk memberi informasi medik
Hutapea, Fresley. 2001

Kode Etik Kedokteran

ETIKA
Kewajiban dokter

DOKTER
TRANSAKSI TERAPEUTIK

Komunikasi

INFORMED CONSENT

PASIEN
Hak-hak pasien

HUKUM

-Pemberian informasi -Mengerti & memahami -Mengambil keputusan -Penandatanganan

Perdata, Pidana, Administratif

Implementasi IC dalam hubungan dokter-pasien di RS

FUNGSI INFORMED CONSENT


Promosi dari hak otonomi the right to self-determination Proteksi pasien dan subyek penelitian Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan Introspeksi profesi medis Promosi dari keputusan yang rasional Keterlibatan masyarakat

BENTUK INFORMED CONSENT


DINYATAKAN dengan jelas (EXPRESS), secara LISAN (oral) atau secara TERTULIS (written) Dianggap diberikan (implied or tacit consent) dalam keadaan biasa (normal) dalam keadaan gawat darurat (emergency)
J.Guwandi, 2004

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI

NO. 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang


PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PTK
Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien

Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya

Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.

Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan kedokteran yang mengakibatkan kerugian pada pasien

Penjelasan Tentang Tindakan Kedokteran mencakup:


a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran; b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan; c. Altematif tindakan lain, dan risikonya; d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e.Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. f. Perkiraan pembiayaan.

KOMUNIKASI dalam IC
Pada dasarnya informed consent merupakan proses komunikasi, bukan sekedar penandatanganan formulir belaka Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien memberikan informasi pada pasien dg cara yang dimengertinya, menghargai hak pasien untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan Aktif-pasif, petunjuk, peran bersama

CARE

Comfort (Nyaman) Acceptance (Penerimaan) Responsiveness (Tanggap) Empathy (empati)


Tulus dan dapat dipercaya
Samsuridjal Djauzi dan Supartondo, 2004

SIAPA YANG BERHAK MENERIMA INFORMASI ?


PASIEN, usia > 21 tahun atau telah menikah, kompeten Bila pasien < 21 tahun AYAH/IBU kandung, saudara-saudara kandung Bila pasien < 21 tahun, tak punya orang tua AYAH/IBU adopsi, saudara-saudara kandung, induk semang Pasien dewasa dg gangguan mental AYAH/IBU kandung, wali yang sah, saudarasaudara kandung

SIAPA YANG BERHAK MENERIMA INFORMASI ?


Pasien dewasa, di bawah pengampuan (curatelle) WALI, curator Pasien dewasa telah menikah, orang tua (lanjut usia) menurut urutan berikut: SUAMI/ISTERI, ayah/ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung
SK Dirjen YanMed Nomor HK.00.06.3.5.1866, tahun 1999

Syarat-syarat untuk gugatan berdasar perbuatan melawan hukum

Harus ada perbuatan Yang melawan hukum Harus ada kesalahan Harus ada hubungan sebab dan akibat antara perbuatan dan kerugian Harus ada kerugian

IC dan HUKUM PERDATA

Pasal 1320 KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian, yaitu a). sepakat mereka yang mengikatkan diri, b). kecakapan untuk membat suatu perikatan, c). suatu hal tertentu, d). suatu sebab yang halal.

IC dan HUKUM PIDANA


Keadaan batin orang yang melakukan itu Dolus (kesengajaan) atau culpa (kelalaian, kealpaan) Tidak adanya alasan pemaaf Tanpa IC Pasal 351 KUHP penganiayaan Pasal 89 KUHP membuat tak sadar

IC dan HUKUM ADMINISTRATIF


. . . . . terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat ijin praktek.

INFORMED CONSENT di berbagai Negara


INGGRIS tindakan medik tanpa IC dapat dituntut di pengadilan AMERIKA IC dan isu HAM BELANDA info sebelum, selama dan sesudah tindakan, ijin atau persetujuan yang diberikan setelah memperoleh informasi JEPANG pengambilan keputusan diserahkan dokter dan keluarga pasien JERMAN, kewajiban dr.untuk memberikan penerangan INDONESIA ????

KESIMPULAN
IC merupakan proses KOMUNIKASI dokter pasien, dilanjutkan dengan PENANDA-TANGANAN oleh YANG BERHAK DOKTER yang akan melakukan tindakan medik diagnostik/terapetik invasif WAJIB memberikan penjelasan dengan BAHASA yang dimengerti pasien Tindakan TANPA IC dapat dikenai SANKSI HUKUM Dalam keadaan EMERGENCY tak harus menunggu IC life saving
Walau sudah ada IC tindakan tak sesuai Standar Pelayanan Medik dokter tetap dapat dipersalahkan

KASUS YG. BERHUB. DG. IC


Th. 98 Pasien mengadukan dr komplikasi pasca bedah THT Th. 98 Pasien mengadukan dr buta pasca bedah mata Th. 99 Pasien mengadukan RS komplikasi pasca operasi usus buntu Th. 99 Pasien mengadukan dr komplikasi amnesia pasca laparaskopi Th. 2001 Operasi pengangkatan ginjal tak diberi informasi Th. 2002 komplikasi Pasca operasi prostat Th. 2003 muncul keloid pasca operasi wajah Th. 2003 Meninggal pasca operasi tumor di belakang kepala, tak dijelaskan hasil obs.pre-op dan risiko op Th. 2004 Pasca operasi kanker payudara tangan membengkak Kelumpuhan pasca laminectomy, tak diberi tahu risiko operasi

Malette v. Shulman

Canada, 1990

Dokter melakukan transfusi dalam keadaan emergency pada pasien penganut Jehovah

Rogers v. Whitaker
Castell v. de Greef

Australia, 1992
Afrika Selatan, 1994 Malaysia, 1997

Dokter tidak menjelaskan risiko operasi


Dokter tidak menjelaskan risiko operasi Dokter tidak menjelaskan risiko operasi

Liew Sin Kiong v. Sheron M. Paulraj Tokyo High Court

Jepang, 1997 Dokter melakukan transfusi pada pasien penganut Jehovah, tanpa memberikan informasi

Perry v. Shaw

California, 2001

Informed consent dianggap tidak sah karena pasien menandatanganinya saat akan masuk kamar operasi
Dr tidak menjelaskan risiko operasi

Chester v. Afshar

Inggris, 2002

Sama sekali tidak diberikan informasi Informasi yang diberikan tidak cukup Informasi yang tidak benar Informasi yang berlebihan

Tindakan medik tak sesuai IC

Ayah Korban Flu Burung Gugat RS Mayapada


10/07/2009

Ayah korban kasus flu burung di Tangerang, Banten, H. Muharram, berencana menggugat manajemen RS Mayapada berlokasi di Kompleks Perumahan Modernland Kota Tangerang karena dianggap telah lalai menangani perawatan anaknya Ram Pramesthi (22) hingga tewas. Menurut dia, ketika itu Rabu (1/7) anaknya menderita panas dan deman serta suhu badan panas tinggi, maka untuk perawatan akhirnya dilarikan ke RS Mayapada agar mendapatkan pelayanan medis secara maksimal

Namun setelah pemeriksaan dokter, akhirnya diperbolehkan pulang dan diberikan obat untuk menurunkan suhu badan Pada malam hari, panas tubuh korban bukan menurun melainkan bertambah hingga mencapai 39 derajat celcius, maka Muharram akhirnya membawa kembali korban ke RS Mayapada untuk perawatan, akhirnya korban dirawat. Selama perawatan lima hari, panas badan anak bungsu dari enam bersaudara pasangan H. Muharram dengan Hj. Roestiwie itu bervariasi kadang turun dan malahan lebih banyak naik setiap hari.

Hingga hari ketujuh perawatan, petugas medis RS Mayapada belum memberikan keterangan tentang penyakit yang diderita anaknya, namun hari ke-8 korban menghembuskan nafas terakhir dan dinyatakan positif terkena penyakit flu burung.

Budaya Hukum , SPM

Informed Consent diterjemahkan dokter

KOMUNIKAS I HUKUM

Pengambilan Keputusan (Pasien)

Budaya Hukum,

TINDAKAN DIAGNOSTIK/ TERAPETIK

Hasil Tindakan

Sesuai dengan Harapan

Tidak sesuai dengan Harapan

Puas (unsatisfied)
Isu MALPRAKTEK

Tidak Puas (unsatisfied)

BAGAIMANA di RS kita ???

Anda mungkin juga menyukai