Anda di halaman 1dari 5

Notulen

Audiensi Kemenristekdikti
Jakarta, 16 November 2017
A. INFORMASI UMUM
Bidang ISMKI
Hari, Tanggal Kamis, 16 November 2017
Waktu 16.24 WIB
Realita Waktu 110 menit
Bentuk Rapat Formal
Gedung D Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Tempat / Via Pintu I Senayan, Jalan Jenderal Sudirman, Gelora, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10270
Jenis Rapat Audiensi
Pimpinan
Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc.
Rapat
Notulis Anindya Anjas Putriavi
Informasi Dihadiri oleh:
Umum A. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
1. Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc.
Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti
2. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.
Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti
3. Dr. Ir. Agus Indarjo, M.Phil.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti
4. Drs. Sudarsono
Kepala Subdirektorat Pengembangan Perguruan Tinggi Program
Vokasi
B. Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
1. Ayu Putri Balqis, S.Ked
Wakil Sekretaris Jenderal ISMKI Bidang Kebijakan dan Advokasi
2. Anindya Anjas Putriavi
Sekretaris Umum
3. Kadita Pratiwi
Hubungan Masyarakat ISMKI (PR)
4. Yosilia Nursakina
Presiden BEM Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Taufik Supriyana Trisaputra
Presiden BEM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
B. NOTULEN RAPAT

Agenda Audiensi mengenai Moratorium Pembukaan Fakultas Kedokteran (FK) Baru

Pembahasan Yosilia Nursakina


Mengapa moratorium FK dicabut?

Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc.


Kemarin sudah kami laksanakan pendampingan peningkatan akreditasi
bersama KKI, IDI dan LAMPTKes. Hasilnya kini tersisa 13 institusi terakreditasi
C dari 23 inistitusi kedokteran terakreditasi C dan 6 diantaranya sedang
diusulkan reakreditasi.
Sebelumnya dilaksanakan moratorium karena jumlah dokter sudah cukup
mencapai 1:2400 dengan rasio standar WHO 1:2500 (satu dokter per 2500
penduduk). Namun karena tidak meratanya distribusi dokter di Indonesia,
maka banyak tuntutan dari daerah untuk mencabut moratorium.
Untuk pembukaan institusi kedokteran baru di daerah 3T terasa berat
karena banyak membutuhkan biaya (seperti pengadaan SDM pengajar dan
lain-lain di daerah). Namun kami akan rencanakan ke depannya untuk
membuat rambu-rambu untuk calon institusi kedokteran dengan
mewajibkan minimal 20% mahasiswa barunya berasal dari daerah 3T.

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Rasio standar dari WHO yang 1:2500 itu sudah rasio lama. Pada penyusunan
strategi untuk sumber daya manusia bidang kesehatan tahun 2030
diprediksi dunia kekurangan 40.000.000 tenaga kesehatan (dokter, perawat
dan bidan) sehingga rasio standar yang baru yaitu 45:10.000 (sekitar 1:222)
dan kondisi Indonesia kini dalam rangka memenuhi rasio dan strategi tahun
2030 tersebut akan kekurangan 1.980 dokter per tahunnya (perhitungan
dengan 8.700 lulusan dokter per tahunnya).

Ayu Putri Balqis, S.Ked


Apakah 8.700 lulusan dokter itu sudah dihitung dengan institusi-institusi
Fakultas Kedokteran baru yang akan meluluskan dokter angkatan
pertamanya dalam beberapa tahun lagi? Bagaimana dengan kelulusan
UKMPPD yang masih kurang (turunnya angka kelulusan tahun ini dibanding
tahun lalu)? Apakah Kemenristekdikti tidak menunggu mutu 83 FK yang ada
hingga baik?

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Tidak akan terpenuhi jika angka lulusan dokter tetap 8.700 per tahunnya dan
mulai tahun depan akan semakin sulit terpenuhi karena adanya
pemberlakuan kuota masuk sesuai akreditasi FK.
Ayu Putri Balqis, S.Ked
Berapa jumlah institusi baru yang ditargetkan Kemenristekdikti yang dirasa
cukup untuk memenuhi jumlah lulusan dokter tersebut? Bagaimana dengan
80% mahasiswa lainnya yang tidak dari daerah 3T, bukankah akan terjadi
penumpukan lagi di daerah tidak 3T?

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Sejauh ini hal tersebut masih berupa solusi perencanaannya saja, kami
belum merumuskan kebijakan konkritnya.

Dr. Ir. Agus Indarjo, M.Phil.


Untuk solusi pemerataan bisa bekerja sama dengan Pemerintah Daerah 3T
untuk membiayai mahasiswa daerahnya untuk kuliah agar nanti bisa kembali
lagi ke daerahnya.

Kadita Pratiwi
Belajar dari masalah FK Universitas Papua (UNIPA), jaminan apa yang
Kemenristekdikti berikan untuk intsitusi kedokteran baru?

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Kemenristekdikti bertugas untuk mengamati proses pembelajaran, mutu,
akreditasi dan membina FK dalam perbaikan mutu. Ke depan, kami usulkan
untuk menutup institusi yang sudah lama terakreditasi C.

Ayu Putri Balqis, S.Ked


Bagaimana dengan fenomena UKMPPD yang terjadi penurunan angka
kelulusan dibanding sebelumnya? Apakah itu tidak dianggap sebagai
cerminan mutu yang belum baik?

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Sudah ada peningkatan angka kelulusan, Prof. Intan laporkan kenaikan 200%
kelulusan first taker UKMPPD.

Ayu Putri Balqis, S.Ked


Apakah dengan dibukanya institusi-institusi kedokteran baru dapat
menjamin kelulusannya? Mahasiswa FK UNIPA sempat mengatakan bahwa
kebutuhannya belum terjamin dan lebih membutuhkan perhatian dan
pembinaan, bagaimana menurut Kemenristekdikti?

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Kemenristekdikti akan tetap melaksanakan tugas dalam monitoring mutu
dan pelaksanaan pembelajaran seluruh institusi kedokteran. Belajar dari
pengalaman FK UNIPA, maka dari itu kami tidak menyarankan untuk
membuka institusi kedokteran yang baru di daerah 3T lagi karena
pelaksanaan monitoring dan pembelajarannya yang berat.
Ayu Putri Balqis, S.Ked
Apakah membuka FK baru bisa bantu pemerataan dokter di Indonesia?

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.


Kemenristekdikti bertugas untuk memenuhi kebutuhan jumlah dokter di
Indonesia. Sedangkan pemerataan dokter adalah tugas Kementerian
Kesehatan.

Taufik Supriyana Trisaputra


Saat audiensi untuk Diskusi Publik Moratorium FK di Universitas Trisakti,
Prof. Ali Ghufron mengatakan bahwa pemerataan dokter yang sebenarnya
menjadi masalah. Lalu ada teman dari Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya mengatakan bahwa fasilitas di kampusnya kurang sehingga sulit
bersaing dengan institusi berakreditasi A maupun B. Apakah sebaiknya
membenahi mutu institusi kedokteran di Indonesia dahulu? Mengingat
kelak dengan dibukanya institusi kedokteran baru dikhawatirkan banyak
lulusan dokter yang kemampuannya kurang.

Dr. Ir. Agus Indarjo, M.Phil.


Kemenristekdikti membantu dalam pembinaan mutu, sebagai
standarisasinya maka dilaksanakan UKMPPD karena tugas Kemenristekdikti
berskala nasional. Namun kembali lagi ke sistem institusi, untuk mutu yang
kurang seharusnya tanyakan kembali ke diri mahasiswa dan juga
institusinya. Mahasiswa sebaiknya berperan aktif dalam perbaikan mutu
institusinya bersama civitas lainnya.

Ayu Putri Balqis, S.Ked


Bagaimana menurut Kemenristekdikti dengan pernyataan Bapak Usman
Sumantri, M.Sc sebagai Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan saat audiensi kami yang lalu, bahwa tidak perlu penambahan
jumlah dokter karena yang kurang adalah pemerataannya?

Dr. Ir. Agus Indarjo, M.Phil.


Sebelumnya coba diselesaikan dengan strategi pemerataan distribusi
lembaga institusi kedokteran dan ternyata dinilai tidak efektif. Maka dari
itu, kini fokus kami beralih ke distribusi lulusan (dengan meningkatkan
akses, honor dan lain-lain) dan distibusi lulusan bisa dilaksanakan tanpa
distribusi lembaga institusi kedokteran.

Ayu Putri Balqis, S.Ked


Harapan ISMKI yaitu pemerataan dan peningkatan derajat kesehatan di
Indonesia. Apabila moratorium tidak akan diberlakukan lagi, harapan kami
Kemenristekdikti dapat mengutamakan daerah lain yang tingkat
kesehatannya lebih rendah. Jika institusi kedokteran baru dibuka di kota-
kota besar seperti Jakarta, mahasiswa dari daerah akan gugur karena tidak
dapat beradaptasi dan bersaing.

Anda mungkin juga menyukai