KEDOKTERAN
FORENSIK
Oleh
Sofwan Dahlan
THE POLICE POWER
(KEKUASAAN KEPOLISIAN)
The power of the state to protect the health,
safety, morals and general welfare of its citizen
• melindungi kesehatan
• melindungi keamanan / keselamatan
• melindungi moral
• melindungi kesejahteraan umum
TUGAS POLISI disini ialah melakukan:
• tindakan preventif thd kejahatan yg belum terjadi
• tindakan repressif thd kejahatan yg sudah terjadi,
yaitu:
• penyelidikan;
• penyidikan; dan Polisi perlu tahu ilmu forensik,
• penyidikan tamb. atau minta bantuan ahli forensik.
DEFINISI
Ilmu Kedokteran Forensik adalah:
Ilmu yang mempelajari penerapan ilmu
kedokteran untuk kepentingan peradilan
(medicine for the law).
Sebutan lain: Forensic Medicine, Medical
Jurisprudence, atau Medicina Forense.
Forense berasal dari kata “forum”, yang
artinya sidang pengadilan.
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Ilmu Kedokteran Forensik merupakan disiplin medis
(bukan disiplin hukum), namun aplikasinya untuk
membantu proses peradilan agar suatu perkara bisa
menjadi terang (medicine for the law).
Hukum Kedokteran (Medical Law) merupakan
disiplin hukum, yaitu bagian dari Hukum Kesehatan
yang mengatur semua aspek yang berkaitan dengan
profesi kedokteran (law regulating the practice of
medicine).
Hukum Kesehatan (Health Law) juga merupakan
disiplin hukum, yaitu hukum yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan upaya kesehatan.
UPAYA KESEHATAN
Aspeknya t.a: Hukumnya disebut:
o Kedokteran Medical Law
o Keperawatan Nurse Law
o Perumahsakitan Hospital Law
o Lingkungan Hidup Environmental Health
Law
o Makanan & Obat Food and Drug Law
o Kesehatan Jiwa Mental Health Law
o Kesehatan Kerja Occupational Health
Law
o DLL
FORENSIC SCIENCES (Ilmu-Ilmu Forensik),
terdiri dari:
• Ilmu Kimia Forensik
• Ilmu Fisika Forensik perlu dikuasai oleh
• Ilmu Kedokteran Forensik penegak hukum
• Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
bila tidak, maka
• Ilmu Psikiatri Forensik penegak hukum
• Daktiloskopi
• Balistik
perlu minta bantuan
• DLL ahli yang menguasai
ilmu forensik
LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
o letak luka di sekitar luka yang mematikan.
o jumlahnya banyak (multipel).
o kualitas luka dangkal.
o luka percobaan tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
o Identifikasi Umum:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa, dll.
o Identifikasi Personal:
- si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA ante-
mortum utk pembanding (sidik jari, gigi geligi, DNA).
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
memeriksa bahan-bahan medis, misalnya:
o Darah pelaku yang tercecer.
o Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku yang berhasil
dicakar oleh korban, misalnya:
- sel kulit.
- sel darah, dll.
o Sperma pelaku.
o Air liur pelaku.
o Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
o Gigi pelaku yang tanggal.
o Jejas gigitan pada korban akibat gigitan pelaku.
BANTUAN DOKTER
DALAM PROSES PERADILAN PIDANA
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (korban hidup atau mati).
b. Tersangka atau terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya (bila ada keraguan).
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus.
- pelaku infanticide (yang menyangkal tlh melahirkan).
c. Barang bukti medis, misalnya:
- darah, sperma, dll.
2. Memberikan penjelasan tentang:
- pertanyaan hipotetis (hipothetical question).
3. Membantu pemeriksaan penyelidik di TKP.
PROSEDUR MEMINTA BANTUAN DOKTER
1. Pejabat yang berhak minta bantuan:
a. Penyelidik, pada tingkat Penyelidikan (POLRI, Provost, atau PM).
b. Penyidik (pada tingkat Penyidikan dan Penyidikan Tambahan)
yang dilaksanakan Penyidik POLRI, Provost atau Polisi Militer).
c. Hakim ketua sidang pada tingkat Persidangan (yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh Penuntut Umum).
Terdakwa, pembela, korban atau keluarga korban tidak berhak minta
bantuan forensik. Mereka hanya berhak melapor atau mengadu.
2. Cara mengajukan permintaan:
a. Harus secara tertulis (kecuali untuk kepentingan TKP).
b. Harus menyebutkan jenis pemeriksaan yang diminta.
c. Surat permintaan diajukan secara langsung bersama-sama objek
yang dimintakan untuk diperiksa.
d. Penyidik wajib memberikan informasi yg cukup untuk memudahkan
dokter dalam melakukan pemeriksaan.
e. Jika korban tindak pidana masih hidup maka permintaan bantuan
forensik harus segera diajukan kareana adanya rahasia kedokteran.
CARA DOKTER MENYAMPAIKAN
KETERANGANNYA
1. SECARA TERTULIS:
Dalam bentuk Visum et Repertum.
2. SECARA LISAN:
Dalam bentuk Keterangan Lisan, yg disampaikan secara
langsung kepada penyidik, lalu dibuatkan berita acaranya
dan ditandatangani oleh penyidik dan dokter.
CATATAN:
Sebaiknya Dr mengucap sumpah di depan penyidik, supaya
keterangannya dapat diproses menjadi alat bukti untuk jaga-
jaga jika Dr tidak bisa hadir di sidang karena alasan yang sah.
Menolak mengucapkan sumpah di depan penyidik tidak dapat
dikenai sandera di Rumah Tahanan Negara, tetapi menolak
mengucapkan sumpah di sidang pengadilan Dr bisa disandera.
SURAT KETERANGAN DOKTER
Sebagai Profesional:
o Surat Keterangan Kesehatan;
o Surat Keterangan Lahir;
o Surat Keterangan Sakit;
o Surat Keterangan Hamil;
o Surat Keterangan Kematian;
o Surat Keterangan Medis (Resume Medis);
UNSUR
YANG DAPAT
MENGUATKAN
KEYAKINAN HAKIM
KEYAKINAN PLUS
(HAQQUL YAQIN)
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI
Bila diminta keterangannya maka Dr wajib mengucapkan
sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang sah maka Dr:
o disandera di Rumah Tahanan Negara maksimal 14 hari
bila penolakannya dilakukan di sidang pengadilan.
o tidak boleh disandera di Rumah Tahanan Negara jika
penolakannya dilakukan di depan penyidik.
INGAT :
Disandera = dirampas kemerdekaannya (sebagai upaya
paksa) agar Dr bersedia mengucap sumpah atau janji.
Ditahan = dirampas kemerdekaannya agar tidak mengulangi
perbuatannya, tidak lari, atau menghilangkan barang bukti.
KETERANGAN DOKTER
Keterangan Dr yang diberikan kpd penegak
hukum bisa berupa:
1. Keterangan Lisan, dapat disampaikan:
a. di depan Penyidik; atau
b. ketika dipanggil di sidang Pengadilan.
2. Keterangan Tertulis (Visum et Repertum),
dapat diserahkan:
a. pada tingkat penyidikan, atau
b. pada tingkat sidang pengadilan.
VISUM ET REPERTUM
Keterangan tertulis yang dibuat oleh
Dr/Drg dalam kapasitasnya sebagai ahli
atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada korban
atau barang bukti medis yg diperiksanya
dengan mengingat sumpah / janji ketika
menerima jabatan sebagai Dr/Drg.
VISUM ET REPERTUM
1. Dibuat oleh Dr yang punya kompe-
tensi untuk itu;
2. Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
a. penyidik (Polri, Provost atau PM);
b. hakim (yaitu hakim ketua sidang).
3. Digunakan sbg alat bukti di sidang;
4. Harus memenuhi syarat materiel dan
syarat formiel sesuai KUHAP.
SYARAT
VISUM ET REPERTUM
Syarat Materiel:
o faktual (factually correct); dan
o tidak bertentangan dgn ilmu kedokteran.
Syarat Formiel:
o dibuat dengan sumpah/ janji; atau
o dibuat dengan mengingat sumpah/ janji
ketika menerima jabatan sbg Dr.
Syarat Pembuat:
o dibuat oleh Dr yang memiliki kompetensi.
STANDAR
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yg mudah difahami
oleh penegak hukum yang awam medis.
2. Materinya faktual, relevan dgn maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum.
3. Memenuhi syarat formiel, yaitu dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memeriksa atau dibuat dgn mengi-
ngat sumpah/ janji ketika menerima jabatan.
4. Dibuat oleh Dr yang memiliki kompetensi.
VR PSIKIATRIK
o Menderita sakit jiwa atau tidak?
o Jika ya, apa jenis penyakit jiwa tersebut?
o Apa dengan jenis penyakit jiwa tersebut
ybs masih mampu bertanggungjawab atau
tidak terhadap perbuatan yang dilakukan?
VR KORBAN HIDUP
o Ada luka-luka atau tidak?
o Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya?
2. Apa jenis benda penyebab luka?
3. Derajat luka (ringan, sedang, berat)?
VR KORBAN MATI
o Ada luka-luka atau tidak?
o Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya?
2. Apa jenis benda penyebab luka?
3. Apa penyebab kematian korban?
4. Apakah penyebab kematian korban
berhubungan dengan luka-lukanya?
VR TINDAK PIDANA SEKSUAL
o Ada tanda-tanda kekerasan atau tidak?
o Ada tanda-tanda persetubuhan atau tidak?
VR KORBAN BAYI MATI
o Bayi viabel atau tidak?
o Bayi lahir hidup atau lahir mati?
o Apa penyebab kematiannya?
o Berapa lama bayi sempat hidup diluar kandungan
ibunya?
Syarat viabel: - telah dikandung 7 bulan atau lebih.
- tidak ada cacat besar (anencephali).
Syarat lahir hidup:
- alat pernafasan ada tanda-tanda pernah berfungsi.
- ada reaksi jaringan pd potongan tali pusat.
- ditemukan udara pada lambung.
PERMINTAAN VR YANG TERLAMBAT
PADA KORBAN HIDUP
Maka korban hidup tsb:
a. harus dihadirkan kembali untuk diperiksa
(sebab informasi medis sebelum diterimanya
surat permintaan VR harus diperlakukan sebagai
rahasia, dan hanya bisa dibuka didepan hakim di
sidang pengadilan); atau
b. dengan izin tertulis dari pasien ybs dapat
dibuatkan Keterangan Dokter, yang berisi
semua fakta sebelum diterimanya SPVR).
PERMINTAAN TERLAMBAT
MULAI DIRAWAT SURAT PERMINTAAN
DI RUMAH SAKIT DITERIMA RUMAH SAKIT
STATUS sbg PASIEN STATUS berubah menjadi
KORBAN (BARANG BUKTI)
Dokter, sbg profesional Dokter, sbg ahli (saksi ahli)
BUKAN
RAHASIA KEDOKTERAN RAHASIA KEDOKTERAN
KARENA RAHASIA, TIDAK BISA BOLEH DIUNGKAP DALAM
DIUNGKAP DALAM VISUM VISUM et REPERTUM, MESKI
TETAPI BISA DIUNGKAP DALAM TANPA IZIN TERTULIS DARI PIHAK
KETERANGAN MEDIS ASAL ADA KORBAN
IZIN TERTULIS DARI PASIEN
OTOPSI
PENGERTIAN OTOPSI:
Dari kata “auto” (sendiri) dan “opsis” (melihat).
Makna sesungguhnya adalah pemeriksaan atas
jenazah, meliputi bagian luar & dalam, oleh tenaga
kesehatan yang berwenang dengan menggunakan
cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan hukum.
JENIS OTOPSI:
1. Otopsi Anatomik: untuk pendidikan kesehatan.
2. Otopsi Klinik: untuk penyelidikan suatu penyakit.
3. Otopsi Forensik: untuk tujuan penegakan hukum.
PEMINTA OTOPSI:
Penyidik (untuk polisi minimal AIPDA dan untuk
polisi militer minimal PELDA).
KESIMPULAN :
o jenis luka.
o jenis benda penyebab luka.
o derajat luka.
PENUTUP :
o Demikianlah keterangan ini dibuat dgn mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
Luka Berat:
o tidak dapat diharapkan sembuh dgn sempurna.
o luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
o luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
mata pencarian.
o berakibat kehilangan salah satu dari pancaindera.
o luka yang menimbulkan cacat besar atau kudung.
o luka yang mengakibatkan lumpuh.
o luka yang menimbulkan gangguan daya pikir 4
minggu atau lebih.
o berakibat keguguran/ kematian janin dalam rahim.
Luka Sedang:
luka yang mengakibatkan penyakit atau
halangan djm menjalankan pekerjaan jabatan
atau pekerjaan matapencarian untuk
sementara waktu.
Luka Ringan:
luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dlm menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata-pencarian.
OLEH
SOFWAN DAHLAN
PASAL 35 UUPK
Dr atau Drg yang telah memiliki STR
mempunyai kewenangan melakukan praktik
kedokteran sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki, yang t.a:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
...........................;
..........................................;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau
dokter gigi;
j. ............................................................
KETERANGAN DR/DRG
Adalah keterangan yang dibuat oleh
Dr/Drg dlm kapasitasnya sebagai:
1. Profesional (menangani pasien);
2. Saksi Ahli (menangani korban tindak
pidana).
Keterangan tersebut dapat diberikan:
a. secara lisan; atau
b. secara tertulis.
Jika tertulis maka itu termasuk dokumen.
DOKUMEN
Surat Keterangan Dr/Drg adalah kertas
atau berkas yg mengandung tulisan ttg:
a. keadaan;
b. kenyataan; atau
c. perbuatan;
yg berkaitan dengan pasien atau korban,
serta diterbitkan untuk berbagai macam
kepentingan yang sah.
SKD/SKDG berisi informasi medis!
PIHAK YG BERKEPENTINGAN
SKD/SKDg dibuat utk kepentingan:
1. Rumah sakit;
2. Pasien;
3. Keluarga pasien (dalam hal pasien
meninggal dunia);
4. Pihak ketiga; atau
5. Penegakan hukum.
Dlm hal dibuat utk pihak ketiga (meliputi
keluarga), perhatikan rahasia medis !!!
JENIS SURAT KETERANGAN
1. Surat Keterangan Kesehatan;
2. Surat Keterangan Lahir;
3. Surat Keterangan Sakit;
4. Surat Keterangan Hamil;
5. Surat Keterangan Kematian (Death
Certificate);
6. Surat Keterangan Medis (Medical
Report atau Resume Medis);
7. Visum et Repertum; dll.
SURAT KETERANGAN
KESEHATAN
1. Dibuat utk kepentingan terperiksa;
2. Berisi pernyataan bahwa kondisinya
laik atau tidak laik memangku suatu
pekerjaan/jabatan (fit/unfit to the job);
3. Digunakan sebagai lampiran untuk
berbagai kepentingan (mis: melamar
pekerjaan atau mengurus lisensi).
SURAT KETERANGAN SAKIT
1. Dibuat untuk kepentingan pasien;
2. Berisi pernyataan bahwa:
a. pasien dalam keadaan sakit; dan
b. rekomendasi perlunya diberikan cuti
sakit/perlakuan khusus (kerja ringan);
3. Digunakan sebagai lampiran untuk:
a. permohonan cuti sakit, tidak bekerja
berat, tidak menghadiri sidang; atau
b. mengajukan klaim asuransi, dll.
4. Bila pasien setuju, dpt ditulis Diag/Ther.
Keputusan cuti sakit dibuat oleh kepala kantornya.
SURAT KETERANGAN HAMIL
1. Dibuat utk kepentingan pasien;
2. Berisi pernyataan bahwa:
a. pasien dalam keadaan hamil;
b. perkiraan waktu melahirkan; dan
c. rekomendasi agar kepadanya
diberi cuti hamil selama 3 bulan.
3. Dipakai sebagai lampiran untuk
mengajukan permohonan cuti hamil.
Keputusan cuti hamil dibuat oleh kepala kantornya.
SURAT KETERANGAN
KELAHIRAN
1. Dibuat untuk kepentingan pasien;
2. Berisi pernyataan bahwa bayi ybs
telah dilahirkan di RS/RB…...
3. Digunakan sbg lampiran untuk:
a. mengurus Akta Kelahiran;
b. mengurus perubahan Kartu Kelu-
arga;
c. mengurus tunjangan; dan lain-lain.
SURAT
KETERANGAN KEMATIAN
1. Dibuat untuk kepentingan keluarga;
2. Berisi pernyataan bahwa ybs telah
meninggal dunia ........
3. Digunakan sbg lampiran untuk:
a. mengurus Akta Kematian;
b. mengurus Penetapan Ahli Waris;
c. mengurus klaim asuransi;
d. mengurus pensiun; dan lain-lain.
MEDICAL REPORT
(LAPORAN MEDIS / SUMMARY)
Dibuat untuk kepentingan:
1. Pasien;
2. Pihak ketiga (termasuk keluarga);
3. Penegak hukum.
Berisi pernyataan tentang keadaan
kesehatan pasien.
Digunakan sbg lampiran utk berbagai
macam urusan (mis: klaim asuransi).
PROSES PERADILAN
Keterangan Dr atau Drg untuk kepentingan
peradilan dapat diberikan dalam bentuk:
1. Keterangan lisan:
a. yang diberikan didepan Penyidik; atau
b. yang diberikan di Sidang Pengadilan.
2. Keterangan tertulis (Visum et Repertum).
Visum et Repertum dapat diserahkan:
a. pada tingkat penyidikan; atau
b. pada tingkat sidang pengadilan.
VISUM ET REPERTUM
Keterangan tertulis yang dibuat oleh
Dr/Drg dalam kapasitasnya sebagai ahli
atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada korban
atau barang bukti medis yg diperiksanya
dengan mengingat sumpah / janji ketika
menerima jabatan sebagai Dr.
VISUM ET REPERTUM
1. Dibuat utk kepentingan peradilan;
2. Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
a. penyidik (Polri, Provost atau PM);
b. hakim (hakim ketua sidang).
3. Digunakan sbg alat bukti dlm sidang
pengadilan.
4. Harus memenuhi syarat materiel dan
syarat formiel sesuai KUHAP.
PERMINTAAN TERLAMBAT
Permintaan terlambat pd korban hidup:
a. Korban harus dihadirkan utk diperiksa
(informasi medis sebelum datangnya surat
permintaan VR harus diperlaukan sebagai
rahasia yang hanya bisa dibuka didepan
hakim di sidang pengadilan); atau
b. Dengan izin tertulis dari pasien ybs
bisa diberikan Keterangan Dokter
(berisi informasi medis sebelum datangnya
surat permintaan VR).
PERMINTAAN TERLAMBAT
BUKAN
RAHASIA KEDOKTERAN RAHASIA KEDOKTERAN
TIDAK BISA DIUNGKAP DALAM BISA DIUNGKAP DALAM
VISUM ET REPERTUM VISUM ET REPERTUM
TETAPI BISA DIUNGKAP
DALAM KETERANGAN MEDIS
ASAL DENGAN IZIN PASIEN
SYARAT
VISUM ET REPERTUM
Syarat Materiel:
a. faktual (factually correct); dan
b. tidak bertentangan dengan ilmu
kedokteran yang telah teruji.
Syarat Formiel:
a. dibuat dgn sumpah/janji; atau
b. dibuat dgn mengingat sumpah/
janji ketika menerima jabatan.
STANDAR
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yg mudah difahami
oleh penegak hukum yang awam medis.
2. Isinya faktual relevan dengan maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum.
3. Memenuhi syarat formal, yaitu dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memeriksa atau dibuat dg mengi-
ngat sumpah / janji wkt menerima jabatan.
VR PSIKIATRIK
- Ada penyakit jiwa atau tidak.
- Jika ada, apa jenis penyakit jiwa tsb.
- Apakah dengan jenis penyakit jiwa tsb
ybs masih mampu bertanggungjawab
atau terhadap perbuatan yang dilakukan.
VR KORBAN HIDUP
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Derajat luka (ringan, sedang, berat).
VR KORBAN MATI
- Ada luka-luka atau tidak.
- Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya.
2. Apa jenis benda penyebab luka.
3. Apa penyebab kematian korban.
Luka Ringan:
luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau matapencarian.
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN :
- identitas peminta visum et repertum.
- identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
- identitas korban yang diperiksa.
- alasan dimintakan visum et repertum.
- kapan dilakukan pemeriksaan.
- tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN :
- fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
- fakta dari hasil pemeriksaan yang dilakukan bersama-sama dokter lain.
KESIMPULAN :
- interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.
PENUTUP :
- pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
- tanda tangan dokter pemeriksa (pembuat visum et repertum).
VISUM et REPERTUM ORANG HIDUP
PENDAHULUAN :
-
-
HASIL PEMERIKSAAN :
- fakta dari pemeriksaan pertama kali datang.
- fakta dari pemeriksaan selama dalam perawatan.
- fakta dari pemeriksaan terakhir.
KESIMPULAN :
- jenis luka.
- jenis benda penyebab luka.
- derajat luka.
PENUTUP :
Demikianlah keterangan ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan.
HAK-HAK PASIEN
Hak pasien atas informasi medis:
1. Hak untuk dirahasiakan.
2. Hak melepas sifat kerahasiaannya.
3. Hak menentukan kepada siapa
informasi medisnya boleh diberikan.
4. Hak mendapatkan informasi dalam
bentuk:
a. lisan;
b. tertulis (medical report / resume);
c. fotokopi dari Rekam Medisnya.
ASPEK HUKUM
Informasi dlm rekam medis merupakan
rahasia yang harus dijunjung tinggi !!!
Kerahasiaan tersebut didasarkan pada:
a. Sumpah (social contract).
b. Kode Etik Profesi (KODEKI).
c. Peraturan perundang-undangan.
Informasi dari rekam medis ttg kondisi
pasien sebelum Surat Permintaan
Visum tdk boleh dituangkan dlm V et R.
PEMANFAATAN
Awalnya informasi medis yang dicatat
dalam rekam medis adalah untuk
memenuhi kepentingan rumah sakit.
Dalam perkembangannya, juga dapat
dimanfaatkan oleh:
1. Pihak pasien.
2. Pihak ketiga (individu atau lembaga).
3. Pihak penegak hukum.
PEMANFAATAN OLEH PASIEN
Jika yang memanfaatkan pasien maka
masalah hukumnya hampir tidak ada.
Penyampaian kpd pasien dilakukan:
1. Secara lisan; atau
2. Secara tertulis, dalam bentuk:
a. resume medis;
b. laporan medis (medical report);
c. fotokopi, keseluruhan atau
sebagian sesuai permintaan ps.
PEMANFAATAN
OLEH PIHAK KETIGA
Jika yang memanfaatkan pihak ketiga
maka harus hati-hati !!!
Penyampaian kpd pihak ketiga bisa dila-
kukan jika memenuhi dua syarat:
1. Ada permohonan tertulis (written
request); disertai
2. Izin tertulis (written consent) dari ps.
Contoh pihak ketiga adalah asuransi !!!
PENGERTIAN SEKS
O th 12 th > 12 th 15 th > 15 th
Kesimpulan:
right to con-
sent to coitus
SEBAB KEMATIAN :
1. Asfiksia (kekurangan oksigen).
2. Gangguan aliran darah (sirkulasi darah).
3. Vagal reflex (reflek syaraf ke X).
4. Rusaknya batang otak akibat terkena ruas tulang leher.
CARA KEMATIAN :
Bunuh diri (paling sering).
Pembunuhan.
Kecelakaan (terlilit tali parasut).
TANDA-TANDA UMUM :
Kebiruan (cyanosis).
Bintik perdarahan (utamanya pada selaput mata).
Daerah muka, leher dan otak sembab.
Darah berwarna gelap dan encer.
TANDA-TANDA KHAS :
Jejas jerat berwarna coklat kemerahan.
Dibawah kulit leher terdapat resapan darah.
Lebam mayat pada ujung tangan dan kaki.
Lidah terjulur apabila letak tali berada dibawah jakun.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Lokasi.
2. Posisi tubuh.
3. Keadaan tali.
4. Keadaan tubuh jenazah, misalnya:
a. Distribusi lebam mayat apakah sesuai dengan ciri-
ciri menggantung.
b. Lidah tidak harus terjulur.
c. Sperma atau faeces tidak selalu keluar.
CEKIKAN
TANDA-TANDA :
1. Leher :
a. Bagian luar, antara lain:
- memar.
- lecet berbentuk bulan sabit.
b. Bagian dalam, antara lain:
- resapan darah dibawah kulit.
- patah tulang rawan.
2. Paru-paru : terlihat sembab.
TENGGELAM
PENGERTIAN :
HUKUM KEPERAWATAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan keperawatan.
HUKUM KEBIDANAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan kebidanan.
Sebagaimana hukum pada umumnya maka hukum
di bidang kesehatan terdiri atas:
1. Hukum Tertulis:
Berupa peraturan perundang-undangan, antara
lain:
a. UU Kesehatan;
b. UU Praktik Kedokteran;
c. UU lain yang berkaitan dengan upaya kese-
hatan.
2. Hukum Tak Tertulis:
Berupa kebiasaan yang diterima di dunia keseha-
tan dan sudah berlangsung dalam kurun waktu
lama.
HAKEKAT HUKUM
KESEHATAN
7. Pemberantasan penyakit.
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
9. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
11. Pengamanan zat adiktif.
12. Kesehatan sekolah.
13. Pengobatan tradisional.
14. Kesehatan matra.
KEBIJAKAN
PENYEMBUHAN PENYAKIT
UU Kesehatan menetapkan bahwa kebijakan
pengobatan yg berlaku di Indonesia tidak menjadi
monopoli oleh ilmu kedokteran moderen.
Berdasarkan kebijakan tsb maka upaya pengobatan
dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan ilmu kedokteran / ilmu keperawat-
an, dengan syarat:
a. Memiliki kemampuan (sertifikat kompetensi).
b. Memiliki kewenangan (lisensi / surat ijin).
2. Menggunakan pengobatan tradisional.
Pemerintah berhak mengatur, mengawasi serta membina ke-
dua cara ini !!!
KEBIJAKAN
KELUARGA BERENCANA
PROFESIONAL
Orang yang dengan kebebasannya telah mengucapkan
suatu janji kepada publik untuk melayani masyarakat
yang menginginkan suatu kebaikan tertentu.
Pengucapan janji tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh suatu kepercayaan (trust) dari masyarakat.
PROFESSIONALISM
Quality or typical features of a profession or professionals.
CIRI PROFESI
Profesi berbeda dg okupasi karena cirinya:
Charaka Samhita (S.M) :
Knowledge.
Cleverness.
Devotion.
Purity (physic and mind).
Bernard Barber :
Memiliki body of knowledge.
Orientasi primernya untuk kepentingan
masyarakat.
Memiliki mekanisne self-control.
Memiliki sistem reward.
Potter P, A. & Perry A, G. (2001) :
Knowledge
Hard Competency (lebih mudah)
Skill
Apa yang pada umumnya dinilai baik atau buruk oleh etika juga
dirasakan demikian oleh hukum.
Hanya saja bidang hukum tidak mencakup hal-hal kecil dan sepele, yang
bagi hukum kurang relevan untuk dicampuri.
Pelanggaran terhadap norma etik yang kecil dan ringan dianggap belum
mengganggu atau membahayakan ketertiban umum sehingga belum perlu
diatur dan diberi sangsi hukum sebab masyarakat sendiri dinilai masih
sanggup mengendalikanya tanpa menimbulkan gejolak yang berarti.
Tujuan dari aliran ini adalah legalisasi moral dan moralisasi hukum,
namun banyak ditentang karena dinilai membaurkan pengertian menge-
nai fungsi hukum dan fungsi moral.
Hukum muncul karena adanya pertentangan (misalnya karena
kepentingan yang saling bertenturan) dan hukum diperlukan karena ia
merupakan mekanisme sosial untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan etika muncul akibat adanya pemikiran masalah-masalah yang
sifatnya lebih luas dan lebih mendalam, misalnya tentang manusia dan
hubungannya dengan sesamanya.
Secara umum hukum dan etik punya tujuan yang sama, yaitu ketertiban di
dalam masyarakat. Secara khusus hukum dan etik berbeda dilihat dari sifat
dan tujuan khususnya, tolok ukur, akibat, sanksi dan ruang lingkupnya.
Moral dan etik menghendaki agar orang menggunakan hati nuraninya
untuk selalu melakukan yang baik dan yang benar serta menghindari
tindakan yang tidak baik dan yang salah.
Sedangkan etika profesi yang merupakan etika terapan menghendaki agar
kelompok profesional mengaplikan ajaran moral dan etik guna menjaga
mutu, harkat dan martabat profesinya serta harkat dan martabat manusia.
Sementara itu hukum mengatur etik secara garis besar yang berlaku umum
dalam kehidupan masyarakat dan bertujuan menciptakan kedamaian dan
ketertiban.
PROBLEM HUKUM
PROBLEM ETIKA
1. Sifatnya yg umum & abstrak menimbulkan problem
aplikasi, konsistensi & questionable morality.
2. Penyelesaian lewat jalur ini tidak memiliki daya paksa.
ASPEK HUKUM
KEPERAWATAN
oleh
Sofwan Dahlan
AMALAN KEPERAWATAN
FLORENCE NIGHTINGALE
Keperawatan adalah upaya menempatkan pasien ke
suatu kondisi terbaik sebagaimana layaknya.
DEFINISI KONTEMPORER
PERAWAT MERUPAKAN
PROFESIONAL
Seseorang yang dengan kebebasannya telah mengucapkan
janji kepada publik bahwa dirinya akan melayani masyara-
kat yang menginginkan suatu kebaikan tertentu.
Pengucapan janji ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu
kepercayaan (public trust) yang waktu itu mulai memudar.
PROFESSIONALISM
Quality or typical features of a profession or professionals
(knowledge, skill, and attitude).
PROFESSIONALISM
Quality or typical features of a profession or
professionals (knowledge, skill, and attitude).
Knowledge
Hard Competency
Skill
Attitude Soft Competency
KOMPETENSI
Maknanya :
The condition of being capable (syarat agar kapabel).
The capacity to perform task or role (kemampuan untuk
melaksanakan tugas atau peran).
Aspek kompetensi yang harus perawat kuasai:
1. Knowledge (ilmu keperawatan).
2. Skill (ketrampilan melakukan amalan keperawatan).
3. Judgment (membuat keputusan/kebijakan keperwtn).
4. Humanistic quality (bertindak secara manusiawi).
5. Communication skill (ketrampilan komunikasi).
Dengan menguasai aspek kompetensi tsb diharapkan mampu
melaksanakan tugas (task) & peran (role) sebagai:
Expert. Professional. Communicator.
Health advocate. Scholar. Collaborator.
Manager.
PERAN PERAWAT
Diatur oleh :
1. UU Kesehatan.
2. PP Tentang Tenaga Kesehatan.
3. Kepmenkes Tentang Perawat.
4. Kepmenkes Tentang Registrasi dan Praktek
Perawat.
INTI PENGATURAN PERAWAT
Perawat boleh praktek mandiri dengan syarat :
1. Memiliki tempat praktek yang layak.
2. Memiliki peralatan yang dibutuhkan.
3. Memiliki SIP yang masih berlaku.
4. Memiliki SIPP di tempat praktek mandiri.
5. Mencantumkan ijin praktek di ruang praktek.
6. Tidak boleh memasang papan nama?
7. Kewenangan perawat melakukan tindakan
medis hanya dibatasi pd tindakan emergensi.
KEWENANGAN PERAWAT
1. Melaksanakan asuhan keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian.
b. Penetapan diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan.
d. Melaksanankan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
2. Tindakan keperawatan meliputi:
a. Intervensi keperawatan.
b. Observasi keperawatan.
c. Pendidikan dan konseling kesehatan.
3. Pelaksanaannya harus sesuai standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
4. Pelayanan medik hanya dapat dilakukan atas dasar
permintaan tertulis dari dokter.
KEWAJIBAN PERAWAT
Tindakan Asuhan
dokter medik keperawatan perawat
(medical care) (nursing care)
Asuhan
Tindakan
kebidanan
dokter medik
(nurse midewifery
bidan
(medical care)
care)
DAERAH OVERLAPING
(bidan boleh melakukan secara mandiri)
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
No. 29 Th. 2004
oleh
Sofwan Dahlan
IMPLIKASI UUPK TERHADAP DOKTER
APAKAH
INFORMED CONSENT MASIH TETAP
PERLU ???
BAGAIMANA
JIKA PASIEN TIDAK LAGI BISA
DIAJAK KOMUNIKASI ???
ASPEK HUKUM
GAWAT DARURAT
Meliputi :
DIANGGAP EMERGENCY :
Setiap kondisi yang menurut pendapat
pasien, keluarganya atau orang-orang yang
membawa pasien ke rumah sakit --------- bahwa
pasien --------- memerlukan penanganan segera
(requires immediate medical attention).
TRUE EMERGENCY :
Setiap kondisi klinis yang ditentukan
memerlukan penanganan segera guna mence-
gah kematian atau kecacatan.
(American Hospital Association)
EMTALA
(A). Suatu kondisi yang ditandai adanya gejala berat dan
akut (meliputi rasa sakit yang sangat), yang jika tidak
segera ditangani akan dapat mengakibatkan:
____________________________
(i) kesehatan pasien (termasuk wanita hamil atau bayi
yang dikandungnya) mengalami bahaya serius,
(ii) kerusakan organ atau tubuh yang serius; atau
(iii) kegagalan organ atau bagian tubuh yang serius; atau