Disusun oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
3.2 Penanganan Covid-19 Dalam Dirkusus Hukum Tata Negara Darurat .........11
REFERENSI .........................................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menderitanya memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum
gejala muncul. Periode waktu antara paparan virus dan munculnya
gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas
hari. Gejala umum di antaranya demam, batuk, dan sesak
napas. Komplikasi dapat berupa pneumonia dan penyakit pernapasan akut berat.
Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini.
Pengobatan primer yang diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif.
Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di antaranya mencuci
tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang lain, serta
pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa mereka
terinfeksi.
2
BAB 2
3
yang ditambah dengan Pandemi Covid-19 kemudian menimbulkan situasi
psikologis yang tidak menentu dan sangat berpotensi menyebabkan logika akal
sehat tidak bekerja maksimal, parameter ilmiah seringkali terabaikan, dan
ambigu menilai fakta dan opini.
Dalam kondisi seperti itu, mungkinkah hukum bisa menjadi supreme
sebagai pranata sosial yang bercampur antara sosial realitas (dunia nyata) dan
sosial artifisial (dunia maya)?.
Pembahasan mengenai epistemology dalam filsafat ilmu mengemukakan
sumber pengetahuan (the origin of knowledge) yang membagi pengetahuan-
pengetahuan itu bersumber pada akal pikiran semata (‘aqliyyah), pengalaman
indera (tajribiyyah), kritik (naqdiyyah) dan intuisi (hadasiyyah), serta teori
tentang kebenaran (the theory of truth) yang membahas tentang teori kebenaran
korespondensi (Correspondence Theory of Truth atau accordance theory of
truth), Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth), Teori Pragmatisme (The
pramagtic theory of truth), Teori Performatif (Performative Theory) dan teori
kebenaran agama (theory of religious truth).
Tentu sebagian orang ambigu dalam menggambarkan kebenaran
pengetahuan dengan pola korespondensi, koherensi atau praktis-pragmatis di
dalam kondisi psikologis pandemi Covid-19 saat ini.
Hornby.A.S mengemukakan bahwa supremacy atau supremasi, berarti
“Higest in degree or higest rank”. Supremacy juga berarti “Higest of authority”.
Soetandyo Wignjosoebroto, menyatakan bahwa supremasi hukum merupakan
upaya untuk menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang
dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan
dari pihak manapun termasuk oleh penyelenggara negara. Pemahaman
penegakan hukum (law enforcement) yang hanya ter tuju pada adanya tindakan
represif dari aparat penegak hukum dalam melakukan reaksi tegas terhadap
pelaku kriminal selama ini merupakan pemaknaan penegakan hukum secara
sempit.
Oleh karena kewenangan penegakan hukum hanya seakan menjadi
tanggung jawab aparat hukum semata. Padahal tidak demikian halnya, oleh
4
karena penegakan hukum konteksnya luas, termasuk tanggung jawab setiap
orang dewasa yang cakap sebagai pribadi hukum melekat kewajiban untuk
menegakkan hukum.
Dalam kajian filosofi hukum, hukum pada dasarnya tidak mencari
kebenaran tetapi mencari keabsahan. Asas legalitas menjustifikasi bahwa apa
yang telah ditetapkan dalam ius constitutum disepakati sebagai kebenaran
hukum pada locus delicti dan tempus delicti tertentu dan ditaati sebagai
kebenaran formil.
Meskipun menurut aliran positivisme, bahwa hukum harus dapat dilihat
sebagai suatu bangunan yang rasional, bahkan Lon Fuller menyatakan bahwa
“morality that makes law possible”, sehingga kekuatan hukum sangat ditentukan
oleh moralitas hukum. Peranan moral dalam hokum sangat erat, sehingga hukum
dan moral tidak dapat dipisahkan sebagaimana pandangan aliran hukum alam
pada umumnya. Akan tetapi, tidak semua hukum mengandung nilai moral yang
adil bagi semua orang.
Pada masa pandemi Covid-19, hukum bisa saja tidak menjadi landasan
filosofis atau landasan teoritis dalam membangun logika yang rasional dari nilai-
nilai moralitas hukum untuk melawan pandemi. Tetapi mungkin juga hukum
berperan sebagai “law is a tool of social enginering” seperti dalam teori
efektivitas dan validitas hukum menurut Rouscou Pound. Kondisi demikian
menempatkan supremasi hukum pada pilihan ketaaran hukum melalui legal
awareness (kesadaran hukum) atau legal feeling (perasaan hukum).
Hukum yang dibangun dari tatanan nilai dasar moralitas masyarakat
menghendaki ketaatan melalui legal feeling. Sedangkan hukum yang dibangun
sebagai tool of sosial enginering menghendaki ketaatan melalui legal awareness
(kesadaran hukum).
Sampai pada titik ini, supremasi hukum di masa pandemi Covid-19, pada
dasarnya adalah tanggung jawab seluruh masyarakat untuk menyelamatkan diri
dan orang lain dari pandemi Covid-19. Legal awareness dan legal feeling
diperlukan untuk membangun kedisiplinan dan konsistensi ketaatan hukum
dalam melawan pandemic Covid-19.
5
BAB 3
6
komunikasi, sumber, sikap tingkah laku dan struktur birokrasinya. Aspek
tersebut adalah satu kesatuan dalam upaya mendukung suksesnya pemberlakuan
suatu kebijakan, sehingga aspek tersebut harus dilakukan secara optimal dan
saling berkesinambungan.
7
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
8
Pandemi Covid-19. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan beberapa
tindakan yang minimal harus dilakukan yaitu seperti peliburan sekolah dan
tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, serta pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum.
9
aturan teknis penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Jakarta
sebagai kota pertama yang menerapkan pengaturan PSBB melalui Peraturan
Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 tantang pelaksanaan "Pembatasan Sosial
Berskala Besar” dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kebijakan tersebut mulai
diberlakukan pada tanggal 10 April 2020 sampai 23 April 2010, hal ini
menekankan bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar akan
dilaksanakan selama dua minggu, kebijakan ini meliputi pembatasan fasilitas
umum seperti pembatasan transportasi publik dengan kapasitas hanya 50 persen
dan waktu operasi hanya berlangsung pada pukul 06.00 sampai 18.00 WIB.
10
ekonomi sejatinya sangat dibutuhkan. Atas dasar itu, selain melakukan
penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan,
melalui Kementerian Keuangan mengeluarkan kebijakan Surat Utang Negara
yang hal ini dirujuk dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat
Utang Negara. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran
negara dan termasuk untuk menghadapi wabah pandemi ini, Kementerian
Keuangan menerbitkan 3 seri Surat Utang Negara yaitu seri RI1030, RI1050 dan
RI0470. Surat Utang Negara tersebut memiliki total nominal sebesar USD4,3
miliar yang terdiri dari masing-masing USD1,65 miliar untuk tenor 10,5 tahun,
USD1,65 miliar untuk tenor 30,5 tahun dan USD1 miliar untuk tenor 50 tahun.
11
negara hukum harus menempatkan hukum sebagai satu kesatuan sistem yang
meliputi aspek perilaku para subjek hukum, kaidah aturan, dan elemen
kelembagaan. Secara komprehensif ketiga aspek ini mencakup pembuatan
hukum, penerapan hukum dan proses penegakan hukum.
12
suatu hukum yang tidak biasa. Hal tersebut turut diamini Jimly Asshidiqie bahwa
jika tidak ada jalan yang memungkin untuk mengatasi persoalan darurat dengan
instrument hukum yang ada, dengan penetapan darurat dalam suatu negara maka
hukum yang berlaku adalah hukum yang bersifat darurat atau “martial law”.
Secara khusus, konsep “martial law” memiliki 4 aspek yaitu.
Melihat keadaan dan situasi saat ini, sejatinya penerapan hukum darurat
dengan penerbitan undang-undang darurat dalam dilakukan dengan
memasukkan substansi mengenai penanganan pandemi Covid-19 secara
komprehensif. Refly Harun memaparkan bahwa sebaiknya menerapkan
beberapa kebijakan dalam satu kesatuan meliputi karantina rumah sakit,
karantina wilayah dan PSBB secara bersamaan. Kemudian dalam pengaturannya
ditegaskan memberikan keleluasaan setiap pemerintah daerah dalam
menentukan kebijakan penanganan yang kemudian dapat dievaluasi pemerintah
pusat dilanjutkan, dikurangi atau di hentikan.
13
perlu diawasi yang dalam hal ini perlu dibentuk sub gugus tugas penanganan
covid-19 bidang ekonomi untuk mengawal pertumbuhan ekonomi daerah dan
pusat saling bersinergi serta optimal dalam pelaksanaannya. Kemudian terkait
problematika informasi, negara sejatinya harus berperan secara transparan dan
responsif dalam menyampaikan informasi terkait pandemi karena
bermunculannya hoaks dan disinformasi antara tingkat pusat dan daerah.
Optimasi hukum melalui hukum tata negara darurat perlu dibuat, terlebih
mengingat pandemi ini dapat berdampak kepada resesi ekonomi dunia. Untuk
menyikapi kedaaan tersebut, hukum harus hadir dalam hal ini meliputi aspek
penanganan pemberantasan penyebaran pandemi covid-19, aspek penanganan
kesehatan, aspek penyebaran informasi, dan aspek ekonomi.
14
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
15
Referensi
Arumanadi, Bambang, dan Sunarto. Konsepsi Negara Hukum Menurut UUD 1945.
Semarang: IKIP Semarang Press, 1993.
Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara Darurat. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007.
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer.
Jakarta: The Biography Institute, 2007.
Aji, A.M.; Yunus, N.R. Basic Theory of Law and Justice, Jakarta: Jurisprudence
Institute, 2018.
Anggraeni, RR Dewi. "Wabah Pandemi Covid-19, Urgensi Pelaksanaan Sidang
Secara Elektronik," 'Adalah, Volume 4, No. 1 (2020)
Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Rajawali Press,
2012.
D, Riant Nugroho. Kebijakan Publik Evaluasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:
Elex Media Komputindo., 2003.
Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit RI. Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2020.
Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit RI. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2020.
Dye, Thomas R. Understanding Public Policy. NewJersey: Prentice-Hall, 1972.
Dzulfaroh, Ahmad Naufal. Penanganan Wabah Virus Corona di Singapura,
Vietnam, dan Taiwan... 2020.
III, George Edward. Implementing Public Policy. Washington DC: Congressional
Quarterly Press, 1980.
Kementrian Kesehatan RI. Situasi Perkembangan Covid-19 di Indonesia 15 April
2020. 2020. https://covid19.kemkes.go.id/.
Kementrian Keuangan RI. Kemenkeu Tanggap Covid-19. t.thn.
https://www.kemenkeu.go.id/covid19.
16
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. Laporan Isu Hoax. t.thn.
https://www.kominfo.go.id/content/all/laporan_isu_hoaks.
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. Pemerintah Luncurkan Situs Resmi
Covid-19.t.thn.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/25170/pemerintah-
luncurkansitus-resmi-covid-19/0/berita.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group, 2005.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2004.
Maggalatung, A.S.; Aji, A.M.; Yunus, N.R. How The Law Works, Jakarta:
Jurisprudence Institute, 2014.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. t.thn
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskla
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Wrus Disease 2019
(Covid-I9). t.thn.
Prastiwi, Devira. Imbauan Jokowi terkait Covid-19, dari Kerja dari Rumah hingga
Ingatkan Social Distancing. t.thn.
https://www.liputan6.com/news/read/4202629/imbauanjokowi-terkait-
covid-19-dari-kerja-dari-rumah-hingga-ingatkan-socialdistancing.
17