& RESTORATIVE
JUSTICE
berdasarkan keadaan
memaksa;
Menghormati HAM
IDE RESTORATIVE JUSTICE
Ide mengenai keadilan restoratif mulai hangat
dibicarakan setidaknya dalam 20 tahun terakhir.
Sejak tahun 1990-an topik ini menjadi pusat perhatian
utama para ahli hukum pidana dalam membahas
perkembangan sistem peradilan pidana.
Bagaimana masyarakat harus merespon perilaku
menyimpang yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari?
Perlukah sistem peradilan pidana yang sifatnya
‘REPRESIF’ digunakan untuk menyelesaikan berbagai
persoalan dalam masyarakat?
IDE RESTORATIVE JUSTICE
THE RESTORATIVE JUSTICE MOVEMENT is a
global social movement with huge internal
diversity.
Its broad goal is to transform the way
contemporary societies view and respond to crime
and related forms of troublesome behaviour.
More specifically, it seeks to replace our existing
highly professionalized systems of punitive justice
and control with COMMUNITY-BASED
REPARATIVE JUSTICE and moralizing social
control.
(Gerry Johnstone and Daniel W. Van Ness: 2007)
IDE RESTORATIVE JUSTICE
Perkembangan ide keadilan restoratif sangat pesat;
Pada tahun 2002 oleh United Nation diterima United
Nation Basic Principles on the Use of Restorative
Justice Programs in Criminal Matters, diadopsi oleh
United Nation Economic and Social Council pada
bulan July 2002 dengan Res. 2002/12, U.N. Doc.
E/2002/INF/2/Add.2
Dokumen tersebut menekankan bahwa Restorative
justice is an evolving response to crime that
respects the dignity and equality of each
persons, builds understanding, and promotes
social harmony through healing of victims,
offenders and community.
IDE RESTORATIVE JUSTICE
Pendekatan ini menyediakan kesempatan bagi
korban untuk melakukan reparasi dan mendapatkan
perasaan lebih aman.
Pendekatan ini melibatkan pelaku untuk MENGERTI
KERUGIAN MENDALAM yang diakibatkan dari
tindak pidana dan untuk BERTANGGUNGJAWAB
DENGAN CARA YANG BERARTI.
Pendekatan ini memungkinkan masyarakat untuk
mengerti akibat-akibat dari tindak pidana untuk
kemudian mempromosikan kesejahteraan
masyarakat dan mencegah tindak pidana.
IDE RESTORATIVE JUSTICE
Ide serta nilai restorative justice sesungguhnya
telah tertanam dalam tradisi sepanjang sejarah
kehidupan umat manusia.
...‘learning to forgive is much more useful than
merely picking up a stone and throwing it at the
object of one’s anger, the more so when the
provocation is extreme. For it is under the
greatest adversity that there exists the greatest
potential for doing good, both for oneself and for
others’… (Dalai Lama)
(dalam John Braithwaite: 2002)
PENGERTIAN RESTORATIVE
JUSTICE
Para penganut atau eksponen yang membela restorative justice theory
(teori keadilan restoratif) kebanyakan mempertanyakan
ketidakberhasilan penyelesaian perkara dengan menggunakan cara
tradisional yaitu cara-cara yang digunakan dalam sistem peradilan
pidana.
Cara ini dianggap banyak mengabaikan kepentingan korban,
kepentingan masyarakat dan juga kepentingan pelaku tindak pidana
sendiri.
Dimunculkan sebuah alternatif pendekatan yang didesain untuk
memberikan pengertian pada pelaku bahwa perbuatannya salah dan
pelaku memiliki kewajiban untuk memperbaiki kesalahan tersebut
dengan cara-cara konstruktif dan reparatif.
Menurut Gerry Johnstone dan Daniel W. Van Ness cara ini dianggap
dapat memberikan jalan sehingga tercipta suatu keadaan di mana ada
rasa saling memaafkan dan rekonsiliasi, reintegrasi pelaku ke dalam
masyarakat dan pemulihan trauma dari korban kejahatan (Gerry
Johnstone dan Daniel W. Van Ness: 2007)
PENGERTIAN RESTORATIVE
JUSTICE
Restorative justice dapat didefinisikan sebagai suatu cara termasuk di
dalamnya proses yang memiliki nilai dan tujuan, atau secara lebih luas sebagai
suatu gerakan sosial yang bertujuan untuk merubah cara-cara penyelesaian
masalah dalam sistem peradilan pidana.
Di dalam definisi tersebut terkandung dua unsur penting yakni unsur PROSES
dan unsur NILAI atau TUJUAN.
Kebanyakan para ahli lebih banyak menyoroti PROSES yakni sebuah proses
di mana pelaku, korban serta agen yang dipilih atau ditunjuk oleh kedua belah
pihak (oleh pelaku dan korban) duduk bersama untuk membicarakan segala
hal ikhwal mengenai perbuatan dan kesalahan pelaku dan apa yang harus
dilakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Yang tidak kalah penting yaitu mengenai NILAI atau TUJUAN yang
terkandung dalam ide restorative justice.
Menurut Chris Cunneen ‘the core values of restorative justice are to be healing
relationships between all parties involved, community deliberation rather than
state-centred control of decision making and non-domination’
(Chris Cunneen: 2008)
PENGERTIAN RESTORATIVE
JUSTICE
Howard Zehr menyatakan bahwa ide dari restorative
justice adalah dialogue, mutuality, healing, repair,
repentance, responsibility, honesty dan sincerity
(dalam Marian Liebmann: 2007)
Ada beragam pendapat mengenai pengertian restorative
justice, namun Gerry Johnstone dan Daniel W. Van
Ness melihat bahwa keberagaman pendapat mengenai
arti tersebut adalah hal yang lumrah.
Mereka bahkan menyatakan bahwa restorative justice
adalah sebuah konsep yang terbuka (an open concept)
dan seyogyanya keberagaman pendapat mengenai arti
tersebut diakui dengan menyesuaikan pada situasi
konkret yang dihadapi.
RESTORATIVE JUSTICE DAN
DIVERSI
12
Diversi bertujuan:
a. mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;
d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.
Diversi dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang
dilakukan:
a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh)
tahun; dan
b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana
(recidive).
DIVERSI
18