Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM PERLINDUNGAN ANAK


Dosen : Hj. Anna Azharniyah, S.H., M.H.

Oleh :
DEWI ANANDA
(220.02.09470)

JURUSAN ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM
SULTAN ADAM
ANGKATAN 2020
Nama : Dewi Ananda
NIM : 220.02.09470
Tugas : Hukum Perlindungan Anak
Kelas : Reguler 2020 A (sore)
Dosen : Hj. Anna Azharniyah, SH.,MH.

SOAL DAN PEMBAHASAN MIDTEST HUKUM


PERLINDUNGAN ANAK
1. Apa maksud dan tujuan timbulnya diversi dan restorative justice di
dalam undang - undang nomor 11 tahun 2012 dalam sistem peradilan
anak?
Jawab :
 Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana atau
diversi adalah pengalihan proses pada sistem penyelesaian
perkara anak yang panjang dan sangat kaku. Mediasi atau
dialog atau musyawarah sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam diversi untuk mencapai keadilan restoratif. Sedangkan
tujuan diversi sendiri, yaitu
a. mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;
d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
 Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana
dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban,
dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan
kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan atau
keadilan restoratif adalah sebuah pendekatan yang ingin
mengurangi kejahatan dengan menggelar pertemuan antara
korban dan terdakwa, dan kadang-kadang juga melibatkan para
perwakilan masyarakat secara umum. Restorative Justice
bertujuan untuk merestorasi kesejahteraan masyarakat,
memperbaiki manusia sebagai anggota warga masyarakat
dengan cara menghadapkan anak sebagai pelaku berupa
pertanggung jawaban kepada korban atas tindakannya.

2. Mengapa pembimbing kemasyarakatan merupakan ujung tombak pada


sistem peradilan anak? Jelaskan!
Jawab :
Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012, Pembimbing
Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang
melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan,
pengawasan, dan pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar
proses peradilan pidana. Seperti dikutip dari pasal 65 pada Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2012 tugas pembimbing kemasyarakatan
sebagai berikut :
Pasal 65
Pembimbing Kemasyarakatan bertugas:
a. membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan
Diversi, melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap Anak selama proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan,
termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila Diversi tidak
dilaksanakan;
b. membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara Anak, baik di
dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan LPKA;
c. menentukan program perawatan Anak di LPAS dan pembinaan
Anak di LPKA bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya;
d. melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana
atau dikenai tindakan; dan melakukan pendampingan pembimbingan,
dan pengawasan terhadap Anak yang memperoleh asimilasi,
pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat.
e. melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap Anak yang memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan cuti bersyarat.
Seperti kutipan pasal diatas jelas tugas dan fungsi pembimbing
kemasyarakatan sangatlah penting bagi anak. Pembimbing
Kemasyarakatan yang merupakan jabatan fungsional berperan pada
seluruh tahapan proses hukum tersebut, disebut sebagai ujung tombak
dari pemasyarakatan karena dalam sistem peradilan pidana anak di
Indonesia, Pembimbing kemasyarakatan juga berperan pada proses
peradilan sejak tahap pra adjudikasi, adjudikasi dan post adjudikasi.

3. Siapa saja pihak di dalam sistem peradilan pidana anak menurut


undang - undang nomor 11 tahun 2012? Sebutkan dan jelaskan!
Jawab :
Berdasakan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012, berikut pihak-
pihak terkait dalam undang-undang tersebut :
 Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang
berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana,
dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.
 Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut
Anak adalah anak yang telahberumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan
tindak pidana.
 Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya
disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan
belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.
 Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut
Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu
perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri. 8.
Penyidik adalah penyidik Anak.
 Penuntut Umum adalah penuntut umum Anak.
 Hakim adalah hakim Anak.
 Hakim Banding adalah hakim banding Anak.
 Hakim Kasasi adalah hakim kasasi Anak.
 Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak
hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap Anak di
dalam dan di luar proses peradilan pidana.
 Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di
lembaga pemerintah maupun swasta, yang memiliki kompetensi dan
profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam pekerjaan sosial yang
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik
pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan
masalah sosial Anak.
 Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yangdididik dan
dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di
lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup kegiatannya
di bidang kesejahteraan sosial Anak.
 Keluarga adalah orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, dan/atau
anggota keluarga lain yang dipercaya oleh Anak.
 Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya
menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.
 Pendamping adalah orang yang dipercaya oleh Anak untuk
mendampinginya selama proses peradilan pidana berlangsung.
 Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Klien Anak adalah Anak yang berada di dalam pelayanan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan Pembimbing
Kemasyarakatan.

4. Mengapa anak sebagai pemegang hak orang tua, negara, pemerintah,


dan pemerintah daerah sebagaik pihak yang memenuhi kewajiban
terhadap anak serta bertanggung jawab kepada anak? Jelaskan!
Jawab :
Sebagai pemegang hak orang tua, negara, pemerintah, dan
pemerintah daerah sebagai pihak yang memenuhi kewajiban serta
bertanggung jawab kepada anak dikarenakan anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan yang haruslah dilindungi. Perlindungan Anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Negara
Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap warga
negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan
hak asasi manusia, dan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Anak juga
sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib
dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.
Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga
dan Orang Tua berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan
menjamin terpenuhinya hak asasi Anak sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Perlindungan terhadap Anak yang dilakukan
selama ini belum memberikan jaminan bagi Anak untuk mendapatkan
perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam
berbagai bidang kehidupan, sehingga dalam melaksanakan upaya
perlindungan terhadap Hak Anak oleh Pemerintah harus didasarkan
pada prinsip hak asasi manusia yaitu penghormatan, pemenuhan, dan
perlindungan atas Hak Anak. Sebagai implementasi dari ratifikasi
tersebut, Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang secara substantif telah
mengatur beberapa hal antara lain persoalan Anak yang sedang
berhadapan dengan hukum, Anak dari kelompok minoritas, Anak dari
korban eksploitasi ekonomi dan seksual, Anak yang diperdagangkan,
Anak korban kerusuhan, Anak yang menjadi pengungsi dan Anak
dalam situasi konflik bersenjata, Perlindungan Anak yang dilakukan
berdasarkan prinsip nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak,
penghargaan terhadap pendapat anak, hak untuk hidup, tumbuh dan
berkembang. Dalam pelaksanaannya Undang-Undang tersebut telah
sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terkait jaminan hak asasi manusia, yaitu Anak
sebagai manusia memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan
berkembang. Walaupun instrumen hukum telah dimiliki, dalam
perjalanannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak belum dapat berjalan secara efektif karena masih
adanya tumpang tindih antarperaturan perundang-undangan sektoral
terkait dengan definisi Anak. Di sisi lain, maraknya kejahatan terhadap
Anak di Masyarakat, salah satunya adalah kejahatan seksual,
memerlukan peningkatan komitmen dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan Masyarakat serta semua pemangku kepentingan yang
terkait dengan penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Untuk efektivitas pengawasan penyelenggaraan Perlindungan
Anak diperlukan lembaga independen yang diharapkan dapat
mendukung Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan Perlindungan Anak. Perubahan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga mempertegas
tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku
kejahatan terhadap Anak, untuk memberikan efek jera, serta
mendorong adanya langkah konkret untuk memulihkan kembali fisik,
psikis dan sosial Anak korban dan/atau Anak pelaku kejahatan. Hal
tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi Anak korban dan/atau
Anak pelaku kejahatan di kemudian hari tidak menjadi pelaku
kejahatan yang sama.

5. Apa landasan penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana anak


jelaskan!
Jawab :
Landasan hukum sistem peradilan anak yaitu Undang-undang Nomor
11 Tahun 2012, sistem peradilan anak sendiri termuat dalam undang-
undang tersebut yang berbunyi “Sistem Peradilan Pidana Anak adalah
keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak yang berhadapan
dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana.”

Anda mungkin juga menyukai