Anda di halaman 1dari 43

Sistem

Pemerintahan
Fajrian Noor Anugrah, SH.MH
Bidang Studi Hukum Tata Negara
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam
Banjarmasin
2022
Sistem
Pemerintahan
secara umum
Rusadi Kantaprawira

▪ sistem sebagai suatu kesatuan yang terbentuk


dari beberapa unsur (elemen). Unsur, komponen,
atau bagian yang banyak ini satu sama lain
berada dalam keterikatan yang kait-mengkait
dan fungsional. Masing-masing kohesif satu sama
lain, sehingga ketotalitasan unit terjaga utuh
eksistensinya
S.E. Finer (Finer, 1974 dalam
Sumaryadi, 2010: 18)

1. Pemerintah mengacu pada proses pemerintahan, yakni


pelaksanaan kekuasaan oleh yang berwenang.
2. Istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut
keberadaan proses itu sendiri kepada kondisi adanya
tata aturan.
3. Pemerintah sering berarti orang-orang yang mengisi
kedudukan otoritas dalam masyarakat atau lembaga,
artinya kantor atau jabatan-jabatan dalam
pemerintahan.
4. Istilah ini juga bisa mengacu pada bentuk, metode,
sistem pemerintah dalam suatu masyarakat, yakni
struktur dan pengelolaan dinas pemerintah dan
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah
Soemendar

▪ Pemerintahan sebagai badan yang penting


dalam rangka pemerintahannya,
pemerintah mesti memperhatikan pula
ketenteraman dan ketertiban umum,
tuntutan dan harapan serta pendapat
rakyat, kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, pengaruh-pengaruh
lingkungan, pengaturan-pengaturan,
komunikasi peran serta seluruh lapisan
masyarakat dan legitimasi.
Hamid S Attamimi

▪ Sistem pemerintahan adalah sistem


kerja pemerintahan yang dilakukan
oleh presiden dalam hubungannya
dengan sistem kerja fungsi lembaga-
lembaga tinggi negara.
Ernst Utrecht

sistem pemerintahan sebagai


sistem yang mengatur hubungan
antara semua badan kenegaraan
yang memiliki kekuasaan untuk
memerintah. Badan kenegaraan
yang dimaksud adalah lesgilatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Susunan Pemerintahan Horisontal

▪ Dalam membahas pembagian kekuasaan


Horisontal (separation of powers), hanya
akan dibahas hubungan antara eksekutif
dan legislatif, karena yudisial dalam negara
hukum merupakan lembaga yang mandiri.
Jenis Sistem Pemerintahan

1. Sistem pemerintahan presidensial (Amerika


Serikat)
2. Sistem pemerintahan parlementer (Inggris)
3. Sistem pemerintahan quasi/semi (Perancis)
4. Sistem pemerintahan referendum (Swiss)
Sistem Pemerintahan Presidensiil

▪ Separation of legislative and executive powers


▪ Direct popular election of the president
▪ The chief executive may be neither appointed
nor dismissed by a legislative vote
▪ The president is in exclusive charge of the
executive branch (Giovanni Sartori)
▪ Separate elections (and separate bases of
legitimacy) for the president and congress
(Juan Linz)
Ciri Penting Sistem Presidensil
(Jimly Asshiddiqie)

▪ Masa jabatan Presiden tertentu, biasanya periode masa


jabatan dibatasi dengan tegas
▪ Presiden & Wakil Presiden tdk bertanggung jawab kpd
parlemen melainkan langsung bertanggung jawab kpd
rakyat. Presiden dan Wapres hanya dapt diberhentikan
dari jabatannya karena alasan pelanggaran hukum yg
biasanya dibatasi pada kasus-kasus pidana tertentu
▪ Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat scr langsung
ataupun melalui mekanisme perantara tertentu yg tidak
bersifat perwakilan permanen
Ciri Penting Sistem
Presidensil (II)

▪ Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak dapat


membubarkan parlemen dan sebaliknya parlemen tidak dapat
menjatuhkan Presiden dan membubarkan kabinet sbgmn dlm
praktek sistem parlementer
▪ Tidak Dikenal pembedaan kepala pemerintahan dan kepala
negara
▪ Tanggung jawab pemerintahan berapa pada Presiden, oleh
karena itu Presidenlah pada prinsipnya yang berwenang
membentuk pemerintahan, menyusun kabinet, mengangkat
dan memberhentikan para menteri (Concentration of governing
power and responsibility upon the president )
Sistem Pemerintahan Parlementer

▪ Legislative and executive functions are fused


▪ Prime minister is also head of the majority party in the
legislature
▪ Cabinet members are chosen by the prime minister from
members of the majority party in the legislature
▪ As long as the legislative majority is mantained, the
prime minister can expect to have all of his or her party
legislation passed without any revisions from the
opposition
(Paul C Manuel, Anne M Cammisa)
Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer
(Jimly Assiddiqie)

▪ Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan


legislatif
▪ Eksekutif yang dipimpin oleh Perdana Menteri
dibentuk oleh Parlemen dari partai politik yang
menduduki kursi mayoritas di parlemen. Jika
ternyata di dalam parlemen tidak ada satupun parpol
yang menduduki kursi mayoritas maka penyusunan
kabinet dan perdana menteri umumnya dilakukan
dengan koalisi
Ciri Sistem Pemerintahan
Parlementer (II)
▪ Kepala negara hanya berfungsi atau berkedudukan
sebagai kepala negara saja. Kepala negara tidak
dituntut pertanggungjawaban konstitusional apapun
sebab kepala negara hanya berfungsi sebagai simbol
negara. Kendatipun demikian Kepala Negara juga
diberi wewenang menunjuk dan membubarkan
kabinet dalam keadaan tertentu
▪ Adanya pertanggungjawaban kabinet kepada
parlemen yang mengakibatkan parlemen dapat
membubarkan atau menjatuhkan “mosi tidak
percaya” kepada kabinet
Semi Presidential

▪ Powers are both fused and separated


▪ Directly elected president with constitutional powers
▪ Prime minister chosen from majority party in parliament (PC
Manuel & Anna Cammisa)
▪ -------
▪ “Semi-presidentialism is where a popularly elected fixed-term
president exists alongside a prime minister and cabinet who
are responsible to the legislature.” (Robert Elgie)
Sistem ‘Perancis’

▪ Terdapat perbedaan antara kepala negara


dan kepala pemerintahan
▪ Kepala negaranya adalah Presiden yang
dipilih dan bertanggung jawab langsung
kepada rakyat
▪ Kepala pemerintahannya adalah perdana
menteri yang di satu sisi bertanggung jawab
kepada presiden, tetapi di sisi lain karena
dipilih oleh parlemen juga bertanggung jawab
pada parlemen
Sistem Referendum

▪ Didalam sistem referendum badan eksekutif


merupakan bagian dari badan legislatif. Badan
eksekutif yang merupakan bagian badan legislatif
(seperti di Swiss yang disebut Bundesrat) adalah
badan pekerja legislaif (yang di Swiss disebut
Bundesversammlung). Jadi di dalam sistem ini badan
legislatif membentuk sub badan didalamnya sebagai
pelaksana tugas pemerintah. Kontrol terhadap badan
legislatif di dalam sistem ini dilakukan langsung oleh
rakyat melalui lembaga referendum.
Sistem Referendum (II)

▪ Konstitusi Federal Konfedarasi Swiss


– Pemegang kedaulatan tertinggi adalah Sidang Federal (badan
legislatif) yang terdiri dari dua kamar, yaitu Dewan Nasional dan
Dewan Negara (Pasal 71)
– Pemegang kekuasaan eksekutif dan badan pelaksana kekuasaan
tertinggi Konfedarasi Swiss dipegang oleh Dewan Federal yang
terdiri dari tujuh anggota dan dipilih oleh Sidang Federal (Pasal 96
ayat (1))
– Presiden dan Wapres Konfederasi Swiss dipilih oleh Sidang Federal
diantara anggota Dewan untuk masa jabatan satu tahun (Pasal 98
ayat (1))
Differences

▪ Presidential: Democracies in which the government does not


depend on a legislative majority to exist are presidential.
▪ Parliamentary: Democracies in which the government
depends on a legislative majority to exist and in which the
head of state is not popularly elected for a fixed term are
parliamentary.
▪ Semi-Presidential: Democracies in which the government
depends on a legislative majority to exist and in which the
head of state is popularly elected for a fixed term are semi-
presidential.
Sistem Pemerintahan di
negara-negara

▪ Amerika Latin pada umumnya menganut sistem


presidensil bahkan sering disebut sebagai “the
continent of presidentialism” (Argentina, Brazil, Chile,
Mexico, Peru, Colombia, dll)
▪ Italy, Jepang, Jerman dan negara-negara bekas
jajahan Inggris pada umumnya memakai sistem
parlementer
▪ Perancis dan beberapa negara afrika bekas jajahan
Perancis memakai sistem campuran
Sistem Pemerintahan Indonesia
sebelum Amandemen UUD 1945
Tinjauan Sejarah

1950 1959 1999


1949
1945
Undang-Undang Dasar Tahun
1945
Kedudukan dan Kewenangan Majelis
Kedudukan dan Kewenangan Presiden
Permusyawaratan Rakyat
Pasal 1
Pasal 4
(2) Kedaulatan adalah di tangan (1)Presiden Republik Indonesia
rakyat, dan dilakukan memegang kekuasaan pemerintahan
sepenuhnya oleh Majelis
menurut Undang-Undang Dasar
Permusyawaratan Rakyat.
(2)Dalam melakukan kewajibannya
Pasal 3 Presiden dibantu oleh satu orang
Majelis Permusyawaratan Rakyat Wakil Presiden
menetapkan Undang-Undang Dasar Pasal 5
dan garis-garis besar daripada
haluan negara. (1) Presiden memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dengan
Pasal 6 persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(2) Presiden dan Wakil Presiden Pasal 7
dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan Presiden dan Wakil Presiden
suara yang terbanyak memegang jabatannya selama lima
tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali
Praktik UUD 1945 (1945-1949)

▪ Untuk pertama kali, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh PPKI (Pasal III
Aturan Peralihan)
▪ Presiden bersama dengan sebuah Komite Nasional menjalankan kekuasaan
negara sebelum terbentuk MPR, DPR, dan DPA
▪ Pada tanggal 16 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X
Tahun 1945
▪ Pada tanggal 14 November 1945 terbentuk Kabinet Sjahrir I yang dipimpin
oleh Perdana Menteri Sjahrir
▪ Pada tanggal 29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949 dan 4 Agustus 1949
terbentuk Kabinet Hatta (Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri)
Konstitusi RIS 1949
Pasal 68
(1) Presiden dan Menteri2 bersama-sama merupakan Pemerintah.
Pasal 74
(2) Presiden mengangkat seorang dari padanja mendjadi Perdana-
Menteri dan mengangkat Menteri2 jang lain.
Pasal 105
Menteri duduk dalam Dewan Perwakilan Rakjat dengan suara
penasehat.
Undang-Undang Dasar Sementara
Tahun 1950 (UUDS 1950)
Pasal 45 Pasal 51
(1) Presiden ialah Kepala (2) Presiden mengangkat seorang
Negara. dari padanja mendjadi Perdana
Menteri dan mengangkat Menteri-
Pasal 50 menteri jang lain.
Presiden membentuk Kementerian-
kementerian.
Pasal 61
Pasal 84
(2) Seorang Anggauta Dewan
Presiden berhak membubarkan Perwakilan Rakjat jang merangkap
Dewan Perwakilan Rakjat. mendjadi Menteri tidak boleh
mempergunakan hak atau melakukan
kewadjibannja sebagai Anggauta
badan tersebut selama ia
memangku djabatan Menteri.
Praktik UUD 1945 (1959-1967)

▪ 5 Juli 1959, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden


yang salah satu isinya adalah membubarkan
Konstituante dan membentuk MPRS dan DPAS 
Dimulainya era DEMOKRASI TERPIMPIN dengan
konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
▪ Pada era Demokrasi Terpimpin, Soekarno bertindak
sebagai Presiden sekaligus Perdana Menteri
▪ 25 Juni 1960, Presiden membentuk DPR-GR yang
kedudukannya adalah sebagai pembantu
Presiden/Mandataris MPRS
▪ 18 Mei 1963 ditetapkan TAP MPRS Nomor
III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Pemimpin Besar
Revolusi Indonesia Bung Karno Menjadi Presiden
Republik Indonesia Seumur Hidup
Praktik UUD 1945 (1967-1969)
▪ 20 Februari 1967, melalui TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967,
MPRS mencabut kekuasaan Soekarno sebagai Presiden RI
dan digantikan oleh Soeharto
▪ Mengapa Soeharto?
– Supersemar
– Dikukuhkan oleh TAP MPRS No. IX/MPRS/1966
– Dijamin oleh TAP MPRS No. XV/MPRS/1966

▪ Demokrasi Terpimpin digantikan dengan Demokrasi Pancasila


▪ Pemilu kembali dilaksanakan pada tahun 1971 dan seterusnya
▪ Praktik ketatanegaraan kembali sesuai dengan UUD 1945
Sistem Pemerintahan Indonesia
setelah Amandemen UUD 1945
Lima Prinsip Kesepakatan Seluruh Fraksi di
MPR sebelum dilakukan Perubahan UUD 1945

▪ tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;


▪ tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
▪ mempertegas sistem pemerintahan Presidensial;
▪ penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam
penjelasan dimasukkan kedalam pasal-pasal (karena timbul
perdebatan: penjelasan itu mengikat atau tidak sebagai dasar
negara. Lalu, ada kekhawatiran terjadi pertentangan atau
penafsiran ambigu. Untuk mempermudah penafsiran, ada
lembaganya, yaitu MK);
▪ perubahan dilakukan dengan cara addendum (perubahan
secara bertahap, tandanya itu bintang2; tidak mengubah
jumlah pasal (urutan pasal tidak berubah), tapi kontennya
banyak diubah.)
Perubahan UUD 1945

▪ UUD 1945 sebelum perubahan hanya terdiri dari 16


bab, 37 pasal dan 47 ayat ditambah 4 pasal Aturan
Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan
▪ Setelah 4 kali perubahan, UUD 1945 menjadi 20 bab,
73 pasal, 171 ayat ditambah 3 pasal Aturan Peralihan
dan 2 pasal Aturan Tambahan
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945

UUD 1945

Presiden/
BPK Wakil Presiden DPR MPR DPD MA MK

kpu bank Kementerian


Negara badan-badan lain KY
sentral yang fungsinya
dewan
pertimbangan berkaitan dengan
TNI/POLRI
kekuasaan
kehakiman PUSAT

Lingkungan
PERWAKILAN PEMDA PROVINSI Peradilan DAERAH
BPK
PROVINSI KPD DPRD Umum
Agama
PEMDA KAB/KOTA Militer
KPD DPRD TUN
Lembaga-lembaga yang memegang kekuasaan
menurut UUD (Pasca-Amandemen)

DPR Presiden MK MA

Pasal 24 (1)
Pasal 20 (1) Pasal 4 (1) memegang kekuasaan
memegang memegang kehakiman yang merdeka untuk
kekuasaan kekuasaan menyelenggarakan peradilan
membentuk UU pemerintahan guna menegakkan hukum dan
keadilan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
(Amandemen 2002)
Pasal 1 Pasal 4
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan (1) Presiden Republik Indonesia memegang
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Pasal 3 Undang Dasar.
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang
mengubah dan menetapkan Undang-undang Pasal 5
Dasar. (1) Presiden berhak mengajukan rancangan
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden. undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Pasal 20
Presiden dalam masa jabatannya menurut (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang
Undang-Undang Dasar. kekuasaan membentuk undang-undang.
Perubahan MPR

▪ Filosofi kewenangan dan status MPR dalam


UUD 1945 sebelum perubahan tercermin
dalam pasal 1 ayat 2, yang berbunyi :
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat”.
▪ Perubahan UUD 1945, telah merubah filosofi
dasar sumber kewenangan MPR, sebagaimana
tercermin dalam perubahan Pasal 1 ayat (2),
yaitu : “Kedaulatan ditangan rakyat dan
dijalankan menurut Undang-Undang Dasar”
Reduksi Kewenangan MPR
▪ mengubah dan menetapkan UUD
▪ melantik Presiden dan Wakil Presiden
▪ memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD
▪ memilih Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam hal
terjadi kekosongan dalam masa jabatannya

Dengan demikian MPR kehilangan kewenangannya


untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, menetapkan
garis-garis besar daripada haluan negara, meminta dan
menilai pertanggungjawaban Presiden serta
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Perubahan Susunan MPR

▪ Susunan keanggotaan naskah asli UUD 1945:


– Anggota DPR
– Utusan Daerah
– Utusan Golongan (functional representation) 
utusan PGRI, utusan militer, dsb.
▪ Susunan keanggotaan MPR pasca
amandemen:
– Anggota DPR (political representation) 
berdasarkan kesesuaian pilihan parpol
– Anggota DPD (regional representation)
Pemisahan Kekuasaan
Eksekutif-Legislatif

▪ diadopsi prinsip pemisahan kekuasaan (separation


of power) secara tegas antara fungsi legistatif dan
eksekutif dalam perubahan pasal 5 ayat (1) juncto
pasal 20 ayat (1) sampai (5) dalam perubahan
pertama UUD 1945 yang dipertegas lagi dengan
tambahan pasal 20 ayat (5) perubahan kedua
UUD1945.
▪ Presiden tidak dapat membubarkan DPR (Pasal 7C
UUD 1945) dalam rangka checks and balances
▪ Parlemen tidak bisa menjatuhkan Presiden kecuali
hanya karena pelanggaran hukum (Pasal 7A dan 7B
UUD NRI Tahun 1945)
Pemilihan Presiden Langsung

▪ diadopsinya prinsip pemilihan Presiden dan


Wakil Presiden dalam satu paket secara
langsung oleh rakyat dalam ketentuan pasal
6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945
Pembatasan Masa Jabatan Presiden

Presiden dan Wakil Presiden memegang


jabatan selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan. (2 periode)
(Pasal 7 UUD NRI Tahun 1945)
Pemberhentian Presiden hanya
karena alasan pelanggaran hukum
▪ Alasan pemberhentian Presiden hanya
pelanggaran hukum dan proses
pemberhentiannya harus proses hukum
dengan melibatkan lembaga peradilan
seperti yang diatur dalam Pasal 7A dan
Pasal 7B UUD NRI tahun 1945
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai