Anda di halaman 1dari 6

INDONESIA PERIODE 11 MARET 1966 – 21 MEI 1998

1. Bentuk Negara

Negara kesatuan sistem sentralisasi adalah bentuk negara dimana pemerintahan pusat
memiliki kedaulatan penuh untuk menyelenggarakan urusan pemerintah dari pusat hingga
daerah, termasuk segala hal yang menyangkut urusan pemerintahan daerah. Pemerintah
daerah hanya bersifat pasif dan menjalankan perintrah dari pemerintah pusat. Singkatnya
pemerintah daerah hanya sebagai pelaksana belaka.

2. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan republik. Republik adalah sebuah negara di mana tampuk pemerintahan
akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan. Istilah ini berasal
dari bahasa Latin res publica, atau “urusan awam”, yanng artinya kerajaan dimilik serta
dikawal oleh rakyat.

3. Konstitusi (UUD 1945 )

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945
dan Pancasila secara murni dan konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, di antara
melalui sejumlah peraturan:

1. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan


untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya

2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain


menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus
minta pendapat rakyat melalui referendum.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan


pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

4. Tujuan Negara

1. mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

2. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan Konskwen

3. Mengoreksi dan memperbaiki penyelewengan pada masa orde lama.

5. Dasar Negara

4. Lembaga Negara
• DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan dalam UU


No. 10/1966, DPR-GR masa “Orde Baru” memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari
“Orde Lama” ke “Orde Baru.”

Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971 adalah sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai dengan Pasal 23 ayat (1)
UUD 1945 beserta penjelasannya.

2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai dengan Pasal 5 ayat (1),


Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.

3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah sesuai dengan UUD 1945


dan penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.

• DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997

Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu
besar dianggap telah mematikan proses demokratisasi dalam bernegara. DPR sebagai
lembaga legislatif yang diharapkan mampu menjalankan fungsi penyeimbang (checks
andbalances) dalam prakteknya hanya sebagai pelengkap dan penghias struktur
ketatanegaraan yang ditujukan hanya untuk memperkuat posisi presiden yang saat itu

dipegang oleh Soeharto.

• MPR

Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena
“kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah
“penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
mengangkat presiden dan wakil presiden.

Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan
yang diangkat.

Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain:

• Presiden, sebagai presiden seumur hidup.

• Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut turut.

• Memberhentikan sebagai pejabat presiden.

• Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.

• Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.


• Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah Presiden, yaitu
dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang paling banyak menduduki kursi di MPR.

• DPA DAN BPK

Di samping itu, UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir lembaga-lembaga negara lain seperti
DPA dan BPK dengan memberikan kewenangan yang sangat minim.

1. MA
Merupakan lembaga tinggi Negara dari peradilan Tata Usaha Negara,PN,PA,dan PM.

2. PRESIDEN / WAPRES

• Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR.

Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power and


responsiblity upon the president).

• Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang


kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).

• Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.

• Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

INDONESIA ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG

Bentuk Negara

Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3). Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang
menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, menghormati hak
asasi mansuia dan prinsip due process of law. Pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang
merdeka diatur dalam bab IX yang berjumlah 5 pasal dan 16 ayat. (Bandingkan dengan UUD
1945 sebelum perubahan yang hanya 2 pasal dengan 2 ayat). Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan badan-badan lainnya yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.
Bentuk Pemerintahan

Sistem ini tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan mempertegas sistem
presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen, akan tetap
bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan DPR. Presiden hanya dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya karena melakukan perbuatan melanggar hukum yang
jenisnya telah ditentukan dalam Undang-Undang Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden. DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan Presiden dalam masa
jabatannya manakala ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana
yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.

Konstitusional

Sistem Konstitusional pada era reformasi (sesudah amandemen UUD 1945) berdasarkan
Check and Balances. Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan kekuasaan negara
dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-masing lembaga-lembaga
negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya
berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang
hendak dibangun adalah sistem “check and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap
lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang
rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.

Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945 dilakukan, yaitu perubahan
dari “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”, menjadi
“Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Ini berarti
bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan berdasar undang-undang dasar yang
dilaksanakan berdasarkan undang-undang dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur
dan ditentukan kekuasaan dan wewenangnya dalam undang-undang dasar. Oleh karena itu
kedaulatan rakyat, dilaksanakan oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya
yang diatur oleh UUD. Bahkan rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatannya
untuk menentukan Presiden dan Wakil Presidennya melalui pemilihan umum.

Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak
dua kali, yaitu :

• Menurut TAP MPR III Tahun 2000:

1. UUD 1945

2. TAP MPR

3. UU
4. PERPU

5. PP

6. Keputusan Presiden

7. Peraturan Daerah

• Menurut UU No. 10 Tahun 2004:

1. UUD 1945

2. UU/PERPU

3. Peraturan Pemerintah

4. Peraturan Presiden

5. Peraturan Daerah

Lembaga Negara

Di masa Reformasi yang dimulai dari tumbangnya rezim autoritarian yang dipimpin oleh
Soeharto, kedudukan lembaga eksekutif setara dengan lembaga pemerintahan yang lain, yaitu
lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Dalam perkembangannya, lembaga eksekutif yang
dipimpin oleh presiden tidak menjadi lembaga paling kuat dalam pemerintahan, karena
lembaga eksekutif diawasi oleh lembaga legislatif, masyarakat (terutama mahasiswa, ormas,
LSM, dan media massa) dalam menjalankan pemerintahan, serta akan ditindaklanjuti oleh
lembaga yudikatif jika terjadi pelanggaran, sesuai dengan Undang-Undang. Justru pada masa
Reformasi hingga detik ini, lembaga eksekutif selalu bertindak hati-hati dalam menjalankan
pemerintahan, jika tidak hati-hati dalam mengambil dan melaksanakan kebijakan, maka
lembaga eksekutif akan mendapatkan tekanan dari segala kalangan, baik itu dari lembaga
pemerintahan lain maupun kelompok-kelompok kepentingan (NGO), dan terutama dari
mahasiswa yang semakin menyadari perannya sebagai agent of control. Rekruitmen anggota
lembaga eksekutif ditetapkan berdasarkan hasil pemilu, perjanjian dengan partai koalisi
maupun dengan ditunjuk oleh Presiden.
TUGAS PKN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH

NAMA : FADILA TOISUTA


: ALWAN FARIS
: KEZIA LIMBA
KELAS : XII IPA 1

SMA NEGERI 2 BURU

Anda mungkin juga menyukai