Anda di halaman 1dari 18

XII MIPA 6

Demokrasi Terpimpin merupakan era politik Indonesia setelah


berakhirnya era Demokrasi Parlementer. Sistem demokrasi
terpimpin lahir setelah konstituante gagal merancang UUD, dan
kemudian dibubarkan dengan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.
Sistem ini lahir sebagai bentuk pelurusan atau perbaikan terhadap
demokrasi liberal. Kehidupan sosial politik Indonesia pada masa
Demokrasi Liberal (1950 hingga 1959) belum pernah mencapai
kestabilan secara nasional dan Dewan Konstituante tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya, yaitu merancang UUD.
Hal ini membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk
menyederhanakan partai-partai politik dan membentuk kabinet
yang berintikan 4 partai yang menang dalam pemilihan umum 1955.
Pada tanggal 21 Februari 1957
Soekarno dihadapan para tokoh
politik dan tokoh militer menawarkan
konsepsinya untuk menyelesaikan
dan mengatasi krisis-krisis
kewibawaan pemerintah. Dalam
konsepsinya Presiden Soekarno
menghendaki dibentuknya kabinet
berkaki empat yang anggotanya
terdiri dari wakil-wakil PNI, Masyumi,
NU dan PKI.

Selain itu Presiden Soekarno juga menghendaki dibentuknya Dewan


Nasional yang anggotanya terdiri dari golongan fungsional di dalam
masyarakat. Beliau juga menekankan bahwa Demokrasi Liberal merupakan
demokrasi impor yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat bangsa
Indonesia. Demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia,
yaitu Demokrasi Terpimpin.

Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal sebagai Konsepsi Presiden 1957.


Dalam pembaruan Pembentukan kabinet gotong
struktur politik harus royong berdasarkan imbangan
diberlakukan sistem kekuatan masyarakat yang
demokrasi terpimpin terdiri atas wakil partai-partai
yang didukung oleh politik dan kekuatan golongan
kekuatan-kekuatan yang politik baru yang diberi nama
mencerminkan aspirasi oleh Presiden Soekarno
masyarakat secara golongan fungsional atau
seimbang. golongan karya.
UPAYA MENUJU DEMOKRASI TERPIMPIN YANG
DIRINTIS OLEH PRESIDEN SOEKARNO SEBELUM
DIKELUARKANNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

1) Pembentukan Dewan Nasional pada 6 Mei 1957


2) Mengeluarkan keputusan pada tanggal 19 Februari
1959 tentang pelaksanaan
demokrasi terpimpin dalam rangka kembali ke UUD
1945
3) Larangan bagi kegiatan politik

4) Pertemuan untuk mencapai kesepakatan


Pada hari Minggu, 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan
dekrit yang memuat tiga hal pokok, yaitu :
 Menetapkan pembubaran Konstituante.

 Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia


dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal
penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara
(UUDS).
 Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah
dengan utusan-utusan dan golongan, serta pembentukan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang
semakin tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.

Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden:

 Rakyat menyambut baik sebab mereka telah


mendambakan adanya stabilitas politik yang telah
goyah selama masa Liberal.
 Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung
pelaksanaan Dekrit Presiden.
 KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD
untuk melaksanakan pengamanan Dekrit Presiden.
 DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi
menyatakan kesediaannya untuk melaksanakan
UUD 1945.
Dampak Positif :
 Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik
berkepanjangan.
 Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi
kelangsungan negara.
 Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS
dan lembaga tinggi negara berupa DPAS yang selama masa
Demokrasi Parlemen tertunda pembentukannya.
Dampak Negatif :

 Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan


konsekuen. UUD yang harusnya menjadi dasar hukum
konstitusional penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaannya
hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.

 Memberi kekuasaan yang besar pada presiden, MPR, dan


lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi
terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.

 Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang


politik. Sejak Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi
kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada
masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
Dengan berlakunya UUD 1945 dan Demokrasi
Terpimpin, Presiden Soekarno langsung memimpin
pemerintahan dan mengambil kebijakan-kebijakan :

 Kabinet Kerja
 Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
 Ideologi Demokrasi Terpimpin
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
 DPR Gotong Royong (DPR-GR)
 Front Nasional
 Pengintegrasian lembaga-lembaga tinggi dengan eksekutif
 Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR).
Kabinet Kerja

Anda mungkin juga menyukai