Kenapa sampai presiden soekarno mengatakan bahwa demokrasi liberal tidak cocok
dengan kepribadian bangsa Indonesia?
Karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang menganut bhineka tunggal
ika yg begitu besar dampaknya, dan komplek dalam kehidupan budayanya, yang
menjungjung tinggi musyawarah dan demokrasi untuk mencapai mufakat,
mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Hal itu tentu
bertentangan dengan asas demokrasi liberal
2. Latar belakang di demokrasi terpimpin
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dapat dipandang sebagai suatu bentuk usaha untuk mencari
jalan keluar dari kemacetan politik dengan melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat. Setelah dikeluarkannya. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut, Indonesia jatuh pada
masa Demokrasi Terpimpin.
Dalam demokrasi terpimpin Soekarno bertindak seperti seorang diktator. Ia hampir
menguasai semua sektor kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Demokrasi Terpimpin merupakan sebuah hype pendek demokrasi yang tidak didasarkan
atas paham liberalisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu
paham demokrasi yang didasarkan pada keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945. Demokrasi yang menuju pada
satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur yang penuh dengan
kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Namun di dalam prakteknya, apa yang dinamakan dengan Demokrasi Terpimpin yang
mempunyai tujuan yang luhur ini tidak pernah dilaksanakan secara konsekuen. Malah
sebaliknya, sistem ini sangat jauh dan menyimpang dari arti yang sebenarnya.
Dalam prakteknya, yang memimpin demokrasi ini bukan Pancasila sebagaimana yang
dicanangkan, tetapi sang pemimpinnya sendiri. Akibatnya, demokrasi yang dijalankan
tidak berdasarkan keinginan luhur bangsa Indonesia, tetapi berdasarkan keinginan-
keinginan atau ambisi politik pemimpinnya sendiri.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno:
- Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi
liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
- Dari segi perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet
tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
- Dari segi politik: Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuatan politik terpusat pada tiga kekuatan
politik terbesar, yakni Presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan TNI
Angkatan Darat. Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa Demokrasi
terpimpin partai politik tidak mempunyai peran besar lagi dalam pentas politik
nasional.
Partai-partai yang ada ditekan agar memberikan dukungan terhadap gagasan
presiden. Partai politik yang pergerakannya dianggap tidak sejalan dengan
pemerintah akan di bubarkan dengan paksa. Oleh karena itu partai-partai politik itu
tidak dapat menyuarakan gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang
diwakilinya.
Hal ini menyebabkan sistem pemerintahan pada masa demokrasi terpimpin benar-
benar hanya berpusat pada presiden, atau presidensial yang tidak memiliki
lembaga apa pun yang dapat mengkritik atau menghentikannya, dan bahkan tidak
memiliki oposisi dari partai bertolakbelakang dengan kebijakannya.
Penyimpangan-penyimpangan
- Menafsirkan Pancasila terpisah-pisah, tidak dalam kesatuan bulat dan utuh
Periode Demokrasi Terpimpin didasarkan pada penafsiran dari sila keempat
Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Tetapi, Presiden Soekarno saat itu menafsikan
terpimpin dengan arti "pimpinan terletak di tangan pemimpin besar revolusi."
- Pengangkatan presiden seumur hidup
UUD 1945 mengatur presiden untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun.
Tetapi, Ketetapan MPRS No. III/1965 mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden
seumur hidup, seperti dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila,
Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi oleh A. Ubaedillah.
- Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu 1955
Kebijakan ini membuat hilangnya pengawasan dari lembaga legislatif terhadap
eksekutif.