Anda di halaman 1dari 18

Nashwa Wisye A.

XI MIPA 2-23

BEAIN DRAMA

PETA KONSEP PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA

Pengertian
Mengidentifikasi Teks Drama
Unsur Pembangun Teks Drama

Langkah-langkah Penyusunan Teks


Drama
Mempertunjukkan Tokoh
dalam Teks Drama
TEKS
Sumber-Sumber Penulisan Naskah
DRAMA

Isi dan Struktur


Menganalisis Teks Drama
Ciri Kebahasaan
Mementaskan Drama

Bermain drama merupakan salah satu tonggak yang kuat dalam mencapai impian sebagai seorang
aktor atau aktris. Kepiawaian seseorang dalam bermain peran tentu berbeda antara satu orang dengan
lainnya, tetapi bukan tidak mungkin bagi seseorang dalam memperagakan seorang tokoh selama ia serius
dan teguh dalam berlatih bermain peran. Nah, lalu mengapa dalam bermain peran terdapat teks drama? Mari
kita pelajari lebih lanjut.

A. MENGIDENTIFIKASI TEKS DRAMA

Simaklah teks drama yang berjudul “Pengejaran” berikut ini dengan seksama!
Selain bahasa sebagai
unsur utama dalam
pementasan drama,
Drama diartikan sebagai bentuk karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan
dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui dialog dan tindakan para tokoh. Secara harfiah, drama
berarti perbuatan, tindakan. merujuk pada asal katanya dari Yunani, yakni draomai yang berarti berbuat,
berlaku, atau bertindak. Selain itu, drama juga dapat diartikan sebagai kisah kehidupan manusia yang
dikemukakan dalam pentas berdasarkan dengan naskah, menggunakan ercakapan, gerak, laku unsur-unsur
pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik) derta disaksikan oleh penonton.
Selain drama, juga dikenal adanya teater. Istilah teater berasal dari bahasa Yunani theatron, yang
artinya ‘dengan takjub memandang, melihat’. Dengan demikian, teater adalah (1) gedung pertunjukan, (2)
suatu bentuk pengucapan seni yang penyampaiannya dilakukan dengan dipertunjukkan di depan umum.
Teater dalam artian luas adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak, sedangkan
dalam artian sempit teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas
dengan percakapan, gerak, dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekorm musik,
nyanyian, tarian, dan sebagainya.

KEGIATAN 1
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Berdasarkan paparan-paparan tersebut, simpulkanlah pengertian drama dengan menggunakan pilihan
bahasamu sendiri!
2. Berdasarkan naskah drama yang berjudul “Pengejaran” tentukanlah unsur-unsur pembangunnya
sesuai dengan tabel berikut!
Unsur Pembangun Drama Penjelasan Bukti (Kutipan narasi/dialog)

Penokohan Maskun Sanjaya atau Mardilah: "Mengapa Pak? Ada apa?


Herman: pemarah dan Akhir-akhir ini kau cepat sekali marah."
keras Maskun: "Dia yang harus berdamai dengan
aku. (Terdiam sejenak) anak itu seperti
bukan anakku.....

Mardilah: penyayang, Mardilah: "Dibuka, ya, jendelanya, biar


peduli, dan tegas. sedikit segar?"

Mardilah: "Duduklah Suhita, ibu ingin


bertanya kepadamu."
Mardilah: "Mengapa engkau memilih
perumpamaan "Penjara". Kok tidak
memilih yang lain? Lagipula, mengapa kau
suka main perumpamaan segala? Coba
jawab, Suhita!"

Masduki: -
Suhita: teguh pendirian Suhita: "Tidak! Bukan! Ibu keliru! Dia
dan berani bukan iblis. Dia bukan orang jahat."
Suhita: "Jabatan itu bisa dibeli dengan
uang dan pembohongan pembohongan,
ibu. Soal itu, engkau bisa merenungkannya
sendiri. Tapi, bukankah aku berhak
menentukan apa yang layak aku perbuat?
Bukankah aku berhak untuk tidak
menyukai seseorang termasuk ayahku
sendiri kalau orang itu nyata-nyata......

Saiko: -
Alur Alur maju mundur Suhita : "matanya menatap aku dengan
kasih yang tulus. lembut dan ikhlas. aku
ingat pagi itu, kurang lebih sebulan yang
lalu, orang itu datang kepadaku disekolah."

Latar a. a. Latar tempat: Ruangd. "Sebuah ruang tamu yang cukup mewah,
tamu yang cukup di sebelah kanan tampak sebuah sofa, dua
mewah kursi, dan sebuah meja yang berhias
jambangan bunga diatasnya.
e.
Mardilah : (Menatap anaknya, cemas) Kau
b. b. Latar situasi: akan pergi lagi ?
menegangkan,
menyedihkan

c. c. Latar waktu: siang Seorang laki-laki, suaminya mengibaskan-


hari ngibaskan saputangan karena kegerahan
menuju ke sebuah kursi
f.
Tema Politik, pertentangan -
Amanat Jika menurut kita Mardilah : Suhita! Apakah bapakmu tidak
pendapat kita benar , cukup baik?
kita harus berani Suhita : Maaf, Bu. Aku tidak bermaksud
menyatakan pendapat melukai hatimu.
tersebut agar tidak Mardilah : Mengapa engkau memusuhi
merugikan diri sendiri. bapakmu sendiri, Suhita?
Suhita : Aku tidak memusuhi ayah, Bu. Ibu
tentu maklum sendiri, bukan? Kita pada
saat-saat seperti ini membutuhkan seorang
pemimpin yang jujur, yang iktikadnya baik
dan mau berkorban demi kepentingan
rakyat, serta menjalankan kewajiban di
segala bidang tanpa pamrih.
Mardilah : (Duduk) Apakah bapakmu
bukan pemimpin yang jujur, bukan
pemimpin yang sempurna iktikadnya untuk
membela rakyat? Kalau bapakmu bukan
pemimpin yang sempurna dan baik, orang
tidak akan mau menyerahkan kepimpinan
partai kepadanya. Suhita.
Suhita : Jabatan itu bisa dibeli dengan uang
dan pembohongan-pembohongan, Ibu.
Soal itu, engkau bisa merenungkannya
sendiri. Tapi, bukankah aku berhak
menentukan apa yang layak aku perbuat?
Bukankah aku berhak untuk tidak
menyukai seseorang termasuk ayahku
sendiri kalau orang itu nyata-nyata

3. identifikasilah pula struktur yang terdapat dalam naskah drama yang berjudul “Pengejaran” tersebut!
Bagian-bagian drama Kutipan Penjelasan
prolog Para pelaku Kutipan tersebut termasuk dalam
Maskun Sanjaya atau Herman: prolog yang menunjukkan
Politikus pendahuluan kutipan terdapat dan
Mardilah : Istri Maskun permulaan cerita. dalam drama.
Masduki : Pejuang veteran yang Di dalam pengenalan tokoh-
cacat tokoh. dan permulaan cerita.
Suhita : Anak Mardilah
Saiko: Pengawal Pribadi

Sebuah ruang tamu yang cukup


mewah, di sebelah kanan tampak
sebuah sofa, dua kursi, dan
sebuah meja yang berhias
jambangan bunga di atasnya...
Seorang perempuan paruh baya
tampak sedang duduk di sofa.
Tangannya masih memegang
sebuah buku, tetapi
pandangannya tampak lesu dan
hampa tertuju jauh ke depan.

Seorang laki-laki, suaminya


mengibas ngibaskan saputangan
karena kegerahan menuju ke
sebuah kursi. Belum sampai ia
duduk, istrinya bangkit menuju
ke jendela sambil melirik
suaminya yang kegerahan.

Dialog a. orientasi Mardilah: Gerah, Pak? Orientasi merupakan tahap


Maskun : Tidak (Kata Maskun pelukisan awal cerita.
kaku dan tidak herperasaan) Kutipan tersebut cerita dan
Mardilah : Dibuka, ya, terdapat konflik awal yang akan
jendelanya, biar sedikit segar? dikembangkan dalam
Maskun : Tidak! Jangan! (Tetap menggambarkan situasi
kaku) bagian utama cerita.
Mardilah: Terlalu sesak hawanya
kalau ditutup.
Maskun Mardilah! Jangan
kataku! Kembali kau!
Mardilah : Mengapa Pak? Ada
apa? Kau akhir akhir ini cepat
sekali marah..
Maskun : Mardilah! Aku tidak
suka berbicara dengan engkau!
Mardilah : Baiklah, Pak,
Maskun : Tunggu dulu!
Mardilah: Ya?

b. komplikasi Maskun : Kau mesti peringatkan Komplikasi merupakan bagian


Suhita! Anak itu kian hari, kian tengah cerita. Pada bagian ini
menjadi liar! dipaparkan tahap dimana para
Mardilah: Ada apa dengan tokoh drama sudah terlibat dalam
Suhita, Pak? Tadi pun dia persoalan pokok, yaitu Suhita
mengeluh karena katanya kau yang bersikeras tidak mendukung
marahi lagi. Sudah selayaknya sang Ayah untuk menjadi wali
kalau kau berdamai dengan dia. kota. Selain itu, sudah terdapat
Maskun : Aku bukan seorang insiden atau kejadian dalam
yang lemah! Aku kuat! Kalau bagian ini.
kau bisa melarang Suhita
bercampur gaul dengan kawan-
kawannya yang sok tahu politik
itu, nah, baru tidak ada yang
salah.
Mardilah : Tapi, itu pun bisa
menguntungkan kedudukanmu,
bukan? Dengan aktifnya Suhita
di kesatuan aksi, gengsimu bisa
naik di mata umum. Saat ini,
justru lagi memuja-muja
perjuangan para mahasiswa itu.
Kau bisa lepas dari sorotan dan
gugatan. Coba! Apakah tidak
demikian menurut pendapatmu?
Maskun : Kau tidak punya
wibawa!
Suhita : Maaf, Bu, aku makan
duluan.
Mardilah : Kau akan pergi lagi?
Suhita : Pertemuan itu belum
selesai. Aku pulang untuk
sembahyang dan makan saja. Ibu
menulis apa?
Mardilah : Ini penting Suhita.
Sampaikan surat ini ke alamat
yang tercantum di situ.
Sampaikan saja. Sungguh! Kau
jangan bicara apa-apa
dengannya. Kepada orangnya.
Kau mengerti?
Mardilah : Suhita... Bagaimana
perasaanmu
terhadap bapakmu?
Suhita : Biasa.
Mardilah : Tapi, mengapa tadi
berkata kepada
bapakmu bahwa rumah ini
adalah rumah penjara. Dan
bapakmu adalah kepala
penjaranya? Mengapa Suhita?
Cukup beralasankah kata-
katamu itu?
Suhita : Karena ayah selalu
bertindak keras. Selalu main
perintah saja.
Mardilah : Mengapa engkau
memusuhi bapakmu sendiri.
Suhita?
Suhita :Aku tidak memusuhi
ayah.Bu. Ibu tentu maklum
sendiri, bukan? Kita pada saat
saat seperti ini membutuhkan
seorang pemimpin yang jujur,
yang iktikadnya baik dan mau
berkorban demi kepentingan
rakyat, serta menjalankan
kewajiban di segala bidang tanpa
pamrih.
Mardilah: Apakah bapakmu
bukan pemimpin yang jujur,
bukan pemimpin yang sempurna
iktikadnya untuk membela
rakyat? Kalau bapakmu bukan
pemimpin yang sempurna dan
baik, orang tidak akan mau
menyerahkan kepemimpinan
partai kepadanya, Suhita. Suhita :
Jabatan itu bisa dibeli dengan
uang dan pembohongan-
pembohongan. Ibu. Bukankan
aku berhak untuk tidak menyukai
seseorang termasuk ayahku
sendiri kalau orang itu nyata
nyata…
Mardilah : Bayangan masa
lampau anakku. Masa lampau
yang kini menudingkan
telunjuknya ke muka kita semua.
Yang akan mengadili kita semua.
Engkau sadarlah, Sahita. anakku
bahwa bapakmu dalam bahaya
akan jatuh, akan hina-dina di
mata zaman kini!
Suhita : Ibu?
Mardilah : Kau tau anakku. Laki-
laki yang datang kepadamu itu
adalah setan, iblis yang akan
melahap kebahagiaan
keluargamu! Yang akan
menghancurkannya!
Suhita : Tidak! Bukan! Ibu
keliru! Dia bukan iblis. Dia
bukan orang jahat.
Suhita : Dia menatapku dan
menjabat tanganku erat-erat
seperti tidak akan dilepaskannya
lagi. Aku melihat matanya
berkaca-kaca "Terima kasih
anakku. Telah kulihat kau turun
di jalan-jalan seperti kami dulu,
juga menyerukan tuntutan seperti
yang kamis crukan,
memperjuangkan kembali apa
yang kami perjuangkan dulu.
Terima kasihi anakku, engkau
telah menghidupkan jiwa kami
ke dalam jiwamu." Aku ingin
menangis melihat pejuang yang
cacat itu."
Mardilah : Cukup, Suhita!
Engkau telah kena sihirnya.

c. resolusi Suhita : (Mengusap mata, Resolusi merupakan tahap suatu


menghela napasnya). Baiklah, konflik mereda atau menurun.
Ibu. Dalam cerita tersebut, tokoh-
Mardilah: Jangan pergi dulu! tokoh yang
Suhita : Maafkan aku, Ibu. sebelumnya memanaskan situasi
Namun, kejadian ini terlampau menemukan titik temu dengan
berat buatku dan terlampau pahit. meminta maaf.
Mardilah: Kau tidak boleh marah
pada Ibu, ya, Nak!
Suhita : Tidak. Bu!
Mardilah: Baiklah, sampaikan
surat itu secepatnya!

Epilog Tidak terdapat epilog pada drama Epilog merupakan penutup


tersebut yang mengakhiri sebuah cerita
dalam drama. Epilog biasanya
berisi kesimpulan yang dapat
diambil dari cerita drama. Pada
cerita tersebut, tidak dipaparkan
mengenai penutup cerita.

CIRI KEBAHASAAN TEKS DRAMA

Cerita yang disajikan dalam drama berisi tentang kejadian dalam kehidupan sehari-hari dengan
diimbuhi unsur-unsur imajinatif (fiksi). Cerita-cerita yang disajikan tentu tersusun secara sistematis sesuai
dengan alur ceritanya. Struktur alur ada tiga, yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi yang harus memenuhi
tuntutan dialog yang dapat menunjang gerak laku penonton dan dialognya harus diucapkan lebih tajam dari
ujaran sehari-hari ketika dalam pementasan. Dialog drama dibuka dengan prolog dan epilog yang bersifat
manasuka, artinya boleh digunakan boleh tidak sesuai dengan keinginan penulis.
Mengacu pada struktur teks drama yang bertolak pada dialog-dialog, maka ciri kebahasaan teks
drama banyak mengacu pada kalimat-kalimat langsung yang banyak menggunakan kosakata percakapan,
seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Selain itu, juga banyak menggunakan kalimat seru/imperatif,
suruhan/perintah, dan pertanyaan/introgatif. Ciri kebahasaan lain dalam teks drama, yaitu:
a. Menggunakan kata ganti orang pertama dalam dialognya. Misal: saya, aku, engkau, kau, kamu, ia,
anda, beliau, dsb.
b. Menggunakan konjungsi kronologis. Misal: kemudian, lalu, akhirnya, dsb.
c. Menggunakan kata kerja material untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi. Misal: memakan,
membaca, menulis, berjalan, memegang, dsb.
d. Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan suasana, tokoh, dan tempat Misal: cantik, dermawan,
kaya, keras kepala, angkuh, dsb.
e. Menggunakan kara kerja mental untuk menggambarkan perasaan atau pikiran tokoh. Misal: berpikir,
merasakan, mengenang, jatuh cinta, dsb.

kalimat imperatif

kalimat
langsung kalimat interogatif

kalimat deklaratif

kata ganti
orang saya, aku, anda, kau penanda subjek
pertama

konjungsi awalnya, mula-mula, lalu,


teks drama dialog kronologis urutan cerita
akhirnya

kata kerja makan, minum, menarik,


material peristiwa yang terjadi
berjalan

kata kerja berpikir, mengenang, yang dipikirkan atau yang


mental jatuh cinta dirasakan

kata sifat angkuh, keras kepa, jujur, gambaran latar, tokoh


senang

KEGIATAN 2

Bacalah cuplikan drama yang berjudul “Ken Arok” berikut ini!

Adegan 2
Ken Arok membuka mata dan bangkit. Seperti seekor harimau, ia menggeliat. Ia berjalan ke anak buahnya.
Gerakannya memperlihatkan gerakan seekor binatang buas, lembut, tapi penuh tenaga. Ia memandang ke
arah matahari.
Ken Arok : Dalam beberapa saat mereka akan tiba.
Tita : Bagaimana kau tahu?
Ken Arok : Dari Kediri, mereka berangkat subuh. Mereka membawa beban dan gerakan
mereka tidak akan cepat. Jadi, dalam beberapa saat mereka baru tiba di sini.
Tita : Kau yakin?
Ken Arok : SUdah kucium bau mereka. Sekarang cepat kalian bersembunyi. Aku akan
membereskan yang paling kuat diantara mereka. Begitu aku menyerang, kalian
langsung menyerang. ( para pendekar bersembunyi, kecuali Ken Arok)
Tita : Arok, sembunyilah kau!
Ken Arok : Tidak. Sembunyilah kalian! (terdengar suara rombongan datang. KenArok berdiri
di tengah jalan)

Setelah membaca cuplikan tersebut, coba temukan kaidah kebahasaannya dalam tabel berikut!
Kaidah Kebahasaan Kutipan Teks (bukti)
Kosakata percakapan -
Kata ganti orang pertama kau, aku,
Konjungsi kronologis -
Kata kerja material menyerang, membereskan, membawa
Kata kerja mental yakin
Kata sifat kuat

Anda mungkin juga menyukai