Anda di halaman 1dari 17

SISTEM SERTA STRUKTUR POLITIK DAN

EKONOMI MASA DEMOKRASI LIBERAL

KELAS: XII IPA 1

KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat selesaikan

dengan baik dan atas kehendak-Nya semua proses pembuatan makaah sejarah ini.

Maklah sejarah ini yang berjudul “Sistem serta Struktur Politik dan Ekonomi

Indonesia Masa Demokrasi Liberal” yang berisi tentang perkembanagn cabinet

yang berlangsung selama masa demokrasi liberal, mengalisis sistem kepartaian,

pelaksanaan pemilu pertama, dan menjelaskan kebijakan dan sistem ekonomi

pada masa demokrasi liberal.

Saya selaku penulis berharap semoga kelak Makalah Sejarah ini dapat

berguna dan juga bermanfaat serta menambah wawasan tentang pengetahuan kita

tentang Sistem serta Struktur Poitik dan Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi

Liberal. Saya sangat menyadari masih sangat banyak terdapat kekurangan di sana

sini dan masih butuh saran untuk perbaikannya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 2

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal………………………3

1. Sistem Pemerintahan .............................................................................. 3

2. Sistem Kepartaian dan Pemilu 1955 ...................................................... 6

A. Perkembangan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal ...................... 8

1. Pemikiran untuk Mewujudkan Perekonomian Nasional ........................ 8

2. Sistem Ekonomi Liberal........................................................................ 11

BAB III

PENUTUP........................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

B. Saran .................................................................................................... 13

iii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan pemerintahan demokrasi di Indonesia mengalami pasang

surut dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Sistem pemerintahan demokrasi

yang berupa sistem parlementer dan sistem presidensial pernah digunakan bangsa

Indonesia. Pengalaman berdemokrasi dalm menjalankan pemerintahan hendaknya

dapat diambil hikmahnya sehingga dapat digunakan untuk menjalankan

pemerintahan saat ini dan seterusnya agar lebih stabil.

Pada masa Demokrasi Liberal yang berlangsung dari 1950-1959. Pada era

itu ada tutjuh kabinet yang memegang pemerintahan, sehingga hampir setiap

tahun terjadi pergantian cabinet. Jatuh bangunnya kabinet ini membuat program-

program kabinet tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kondisi inila

yang menyebabkan stabilitas nasional baik di bidang politik, ekonomi, sosial

maupuun keamanan terganggu.

Pada era ini, Indonesia menjalankan pemilihan umum pertama yang diikuti

oleh banyak pertai politik. Pemilu 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di

Indonesia. Pemilu ini dilaksanakan untuk memilih anggota Parlemen dan anggota

Konstituante. Konstituante diberi tugas untuk membentuk UUD baru

menggantikan UUD sementara. Sayangnya beban tugas yang oleh Konstituante

tidak dapat diselesaikan. Kondisi ini menambah kisruh situasi politik pada masa

v
itu sehingga mendorong Presiden Soekarno utnuk mengeluarkan Dekret Presiden

pada 5 Juli 1959. Dekret tersebut membawa Indonesia mengakhirimasa

Demokrasi Parlementer dan memasuki Demokrasi terpimpin.

B. Rumusan Masalah

1. Kapan demokrasi liberal berlangsung?

2. Bagaimana sistem pemerintahan pada saat demokrasi liberal?

3. Bagaimana perkembangan ekonomi pada masa demokraso liberal?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan perkembangan cabinet yang berlangsung selama masa

demokrasi parlementer 1950-1959.

2. Menganalisis sistem kepartaian yang berlangsung pada masa

demokrasi parlmenter.

3. Membandingkan pelaksanaan pemilu pada masa demokrasi

parlementer dengan pemilu pada masa reformasi.

4. Menjelaskan kebijakan dan sistem ekonomi pada masa demokrasi

parlementer.

D. Manfaat Penulisan

Mempelajari sistem demokrasi parlementer yang berlangsung di Indonesia

pada tahun 1950-an, dapat memberikan pembelajaran pada kita tentang

bagaimana bangsa Indonesia belajar berdemokrasi pada masa awalnya.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal

Di Indonesia, demokrasi liberal berlangsung sejak 3 November 1945, yaitu

sejak sistem multipartai diberlakukan melalui maklumat pemerintah. Sistem

multipartai ini lebih menampakkan sifat instabilitas politik setelah berlaku sistem

parlementer dalam naungan UUD 1945 periode pertama.

Demokrasi liberal dikenal juga sebagai demokrasi parlementer karena

berlangsung dalam sistem pemerintahan parlementer ketika berlakunya UUD

1945 periode pertama, konstituasi RIS, dan UUDS 1950. Dengan demikian

demokrasi liberal secara formal berakhir pada tanggal 5 Juli 1959, sedang secara

material berakhir pada saat gagasan demokrasi terpimpin dilaksanakan.

1. Sistem Pemerintahan

Ketika Indonesia kembai menjadi negara kesatuan, UUD yang digunakan

sebagai landasan hukun Republik Indonesia bukan kembali UUD 1945,

sebagaimana yang ditetapkan oleh PPKI pada awal kemerdekaan, namun

menggunakan UUD sementara 1950. Sistem pemerintahan negara menurut UUD

sementara 1950 adalah sistem parlementer. Artinya, kabinet disusun menurut

perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen dan ewaktu-waku dapat

dijatuhkan oleh wakil-wakil partai dalam parlemen. Presiden hanya merupakan

vii
lambang kesatuan saja. Hal ini dinamakan pula Demokrasi Liberal, sehingga era

ini dikenal sebagai zaman Demokrasi Liberal.

Pada masa tersebut terjadi banyak pergantian kabinet karena keadaan

pemerintahan Indonesia yang tidak stabil. Partai-partai politik yang kuat dapat

mengambil alih kekuasaan pemerintahan Indonesia dengan mudah. Pada masa

tersebut partai yang terkuat dalam parlementer adalah PNI dan Masyumi. Dalam

jangka waktu kurang lebih 5 tahun (1950-1955), PNI dan Masyumi silih berganti

untuk memegang kekuasaan dalam empat cabinet. Pada masa demokrasi liberal

susunan kabinet yang menjalankan roda pemerintahan Indonesia sebagai berikut.

a. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)

Kabinet pertama yang memerintah setelah RIS bubar adalah kabinet

Natsir. Kabinet ini dilantik pada bulan September 1950 dengan program

menyempurnakan organisasi angkatan perang; menggiatkan usaha mencapai

keamanan dan ketentraman; mengonsolidasi dan menyempurnakan organisasi

susunan pemerintahan; mengembangkan dan memperkukuh ekonomi rakyat;

memperjuangkan penyelesaian Irian Barat.

b. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 Februari 1952)

Program kerjanya meliputi menjamin keamanan dan ketentraman,

mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbarui hukum agraria,

mempercepat persiapan pemilu, menjalankan politik bebas aktif, memasukkan

Irian Barat ke wilayah RI secepatnya.

viii
c. Kabinet Wilopo (30 Maret 1952-3 Juni 1953)

Program kerjanya meliputi mempersiapkan pemilihan umum, berusaha

mengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI, meningkatkan keamanan dan

kesejahteraan, memperbaruhi bidang pendidikan dan pengajaran, melaksanakan

politik luar negeri bebas aktif.

d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)

Program kerjanya meliputi program dalam dalam negeri mencakup

keamanan, pemilu, dan kemakmuran, sedangkan program luar negeri meliputi

pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, dan pengembalian Irian Barat ke

Republik Indonesia.

e. Kabinet Burhanuddin Harap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)

Program kerjanya meliputi melaksanakan pemilihan umum, pengembalian

Irian Barat ke RI, dan melaksanakan kerja sama Asia Afrika berdasarkan politik

bebas aktif.

f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)

Program kerjanya, meliputi pembatalan hasil KMB, menyelesaikan

masalah Irian Barat, pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima

tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif, dan meneruskan kerja sama

negara-negara Asia Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan KAA di

Bandung 1955.

ix
g. Kabinet Djuanda (9 April 1957- 5 Juli 1959)

Program kerjanya, meliputi membentuk Dewan Nasional, normalisasi

keadaan RI, melancarkan pelaksanaan pembataln KMB, perjuangan pengembalian

Irian Barat, mempergiat/mempercepat proses pembangunan.

2. Sistem Kepartaian dan Pemilu 1955

Dalam negara demokrasi, partai politik dan pemilu adalah dua hal yang

tidak bisa dipisahkan.

a) Sistem kepartaian

Pada 23 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengumumkan

pembentukan PNI sebagai partai tunggal, namun keinginan Presiden

Soekarno tidak dapat diwujudkan. Gagasan pembentukan partai baru muncul

lagi ketika pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah pada tanggal 3

November 1945. Melalui maklumat inilah gagasan pembentukan partai-

partai politik dimunculkan kembali dan berhasil membentuk partai-partai

politik baru. Diantara partai-partai tersebut tergambar dalam bangan berikut.

x
Keberlangsungan dan perkembangan partai-partai politik berlanjut

pada masa Demokrasi Liberal. Sistem multipartai disamping mencerminkan

adanya kehidupan demokrasi juga memicu terjadinya konflik antarpartai

pada saat itu. Pengaruh partai politik pada saat itu sangat besar terhadap

kelangsungan hidup suatu kabinet pemerintahan. Dilakukannya pergantian

kabinet merupakan dampak dari konflik antarpartai yang sering terjadi.

b) Pemilihan Umum (PEMILU) 1955

Pemilihan umum 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di

Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum ini menandakan

telah berjalannya demokrasi di kalangan rakyat. Rakyat telah menggunkan

hak pilihnya untuk memilih wakil-wakil mereka. Banyak kalangan yang

menilai bahwa pemilihan umum 1955 merupakan pemilu yang paling

demokrasi di Indonesia.

Hasil pemilu utnuk anggota DPR diumumkan pada 1 Maret 1956.

Urutan perolehan suara terbanyak adalah PNI (57 kursi), Masyumi (57 kusi),

Nahdlatul Ulama (45 kursi) dan PKI (39 kursi). Pemilu 1955 menghasilkan

susunan anggota DPR dengan jumlah anggota sebanyak 250 orang dan

dilantik pada 24 Maret 1956 oleh Presiden Soekarno.

Hasil pemilu untuk memilih keanggotaan konstituante diumumkan 16

Juli 1956. Perolehan suara partai-partai peserta pemilu tidak jauh berbeda

dengan pemilihan anggota DPR. PNI (119 kursi), Masyumi (112 kursi), NU

(91 kursi), dan PKI (80 kursi).

xi
B. Perkembangan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal

Berakarnya sistem perekonomian colonial di tengah masyarakat,

keberadaan perusahaan asing (milik orang Belanda), dan keberadaan etnis

Tionghoa sebagai penggerak ekonomi nasional yang dominan menyababkan

perekonomian nasional tidak menunjukan arah perbaikan.

a. Pemikiran Untuk Mewujudkan Perekonomian Nasional

Kondisi perekonomian yang tidak kunjung membaik pascakemerdekaan

menyebabkan muncul beragam pemikiran untuk menciptakan perekonomian

nasional yang kukuh dan mandiri.

a. Rencana Soemitro (Soemitro Plan)

Soemitro berpendapat bahwa pembangunan ekonomi nasional

membutuhkan dukungan dari kelas ekonomi menengah dari bangsa

Indonesia sendiri yang kuat. Untuk itu, industry yang dimiliki para

pengusaha Indonesia asli perlu dibangkitkan dan dibantu dengan berbagai

bimbingan dan bantuan kredit. Rencana ini sebenarnya merupakan rencana

jangka pendek dan merupakan program darurat. Program tersebut kemudian

dikenal dengan istilah Rencana Soemitro atau Soemitro Plan.

b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Dengan bantuan pemerintah diharapkan para pengusaha Indonesia

mampu menggeser “oligopoly the big five” perusahaan dagang Belanda

yang terdiri atas Borsumji, Jacobson van den Berg, Geo Wehry, Internatio,

dan Lindeteves. Tidak hanya mereka yang akan digusur, “Gerakan Benteng”

juga diharapkan bisa menendang perusahaan Inggris, seperti Mcline Watson.

xii
Namun, bentuk kebijakan yang hanya memberi izin impor kepada

golongan pribumi (bangsa Indonesia) hanya melahirkan pengusaha-

pengusaha atau importir-importir aktentas, artinya pengusaha yang tidak

bermodal dan tidak berkantor.

c. Sistem Ekonomi Ali-Baba

Tujuan program Ali-Baba hampir sama dengan Gerakan Benteng.

Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba seperti pengusaha asing diwajibkan untuk

memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga

masyarakat Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf,

pemerintah menydiakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional,

pemerintah juga memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan

perusahaan-perusahaan asing yang ada.

d. Gerakan Asaat

Asaat muncul di saat orang-orang keturunan Tionghoa banyak

mengambil ahli perusahaan-perusahaan milik orang-orang Belanda akibat

dari kebijakan Presiden Soekarno yang menandatangani UU pembatalan

KMB pada tanggal 3 Mei 1956.

Mentri Perekonomian Burhanuddin memberikan bantuan pada

perusahaan-perusahaan yang 100% diusahakan oleh orang-orang Indonesia.

Namun, upaya baik ini dimanfaatkan segelintir oknum untuk menggerakkan

massa membenci pengusaha keturunan Tionghoa.

xiii
e. Gunting Sjafruddin

Berdasarkan kebijakan tersebut uang NICA dan uang De Javasche Bank

dari pecahan Rp5,- ke atas digunting menjadi dua. Gunting kiri berlaku

sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula

sampai 9 Agustus 1950 pukul 18.00 WIB. Gunting kiri itu mulai 22 Maret -

16 april 1950 juga harus ditukarkan dengan uang kertas baru di Bank yang

telah ditunjuk. Lebih dari tanggal tersebut tidak berlaku lagi.

“Gunting Sjafruddin” juga berlaku bagi simpanan Bank. Pecahan Rp2,5

ke bawah dan uang ORI (Oeang Republik Indonesia) tidak mengalami

pengguntingan. Tujuannya untuk menanggulangi deficit anggaran sebesar

Rp1,5 miliar. Rakyat kecil tidak dirugikan dengan kebijakan itu karena yang

dimiliki uang Rp 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas

atas.

f. Nasionalisasi Perusahaan Belanda

Pencabutan hak milik orang Belanda yang kemudian diambil ahli atau

ditetapkan statusnya sebagai milik pemerintah Republik Indonesia.

Nasionalisasi juga menambah perusahaan listrik dan gas yang kemudian

Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN).

Namun, nasionalisasi justru memukul pasar modal Indonesia yang dirintis

sejak tahun 1950. Aktivitas bursa yang berkembang sejak Bank Industri

Negara mengeluarkan obligasi pada tahun 1954, 1955, dan 1956 menjadi

hancur.

xiv
b. Sistem Ekonomi Liberal

Akibat perkonomian yang buruk amak pemerintah Indonesia menanggung

defisit anggaran. Upaya pemerintah untuk mengatasi deficit anggaran dengan

melakuan hal sebagai berikut.

a. Pinjaman Pemerintah

Menteri Kemakmuran Ir. Djaunda berhasil memperoleh kredit ekspor-

impor dari Bank of Washington sebesar 100 juta dollar Amerika Serikat.

Dari jumlah tersebut yang teralisasi sebesar 52.245.000 dollar Amerika

Serikat. Uang itu digunakan untuk membangun pengangkutan, jalan,

telekomunikasi, pelabuan, kereta api, dan perhubungan darat.

b. Pemerintah Menggenjot Ekspor

kabinet natsir berhasil memanfaatkan situasi Perang Korea untuk

kepentingan pembangunan. Kondisi eksternal yang menguntunkan tersebut

melahirkan istilah Korea Boom, yaitu meningkatkan ekspor komoditas

strategis Indonesia (terutama karet dan minyak bumi) kepada Amerika

Serikat (ikut terlibat dalam perang Korea) sehingga mampu mengatasi

kesulitan dalam anggaran pemerintah ataupun neraca pembayaran Indonesia.

c. Perundingan Finansial Ekonomi (Finek)

Pihak Indonesia dalam perundingan mengusulkan agar persetujuan

Finek hasil KMB dibubarkan; hubunga Finek Indonesia-Belanda didasarkan

atas hubungan bilateral; hubungan Finek didasarkan pada UU Nasional, tiak

boleh diikat oleh perjanjianlain di anatar kedua belah pihak. Belanda

menolak usulan itu sehingga pemerintah Indonesia mengambil langkah

xv
secara sepihak. Tanggal 13 februari 1956 kabinet Burhanuddin Harap

melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda dengan tujuan melepaskan

diri dari keterkaitan ekonomi dengan Belanda.

d. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPTL)

Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II, membentuk Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional disebut Biro Perancang Negara. Biro

ini berhasill menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPTL) yang

rencanaya akan dilaksanakan tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada

tanggal 11 November 1958. Pembiayaan RPTL diperkirakan sekitar Rp12,5

miliar.

xvi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu ciri yang tampak pada masa Demokrasi Parelenter adalah

seringnya terjadi penggantian kabinet, penyebab seringnya terjadia pergantian

cabinet karena adanya perbedaan kepentingan di antara partai-partai yang tidak

pernah terselesaikan dengan baik. Pemilu pertama di Indonesia berhasil

dilaksanakan pada masa Demokrasi Parlementer, dan dalam bidang ekonomi,

kebijakan ekonomi yang diterapkan pada 1950-an.

B. Saran

Dari mempelajari ini kita dapat lebih memahami bagaimana sistem dan

struktur politik dan ekonomi Indonesia masa demokrasi liberal.

xvii

Anda mungkin juga menyukai