Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK EKONOMI INDONESIA


MASA DEMOKRASI LIBERAL

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SRAGEN


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat karunia-
Nya serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah sistem dan
struktur politik dan ekonomi Indonesia masa demokrasi liberal ini dengan sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami berterima kasih kepada Ibu Titik
Kusmiyati S.Pd selaku guru mata pelajaran sejarah dan wali kelas yang telah
memberikan tugas ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai sistem dan struktur politik ekonomi indonesia di masa
demokrasi liberal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini banyak
kekurangan- kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kami berharap adanya
kritik,saran dan usulan demi kebaikan masa yang akan datang. Tak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan- kesalahan kata yang kurang
berkenan di hati dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di
masa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal ........................................ 3
B. Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal .................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah dibubarkanya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa
ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar Sementara tahun
1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya
partai – partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Konsekuensi logis dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer
gaya barat dengan sistem multi partai yang dianut, maka partai –partai inilah yang
menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam
tahun 1950 – 1959.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh permasalahan antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan demokrasi liberal di indonesia?
2. Bagaimana perkembangan politik masa demokrasi liberal?
3. Bagaimana perkembangan ekonomi masa demokrasi liberal?
C. Tujuan pembahasan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui Pelaksanaan
Demokrasi Liberal di Indonesia. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal,
Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal, serta untuk wawasan dan ilmu
kami tentang demokrasi liberal di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN POLITIK MASA DEMOKRASI LIBERAL


Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa
negara Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi.
Diharapkan hal ini bisa mewujudkan demokrasi berbau indonesia meski konsep
dasar mengadopsi teori demokrasi luar. Berikut ini adalah salah satu analisis
dialektik-historis pada penerapan demokrasi di Indonesia.
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa
ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar Sementara tahun
1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem
politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai
politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya
rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi Liberal tidak
cocok dan tidak sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali
UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan
kedaan ketatanegaraan Indonesia.
1. Sistem Pemerintahan
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-
partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian
kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan
Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima

2
tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan
dalam empat kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad
Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang
dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di
mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta,
karena tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di
mana tokoh – tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo. Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden
menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga
ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas selama 28
hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian menunjukan
Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi ) sebagai
formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI.
Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo
( PNI ) yang dipimpin oleh Soekiman.
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
1. Menjamin keamanan dan ketentraman
2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria
agar sesuai dengan kepentingan petani.

3
3. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan
Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
5. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan
serikat buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan
penyelesaian pertikaian buruh.
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik
Djojosukarto ( PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M Asyumi ) menjadi
formatur, namun gagal. Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai
formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet
baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama
kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan
PSI. Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:
1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum
(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat,
meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-
Belanda,Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas- aktif.
3. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk
pada tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang
cukup banyak dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet,
termasuk partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri
Mr. Wongsonegoro (partai Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:
1) Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera
menyelenggarakan Pemilu.

4
2) Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3) Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan
KMB.
4) Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I
yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang
akan diselenggarakan pada 29 September 1955, menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting
dagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa – bangsa Asia – Afrika
dan juga membawa akibat yang lain, seperti :
a) Berkurangnya ketegangan dunia.
b) Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik
rasdiskriminasi di negaranya.
c) Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda
masih bertahan di Irian Barat.
d. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap.
Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk
oposisi. Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
a) Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
b) Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah
ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
c) Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
d) Perjuangan pengembalian Irian Barat
e) Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas
aktif.
f) Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

5
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet
baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3
partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU. Program pokok dari Kabinet Ali
Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang,
sebagai berikut :
a) Perjuangan pengembalian Irian Barat
b) Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat
terbentuknya anggota-anggota DPRD.
c) Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
d) Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
e) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
 Pembatalan KMB
 Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif
 Melaksanakan keputusan KAA.
e. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok
dari Kabinet Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:
 Membentuk Dewan Nasional
 Normalisasi keadaan RI
 Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
 Perjuangan pengembalian Irian Jaya
 Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan

6
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu.
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi
Djuanda, Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh
kabinet ini sebagai berikut.
2. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian masa demokrasi liberal di Indonesia sudah ada sejak
jaman dulu. Berdasarkan sejarah sistem kepartaian yang digunakan saat
pemilihan umum pertama kali sampai pemilihan umum tahun 2009 menganut
sistem multi partai. Tetapi pada masa pemerintahan Soeharto terdapat sistem
kepartaian multi partai yang terbatas. Jadi hanya terdapat tiga partai saja yaitu
PPP, PDI dan Golkar. Kemudian muncullah sistem politik masa demokrasi
liberal yang menciptakan partai partai baru. Misalnya PIR atau Partai Indonesia
Raya, NU dan lain lain. Partai itulah yang kemudian berlomba mendapatkan
kursi parlemen. Namun terdapat dua partai yaitu Masyumi dan PNI yang
tergolong kuat dalam parlemen. Kedua partai inilah yang saling bergantian
dalam memegang kekuasaan empat kabinet. Misalnya kabinet Wilopo dipegang
oleh partai PNI, kabinet Natsir dipegang oleh partai Masyumi, dan kabinet
Soekirman dipegang oleh partai PNI.
Partai politik ialah suatu organisasi yang dibentuk oleh beberapa anggota
dengan kesamaan cita cita, orientasi dan nilai nilai politik. Partai politik tersebut
bertujuan untuk mendapatkan, mempertahankan, dan merebut kekuasaan yang
bersifat konstitusional. Dengan begitu sistem kepartaian masa demokrasi
liberal berkaitan dengan kekuasaan. Adanya parlemen seperti MPR dan DPR
termasuk dalam memenuhi kebutuhan perangkat organisasi dalam partai
politik. Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus 1945 telah mengumumkan
partai tunggal bernama Partai Nasional Indonesia. Namun partai yang
diinginkan oleh Presiden Soekarno tidak dapat terwujud. Pada tanggal 3

7
November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat sebagai wujud inspirasi
pembentukan partai yang baru.
Sistem kepartaian masa demokrasi liberal pernah mengeluarkan
Maklumat Politik pada tanggal 3 November 1945. Maklumat tersebut
dikeluarkan Moh. Hatta sebagai peraturan pemerintah dalam memfasilitasi
suara rakyat yang bineka. Maklumat Pemerintah pada 3 November 1945 berisi
:
 Adanya sekelompok partai yang disukai pemerintah yang membantu
memimpin seluruh aliran partai dalam masyarakat teratur.
 Partai tersebut diharapkan pemerintah telah tersusun sebelum pemilihan
badan anggota perwakilan rakyat yang berlangsung pada Januari 1946.
Berdasarkan maklumat pemerintah pada sistem kepartaian masa
demokrasi liberal diatas, terdapat beberapa partai politik yang didirikan yaitu :
1. Pada tanggal 7 November 1945 mendirikan Masyumi atau Majelis Syuro
Muslimin yang diketuai oleh Dr. Sukirman Wiryosanjoyo.
2. Pada tanggal 29 Januari 1945 mendirikan PNI atau Partai Nasional
Indonesia yang diketuai oleh Sidik Joyosukarto.
3. Pada tanggal 20 November 1945 mendirikan PSI atau Partai Sosialis
Indonesia yang diketuai oleh Amir Syarifuddin.
4. Pada tanggal 7 November 1945 mendirikan PKI atau Partai Komunis
Indonesia yang diketuai oleh Mr. Moh. Yusuf.
5. Pada tanggal 8 November 1945 mendirikan PBI atau Partai Buruh
Indonesia yang diketuai oleh Nyono.
6. Pada tanggal 8 November 1945 mendirikan PRJ atau Partai Rakyat Jelata
yang diketuai oleh Sutan Dewanis.
7. Pada tanggal 10 November 1945 mendirikan Parkindo atau Partai Kristen
Indonesia yang diketuai oleh Ds. Probowinoto.
8. Pada tanggal 20 November 1945 mendirikan PRS atau Partai Rakyat
Sosialis yang diketuai oleh Sutan Syahrir.

8
9. Pada tanggal 17 Desember 1945 mendirikan Permai atau Partai Marhaen
Indonesia yang diketuai oleh JB Assa.
10. Pada tanggal 8 Desember 1945 mendirikan PKRI atau Partai Katholik
Republik Indonesia yang diketuai oleh IJ Kassimo.
Dalam sistem kepartaian masa demokrasi liberal terdapat ciri ciri yang
membedakannya dengan sistem lainnya. Berikut ciri ciri partai politik pada
masa demokrasi liberal :
 Terjadinya konflik dalam bidang politik tidak bersifat ideologis kepartaian,
namun telah diganti menjadi kepentingan.
 Adanya kubu partai pada jalur ideologi maupun jalur partai.
 Kepartaian berorientasi pada susuan partai seperti priyayi, santri maupun
abangan.
 Konflik yang terdapat pada internal partai politik dipengaruhi oleh konflik
internal pada TNI AD.
 Sosok figur Soekarno diperkuat dalam berbagai partai politik.
 Sistem kepartaian masa demokrasi liberal menganut sistem multi partai
yang memiliki tujuan untuk mempermudah pengontrolan lebih lanjut
mengenai perjuangan. Menurut pendapat Moh. Hatta, sistem ini dibentuk
untuk mengukur tingkat kekuatan perjuangan negara kita serta meminta
pertanggungjawaban dari pemimpin barisan perjuangan.

B. PERKEMBANGAN EKONOMI MASA DEMOKRASI LIBERAL


Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut :
1) Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah
ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5
Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2) Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1
miliar.

9
3) Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan.
4) Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5) Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah
sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6) Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum
memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7) Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung
banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di
wilayah Indonesia.
8) Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9) Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program- program kabinet yang
telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai
dirancang.
10) Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi kondisi perekonomian masa demokrasi
liberal :
1) Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah pemotongan nilai uang (sanering). Caranya
memotong semua uang yang bernilai Rp2,50 ke atas hingga nilainya tinggal
setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafrudin
Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada
tanggal 20 maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU Tanggal 19 maret
1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang
Rp2,50 keatas hanya orang-orang kelas mengengah dan kelas atas. Kebijakan
ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar sehingga pemerintah mendapat

10
kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapati pinjaman sebesar
Rp200 juta.
2) Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik
Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang
dikakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro
Joyohadikusumo (Menteri Perdagangan).
Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi indonesia).
Programnya yaitu sebagai berikut.
 Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa indonesia.
 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan
diberikan bantuan kredit.
Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi
maju.
3) Nasionalisasi de javasche bank
Adalah salah satu upaya (Program perbaikan ekonomi) yang dilakukan oleh
pemerintah negara republik indonesia pada masa demokrasi liberal untuk
mengatasi permasalahan permasalahan yang terjadi di bab keuangan khususnya
keuangan negara jawaban krisisnya ekonomi dengan impian supaya keuangan
baik dinegara maupun masyarakat menjadi baik lantaran memang dikala itu
kondisi ekonomi negara indonesia dikala itu dapat dikatakan sangat jelek.
Program Perbaikan ekonomi ini dibuat oleh seorang kabinet nomor urut dua
sehabis mohammad natsir yang berjulukan soekiman (27 April 1951 - 3 April
1952), Setelah terbentuknya agenda ini kemudian pemerintah mengangkat
syarifudin prawiranegara sebagai presiden agenda ini, dan ini tercantum dalam
keputusan presiden RI No. 123 Tanggal 12 Juli 1951.

11
4) Sistem Ekonomi Ali Baba
Adapun tujuan dari sistem ekonomi adalah untuk memperbaiki perekonomian,
dan juga melakukan peningkatan ekonomi kaum pribumi. Di masa itu kaum
pribumi belum bisa mengikuti perkembangan dari kaum non pribumi,
keturunan Eropa, Arab dan China. Sebab itu pemerintah melakukan usaha
dalam menyelesaikan keadaan dengan mengharuskan pengusaha non pribumi
agar melakukan kerja sama dalam perusahaannya dengan pengusaha pribumi.
Sebab itu pemerintah melakukan usaha dalam menyelesaikan keadaan dengan
mengharuskan pengusaha non pribumi agar melakukan kerja sama dalam
perusahaannya dengan pengusaha pribumi.
Tujuan sistem ekonomi Ali baba:
1. Untuk memajukan pengusaha pribumi.
2. Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi pribumi
nasional.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional dalam rangka
merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi.
4. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha
pribumi dan non pribumi.
Pelaksanaan sistem ekonomi Ali baba:
a) Pengusahaan pribumi diwajibkan untuk memberi latihan dan tanggung
jawab kepada tenaga rakyat indonesia agar menduduk jabatan staf
b) Pemerintah menyediakan kredit da lisensi bagi usaha swata
c) Pemerintah melindungi agar dapat bersaing dengan perusahaan asing.
Kegagalan sistem ekonomi Ali baba:
a) Pengusaha pribumi kurang pengalaman dalam memperoleh bantuan kredit
dari pemerintah
b) Indonesia menerapkan sistem liberal,mengutamakan persaingan bebas
c) Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing di pasar bebas.

12
5) Persaingan Financial Ekonomi(Finek)
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk
merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada tanggal 7
Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi:
• Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
• Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
• Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh
diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia
mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari 1956 Kabinet
Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia- Belanda secara
sepihak.
Tanggapan : Dampaknya adalah banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih
perusahaan Belanda tersebut.
6) Rencana Pembagunan Lima Tahun(RPLT)
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo II, dibentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, atau yang pada saat itu disebut Biro
Perancang Negara dipimpin oleh Ir. Djuanda sebagai Menteri Perancang
Negara. Biro ini berhasil menyelesaikan penyusunan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (RPLT) yang akan dilaksanakan antara tahun 1956 - 1961, dengan
perkiraan biaya mencapai 12,5 milyar Rupiah. DPR menyetujui Rencana
Undang Undang RPLT ini pada tanggal 11 November 1958.
RPLT ini pada akhirnya tidak dapat dilaksanaka dengan baik disebabkan antara
lain:
a) Ekspor dan pendapatan Indonesia merosot drastis akibat dari depresi
ekonomi Amerika Serikat dan Eropa sejak akhir 1957 sampai awal 1958.

13
b) Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia sebagai salah
satu strategi dalam perjuangan pembebasan Irian Barat menimbulkan
gejolak ekonomi.
c) Ketegangan antara pusat dan daerah yang sering berkembang menjadi
pemberontakan sehingga banyak daerah yang memilih melaksanakan
kebijakannya masing-masing.
Kesimpulan:
Rencana pembangunan lima tahun (RPLT) 1956 -1961 tidak dijalankan
karena ada beberapa masalah baik dari eksternal maupun internal
7) Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)
Pada masa Kabinet Ali Sastrowidyoningrat 2 terjadi ketegangan antara pusat
dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah
untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana
pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Rencana tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik karena:
1. Adanya kesulitan dalam menentukan prioritas.
2. Terjadi ketegangan politik.
3. Timbul pemberontakan PRRI/ Permesta.
Kelebihan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal sebagai berikut;
1. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
2. Penyelenggaraan pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah
Republik Indonesia secara demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante).
3. Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB
4. Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia
melalui Deklarasi Djuanda
5. Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia.

14
6. Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik
ini berdiri.
Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;
 Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini
menjadikan pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga
perekonomian Indonesia sering jatuh dan terinflasi.
 Timbul berbagai masalah keamanan
 Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17
Oktober 1952.
 Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya
sistem pemerintahan.
 Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk
mendapatkan kekuasaan.
 Praktik korupsi meluas.
 Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada
pengembangan bidang politik bukan pada ekonomi.
Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia.
Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan
darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami
kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indinesia tidak
memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan
karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa
mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar
negara. Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante.
Sekelompok partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun
sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara.
Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu

15
lebih banyak dari suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota
yang hadir selalu kurang dari dua pertiga.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan
usul kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD
1945 dan pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959,
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut;
o Tidak berlakunya UUDS 1950
Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya
lagi UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi
Liberal tidak berlaku lagi di Indonesia.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami beberapa
kali pergantian sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya demokrasi
itu Indonesia sampai saat ini masih saja belum menemukan sistem Demokrasi yang
tepat. Banyak permasalahan yang datang dalam pencarian sistem Indonesia
maupun jiwa para pemimpinnya.

B. Saran
Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinnggal oleh negara lain, tapi
patut kita ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita sebagai
rakyat Indonesia lah yang harus memulai perubahan itu. Dimulai dari penetapan
sistem politik yang benar-benar tepat dan juga para anak bangsa yang harus
memperbaharuinya dengan perubahan yang membawa Indonesia maju.

17

Anda mungkin juga menyukai