KELOMPOK II :
➢ Fatimah ➢ Rahma Khairunnisa
➢ Iftitah Rizki Adinda ➢ Siti Nurul Hidayah
➢ M. Dwi Ramadan ➢ Topyan Hadi
➢ M. Eka Alfayar ➢ Toni Kuswoyo
➢ Riska Eli Purwanti
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Kondisi Politik Masa Demokrasi Liberal................................................ 2
B. Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Liberal............................................. 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 10
A. Kesimpulan.............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa negara
Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi. Diharapkan hal
ini bisa mewujudkan demokrasi berbau Indonesia meski konsep dasar mengadopsi teori
demokrasi luar. Berikut ini adalah salah satu analisis dialektik-historis pada penerapan
demokrasi di Indonesia.
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini
disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi menjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar Sementara tahun 1950
yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI
dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem politik pada masa
demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai politik, karena dalam
sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataannya
rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak
cocok dan tidak sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali
UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan
keadaan ketatanegaraan Indonesia.
I. Sistem Pemerintahan
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-
partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet,
partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan
partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan
Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun susunan
kabinetnya sebagai berikut;
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad
Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang
dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana
PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak
diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana tokoh-tokoh
terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono
IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
1) Menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman.
2) Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3) Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4) Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5) Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden,
presiden menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal,
sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas
selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian
menunjukkan Sidik Djojosukatro (PNI) dan Soekiman Wijosandjojo
(Masyumi) sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari
Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman
(Masyumi)- Soewirjo (PNI) yang dipimpin oleh Soekiman.
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
1) Menjamin keamanan dan ketenteraman.
2) Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria
agar sesuai dengan kepentingan petani.
3) Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4) Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan
Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
5) Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan
serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum, dan
penyelesaian pertikaian buruh.
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukkan Sidik
Djojosukarto (PNI) dan Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur,
namun gagal. Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah
bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan
Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini
mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:
1) Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum
(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat,
meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2) Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-
Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas- aktif.
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk
pada tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup
banyak dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai
baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro
(partai Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:
1) Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera
menyelenggarakan pemilu.
2) Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3) Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan
KMB.
4) Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo
I yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955, menyelenggarakan Konferensi Asia-
Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting dagi solidaritas dan
perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia – Afrika dan juga membawa
akibat yang lain, seperti :
a) Berkurangnya ketegangan dunia.
b) Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik
rasdiskriminasi di negaranya.
c) Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena
belanda masih bertahan di Irian Barat.
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap.
Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk
oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
1) Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
2) Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan
dan mempercepat terbentuknya parlemen baru.
3) Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi.
4) Perjuangan pengembalian Irian Barat.
5) Politik Kerja sama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas
aktif.
f. Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet
baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai
yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program
kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program
jangka panjang, sebagai berikut:
1) Perjuangan pengembalian Irian Barat.
2) Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-
anggota DPRD.
3) Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4) Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
• Pembatalan KMB.
• Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
• Melaksanakan keputusan KAA.
g. kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari Kabinet
Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:
1) Membentuk Dewan Nasional.
2) Normalisasi keadaan RI.
3) Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB.
4) Perjuangan pengembalian Irian Jaya.
5) Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu. Mengatur
kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, Mengadakan
Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
II. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian masa demokrasi liberal di Indonesia sudah ada sejak jaman dulu.
Berdasarkan sejarah sistem kepartaian yang digunakan saat pemilihan umum pertama kali
sampai pemilihan umum tahun 2009 menganut sistem multi partai. Tetapi pada masa
pemerintahan Soeharto terdapat sistem kepartaian multi partai yang terbatas. Jadi hanya
terdapat tiga partai saja yaitu PPP, PDI dan Golkar. Kemudian muncullah sistem politik masa
demokrasi liberal yang menciptakan partai partai baru. Misalnya PIR atau Partai Indonesia
Raya, NU dan lain-lain. Partai itulah yang kemudian berlomba mendapatkan kursi parlemen.
Namun terdapat dua partai yaitu Masyumi dan PNI yang tergolong kuat dalam parlemen. Kedua
partai inilah yang saling bergantian dalam memegang kekuasaan empat kabinet. Misalnya
kabinet Wilopo dipegang oleh partai PNI, kabinet Natsir dipegang oleh partai Masyumi, dan
kabinet Soekirman dipegang oleh partai PNI.
Partai politik ialah suatu organisasi yang dibentuk oleh beberapa anggota dengan
kesamaan cita cita, orientasi dan nilai-nilai politik. Partai politik tersebut bertujuan untuk
mendapatkan, mempertahankan, dan merebut kekuasaan yang bersifat konstitusional. Dengan
begitu sistem kepartaian masa demokrasi liberal berkaitan dengan kekuasaan. Adanya parlemen
seperti MPR dan DPR termasuk dalam memenuhi kebutuhan perangkat organisasi dalam partai
politik.
Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus 1945 telah mengumumkan partai tunggal
bernama Partai Nasional Indonesia. Namun partai yang diinginkan oleh Presiden Soekarno
tidak dapat terwujud. Pada tanggal 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat
sebagai wujud inspirasi pembentukan partai yang baru. Sistem kepartaian masa demokrasi
liberal pernah mengeluarkan Maklumat Politik pada tanggal 3 November 1945. Maklumat
tersebut dikeluarkan Moh. Hatta sebagai peraturan pemerintah dalam memfasilitasi suara
rakyat yang bineka. Maklumat Pemerintah pada 3 November 1945 berisi :
• Adanya sekelompok partai yang disukai pemerintah yang membantu memimpin
seluruh aliran partai dalam masyarakat teratur.
• Partai tersebut diharapkan pemerintah telah tersusun sebelum pemilihan badan anggota
perwakilan rakyat yang berlangsung pada Januari 1946.
Berdasarkan maklumat pemerintah pada sistem kepartaian masa demokrasi liberal
diatas, terdapat beberapa partai politik yang didirikan yaitu :
1) Pada tanggal 7 November 1945 mendirikan Masyumi atau Majelis Syuro Muslimin
yang diketuai oleh Dr. Sukirman Wiryosanjoyo.
2) Pada tanggal 29 Januari 1945 mendirikan PNI atau Partai Nasional Indonesia yang
diketuai oleh Sidik Joyosukarto.
3) Pada tanggal 20 November 1945 mendirikan PSI atau Partai Sosialis Indonesia yang
diketuai oleh Amir Syarifuddin.
4) Pada tanggal 7 November 1945 mendirikan PKI atau Partai Komunis Indonesia yang
diketuai oleh Mr. Moh. Yusuf.
5) Pada tanggal 8 November 1945 mendirikan PBI atau Partai Buruh Indonesia yang
diketuai oleh Nyono.
6) Pada tanggal 8 November 1945 mendirikan PRJ atau Partai Rakyat Jelata yang diketuai
oleh Sutan Dewanis.
7) Pada tanggal 10 November 1945 mendirikan Parkindo atau Partai Kristen Indonesia
yang diketuai oleh Ds. Probowinoto.
8) Pada tanggal 20 November 1945 mendirikan PRS atau Partai Rakyat Sosialis yang
diketuai oleh Sutan Syahrir.
9) Pada tanggal 17 Desember 1945 mendirikan Permai atau Partai Marhaen Indonesia
yang diketuai oleh JB Assa.
10) Pada tanggal 8 Desember 1945 mendirikan PKRI atau Partai Katholik Republik
Indonesia yang diketuai oleh IJ Kassimo.
Dalam sistem kepartaian masa demokrasi liberal terdapat ciri ciri yang
membedakannya dengan sistem lainnya. Berikut ciri-ciri partai politik pada masa demokrasi
liberal :
• Terjadinya konflik dalam bidang politik tidak bersifat ideologis kepartaian, namun
telah diganti menjadi kepentingan.
• Adanya kubu partai pada jalur ideologi maupun jalur partai.
• Kepartaian berorientasi pada susuan partai seperti priyayi, santri maupun abangan.
• Konflik yang terdapat pada internal partai politik dipengaruhi oleh konflik internal
pada TNI AD.
• Sosok figur Soekarno diperkuat dalam berbagai partai politik.
• Sistem kepartaian masa demokrasi liberal menganut sistem multi partai yang memiliki
tujuan untuk mempermudah pengontrolan lebih lanjut mengenai perjuangan. Menurut
pendapat Moh. Hatta, sistem ini dibentuk untuk mengukur tingkat kekuatan perjuangan
negara kita serta meminta pertanggungjawaban dari pemimpin barisan perjuangan.
A. Kesimpulan
Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami beberapa kali
pergantian sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya demokrasi itu Indonesia
sampai saat ini masih saja belum menemukan sistem Demokrasi yang tepat. Banyak
permasalahan yang datang dalam pencarian sistem Indonesia maupun jiwa para pemimpinnya.
B. Saran
Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinggal oleh negara lain, tapi patut
kita ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita sebagai rakyat Indonesia
lah yang harus memulai perubahan itu. Dimulai dari penetapan sistem politik yang benar-benar
tepat dan juga para anak bangsa yang harus memperbaharuinya dengan perubahan yang
membawa Indonesia maju.