Puji syukur kita ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya
maka dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan semampunya. Penyelesaian makalah ini
juga bersumberkan dari beberapa referensi dari pengetahuan yang kami miliki seputar hal ini,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu, diharapkan saran dan
kritik sebagai penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
2
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang
Indonesia sampai dengan tahun 1950-an telah menjalankan dua sistem pemerintahan
yang berbeda, yaitu sistem presidensial dan sistem parlementer. Tidak sampai satu
tahun setelah kemerdekaan, sistem pemerintahan presidensial digantikan dengan sistem
pemerintahan parlementer.. Baru pada masa Republik Indonesia Serikat pelaksanaan
sistem parlementer dilandasi oleh Konstitusi, yaitu Konstitusi RIS. Begitu juga pada
masa Demokrasi Liberal, pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh UUD Sementara
1950 atau dikenal dengan Konstitusi Liberal.Suatu negara berdiri atas beberapa unsur,
misalnya adanya wilayah, rakyat, diakui negara lain dan kedaulatan.
Tidak banyak orang yang mengerti tentang sistem pemerintahan, apalagi tentang
macam – macamnya. Dengan adanya makalah ini kami berharap akan menambah
wawasan pengetahuan masyarakat tentang sistem pemerintahan baik di indonesia
maupun di negara lain, sehingga masyarakat dapat mengontrol sistem kerja
pemerintah.Berkembangnya sistem kepartaian di Indonesia, yang disertai dengan
banyaknya berbagai aspirasi-aspirasi dari masyarakat yang tidak dapat dikoordinir
dengan baik, dengan sendirinya menyebabkan banyaknya usaha-usaha dari para elite
politik yang berkuasa untuk memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok
diatas kepentingan rakyat. Dari sudut pandang ini, jumlah partai sangat menentukan
keefektifan partai politik pada suatu negara dalam mengkoordinir berbagai aspirasi yang
mengutamakan kepentingan masyarakat banyak atau rakyat. Sistem kepartaian yang
kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan
partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk
aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mengcakup dan menyalurkan partisipasi
sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar
tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian, sistem kepartaian
yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang
melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan politik di Indonesia pada masa demokrasi liberal?
2. Apakah Pengertian Sistem Pemerintahan?
3. Apakah macam-macam sistem pemerintahan?
4. Sistem kepartaian apa yang dianut oleh negara Indonesia?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari sistem kepartaian yang ada ?
F. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan politik di Indonesia pada masa demokrasi.
2. Untuk mengetahui pengertian dari sistem pemerintahan.
3. Untuk mengetahui macam – macam sistem pemerintahan.
4. Mengetahui dan memahami sistem kepartaianyang dianut oleh negara Indonesia .
5. Mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihan dari sistem kepartaian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
4) menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang menuju perdamaian
5) memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Kabinet Sukiman jatuh, karena ditandatanganinya kerja sama keamanan Indonesia -
Amerika Serikat berdasarkan Mutual Security Aids (MSA).
Kabinet Wilopo dibentuk pada 3 April 1952 – 30 Juli 1953 merupakan koalisi dengan
tulang punggung PNI, PSI, dan Masyumi Natsir. Program kabinet Wilopo antara lain
seperti berikut.
1) Bidang pendidikan dan pengajaran adalah mempercepat usaha perbaikan untuk
pembaharuan pendidikan dan pengajaran.
2) Bidang perburuhan adalah melengkapi undangundang perburuhan.
3) Bidang keamanan adalah menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara.
4) Bidang luar negeri adalah meneruskan perjuangan merebut Irian Barat.
Kabinet Wilopo jatuh karena Peristiwa Tanjung Morawa, Sumatra Utara yang
ditunggangi oleh PKI yang berhubungan dengan masalah pembagian tanah.
Kabinet Ali-Wongso-Arifin dibentuk pada tanggal 30 Juli 1953. Program kerja cabinet Ali-
Wongso-Arifin adalah sebagai berikut.
1) Bidang dalam negeri, meliputi keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan
keuangan, organisasi negara, serta perburuhan.
2) Bidang Irian Barat adalah mengusahakan kembalinya Irian Barat ke dalam kekuasaan
wilayah RI.
3) Bidang politik luar negeri, meliputi politik luar negeri bebas aktif, peninjauan kembali
tentang hasil KMB.
Keberhasilan Kabinet Ali adalah pada masa pemerintahannya berhasil melaksanakan
Konferensi Asia Afrika di Bandung. Terjadinya peristiwa pergantian pimpinan Kepala Staf
Angkatan Darat yang dikenal dengan “Peristiwa 27 Juni 1955”, beberapa anggota
parlemen mengajukan mosi tidak percaya yang diterima oleh DPR.
Kabinet Burhanuddin Harahap terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955. Program kerja
Kabinet Burhanuddin Harahap antara lain:
1) mengembalikan kewibawaan moral pemerintah
2) melaksanakan pemilihan umum
3) memberantas korupsi
4) meneruskan perjuangan merebut kembali irian Barat.
Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harapan adalah dapat menyelenggarakan pemilu
pertama sejak Indonesia merdeka. Setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi
di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap
mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno, untuk dibentuk
kabinet baru berdasarkan hasil pemil
Kabinet Ali II dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 85 Tahun 1956. Program
kerja Kabinet Ali II, antara lain:
1) pembatalan hasil KMB
2) meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Indonesia atas Irian Barat
dan membentuk Provinsi Irian Barat
3) bidang dalam negeri, meliputi : memulihkan keamanan, memperbaiki perekonomian
dan keuangan, memperkuat pertahanan, memperbaiki sistem perbuuruhan, memperluas
dan meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
4) bidang luar negeri, meliputi menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan
meneruskan kerja sama dengan negara-negara Asia Afrika.
5
Keberhasilan Kabinet Ali II adalah membatalkan hasil KMB, membentuk Provinsi Irian
Barat yang beribu kota di Soasio, Maluku Utara, dan pengiriman misi Garuda I ke Mesir.
Sebab-sebab kejatuhan Kabinet Ali II.
1) Timbulnya pemberontakan di berbagai daerah
2) Adanya Konsepsi Presiden 21 Februari 1957
3) Adanya keretakan dalam tubuh kabinet, hal ini dapat dibuktikan dengan mundurnya
satu per satu anggota kabinet.
Kabinet Juanda atau Kabinet Karya dilantik pada tanggal 9 April 1957 dengan program
kerja:
1) membentuk Dewan Nasional
2) normalisasi keadaan Republik Indonesia
3) melanjutkan pembatalan KMB
4) memperjuangkan Irian Barat
5) mempercepat pembangunan.
Salah satu keberhasilan Kabinet Karya yaitu pada tanggal 18 November 1957
mengadakan rapat umum pembebasan Irian Barat di Jakarta. Rapat ini diikuti dengan
tindakan-tindakan pemogokan kaum buruh di perusahaan Belanda dan pembentukan
Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno
mengeluarkan dekrit, berarti negara kita kembali ke UUD 1945 dan UUDS 1950 tidak
berlaku. Kabinet Juanda secara otomatis harus diganti, sehari kemudian Ir. Juanda
menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno
Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai
politik adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan kekuasaan secara
konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan.Paska
proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya lembaga parlemen yang
berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. Keberadaan
parlemen, dalam hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari kebutuhan adanya perangkat
organisasi politik, yaitu partai politik.
Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi partai.
Pembentukan partai politik ini menurut Mohammad Hatta agar memudahkan dalam
mengontrol perjuangan lebih lanjut. Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan
partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur kekuatan perjuangan kita dan
untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin barisan
perjuangan. Walaupun pada kenyataannya partai-partai politik tersebut cenderung
untuk memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-
partai politik yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan saling
menjatuhkan. Partai-partai politik yang tidak memegang jabatan dalam kabinet dan
tidak memegang peranan penting dalam parlemen sering melakukan oposisi yang
kurang sehat dan berusaha menjatuhkan partai politik yang memerintah. Hal inilah yang
menyebabkan pada era ini sering terjadi pergantian kabinet, kabinet tidak berumur
panjang sehingga program-programnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang
menyebabkan terjadinya instabilitas nasional baik di bidang politik, sosial ekonomi dan
keamanan.Kondisi inilah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk
membangun kehidupan politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari sistem
demokrasi liberal menuju demokrasi terpimpin.
6
E. Sistem Pemerintahan
1. Apakah Pengertian Sistem Pemerintahan?
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan
“pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap
keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhnya itu. Pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian segala urusan yang
dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu
sendiri. Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai
suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan
negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya.Menurut Moh. Mahfud MD, sistem pemerintahan negara adalah mekanisme kerja dan
koordinasi atau hubungan antara ketiga cabang kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif
(Moh. Mahfud MD, 2001: 74). Dengan demikian dapat disimpulkan sistem pemerintahan negara
adalah sistem hubungan dan tata kerja antar lembaga-lembaga negara dalam rangka
penyelenggaraan negara. Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi
sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut
andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut..
2. Apakah macam-macam sistem pemerintahan?
Pada umumnya sistem pemerintahan yang diterapkan di Negara-negara ada dua yaitu sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial. Kalaupun ada sistem
pemerintahan lain ,itu merupakan variasi dari kedua sistem tersebut. nama “Parlementer”
menunjukkan bahwa dalam sistem itu para Menteri harus mempertanggung jawabkan kinerja
eksekutifnya pada pihak presiden.Negara Inggris adalah Negara pertama yang menjalankan
sistem Parlementer, Inggris disebut sebagai “Mother of Parlementer” (induk parlementer).
Sedangkan Amerika merupakan pelopor dari system presidensial. Kedua jenis system
pemerintahan itu umum berlaku di Negara demokrasi.
1. Sistem Pemerintahan Parlementer
7
1. KARAKTERISTIK PARLEMEN
a. Parlemen, melalui pemimpin partai yang menguasai mayoritas kursi parlemen,
menyusun
kabinat (dewan Menteri). pembentukan kabinet itu akan menyusun sendiri susunan
kabinet jika ia merasa tidak memerlukan koalisi, atau melakukan tawar-menawar dan
menyusun bersama kabinet dangan pemimpin partai politik lain yang akan dilibatkan
dalam kabinet koalisi.
b. Perdana Menteri dan para Menteri berasal dari kalangan anggota parlemen dan akan
tetap menjadi anggota parlemen, sehingga hakikat kabinet hanyalah sebuah komisi
dari parlemen.
c. Kepala Negara/Raja berperan sebagai penegak bila terjadi pertentangan antara
parlementer dan kabinet.
2. PRINSIP PARLEMENTER
i. Rangkap Jabatan
3. KELEBIHAN PARLEMENTER
a) Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
b) Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif.
c) Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
4. KELEMAHAN PARLEMENTER
a) Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
b) Kelangsungan kedudukan badan eksekutif tidak bisa ditentukan berakhir sesuai masa
jabatannya.
8
5. INDUK SISTEM DAN CONTOH PENGARUHNYA
1.INDUK SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER
Inggris adalah negara kerajaan. Karena itu, kepala negara Inggris selalu adalah
raja/ratu. Raja menganggap dirinya mempunyai hak suci dari Tuhan untuk memerintah
dunia. Raja-raja Inggris umumnya juga mempunyai lembaga penasihat yang
ditentukan sendiri oleh raja, yang anggotanya hanya dari kalangan bangsawan dan
pemimpin gereja. Mereka umumnya dipanggil bersidang oleh raja apabila negara
memerlukan pajak.
b. Parlemen
Cikal bakal parleman di Inggris adalah Witanagemot, yaitu dewan penasehat
raja yang terdiri atas para pangeran, bangsawan, dan pejabat gereja yang dipilih dan
dihentikan oleh raja. Lembaga ini kemudian dikenal dengan parlemen. Semakin sering
raja memerlukan tambahan dana semakin sering parlemen bersidang, yang akan
memperkuat kedudukan parlemen dan mematangkan kelembagaan parlemen itu
sendiri.
c. Kabinet
Cikal bakal kabinet di Inggris adalah sebuah kelompok orang yang disebut
CABAL yang dijadikan sebagai penasehat inti dan sekaligus penghubung dirinya
dengan parlemen. Pemerintahan dikendalikan oleh perdana menteri dan kabinetnya.
Sehingga merekalah yang bisa dipersalahkan atau diminta pertanggungjawaban.
2. CONTOH PENGARUH
UUD 1945 dan konstitusi RIS 1949 di Indonesia UUD disusun oleh para
pemimpin bangsa Indonesia sendiri. Jadi ,awal dirancang menggunakan sistem
presidansial. Beberapa anggota BPUPKI menggunkan konstitusi Amerika Serikat sebagai
rujukan dalam membahas rancangan Hukum Dasar. Konstitusi Ris1949 disusun melalui
KMB yang berlangsung di Den Haag,Belanda dan melibatkan utusan Pemerintah
Belanda. Karena itu,Indonesia pun menggunakan sistem pemerintahan parlementer
seperti yang digunakan oleh negara Belanda.
9
1. KARAKTERISTIK PRESIDENSIAL
a. Presiden adalah kepala negara sekaligus adalah kepala pemerintahan.
b. Para menteri bertanggung jab kepada presiden, bukan kepala parlemen. Mereka
tetap menduduki jabatannya sebagai menteri selama masih dipercaya oleh
Presiden.
c. Masa jabatan menteri sangat bergantung pada kepercayaan parlemen,
melainkan tergantung para Presiden.
2. PRINSIP PRESIDENSIAL
a. Pemisahan jabatan atau larangan rangkap jabatan
3. KELEBIHAN PRESIDENSIAL
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih dengan jangka waktu tertentu.
c. Penyusunan progam kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
4. KELEMAHAN PRESIDENSIAL
a. Sistem pertanggung jawabannya kurang jelas.
b. Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
10
2 eksekutif = lembaga pelaksana UU
3 yudikatif = lembaga pengadil pelanggar UU
Amerika Serikat di bangun sistem checks and balances untuk mencegah satu cabang
kekuasaan menguasai cabang kekuasaan yang lain. Di Amerika terjadi pemisahan
kekuasaan negara ke dalam tiga cabang kekuasaan. Sedangkan Presiden ialah kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.
2.CONTOH PENGARUHNYA
F. Sistem Kepartaian
Konsititusi kita (UUD 1945) tidak mengamanatkan secara jelas sistem kepartaian apa
yang harus diimplementasikan. Meskipun demikian konstitusi mengisyaratkan bahwa bangsa
Indonesia menerapkan sistem multi partai. Pasal tersebut adalah pasal 6A (2) UUD 1945
yang menyatakan bahwa Pasangan Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Dari pasal tersebut tersirat bahwa Indonesia menganut sistem
multi partai karena yang berhak mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil presiden
adalah partai politik atau gabungan partai politik. Kata “gabungan partai poltitik” artinya
paling sedikit dua partai politik yang menggabungkan diri untuk mencalonkan presiden untuk
bersaing dengan calon lainnya yang diusung oleh partai politik lain. Dengan demikian dari
pasal tersebut di dalam pemilu presiden dan wakil presiden paling sedikit terdapat tiga partai
politik.
Kenyataanya, Indonesia telah menjalankan sistem multi partai sejak Indonesia
mencapai kemerdekaan. Surat Keputusan Wakil Presiden M. Hatta No X/1949 merupakan
tonggak dilaksanakannya sistem multi partai di Indonesia. Keputusan Wapres ini juga
ditujukan untuk mempersiapkan penyelenggaraan pemilu yang pertama pada tahun 1955.
Pada pemilu tersebut diikuti oleh 29 partai politik dan juga peserta independen
11
(perseorangan). Beberapa partai politik yang mendapatkan suara signifikan pada pemilu
pertama antara lain PNI (22,32%), Masyumi (20,92%), NU (18,41%), PKI (16,36%), PSII
(2,89%), Parkindo (2,66%), PSI (1,99%), Partai Katolik (2,04%), dan IPKI (1,43%).
Sejak Suharto menjadi presiden pada tahun 1967 partai politik dianggap sebagai
penyebab dari ketidakstabilan politik yang terjadi pada tahun 1950an - 1960an. Oleh karena
itu agenda yang penting untuk menciptakan pemerintahan yang stabil adalah melakukan
penyederhanaan partai politik. Pada pemilu pertama di masa Orde Baru, thaun 1971,
terdapat 10 partai politik, termasuk partai pemerintah (Golkar) ikut berkompetisi
memperebutkan kekuasaan. Pada tahun 1974 Presiden Suharto melakukan restrukturisasi
partai politik, yaitu melakukan penyederhanaan partai melalui penggabungan partai-partai
politik. Hasil dari restrukturisasi partai politik tersebut adalah munculnya tiga partai politik
(Golkar, PPP, dan PDI). PPP merupakan hasil fusi dari beberapa partai politik yang
berasaskan Islam (NU, Parmusi, PSII dan Perti). PDI merupakan hasil penggabungan dari
partai-partai nasionalis dan agama non-Islam (PNI, IPKI, Parkindo, Katolik). Sedangkan
Golkar adalah partai politik bentukan pemerintah Orde Baru.
Meskipun dari sisi jumlah partai politik yang berkembang di Indonesia pada saat itu,
Indonesia dikategorikan sebagai negara yang menganut sistem multi partai, banyak
pengamat politik berpendapat bahwa sistem kepartaian yang dianut pada era Orde Baru
adalah sistem partai tunggal. Ada juga yang menyebut sistem kepartaian era Orde Baru
adalah sistem partai dominan. Hal ini dikarenakan kondisi kompetisi antar partai politik yang
ada pada saat itu. Benar, jika jumlah partai politik yang ada adalah lebih dari dua parpol
sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem multi partai. Namun jika dianalisis lebih
mendalam ternyata kompetisi diantara ketiga partai politik di dalam pemilu tidak seimbang.
Golkar mendapatkan “privelege” dari pemerintah untuk selalu memenangkan persaingan
perebutan kekuasaan.
Gerakan reformasi 1998 membuahkan hasil liberalisasi disemua sektor kehidupan
berbangasa dan bernegara, termasuk di bidang politik. Salah satu reformasi dibidang politik
adalah memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendirikan partai politik yang dianggap
mampu merepresentasikan politik mereka. Liberalisasi politik dilakukan karena partai politik
warisan Orde Baru dinilai tidak merepresentasikan masyarakat Indonesia yang
sesungguhnya. Hasilnya tidak kurang dari 200 partai politik tumbuh di dalam masyarakat.
Dari ratusan parpol tersebut hanya 48 partai yang berhak mengikuti pemilu 1999. Pemilu
1999 menghasilkan beberapa partai politik yang mendapatkan suara yang signifikan dari
rakyat Indonesia adalah PDI.Perjuangan, P.Golkar, PKB, PPP, dan PAN.
Peserta pemilu tahun 2004 berkurang setengah dari jumlah parpol pemilu 1999, yaitu
24 parpol. Berkurangnya jumlah parpol yang ikut serta di dalam pemilu 2004 karena pada
pemilu tersebut telah diberlakukan ambang batas ( threshold). Ambang batas tersebut di
Indonesia dikenal dengan Electoral Threshold. Di dalam UU No 3/1999 tentang Pemilu diatur
bahwa partai politik yang berhak untuk mengikuti pemilu berikutnya adalah partai politik
yang mendapatkan sekurang-kurangnya 2% jumlah kursi DPR. Partai politik yang tidak
mencapai ambang batas tersebut dapat mengikuti pemilu berikutnya harus bergabung
dengan partai lain atau membentuk partai politik baru.
Kalau pemilu 1999 hanya menghasilkan lima parpol yang mendapatkan suara
signifikan dan mencapai Electoral Threshold (ET). Meskipun persentasi ET dinaikan dari 2%
menjadi 3% jumlah kursi DPR, Pemilu 2004 menghasilkan lebih banyak partai politik yang
mendapatkan suara signifikan dan lolos ET untuk pemilu 2009. Pemilu 2004 menghasilkan
tujuh partai yang mencapai ambang batas tersebut. Ketujuh partai tersebut adalah P.Golkar,
PDI. Perjuangan, PKB, PPP, P.Demokrat, PKS, dan PAN.
12
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Kepartaian
Klasifikasi sistem kepartaian jika dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya
maka partai politik dapat dibagi menjadi dua jenis; partai massa dan partai kader. Jika dilihat
dari segi sifat dan orientasinya partai politik dibagi dua jenis; partai lindungan dan partai
ideologi atau azas. Di dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik yang ditulis Prof. Miriam
Budiardjo sistem klasifikasi kepartaian yang lebih banyak digunakan dalam ranah demokrasi
yakni :
1. Sistem Partai Tunggal
2. Sistem Dwi Partai
3. Sistem Multi Partai
13
2. Tidak tercapainya perwujudan masyarakat yang sejahtera. Hal ini bisa dilihat pada
pemerintahan Khmer Merah Kheu Sampan di Kamboja atau Pemerintahan Mao Tse Tung di
Cina dimana rakyat banyak yang sengsara.
3. Tidak adanya sistem kontrol sosial.
4. Sistem partai tunggal tidak mengakui doktrin-doktrin politik demokrasi yang berlaku
dinegara-negara liberal ataupun negara demokrasi lainnya.
5. Sistem partai tunggal tidak mengakui adanya konstitusi yang bersifat filsafat negara
demokratik, struktur organisasi negara, perubahan terhadap konstitusi negara dan hak azasi
manusia.
6. Sistem partai tunggal tidak mengakui adanya kebebasan pers.
7. Rakyat tidak mempunyai pilihan lain dalam mengemukakan pendapat dan hak-haknya.
14
Sistem multi partai adalah adanya partai-partai politik yang lebih dari dua partai
dalam sebuah negara atau pemerintahan. Sistem ini banyak dianut oleh negara-negara
seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Perancis, Swedia, dsb. Sistem ini lebih menitikberatkan
peranan partai pada lembaga legislatif sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan
ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk
membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan
partai-partai lain.
Beberapa kelemahan sistem multi partai ini antara lain:
1. Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil,
2. Program-program pemerintah kurang berjalan dengan efektif,
3. Ideologi partai politik tidak lagi melandasi konstitusi negara atau falsafat hidup suatu
bangsa, Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi makro
maupun mikro,
4. Sistem ini mengurangi fungsi nasionalisme dalam suatu negara,
5. Sistem ini belum pernah melahirkan negara yang super power.
15
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai
politik adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan kekuasaan secara
konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan.Paska
proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya lembaga parlemen yang
berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. Keberadaan
parlemen, dalam hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari kebutuhan adanya perangkat
organisasi politik, yaitu partai politik.Secara luas berarti sistem pemerintahan itu
menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun
minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan
demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.Negara Indonesia menganut
Sistem Kepartaian Multi Partai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah partai yang berpartisipasi dalam pemilu
berjumlah lebih dari dua partai. Di samping itu diisyaratkan pula pada pasal 6A (2) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa pasangan Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Dengan demikian dari pasal tersebut di dalam pemilu
presiden dan wakil presiden paling sedikit terdapat tiga partai politik.
Sistem Partai Tunggal, yang mana pada sistem ini hanya ada satu partai yang berkuasa pada suatu
negara, sehingga tidak ada kompetisi partai dalam negara tersebut. Namun dalam sistem ini partai-
partai kecil tidak diberi keleluasaan. b. Sistem Dwi Partai, yang mana dalam partai ini hanya
terdapat dua partai yang bersaing, sehingga dengan adanya sistem ini cenderung akan
menghambat perkembangan partai-partai kecil. Namun di sisi lain program-program pemerintah
akan berjalan dengan baik. c. Sistem Multi Partai, yang mana pada sistem kepartaian ini terdapat
lebih dari tiga partai, sehingga program-program pemerintah cenderung tidak berjalan dengan baik.
Namun sistem ini lebihmemberi kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi pemimpin.
16
Indonesia tidak cocok dengan sistem multipartai. Hal itu dikarenakan sistem
pemerintahan di Indonesia adalah presidensial. Pemerintahan yang dipilih langsung
oleh rakyat, seharusnya lebih kuat kedudukan politiknya. Tetapi yang terjadi di
Indonesia justru sebaliknya, sehingga membuat Presiden menjadi kurang berdaya
dalam menata kehidupan berdemokrasi ke arah yang lebih baik. Ada beberapa
alternatif sebagai bentuk upaya penyelesaian masalah yang terjadi di dalam sistem
multi partai diantaranya :
17