Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya
maka dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan semampunya. Penyelesaian makalah ini
juga bersumberkan dari beberapa referensi dari pengetahuan yang kami miliki seputar hal ini,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu, diharapkan saran dan
kritik sebagai penyempurnaan makalah ini.

Landak, September 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Politik Di Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal


B. Sistem Pemerintahan
C. Sistem Kepartaian

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

2
BAB I
PENDAHULUAN

D. Latar Belakang
Indonesia sampai dengan tahun 1950-an telah menjalankan dua sistem pemerintahan
yang berbeda, yaitu sistem presidensial dan sistem parlementer. Tidak sampai satu
tahun setelah kemerdekaan, sistem pemerintahan presidensial digantikan dengan sistem
pemerintahan parlementer.. Baru pada masa Republik Indonesia Serikat pelaksanaan
sistem parlementer dilandasi oleh Konstitusi, yaitu Konstitusi RIS. Begitu juga pada
masa Demokrasi Liberal, pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh UUD Sementara
1950 atau dikenal dengan Konstitusi Liberal.Suatu negara berdiri atas beberapa unsur,
misalnya adanya wilayah, rakyat, diakui negara lain dan kedaulatan.

Tidak banyak orang yang mengerti tentang sistem pemerintahan, apalagi tentang
macam – macamnya. Dengan adanya makalah ini kami berharap akan menambah
wawasan pengetahuan masyarakat tentang sistem pemerintahan baik di indonesia
maupun di negara lain, sehingga masyarakat dapat mengontrol sistem kerja
pemerintah.Berkembangnya sistem kepartaian di Indonesia, yang disertai dengan
banyaknya berbagai aspirasi-aspirasi dari masyarakat yang tidak dapat dikoordinir
dengan baik, dengan sendirinya menyebabkan banyaknya usaha-usaha dari para elite
politik yang berkuasa untuk memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok
diatas kepentingan rakyat. Dari sudut pandang ini, jumlah partai sangat menentukan
keefektifan partai politik pada suatu negara dalam mengkoordinir berbagai aspirasi yang
mengutamakan kepentingan masyarakat banyak atau rakyat. Sistem kepartaian yang
kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan
partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk
aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mengcakup dan menyalurkan partisipasi
sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar
tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian, sistem kepartaian
yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang
melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.

E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan politik di Indonesia pada masa demokrasi liberal?
2. Apakah Pengertian Sistem Pemerintahan?
3. Apakah macam-macam sistem pemerintahan?
4. Sistem kepartaian apa yang dianut oleh negara Indonesia?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari sistem kepartaian yang ada ?

F. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan politik di Indonesia pada masa demokrasi.
2. Untuk mengetahui pengertian dari sistem pemerintahan.
3. Untuk mengetahui macam – macam sistem pemerintahan.
4. Mengetahui dan memahami sistem kepartaianyang dianut oleh negara Indonesia .
5. Mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihan dari sistem kepartaian.

3
BAB II
PEMBAHASAN

D. Perkembangan Politik Di Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal


Ketika Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, UUD yang digunakan sebagai
landasan hukum Republik Indonesia bukan kembali UUD 1945, sebagaimana yang
ditetapkan oleh PPKI pada awal kemerdekaan, namun menggunakan UUD Sementara
1950. Sistem pemerintahan negara menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem
parlementer. Artinya Kabinet disusun menurut perimbangan kekuatan kepartaian dalam
parlemen dan sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-wakil partai dalam parlemen.
Presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja. Hal ini dinamakan pula Demokrasi
Liberal, sehingga era ini dikenal sebagai zaman Demokrasi Liberal.Salah satu ciri yang
nampak dalam masa ini adalah kerap kali terjadi penggantian kabinet. Mengapa sering
kali terjadi pergantian kabinet? Hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan
kepentingan diantara partai-partai yang ada. Perbedaan diantara partai-partai tersebut
tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun 1950 sampai tahun
1959 terjadi silih berganti kabinet mulai Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951; Kabinet
Sukiman (Masyumi) 1951-1952; Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953; Kabinet Ali
Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955; Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) 1955-1956;
Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957 dan Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet)
1957-1959.
Kabinet-kabinet tersebut pada umumnya memiliki program yang tujuannya sama, yaitu
masalah keamanan, kemakmuran dan masalah Irian Barat (saat ini Papua Barat).
Namun setiap kabinet memiliki penekanan masing-masing, kabinet yang dipimpin
Masyumi menekankan pentingnya penyempurnaan pimpinan TNI, sedangkan kabinet
yang dipimpin oleh PNI sering menekankan pada masalah hubungan luar negeri yang
menguntungkan perjuangan pembebasan Irian Barat dan pemerintahan dalam negeri.
Pada tanggal 22 Agustus 1950 Presiden Sukarno mengangkat Muhammad Natsir dari
Masyumi sebagai formatur kabinet. Lima belas hari kemudian cabinet berhasil dibentuk
dengan nama Kabinet Natsir. Program kerja Kabinet Natsir, antara lain:
1) mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu Konstituante dalam waktu singkat
2) menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
3) memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Salah satu keberhasilan Kabinet Natsir adalah diterimanya Indonesia sebagai anggota
PBB yang ke-60 pada tanggal 28 September 1950. Akhirnya Kabinet Natsir jatuh, karena
mosi Hadikusumo dari PNI tentang pembekuan dan pembubaran DPRD
Sementara.Dengan jatuhnya Kabinet Natsir, Presiden Sukarno menunjuk Dr. Sukiman
Wiryosanjoyo dari Masyumi dan Dr. Suwiryo dari PNI untuk membentuk kabinet. Atas
usaha dua orang formatur ini terbentuklah kabinet yang diberi nama Kabinet Sukiman
dengan perdana menteri Dr. Sukiman dan wakil perdana menteri Dr. Suwiryo.

Program kerja kabinet Sukiman antara lain:


1) menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketentraman
2) mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam lapangan pembangunan
3) menyelesaikan persiapan pemilihan umum Konstituante.

4
4) menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang menuju perdamaian
5) memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Kabinet Sukiman jatuh, karena ditandatanganinya kerja sama keamanan Indonesia -
Amerika Serikat berdasarkan Mutual Security Aids (MSA).
Kabinet Wilopo dibentuk pada 3 April 1952 – 30 Juli 1953 merupakan koalisi dengan
tulang punggung PNI, PSI, dan Masyumi Natsir. Program kabinet Wilopo antara lain
seperti berikut.
1) Bidang pendidikan dan pengajaran adalah mempercepat usaha perbaikan untuk
pembaharuan pendidikan dan pengajaran.
2) Bidang perburuhan adalah melengkapi undangundang perburuhan.
3) Bidang keamanan adalah menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara.
4) Bidang luar negeri adalah meneruskan perjuangan merebut Irian Barat.
Kabinet Wilopo jatuh karena Peristiwa Tanjung Morawa, Sumatra Utara yang
ditunggangi oleh PKI yang berhubungan dengan masalah pembagian tanah.
Kabinet Ali-Wongso-Arifin dibentuk pada tanggal 30 Juli 1953. Program kerja cabinet Ali-
Wongso-Arifin adalah sebagai berikut.
1) Bidang dalam negeri, meliputi keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan
keuangan, organisasi negara, serta perburuhan.
2) Bidang Irian Barat adalah mengusahakan kembalinya Irian Barat ke dalam kekuasaan
wilayah RI.
3) Bidang politik luar negeri, meliputi politik luar negeri bebas aktif, peninjauan kembali
tentang hasil KMB.
Keberhasilan Kabinet Ali adalah pada masa pemerintahannya berhasil melaksanakan
Konferensi Asia Afrika di Bandung. Terjadinya peristiwa pergantian pimpinan Kepala Staf
Angkatan Darat yang dikenal dengan “Peristiwa 27 Juni 1955”, beberapa anggota
parlemen mengajukan mosi tidak percaya yang diterima oleh DPR.
Kabinet Burhanuddin Harahap terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955. Program kerja
Kabinet Burhanuddin Harahap antara lain:
1) mengembalikan kewibawaan moral pemerintah
2) melaksanakan pemilihan umum
3) memberantas korupsi
4) meneruskan perjuangan merebut kembali irian Barat.
Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harapan adalah dapat menyelenggarakan pemilu
pertama sejak Indonesia merdeka. Setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi
di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap
mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno, untuk dibentuk
kabinet baru berdasarkan hasil pemil
Kabinet Ali II dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 85 Tahun 1956. Program
kerja Kabinet Ali II, antara lain:
1) pembatalan hasil KMB
2) meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Indonesia atas Irian Barat
dan membentuk Provinsi Irian Barat
3) bidang dalam negeri, meliputi : memulihkan keamanan, memperbaiki perekonomian
dan keuangan, memperkuat pertahanan, memperbaiki sistem perbuuruhan, memperluas
dan meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
4) bidang luar negeri, meliputi menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan
meneruskan kerja sama dengan negara-negara Asia Afrika.

5
Keberhasilan Kabinet Ali II adalah membatalkan hasil KMB, membentuk Provinsi Irian
Barat yang beribu kota di Soasio, Maluku Utara, dan pengiriman misi Garuda I ke Mesir.
Sebab-sebab kejatuhan Kabinet Ali II.
1) Timbulnya pemberontakan di berbagai daerah
2) Adanya Konsepsi Presiden 21 Februari 1957
3) Adanya keretakan dalam tubuh kabinet, hal ini dapat dibuktikan dengan mundurnya
satu per satu anggota kabinet.
Kabinet Juanda atau Kabinet Karya dilantik pada tanggal 9 April 1957 dengan program
kerja:
1) membentuk Dewan Nasional
2) normalisasi keadaan Republik Indonesia
3) melanjutkan pembatalan KMB
4) memperjuangkan Irian Barat
5) mempercepat pembangunan.
Salah satu keberhasilan Kabinet Karya yaitu pada tanggal 18 November 1957
mengadakan rapat umum pembebasan Irian Barat di Jakarta. Rapat ini diikuti dengan
tindakan-tindakan pemogokan kaum buruh di perusahaan Belanda dan pembentukan
Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno
mengeluarkan dekrit, berarti negara kita kembali ke UUD 1945 dan UUDS 1950 tidak
berlaku. Kabinet Juanda secara otomatis harus diganti, sehari kemudian Ir. Juanda
menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno
Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai
politik adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan kekuasaan secara
konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan.Paska
proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya lembaga parlemen yang
berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. Keberadaan
parlemen, dalam hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari kebutuhan adanya perangkat
organisasi politik, yaitu partai politik.
Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi partai.
Pembentukan partai politik ini menurut Mohammad Hatta agar memudahkan dalam
mengontrol perjuangan lebih lanjut. Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan
partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur kekuatan perjuangan kita dan
untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin barisan
perjuangan. Walaupun pada kenyataannya partai-partai politik tersebut cenderung
untuk memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-
partai politik yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan saling
menjatuhkan. Partai-partai politik yang tidak memegang jabatan dalam kabinet dan
tidak memegang peranan penting dalam parlemen sering melakukan oposisi yang
kurang sehat dan berusaha menjatuhkan partai politik yang memerintah. Hal inilah yang
menyebabkan pada era ini sering terjadi pergantian kabinet, kabinet tidak berumur
panjang sehingga program-programnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang
menyebabkan terjadinya instabilitas nasional baik di bidang politik, sosial ekonomi dan
keamanan.Kondisi inilah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk
membangun kehidupan politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari sistem
demokrasi liberal menuju demokrasi terpimpin.

6
E. Sistem Pemerintahan
1. Apakah Pengertian Sistem Pemerintahan?
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan
“pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap
keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhnya itu. Pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian segala urusan yang
dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu
sendiri. Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai
suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan
negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya.Menurut Moh. Mahfud MD, sistem pemerintahan negara adalah mekanisme kerja dan
koordinasi atau hubungan antara ketiga cabang kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif
(Moh. Mahfud MD, 2001: 74). Dengan demikian dapat disimpulkan sistem pemerintahan negara
adalah sistem hubungan dan tata kerja antar lembaga-lembaga negara dalam rangka
penyelenggaraan negara. Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi
sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut
andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut..
2. Apakah macam-macam sistem pemerintahan?

Pada umumnya sistem pemerintahan yang diterapkan di Negara-negara ada dua yaitu sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial. Kalaupun ada sistem
pemerintahan lain ,itu merupakan variasi dari kedua sistem tersebut. nama “Parlementer”
menunjukkan bahwa dalam sistem itu para Menteri harus mempertanggung jawabkan kinerja
eksekutifnya pada pihak presiden.Negara Inggris adalah Negara pertama yang menjalankan
sistem Parlementer, Inggris disebut sebagai “Mother of Parlementer” (induk parlementer).
Sedangkan Amerika merupakan pelopor dari system presidensial. Kedua jenis system
pemerintahan itu umum berlaku di Negara demokrasi.
1. Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem atau keseluruhan prisip penataan


hubungan kerja antar lembaga Negara yang secara formal memberikan peran utama
kepada parlemen atau badan legislatif dalam menjalankan pemerintahan Negara.
Presiden hanya menjadi symbol kepada Negara saja. Contoh, kedudukan satu di Inggris,
raja di Muangthai, dan Presiden di India.Seperti halnya di Inggris, dimana seorang raja
tak dapat diganggu gugat, maka jika terjadi perselisihan antara raja dengan rakyat,
Menterilah yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan raja. Sebagai catatan,
dalam pemerintahan kabinet parlementer, perlu dicapai adanya keseimbangan melalui
mayoritas partai untuk membentuk kabinrt atas kekuatan sendiri. Kalau tidak, dibentuk
suatu kabinet koalisi berdasarkan kerja sama antar beberapa partai.

7
1. KARAKTERISTIK PARLEMEN
a. Parlemen, melalui pemimpin partai yang menguasai mayoritas kursi parlemen,
menyusun
kabinat (dewan Menteri). pembentukan kabinet itu akan menyusun sendiri susunan
kabinet jika ia merasa tidak memerlukan koalisi, atau melakukan tawar-menawar dan
menyusun bersama kabinet dangan pemimpin partai politik lain yang akan dilibatkan
dalam kabinet koalisi.
b. Perdana Menteri dan para Menteri berasal dari kalangan anggota parlemen dan akan
tetap menjadi anggota parlemen, sehingga hakikat kabinet hanyalah sebuah komisi
dari parlemen.
c. Kepala Negara/Raja berperan sebagai penegak bila terjadi pertentangan antara
parlementer dan kabinet.

2. PRINSIP PARLEMENTER
i. Rangkap Jabatan

Konstitusi nagara yang menganut sistem parlementer akan menentukan bahwa


mereka yang menduduki jabatan Menteri harus merupakan anggota Parlemen. prinsip ini
berada dengan ajaran trias politika. Karena dalam trias politika melarang adanya rangkap
jabatan atau tumpang tindih pejabat diantara tiga cabang kekuasaan yang ada.
ii. Dominasi Resmi Parlemen

Parlemen tidak saja membuat undang-undang baru, melainkan juga memiliki


kekuasaan untuk merevisi atau mencabut undang-undang yang berlaku dan menentukan
apakah sebuah undang-undang bersifat konstitusional/tidak. Kemacetan kerja atau
deadlock antar legislatif dan eksekutif yang umum terjadi dalam sistem presidensial tidak
ditoleransi dalam sistem parlementer. Dalam sistem ini kemacetan dipecahkan dengan
mengubah keanggotaan dan perilaku salah satu/kedua belah pihak (parlemen dan
kabinet).

3. KELEBIHAN PARLEMENTER
a) Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
b) Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif.
c) Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

4. KELEMAHAN PARLEMENTER
a) Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
b) Kelangsungan kedudukan badan eksekutif tidak bisa ditentukan berakhir sesuai masa
jabatannya.

8
5. INDUK SISTEM DAN CONTOH PENGARUHNYA
1.INDUK SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER

a. Kepala Negara (raja/ratu)

Inggris adalah negara kerajaan. Karena itu, kepala negara Inggris selalu adalah
raja/ratu. Raja menganggap dirinya mempunyai hak suci dari Tuhan untuk memerintah
dunia. Raja-raja Inggris umumnya juga mempunyai lembaga penasihat yang
ditentukan sendiri oleh raja, yang anggotanya hanya dari kalangan bangsawan dan
pemimpin gereja. Mereka umumnya dipanggil bersidang oleh raja apabila negara
memerlukan pajak.
b. Parlemen
Cikal bakal parleman di Inggris adalah Witanagemot, yaitu dewan penasehat
raja yang terdiri atas para pangeran, bangsawan, dan pejabat gereja yang dipilih dan
dihentikan oleh raja. Lembaga ini kemudian dikenal dengan parlemen. Semakin sering
raja memerlukan tambahan dana semakin sering parlemen bersidang, yang akan
memperkuat kedudukan parlemen dan mematangkan kelembagaan parlemen itu
sendiri.
c. Kabinet
Cikal bakal kabinet di Inggris adalah sebuah kelompok orang yang disebut
CABAL yang dijadikan sebagai penasehat inti dan sekaligus penghubung dirinya
dengan parlemen. Pemerintahan dikendalikan oleh perdana menteri dan kabinetnya.
Sehingga merekalah yang bisa dipersalahkan atau diminta pertanggungjawaban.

2. CONTOH PENGARUH
UUD 1945 dan konstitusi RIS 1949 di Indonesia UUD disusun oleh para
pemimpin bangsa Indonesia sendiri. Jadi ,awal dirancang menggunakan sistem
presidansial. Beberapa anggota BPUPKI menggunkan konstitusi Amerika Serikat sebagai
rujukan dalam membahas rancangan Hukum Dasar. Konstitusi Ris1949 disusun melalui
KMB yang berlangsung di Den Haag,Belanda dan melibatkan utusan Pemerintah
Belanda. Karena itu,Indonesia pun menggunakan sistem pemerintahan parlementer
seperti yang digunakan oleh negara Belanda.

2. Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem presidensial adalah sistem atau keseluruhan prinsip penataan hubungan
kerja antar lembaga negara melalui pemisahan kekuasaan negara, dimana presiden
memainkan peran kunci dalam pengelolaan kekuasaan eksekutif.Dalam sistem
ini,kedudukan eksekutif,seorang presiden menunjuk pembantu-pembantunya yang akan
memimpin deprtemennya dan mereka itu bertanggung jwab kepada presiden. Pelaksana
kekuasaan kehakiman menjadi tanggung jawab MA dan kekuasaan legislatif berada
ditangan DPR. Contohnya adalah Amerika Serikat dengan check and balance. Sedangkan
Indonsia adalah pembagian kekuasaan (distribution of power).

9
1. KARAKTERISTIK PRESIDENSIAL
a. Presiden adalah kepala negara sekaligus adalah kepala pemerintahan.
b. Para menteri bertanggung jab kepada presiden, bukan kepala parlemen. Mereka
tetap menduduki jabatannya sebagai menteri selama masih dipercaya oleh
Presiden.
c. Masa jabatan menteri sangat bergantung pada kepercayaan parlemen,
melainkan tergantung para Presiden.

2. PRINSIP PRESIDENSIAL
a. Pemisahan jabatan atau larangan rangkap jabatan

Berbeda dari sistem presidensial rangkap jabatan justru dilarang. Seorang


anggota parlemen tidak boleh merangkap menjadi menteri,demikian juga sebaliknya.
Misalnya,di Amerika Serikat. Disana tidak seorangpun diperbolehkan menduduki lebih
dari satu jabatan dalam ketiga cabang kekuasaan yang ada.
b. Kontrol dan keseimbangan

Untuk mencegah kemungkinan cabang kekuasaan memperbesar kekuasaannya


sendiri,masing-masing cabang kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol Presiden
dengan menolak RUU yang diajukan,menolak memberi persetujuan terhadap calon
pejabat bawahan langsung Presiden dan mengadili serta memberhentikan Presiden.
Presiden diberi kekuasaan untuk mengontrol kongres dengan hak veto atas UU yang
telah disetujui kongres,dan mengontrol MA dengan mengajukan calon MA.

3. KELEBIHAN PRESIDENSIAL
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih dengan jangka waktu tertentu.
c. Penyusunan progam kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.

4. KELEMAHAN PRESIDENSIAL
a. Sistem pertanggung jawabannya kurang jelas.
b. Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.

5. INDUK SISTEM DAN CONTOH PENGARUHNYA


1.INDUK SISTEM PRESIDENSIAL
a. Pemisahan kekuasaan negara

Untuk mencegah tiga bahaya yaitu (tirani, pemerintahan massa,dan peluasan


kekuasaan),mereka membentuk pemerintahan negara AS bedasarkan prinsip
pemisahan kekuasaan negara. Konstitusi sudah sepakat bahwa pemerintah yang baru
akan terdiri dari 3 cabang dan masing-masing memiliki kekuasaan yang berbeda :
1 legislatif = lembaga pembentukan UU

10
2 eksekutif = lembaga pelaksana UU
3 yudikatif = lembaga pengadil pelanggar UU

Presiden berwenang memilih anggota kabinet dan memecatnya jika ia


menginginkannya.
b. Sistem checks dan balances

Amerika Serikat di bangun sistem checks and balances untuk mencegah satu cabang
kekuasaan menguasai cabang kekuasaan yang lain. Di Amerika terjadi pemisahan
kekuasaan negara ke dalam tiga cabang kekuasaan. Sedangkan Presiden ialah kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.

2.CONTOH PENGARUHNYA

Filipina menggunakan sistem presidensial karena negara ini penuh berada


dalam kekuasaan Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat bahkan juga
memfasilitasi penyusunan konstitusi Filipina menjelang kemerdekaan negara ini. Negara-
negara lain seperti Kolombia,Kostarika,Meksiko,dan Venezuela juga menggunakan
sistem pemerintahan presidensial,dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat sebagai
modelnya.

Sistem parlementer dan sistem presidensial umum diterapkan di negara-negara


sekarang ini. Kedua sistem pemerintahan tersebut mempunyai perbedaan sistem
parlementer. Presiden hanya sebagai simbol saja bertanggung jawab adalah
parlemen/kabinet. Didalam sistem pemerintahan presidensial, presiden memainkan
peran kunci dalam pengelolaan kekuasaan eksekutif. Didalam sistem presidensial tidak
diperbolehkan rangkap jabatan karena sudah ada ketentuan dalam pembagian
kekuasaan.

F. Sistem Kepartaian
Konsititusi kita (UUD 1945) tidak mengamanatkan secara jelas sistem kepartaian apa
yang harus diimplementasikan. Meskipun demikian konstitusi mengisyaratkan bahwa bangsa
Indonesia menerapkan sistem multi partai. Pasal tersebut adalah pasal 6A (2) UUD 1945
yang menyatakan bahwa Pasangan Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Dari pasal tersebut tersirat bahwa Indonesia menganut sistem
multi partai karena yang berhak mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil presiden
adalah partai politik atau gabungan partai politik. Kata “gabungan partai poltitik” artinya
paling sedikit dua partai politik yang menggabungkan diri untuk mencalonkan presiden untuk
bersaing dengan calon lainnya yang diusung oleh partai politik lain. Dengan demikian dari
pasal tersebut di dalam pemilu presiden dan wakil presiden paling sedikit terdapat tiga partai
politik.
Kenyataanya, Indonesia telah menjalankan sistem multi partai sejak Indonesia
mencapai kemerdekaan. Surat Keputusan Wakil Presiden M. Hatta No X/1949 merupakan
tonggak dilaksanakannya sistem multi partai di Indonesia. Keputusan Wapres ini juga
ditujukan untuk mempersiapkan penyelenggaraan pemilu yang pertama pada tahun 1955.
Pada pemilu tersebut diikuti oleh 29 partai politik dan juga peserta independen

11
(perseorangan). Beberapa partai politik yang mendapatkan suara signifikan pada pemilu
pertama antara lain PNI (22,32%), Masyumi (20,92%), NU (18,41%), PKI (16,36%), PSII
(2,89%), Parkindo (2,66%), PSI (1,99%), Partai Katolik (2,04%), dan IPKI (1,43%).
Sejak Suharto menjadi presiden pada tahun 1967 partai politik dianggap sebagai
penyebab dari ketidakstabilan politik yang terjadi pada tahun 1950an - 1960an. Oleh karena
itu agenda yang penting untuk menciptakan pemerintahan yang stabil adalah melakukan
penyederhanaan partai politik. Pada pemilu pertama di masa Orde Baru, thaun 1971,
terdapat 10 partai politik, termasuk partai pemerintah (Golkar) ikut berkompetisi
memperebutkan kekuasaan. Pada tahun 1974 Presiden Suharto melakukan restrukturisasi
partai politik, yaitu melakukan penyederhanaan partai melalui penggabungan partai-partai
politik. Hasil dari restrukturisasi partai politik tersebut adalah munculnya tiga partai politik
(Golkar, PPP, dan PDI). PPP merupakan hasil fusi dari beberapa partai politik yang
berasaskan Islam (NU, Parmusi, PSII dan Perti). PDI merupakan hasil penggabungan dari
partai-partai nasionalis dan agama non-Islam (PNI, IPKI, Parkindo, Katolik). Sedangkan
Golkar adalah partai politik bentukan pemerintah Orde Baru.
Meskipun dari sisi jumlah partai politik yang berkembang di Indonesia pada saat itu,
Indonesia dikategorikan sebagai negara yang menganut sistem multi partai, banyak
pengamat politik berpendapat bahwa sistem kepartaian yang dianut pada era Orde Baru
adalah sistem partai tunggal. Ada juga yang menyebut sistem kepartaian era Orde Baru
adalah sistem partai dominan. Hal ini dikarenakan kondisi kompetisi antar partai politik yang
ada pada saat itu. Benar, jika jumlah partai politik yang ada adalah lebih dari dua parpol
sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem multi partai. Namun jika dianalisis lebih
mendalam ternyata kompetisi diantara ketiga partai politik di dalam pemilu tidak seimbang.
Golkar mendapatkan “privelege” dari pemerintah untuk selalu memenangkan persaingan
perebutan kekuasaan.
Gerakan reformasi 1998 membuahkan hasil liberalisasi disemua sektor kehidupan
berbangasa dan bernegara, termasuk di bidang politik. Salah satu reformasi dibidang politik
adalah memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendirikan partai politik yang dianggap
mampu merepresentasikan politik mereka. Liberalisasi politik dilakukan karena partai politik
warisan Orde Baru dinilai tidak merepresentasikan masyarakat Indonesia yang
sesungguhnya. Hasilnya tidak kurang dari 200 partai politik tumbuh di dalam masyarakat.
Dari ratusan parpol tersebut hanya 48 partai yang berhak mengikuti pemilu 1999. Pemilu
1999 menghasilkan beberapa partai politik yang mendapatkan suara yang signifikan dari
rakyat Indonesia adalah PDI.Perjuangan, P.Golkar, PKB, PPP, dan PAN.
Peserta pemilu tahun 2004 berkurang setengah dari jumlah parpol pemilu 1999, yaitu
24 parpol. Berkurangnya jumlah parpol yang ikut serta di dalam pemilu 2004 karena pada
pemilu tersebut telah diberlakukan ambang batas ( threshold). Ambang batas tersebut di
Indonesia dikenal dengan Electoral Threshold. Di dalam UU No 3/1999 tentang Pemilu diatur
bahwa partai politik yang berhak untuk mengikuti pemilu berikutnya adalah partai politik
yang mendapatkan sekurang-kurangnya 2% jumlah kursi DPR. Partai politik yang tidak
mencapai ambang batas tersebut dapat mengikuti pemilu berikutnya harus bergabung
dengan partai lain atau membentuk partai politik baru.
Kalau pemilu 1999 hanya menghasilkan lima parpol yang mendapatkan suara
signifikan dan mencapai Electoral Threshold (ET). Meskipun persentasi ET dinaikan dari 2%
menjadi 3% jumlah kursi DPR, Pemilu 2004 menghasilkan lebih banyak partai politik yang
mendapatkan suara signifikan dan lolos ET untuk pemilu 2009. Pemilu 2004 menghasilkan
tujuh partai yang mencapai ambang batas tersebut. Ketujuh partai tersebut adalah P.Golkar,
PDI. Perjuangan, PKB, PPP, P.Demokrat, PKS, dan PAN.

12
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Kepartaian
Klasifikasi sistem kepartaian jika dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya
maka partai politik dapat dibagi menjadi dua jenis; partai massa dan partai kader. Jika dilihat
dari segi sifat dan orientasinya partai politik dibagi dua jenis; partai lindungan dan partai
ideologi atau azas. Di dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik yang ditulis Prof. Miriam
Budiardjo sistem klasifikasi kepartaian yang lebih banyak digunakan dalam ranah demokrasi
yakni :
1. Sistem Partai Tunggal
2. Sistem Dwi Partai
3. Sistem Multi Partai

1. Sistem Partai Tunggal


Sitem partai tunggal ini merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara, maupun
partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya. Pola partai
tunggal terdapat dibeberapa negara Afrika (Ghana dimasa Nkrumah, Guinea, Mali, Pantai
Gading), Eropa Timur dan RRC. Suasan kepartaian dinamakan non-kompetitif oleh karena itu
partai-partai yang ada harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak
dibenarkan bersaing secara merdeka melawan partai itu.
Negara yang paling berhasil untuk meniadakan partai-partai lain ialah Uni Soviet. Partai
komunis Uni Soviet bekerja dalam suasana yang non-kompetitif, tidak ada partai lain yang
boleh bersaing, ataupun yang ditolerir. Oposisi dianggap sebagai pengkhianatan. Partai
tunggal serta organisasi yang bernaung dibawahnya berfungsi sebagai pembimbing dan
penggerak masyarakat dan menekankan perpaduan dari kepentingan rakyat secara
menyeluruh.
Sistem partai tunggal mengandung kelemahan-kelemahan dalam parkteknya antara lain:
1. Sistem partai tunggal tidak pernah akan menjamin adanya perlindungan terhadap HAM,
mengingat didalam sistem ini selalu berbarengan dengan sistem kediktatoran dimana
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif berada pada satu tangan sehingga pelaksanaan
kekuasaannya itu berlaku sewenang-wenang. Kecenderungan lain adalah sistem partai
tunggal ini terkadang membawa bencana bagi kelangsungan demokrasi baik bagi rakyat,
bangsa, maupun negara. Hal ini bisa dilihat dinegara-negara komunis. Demikian pula halnya
sistem partai tunggal yang berdasarkan pada azas fasisme seperti Italia Musolini dan faham
Naziisme seperti Jerman Hitler.

13
2. Tidak tercapainya perwujudan masyarakat yang sejahtera. Hal ini bisa dilihat pada
pemerintahan Khmer Merah Kheu Sampan di Kamboja atau Pemerintahan Mao Tse Tung di
Cina dimana rakyat banyak yang sengsara.
3. Tidak adanya sistem kontrol sosial.
4. Sistem partai tunggal tidak mengakui doktrin-doktrin politik demokrasi yang berlaku
dinegara-negara liberal ataupun negara demokrasi lainnya.
5. Sistem partai tunggal tidak mengakui adanya konstitusi yang bersifat filsafat negara
demokratik, struktur organisasi negara, perubahan terhadap konstitusi negara dan hak azasi
manusia.
6. Sistem partai tunggal tidak mengakui adanya kebebasan pers.
7. Rakyat tidak mempunyai pilihan lain dalam mengemukakan pendapat dan hak-haknya.

2. Sistem Dwi Partai


Sistem dwi partai atau dua partai merupakan adanya dua partai dalam sebuah
negara atau pemerintahan atau adanya beberapa partai tetapi dengan peranan dominan dari
dua partai. Partai-partai ini terbagi kedalam partai yang berkuasa (karena menang dalam
pemilu) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilu).
Sistem dwi partai biasa disebut dengan istilah “a convenient system for contented
people” dan memang kenyataannya sistem dwi partai dapat berjalan dengan baik apabila
terpenuhi tiga syarat; komposisi masyarakat adalah homogen, konsesus dalam masyarakat
mengenai azas dan tujuan sosial yang pokok adalah kuat, dan adanya kontinuitas sejarah.
Negara-negara yang menganut sistem dwi partai ini adalah Inggris dengan partai Buruh
dan partai konservatifnya, Amerika dengan partai Republik dan partai Demokrat, Jepang,
dan Kanada. Sistem dwi partai umumnya diperkuat dengan digunakannya sistem pemilihan
distrik (single-member constituency) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat
dipilih satu wakil saja. Sistem dwi partai ini mempunyai kecenderungan untuk menghambat
pertumbuhan dan perkembangan partai-partai kecil.
Kelebihan sistem dwi partai ini antara lain:
1. Dalam sistem distrik suara pemilu yang dihasilkan selalu suara mayoritas,
2. Terwujudnya stabilitas pemerintahan yang dapat berjalan sesuai dengan kurun waktu
yang telah ditetapkan,
3. Pergantian pemerintahan dalam sistem ini dengan pemilu sistem distrik cenderung
berjalan normal,
4. Program-program pemerintah dapat berjalan dengan baik,
5. Adanya keterikatan pada konstitusi negara.

3. Sistem Multi Partai

14
Sistem multi partai adalah adanya partai-partai politik yang lebih dari dua partai
dalam sebuah negara atau pemerintahan. Sistem ini banyak dianut oleh negara-negara
seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Perancis, Swedia, dsb. Sistem ini lebih menitikberatkan
peranan partai pada lembaga legislatif sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan
ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk
membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan
partai-partai lain.
Beberapa kelemahan sistem multi partai ini antara lain:
1. Pemerintahan selalu dalam keadaan tidak stabil,
2. Program-program pemerintah kurang berjalan dengan efektif,
3. Ideologi partai politik tidak lagi melandasi konstitusi negara atau falsafat hidup suatu
bangsa, Sistem ini cenderung lamban dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi makro
maupun mikro,
4. Sistem ini mengurangi fungsi nasionalisme dalam suatu negara,
5. Sistem ini belum pernah melahirkan negara yang super power.

Sedangkan kelebihan dari sistem multi partai adalah:


1. Setiap individu diberikan kesempatan menjadi pimpinan sebuah partai politik,
2. Kontrol sosial lebih banyak terjadi dilakukan oleh partai-partai politik,
3. Sistem ini memberikan alternatif banyak pilihan pada warga negara.
pilihan pada warga negara.

15
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan
Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai
politik adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan kekuasaan secara
konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan.Paska
proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya lembaga parlemen yang
berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. Keberadaan
parlemen, dalam hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari kebutuhan adanya perangkat
organisasi politik, yaitu partai politik.Secara luas berarti sistem pemerintahan itu
menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun
minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan
demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.Negara Indonesia menganut
Sistem Kepartaian Multi Partai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah partai yang berpartisipasi dalam pemilu
berjumlah lebih dari dua partai. Di samping itu diisyaratkan pula pada pasal 6A (2) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa pasangan Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Dengan demikian dari pasal tersebut di dalam pemilu
presiden dan wakil presiden paling sedikit terdapat tiga partai politik.

Dalam sistem kepartaian terdapat 3 jenis :

Sistem Partai Tunggal, yang mana pada sistem ini hanya ada satu partai yang berkuasa pada suatu
negara, sehingga tidak ada kompetisi partai dalam negara tersebut. Namun dalam sistem ini partai-
partai kecil tidak diberi keleluasaan. b. Sistem Dwi Partai, yang mana dalam partai ini hanya
terdapat dua partai yang bersaing, sehingga dengan adanya sistem ini cenderung akan
menghambat perkembangan partai-partai kecil. Namun di sisi lain program-program pemerintah
akan berjalan dengan baik. c. Sistem Multi Partai, yang mana pada sistem kepartaian ini terdapat
lebih dari tiga partai, sehingga program-program pemerintah cenderung tidak berjalan dengan baik.
Namun sistem ini lebihmemberi kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi pemimpin.

16
Indonesia tidak cocok dengan sistem multipartai. Hal itu dikarenakan sistem
pemerintahan di Indonesia adalah presidensial. Pemerintahan yang dipilih langsung
oleh rakyat, seharusnya lebih kuat kedudukan politiknya. Tetapi yang terjadi di
Indonesia justru sebaliknya, sehingga membuat Presiden menjadi kurang berdaya
dalam menata kehidupan berdemokrasi ke arah yang lebih baik. Ada beberapa
alternatif sebagai bentuk upaya penyelesaian masalah yang terjadi di dalam sistem
multi partai diantaranya :

a. Mengubah sistem presidensial menjadi sistem parlemen


b. Mengubah sistem kepartaian
c. Mengurangi jumlah partai politik
d. Melaksanakan pemilu presiden dan legislatif secara bersama-sama

17

Anda mungkin juga menyukai