Anda di halaman 1dari 12

KABINET PARLEMENTER PADA MASA

DEMOKRASI LIBERAL (1950 – 1959)

OLEH :

MUHAMMAD WAHYU DWI RAHARJO

XI IPS 2
DEMOKRASI LIBERAL
Demokrasi liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu. Jadi,
setiap warga mempunyai hak untuk berkuasa dalam demokrasi jenis ini tanpa memandang
latar belakang, baik itu asal suku maupun agama. Biasanya jabatan ini ditempati oleh perdana
menteri pada wilayah yang menganut sistem parlementer.

Sistem demokrasi liberal diterapkan di indonesia dalam kurun waktu tahun 1950
sampai 1959 yang berbentuk parlementer. Pada saat itu pengangkatan jabatan Perdana
Menteri dilakukan oleh Presiden. Sedangkan penempatan badan Legislatif saat itu lebih
tinggi dibandingkan Eksekutif. Berikut ciri-ciri sistem demokrasi liberal di Indonesia :

1. Adanya Kebebasan Individu.


2. Kekuasaan Pemerintah Terbatas.
3. Seluruh Masyarakat Boleh Berpartisipasi dalam Politik dan mendirikan Partai.
4. Dilaksanakannya Pemilu Periode Tertentu.
5. Pemerintahan Bisa Membentuk Hukum Sesuai Suara Mayoritas Parlemen.

Setiap sistem tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, begitu


juga dengan demokrasi liberal ini. Berikut kelebihan dan kekurangan dari sistem demokrasi
liberal :

Kelebihannya :

1.Yaitu kekuasaan pemerintah lebih mudah diawasi karena terbatas, perbedaan


pandangan bisa terkelola karena seluruh pihak boleh membuat sendiri partainya.

Kekurangannya :

2. Terlalu banyak partai tidak selalu berdampak baik dan pembuatan partai lebih
fokus terhadap cara mempertahankan kekuasaan. Bukan fokus dalam pembuatan kebijakan,
padahal stabilitas itu penting.
KABINET PADA MASA DEMOKRASI
PARLEMENTER
(1950 – 1959)

Sistem pemerintahan parlementer merupakan sistem pemerintahan di mana para pelaku dari
lembaga eksekutif bekerja serta bertanggung jawab langsung kepada para parlemen. Di dalam
sistem pemerintahan parlementer, lembaga parlemen mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pemerintahan negara tersebut. selain itu, lembaga parlemen juga memegang
kekuasaan tertinggi serta memiliki hak dan kewenangan yang besar dalam mengawasi
kebijakan serta program kerja yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku lembaga eksekutif.
Kabinet pertama dipimpin oleh Natsir lalu dilanjut Kabinet Sukiman, Kabinet Wilopo,
Kabinet Ali Sastroamidjojo I, Kabinet Burhanuddin, Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan
diakhiri oleh Kabinet Djuanda kemudian sistem pemerintahan berganti dari Sistem
Parlementer menjadi Presidensial, di mana kabinet dipimpin langsung oleh Presiden.
KABINET NATSIR

Kabinet Natsir adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran negara
Republik Indonesia Serikat, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kabinet ini diumumkan pada 6 September 1950 dan bertugas sejak 7 September 1950 hingga
21 Maret 1951. Kabinet ini memiliki partai pendukung utama, yaitu Masyumi dan PSI.

Adapun Program Kabinet Natsir adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk Dewan Konstituante


dalam waktu yang singkat.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan Pemerintahan serta membentuk
peralatan Negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 di dalam Undang-Undang Dasar
Sementara 1950.
3. Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketenteraman.
4. Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat.
5. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha untuk
meningkatkan kualitas manusia dalam hal kesehatan dan kecerdasan.
6. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
7. Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian
Barat dalam waktu yang singkat.

Keberhasilan yang dicapai Kabinet Natsir diantaranya adalah di bidang ekonomi ada
Sumitro Plan yang berhasil mengubah ekonomi yang pada awalnya adalah ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional. Selain itu, Indonesia juga berhasil masuk PBB.

Namun dalam penerapan Sumitro Plan, tidak bisa berjalan dengan maksimal. Hal ini
karena para pengusaha yang diberikan bantuan banyak diselewengkan sehingga banyak
yang tidak mencapai sasaran. Kemudian diplomasi mengenai masalah Irian Barat
mengalami kebuntuan alias mengalami kegagalan. Selain itu dalam hal keamanan juga
masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemberontakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan
Gerakan RMS. Hingga pada akhirnya PNI menyampaikan mosi tidak percaya terkait
dengan pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. Yang membuat
Perdana Menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
KABINET SUKIMAN

Merupakan kabinet kedua setelah kabinet Natsir. Kabinet ini diumumkan pada 26
April 1951 dan bertugas hingga 23 Februari 1952. Kabinet ini didukung oleh partai Masyumi
dan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Adapun Program Kabinet Sukiman adalah sebagai berikut :

1. Menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin


keamanan dan ketenteraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan
negara.
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek
untuk meningkatkan kehidupan sosial dan perekonomian rakyat serta memperbaharui
hukum agraria sesuai dengan kepentingan petani.
3. Mempercepat usaha penempatan mantan pejuang dalam lapangan pembangunan.
4. Menyelesaikan persiapan pemilihan umum untuk membentuk dewan konstituante dan
menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu yang singkat serta mempercepat
terlaksananya otonomi daerah.
5. Menyiapkan undang-undang tentang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama
(collective arbeidsovereenkomst), penetapan upah minimum, dan penyelesaian
pertikaian perburuhan.
6. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta menuju perdamaian dunia,
menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya
berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional
biasa, mempercepat peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar,
serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya merugikan rakyat dan
negara.
7. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dalam waktu
sesingkat-singkatnya.

Keberhasilan Kabinet Sukiman adalah memerhatikan usaha memajukan perusahaan


kecil, memperhatikan kaum buruh dan memperluas Pendidikan dengan mendirikan berbagai
macam sekolah dan tingkatnya. Namun dibalik kesuksesanya adanya krisis moral yang
ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan
kegemaran akan barang-barang mewah dan Masalah Irian barat yang belum juga teratasi.
Pemerintahan Kabinet Soekiman akhirnya resmi berakhir pada tanggal 23 Februari 1952.
Kabinet ini kemudian digantikan oleh Kabinet Wilopo.
KABINET WILOPO

Kabinet Wilopo adalah kabinet ketiga setelah kabinet sukiman yang diumumkan pada
1 April 1952 dan memerintah hingga 3 Juni 1953. Kabinet ini termasuk kabinet zaken, yang
artinya kabinet yang jajarannya diisi oleh para tokoh ahli di dalam bidangnya dan bukan
merupakan representatif dari partai politik tertentu.

Kabinet Wilopo memiliki program kerja sebagai berikut :

1. Menyiapkan pelaksanaan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan


dewan-dewan daerah
2. Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
3. Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat
4. Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan meningkatkan produksi
nasional, termasuk bahan makanan rakyat
5. Melanjutkan usaha perubahan agraria
6. Menjalankan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah keamanan dengan
kebijaksanaan sebagai negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-
alat kekuasaan negara serta mengembangkan tenaga masyarakat untuk
menjamin keamanan dan ketenteraman
7. Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan
derajat kaum buruh guna menjamin proses perekonomian nasional
8. Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan
pengajaran
9. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan aktivitas yang sesuai
dengan kewajiban bangsa Indonesia dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan
sesuai dengan kepentingan nasional menuju perdamaian dunia
10. Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang
sebelumnya berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan
perjanjian internasional biasa, mempercepat peninjauan kembali persetujuan
hasil Konferensi Meja Bundar, serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang
pada kenyataannya merugikan rakyat dan negara
11. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dalam
waktu sesingkat-singkatnya
Kelebihan Kabinet ini salah satunya Kabinet Zaken. Langkah ini cukup efektif karena
para menteri lebih fokus menjalankan tugasnya serta kerja sama antar bidang berjalan dengan
baik. Namun ada beberapa hal yang membuat kabinet ini lengser seperti Peristiwa Tanjung
Morawa, Peristiwa 17 Oktober. Jatuhnya Kabinet Wilopo disebabkan oleh adanya mosi tidak
percaya yang dilontarkan oleh Serikat Tani Indonesia. Sehingga Wilopo harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden pada tanggal 3 Juni 1953.
Kabinet Ali Sastroamidjojo I

Kabinet Ali Sastroamidjojo adalah kabinet keempat setelah kabinet Wilopo yang
diumumkan pada 30 Juli 1953 dan memerintah hingga 24 Juli 1955. Kabinet ini didukung
oleh Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dan Nahdatul Ulama (NU).

Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 mempunyai program kerja sebagai berikut :

1. Memperbaharui tatanan politik untuk mengembalikan keamanan dan ketenteraman,


sehingga memungkinkan tindakan-tindakan yang tegas serta membangkitkan tenaga
rakyat.
2. Menyempurnakan hubungan antar alat-alat kekuasaan Negara.
3. Segera melaksanakan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
4. Menitikberatkan politik pembangunan dengan berbagai usaha untuk kepentingan
rakyat jelata.
5. Memperbaharui perundang-undangan agraria sesuai dengan kepentingan petani dan
rakyat kota.
6. Mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dan kaum pengangguran terlantar
untuk terlibat dalam lapangan pembangunan.
7. Memperbaiki pengawasan penggunaan uang negara
8. Memperbaharui politik desentralisasi dengan cara menyempurnakan perundang-
undangan dan mengusahakan pembentukan daerah otonomi menuju tingkatan
terbawah.
9. Menyusun aparatur pemerintahan yang efisien serta pembagian tenaga yang rasionil
dengan mengusahakan perbaikan taraf penghidupan pegawai.
10. Memberantas korupsi dari birokrasi.
11. Melengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk mencapai kembali
ketenagakerjaan sebesar-besarnya.
12. Mempercepat terbentuknya perundang-undangan nasional terutama dalam bidang
keamanan, kemakmuran, keuangan dan kewarganegaraan.
13. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk menuju perdamaian dunia.
14. Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya
berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional
biasa, mempercepat peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar,
serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya merugikan rakyat dan
negara.
15. Memperjuangkan dan mengusahakan kembali integrasi Irian Barat ke dalam
kekuasaan wilayah Republik Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya.
16. Mengusahakan penyelesaian terhadap berbagai perselisihan politik yang tidak dapat
diselesaikan dalam kabinet dengan menyerahkan keputusannya kepada parlemen.

Keberhasilan program kabinet ini berupa persiapan pemilu yang berhasil rampung.
Pemilu direncanakan akan dilakukan pada 29 September 1955, lalu kabinet ini juga membuat
hubungan Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Cina berupa Ali-baba dan
diselenggarakanya Konferensi Asia-Afrika (KAA). Ada beberapa permasalahan yang
menyebabkan jatuhnya Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 ini seperti Konflik internal antara
kabinet dan TNI-AD, konflik antara PNI dan NU, pemberontakan DI/TII, Konflik antara PNI
dan NU dan adanya Mosi tidak percaya dari Masyumi. Akhirnya Ali harus mengembalikan
mandat pada presiden Soekarno pada 24 Juli 1955.
Kabinet Burhanuddin Harahap

Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan kabinet koalisi yang terdiri dari beberapa
partai dan hampir merupakan kabinet Nasional, karena jumlah partai yang tergabung dalam
koalisi kabinet ini semua berjumlah 13 partai. Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi
walaupun terdapat banyak partai dalam kabinet ini, tetapi seakan-akan hanya menjadi
pelengkap saja. Selain itu, ada pihak yang menyebut kabinet ini sebagai kabinet Masyumi
karena Masyumi yang mendominasi kabinet ini. PNI tidak duduk kabinet ini, tetapi PNI
bersama-sama PIR Wongsonegoro, SKI, PKI dan Progresif bertindak sebagai oposisi.
Seakan-akan kabinet ini sebagai ganti kabinet Ali-Wongso-Arifin, karena pada masa Kabinet
Ali Sastroamidjojo I sebagai partai yang besar Masyumi untuk pertama kali tidak duduk
dalam kabinet tersebut dan bertindak sebagai oposisi. Kabinet ini diumumkan pada 11
Agustus 1955 dan bertugas sejak 12 Agustus 1955 hingga 3 Maret 1956.

Kabinet Burhanuddin Harahap memiliki program kerja sebagai berikut :

1. Mengembalikan kewibawaan (gezag) moril Pemerintah i.c. kepercayaan


Angkatan Darat dan masyarakat kepada Pemerintah.
2. Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
menyelenggarakan terbentuknya Parlemen yang baru...
3. Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam
tahun 1955 ini juga.
4. Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
5. Memberantas korupsi.
6. Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah
kekuasaan Republik Indonesia.
7. Memperkembangkan politik kerja sama Asia-Afrika, berdasarkan politik
bebas dan aktif menuju perdamaian.

Keberhasilan program kabinet ini yaitu berhasil menyelenggarakan Pemilu I, Berhasil


menyelesaikan konflik TNI-AD yaitu Presiden akhirnya mengangkat kembali A. H Nasution
sebagai KSAD. Tetapi setelah Pemilu I hubungan Dwi Tunggal Soekarno-Hatta semakin
renggang.
Kabinet Ali Sastroamidjojo II

Berbeda dengan Kabinet Ali sebelumnya yang bertugas selama dua tahun, Kabinet
Ali Sastroamidjojo 2 ini hanya mendapat mandat selama satu tahun saja, tepatnya pada
periode 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957. Partai pendukung kabinet Ali Sastroamidjojo II
adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdatul Ulama (NU).

Berikut program kabinet Ali Sastroamidjojo :

1. Pembatalan Konferensi Meja Bundar


2. Perjuangan Pembebasan Irian Barat
3. Melakukan pemulihan ketertiban, ekonomi, kesejahteraan buruh,
pembangunan, industri, perhubungan, pendidikan, dan pertanian.
4. Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika (KAA)

Keberhasilan program kabinet ini yaitu berhasil menerapkan otonomi Daerah,


perbaikan nasib buruh, penyehatan keuangan dan pembentukan ekonomi keuangan. Jatuhnya
kabinet ini disebabkan oleh gagal memaksa Belanda menyerahkan Irian Barat yang akhirnya
membatalkan KMB, munculnya sikap anti China di kalangan rakyat terhadap mereka yang
menduduki posisi penting dalam perdagangan dan munculnya sikap kritis dari daerah
terhadap pusat sehingga muncul gerakan sparatis. Hal ini membuat kabinet Ali II dibubarkan
pada 9 April 1957 dan digantikan oleh Kabinet Djuanda yang dipimpin oleh Ir. H. Djuanda
Kartawijaya.
Kabinet Djuanda

Kabinet Djuanda disebut juga Kabinet Karya adalah kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Presiden Soekarno. Kabinet ini diumumkan pada 8 April 1957 dan bertugas sejak 9
April 1957 hingga 6 Juli 1959. Kabinet ini merupakan salah satu kabinet zaken.

Kabinet ini dikenal dengan nama kabinet Panca Karya dengan programnya:

1. Membentuk Dewan Nasional.


2. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
3. Melanjutkan pembatalan Konferensi Meja Bundar.
4. Memperjuangkan Irian Barat.
5. Mempercepat pembangunan.

Keberhasilanya yang menggunakan sistem kabinet zaken, yaitu melibatkan orang-


orang yang ahli dalam bidangnya, berhasil mengajukan penetapan batas laut wilayah
Indonesia yang sebelumnya 3 mil menjadi 12 mil dari pulau terluar yang dikenal dengan
Deklarasi Djuanda. Namun ada beberapa kekurangan dari kabinet ini upaya pengembalian
Irian barat belum berhasil dan batas laut 12 mil dari pulau terluar baru dapat diterima oleh
negara-negara di dunia setelah tahun 1982 melalui Konvensi Hukum Laut PBB ke-3 di
Montego Bay (Jamaika).

Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada.
Dengan diumumkannya Dekrit Presiden, maka Indonesia kembali kepada UUD 1945
sedangkan UUDS sudah tidak berlaku lagi. Perubahan ini jelas sangat memberikan pengaruh
yang signifikan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sistem yang selama ini
menggunakan Parlementer, diganti dengan sistem presidensil. Sehingga dengan otomatis
ketika menggunakan sistem presidensil, maka Presiden memiliki peran sebagai kepala
Pemerintahan dan sekaligus juga sebagai kepala negara. Dan tentunya keberadaan Perdana
Menteri sudah tidak diperlukan lagi. Maka selanjutnya Djuanda dan Kebinetnya
mengembalikan mandat kepada Presiden sehingga Kabinet Djuanda pun berakhir.

Anda mungkin juga menyukai