Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN POLITIK ,

EKONOMI DAN PERUBAHAN


MASYARAKAT DI INDONESIA PADA
TAHUN 1950-1965
Standar Kompetensi

1.Menanalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya orde baru.
Kompetensi Dasar
1.4 Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia di tengah-tengah usaha mengisi kemerdekaan
Tujuan Pembelajaran
1.Membandingkan sistem dan struktur politik pada masa demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin. 2.Mendeskripsikan perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal. 3.Mendeskripsikan perkembangan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin.
PETA KONSEP
Kehidupan Politik

Demokrasi Liberal

Kehidupan Ekonomi

Kehidupan Politik
Demokrasi Terpimpin

Kehidupan Ekonomi
Perkembangan politik dan perubahan masyarakat di Indonesia dalam upaya mengisi
kemerdekaan.

Apa masa demokrasi liberal itu ?


Masa demokrasi Liberal :
Pada masa berlakunya Konstitusi RIS
( 1949 ) dan UUDS ( 1950 ) bangsa kita
melaksanakan pesta Demokrasi
Liberal dengan menggunakan sistem
pemerintahan secara parlementer, di
mana kepala negara adalah presiden
sedangkan kepala pemerintahan
dipimpin oleh Perdana Menteri dan
bertanggung jawab pada Parlemen
( DPR ). Pada masa itu situasi politik
tidak stabil karena sering terjadi nya
pergantian kabinet dan sering terjadi
pertentangan politik di antara partai-
partai yang ada.
Latar Belakang Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)

Kembalinya negara Indonesia ke bentuk kesatuan setelah sebelumnya


berbentuk serikat karena sebab-sebab berikut.
a. Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak sesuai dengan cita-cita
proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Pada umumnya masyarakat Indonesia tidak puas dengan hasil KMB
yang melahirkan negara RIS. Rakyat di berbagai daerah melakukan
kegiatankegiatan, seperti demonstrasi dan pemogokan untuk
menyatakan keinginannya agar bergabung dengan Republik Indonesia.
c. Dengan sistem pemerintahan federal berarti melindungi manusia
Indonesia yang setuju dengan penjajah Belanda.
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI

Dengan disetujuinya KMB pada tanggal 2 November 1949, di Indonesia terbentuklah satu negara federal yang
bernama Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari negara-negara bagian yaitu Republik Indonesia, negara
Sumatera Timur, negara Sumatera Selatan, Negara Pasundan, negara Jawa Timur, negara Madura, negara
Indonesia Timur, Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Biliton, Riau, dan Jawa Tengah. Masing-masing
Negara bagian mempunyai luas daerah dan penduduk yang berbeda. ( lihat Atlas Sejarah, hal. 24 )

Setelah berdirinya negara RIS, segera muncul usaha-usaha untuk membentuk kembali Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Rakyat di daerah-daerah melakukan kegiatan kegiatan seperti demonstrasi dan
pemogokan untuk menyatakan keinginannya agar bergabung dengan Republik Indonesia di Yogyakarta.

Bentuk nyata dari adanya pertentangan tersebut yaitu muncullah dua golongan berikut.
a. Golongan unitaris, yaitu golongan yang menghendaki negara kesatuan, dipimpin oleh Moh. Yamin
b. Golongan federalis, adalah golongan yang tetap menghendaki adanya negara serikat, dipimpin oleh
Sahetapy Engel.

Pertentangan ini dimenangkan oleh golongan unitaris. Pada tanggal 8 Maret 1950, pemerintah RIS dengan
persetujuan Parlemen dan Senat RIS mengeluarkan Undang Undang Darurat No. 11 tahun 1950 tentang “Tata
Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS”. Berdasarkan Undang-Undang Darurat tersebut berturut-turut
negara-negara bagian menggabungkan diri dengan Republik Indonesia, sehingga sampai tanggal 5 April 1950
negara RIS tinggal terdiri dari tiga negara bagian, yaitu:
a. Republik Indonesia (RI)
b. Negara Sumatra Timur (NST)
c. Negara Indonesia Timur (NIT)
Sementara itu pada tanggal 19 Mei 1950 dicapai kesepakatan antara Pemerintah Republik
Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia Serikat (NST dan NIT). Kesepakatan tersebut
dinamakan “Piagam Persetujuan” yang berisi sebagai berikut.
a. Kedua pemerintah sepakat untuk membentuk negara kesatuan sebagai penjelmaan Republik
Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Undang-Undang Dasar yang diperoleh dengan mengubah konstitusi RIS sedemikian rupa
sehingga prinsip-prinsip pokok UUD 1945 dan bagian-bagian yang baik dari konstitusi RIS
termasuk di dalamnya.
c. Dewan menteri harus bersifat parlementer.
d. Presiden adalah Presiden Sukarno, sedangkan jabatan wakil presiden akan dibicarakan lebih
lanjut.
e. Membentuk sebuah panitia yang bertugas menyelenggarakan persetujuan tersebut.

Sesuai dengan Piagam Persetujuan tersebut pemerintah Republik Indonesia dan RIS akan
membentuk panitia bersama. Panitia ini diketuai oleh Menteri Kehakiman RIS yaitu Prof. Dr. Mr.
Supomo dan Abdul Hamid dari pihak Republik Indonesia. Tugas pokoknya yaitu merancang
Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan. Rancangan tersebut berhasil disusun pada
tanggal 20 Juli 1950 untuk selanjutnya diserahkan kepada dewan perwakilan negara-negara
bagian untuk disempurnakan.

Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950 Rancangan UUD itu diterima baik oleh senat, parlemen
RIS, dan KNIP. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Sukarno menandatangani Rancangan UUD
tersebut menjadi UUD Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia atau lebih dikenal sebagai
UUDS 1950. Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi dibubarkan dan kita kembali
ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rakyat Indonesia merayakan tanggal 17 Agustus 1950 itu
dengan meriah sebagai ulang tahun kemerdekaan yang ke-5.
Kondisi Politik
Masa demokrasi liberal ditandai
dengan persaingan antar elit politik.
Akibat sering berganti maka keadaan
pemerintahan tidak stabil sama sekali
dan jatuhnya kabinet yang di ganti
kabinet baru dan rata-rata kabinet
hanya berumur satu tahun yang
pernah terdiri pada masa demokrasi
liberal.
Macam-macam kondisi politik :
• KABINET NATSIR (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

          Kabiet ini


dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri.
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin Masyumi, di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen
tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang sesuai.
          Kabinet ini merupakan kabinet dimana tokoh-tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Mr. Asaat, Ir. Djuanda, dan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, sehingga kabinet ini merupakan
Zaken Kabinet.

Program - program dari Kabinet Natsir, di antaranya meliputi :


mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante.
• mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta membentuk peralatan negara yang kuat dan
daulat.
• menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
• menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas anggota tentara dan gerilya dalam
masyarakat.
• memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.
• mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang
sehat.
• membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha meninggikan derajat kesehatan dan
kecerdasan rakyat
• Penerapan program benteng, yaitu pengusaha nasional golongan ekonomi lemah diberi bantuan kredit
• Pelaksanaan program industrialisasi (Rencana Sumitro)
• Pembentukan DPRD
• Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial ke
ekonomi nasional
• Indonesia masuk PBB
• Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya
mengenai masalah Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
• Pada penerapan Sumitro Plan, pengusaha nasional diberi bantuan kredit,
tetapi bentuan itu diselewengkan penggunaannya sehingga tidak mencapai
sasaran.
• Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami
jalan buntu (kegagalan).
• Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan
hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi
Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
• ·   Seringnya mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat kritikan
dari partai oposisi.
Berakhirnya kekuasaan kabinet   Natsir      : 
Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam
menyelesaikan masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI
menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS.
PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD
terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga
Kabinet Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
Kabinet Sukiman (27 april 1951-3 april 1952 )

Di pimpin oleh Wiryosanjoyo (masyumi).


Untuk membentuk kabinet natsir dengan
program :
1. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif
2. Perjuangan diplomasi merebut irian barat
3. Menjamin keamanan dan ketentraman
4. Mengusahakan kemakmuran rakyat
5. Persiapan Pemilu

Anda mungkin juga menyukai