Anda di halaman 1dari 6

KEHIDUPAN POLITIK

INDONESIA
- August 15, 2015

KEHIDUPAN POLITIK INDONESIA

AWAL KEMERDEKAAN (1945-1949)
1.    Keadaan kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih
belum stabil.
Ketidak setabilan ini di sebebkan oleh factor-faktor berikut .
A. Faktor intern (dari dalam), antara lain :
1. Adanya persaingan antar partai politik yang berbeda ideologi untuk menjadi partai     yang
paling berpengaruh di indonesia.
2. Adanya gangguan-gangguan keamanan dalam negeri.
3. Bangsa Indonesia masih mencari sistem pemerintahan yang cocok sehingga terjadi
perubahansistem pemerintahan.
B. Factor ekstern (dari luar), antara lain :
1. Kedatangan Sekutu (Inggris) yang di boncengi NICA (Belanda) yang ingin kembali menjajah
Indonesia,menimbulkan pertempuran di berbagai daerah.
2. Jepang masih mempertahankan status quo di wilayah Indonesia sampai Sekutu datang
sehingga sering terjadi peperangan antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang.

2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Kelengkapan Negara


a.  Pembentukan Lembaga Kementrian (Departemen)
Dalam UUD 1945 telah dicantumkan bahwa pemerintahan Republik Indonesia dijalankan
oleh presiden dan dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada presiden.
Presiden memiliki hak prerogatif di dalam mengangkat dan memberhentikan para
menterinya.

b.      Pembentukan Komite Nasional Indonesia dan Daerah


Dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945, wakil presiden Republik Indonesia
mengeluarkan Keputusan No.X yang isinya memberikan kekuasaan dan wewenang legislatif
kepada KNIP untuk ikut serta untuk menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
sebelum MPR terbentuk dalam pemilihan umum.

c. Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara


            Panitia kecil itu mengusulkan sebagai berikut :
1)   Rencana pembelaan negara dan Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang mengandung unsur politik perang, tidak dapat di terima.
2)    Tentara PETA pembela tanah air di Jawa dan Bali Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan
Karena merupakan organisasi buatan Jepang yang kedudukannya di dalam dunia
Internasional tidak memiliki ketentuan dan kekuatan hukum.
Alat Kelengkapan Keamanan Negara
1.    TKR (Tentara Keamannan  Rakyat). Yang di pimpin oleh Supriyadi (5 Oktober 1945).
2.    TKR ( Tentara Keamanan Rakyat) (1 januari 1946)
3.    TKR ( Tentara Keselamatan Rakyat) (26 januari 1946)
4.     TNI (Tentara Nasional Indonesia) (7 Juni 1947 )

d. Pembentukan Provinsi di Seluruh Wiayah Indonesia


Pada awalnya wilayah Indonesia dibagi 8 provinsi dan mengangkat Gubernur sebagai kepala
daerah. Gubernur-gubenrur yang diangkat antara lain :

Provinsi Sumatra, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah,
  
Provinsi Sunda Kecil ( Nusa Tenggara),  Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi, Provinsi
Kalimantan             

e.  Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Daerah


Ø  Lembaga Pemerintah Daerah ; Dipimpin oleh kepala daerah dan tugasnya menjalankan
pemerintahan atas daerah yang dikuasainya.
Ø  Lembaga Komite Nasional Daerah (KNI-D); Tuasnya membantu gubernur menjalankan tugas
dan kepengawasan dalam tugas-tugas gubernur sebelum terbentuknya DPR melalui
pemilihan umum.
Ø  Lembaga Teknis Daerah; lembaga ini disubut dengan Dinas, dan terdiri atas Badan Penelitian
dan Pengembangan, Badan Perencanaan, Lembaga Pengawasan, Badan Pendidikan dan
sebagainya.
Ø  Dinas Daerah; lembaga ini merupakan unsure pelaksana dari pemerintah daerah yang
menyeenggarakan urusan-urusan rumah tangga daerah itu sendiri.
Ø  Wakil Kepala Daerah; merupakan pembantu kepala daerah yang menjalankan tugas dan
wewenangnya sehari-hari.
Ø  Sekaertariat Daerah; Tugasnya membatu Kepala Daerah di dalam
menyelenggarakan  pemerintahan atas daerah yang di perintahnya.

3.Politik Luar Negri


Pada awal kemerdekaan, politik luar negeri Indonesia difokuskan pada bagaimana
memperoleh pengakuan dari negara lain atas kemerdekaannnya.  Pada tanggal 18 Agustus
1945 Undang-Undang Dasar 1945 disahkan. Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat
berbunyi “....melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”. Kemudian mencetuskan politik BEBAS AKTIF. Bebas yang berarti bahwa
Indonesia bebas untuk bertindak menurut dirinya sendiri dan tidak dipengaruhi oleh pihak
manapun dan aktif dimana Indonesia aktif menjaga perdamaian dunia.
DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)
1.    Pada masa demokrasi liberal kondisi politik bangsa Indonesia menggalami ketidakstabilan
( kekacauan ).
A. Ketidakstabilan politik ini disebabkan karena :
a.       Parlemen ( DPR ) tidak mampu menjalankan tugasnya untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat. Yang terjadi hanyalah pertarungan antar partai politik untuk mendapatkan kekuasaan (
berkuasa memimpin pemerintahan /Kabinet ).
b.      Sering terjadi pergantian kabinet. Dalam kurun waktu kurang lebih 9 tahunan telah terjadi 7
kali pergantian kabinet ( pemerintahan ), ini berarti umur kabinet rata – rata 15 bulan.
Akibatnya kehidupan politik menjadi tidak stabil.
c.       Konstituante sebagai badan yang dipilih oleh rakyat dengan tugas membentuk UUD yang
baru ternyata juga mengalami kegagalan. Hal ini desebabkan karena dalam badan tersebut
hanya diisi dengan perdebatan antar partai politik dengan ideologi yang berbeda – beda
( agama, nasionalis dan komunis ) masing – masing partai ingin menonjolkan paham /
ideologi partainya sendiri - sendiri.
B. Usaha untuk mengatasi ketidakstabilan politik dalam tubuh Dewan Konstituante tersebut pada
bulan Pebruari 1957 Presiden Soekarno mengajukan sebuah gagasan politik (Konsepsi Presiden)
yang berisi :
·       Sistim demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan menawarkan perubahan ke
arah sistim demokrasi terpimpin
·       Perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong yang menampung semua golongan
·       Pembentukan Dewan Nasional yang bertugas memberi nasehat kepada kabinet.

2.    Pemilu
Pemilihan umum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan tahun 1945 adalah tahun
1955. Pemilu diadakan dalam dua periode, yaitu pada 29 September masyarakat
memilih anggota DPR, kemudianpada periode kedua pada 15 Desember memilih
anggota Konstituante. Tak kurang dari 80 partai politik, organisasi massa, dan puluhan
perorangan ikut serta mencalonkan diri. Pemilu ini menghasilkan angggota DPR
sebanyak 272 orang, 17 fraksi yang mewakili 28 partai peserta pemilu, organisasi, dan
perkumpulan pemilih. Sedangkan anggota Konstituante berjumlah 542 orang.

3.    Politik Luar Negeri


Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi liberal (Pemerintahan
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) sejak tahun 1949-1959) adalah sebagai berikut:
Ø  Pada masa cabinet Mohammad Hatta (Kabinet Republik Indonesia Serikat/ RIS) politik luar
negeri Indonesia di titik beratkan pada Negara Asia dan Negara Barat, karena kepentingan
Indonesia masih terkait dengan Eropa. Peranan hasil Indonesia masih terpusat di negeri
Belanda dan Eropa Barat.
Ø  Pada masa Kabinet Sukiman, politik luar negeri Indonesia lebih cenderung memihak Amerika
Serikat. Terbukti dengan ditandatangani kerjasama ekonomi, teknik, dan persenjataan antara
Menteri Luar Negeri yakni Ahmad Soebarjo dengan Duta Besar Amerika yakni Merle
Cochran dalam bentuk “Mutual Security Act” pada tahun 1952. Kerjasama tersebut mendapat
reaksi dari berbagai pihak karena dianggap telah memasuki Indonesia ke Blok Barat.
Ø  Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo Pertama, politik luar negeri Indonesia lebih condong
kerjasama dengan Negara Asia dan Negara Afrika. Terbukti dengan dilaksanakan Konferensi
Tingkat Tinggi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.
Ø  Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap sampai lahirnya Dekrit Presiden pada tahun 1959,
politik luar negeri Indonesia mulai bersifat bebas aktif terbukti: Pertama, Indonesia menjalin
hubungan baik dengan Negara blok Barat seperti Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Bahkan pada tahun 1956, Indonesia memperoleh bantuan bahan makanan dari Amerika
Serikat senilai US$96.700.000. dan Presiden Soekarno pada bulan Maret 1956, berkunjung
ke Amerika Serikat atas undangan Presiden John F. Kennedy. Kedua, Indonesia juga
menjalin blok Timur. Pada bulan Agustus 1956, Presiden Soekarno berkunjung ke Uni Soviet
dan mendapat bantuan ekonomi dari Uni Soviet senilai US$ 100.000.000, selain itu, Presiden
Soekarno juga berkunjung ke daerah bagian Uni Soviet yakni Cekoslowakia, Kuba, dan
Republik Rakyat Cina.

4. Kabinet-kabinet pada masa demokrasi liberal :


1.  Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
       Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketenteraman
       Konsolidasi dan menyernpurnakain susunan pemerintahan
       Menyempurnakan organisasi angkatan Perang
       Mengembangkan dan memperkokoh ekonomi rakyat
       Memperjuangkan penyelesaian Irian Barat
2.Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)
       Menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai recana untuk menjamin keamanan dan
ketertiban.
       Mengusahakan kemakmuran rakyat
       Mempersiapkan pemilihan umum
       Mempersiapkan undang-undang perburuhan
       Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
       Memperjuangkan Irian Barat
3.Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 2 Juni 1953)
       Melaksanakan pemilihan umum
       Memajukan tingkat penghidupan rakyat
       Mengatasi keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara
       Melengkapi undang-undang perburuhan
       Mempercepat usaha perbaikan dan pembaharuan pendidikan dan pengajaran
       Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif, menyelesaikan hubungan Uni Indonesia -
Belanda atas dasar negara merdeka dan meneruskan perjuangan pengembalian Irian Barat
4.Kabinet Ali Sastroamijoyo, 1 adalah sebagai berikut:
       Program dalam negeri, mencakup soal keamanan, pemilu, kemakmuran dankeuangan,
organisasi negara, dan perundang-undangan.
       program luar negeri, meliputi pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif dan
pengembalian Irian Barat
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)
Kabinet Ali I digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap dari masyumi, dengan
programnya sebagai berikut :
       Mengembalikan kewibawaan pemerintah
       Melaksanakan pemilihan umum
       Menangani masalah desentralisasi, inflasi dan pemberantasan korupsi
       Pengembalian Irian Barat
       Melaksanakan kerja sama Asia - Afrika berdasarkan politik bebas aktif
Prestasi yang menonjol dari kebinet ini adalah:
       Berhasil melaksanakan pemilu pertama bagi Indonesia
       Pembubaran Uni Indonesia – Belanda
6.Kabinet Ali Sastroamijoyo 11 (20 Maret - 4 Maret 1957)
Program kabinet Ali Sastroamijoyo 11 adalah sebagai berikut
       Pembatalan KMB
       Pengembalian Irian Barat
       Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
       Meneruskan kerja sama negara-negara Asia Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan
KAA di Bandung tahun 1955.
       Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957 dibentuk Panitia Negara untuk
menyelidiki Organisasi Kementerian-kementerian atau Panitia Organisasi
Kementerian (PANOK) sebagai pengganti Kantor Urusan Pegawai (KUP) serta ikut
dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang bertugas menyempurnakan
administratur negara atau birokrasi keduanya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada perdana menteri.

7.Kabinet Juanda (9 April 1957 - 5 Juli 1959)


Kabinet A II digantikan oleh Kabinet Juanda. Program Kabinet Juanda dikenal dengan nama
“Panca Karya” antara lain sebagai berikut :
       Membentuk Dewan Nasional
       Normalisasi keadaan politik
       Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
       Perjuangan mengembalian Irian Barat
       Memperingati pembangunan
Kabinet ini berakhlr dengan dikeluarkan Dekrit Presiden 6 Juli 1959.

4.              Latar belakang keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dalam waktu – waktu yang kritis ketika Konstituante tidak mampu menjalankan tugasnya,
keadaan ketatanegaraan dianggap membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya
pemberontakan yang ditumpangi intervensi tertutup kekuatan asing. Presiden Soekarno dan
TNI muncul sebagai kekuatan politik yang diharapkan dapat mengatasi masalah nasional
tersebut.
Demi keselamatan Negara dan berdasarkan hukum keadaan bahaya bagi Negara pada hari
Minggu, 5 Juli 1959 jam 17.00 bertempat di Istana Merdeka dalam upacara resmi Presiden
Soekarno mengumumkan sebuah Dekrit Presiden.
Dekrit ini berisi :
a.       Pembubaran Konstituante
b.      Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
c.       Segera dibentuk MPRS dan DPAS

Dekrit 5 Juli tidak saja mendapat sambutan baik dari masyarkat yang hamper selama 10
tahun dalam kegoncangan Jaman Liberal telah mendambakan stabilitas politik, melainkan
juga dibenarkan dan diperkuat oleh Mahkamah Agung. Dekrit ini juga didukung oleh jajaran
TNI.

Anda mungkin juga menyukai