Anda di halaman 1dari 9

KEHIDUPAN POLITIK INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN

SAMPAI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI TERPIMPIN

AWAL KEMERDEKAAN (1945-1949)


1. Keadaan kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih belum
stabil.
Ketidak setabilan ini di sebebkan oleh factor-faktor berikut .
A. Faktor intern (dari dalam), antara lain :
1. Adanya persaingan antar partai politik yang berbeda ideologi untuk menjadi partai yang paling
berpengaruh di indonesia.
2. Adanya gangguan-gangguan keamanan dalam negeri.
3. Bangsa Indonesia masih mencari sistem pemerintahan yang cocok sehingga terjadi
perubahansistem pemerintahan.
B. Factor ekstern (dari luar), antara lain :
1. Kedatangan Sekutu (Inggris) yang di boncengi NICA (Belanda) yang ingin kembali menjajah
Indonesia,menimbulkan pertempuran di berbagai daerah.
2. Jepang masih mempertahankan status quo di wilayah Indonesia sampai Sekutu datang sehingga
sering terjadi peperangan antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang.

2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Kelengkapan Negara


a. Pembentukan Lembaga Kementrian (Departemen)
Dalam UUD 1945 telah dicantumkan bahwa pemerintahan Republik Indonesia dijalankan oleh
presiden dan dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. Presiden
memiliki hak prerogatif di dalam mengangkat dan memberhentikan para menterinya.
Departemen-departemen yang dibentuk beserta menteri-menteri yang diangkat adalah sebagai
berikut :

 Departemen Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah,


 Departemen Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo,
 Departemen Keuangan : Mr. A.A Maramis,
 Departemen Kehakiman : Prof. Mr. Dr. Soepomo,
 Departemen Kemakmuran : Ir. Surahman T. Adisurjo,
 Departemen Keamanan Rakyat : Supriyadi,
 Departemen Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmodjo,
 Departemen Pengajaran : Ki Hajar Dewantara,
 Departemen Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin,
 Departemen Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri,
 Departemen Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso,
 · Departemen Perhubungan (a.i) : Abikusno Tjokrosujoso
b. Pembentukan Komite Nasional Indonesia dan Daerah
Dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945, wakil presiden Republik Indonesia
mengeluarkan Keputusan No.X yang isinya memberikan kekuasaan dan wewenang legislatif
kepada KNIP untuk ikut serta untuk menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
sebelum MPR terbentuk dalam pemilihan umum.

Dalam rapat PPKI tanggal 22 Agustus 1945 Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut :
1) KNI (Komite Nasional Indonesia) berfungsi sebagai dewan perwakilan rakyat sebelum
dilaksanakannya pemilihan umum (pemilu).
2) PNI (Partai Nasional Indonesia) dirancang menjadi partai tunggal negara Republik Indonesia,
tetapi dibatalkan.
3) BKR (Badan Keamanan Rakyat) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum pada tiap-tiap
daerah.

pada tanggal 03 November 1945 pemerintah mengeluarkan Maklumat Politik sebagai berikut :
1) Pemerintah menghendaki adanya partai-partai politik,karna partai politik itu dapat membuka
jalan buat semua aliran atau paham yang ada dalam masyarakat.
2) Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun sebelum di laksankannya
pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari 1946.

Akibat dikeluarkannya maklumat pemerintah 3 november 1945, di Indonesia akhirnya muncul


banyak partai politik, seperti :
- Majelis Syuro Muslimin Indonesian (Masyumi), dipimpin oleh Dr.Soekiman Wirdjosandjodjo.
- Partai Komunis Indonesia , dipimpin oleh Mr. Moh. Yusuf.
- Partai Buruh Indonesia , dipimpin oleh Njono.
- Partai Rakyat jelata , dipimpin oleh Sutan Dewanis .
- Partai Kristen Indonesia , dipimpin oleh Ds. Probowinoto.
- Partai Sosialis Indonesia , dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin.
- Partai Rakyat Sosialis, dipimpin oleh Sutan Syahrir.
- Partai Katolik Indonesia, dipimpin oleh I.J. Kasimo.
- Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia, dipimpin oleh J.B.Assa.
- Partai Nasional Indonesia , dipimpin oleh Sidik Djodjosukarto

c. Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara


Panitia kecil itu mengusulkan sebagai berikut :
1) Rencana pembelaan negara dan Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang mengandung unsur politik perang, tidak dapat di terima.
2) Tentara PETA pembela tanah air di Jawa dan Bali Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan
Karena merupakan organisasi buatan Jepang yang kedudukannya di dalam dunia Internasional
tidak memiliki ketentuan dan kekuatan hukum.
Alat Kelengkapan Keamanan Negara
1. TKR (Tentara Keamannan Rakyat). Yang di pimpin oleh Supriyadi (5 Oktober 1945).
2. TKR ( Tentara Keamanan Rakyat) (1 januari 1946)
3. TKR ( Tentara Keselamatan Rakyat) (26 januari 1946)
4. TNI (Tentara Nasional Indonesia) (7 Juni 1947 )

d. Pembentukan Provinsi di Seluruh Wiayah Indonesia


Pada awalnya wilayah Indonesia dibagi 8 provinsi dan mengangkat Gubernur sebagai kepala
daerah. Gubernur-gubenrur yang diangkat antara lain :

Provinsi Sumatra, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Sunda Kecil ( Nusa Tenggara), Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi, Provinsi
Kalimantan

e. Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Daerah


Ø Lembaga Pemerintah Daerah ; Dipimpin oleh kepala daerah dan tugasnya menjalankan
pemerintahan atas daerah yang dikuasainya.
Ø Lembaga Komite Nasional Daerah (KNI-D); Tuasnya membantu gubernur menjalankan tugas
dan kepengawasan dalam tugas-tugas gubernur sebelum terbentuknya DPR melalui pemilihan
umum.
Ø Lembaga Teknis Daerah; lembaga ini disubut dengan Dinas, dan terdiri atas Badan Penelitian dan
Pengembangan, Badan Perencanaan, Lembaga Pengawasan, Badan Pendidikan dan sebagainya.
Ø Dinas Daerah; lembaga ini merupakan unsure pelaksana dari pemerintah daerah yang
menyeenggarakan urusan-urusan rumah tangga daerah itu sendiri.
Ø Wakil Kepala Daerah; merupakan pembantu kepala daerah yang menjalankan tugas dan
wewenangnya sehari-hari.
Ø Sekaertariat Daerah; Tugasnya membatu Kepala Daerah di dalam
menyelenggarakan pemerintahan atas daerah yang di perintahnya.

3.Politik Luar Negri


Pada awal kemerdekaan, politik luar negeri Indonesia difokuskan pada bagaimana memperoleh
pengakuan dari negara lain atas kemerdekaannnya. Pada tanggal 18 Agustus 1945 Undang-
Undang Dasar 1945 disahkan. Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat berbunyi
“....melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”. Kemudian mencetuskan politik BEBAS AKTIF. Bebas yang berarti bahwa Indonesia
bebas untuk bertindak menurut dirinya sendiri dan tidak dipengaruhi oleh pihak manapun dan
aktif dimana Indonesia aktif menjaga perdamaian dunia.

DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)


1. Pada masa demokrasi liberal kondisi politik bangsa Indonesia menggalami ketidakstabilan (
kekacauan ).
A. Ketidakstabilan politik ini disebabkan karena :
a. Parlemen ( DPR ) tidak mampu menjalankan tugasnya untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat. Yang terjadi hanyalah pertarungan antar partai politik untuk mendapatkan kekuasaan (
berkuasa memimpin pemerintahan /Kabinet ).
b. Sering terjadi pergantian kabinet. Dalam kurun waktu kurang lebih 9 tahunan telah terjadi 7 kali
pergantian kabinet ( pemerintahan ), ini berarti umur kabinet rata – rata 15 bulan. Akibatnya
kehidupan politik menjadi tidak stabil.
c. Konstituante sebagai badan yang dipilih oleh rakyat dengan tugas membentuk UUD yang baru
ternyata juga mengalami kegagalan. Hal ini desebabkan karena dalam badan tersebut hanya diisi
dengan perdebatan antar partai politik dengan ideologi yang berbeda – beda ( agama, nasionalis
dan komunis ) masing – masing partai ingin menonjolkan paham / ideologi partainya sendiri -
sendiri.
B. Usaha untuk mengatasi ketidakstabilan politik dalam tubuh Dewan Konstituante tersebut pada bulan Pebruari 1957
Presiden Soekarno mengajukan sebuah gagasan politik (Konsepsi Presiden) yang berisi :
· Sistim demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan menawarkan perubahan ke arah sistim
demokrasi terpimpin
· Perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong yang menampung semua golongan
· Pembentukan Dewan Nasional yang bertugas memberi nasehat kepada kabinet.

2. Pemilu
Pemilihan umum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan tahun 1945 adalah tahun 1955. Pemilu
diadakan dalam dua periode, yaitu pada 29 September masyarakat memilih anggota DPR,
kemudianpada periode kedua pada 15 Desember memilih anggota Konstituante. Tak kurang dari 80
partai politik, organisasi massa, dan puluhan perorangan ikut serta mencalonkan diri. Pemilu ini
menghasilkan angggota DPR sebanyak 272 orang, 17 fraksi yang mewakili 28 partai peserta pemilu,
organisasi, dan perkumpulan pemilih. Sedangkan anggota Konstituante berjumlah 542 orang.

3. Politik Luar Negeri


Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi liberal (Pemerintahan Republik
Indonesia Serikat (RIS) dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak
tahun 1949-1959) adalah sebagai berikut:
Ø Pada masa cabinet Mohammad Hatta (Kabinet Republik Indonesia Serikat/ RIS) politik luar
negeri Indonesia di titik beratkan pada Negara Asia dan Negara Barat, karena kepentingan
Indonesia masih terkait dengan Eropa. Peranan hasil Indonesia masih terpusat di negeri Belanda
dan Eropa Barat.
Ø Pada masa Kabinet Sukiman, politik luar negeri Indonesia lebih cenderung memihak Amerika
Serikat. Terbukti dengan ditandatangani kerjasama ekonomi, teknik, dan persenjataan antara
Menteri Luar Negeri yakni Ahmad Soebarjo dengan Duta Besar Amerika yakni Merle Cochran
dalam bentuk “Mutual Security Act” pada tahun 1952. Kerjasama tersebut mendapat reaksi dari
berbagai pihak karena dianggap telah memasuki Indonesia ke Blok Barat.
Ø Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo Pertama, politik luar negeri Indonesia lebih condong
kerjasama dengan Negara Asia dan Negara Afrika. Terbukti dengan dilaksanakan Konferensi
Tingkat Tinggi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.
Ø Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap sampai lahirnya Dekrit Presiden pada tahun 1959,
politik luar negeri Indonesia mulai bersifat bebas aktif terbukti: Pertama, Indonesia menjalin
hubungan baik dengan Negara blok Barat seperti Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Bahkan pada tahun 1956, Indonesia memperoleh bantuan bahan makanan dari Amerika Serikat
senilai US$96.700.000. dan Presiden Soekarno pada bulan Maret 1956, berkunjung ke Amerika
Serikat atas undangan Presiden John F. Kennedy. Kedua, Indonesia juga menjalin blok Timur.
Pada bulan Agustus 1956, Presiden Soekarno berkunjung ke Uni Soviet dan mendapat bantuan
ekonomi dari Uni Soviet senilai US$ 100.000.000, selain itu, Presiden Soekarno juga berkunjung
ke daerah bagian Uni Soviet yakni Cekoslowakia, Kuba, dan Republik Rakyat Cina.
4. Kabinet-kabinet pada masa demokrasi liberal :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
 Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketenteraman
 Konsolidasi dan menyernpurnakain susunan pemerintahan
 Menyempurnakan organisasi angkatan Perang
 Mengembangkan dan memperkokoh ekonomi rakyat
 Memperjuangkan penyelesaian Irian Barat
2.Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)
 Menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai recana untuk menjamin keamanan dan
ketertiban.
 Mengusahakan kemakmuran rakyat
 Mempersiapkan pemilihan umum
 Mempersiapkan undang-undang perburuhan
 Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
 Memperjuangkan Irian Barat
3.Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 2 Juni 1953)
 Melaksanakan pemilihan umum
 Memajukan tingkat penghidupan rakyat
 Mengatasi keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara
 Melengkapi undang-undang perburuhan
 Mempercepat usaha perbaikan dan pembaharuan pendidikan dan pengajaran
 Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif, menyelesaikan hubungan Uni Indonesia - Belanda
atas dasar negara merdeka dan meneruskan perjuangan pengembalian Irian Barat
4.Kabinet Ali Sastroamijoyo, 1 adalah sebagai berikut:
 Program dalam negeri, mencakup soal keamanan, pemilu, kemakmuran dankeuangan,
organisasi negara, dan perundang-undangan.
 program luar negeri, meliputi pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif dan
pengembalian Irian Barat
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)
Kabinet Ali I digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap dari masyumi, dengan programnya
sebagai berikut :
 Mengembalikan kewibawaan pemerintah
 Melaksanakan pemilihan umum
 Menangani masalah desentralisasi, inflasi dan pemberantasan korupsi
 Pengembalian Irian Barat
 Melaksanakan kerja sama Asia - Afrika berdasarkan politik bebas aktif
Prestasi yang menonjol dari kebinet ini adalah:
 Berhasil melaksanakan pemilu pertama bagi Indonesia
 Pembubaran Uni Indonesia – Belanda
6.Kabinet Ali Sastroamijoyo 11 (20 Maret - 4 Maret 1957)
Program kabinet Ali Sastroamijoyo 11 adalah sebagai berikut
 Pembatalan KMB
 Pengembalian Irian Barat
 Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
 Meneruskan kerja sama negara-negara Asia Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan
KAA di Bandung tahun 1955.
 Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957 dibentuk Panitia Negara untuk
menyelidiki Organisasi Kementerian-kementerian atauPanitia Organisasi
Kementerian (PANOK) sebagai pengganti Kantor Urusan Pegawai (KUP) serta ikut
dibentuk Lembaga Administrasi Negara(LAN) yang bertugas menyempurnakan administratur
negara atau birokrasi keduanya berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaperdana menteri.

7.Kabinet Juanda (9 April 1957 - 5 Juli 1959)


Kabinet A II digantikan oleh Kabinet Juanda. Program Kabinet Juanda dikenal dengan nama
“Panca Karya” antara lain sebagai berikut :
 Membentuk Dewan Nasional
 Normalisasi keadaan politik
 Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
 Perjuangan mengembalian Irian Barat
 Memperingati pembangunan
Kabinet ini berakhlr dengan dikeluarkan Dekrit Presiden 6 Juli 1959.

4. Latar belakang keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dalam waktu – waktu yang kritis ketika Konstituante tidak mampu menjalankan tugasnya,
keadaan ketatanegaraan dianggap membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya
pemberontakan yang ditumpangi intervensi tertutup kekuatan asing. Presiden Soekarno dan TNI
muncul sebagai kekuatan politik yang diharapkan dapat mengatasi masalah nasional tersebut.
Demi keselamatan Negara dan berdasarkan hukum keadaan bahaya bagi Negara pada hari
Minggu, 5 Juli 1959 jam 17.00 bertempat di Istana Merdeka dalam upacara resmi Presiden
Soekarno mengumumkan sebuah Dekrit Presiden.
Dekrit ini berisi :
a. Pembubaran Konstituante
b. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
c. Segera dibentuk MPRS dan DPAS

Dekrit 5 Juli tidak saja mendapat sambutan baik dari masyarkat yang hamper selama 10 tahun
dalam kegoncangan Jaman Liberal telah mendambakan stabilitas politik, melainkan juga
dibenarkan dan diperkuat oleh Mahkamah Agung. Dekrit ini juga didukung oleh jajaran TNI.

DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966)


1. Kehidupan politik
Pada masa demokrasi terpimpin kekuasaan presiden sangat besar sehingga cenderung ke arah
otoriter. Akibatnya sering terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945. Berikut ini beberapa
penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 yg terjadi semasa demokrasi terpimpin :
a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959.
b. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden.
c. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu tahun 1955.
d. GBHN yg bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yg berjudu; '' Penemuan
Kembali Revolusi Kita '' ditetapkan oleh DPA bukan MPRS.
e. Pengangkat presiden seumur hidup.

2. Politik Luar Negeri Masa Demokrasi Terpimpin.


Masa awal pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, politik luar negeri Indonesia masih bersifat bebas
dan aktif, hal ini dapat dilihat dari:
Ø Pengiriman pasukan perdamaian Garuda Kedua ke Kongo (Afrika) untuk bergabung dengan
Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa yakni UNOC (United Nations Operation for
Congo).
Ø Pidato Presiden Soekarno dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 30
September 1960 yang berjudul “To Bilt The World A New” yang menguraikan tentang
Pancasila, masalah Irian Barat (sekarang: Papua), kolonialisme, peredaran perang dingin, dan
perbaikan struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ø Indonesia ikut memprakasai berdirinya Gerakan Non Blok tahun 1961
Ø Indonesia berhasil melaksanakan Asia Games Keempat di Jakarta tahun 1962.
Ø Indonesia berhasil melaksanakan Ganefo meskipun pemenangnya mayoritas dari blok Timur
(Belanda ikut serta dalam Ganefo tersebut).

Sedangkan pada masa akhir pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, politik luar negeri Indonesia
sangat jelas berpihak ke Blok Komunis, terbukti:
Ø Indonesia berhubungan akrab dengan Uni Soviet, Republik Rakyat Cina, Kuba, Korea Utara,
Mongolia, dan Negara komunis lainnya.
Ø Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah Malaysia terpilih sebagai anggota
Dewan Keamanan Tidak Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kemudian Indonesia membentuk
Blok Baru yang dikenal dengan: Poros Jakarta-Pnompenh-Hanoi-Peking (Sekarang: Beijing)-
Pyongyang.
a. Oldefo dan Nefo
Oldefo ( The Old Estabilished Force ), yaitu dunia lama yg sudah mapan ekonominya,
khususnya negara-negara Barat yg kapitalis.
Nefo ( The New Emerging Forces ) ,yaitu negara-negara baru. Indonesia menjauhkan diri dari
negara-negara kelitalis (Blok Oldefo) dan menjalin kerjasama dengan negara-negara komunis
(Blok Nefo). Hal ini terlihat dengan terbentuknya Poros Jakarta - Peking (Indonesia-China) dan
Poros Jakarta - PnomPenh - Hanoi - Peking - Pyongyang ( Indonesia - Kamboja - Vietnam Utara
- Cina - Korea Utara ).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa poros Jakarta-Peking dilaksanakan antara lain:
1. Konfrontasi dengan Malaysia membuat Indonesia membutuhkan bantuan militer maupun logistik mengingat
Malaysia didukung penuh oleh Inggris sehingga Indonesia pun harus mencari negara besar yang bisa mendukung
Indonesia dan juga bukan sekutu dari Inggris salah satu negara yang dimaksud adalah China
2. Posisi negara Indonesia sebagai negara yang baru merdeka membuat Indonesia membutuhkan banyak bantuan
modal asing, namun bila menggantungkan diri pada negara besar seperti USA dan Inggris akan membuat Indonesia
semakin sulit karena besrnya bunga dan persyaratan yang memberatkan sehingga Indonesia perlu mencari negara
donor yang mampu memberikan bantuan dengan persyaratan yang mudah yaitu China dan Uni Soviet
3. Ketidak adilan PBB terhadap negara-negara yang baru merdeka seperti Indonesia membuat Indonesia
membutuhkan bantuan suara di PBB, sehinggga kerjasama dengan China dan Uni Soviet yang merupakan Dewan
Keamanan PBB akan membuat suara Indonesia didengar oleh PBB.

 Konfrontasi dengan Malaysia.


Pada tahun 1961 mencul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia yg terdiri dari
Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana tersebut di tentang
oleh Presiden Soekarno karena diangga sebagai proyek neokolonialisme yg dapat
membahayakan revolusi Indonesia yg belum selesai. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964
Presiden Soekarno mengeluakan Dwi Komando Rakyat ( Dwikora), isinya :
1). Perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan
2). Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaysia,Singapura,Serawak,Sabah, dan Brunei untuk
memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.

Ditengah situasi konflik Indonesia - Malaysia, Malaysia di calonkan sebagai anggota


tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Masalah ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno.
Namun akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Terpilihnya Malaysia tersebut mendorong Indonesia keluar dari PBB. Secara resmi Indonesia
keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965

.
3.Partai Politik
1. Partai politik dianggap sebagai sebuah penyakit yang lebih parah daripada perasaan kesukuan
dan kedaerahan.
2. partai-partai lainnya dihimpun oleh Soekarno dengan menggunakan suatu ikatan kerjasama yang
didominasi oleh sebuah ideologi.
3. partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang
diwakilinya.
4. Partai politik tidak mempunyai peran besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-tahun
awal Demokrasi Terpimpin.
5. golongan komunis memainkan peranan penting dan temperamen yang tinggi.
6. semua partai politik wajib menyatakan dukungan terhadap gagasan presiden pada segala
kesempatan serta mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu bentuk yang sesuai dengan
doktrin presiden.
7. Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak belakang dengan konsepsi Soekarno.
8. Pada masa itu kekuasaan memang berpusat pada tiga kekuatan yaitu, Soekarno, TNI-Angkatan
Darat, dan PKI.
Hubungan antara PKI dan Soekarno sendiri pada masa Demokrasi Terpimpin dapat
dikatakan merupakan hubungan timbal balik. PKI memanfaatkan popularitas Soekarno untuk
mendapatkan massa. Pada bulan Mei 1963, MPRS mengangkatnya menjadi presiden seumur
hidup. Keputusan ini mendapat dukungan dari PKI. Sementara itu di unsur kekuatan lainnya
dalam Demokrasi Terpimpin, TNI-Angkatan Darat, melihat perkembangan yang terjadi antara
PKI dan Soekarno, dengan curiga. Terlebih pada saat angkatan lain, seperti TNI-Angkatan
Udara, mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini dianggap sebagai sebuah upaya untuk
menyaingi kekuatan TNI-Angkatan Darat dan memecah belah militer untuk dapat ditunggangi.
Keretakan hubungan antara Soekarno dengan pemimpin militer pada akhirnya muncul. Keadaan
ini dimanfaatkan PKI untuk mencapai tujuan politiknya. Sikap militan yang radikal yang
ditunjukkan PKI melalui agitasi dan tekanan-tekanan politiknya yang semakin meningkat,
membuat jurang permusuhan yang terjadi semakin melebar. Konflik yang terjadi itu kemudian
mencapai puncaknya pada pertengahan bulan September tahun 1965.
Pembubaran tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara diterapkannya Penerapan
Presiden (Penpres) yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember 1959. Peraturan tersebut
menyangkut persyaratan partai, sebagai berikut:
1) Menerima dan membela Konstitusi 1945 dan Pancasila
2) Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita politiknya
3) Menerima bantuan luar negeri hanya seizin pemerintah
4) Partai-partai harus mempunyai cabang-cabang yang terbesar paling sedikit di seperempat jumlah
daerah tingkat I dan jumlah cabang-cabang itu harus sekurang-kurangnya seperempat dari
jumlah daerah tingkat II seluruh wilayah Republik Indonesia
5) Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai
6) Presiden berhak membubarkan partai, yang programnya diarahkan untuk merongrong politik
pemerintah atau yang secara resmi tidak mengutuk anggotanya partai, yang membantu
pemberontakan
Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai yang diakui dan dianggap memenuhi
prasyarat di atas. Melalui Keppres No. 128 tahun 1961, partai-partai yang diakui adalah PNI,
NU, PKI, Partai Katolik, Partai Indonesia, Partai Murba, PSII dan IPKI. Sedangkan Keppres No.
129 tahun 1961 menolak untuk diakuinya PSII Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng
Lalo dan partai rakyat nasional Djodi Goondokusumo. Selanjutnya melalui Keppres No. 440
tahun 1961 telah pula diakui Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Persatuan Tarbiyah Islam
(Perti).

Anda mungkin juga menyukai