Anda di halaman 1dari 21

KOMPETENSI DASAR

3.3 MENGANALISIS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI


BANGSA INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI MASA
DEMOKRASI LIBERAL
Kelompok 2 :
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK PADA
MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI MASA
DEMOKRASI LIBERAL
AWAL KEMERDEKAAN (1945-1949)
1. Keadaan kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih belum stabil.

Ketidak setabilan ini di sebebkan oleh factor-faktor berikut .

A. Faktor intern (dari dalam), antara lain :

1. Adanya persaingan antar partai politik yang berbeda ideologi untuk menjadi partai yang paling berpengaruh di indonesia.

2. Adanya gangguan-gangguan keamanan dalam negeri.

3. Bangsa Indonesia masih mencari sistem pemerintahan yang cocok sehingga terjadi perubahansistem pemerintahan.

B. Factor ekstern (dari luar), antara lain :

1. Kedatangan Sekutu (Inggris) yang di boncengi NICA (Belanda) yang ingin kembali menjajah Indonesia,menimbulkan pertempuran
di berbagai daerah.

2. Jepang masih mempertahankan status quo di wilayah Indonesia sampai Sekutu datang sehingga sering terjadi peperangan antara
rakyat Indonesia dan tentara Jepang.
2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Kelengkapan Negara
a. Pembentukan Lembaga Kementrian (Departemen)
Dalam UUD 1945 telah dicantumkan bahwa pemerintahan Republik Indonesia dijalankan
oleh presiden dan dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada presiden.
Presiden memiliki hak prerogatif di dalam mengangkat dan memberhentikan para
menterinya. Departemen-departemen yang dibentuk beserta menteri-menteri yang
diangkat adalah sebagai berikut :

· Departemen Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah,


· Departemen Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo,
· Departemen Keuangan : Mr. A.A Maramis,
· Departemen Kehakiman : Prof. Mr. Dr. Soepomo,
· Departemen Kemakmuran : Ir. Surahman T. Adisurjo,
· Departemen Keamanan Rakyat : Supriyadi,
· Departemen Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmodjo,
· Departemen Pengajaran : Ki Hajar Dewantara,
· Departemen Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin,
· Departemen Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri,
· Departemen Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso,
· Departemen Perhubungan (a.i) : Abikusno Tjokrosujoso
b. Pembentukan Komite Nasional Indonesia dan Daerah
Dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945, wakil presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan No.X yang isinya
memberikan kekuasaan dan wewenang legislatif kepada KNIP untuk ikut serta untuk menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) sebelum MPR terbentuk dalam pemilihan umum.
Dalam rapat PPKI tanggal 22 Agustus 1945 Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut :
1) KNI (Komite Nasional Indonesia) berfungsi sebagai dewan perwakilan rakyat sebelum dilaksanakannya pemilihan
umum (pemilu).
2) PNI (Partai Nasional Indonesia) dirancang menjadi partai tunggal negara Republik Indonesia, tetapi dibatalkan.
3) BKR (Badan Keamanan Rakyat) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum pada tiap-tiap daerah.
pada tanggal 03 November 1945 pemerintah mengeluarkan Maklumat Politik sebagai berikut :
1) Pemerintah menghendaki adanya partai-partai politik,karna partai politik itu dapat membuka jalan buat semua
aliran atau paham yang ada dalam masyarakat.
2) Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun sebelum di laksankannya pemilihan anggota
Badan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari 1946.
Akibat dikeluarkannya maklumat pemerintah 3 november 1945, di Indonesia akhirnya muncul banyak partai politik,
seperti :
- Majelis Syuro Muslimin Indonesian (Masyumi), dipimpin oleh Dr.Soekiman Wirdjosandjodjo.
- Partai Komunis Indonesia , dipimpin oleh Mr. Moh. Yusuf.
- Partai Buruh Indonesia , dipimpin oleh Njono.
- Partai Rakyat jelata , dipimpin oleh Sutan Dewanis .
- Partai Kristen Indonesia , dipimpin oleh Ds. Probowinoto.
- Partai Sosialis Indonesia , dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin.
- Partai Rakyat Sosialis, dipimpin oleh Sutan Syahrir.
- Partai Katolik Indonesia, dipimpin oleh I.J. Kasimo.
- Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia, dipimpin oleh J.B.Assa.
- Partai Nasional Indonesia , dipimpin oleh Sidik Djodjosukarto
c. Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara
Panitia kecil itu mengusulkan sebagai berikut :
1) Rencana pembelaan negara dan Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang mengandung unsur politik perang, tidak dapat di terima.
2) Tentara PETA pembela tanah air di Jawa dan Bali Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan
Karena merupakan organisasi buatan Jepang yang kedudukannya di dalam dunia Internasional
tidak memiliki ketentuan dan kekuatan hukum.
Alat Kelengkapan Keamanan Negara
1. TKR (Tentara Keamannan Rakyat). Yang di pimpin oleh Supriyadi (5 Oktober 1945).
2. TKR ( Tentara Keamanan Rakyat) (1 januari 1946)
3. TKR ( Tentara Keselamatan Rakyat) (26 januari 1946)
4. TNI (Tentara Nasional Indonesia) (7 Juni 1947 ).

d. Pembentukan Provinsi di Seluruh Wiayah Indonesia


Pada awalnya wilayah Indonesia dibagi 8 provinsi dan mengangkat Gubernur sebagai kepala
daerah. Gubernur-gubenrur yang diangkat antara lain :

Provinsi Sumatra, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sunda
Kecil ( Nusa Tenggara), Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi, Provinsi Kalimantan.
e. Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Daerah
Ø Lembaga Pemerintah Daerah ; Dipimpin oleh kepala daerah dan tugasnya menjalankan pemerintahan
atas daerah yang dikuasainya.
Ø Lembaga Komite Nasional Daerah (KNI-D); Tuasnya membantu gubernur menjalankan tugas dan
kepengawasan dalam tugas-tugas gubernur sebelum terbentuknya DPR melalui pemilihan umum.
Ø Lembaga Teknis Daerah; lembaga ini disubut dengan Dinas, dan terdiri atas Badan Penelitian dan
Pengembangan, Badan Perencanaan, Lembaga Pengawasan, Badan Pendidikan dan sebagainya.
Ø Dinas Daerah; lembaga ini merupakan unsure pelaksana dari pemerintah daerah yang
menyeenggarakan urusan-urusan rumah tangga daerah itu sendiri.
Ø Wakil Kepala Daerah; merupakan pembantu kepala daerah yang menjalankan tugas dan
wewenangnya sehari-hari.
Ø Sekaertariat Daerah; Tugasnya membatu Kepala Daerah di dalam menyelenggarakan pemerintahan
atas daerah yang di perintahnya.

3.Politik Luar Negri


Pada awal kemerdekaan, politik luar negeri Indonesia difokuskan pada bagaimana memperoleh
pengakuan dari negara lain atas kemerdekaannnya. Pada tanggal 18 Agustus 1945 Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan. Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat berbunyi “....melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Kemudian mencetuskan politik BEBAS
AKTIF. Bebas yang berarti bahwa Indonesia bebas untuk bertindak menurut dirinya sendiri dan tidak
dipengaruhi oleh pihak manapun dan aktif dimana Indonesia aktif menjaga perdamaian dunia.
DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)
1. Pada masa demokrasi liberal kondisi politik bangsa Indonesia menggalami ketidakstabilan (
kekacauan ).
A. Ketidakstabilan politik ini disebabkan karena :
a. Parlemen ( DPR ) tidak mampu menjalankan tugasnya untuk memperjuangkan
kepentingan rakyat. Yang terjadi hanyalah pertarungan antar partai politik untuk mendapatkan
kekuasaan ( berkuasa memimpin pemerintahan /Kabinet ).
b. Sering terjadi pergantian kabinet. Dalam kurun waktu kurang lebih 9 tahunan telah terjadi 7
kali pergantian kabinet ( pemerintahan ), ini berarti umur kabinet rata – rata 15 bulan. Akibatnya
kehidupan politik menjadi tidak stabil.
c. Konstituante sebagai badan yang dipilih oleh rakyat dengan tugas membentuk UUD yang
baru ternyata juga mengalami kegagalan. Hal ini desebabkan karena dalam badan tersebut
hanya diisi dengan perdebatan antar partai politik dengan ideologi yang berbeda – beda (
agama, nasionalis dan komunis ) masing – masing partai ingin menonjolkan paham / ideologi
partainya sendiri - sendiri.
B. Usaha untuk mengatasi ketidakstabilan politik dalam tubuh Dewan Konstituante tersebut pada
bulan Pebruari 1957 Presiden Soekarno mengajukan sebuah gagasan politik (Konsepsi Presiden)
yang berisi :
· Sistim demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan menawarkan
perubahan ke arah sistim demokrasi terpimpin
· Perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong yang menampung semua golongan
· Pembentukan Dewan Nasional yang bertugas memberi nasehat kepada kabinet.
2. Pemilu
Pemilihan umum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan tahun 1945 adalah tahun 1955. Pemilu diadakan dalam
dua periode, yaitu pada 29 September masyarakat memilih anggota DPR, kemudianpada periode kedua pada 15
Desember memilih anggota Konstituante. Tak kurang dari 80 partai politik, organisasi massa, dan puluhan perorangan ikut
serta mencalonkan diri. Pemilu ini menghasilkan angggota DPR sebanyak 272 orang, 17 fraksi yang mewakili 28 partai
peserta pemilu, organisasi, dan perkumpulan pemilih. Sedangkan anggota Konstituante berjumlah 542 orang.

3. Politik Luar Negeri


Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa demokrasi liberal (Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS)
dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak tahun 1949-1959) adalah sebagai berikut:
Ø Pada masa cabinet Mohammad Hatta (Kabinet Republik Indonesia Serikat/ RIS) politik luar negeri Indonesia di titik
beratkan pada Negara Asia dan Negara Barat, karena kepentingan Indonesia masih terkait dengan Eropa. Peranan hasil
Indonesia masih terpusat di negeri Belanda dan Eropa Barat.
Ø Pada masa Kabinet Sukiman, politik luar negeri Indonesia lebih cenderung memihak Amerika Serikat. Terbukti dengan
ditandatangani kerjasama ekonomi, teknik, dan persenjataan antara Menteri Luar Negeri yakni Ahmad Soebarjo dengan
Duta Besar Amerika yakni Merle Cochran dalam bentuk “Mutual Security Act” pada tahun 1952. Kerjasama tersebut
mendapat reaksi dari berbagai pihak karena dianggap telah memasuki Indonesia ke Blok Barat.
Ø Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo Pertama, politik luar negeri Indonesia lebih condong kerjasama dengan Negara
Asia dan Negara Afrika. Terbukti dengan dilaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.
Ø Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap sampai lahirnya Dekrit Presiden pada tahun 1959, politik luar negeri Indonesia
mulai bersifat bebas aktif terbukti: Pertama, Indonesia menjalin hubungan baik dengan Negara blok Barat seperti
Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Bahkan pada tahun 1956, Indonesia memperoleh bantuan bahan makanan dari
Amerika Serikat senilai US$96.700.000. dan Presiden Soekarno pada bulan Maret 1956, berkunjung ke Amerika Serikat atas
undangan Presiden John F. Kennedy. Kedua, Indonesia juga menjalin blok Timur. Pada bulan Agustus 1956, Presiden
Soekarno berkunjung ke Uni Soviet dan mendapat bantuan ekonomi dari Uni Soviet senilai US$ 100.000.000, selain itu,
Presiden Soekarno juga berkunjung ke daerah bagian Uni Soviet yakni Cekoslowakia, Kuba, dan Republik Rakyat Cina.
4. Kabinet-kabinet pada masa demokrasi liberal :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
· Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketenteraman
· Konsolidasi dan menyernpurnakain susunan pemerintahan
· Menyempurnakan organisasi angkatan Perang
· Mengembangkan dan memperkokoh ekonomi rakyat
· Memperjuangkan penyelesaian Irian Barat
2.Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)
· Menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai recana untuk menjamin keamanan dan
ketertiban.
· Mengusahakan kemakmuran rakyat
· Mempersiapkan pemilihan umum
· Mempersiapkan undang-undang perburuhan
· Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
· Memperjuangkan Irian Barat
3.Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 2 Juni 1953)
· Melaksanakan pemilihan umum
· Memajukan tingkat penghidupan rakyat
· Mengatasi keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara
· Melengkapi undang-undang perburuhan
· Mempercepat usaha perbaikan dan pembaharuan pendidikan dan pengajaran
· Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif, menyelesaikan hubungan Uni Indonesia - Belanda atas
dasar negara merdeka dan meneruskan perjuangan pengembalian Irian Barat.
4.Kabinet Ali Sastroamijoyo, 1 adalah sebagai berikut:
· Program dalam negeri, mencakup soal keamanan, pemilu, kemakmuran dankeuangan, organisasi negara, dan
perundang-undangan.
· program luar negeri, meliputi pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif dan pengembalian Irian Barat
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)
Kabinet Ali I digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap dari masyumi, dengan programnya sebagai berikut :
· Mengembalikan kewibawaan pemerintah
· Melaksanakan pemilihan umum
· Menangani masalah desentralisasi, inflasi dan pemberantasan korupsi
· Pengembalian Irian Barat
· Melaksanakan kerja sama Asia - Afrika berdasarkan politik bebas aktif
Prestasi yang menonjol dari kebinet ini adalah:
· Berhasil melaksanakan pemilu pertama bagi Indonesia
· Pembubaran Uni Indonesia – Be
6.Kabinet Ali Sastroamijoyo 11 (20 Maret - 4 Maret 1957)
Program kabinet Ali Sastroamijoyo 11 adalah sebagai berikut
· Pembatalan KMB
· Pengembalian Irian Barat
· Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
· Meneruskan kerja sama negara-negara Asia Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan KAA di Bandung tahun
1955.
· Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957 dibentuk Panitia Negara untuk menyelidiki Organisasi
Kementerian-kementerian atauPanitia Organisasi Kementerian (PANOK) sebagai pengganti Kantor Urusan Pegawai (KUP)
serta ikut dibentuk Lembaga Administrasi Negara(LAN) yang bertugas menyempurnakan administratur negara atau
birokrasi keduanya berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaperdana menteri.
7.Kabinet Juanda (9 April 1957 - 5 Juli 1959)
Kabinet A II digantikan oleh Kabinet Juanda. Program Kabinet Juanda dikenal dengan nama “Panca Karya” antara lain
sebagai berikut :
· Membentuk Dewan Nasional
· Normalisasi keadaan politik
· Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
· Perjuangan mengembalian Irian Barat
· Memperingati pembangunan
Kabinet ini berakhlr dengan dikeluarkan Dekrit Presiden 6 Juli 1959.

4. Latar belakang keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Dalam waktu – waktu yang kritis ketika Konstituante tidak mampu menjalankan tugasnya, keadaan
ketatanegaraan dianggap membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya pemberontakan yang
ditumpangi intervensi tertutup kekuatan asing. Presiden Soekarno dan TNI muncul sebagai kekuatan politik yang
diharapkan dapat mengatasi masalah nasional tersebut.
Demi keselamatan Negara dan berdasarkan hukum keadaan bahaya bagi Negara pada hari Minggu, 5 Juli 1959
jam 17.00 bertempat di Istana Merdeka dalam upacara resmi Presiden Soekarno mengumumkan sebuah Dekrit
Presiden.
Dekrit ini berisi :
a. Pembubaran Konstituante
b. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
c. Segera dibentuk MPRS dan DPAS
Dekrit 5 Juli tidak saja mendapat sambutan baik dari masyarkat yang hamper selama 10 tahun dalam
kegoncangan Jaman Liberal telah mendambakan stabilitas politik, melainkan juga dibenarkan dan diperkuat oleh
Mahkamah Agung. Dekrit ini juga didukung oleh jajaran TNI.
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN EKONOMI BANGSA
INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
SAMPAI MASA DEMOKRASI LIBERAL
AWAL KEMERDEKAAN (1945-1949)
A. Keadaan kehidupan ekonomi pemerintahan Indonesia
latar belakang kekacauan ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan RI:
• Indonesia belum memiliki pemerintahan yang baik
• Belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi
• Kondisi keamanan tidak stabil
• Belnda tidak mau mengakui kemerdekaan RI
B. faktor-faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1949
• Terjadinya inflasi yang sangat tinggi
• Adanya blockade ekonomi dari belanda
• Kekosongan kas negara
• Mewarisi sistem ekonomi jepang
C. Upaya mengatasi keadaan ekonomi keuangan pada awal kemerdekaan
• Pemberlakuan tiga mata uang di Indonesia
1.mata unag hindia 2. mata uang belanda 3. mata uang jepang
• Mengeluarkan mata uang ORI
1 pada tahun 1945 2. pada tahun 1947 3. pada tahun 1949

• Melakukan pinjaman nasional


• Membentuk bank negara Indonesia
D. Usaha menembus blockade ekonomi
• Memberikan bantuan beras kepala india
• Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
• Membentuk Indonesia office
• Membuat konsep ketahanan ekonomi

Demokrasi liberal (1950-1959)


1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang bernilai Rp.
2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan
Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret
1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannyauntuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp.
2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi
jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng


Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah
struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh
Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya :
1. Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
2. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional.
3. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
4. Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.

Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai
pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik
meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena : (1)
Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem
ekonomi liberal, (2) Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif (3) Para
pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah (4) Para pengusaha kurang mandiri untuk
mengembangkan usahanya (5) Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari
keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan
nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai
pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan
menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan secara drastis.
Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan
bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun
1951.

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali
I). Tujuan dari program ini adalah
1. Untuk memajukan pengusaha pribumi.
2. Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
4. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non
pribumi khususnya Cina. Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung
jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah memberikan perlindungan
agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Pada praktenya program Ali-
Baba tidak berhasil dikarenakan pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih
berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.

5. Gerakan Asaat
Gerakan Asaat memberikan perlindungan khusus bagi warga negara Indonesia Asli dalam segala aktivitas
usaha di bidang perekonomian dari persaingan dengan pengusaha asing pada umumnya dan warga
keturuan Cina pada khususnya. Dukungan dari pemerintah terhadap gerakan ini terlihat dari pernyataan
yang dikeluarkan pemerintah pada Oktober 1956 bahwa pemerintah akan memberikan lisensi khusus pada
pengusaha pribumi. Ternyata kebijakan pemerintah ini memunculkan reaksi negatif
yaitu muncul golongan yang membenci kalangan Cina. Bahkan reaksi ini sampai menimbulkan
permusuhan dan pengrusakan terhadap toko-toko dan harta benda milik masyarakat Cina serta
munculnya perkelahian antara masyarakat Cina dan masyarakat pribumi.
6. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah
finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede
Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi :
Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara
kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah secara
sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda.
Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan
KMB.
7. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti menimbulkan
ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan
lambatnya pelaksanaan pembangunan. Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program
jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang
pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun
1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah
melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
RPLT mengalami kegagalan disebabkan oleh Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat
pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di
Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak
daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.

8. Musyawarah Nasional Pembangunan


Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut untuk
sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang.
Soal
1. Jelaskan yang dimaksud Gerakan Asaat!
2. Sebutkan empat partai pemenang Pemilu 1955!
3. Mengapa pada masa awal kemerdekaan keadaan kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia
belum stabil?
4. Kemukakan penyebab terjadinya inflasi pada awal kemerdekaan!
5. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah pemerintahan Indonesia untuk terbebas dari blokade ekonomi
pihak Belanda!
6. Sebutkan mata uang yang berlaku pada awal kemerdekaan!
7. Apakah tujuan dari blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda?
8. Apa tujuan dari kebijakan Gunting Syarifudin?
9. Jelaskan sebab jatuhnya Kabinet Natsir!
10. Apa sajakah program kerja kabinet Ali Sastroamijoyo II ?

Anda mungkin juga menyukai