0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
354 tayangan3 halaman
Kabinet Wilopo berdiri pada 1952 untuk mempersiapkan pemilu dan menyelesaikan otonomi daerah, namun menghadapi krisis ekonomi, sentimen separatisme, dan konflik militer sehingga jatuh setelah 14 bulan karena kebijakan tanahnya ditentang di parlemen.
Kabinet Wilopo berdiri pada 1952 untuk mempersiapkan pemilu dan menyelesaikan otonomi daerah, namun menghadapi krisis ekonomi, sentimen separatisme, dan konflik militer sehingga jatuh setelah 14 bulan karena kebijakan tanahnya ditentang di parlemen.
Kabinet Wilopo berdiri pada 1952 untuk mempersiapkan pemilu dan menyelesaikan otonomi daerah, namun menghadapi krisis ekonomi, sentimen separatisme, dan konflik militer sehingga jatuh setelah 14 bulan karena kebijakan tanahnya ditentang di parlemen.
Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 2 Juni 1953) : Program Kerja dan Penyebab Jatuhnya
A. Proses Terbentuknya Kabinet Wilopo
Kabinet Wilopo terbentuk setelah berakhirnya Kabinet Sukiman. Hal ini dikarenakan Kabinet Sukiman dianggap condong ke arah Blok Barat. Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. Atas dasar itu pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto (PNI) dan Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur. Presiden Soekarno meminta kepada formatur untuk membentuk sebuah kabinet yang kuat dan mendapat dukungan cukup dari parlemen. Usaha kedua formatur untuk membentuk kabinet menemui kagagalan, sebab tidak ada kesepakatan tentang calon – calon yang akan didudukkan di dalam kabinet. Pada tanggal 19 kedua formatur itu mengembalikan mandatnya dan Presiden Soekarno menunjuk Mr. Wilopo (PNI) sebagi formatur baru. Akhirnya setelah berusaha selama 2 minggu, pada tanggal 30 Maret Mr. Wilopomengajukan susunan kabinetnya yang terdiri atas : PNI, dan Masyumi masing-masing jatah empat orang, PSI dua orang, PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Parindra (Partai Indonesia Raya), Partai Buruh, dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) masing - masing satu orang dan golongan tak berpartai tiga orang. Kabinet ini resmi dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 1952 tanggal 1 April 1952. Dalam konstelasi politik saat itu kehadiran partai-partai kecil tetap diperhitungkan agar dapat mencapai mayoritas di parlemen. Kabinet Wilopo ini merupakan zaken kabinet, karena terdiri dari para pakar yang ahli dibidangnya masing-masing. B. Susunan Kabinet Wilopo 1. Perdana Menteri : Mr. Wilopo 2. Wakil PM : Prawoto Mangkusasmito 3. Menteri Luar Negeri a.i. : Mukarto 4. Menteri Dalam Negeri : Mr. Moh. Roem 5. Menteri Pertahanan : Sri Sulatan HB IX 6. Menteri Kehakiman : Mr. Lukman Wiradinata 7. Menteri Penerangan : A. Manonutu 8. Menteri Keuangan : Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo 9. Menteri Petanian : Moh. Sardajan 10. Menteri Perekonomian : Mr. Sumanang 11. Menteri Perhubungan : Ir. Juanda 12. Menteri PU dan Tenaga : Ir. Suwarto 13. Menteri Perburuhan : Ir. Tedjasukmana 14. Menetri Sosial : Anwar Tjokroamino 15. Menteri PP & K : Prof. Dr. Bahder Djohan 16. Menteri Agama : KH Fakih Usman 17. Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena 18. Menteri Urusan Pegawai : Suroso
C. Program Kabinet Wilopo
1. Organisasi Negara a) Mempersiapkan pemilihan umum untuk konstituante dan Dewan -dewan Daerah (konstituante, DPR, dan DPRD). Program untuk menyelenggarakan pemilu ini merupakan program yang diutamakan dalam kabinet Wilopo. b) Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah. c) Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat. 2. Kemakmuran a) Memajukan tingkat penghidupan rakyat dan mempertinggi produksi nasional, terutama bahan makanan rakyat, dan b) Melanjutkan usaha perubahan agrarian 3. Keamanan Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara hukum, menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara, dan mengembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan ketentraman. 4. Perburuhan Memperlengkap perundang-undangan perburuhan untuk meningkatkan derajat kaum buruh guna menjamin proses produksi nasional. 5. Pendidikan dan Pengajaran Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran. 6. Luar Negeri a) Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif yang sesuai dengan kewajiban kita dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan dengan kepentingan nasional menuju perdamaian dunia. b) Menyelesaikan penyelenggaraan perhubungan Indonesia Belanda atas dasar Unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa dan menghilangkan hasil-hasil Konferensi Meja Bundar yang merugikan rakyat dan Negara. c) Meneruskan perjuangan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Indonesia secepatnya.
D. Kendala / Kesulitan yang Dihadapi
1. Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia, sementara kebutuhan impor terus meningkat, 2. Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak, 3. Munculnya gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa, 4. Munculnya sentimen kedaerahan akibat ketidakpuasan terhadap pemerintahan, 5. Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yakni konflik dalam tubuh TNI Angkatan Darat 6. Munculnya peristiwa Tanjung Morawa
E. Jatuhnya Kabinet Wilopo
Kabinet Wilopo banyak mengalami kesulitan dalam mengatasi timbulnya gerakan-gerakan kedaerahan dan benih-benih perpecahan yang akan menggangu stabilitas polotik Indonesia. Ketika kabinet Wilopo berusaha menyelesaikan sengketa tanah perusahaan asing di Sumatera Utara, kebijakan itu ditentang oleh wakil-wakil partai oposisi di DPR sehingga menyebabkan kabinetnya jatuh pada 2 Juni 1953 dalam usia 14 bulan