PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
c. Ordonantie
Yang dimaksud dengan Ordonantie adalah semua peraturan yang dibuat oleh
Gubernur Hindia Belanda bersama-sama dengan Voolksraad (Dewan Rakyat
Hindia Belanda). Ordonantie sejajar dengan Peraturan daerah (Perda) di dalam
pemerintahan Indonesia saat ini.
d. RV (Regering Verardening)
Regering Verardening adalah semua peraturan yang dibuat oleh Gubernur
Hindia Belanda tanpa adanya campur tangan Volksraad. Regering Verardening
setara dengan Keputusan Gubernur .
Keempat peraturan perundang-undangan ini disebut Algemene Verordeningen
(peraturan umum). Disamping itu juga dikenal adanya Local Verordeningen
(peraturan lokal) yang dibentuk oleh pejabat berwenang di tingkat lokal seperti
Gubernur, Bupati, Wedana dan Camat.
Pada masa Hindia Belanda ini sistem pemerintahan yang dilaksanakan adalah
Sentralistik. Akan tetapi agar corak sentralistik tidak terlalu mencolok, maka
asas yang dipergunakan adalah dekonsentrasi yang dilaksanakan dengan seluas-
luasnya. Hal ini menjadikan Hindia Belanda (Indonesia) tidak memiliki
kewenangan otonom sama sekali, khususnya dalam mengatur dan mengurus
urusan rumah tangganya sendiri. Sistem ketatanegaraan seperti ini nampak dari
hal-hal sebagai berikut :
a. Kekuasaan eksekutif di Hindia Belanda ada pada Gubernur Jenderal dengan
kewenangan yang sangat luas dengan dibantu oleh Raad Van Indie (Badan
penasehat)
b. Kekuasaan kehakiman ada pada Hoge Rechshof (Mahkamah Agung)
c. Pengawas keuangan dilakukan oleh Algemene Reken Kamer.
A. Kesimpulan
Sejarah ketatanegaraan di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode,
yaitu periode pra kemerdekaan dan periode pasca kemerdekaan dan
reformasi.Sistem ketatanegaraan dan pemerintahan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kerajaan Belanda adalah menggunakan asas dekonsentrasi. Dan
pada masa pendudukan Jepang paham militeristik menjadi model bagi
pengaturan sistem ketatanegaraan di Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1950, UUDS 1950 dinyatakan berlaku, UUDS 1950 ini
sangat berbeda dengan UUDS 1945 hasil proklamasi terutama sistem
pemerintahan yang parlementer, kepada pemerintahan di pimpin oleh Perdana
Menteri. Dengan Dekrit presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali UUD 1945.
Dasar hukum Dekrit ini ialah Saatsnoodrecht. Dibawah UUD 1945 ini untuk
pertama kali dilaksanakan pemilihan umum
Pada era reformasi usaha untuk menjadikan UUD 1945 mendorong
terbentuknya negara hukum yang demokratis dan UUD 1945 belum pernah
diubah.
B. Saran
Besar harapan, makalah ini dapat menjadi tambahan sumber bacaan bagi teman-
teman. Makalah ini kami buat menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Tak
luput dari itu, makalah ini tak terhindar dari kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.