Anda di halaman 1dari 3

Hidup Mati Para Pecinta Anime

Sebelumnya, tahukah kalian bedanya otaku dengan wibu? Dua sebutan ini digunakan
untuk mengatakan seseorang yang menyukai atau mencintai anime. Perbedaannya
adalah dalam segi kefanatikannya dimana wibu lebih ditujukan kepada orang yang
sudah sangat fanatik kepada anime sedangkan otaku (Anime fan) tidak sefanatik para
wibu. Lalu, apakah anime itu? Anime adalah sebutan bagi animasi (kartun) yang
berasal dari Jepang. Anime diambil dari kata bahasa Inggris, animation yang berarti
animasi. Sejak tahun 1917, anime lahir dan tumbuh semakin besar. Kini, anime telah
menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Indonesia sekarang menjadi salah
satu negara dengan pecinta anime terbesar di dunia, bersamaan dengan Spanyol,
Amerika Serikat dan berbagai negara lainnya. Anime punya beberapa ciri khas seperti
lebih realistis, menggunakan banyak sudut pandang sinematik, mata tokoh lebih besar
dengan penggambaran hidung dan mulut lebih sederhana dan berbagai ciri khas
lainnya. Berbeda dengan animasi dari Amerika Serikat yang cenderung ditargetkan
kepada anak-anak, anime lebih menargetkan berbagai rentang umur dan genre yang
beragam sehingga anime bisa mencakup ke berbagai kalangan. Karena itulah anime
mempunyai penggemar yang sangat banyak.

Tetapi akhir tahun 2020 kemarin, para pencinta anime (anime fan) dibuat heboh akibat
adanya revisi undang-undang tentang hak cipta di Jepang. Revisi undang-undang itu
menyatakan mulai Januari 2021, bagi siapapun yang mendownload anime bajakan akan
dipenjara maksimal dua tahun penjara dan atau denda paling banyak 2 juta yen (sekitar
276 juta Rupiah). Bahkan, bagi orang yang membuat dan mengoperasikan situs
penyedia anime bajakan akan dipenjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal 5 juta
yen (sekitar 692 juta Rupiah) . Revisi ini dibuat karena banyaknya kerugian yang
dialami pihak produksi anime sehingga para pekerja mereka hanya mendapat gaji yang
kecil. Menurut data Asosiasi Distribusi Luar Negeri Konten Jepang (CODA) jumlah
kerugian yang dialami para studio Jepang selama 6 bulan saja lebih dari 400 milyar yen
atau sekitar Rp 508.508.659.532.000. Data ini diambil pada September 2017 hingga
Februari 2018.

Hal ini membuat sebuah pemikiran bahwa para anime fan tak akan lagi bisa menonton
anime kesukaan mereka dari situs bajakan karena dengan adanya undang-undang tadi,
situs-situs penyedia anime akan menutup situs mereka. Mereka juga takut terhadap
ancaman pidana jika tetap mendownload di situs bajakan. Tak bisa kita pungkiri bahwa
banyak anime fan yang menonton anime dari situs-situs bajakan. Berbagai situs-situs
anime bajakan merebak di mana-mana, termasuk Indonesia. Otakudesu, Neonime,
Samehadaku, Meownime, Anoboy, Shirainime adalah beberapa situs penyedia anime
bajakan di Indonesia.

Lalu, bagaimana nasib para anime fan Indonesia yang sedang kebingungan ini? Disaat
situs resmi yang berbayar tak bisa memberi kelengkapan sebaik situs bajakan,
penayangan anime di TV juga sulit karena adanya sensor KPI yang ketat sedangkan situs
bajakan terancam nyawanya? Walaupun sampai saat opini ini ditulis UU dari Jepang ini
belum terealisasi, tapi tetap saja ada ancaman yang serius jika para anime fan tetap saja
menonton anime dari situs bajakan. Bayang-bayang denda ratusan juta membuat
mereka hanya bisa pasrah memilih untuk pergi ke situs berbayar atau tak menonton
anime sama sekali.

Tetapi, apakah hukuman di jepang ini juga berlaku di Indonesia? Menurut Konvensi
Bern yaitu sebuah konvensi multirateral tentang hak cipta tahun 1886 mengatakan
bahwa ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian harus mendapat
perlindungan hukum yang sama seperti yang diperoleh ciptaan seorang pencipta di
negara itu. Ini dinamakan prinsip Nasional treatment. Indonesia dan Jepang adalah
negara yang telah menandatangani konvensi ini, jadi hak cipta anime dari Jepang wajib
dilindungi di Indonesia. Konvensi ini melalui prinsip independence of protection juga
mengatakan bahwa bentuk perlindungan hukum hak cipta diberikan secara langsung
tanpa harus bergantung kepada pengaturan perlindungan hukum negara asal pencipta.
Penulis mengartikan ini dengan pemikiran bahwa perlindungan bagi hak cipta yang
berasal dari negara lain tak mesti ( bukan tidak boleh ) menggunakan hukum dari
negara asal.

Tetapi, kalian para anime fan jangan senang dahulu. Walaupun peraturan hak cipta dari
Jepang tadi tak diterapkan di Indonesia, hak cipta tadi masih wajib dilindungi oleh
Indonesia menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia yaitu
Undang-Undang No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Untuk penggunaan UU ini, telah
ditegaskan dalam pasal 2 bahwa UU ini juga berlaku kepada semua ciptaan dan/atau
produk ciptaan bukan dari Indonesia dengan salah satu ketentuannya adalah negara
asal ciptaan dan/atau produk ciptaan tadi merupakan pihak atau peserta dalam
perjanjian multirateral hak cipta. Berarti aturan ini bisa digunakan bagi orang-orang
yang mengganggu hak cipta anime. Hukuman yang diberikan UU ini juga tak kalah
besar. Menurut pasal 113 ayat (1), hukuman yang diberikan yaitu kurungan penjara
maksimal 1 tahun atau denda paling banyak 100 juta Rupiah. Walapun lebih kecil dari
tuntutan milik UU Jepang, 100 juta tetaplah nominal yang besar sehingga para anime
fan disarankan jangan menonton anime ilegal lagi.

Tetapi, tindakan anime fan yang menonton anime bajakan bukanlah tanpa alasan.
Pertama, perkembangan pecinta anime di Indonesia tak berbanding lurus dengan media
yang bisa menyediakan anime dengan subtitle Indonesia. Memang ada beberapa situs
penyedia anime secara legal seperti Chruchyroll, Poniku, Netflix juga Youtube.
Permasalahannya adalah situs-situs tadi tidak menggunakan subtitle Indonesia tetapi
menggunakan subtitle Inggris, bahkan ada situs yang tidak menyediakan subtitle. Walau
ada situs yang menyediakan subtitle Indonesia, biasanya tidak update dan tidak lengkap.
Anime-anime lawas beberapa tahun lalu juga sulit ditemukan di situs-situs legal ini.
Berbeda dengan situs-situs bajakan yang update perhari dan mempunyai koleksi anime
lawas yang lebih banyak.
Media TV juga tak bisa berbuat banyak untuk hal ini. Pembelian anime secara legal dari
Jepang yang sangat mahal ditambah dengan sensor KPI yang ketat membuat banyak
anime tak bisa ditayangkan di Indonesia karena tak sesuai dengan moral dan budaya
bangsa. Seperti yang kita ketahui, anime banyak mengandung unsur-unsur dewasa,
baik cara ucapan, pakaian, tindakan dan lainnya. Anime juga banyak memuat banyak
tindakan anarkis yang tak sesuai dengan anak-anak Indonesia.

Permasalahan kedua adalah dari segi ekonomi. Banyak penikmat anime di Indonesia
berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang belum mampu membiayai diri
mereka sendiri sehingga mereka kesulitan jika harus menonton anime secara legal dan
akhirnya memilih anime ilegal. Permasalahan terakhir adalah tentang subtitle. Selain
terbatasnya situs penyedia anime legal yang menyediakan subtitle Indonesia, subtitle
yang diberikan juga sangat kaku. Bahkan percakapan santai di anime diterjemahkan
dengan kata-kata yang sangat baku sehingga tak sesuai dengan animenya. Di berbagai
situs ilegal, mereka memberikan subtitle yang lebih menarik. Setiap kata-kata subtitle
yang digunakan mengikuti dengan perkembangan bahasa di Indonesia. Hanya di situs
ilegal kita bisa menemukan kata-kata gaul seperti “gue, elo, bego” dan kata-kata lainnya
yang lebih sesuai dengan konteks percakapan di anime itu. Hal ini dinilai menarik oleh
para anime fan.

Lalu, bagaimana cara anime fan ini bisa tetap bertahan tanpa bergantung pada situs
anime ilegal? Disini, peran pemerintah Jepang dan Indonesia harus dipertegas kembali.
Indonesia adalah salah satu pasar anime terbesar di dunia adalah tempat yang cocok
untuk menjalankan “Cool Japan” mereka, yaitu sebuah slogan untuk menjalakan
pengembangan Jepang ke dunia melalui seni dan budaya. Dua negara ini haruslah
bekerja sama untuk membuat sebuah lingkungan yang baik bagi para anime fan
Indonesia. Caranya dengan penyediaan media penyedia anime yang baik dan bisa
mencakup anime fan Indonesia secara total sehingga mereka yang kesulita secara
ekonomi dan bahasa bisa tenang menikmati anime kecintaan mereka. Dan untungnya,
perkembangan media ini sudah mulai berjalan di Indonesia dimana sudah banyak juga
media seperti Youtube . Banyak juga channel Youtube seperti Muse Indonesia yang
menyediakan anime berbahasa Indonesia secara gratis.

Anda mungkin juga menyukai