Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Dampak Film Horor Indonesia terhadap Kehidupan
Sosial Masyarakat Indonesia.”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Yogyakarta, 27 Oktober 2011

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara mistis dan spiritual. Sebagian besar masyarakatnya


sangat mempercayai hal-hal supernatural dan metafisika, dan beberapa bagian negara
ini, banyak orang-orang masih menyembah arwah nenek moyangnya. Kepercayaan
ini telah mempengaruhi banyak sisi kehidupan masyarakat Indonesia, apalagi yang
mempercayai bahwa arwah-arwah orang meninggal masih ada di antara kita sekarang
juga.
Kepercayaan ini juga telah dibawa ke dunia komersil. Alhasil, banyak sekali
film horor yang telah diproduksikan dan ditonton di Indonesia. Masyarakat Indonesia
menjadi terobsesi olehnya. Film-film horor tidak bermutu memberi cerita-cerita biasa
saja dan memberi pandangan kurang logis, bodoh dan tidak sehat kepada para
penontonnya, dan juga pandangan yang kurang menghormati dunia spiritual/arwah
orang meninggal.
Film horor sepertinya sangat disukai oleh masyarakat, sehingga banyak
sutradara-sutradara yang telah menggunakan jalan pintas untuk menjadi kaya dengan
membuat film-film horor, tetapi karena terlalu banyaknya film horor diproduksikan,
lama-lama kompetisi film horor makin ketat. Akhirnya, para sutradara harus
memikirkan formula baru untuk membuat filmnya menjadi laku.
Seks sangatlah menjual, dan seks telah menjadi salah satu komponen pemasaran
yang penting di dunia film horor. Para sutradara bahkan telah mengundang bintang
film porno untuk berperan di film horor mereka. Jadi, intinya sekarang bukan tentang
mutu aktor, mutu naskah yang bagus. Yang penting sekarang adalah perempuan-
perempuan setengah telanjang yang dikejar oleh setan..

2
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah film horor di Indonesia?
b. Bagaimana kualitas film Indonesia saat ini?
c. Bagaimana peran Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia saat ini?
d. Apakah dampak film Indonesia terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia?

C. Tujuan
a. Mendiskripsikan sejarah film horor di Indonesia.
b. Mengetahui kualitas film Indonesia saat ini.
c. Mengetahui peran Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia saat ini.
d. Mengetahui dampak film Indonesia terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia.

D. Manfaat
1. Bagi pemerintah
a. Dapat lebih cermat dan teliti dalam mengeluarkan Undang-Undang
tentang dunia perfilman.
b. Nama baik Indonesia akan membaik dan tidak akan dianggap sebagai
pusat pornografi di dunia.

2. Bagi masyarakat
a. Dapat memilih tontonan yang baik (yang mendidik).
b. Mengetahui informasi terkini tentang perkembangan perfilman di
Indonesia.
c. Mengetahui dampak negatif dari melihat film-film horror yang berbau
porno.
3. Bagi Lembaga Sensor Fim Indonesia
a. Menjadikan kritikan dan saran yang akan memperbaiki kinerja
lembaga tersebut.
b. Dapat lebih teliti lagi dalam meloloskan film-film yang akan
dipublikasikan kepada masyarakat.

4. Bagi pekerja dalam film (sutradara, produser, artis dan sebagainya).


a. Lebih banyak memproduksi film-film yang mendidik.
b. Mengurangi produksi film horor yang mengandung unsur pornografi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Film Horor di Indonesia
Film horor mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1930-an oleh para
kaum Cina peranakan yang pada saat itu merupakan pengusaha bioskop. Film horor
pertama yang diperkenalkan di Indonesia yaitu film “Ouw Phe Tjoa” (ular hitam dan
ular putih) pada tahun 1934 dan dengan judul “Tie Pat Kai Kawin”(siluman babi
perang siluman monyet) pada tahun 1935. Pada tahun 1941 Tan Tjoei Hock membuat
film horor yang berjudul “Tengkorak Hidup”, film ini dibuat langsung di Indonesia.
Film ini adalah film pertama yang dibuat di Indonesia. Dalam ceritanya film ini
melibatkan unsur super natural dan alam gaib yang dijadikan sebagai sebuah fantasi
dan dongeng. Pada masa-masa setelah tahun 1940 produksi film horor tidak ada sama
sekali. Hal ini disebabkan karena Indonesia pada saat itu sedang mengalami revolusi

4
sehingga kebanyakan dari film yang dibuat bertemakan nasionalisme dan cerita
perang untuk meningkatkan nasionalisme pada bangsa Indonesia.
Memasuki awal orde baru kembali perfilman Indonesia dibuat secara intens
terutama film horornya. Hal ini dapat dilihat dari mulai diproduksinya film “Lisa”
pada tahun 1971 yang diperankan oleh Lenny Marlena dan Rahayu Effendi, pada
tahun 1973 dibuatlaah “Si Manis JembatanAncol” yang diangkat dari cerita daerah
masyarakat Betawi. Pada tahun-tahun awal orde baru yaitu tahun 1967 sampai akhir
tahun 1970 jenis-jenis tema dalam film horor Indonesia lumayan beragam yaitu
tentang makhluk halus, mitos local, horor komedi, dan film-film horor psikologis.
Keberagaman ini dapat dilihat dari film-film yang diproduksi pada tahun 70-an ini
yaitu “Bernapas Dalam Lumpur”(1970), “Beranak Dalam Lumpur” (1970), “Lisa”
(1971), “Pemburu Mayat”(1972), “Mayat Cemburu” (1973). Memasuki tahun1980-an
keragaman dalam film horor mulai hilang karena adanya peran langsung dari
pemerintah tentang tema yang diangkat yaitu terbatas pada mitos-mitos lokal. Tema
ini berlanjut sampai memasuki tahun 2000-an.

B. Kualitas Film Indonesia Saat Ini


Saat ini, dunia perfilman Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Hal ini
ditandai oleh banyaknya film Indonesia yang ditampilkan di bioskop-bioskop Tanah
Air. Tetapi sayangnya, tidak semua film Indonesia tersebut berkualitas. Banyak
rumah produksi yang hanya mengejar omzet dan keuntungan semata dan rela
mengorbankan mutu.
Film Indonesia yang banyak beredar di bioskop didominasi dengan tema-tema
horor dan dibumbui dengan adegan-adegan porno. Sebagai contoh adalah film horor
yang dibalut nuansa komedi porno, yaitu Suster Keramas. Coba kita perhatikan
trailernya, begitu banyak aksi buka-bukaan dalam film tersebut. Inilah salah satu trik
agar penonton dapat lebih terpikat untuk menonton tersebut dimana produser film
sekarang telah mendatangkan para artis luar negeri yang termasuk kategori artis
porno disana. Inilah yang membuat pengunjung semakin antusias untuk menonton,

5
apalagi artis porno yang didatangkan tidak dibayar murah, mereka dibayar lebih
mahal tiga sampai lima kali lipat dari artis Indonesia.
Seperti halnya “Suster Keramas” yang menampilkan Rin Sakuragi dari
Jepang. Dia adalah salah satu bintang porno yang lebih top daripada Miyabi. Bahkan
artis yang sudah merilis lebih dari 20 film porno itu sempat menduduki peringkat dua
chart Japanese AV. Inilah mengapa Indonesia, film pornonya hanya berkedok film
horor semata. Melihat judul-judulnya saja, aroma seks sudah sangat terasa. Sebutlah
film Hantu Puncak Datang Bulan, Diperkosa Setan, dan masih banyak lagi. Dan kita
tidak tahu perkembangan film Indonesia selanjutnya seperti apa. Mungkin akan lebih
berani dimana film porno nanti tidak lagi berkedok, melainkan bebas sensor.
Film horor tersebut dinilai merusak moral bangsa dan tidak mendidik generasi
muda yang akan menjadi pemimpin kelak. Kekurangan ide untuk membuat sebuah
film inspiratif, tingkat libido para pembuat film yang dinilai sudah melampaui batas
dan juga karena sebagian artis gemar ber-eksibisme atau merasa puas apabila
tubuhnya dieksploitasi ke publik adalah beberapa alasannya mengapa Indonesia
banyak memproduksi film horor.

Pendidikan Perfilman
Hingga tahun 2007, Indonesia hanya memiliki satu sekolah film untuk
populasi penduduknya yang berjumlah hampir 250 juta jiwa, yaitu Institut Kesenian
Jakarta (IKJ). Sementara itu, di India memiliki 30 sekolah film, Korea Selatan
mempunyai tujuh sekolah film, Filipina memiliki lima sekolah film dan Iran ada dua
sekolah film.
Di banyak negara terbukti, bahwa industri kreatif adalah industri yang paling bisa
bertahan di masa resesi atau krisis ekonomi. Contohnya, di India, Kolombia, Iran dan
masih banyak lagi. Sangat disayangkan, apabila perfilman di Indonesia tersendat
perkembangannya, karena faktor pendidikan. Pendidikan film bisa juga, ditempuh
dengan jalur non-formal, seperti: pelatihan-pelatihan teknis dan penulisan skenario.
Dewasa ini, banyak pekerja film aktif yang juga membagi pengetahuan
filmnya dalam pelatihan-pelatihan non-formal, seperti yang banyak dilakukan oleh

6
komunitas-komunitas film, maupun sekolah-sekolah menengah dan klub film di
universitas-universitas. Kita membutuhkan kebijakan yang mendukung
perkembangan pendidikan film agar dunia perfilman Indonesia banyak menghasilkan
karya-karya yang berkualitas.

C. Peran Lembaga Sensor Film (LSF)

Sensor film adalah penelitian dan penilaian terhadap film dan reklame film
untuk menentukan dapat atau tidaknya sebuah film dipertunjukkan dan/atau
ditayangkan kepada umum, baik secara utuh maupun setelah peniadaan bagian
gambar atau suara tertentu. Tugas penyensoran tidak hanya sekadar memotong atau
menghapus apa-apa yang tidak patut ditonton oleh masyarakat, khususnya remaja dan
anak-anak, tetapi sekaligus membimbing dan mengajak masyarakat untuk dapat
mengembangkan sikap kritis dalam menapis atau lebih tepat lagi dalam melakukan
self censorship.
Dewasa ini, peran Lembaga Sensor Film Indonesia dinilai tidak maksimal.
Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar film layar lebar Indonesia yang sudah
diuji oleh Lembaga Sensor Film benar-benar berbau pornografi. Banyak adegan yang
tidak sesuai dengan adat ketimuran dipertontonkan di dalam film tersebut seperti
tidak adanya penyensoran.
Lembaga Sensor Film Indonesia pun hanya melabeli film dewasa hanya
dengan tulisan “Dewasa” saja tanpa melakukan pengawasan yang ketat dalam
peredarannya. Pemerintah juga seolah-olah berusaha menyuguhkan dan melegalkan
adegan-adegan porno di dalam film horor kepada masyarakat dewasa. Padahal orang-
orang dewasa juga perlu mendapatkan pendidikan melalui film-film Indonesia yang
cerdas dan bermutu yang membawa wawasan bagi anak bangsa. Jika yang disugukan
film-film seperti suster keramas, hantu jamu gendong, dan lain-lain. Nilai atau
pelajaran hidup apa saja yang bisa diambil dalam film seperti itu?

7
Tidak semua film yang bertuliskan “Dewasa” ditonton hanya oleh masyarakat
dewasa saja. Prakteknya, banyak remaja ataupun anak-anak di bawah umur yang
tetap dapat menikmati film tersebut di bioskop-bioskop. Padahal apabila ternyata ada
bioskop yang masih menerima penonton remaja dan anak-anak, maka bioskop
tersebut akan menerima sanksi dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).

D. Dampak Film Indonesia terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia

Salah satu tayangan yang berisiko tinggi bagi perkembangan mental adalah
film horor. Sebenarnya, film horor dibuat untuk menakut-nakuti penontonnya.
Ketakutan yang dihasilkan film horor dapat membekas selama bertahun-tahun dalam
hidup seseorang. Penelitian National Institute of Mental Health di Amerika Serikat
menyatakan, tayangan film horor berdampak buruk bagi perkembangan kejiwaan
seseorang.
Film horor dinilai merusak mental masyarakat Indonesia karena banyak
adegan porno yang ada di hampir semua film-film horor. Film horor juga selalu
identik dengan sesuatu yang menakutkan, misalnya setan, hantu, pocong, atau
kuntilanak. Tanpa disadari, seseorang akan berpikir bahwa setan itu menakutkan,
hantu itu menyeramkan, kuntilanak dan pocong itu membuat merinding ketakutan.
Hal ini akan memunculkan anggapan bahwa setan, kuntilanak, pocong, atau hantu
lebih ditakuti daripada Tuhan. Mental bangsa ini juga akan rendah. Bangsa ini akan
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang penakut dan daya berpikirnya juga
tidak akan berkembang. Film horor Indonesia sekarang ini juga banyak yang tidak
lagi memasukkan unsur religi. Berbeda pada era 1980-an, dimana film-filmnya masih
kental dengan unsur religi.
Meski banyak kekurangannya, film horor ternyata banyak disukai masyarakat.
Hal inilah yang membuat para produser berlomba-lomba menciptakan film horor.

8
Sayangnya film-film nasional yang berkualitas buruk beredar sampai ke pelosok
masyarakat yang buta baca tulis.
Film horor juga mengakibatkan cara berpikir tidak rasional karena percaya
pada sesuatu yang sebenarnya takhayul. Kekuatan film horor adalah kemampuannya
menyentuh rasa takut, ingin tahu, hingga menyerempet tentang seks. Karena
menggungah nafsu manusia sudah tentu ada reaksi. Ingin melihat. Ingin mencoba.
Dan akhirnya menimbulkan ketagihan. Secara umum, orang ingin tahu bagaimana
bentuk pocong, genderuwo. Tujuan film horor yang awalnya sama dengan tujuan
film-film jenis lain untuk menghibur mulai kabur. Bahkan seperti membiarkan
terjadinya penggiringan untuk menjadikan seseorang addicted. Kecanduan.
Persoalannya adalah jika seseorang kecanduan dengan hal-hal negatif, tentu itu bukan
sesuatu yang baik. Perilaku, perkataan, pola pikir, dan kelakuannya akan
mencerminkan hal ini.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dunia perfilman Indonesia kini didominasi dengan film-film horor. Akan


tetapi, kualitas dari film horor di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan
adanya rumah produksi yang hanya mengejar omzet dan keuntungan semata dan rela
mengorbankan mutu. Film horor tersebut banyak yang dibalut dengan adegan seks.
Inilah salah satu trik agar penonton dapat lebih terpikat untuk menonton film tersebut.
Produser film sekarang telah mendatangkan para artis luar negeri yang termasuk
kategori artis porno disana. Inilah yang membuat pengunjung semakin antusias untuk
menonton, apalagi artis porno yang didatangkan tidak dibayar murah, mereka dibayar
lebih mahal tiga sampai lima kali lipat dari artis Indonesia. Hal ini sangat kontras
dengan tujuan awal pembuatan film horor itu sendiri. Sebenarnya, film horor tersebut
hanya untuk menjadi sarana hiburan saja. Peran Lembaga Sensor Film Indonesia pun
dinilai tidak maksimal. Lembaga Sensor Film Indonesia hanya melabeli film dewasa
hanya dengan tulisan “Dewasa” saja tanpa melakukan pengawasan yang ketat dalam
peredarannya. Oleh karena itu, film horor tersebut dinilai merusak moral bangsa dan
tidak mendidik generasi muda yang akan menjadi pemimpin kelak.

B. Kritik dan Saran


Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia harus lebih seleksi lagi dalam
meluluskan film yang akan ditayangkan di bioskop. Jika LSF tidak meluluskan sama
sekali film bergenre horror-porno tersebut, maka para produser tentunya akan merasa
jera untuk memproduksi fim-film seperti itu. Hal ini dikarenakan mereka sudah

10
mengeluarkan modal yang banyak tetapi tidak mendapatkan keuntungan sama sekali
karena tidak diizinkan tayang oleh LSF. LSF pun akan semakin bertambah nilai
positifnya di mata masyarakat karena masyarakat beranggapan bahwa LSF
mempunyai kontrol yang tegas akan hal ini.
Pemerintah dituntut untuk bersikap aktif dan tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Pemerintah harus tegas dan
konsisten dalam menerapkan hukum baik Undang-Undang Pers, Undang-undang
Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran di samping tentu saja partisipasi dari
masyarakat untuk bersama-sama mencegah dampak buruk dari tayangan film yang
jika dibiarkan bisa menghancurkan negeri ini.
Para penonton juga harus jeli dalam memilih film yang akan ditonton, salah
satu cara yang tepat adalah dengan membaca review film terlebih dahulu, misalkan
melalui situs movie review yang ada di internet. Di Indonesia , kita mengenal situs
review film Movietei.com.
Movietei adalah situs review film terbesar di Indonesia yang menyediakan
berbagai informasi mengenai film – film di Indonesia, baik film asing, film Indonesia
dan film Indie. Situs Movietei.com merupakan alternatif panduan bagi para pecinta
film di Indonesia agar tidak terjebak oleh film – film murahan yang tampil di
Indonesia, sekaligus juga sebagai tempat apresiasi film–film Indonesia yang
berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

11
Alexia. 2010. Dampak Film Horor. Diakses. dari
http://watatita.wordpress.com/tag/dampak-film-horor/ pada tanggal 3
November 2011.

Ariani, Anna. 2009. “ Film Horor Indonesia”, Bahana. Nomor 20.

Arta, Dewi. 2010. Dampak Negatif Film Horor. Diakses dari


http://ilmupsikologi.wordpress.com/tag/dampak-negatif-film-horor/ pada
tanggal 1 November 2011.

Lubish, Ismail Fahmi. 2010. Sejarah Film Horor Indonesia. Diakses dari
http://indonesiancinematheque.blogspot.com/2010/03/sejaraj-film-horor-dan-
di-indonesia.html pada tanggal 2 November 2011.

Nisrina, Indah. 2011. Apakah Film Horor itu. Diakses dari http://indah-
nisrina.blogspot.com/2011/02/film-horor pada tanggal 1 November 2011.

Sihotang, Okta. 2011. Bobroknya Kualitas Film Indonesia. Diakses dari


http://oktasihotang.com/pendapat/film-indonesia-terbaru-2011/ pada tanggal
29 Oktober 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai