Anda di halaman 1dari 2

Kardinawati 20011046

Assalamualaikum Wr. Wb.

Semangat pagi semua !

Salam sejahtera untuk kita semua

Ibu dosen yang saya hormati dan teman-teman yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan YME. .Saya berdiri disini untuk
menyampaikan pidato mengenai Jadi Penonton Cerdas Itu Biasa, Bikin Orang Cerdas Tentu Luar Biasa.
Pada kesempatan ini saya akan membatasi bahasan kita pada film. Saya sengaja memilih topik ini karena
memang hampir semua diantara kita menyukai film. Bukan hanya sekadar suka terhadap film, tapi
membuka pemikiran kita bahwa kita patut perihatin dan peduli dengan perkembangan film yang ada di
Indonesia. Serta mampu mengajak orang lain untuk menjadi cerdas dan ikut peduli.

Sebelumnya ada yang tahu ada berapa banyak genre film yang pernah ada ? Ya, tidak kurang dari 23
jenis genre film yang pernah dibuat seperti animasi, dokumenter, fantasi, family, thriller, war, dll. Secara
umum kesemua genre itu dibagi menjadi dua bagian besar yaitu bersifat fiksi dan non-fiksi. Itu semua
jenis film yang memang ada di dunia.

Film memang kita tonton sebagai hiburan dikala kita merasa penat. Film yang ditonton pun dapat
disesuaikan dengan selera kita. Tapi akan lebih baik kalau sembari menonton, kita pun mendapatkan
nilai positif dari film tersebut. Selain terdapat nilai-nilai yang dapat kita gunakan sebagai pegangan kita
dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu film pun mampu menginspirasi kita. Misalnya pada film
Sherlock Holmes, kita diajak untuk berpikir kritis, teliti, dan mampu memprediksi hal yang akan terjadi
didepan. Bagi orang-orang yang benar-benar menghayati film ini pasti akan terpengaruh menjadi orang
yang mencermati detil setiap hal. Film ini juga mengajak untuk tetap profesional dalam menjalankan
tugas. Kedua fungsi inilah yang seharusnya tersaji di dalam sebuah film bagi setiap penonton.

Kalau di Indonesia sendiri genre film apa yang sudah pernah dibuat ? Tetap ada film yang dibuat dengan
genre-genre tersebut, tapi tidak semua kita tahu keberadaannya. Karena genre film yang paling marak
ada di Indonesia adalah komedi, horor, patriotik, romantik dan sejarah. Namun hal yang menjadi
perhatian kita yaitu film di Indonesia lebih didominasi oleh film-film yang kurang bermutu. Seperti film
komedi disertai dengan kesan sensual atau film horor yang disertai mistik dan pornografi. Tentu ini
meresahkan , apalagi film merupakan media yang sangat besar dampaknya dalam penyebaran
pengaruh. Film-film tersebut menumbuh suburkan pembodohan bangsa, perusakan moral bangsa, dan
mengungkung kreatifitas sineas yang jauh lebih berbakat.
Kardinawati 20011046

Beberapa hal yang memang menjadi tantangan berat dalam memproduksi film di Indonesia, seperti
yang ada di film Demi Ucok yaitu penonton yang sedikit , pajak yang besar , dan pembajak yang banyak.
Penonton yang sedikit karena memang masyarakat Indonesia yang kebanyakan berpendidikan rendah
masih belum mampu memilah tontonan yang bermutu. Maka perlu membuat film yang lebih bermutu
agar penonton bisa mulai mengerti. Pajak di Indonesia memang besar,tapi apapun yang terjadi selama
film yang dibuat bagus dan laris tentu mampu menutupi kekurangan ini. Masalah yang terakhir yaitu
pembajak. Melalui sisi ekonomi tentu dimana ada celah orang yang memiliki jiwa bisnis pasti akan
memanfaatkannya. Kembali lagi kepada konsumen, tetap menjadi pencuri secara tidak langsung dengan
membeli kaset bajakan atau mau menghargai karya dan kerja keras orang lain dengan membeli kaset
asli.

Meski memang film-film yang muncul sudah mengalami perkembangan yang baik, namun tetap saja
tidak mampu membendung laju produksi film yang hampir dikatakan tidak layak edar. Disinilah peran
kita bukan hanya menjadi penonton yang pemilih tetapi juga mengajak orang lain untuk jadi penonton
cerdas. Sebisa mungkin menemani adik-adik kita menonton film, mengajak teman untuk menonton film
yang informatif, dan bahkan mau berkarya dengan membuat film yang mendidik. Bukan harus membuat
film dengan dana yang bombastis atau efek yang super dramatis, tetapi film yang mampu menuntun
penontonnya menjadi religius, nasionalis, kreatif, dan aktif. Memang banyak tantangan tapi mari kita
mulai beraksi nyata demi mencerdaskan bangsa.

Sekian dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf. Atas perhatian teman-teman saya ucapkan
terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai