Anda di halaman 1dari 7

Menulis pada dasarnya merupakan upaya dalam mengekspresikan apa yang dilihat, dialami,

dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Hampir setiap orang pernah menulis mulai
dari tulisan ringan hingga mendalam, contoh tulisan ringan seperti menulis pesan, surat, buku
harian, lalu menulis mendalam contohnya artikel.
Artikel merupakan suatu karangan yang sifatnya faktual serta disajikan secara lengkap
dengan suatu panjang tertentu. Artikel ini dapat dipublikasikan baik itu dicantumkan dalam
koran, majalah, buletin, blog pribadi ataupun media publikasi lainnya yang bertujuan untuk
menyampaikan gagasan serta fakta bersifat meyakinkan, menghibur, dan juga mendidik.
Biasanya, artikel hanya menyangkut satu pokok permasalahan dengan sudut pandang hanya
dari satu disiplin ilmu.
Artikel mempunyai beberapa ciri ciri yang perlu Anda perhatikan, yaitu:

1. Isinya bersumber dari fakta dan bukan hanya mengggunakan dimensi realitas saja.
2. Berisikan sebuah karya tulis yang sifatnya padat, singkat, jelas, dan tuntas.
3. Merupakan sebuah hasil tulisan yang bersifat original.
4. Bersifat faktual karena mengungkap berbagai macam data.
5. Isinya disesuaikan dengan fakta yang didapat dari obyek ataupun narasumber sehingga
bukan hanya hasil pemikiran penulisnya semata.
6. Isinya juga dapat berupa sebuah pemaparan mengenai biografi tokoh dan peristiwa
tertentu, hasil riset, dan hasil hasil penemuan lainnya yang berhubungan dengan tema
artikel yang bersangkutan.
7. Suatu gagasan yang berkaitan dengan kebutuhan pembacanya.

Setelah kita berkenalan dengan artikel dan ciri-cirinya, yuk pahami juga jenis-jenis dari artikel
1. Argumentasi,
Artikel ini mempunyai tujuan untuk membuktikan adanya suatu kebenaran dalam
berpendapat dengan disertai fakta sebagai suatu alasan dan juga bukti.
Contoh artikel argumentasi :
SULIH BAHASA FILM ASING

Himbauan Mendikbud dan Menpen untuk melakukan sulih bahasa (dubing) semua film asing,
baik di TV maupun di gedung bioskop, nampaknya lebih merupakan instruksi lantaran ada
batas waktu yang diberikan selambat-lambatnya 16 Agustus 1996, atau 3,5 bulan setelah
himbauan dilontarkan.

Yang jadi masalah tentu bukan semata-mata waktu yang singkat itu, tetapi berbagai hal yang
menyangkut film itu sendiri. Ini tergambar dari pendapat berbagai pihak yang berbeda-beda
mengenai hal ini.

Kalangan televisi sendiri lebih banyak menyoroti masalah kesulitan teknis bila himbauan itu
harus dipenuhi. Misalnya kesiapan rumah produksi dengan para pesulih bahasanya, jumlah dan
kualitas pesulih bahasa yang terbatas.
Hanya Freddy M. Nindan, Manajer produksi PT Eltra Studio yang menyinggung kualitas film
aslinya. Baginya hanya film-film kurang berbobot saja, dan tentu film anak-anak yang perlu
disulih-bahasakan.

Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional, Johan Tjasmadi malahan lebih berhati-hati.
Sebagai insane film yang mengerti hakikat sebuah film sebagai karya multi media yang bukan
hanya sekedar kaya gambar, nampaknya Johan Tjasmasi paham benar bahwa pesulih bahasa
sebuah film asing tak boleh sembarangan. Langkah itu harus dibicarakan secara mendalam
dengan berbagai pihak.

Dr. Salim Said, pengamat film dan penulis kritik sejarah film Indonesia yang andal lebih terbuka
mengatakan, sulih bahasa asing justru akan membuka pintu lebar-lebar bmasuknya nilai-nilai
asing. Ini dapat dipahami. Dengan teks terjemahan, hal-hal yang dianggap rawan, baik dalam
bidang social, budaya, maupun politik tidak perlu diterjemahkan.

Hanya penonton yang paham bahasa asing film tersebut mungkin jeli menangkap hal itu, lantas
karena pendidikan dan kemampuan memfilter pengaruh asing sudah cukup tak akan
terpengaruh, sedangkan sulih bahasanya ringkas pada hal mulut pelakonnya masih komat-
kamit

Memang diakui di beberapa negara sulih bahasa film asing sudah dilakukan dengan baik. Selain
itu film dengan bahasa aslinya juga masih tersedia di pasaran. Beberapa tahun lalu saya sempat
menonton film berdasarkan karya Shakespeare di Paris, dalam bahasa aslinya dengan teks
terjemahan Perancis. Sebagai orang yang buta bahasa Perancis, saya belajar beberapa kata
Perancis dari menonton film itu.

Ada beberapa hal yang menyangkut film dan pendidikan yang perlu diperhatikan dalam
kewajiban menyulih-bahasakan semua film asing. Pertama, film sebagai karya multi media
dan karya seni berbicara melalui gambar, suara dan bahasa. Tiga unsur itu saling menunjang
dan mutu serta keindahan karya film itu dapat rusak kalau salah satu unsurnya terganggu.

Tidak percaya? Secara sederhana pernah anda menonton film yang dikenal bermutu bagus di
gedung bioskop kelas kambing dengan kualitas proyektor rendah, sistem akustik gedung tak
memadai juga pengeras suara semutu pengeras suara rapat umum, yang tersaji adalah
pertunjukan yang menyakitkan, bukan saja bagi mata tetapi juga telinga dan hati kita.

Dialog (bahkan dalam film Indonesia) tak terdengar jelas meski pengeras suara berbunyi
keras. Menonton film asing dengan teks terjemahan dalam kondisi seperti ini bak membaca
buku di tengah kebisingan.

Bahasa dalam sebuah film yang bagus bukan sekedar unsure tempelan. Saya tidak bias
membayangkan harus menikmati sebuah film karya Kurozawa dengan sulih bahasa apa saja.
Cara pemain pria dan wanita Jepang dalam mengungkapkan perannya melalui bahasa
mempunyai warna khusus.
Keindahan bahasa film itu membawa nilai tersendiri. Demikian juga film-film berbahasa
Perancis, Arab, Jerman, bahkan daalam bahasa-bahasa yang jarang sekali kita dengar.

Karena itu, saya menaruh hormat pada TPI yang sering menyiarkan film-film berbahasa Arab
dengan versi aslinya. Jiwa budaya yang dihembuskan melalui bahasa itu memberikan nikmat
tersendiri bagi pecinta film yang tidak sekedar mengejar makna, tetapi juga keindahan
budaya.

Dalam hubungan ini, mungkin perlu dipertimbangkan usul yang sudah dikemukakan tadi,
bahwa sebaiknya film yang disulihbahasakan hanya film-film ‘kodian’ semacam telenovela.

Disadari atau tidak, sebuah film adalah sumber pelajaran. Kita tidak saja memperoleh
pengetahuan dari sebuah film, tetapi juga memahami lebih jauh budaya, tata cara, adapt
kebiasaan sebuah masyarakat yang jauh dari masyarakat kita.

Film dalam bahasa aslinya dapat pula dipakai sebagai sumber pelajaran bahasa. Kita bisa
belajar bahasa-bahasa asing, Arab, Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman, melalui film-film
asing yang baik.

Sebuah bahasa Mandarin ditolak untuk dipakai dalam sebuah film yang diputar di TV harus kita
terima sebagai keputusan politik. Penguasaan bahasa asing bukan saja dipakai untuk sarana
meningkatkan pelayanan bidang pariwisata yang sedang kita galakkan.

Soal tuduhan bahasa asing dapat merusak penggunaan bahasa Indonesia, barangkali tidak
sepenuhnya benar. Mereka yang benar-benar menguasai bahasa asing biasanya juga dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dan alasan bahwa sulih bahasa bertujuan memasyarakatkan bahasa Indonesia mungkin tidak
terlalu tepat. Banyak forum-forum lain untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sulih
bahasa dengan kualitas tak terjamin justru akan mengobrak-abrik tatanan bahasa kita.
Sumber bacaan : https://www.dosenpendidikan.co.id/
2. Deskripsi.
Artikel ini menggambarkan tentang adanya suatu hal dari pembaca sehingga mereka seakan
akan mendengar, merasakan, dan melihat langsung keadaan yang ada dalam artikel tersebut
baik itu fiksi maupun fakta.
Contoh artikel deskripsi

Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa

Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh akan
orang-orang yang berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju. Tapi selain itu
karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat
pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang telah ia raih, melainkan juga pada karakter
dari pribadi dari setiap orang.

Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang
psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya asal mengajar saja
agar terlihat formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus
dilakukan.

Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman


menjelaskan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan
diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka
pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab,
bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para
cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Banyak pilar karakter yang harus kita tanamkan kepada anak – anak penerus bangsa,
diantaranya adalah kejujuran, yah kejujuran adalah hal yang paling pertama harus kita
tanamkan pada diri kita maupun anak – anak penerus bangsa karena kejujuran adalah
benteng dari semuanya, Demikian juga ada pilarkarakter tentang keadilan, karena seperti
yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di Negara ini. Selain itu harus
ditanamkan juga pilarkarakter seperti rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya
adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun
menyayangi adik – adik kelasnya, begitu juga dengan teman seangkatan rasa saling
menghargai harus ada dalam diri setiap murid – murid agar terciptanya dunia pendidikan
yang tidak ramai akan tawuran.

Sekarang mulai banyak sekolah – sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter
menjadi mata pelajaran khusus di sekolah tersebut. Mereka diajarkan bagaimana cara
bersifat terhadap orang tua, guru –guru ataupun lingkungan tempat hidup.

Mudah – mudahan dengan diterapkannnya pendidikan karakter di sekolah semua potensi


kecerdasan anak –anak akan dilandisi oleh karakter – karakter yang dapat membawa mereka
menjadi orang – orang yang diharapkan sebagai penerus bangsa. Bebas dari korupsi,
ketidakadilan dan lainnya. Dan makin menjadi bangsa yang berpegang teguh kepada karakter
yang kuat dan beradab. Walaupun mendidik karakter tidak semudah membalikan telapak
tangan, oleh karena itu ajarkanlah kepada anak bangsa pendidikan karakter sejak saat ini.

Sumber : https://pastiguna.com/

3. Eksposisi
Artikel jenis ini mengandung penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberikan
pengetahuan tambahan bagi para pembaca disertai dengan grafik, gambar, dan data
pendukung lainnya yang berhubungan dengan artikel tersebut.

Contoh artikel eksposisi :

Pendidikan merupakan tameng paling ampuh untuk melindungi diri. Karena pendidikan
merupakan sarana dimana kita bisa mempelajari serta mendapatkan banyak pengetahuan
yang sangat bermanfaat.

Di Indonesia tingkat pendidikan sudah tergolong baik. Hal tersebut disebabkan karena
pemerintah telah banyak memberikan fasilitas pada rakyat Indonesia. Misalnya membantu
dalam hal dana, membangunkan gedung sekolah, bahkan menyediakan sekolah gratis.

Dan kini, masalah tersebut terletak pada peserta didik itu sendiri. Apakah peserta didik
memiliki semangat belajar dan keinginan berprestasi yang tinggi? Tentunya semua itu harus
dibentuk agar peserta didik anntinya bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara.
Sebagai bentuk penghargaan karena pendidikan di masa kini telah begitu dimudahkan oleh
pemerintah.

Ketika fasilitas belajar dan peran aktif peserta didik telah bersatu, maka bisa dipastikan
derajat Indonesia mampu mendapatkan pengakuan lebih dari dunia. Dan tidak menutup
kemungkinan investor asing akan semakin banyak yang datang sehingga nantinya
perekonomian dalam negeri bisa lebih meningkat.

Kualitas guru yang mempunyai kompetensi tinggi juga akan sangat membantu kualitas
pendidikan di indonesia meningkat.

Sumber : https://riuhimaji.com/
4. Persuasi,
Artikel ini mempunyai tujuan untuk dapat mempengaruhi pembacanya agar berbuat sesuatu.
Berikut adalah contoh dari artikel persuasi :
Kejar Ilmu Sebanyak Mungkin

Tidak ada istilah “terlalu muda” untuk mencapai hasil, atau istilah “terlalu tua” untuk belajar.
Ungkapan ini sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan orang luar biasa seperti Shigemi
Hirata. Pada 96, Shigemi Hirata mampu memperoleh gelar pada saat yang sama bernama
sarjana tertua oleh Guinness World Records.

Hirata, lahir pada tahun 1919, mulai mengajar kelulusan ketika dia berusia 85 tahun setelah
pensiun, dan mengambil bidang studi seni keramik. Sebelas tahun kemudian, setelah
perjuangan yang panjang, Hirata lulus dalam sastra dari Universitas Seni dan Desain Kyoto.
Meskipun antusiasmenya untuk studi masih luar biasa, Hirata berpikir tentang melanjutkan
ke lulus.

Di Palestina, bahkan seorang nenek berusia 82 tahun menjadi terkenal setelah sejarahnya
sebagai seorang sarjana yang tersebar luas di dunia maya. Nonna Fatima lulus dalam Hadis
dari Universitas Aqsa, Gaza, Palestina. Memenangkan gelar adalah mimpinya yang akhirnya
menjadi kenyataan, setelah sebelumnya terpaksa ditunda pada usia muda karena konflik
yang berkepanjangan di negaranya. Melihat perjuangan sang nenek, banyak netizen
memberikan dukungan positif dan penghargaan kepada semangat yang dimiliki sang nenek.

Tokoh lain yang pantas mendapatkan tambahan satu inci dalam antusiasmenya dalam
penelitian ini adalah Diana Patricia Hasibuan. Nenek dari 13 cucu itu mampu meraih master
glass di usia yang tidak lagi muda, yang berusia 71 tahun. Prestasi ini mampu mendaftarkan
nama Patricia sebagai pemenang master tertua di Indonesia dan terdaftar di Museum Rekor
Indonesia (MURI). Awalnya karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, Patricia harus
rela mengubur impian masa mudanya di dokter. Meski begitu, Diana tidak menyerah pada
antusiasmeninya dalam studi, dia akhirnya mendaftar sebagai mahasiswa pada tahun 1998.
Sekarang Patricia bermaksud untuk melanjutkan pelatihan doktornya untuk mendapatkan
gelar doktor, Patricia telah menunjukkan bahwa usia bukanlah halangan dalam mengejar
pengetahuan dan pesan, ini adalah apa yang ingin ditransmisikan hari ini ke generasi baru.

Sebagai generasi muda yang diberkati dengan antusiasme dan kondisi yang masih prima, kita
tidak harus kehilangan angka-angka ini. Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan sangat
dibutuhkan saat ini. Tidak perlu takut gagasan bahwa kuliah di universitas mahal karena
sekarang ada begitu banyak beasiswa yang ditawarkan oleh berbagai lembaga, baik
pemerintah maupun swasta. Bukan saja kesempatan untuk belajar di Indonesia, tetapi juga
kesempatan untuk belajar di luar negeri bukan tidak mungkin dan sangat terbuka saat ini.
Oleh karena itu, kita hanya perlu memiliki niat dan antusiasme yang kuat dan serius dalam
mengejar pengetahuan untuk mendapatkan peluang ini.

Studi pengetahuan tidak hanya dibatasi oleh kualifikasi akademik, tetapi kami juga dapat
membuat pengetahuan di mana saja dan kapan saja. Kita dapat memperoleh pengetahuan
dengan membaca buku, majalah, bahkan dengan informasi terkini tentang berbagai informasi
terbaru dari berbagai situs berita dan surat kabar. Selain itu, bertemu dengan para ahli di
bidangnya atau sekadar bertukar ide dengan orang-orang di sekitarnya juga merupakan
bentuk studi. Ilmu pengetahuan membuat seseorang berguna bagi dirinya dan orang lain,
ilmu pengetahuan juga merupakan investasi terbaik dalam medium perkembangan teknologi
yang tak terbendung seperti sekarang ini, sehingga ilmu pengetahuan mampu membawa
perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik. Ilmu pengetahuan juga merupakan benteng
terkuat kita dalam hal kecelakaan baik dalam diri kita maupun orang lain. Karena itu, mintalah
sebanyak mungkin pengetahuan dan kejarlah sebanyak mungkin pengetahuan!

Sumber : https://majalahpendidikan.com/

5. Narasi,
Artikel ini dapat juga disebut sebagai cerita yang isinya berupa fakta ataupun fiksi. Dalam
artikel ini akan dipaparkan tentang suatu peristiwa dan kejadian yang disusun dalam ukuran
waktu dengan disertai berbagai tokoh yang berhadapan dengan konflik.
Contoh dari artikel narasi :
Semut Dan Jangkrik

Ada kisah pada zaman dahulu, hiduplah seekor jangkrik yang sangat sering bernyanyi. Dia selalu
melakukan hobinya tersebut disetiap hari. Di suatu hari pada saat jangkrik dan teman-
temannya sedang bernyanyi dan menari, seekor semut melintas. Semut itu sedang bekerja
untuk mengumpulkan makanan.

“Hey semut, jangan kau habiskan hidupmu itu dengan bekerja keras, bersantailah beberapa
saat bersama kami disini” hardik si jankrik diikuti dengan tawa semua teman-temannya.

“Maafkan aku jangkrik, aku harus bekerja untuk mengumpulkan persediaan makanan karena
sebentar lagi musim kemarau” jawab si semut.

Mendengara jawaban semut, sang jangkrik pun tertawa “hahaha, hey semut! Kita hidup di
hutan yang begitu subur tidak mungkin makanan yang ada disini habis”

Semut pun berlalu meninggalkan jangkrik yang tengah tertawa dengan teman-temannya. Hari
terus berganti, semut terus bekerja. Sedangkan sang jangkik tetap bermain dan menari-nari
sepanjang hari.

Musim kemarau pung akhirnya tiba, sang jangkrik yang mulai lelah bernyanyi dan menari mulai
mencari makanan. Sepanjang hari ia terus mencari, tetapi tidak sedikit pun dia menemukan
makanan. Sang jangkrik pun menjadi kelaparan dan sampai akhirnya mati. Sementara itu, si
semua berdiam diri didalam sarangnya sambil menikmati hasil jerih payahnya selama ini.

Sumber : https://www.seputarpengetahuan.co.id/

Anda mungkin juga menyukai