Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media merupakan teknologi informasi yang mampu membawa


masyarakat pada pola budaya yang baru. Media massa memengaruhi
masyarakat luas dengan berbagai pesan melalui informasi yang disebarkan.
Salah satu media massa yang sangat berperan dalam memberikan pengaruh
terhadap masyarakat adalah film. Tidak hanya televisi, film menjadi salah
satu pilihan hIburan bagi masyarakat di seluruh dunia. Film merupakan salah
satu media massa yang disukai sampai saat ini. Terbukti di setiap tahunnya di
berbagai negara berlomba-lomba membuat film dari berbagai genre hingga
membuat film tersebut populer di kalangan masyarakat. Salah satu festival
film yang rutin diselenggarakan seperti Festival Film Cannes, Festival Venice
dan, Festival Sundance.

Film merupakan bentuk seni kompleks dan media komunikasi unik


yang pengaruhnya dapat menjangkau seluruh segmen sosial masyarakat. Film
tidak hanya merupakan media hiburan yang luar biasa, tetapi film juga
memberikan semacam rasa kehadiran dan kedekatan dengan suatu dunia yang
tidak tertandingi dengan tempat lain, dunia yang tidak terbayangkan. Film
dapat memberikan perasaan yang intens dan melibatkan orang secara
langsung dan nyata dengan dunia “di luar sana” dan di dalam kehidupan orang
lain.

Keberadaan film ditengah kehidupan masyarakat memberikan


beberapa nilai dan fungsi tertentu. Film berfungsi untuk mentransmisikan
suatu pesan dari sang pembuat film kepada khalayak luas. Film memiliki
kemampuan unik dalam menyampaikan pesan. Menonton film membawa
penonton keluar dari kehidupan mereka sehari-hari dan menciptakan ilusi
seolah berada di dunia yang berbeda. Penonton tenggelam ke dalam

1
kehidupan karakter fiksi, pikiran mereka pun mulai mengembangkan opini
tentang kejadian-kejadian bersejarah dalam film, dan terus terpikat oleh
kombinasi warna, cahaya dan suara yang artistik. Film mengikat penonton
secara emosional dan memiliki kekuatan yang besar dari segi estetika. Film
sebagai media komunikasi massa memiliki peran yang cukup penting yaitu
sebagai alat untuk menyalurkan pesan-pesan kepada penontonnya. Pesan
tersebut dapat membawa dampak positif maupun negatif.

Film terdiri dari banyak jenis, diantaranya film dokumenter, film


animasi, film musikalisasi dan film pendek. Film pendek ini merupakan film
yang simple dan paling kompleks. Secara teknis film pendek memiliki durasi
dibawah 50 menit. Film pendek memberikan kebebasan bagi pembuat dan
penontonnya, sehingga bentuknya sangat bervariasi. Film pendek dapat saja
berdurasi 60 detik, akan tetapi ide dan pemanfaatan komunikasinya sangat
efektif. Film pendek banyak menghasilkan cara-cara pandang baru tentang
bentuk film secara umum.

Film dapat memberikan informasi dan mengedukasi bahkan


menginspirasi. Pesan-pesan moral dalam film biasanya merepresentasikan
realitas. Contohnya, saat kita mencoba untuk berkenalan dengan jalan cerita
suatu film, kita sering mencoba mencari-cari kemiripan atau kesamaan diri
kita dengan karakter yang ada di film dan memilah-milah sikap serta tindakan
karakter yang benar dan salah. Dengan adanya pesan-pesan moral dalam film,
hal ini dapat membantu kita dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial
dan kehidupan sehari-hari melalui pelajaran berharga di dalamnya.

Film mempunyai kemampuan untuk mengantar pesan secara unik,


karena kekuatan dan potensi film yang dapat menjangkau banyak strata sosial
dan dapat menjangkau komunikan dalam jumlah besar yang tidak mungkin
dapat dijangkau oleh kegiatan komunikasi kontak langsung. Film sebagai
salah satu jenis media massa yang menjadi saluran berbagai macam gagasan
konsep, serta dapat memunculkan dampak dari penayangannya. Ketika

2
seseorang melihat sebuah film, maka pesan (message) yang disampaikan oleh
film tersebut secara tidak langsung akan berperan dalam pembentukan
persepsi seseorang terhadap maksud pesan dalam film. “Seorang pembuat
film mempersentasikan ide-ide yang kemudian dikonversikan dalam system
tanda dan lambang untuk mencapai efek yang diharapkan” (Sobur, 2003).
Setiap ide tersebut dikonversi menjadi pesan yang ditangkap oleh
penontonnya melalui tanda dan lambang yang diberikan.

Pesan sebagai komponen komunikasi massa dapat berupa gagasan,


pendapat dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan
melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang lain atau komunikan”
(Pratikto, 1987). Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan,
yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan. Kode pesan adalah sekumpulan
simbol yang dapat disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna bagi
seseorang. Isi pesan ialah bahan atau material yang dipilih sumber untuk
menyatakan maksudnya. Wujud pesan adalah keputusan-keputusan yang
dibuat sumber mengenai bagaimana cara sebaiknya menyampaikan maksud
dalam bentuk pesan.

Pesan-pesan dan simbol-simbol yang digambarkan baik secara


tersurat maupun tersirat dalam suatu film, dapat kita ketahui dengan
menggunakan analisis semiotika yang merupakan salah satu ilmu dalam
komunikasi. Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda
dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya
dengan tanda tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka
yang menggunakannya. Menurut Kriyantono (2006) semiotika memiliki
tanda-tanda yang mengandung arti dan dipelajari melalui sistem-sistem,
aturan-aturan, dan konvensi-konvensi tanda itu sendiri.

Pesan dapat disampaikan seseorang melalui suatu bentuk lambang


komunikasi. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, suara dan lain sebagainya.

3
Melalui lambang-lambang inilah komunikator film menyampaikan pesannya
kepada komunikan. Komunikasi yang terjadi antara komunikator dan
komunikan film tersebut merupakan suatu proses sosial yang bersifat
ideologis, dimana pesan- pesan yang disampaikan oleh komunikator media
massa tersebut menyembunyikan makna-makna konotatif atau ideologis.
Sobur mengatakan bahwa “dalam semiotika film terdapat lambang-lambang
yang merupakan representasi dari realitas” (Sobur, 2009). Sebagai
representasi dari realitas, film mampu membentuk dan menghadirkan
kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi dan ideolog dari
kebudayaannya. Hal ini berarti dalam setiap realitas terdapat kode-kode yang
memiliki makna.

Aspek moralitas dalam suatu film perlu diperhatikan karena pada


akhirnya berfungsi untuk pembentukan sikap moral. Salah satu nilai moral
yang ada di masyarakat adalah nilai kasih sayang keluarga. Keluarga adalah
sebuah kelompok kecil masyarakat dimana seorang manusia mulai belajar
bersosialisasi dengan manusia lainnya, dalam keluarga terdapat tingkatan
mulai dari kakek nenek, ayah Ibu, sampai dengan cucu. Semua manusia di
dunia ini memerlukan keluarga dan pasti memiliki keluarga semenjak ia lahir.

Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena


sejak lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Dalam
suatu keluarga yang memang mempunyai hubungan emosional antara satu
dengan yang lainnya sudah semestinya kasih sayang yang terjalin diantara
anggota keluarga akan mengalir dengan baik dan harmonis. Makna kasih
sayang yang sesungguhnya adalah bagaimana masing-masing anggota
keluarga memberi yang terbaik untuk anggota keluarga yang lainnya, baik itu
membahagiakan secara lahir maupun batin, rasa kepedulian dan juga
pengorbanan seseorang kepada orang yang dikasihinya tanpa ingin meminta
imbalan atas apa yang telah dilakukan, begitupun dalam sebuah keluarga.

4
Penelitian terdahulu tentang nilai-nilai keluarga dalam film The
Godfather (Rumthe, 2017) menyampaikan pesan bahwa nilai-nilai
kekeluargaan terlihat jelas dalam keluarga mafia. Penelitian ini memiliki
fokus pada kajian mengenai tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja.
Penelitian ini menganalisis scene per scene dalam film The Godfather untuk
mengetahui makna keluarga yang ditampilkan dalam film yang bercerita
tentang mafia dengan pendekatan semiotika. Meskipun mafia identik dengan
kejahatan tetapi dalam film ini mafia selalu mendahulukan keluarga di atas
apapun

Penelitian terdahulu lainnya tentang kasih sayang keluarga yaitu


dalam film Beyond Silence (Widowati, 2012). Beyond Silence adalah film
keluarga yang dapat membawa penonton meneteskan air mata, sebuah
pengorbanan, kasih sayang, penerimaan, dan saling memahami perbedaan
satu sama lain, menjadikan keluarga dalam film ini terlihat penuh drama yang
mengharukan. Dengan segala keterbatasan dalam berkomunikasi dan
bersosialisasi tersebut masing-masing anggota keluarga masih bisa
menjadikan keluarga sebagai prioritas dalam keseharian mereka.

Dalam proses pembuatan film yang kita tonton, membutuhkan waktu


dan proses yang sangat panjang. Hal tersebut membutuhkan proses pemikiran
dan proses teknik yang kompleks. Proses pemikiran yaitu berupa pencarian
ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap. Sedangkan proses teknik yaitu
berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah
film yang siap ditonton. Pencarian ide atau gagasan dapat berasal dari mana
saja, seperti, novel, cerpen, puisi, dongeng, bahkan dari sejarah ataupun kisah
nyata.

Salah satu film yang diangkat dari kisah nyata adalah film Lemantun
dengan latar belakang pedesaan yang berada di Muntilan, Jawa Tengah. Film
karya Wregas Bhanuteja ini mengisahkan tentang seorang Ibu mencoba
membagikan warisan kepada kelima orang anaknya; Eko, Dwi, Tri, Yuni, dan

5
Anto. Warisan tersebut adalah lemari yang dibeli sebagai penanda lahir anak-
anak Ibu. Lemari dibagikan berdasarkan nomor urut undian. Setelah lemari
dibagikan, Ibu meminta agar anak-anaknya segera membawanya. Sayangnya,
Tri yang belum menikah dan masih tinggal bersama Ibu, bingung akan
dibawa kemana lemari miliknya. Sementara itu, semua saudaranya
meyiapkan kendaraan angkutan untuk membawa lemari-lemari mereka, dan
konflik batin terjadi di dalam diri Tri.

Meskipun film ini merupakan film pendek yang durasinya lebih


singkat, namun dalam kurun waktu yang singkat tersebut para pembuatnya
harus bisa lebih selektif dalam menyampaikan materi yang ingin
disampaikan. Seperti film pada umumnya, film Lemantun juga berusaha
menyisipkan makna tersirat melalui lambang-lambang komunikasi yang pada
akhirnya akan menuntun penontonnya ke arah makna tersembunyi dari film
tersebut, yaitu representasi kasih sayang keluarga.

Film Lemantun menjadi salah satu film yang cukup dicari dan
menjadikan film ini menarik untuk diteliti. Film ini merupakan karya tugas
akhir mahasiswa Institut Kesenian Jakarta, namun berhasil mendapatkan
sekaligus 3 penghargaan film pendek terbaik sepanjang tahun 2015. Film ini
berada di posisi teratas pencarian film pendek 2014. Total penonton film
lemantun hingga 20 November 2020 sebanyak 1.433.451 kali, dengan 50.000
like (Bhanuteja, Wregas. LEMANTUN (2014) – Film Pendek Karya Wregas
Bhanuteja – Full Movie. Youtube, diunggah oleh Wregas Bhanuteja, 10 April
2020. https://www.youtube.com/watch?v=AfchZ4kfFMc. Diakses pada 30
Agustus 2020).

Sejak pertama kali rilis pada tahun 2014 hingga tahun 2020, film
Lemantun berhasil menarik perhatian warga twitter dengan jumlah pencarian
teratas sebanyak 5.230 retweet dan 30.744 like (twitter.com, 2020).
Dibandingkan dengan film Tilik yang viral di tahun 2020, film Lemantun
berhasil masuk ke dalam jajaran film di IMDb (Internet Movie Database) dan

6
mendapat rating sebesar 8,5/10, sedangkan film Tilik belum masuk ke dalam
jajaran film IMDB (imdb.com, 2014). Pada 28 Mei 2020, film Lemantun
ditayangkan oleh KEMENDIKBUD melalui stasiun televisi TVRI.
Pemutaran film ini ditujukan untuk gerakan Belajar Bersama Film Indonesia.

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian


komponen komunikasi massa berupa studi pesan melalui analisis semiotika.
Bentuk pesan film ini terdiri dari berbagai tanda dan simbol yang membentuk
sitem makna. Proses pemaknaan simbol-simbol dan tanda-tanda tersebut
tentu saja tergantung dari referensi dan kemampuan pikir masing-masing
individu. Sehingga dalam hal ini analisis semiotik sangat berperan. Peneliti
ingin melakukan kajian semiotik dalam film Lemantun untuk mengetahui
makna terkait representasi kasih sayang keluarga yang terkandung
didalamnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka


diajukan pokok permasalahan yaitu, bagaimana makna pesan moral dalam
Film Lemantun karya Wregas Bhanuteja?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang


hendak dicapai adalah untuk mengetahui makna pesan moral dalam Film
Lemantun karya Wregas Bhanuteja.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontrIbusi kepada
semua pihak yang bersangkutan baik secara teoritis maupun praktis, sebagai
berikut:

7
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta sebagai bahan studi
perbandingan untuk penelitian selanjutnya khususnya di bidang analisis
semiotika perfilman.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang
penelitian komunikasi dengan pendekatan semiotika film dan menjadi
rujukan bagi peneliti yang berminat menganalisis lebih lanjut suatu film,
khususnya melalui pendekatan analisis semiotika

Anda mungkin juga menyukai