Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi
yang dibimbing oleh Dr. Muslimin Machmud, M.Si
Disusun oleh :
1. Nanda Putri Paradiba (201810040311424)
2. Faris Muttaqin Mardani (201810040311444)
3. Alethea Sugiharto Wijaya (201810040311446)
4. Rizqullah Dwi Widianto (201810040311449)
5. Rosa Diah Aprilia W. (201810040311451)
6. Salsabila Alodiatama (201810040311454)
7. Rosida Atiqa Jauza (201810040311457)
8. Ardina Fitria Rahmadani (201810040311460)
Januari, 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film merupakan produk dari media massa yang sangat populer. Film juga media
hiburan yaitu merupakan salah satu fungsi dari komunikasi, film mempunyai tempat
tersendiri bagi khalayak, dibanding dengan media massa lainnya. Tidak hanya
menyuguhkan alur cerita yang menarik, namun juga gambar dan efek suara yang dapat
menciptakan suasana bagi khalayak membuat film tidak pernah bosan untuk dinikmati.
Denis Mc Quail (2010). Sejak muncul pertama kali, film telah menjadi sesuatu yang
menarik bagi masyarakat, oleh karena itu hingga saat ini film masih menjadi pilihan
hiburan bagi banyak orang. Terdapat banyak macam genre film, mulai dari film
bergenre horor, fantasi, hingga drama, dan hal tersebut yang selanjutnya menjadikan
film berbeda dengan media hiburan yang lain. Tidak hanya itu, film juga dapat
dinikmati oleh seluruh kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa sesuai dengan
usianya. Film dapat menjadi hiburan untuk sekedar melepas penat dari aktivitas sehari-
hari atau pilihan aktivitas menyenangkan saat berkumpul dengan keluarga atau sahabat.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, film memiliki berbagai genre dan
dapat dinikmati oleh seluruh kalangan sesuai usianya. Genre film sendiri dapat
mempengaruhi perilaku penontonnya. Hal demikian dapat terjadi karena menurut
penilitian yang pernah dilakukan manusia lebih mudah dipengaruhi lingkungannya
daripada dirinya sendiri, sehingga tidak heran jika pada waktu tertentu banyak orang
yang seketika berperilaku seolah-olah dia merupakan tokoh atau pemeran dalam suatu
film yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Sebagai contoh banyak orang yang
demam naik gunung setelah menonton film 5 cm dan banyak orang yang seketika
menyukai gombalan-gombalan saat setelah film Dilan 1991 tayang. Film dapat memberi
dampak positif maupun negatif bagi penontonnya, hal tersebut didasarkan dari
bagaimana orang tersebut mencerna dan memahaminya.
Film merupakan salah satu media komunikasi berbentuk audio visual yang
dinilai cukup efektif dalam penyampaian pesan dan informasi kepada khalayak. Film
dapat mengikat penontonnya secara emosional dan memiliki kekuatan yang besar dalam
segi estetika. Hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar film merupakan realitas
sosial yang diangkat ke layar drama, oleh karena itu film dapat menyentuh emosi
penonton lebih mudah dibanding media hiburan yang lain. Selain sebagai media
hiburan, film juga dapat digunakan sebagai sarana pemberi informasi dan edukasi.
Sebagai sarana pemberi informasi, film dapat menyampaikan pesan sampai ke
komunikan dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sedangkan
sebagai sarana edukasi film dapat memberikan banyak pembelajaran lewat pesan-pesan
yang terkandung di dalamnya.
Banyak pesan yang terdapat pada suatu film, salah satu pesan yang terkandung
yaitu pesan moral. Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata morunles ataupun bahasa
latin. Kata moral selalu mengarah kepada prilaku baik buruknya manusia dengan
manusia sehingga dalam segi pandangan, moral merupakan pandangan hidup manusia
dan di lihat dari bentuk kebaikannya sebagai seorang manusia. Pesan moral yang
disampaikan lewat sarana komunikasi terdapat banyak jenisnya, salah satunya adalah
melalui media film yang bersifat komprehensif bagi masyarakat (Dani, 2018). Melalui
film, secara tidak langsung pesan moral yang terkandung akan lebih mudah diterima
oleh penonton. Hal tersebut terjadi karena alur cerita, setting tempat, dan permasalahan
yang diangkat di dalam film dikemas seperti realita yang terjadi di masyarakat sehingga
penonton dapat terbawa suasana dam lebih mudah untuk menerima pesan yang ingin
disampaikan.
Film pendek dari start-up Traveloka berjudul "Ibu Pertiwi" yang dirilis pada
tahun 2020 lalu, atas kerja sama dengan Tokopedia, Gojek, dan Cinema XXI adalah
salah satu contoh film dengan pesan moral. Ibu Pertiwi menjadi film pendek yang
terbagi dalam tiga episode dengan durasi sekitar 3 hingga 4 menit pada setiap episode.
Film pendek ini mengangkat cerita seorang anak yang mengalami bencana Tsunami
Aceh pada tahun 2004 silam dan telah berpisah dengan ibunya lima belas tahun
lamanya. Dalam film tersebut diceritakan perjalanan seorang anak bernama 'Nanda'
yang mencari ibunya tersebut. Terdapat banyak pesan yang terkandung dalam film
pendek kolaborasi Traveloka ini. Tidak hanya itu, film pendek ini memiliki makna
dalam mencari arti dari kehidupan yang telah Nanda lalui dalam menyusuri perjalanan
mencari sang Ibu dan kehidupan di panti asuhan bersama keluarga yang telah
merawatnya. Penulis memilih film Ibu Pertiwi untuk diteliti karena penulis menganggap
film ini memberikan banyak pelajaran baru tentang kehidupan pada penonton sehingga
film ini dapat dijadikan tontonan yang bermanfaat, khususnya tentang pentingnya
berbuat baik terhadap sesama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan yang menjadi dasar penelitian,
maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah bagaimana pesan moral yang
terkandung dalam film pendek Ibu Pertiwi atas kolaborasi Traveloka dengan
Cinema XXI, Gojek, dan Tokopedia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan penelitian
adalah ingin pesan moral yang terkandung dalam film pendek Ibu Pertiwi atas
kolaborasi Traveloka dengan Cinema XXI, Gojek, dan Tokopedia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat baik dari segi teoritis maupun
dari segi praktis. Sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam penelitian.
1. Manfaat Teoritis
Secara Teoritis penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi atau masukan
bagi ilmu komunikasi. Khususnya dalam kajian semiotika mengenai simbol,
tanda, dan pesan-pesan yang terdapat dalam film pendek Ibu Pertiwi.
2. Manfaat Praktis
A. Pengertian
1. Pengertian Film
3. Pengertian Moral
Moral merupakan prilaku baik buruk manusia di dalam kehidupannya. Baik
buruknya perilaku manusia ditinjau dari segala sisi baik itu prilaku terhadap dirinya
sendiri maupun prilaku dengan lingkungan sekitar. Moral berasal dari bahasa latin
mores, yang artinya adat istiadat, kebiasaan atau cara hidup. Kata mores mempunyai
sinonim mas, moris, manner mores atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia
kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib hati
nurani yang membimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral sarna dengan
istilah etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos, yaitu suatu kebiasaan adat
istiadat. Secara etimologis etika adalah ajaran tentang baik dan buruk, yang diterima
umum tentang sikap dan perbuatan. Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran
yang telah diterima oleh suatu komunitas, sedang etika lebih dikaitkan dengan
prinsip-prinsip yang dikembangkan pada suatu profesi (Budi Istanto, 2007; 4).
C. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Ahmad, 2015) Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Analisis Isi Kritik Sosial Dalam Film
Dokumenter Belakang Hotel” menyatakan bahwa terdapat pesan kritik sosial dalam film
Belakang Hotel, hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase aspek tindakan
komunikatif paling tinggi terdapat pada ketuntasan, kebenaran, dan kebenaran
normatif. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada penelitian terdahulu
peneliti meneliti tentang kritik sosial dalam film dokumenter, sedangkan yang diteliti
penulis saat ini yaitu tentang pesan moral yang terkandung dalam film pendek dengan
judul “Ibu Pertiwi”.
D. Fokus Penelitian
Adapun yang peneliti maksud tentang “Analisis Isi Pesan Moral dalam Film
Pendek Ibu Pertiwi Kolaborasi Traveloka Dengan Cinema XXI, Gojek dan Tokopedia”
adalah memahami makna pesan moral yang terdapat pada film pendek “Ibu Pertiwi”.
Guna mendalami fokus penelitian ini, peneliti menganalisis pesan yang ingin
disampaikan komunikator (sutradara) kepada komunikan (viewers) dengan
menggunakan teori komunikasi massa DeFleur dan Dennis (1985).
E. Asumsi Dasar
1. Film dapat menjadi sarana penyampaian pesan moral yang menyenangkan.
2. Film dapat mempengaruhi perilaku dan kebiasaan para penontonnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma naturalisme. Alasan penulis
menggunakan paradigma naturalisme karena penelitian ini mengedepankan kejadian
alamiah yang terjadi di sekitar kita yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi di
masyarakat. Salah satunya terkait pesan moral yang terkandung dalam sebuah film,
sebagaimana pesan moral menjadi nasihat yang sudah tidak asing lagi di kehidupan
sehari-hari.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu
pendekatan kualitatif. Alasan penulis memilih pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
karena ingin mengetahui pesan moral yang terkandung dalam Film Pendek “Ibu
Pertiwi”. Selain itu, pendekatan kualitatif dipilih karena fenomena yang diamati perlu
pengamatan terbuka, lebih mudah berhadapan dengan realitas, kedekatan emosional
antara peneliti dan responden sehingga didapatkan data yang mendalam.
E. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yaitu film pendek “Ibu Pertiwi”.
Sebuah film pendek kolaborasi Traveloka dengan Cinema XXI, Gojek, dan
Tokopedia yang dapat diakses secara bebas di channel youtube Traveloka.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber data penelitian yang
diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku
catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti melakukan
pengumpulan data dengan cara kajian pustaka dengan membaca buku-buku
landasan teori atau jurnal yang telah dijabarkan pada bab II sebelumnya sebagai
alat untuk membedah teori-teorinya, artikel-artikel yang berkaitan dengan
pembahasan pesan moral dalam film, dan catatan materi perkuliahan yang
berhubungan dengan landasan-landasan teori pada penelitian. Selain itu peneliti
juga melakukan perbandingan dengan menonton film-film pendek lain yang
serupa dengan objek penelitian.
2. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan cara menonton
dan menelaah secara detail unsur-unsur visual adegan yang terdapat di dalam
film pendek “Ibu Pertiwi”. Setelah itu dilakukan pencatatan, pemilihan, dan
penganalisaan sesuai dengan model penelitian yang digunakan. Metode
pengumpulan data yang digunakan ini dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung objek yaitu film pendek “Ibu Pertiwi” untuk memperoleh fakta dan
juga data yang berada di dalamnya untuk kemudian dianalisa dengan kerangka
teori yang ada untuk kemudian ditarik kesimpulan.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka berupa riset dokumen dan media oleh peneliti dengan cara
mengumpulkan data-data melalui penelaahan dan pengkajian dokumen maupun
literatur yang relavan dengan landasan teori dari materi penelitian untuk
dijadikan bahan acuan, seperti buku-buku yang dijadikan sumber pustaka oleh
penulis sebagai landasan teori, video dan film baik itu film pendek maupun film
yang memiliki genre serupa dengan “Ibu Pertiwi”, catatan kuliah, dan artikel
cetak maupun elektronik mengenai pesan moral dalam film. Kemudian data-data
yang diperoleh dari hasil observasi akan dibandingkan dengan studi pustaka
tersebut agar diperoleh hasil penelitian yang kredibel dan sesuai dengan standar
keilmuan akademis.
2. Penyajian Data
Peneliti menyusun data secara sistematis dengan cara menampilkan dan
membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya
terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti pada film pendek “Ibu Pertiwi” untuk
mencapai tujuan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Peneliti melakukan penarikan kesimpulan selama proses penelitian pada
film pendek “Ibu Pertiwi” berlangsung, setelah data dirasa cukup memadai maka
selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir.
1. Peduli
Peduli merupakan sikap dan tindakan yang memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan, dan selalu tergerak untuk membantu kesulitan orang lain dan mau
melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di lingkungan
sekitar. Peduli adalah memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun,
toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, tidak mengambil
keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat dalam kegiatan
masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia, cinta damai dalam
menghadapi persoalan (Samani dan Hariyanto 2012:51). Dalam film pendek “Ibu
Pertiwi” seperti pada gambar diatas ditemukan 3 scene yang merepresentasikan pesan
moral peduli. Scene pada gambar pertama, menceritakan bahwa Mama Ina (Ibu
pengasuh panti) dan anak-anak panti asuhan membantu “Nanda” dengan memberikan
uang dari hasil penjualan kerajinan yang mereka buat bersama untuk ongkos mencari
ibunya. Dibuktikan pula pada percakapan Nanda dan Ibu panti “Nanda, Mama Ina cuma
punya segini, cukup untuk kamu ke Jakarta dulu”. Selanjutnya, scene pada gambar
kedua, menceritakan bahwa saat Nanda sudah di Jakarta dan ia hampir putus asa karena
kejamnya kota Jakarta dan lelahnya bekerja mengumpulkan uang untuk bisa pergi ke
Aceh mencari ibunya, hingga ia bertemu seorang biarawati dari sebuah gereja yang
menolongnya, memberikan makan, dan memberikan alamat temannya (Pak Darma).
Akhirnya Nanda mencari alamat tersebut dan ditolong oleh Bapak tersebut dan
dipinjami sebuah motor yang digunakannya untuk bekerja sebagai driver ojek online
(Gojek). Scene pada gambar ketiga, Nanda menceritakan masalahnya pada teman-
temannya lalu mereka membantunya dengan membuat video Nanda yang sedang
menceritakan kisahnya dan diunggah ke media sosial, hingga akhirnya video tersebut
mendapat banyak perhatian yang membuat Nanda menerima banyak bantuan sampai dia
mendapat uang yang cukup untuk membeli tiket pergi ke Aceh. Mengetahui hal tersebut
seluruh teman Nanda bersorak dan ikut merasa bahagia akhirnya upaya yang mereka
lakukan untuk Nanda membuahkan hasil yang manis. Pesan moral peduli dalam film
tersebut memberikan pengaruh baik untuk penonton karena dengan peduli berarti kita
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, saling tolong menolong antar sesama, dan
secara tidak langsung kita telah memberikan sebuah inspirasi, perubahan, dan kebaikan
terhadap lingkungan sekitar. Pembuat film ingin menyampaikan pesan moral peduli
melalui tokoh-tokoh yang membantu dan menolong Nanda pada beberapa scene film
pendek tersebut.
2. Pemberani
Pemberani merupakan sifat seseorang yang memiliki hati yang mantap dan rasa
percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya.
Keberanian diartikan sebagai sifat yang berani menanggung resiko dalam pembuatan
keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011). Sifat keberanian
seseorang tidak dimiliki sejak lahir tetapi sifat ini dapat dibentuk dengan membuat
suasana yang kondusif sehingga dia merasa nyaman dan lebih percaya diri. Dalam film
pendek “Ibu Pertiwi” terdapat pesan moral sifat pemberani yang terkandung dalam
scene diatas yang menceritakan tokoh utama Nanda berani untuk pergi mencari Ibunya
yang telah berpisah dengannya sejak lama. Nanda berani pergi dari panti asuhan yang
telah menjadi rumahnya sejak lama untuk mencari Ibunya yang belum pasti
keberadaannya. Dia berpamitan kepada Mama Ina selaku ibu panti dan adik-adik yang
juga penghuni panti untuk pergi ke Jakarta dan selanjutnya melanjutkan pencariannya
ke Aceh. Aceh merupakan kampung halamannya yang bahkan tidak pernah ia datangi
dalam waktu yang sangat lama karena sejak usia 5 tahun dan kejadian tsunami melanda
membuatnya jauh dari kampung halamannya. Pesan moral pemberani yang
digambarkan lewat tokoh Nanda disampaikan pembuat film lewat adegan-adegan dan
percakapan yang dilakukannya.
3. Kerja Keras
Kerja keras merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan. Makna kerja keras menurut (Totok Tasmara:
2000) bahwa aktivitasnya dilakukan karena dorongan untuk mewujudkan sesuatu,
sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar. Sedangkan makna kerja keras, dalam
konteks ini, secara terminologi adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya
dikerjakan secara sungguh-sungguh. Dalam film pendek “Ibu Pertiwi” seperti pada
gambar di atas ditemuakan 3 scene dengan adegan yang merepresentasikan pesan moral
kerja keras. Ketiga scene itu menceritakan bahwa tokoh utama bernama Nanda yang
merupakan tokoh utama dan seorang anak 18 tahun yang sedang mencari Ibunya rela
bekerja menjadi kuli panggul, mengamen, dan menjadi driver gojek di Jakarta yang
merupakan tempat baru baginya untuk mendapatkan uang. Semua upaya tersebut ia
lakukan demi untuk membeli tiket dan pergi ke Aceh menemui ibunya yang telah lama
berpisah semenjak kejadian tsunami Aceh yang menimpanya. Dengan segala upaya
tersebut dia mengumpulkan uang dan berharap dapat bertemu kembali dengan sang ibu.
Nilai moral kerja keras memberikan pengaruh baik bagi individu khususnya bagi
penonton karena prilaku kerja keras dapat memacu semangat untuk berusaha
mewujudkan tujuan yang sedang ingin digapai. Pembuat film ingin menyampaikan
pesan moral kerja keras melalui tokoh utama Nanda yang berusaha melakukan berbagai
upaya untuk dapat mewujudkan keinginannya bertemu dengan sang ibu.
4. Toleransi
Secara harfiyah kata ‘Toleran’ bermakna sikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian ( pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dsb.) seseorang yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Adapun kata ‘toleransi’ bermakna sikap atau sifat toleran. Modal dasar memupuk sikap
toleransi antarsesama dalam kehidupan sosial (Rosyid, 2016, hal.76). Sedangkan dalam
bahasa latin, toleran disebut “tolerare” yang berarti sabar terhadap sesuatu. Jadi
toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang mengikuti aturan, di mana
seseorang dapat menghargai, menghormati terhadap perilaku orang lain. Istilah toleransi
dalam konteks sosial budaya dan agama berarti sikap dan perbuatan yang melarang
adanya diskriminasi terhadap kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu
masyarakat, seperti toleransi dalam beragama, di mana kelompok agama yang mayoritas
dalam suatu masyarakat, memberikan tempat bagi kelompok agama lain untuk hidup di
lingkungannya. Dalam film pendek “Ibu Pertiwi” seperti pada dua gambar di atas
ditemukan scene dengan adegan yang merepresentasikan pesan moral toleransi. Dalam
scene tersebut menceritakan bahwa seorang Biarawati dari sebuah gereja menolong
Nanda saat berada sendirian di pinggir jalan di Jakarta, lalu ia menelfon teman baiknya
yaitu (Pak Darma) untuk membantu Nanda. Pak Darma merupakan seorang muslim
sedangkan Biarawati tersebut beragama kristen, namun mereka berteman baik dan
saling menolong. Pada adegan tersebut terdapat nilai moral toleransi antar umat
beragama. Nilai moral toleransi memberikan pengaruh baik bagi penonton karena
prilaku toleransi terutama antar umat berbeda agama dapat meminimalisir terjadinya
konflik sosial di lingkungan masyarakat, menjadikan hidup lebih tentram dan damai,
serta menjunjung tinggi nilai kebhinnekaan untuk saling menghargai antar
keyakinan/agama yang berbeda dan memberi kebebasan antar umat manusia untuk
memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing.
5. Murah Hati
Murah hati merupakan frase ideomatik, yaitu paduan kata yang maknanya
melekat dengan padat, yang melambangkan suatu sifat. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, murah hati mengusung makna antara lain suka memberi, mudah memberi,
tidak pelit, penyayang dan pengasih, suka menolong dan baik hati. Semua makna
tersebut menunjukkan bahwa murah ati adalah suatu sikap yang amat terpuji (Agoes,
2015). Rendah hati juga berarti orang yang memberi tanpa pamrih. Dalam film pendek
“Ibu Pertiwi” seperti pada gambar di atas ditemukan scene dengan adegan yang
merepresentasikan pesan moral murah hati. Dalam scene tersebut menceritakan bahwa
ketika Pak Darma tiba-tiba sakit, Nanda rela memberikan uang hasil kerja kerasnya
selama di Jakarta untuk membayar pengobatan Pak Darma, yang seharusnya uang
tersebut dikumpulkan untuk Nanda pergi ke Aceh mencari Ibunya. Nanda ikhlas
memberikan uangnya tanpa merasa kesal dan tanpa meminta pamrih, padahal ia juga
sangat membutuhkan uang tersebut. Dari adegan tersebut memberikan pemahaman dan
pesan moral kepada penonton bahwa sudah sepatutnya kita bermurah hati terhadap
sesama, menolong sesama yang membutuhkan bantuan, dan yakin bahwa segala
perbuatan baik kita akan digantikan pula dengan berjuta kebaikan lain.
6. Ikhlas
Menurut Bugi (Syarbini & Haryadi, 2010), ikhlas berarti bersih dari segala
kotoran dan menjadikannya bersih dan tidak kotor. Dalam agama Islam, ikhlas
merupakan cara untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Hanya seseorang yang memiliki
iman kuat yang bisa berlaku ikhlas, karena itu sikap ini sangat mulia dan terpuji. Ikhlas
adalah sikap menerima dengan lapang dada apapun yang sudah terjadi. Dalam scene
diatas diceritakan bahwa Nanda akhirnya telah sampai di kampung halamannya dan
telah berusaha menemukan ibunya. Tetapi saat sesampainya disana ia tidak dapat
menemukan satupun petunjuk keberadaan sang ibu. Saat dia pergi ke pinggir pantai, dia
mengingat kenangan lamanya bersama ibunya dan tersadar bahwa selama ini keluarga
yang ia cari sudah ada di sekitarnya, orang-orang yang menyayanginya dan
membantunya juga merupakan keluarganya. Dia ikhlas menerima segala sesuatu yang
telah menimpa dan yang telah dilewatinya hingga sampai sejauh ini, meskipun tidak
dapat bertemu dengan sang ibu. Nanda juga menyadari bahwa arti keluarga sudah ia
temukan pada banyak orang di sekitarnya, karena mereka memiliki satu ibu yang sama
yaitu ibu pertiwi. Dari scene tersebut, pembuat film ingin menyampaikan makna ikhlas
lewat tokoh Nanda, bahwa keihklasan merupakan suatu perbuatan baik yang jika
dilakukan akan membuat hidup lebih tenang sehingga dapat menerima segala ketetapan
Tuhan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini, film pendek “Ibu Pertiwi” menampilkan adegan yang
mencerminkan nilai-nilai moral diantaranya peduli, pemberani, kerja keras, toleransi,
pemurah/murah hati, dan ikhlas. Setiap tokoh dalam film berperan terhadap
penyampaian pesan moral yang ingin disampaikan pembuat film kepada penonton.
Dapat ditemukan pesan moral dalam film pendek “Ibu Pertiwi” melalui teori
komunikasi massa DeFleur dan Dennis (1985), yang mengartikan komunikasi massa
sebagai proses komunikasi yang ditandai oleh penggunaan media bagi komunikatornya
untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan terus-menerus diciptakan makna-
makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda
melalui berbagai cara. Pengaruh tersebut berupa beberapa pesan moral sebagai berikut.
1. Pesan moral peduli yang ditampilkan oleh beberapa tokoh melalui
adegan dan percakapan antar tokoh menunjukkan sikap saling peduli
terhadap sesama.
2. Pesan moral pemberani yang ditampilkan melalui tokoh utama Nanda
melalui adegan dan percakapannya dengan Mama Ina yang menunjukkan
keberaniannya dalam melakukan perjalanannya untuk mencari sang ibu.
3. Pesan moral kerja keras yang ditampilkan melalui tokoh utama Nanda
lewat adegan yang menunjukkan usahanya dalam bekerja selama di
Jakarta untuk mencari uang yang akan digunakan untuk pergi Aceh.
4. Pesan moral toleransi yang ditampilkan oleh dua tokoh yaitu Biarawati
dan Pak Darma yang berbeda Agama tetapi tetap berteman baik dan
saling membantu dalam kebaikan.
5. Pesan moral Pemurah/Murah Hati yang ditampilkan melalui tokoh utama
yaitu Nanda rela memberikan uang hasil kerja kerasnya selama di Jakarta
untuk biaya pengobatan Pak Darma, walaupun sebenarnya ia sangat
membutuhkan uang tersebut untuk ongkos pergi ke Aceh untuk mencari
Ibunya.
6. Pesan moral ikhlas yang ditampilkan melalui tokoh utama Nanda yang
ikhlas menerima kenyataan bahwa ia tidak dapat bertemu ibunya setelah
melakukan perjalanan yang panjang.
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa,
dalam film pendek “Ibu Pertiwi” ini dideskripsikan pesan moral bagaimana kita sebagai
manusia harus memiliki sikap baik dan selalu berbuat baik kepada sesama karena
sejatinya kita semua bersaudara dan berasal dari ibu yang sama, Ibu Pertiwi.
B. Rekomendasi
1. Untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini terbatas pada ranah kajian komunikasi massa dalam film
pendek. Sementara masih banyak aspek kajian komunikasi yang belum diteliti,
seperti kajian semiotika, produksi film, dan penangkapan penonton terhadap
film belum diteliti dengan jauh. Ada baiknya untuk peneliti selanjutnya
melakukan penelitian tersebut.
2. Untuk Penonton
Perlunya ketelitian dalam menanggapi film pendek yang ditampilkan,
karena jika penonton tidak teliti dan hanya melihat dari satu sudut pandang maka
pesan moral yang ingin disampaikan tidak dapat tersampaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Yuana. 2012. Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia. Yogyakarta:
Garudhawaca Digital Book and POD
Albarikah, Kiki Rizkiyah. 2017. Pesan Moral Dalam Film (Analisis Isi Kualitatif Pesan
Moral Dalam Film Trash). Skripsi. Fakultas Komunikasi dan Informatika.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Ali, Agoes. 2015. Suara Dari Langit. Jakarta: zaman.
Angela, Michelle dkk. 2019. Representasi Kemiskinan dalam Film Korea Selatan
(Analisis Semiotika Model Saussure pada Film Parasite). Fakultas Ilmu
Komunikasi. Universitas Tarumanegara. Jakarta.
Bakar, Abu. 2015. Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama. Jurnal Media
Komunikasi Umat Bergama, 7(2).
Fathurrohman. 2019. Implementasi Pendidikan Moral di Sekolah Dasar. Jurnal Bidang
Pendidikan Dasar (JBPD) 3(1).
Halik, Abul dkk. 2013. Komunikasi Massa. Makassar: Alauddin University Press.
Kurniawan, Akhmad. 2015. Analisis Isi Kritik Sosial dalam Film Dokumenter Belakang
Hotel. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Mabruri, Anton. 2013. Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara
Drama. Jakarta: PT Grasindo.
Machmud, Muslimin. 2018. Tuntunan Penulisan Tugas Akhir Berdasarkan Prinsip dasar
Penelitian Ilmiah. Malang: Selaras.
Manesah, Dani dkk. 2018. Analisis Pesan Moral Dalam Film Jangan Baca Pancasila
Karya Rafdi Akbar. Jurnal Proporsi 3(2).
Marganovva, Wandityas Asy’ari. 2013. Penerapan Aktif Index Card Match Dalam
Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Keberanin dan Hasil
Belajar Matematika. Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Marzuki, Ismail. 2019. Strategi Pembelajaran Karakter Kerja Keras. Jurnal Rausyan
Fikr 15(1).
Najam, Humda. 2019. Pesan Moral Dalam Iklan Bukalapak Edisi “Bu Linda” di
Youtube (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce). Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Universitas Negeri Sunan Ampel. Surabaya.
Susilaningtiyas, Anita. 2016. Implementasi Karakter Peduli dalam Kegiatan
Kemahasiswaan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Semarang.