Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

KOMUNIKASI MEDIA FILM WONDERFUL LIFE


(Pengalaman Sineas Tentang Menentukan Tema Film)
Anisti
Dosen pada Akademi Komunikasi AKOM BSI Jakarta
Jln Kayu Jati 2 No. 5 Rawa Mangun Jakarta Timur
email:anisti.ans@bsi.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membangun pengalaman sineas tentang penentuan tema film. Dari sekian
jumlah tema film, tema film gerakan sosial masih dibilang langka. Tidak banyak sineas yang berani
mengambil tema tersebut karena berbagai hal diantaranya sulitnya film tersebut untuk laku di pasaran.
Sulitnya bersaing dengan tema film yang lebih populer seperti film genre horor, komedi dan laga. Namun,
ditahun 2016 salah seorang sineas akan merelease film bertemakan gerakan sosial yaitu Wonderful Life. Film
ini secara keseluruhan mengangkat cerita tentang anak berkebutuhan khusus. Selama ini anak berkebutuhan
khusus dianggap sebelah mata padahal mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama. Mereka hanya saja
membutuhkan dukungan lebih dari lingkungannya. Hal ini yang menjadi alasan kenapa realitas tentang tema
film penting untuk diteliti. Realitas yang tidak berdiri sendiri akan tetapi bersifat emik, artinya individu
sebagai informan dapat membangun makna atas pengalamannya. Setiap individu akan melakukan interpretasi
terhadap realitas yang diterima. Dalam hal ini, individu yang dimaksud adalah para sineas. Penelitian fokus
pada bagaimana Sineas membangun kesadarannya terhadap keberanian menentukan tema film. Metode yang
digunakan fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengalaman
setiap sineas beragam terkait latar belakang memilih tema film gerakan sosial namun maknya tetap sama
yakni sulitnya untuk memasarkan film bertemakan gerakan sosial.

Kata Kunci: tema film, media Film, fungsi film

Abstract. This study aims to build experience filmmakers about the determination of the film's theme. Of the
number of movie theme, movie theme of social movements still arguably rare. Not many filmmakers who dare
to take this theme for a variety of things including the film difficult to sell in the market. The difficulty
competing with more popular movie themes such as film genre horror, comedy and action. However, in the
year 2016 one of the filmmakers will release themed movies is a social movement Wonderful Life. The film is
overall a story about children with special needs. During these special needs children considered one eye
when they have the same rights and opportunities. They just need more support from their environment. This
is the reason why the reality of the movie theme important to investigate. Reality does not stand alone but is
emik, meaning that individual as an informant can build on the experience of meaning. Each individual will
perform interpretations of reality are accepted. In this case, the individual in question is the
cinematographer. The study focused on how the filmmakers to build awareness for the courage specify a
movie theme. The method used phenomenological qualitative approach. The study says that the experience of
every filmmaker diverse backgrounds choose a theme related to social movements but maknya movie remains
the same which is difficult to market a movie-themed social movements.

Keywords: movie theme, movie media, movie function

Pendahuluan ilustrasi musik, efek suara, dialog merupakan


Seni peran film adalah kegiatan dari pesan nonverbal yang dapat memperkuat nilai
sinematografi. Istilah ini berasal dari dua suku sebuah tayangan. Sineas dituntut untuk piawai
kata cinema dan graphy yang berasal dari bahasa dalam memilih bahasa kinema (gambar bergerak)
Yunani, kinema artinya gerakan dan graphoo yang dapat menyampaikan pesan komunikasi
berarti menulis. Jadi sinematografi dapat diartikan secara lugas dan dapat dimengerti oleh khalayak.
sebagai gambar yang bergerak. (Nugroho, Kinema terdiri dari audio dan visual yang
2014:12) menjelaskan bahwa dalam memiliki karakteristik berbeda dengan bahasa
sinematografi, unsur visual merupakan alat utama tulis. Sineas juga harus memiliki daya kreativitas
dalam berkomunikasi. Bahasa yang digunakan yang tinggi dalam menentukan tema film yang
dalam sinematografi adalah suatu rangkaian akan diangkat dalam naskah skenario film.
beruntun dari gembar bergerak yang dalam Istilah film bukanlah sesuatu yang
pembuatannya memperhatikan ketajaman gambar, asing. Film merupakan hasil karya yang
corak, irama dan lainnya. Semua unsur dalam diproduksi secara khusus. Hasil produksi tersebut
sinematografi merupakan alat komunikasi dapat dinikmati oleh penonton melalui berbagai
nonverbal. Unsur-unsur lain seperti editing, saluran seperti bioskop, televisi bahkan saat ini

2579-3292 33
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

dapat diakses melalui teknologi ditigal. Remaja peneliti mengkaji tentang konstruksi pengalaman
Indonesia pada umumnya memiliki nilai sineas dalam menentukan tema film.
kreatifitas yang tinggi dan dapat dikembangkan Sineas menyadari betul bahwa film
terutama kreatifas yang dituangkan kedalam karya merupakan salah satu media yang tepat
film. Film-film yang telah digarap oleh sineas membangun kesadaran masyarakat tentang
muda Indonesia sangatlah beragam. Di Indonesia gerakan sosial. Film sebagai media yang diyakini
sendiri terdapat beberapa genre film, diantaranya dapat menjadi perantara penyampaian pesan
adalah aksi, drama keluarga, petualangan, komunikasi. Keterlibatan film sebagai media
komedi, horor, musikal dan fantasi. Namun film- penyampaian informasi belum banyak disadari
film yang telah digarap oleh sineas Indonesia oleh masyarakat. Fenomena ini yang menjadi
memiliki kecenderungan yang sama, seperti Film dasar para sineas untuk menggugah para
horor yang diwarnai dengan judul yang beragam masyarakat dan sineas lainnya untuk membuka
dan dengan tema yang serupa. Genre film drama mata tentang pentingnya literasi film sebagai
saat ini juga tidak sedikit mewarnai karya para media massa. Film adalah salah satu bentuk
sineas Indonesia, namun sayangnya belum banyak komunikasi massa karena melibatkan media film
tema yang berani mengangkat tentang kilas hidup sebagai saluran pesan. Banyak cara yang dapat
anak berkebutuhan khusus. Film yang dilakukan para sineas dalam membangun literasi
menggambarkan tentang perjuangan mereka untuk media film salah satunya melalui cerita film yang
dapat diterima oleh lingkungannya. Salah satu dituangkan dalam skenario yang menggugah.
film yang baru-baru ini akan direalese adalah Flm sebagai media massa selama ini baru
Wonderful Life. Sebelumnya ada pula film Jingga diposisi sebagai hiburan. Asusmi ini tidak
dan I’m Star yang secara keseluruhan mengangkat sepenuhnya salah karena selama ini hampir semua
tema tentang cerita anak berkebutuhan khusus. genre film didominasi oleh cerita komedi, laga dan
Di tahun 2016 sebuah film drama horor. Masih sangat sedikit film yang
keluarga berjudul Wonderful Life menceritkan mengandung informasi yang dapat membantu
anak berkebutuhan khsus akan direlease. Film masalah sosial. Pengalaman yang diakui oleh para
yang disutradarai oleh Agus Makkie ini diangkat sineas sedikitnya cerita film tentang cerita masalah
dari novel Amelia Prabowo dengan judul yang sosial karena sulitnya pemasaran. Hal ini karena
sama. Wonderful Life bercerita tentang Amalia. Ia film di Indonesia masih didominasi oleh
tumbuh dewasa dan menjadi pribadi yang pintar kepentingan komersil. Cerita film hanya sebagai
dan berprestai sehingga ia mengharapkan hal yang daya tarik dan menjadi bahan komodifikasi
sama pada Aqil sang anak. Namun takdir bekata industri media film. Oleh karena itu perlu upaya
lain karena Aqil dilahirkan sebagai anak yang khusus membangun kesadaran masyarakat tentang
mengalami kesulitan dalam membaca apalagi kepedulian sosial melalui literasi media film.
harus berprestasi. Sejak kecil Aqil memiliki Literasi media film merupakan usaha seseorang
disklesia. Wonderful Life mengambil genre drama untuk menggunakan film sebagai sarana untuk
keluarga dengan tema film tentang anak mengakses dan mendapatkan informasi tentang
kebutuhan khusus. Film ini menceritakan berbagai hal. Buekingham dalam (Caniago,
perjuangan seorang ibu untuk mencari 2013:04) menjelaskan definisi literasi media
kesembuhan anaknya yang berkebutuhan khusus. menggunakan pendekatan tritokomi yang
Film yang diperankan oelh Atiqah Hasiholan, mencakup tiga bidang yaitu literasi media
Sinyo, Alex Abbad dan Lydia Kandou ini, bermakna memiliki akses ke media, memahami
memiliki tujuan mulia yakni mencoba meberikan media dan menciptakan dan mengekspresikan diri
literasi kepada masyarakat bahwa anak untuk menggunakan film sebagai media
berkebutuhan khsus juga punya hak yang sama. komunikasi.
Mereka tidak boleh dianggap sebelah mata. Komunikasi media film memang
Wonderful Life adalah salah satu kasus menjadi media alternatif sebagai media kampanye
saja yang peneliti coba angkat dalam penelitian sosial. Namun sayangnya film yang bertujuan
ini. Namun, fokus penelitian bukan pada cerita menggugah kepedulian penonton seperti film
tentang film tersebut akan tetapi pada pengalaman kampanye lingkungan dan kamanye anak
para sineas pada saat akan menentukan tema film. berkebutuhan khusus dianggap tidak dapat
Apa yang menjadi pertimbangan mereka sehingga menjual. Hal ini yang mendorong para sineas tidak
film bernuansa gerakan atau kepedulian sosial berani untuk menuangkan kreativitasnya kedalam
masih sangat minim. Padahal melalui cerita film film yang bertujuan membangun kepedulian
drama keluarga dapat menjadi salah satu staregi sosial. Namun tidak semua sineas tidak berani
dalam memberikan pentingnya literasi media film. untuk membuat film bertema kepedulian sosial.
Meyakinkan kepada masyarakat bahwa film tidak Setiap sineas memiliki pengalaman tentang motif
hanya berfungsi pada hiburan akan tetapi sebagai mereka dalam membuat skenario film. Tantangan
media efektif dalam mengkampanyekan informasi para sineas saat ini adalah bagaimana
dan kebijakan publik. Hal ini yang menjadi alasan menghasilkan film-film berkualitas. Untuk

34 2579-3292
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

mendapatkan film berkualitas maka diperlukan tema film. Terdapat beragam makna yang dapat
insan film seperti Sineas, kritikus film melek atau membangun tipikasi hasil penelitian. Tipikasi atas
menyadari atas pentingnya media film sebagai motif-motif yang dikonstruksi para sineas
alat komunikasi. Berdasarkan pemaparan tersebut berdasarkan pengalaman sadar. Ada beberapa
maka peneliti menggambarkan tentang fokus aspek yang dapat menjawab tentang konstruksi
kajian pada pengalaman sineas dalam menetapkan pengalaman sineas terhadap film bertemakan
tema film. kepedulian sosial seperti pada film Wonderful
Metode Penelitian Life.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Sineas Tentang Tema Film
kualitatif dengan metode studi fenomenologi. Sineas profesional sebelum melakukan
Fenomenologi berupaya menggambarkan tentang produksi film ada beberapa tahapan yang harus
pengalaman sadar individu yang sama. Dalam hal dilakukan. Mulai dari menentukan genre hingga
ini adalah pengalaman para sineas tentang pada tema film yang akan diangkat dalam sebuah
komunikasi media film sebagai media gerakan skenario film. Tema film biasanya menyesuaikan
sosial. "Whereas a biography reports the life of dengan genre film. Misalnya Wonderful Life film
single individual, a phenomenological study bergenre drama keluarga yang mengambil tema
describe the meaning of the lived experiences for tentang cerita anak kebutuhan khusus disleksia.
several individuals about concept or the Pembuatan film secara profesional
phenomenon" (Creswell, 1998;51). Fenomenologi dilakukan melalui beberapa tahapan. Kebutuhan
sebagai studi yang menjelaskan makna proses produksi tentu saja membutuhkan
pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu perencanaan. Hal itu dapat dilakukan dengan
konsep atau gejala. Seperti halnya para sineas membuat analisis situasi. Tahapan awal ini
memiliki motif berbeda dalam hal menentukan penting untuk menyusun strategi dalam
tema dan cerita pada naskah film. Schutz dalam merancang film meliputi sumber dan latar
Kuswarno mengawali pemikirannya dengan belakang ide film, sasaran, tujuan pembuatan film,
mengatakan fenomenologi adalah materi pokok, sinopsis, treatment, naskah,
menguhubungkan antara pengetahuan ilmiah pengkajian dan lainnya. Merancang film tersebut
dengan pengalaman sehari-hari, dan dari kegiatan tentu membutuhkan perencanaan yang terstruktur.
dimana pengalaman dan pengetahuian itu berasal. Perencanaan tersebut sebagai indikator bahwa film
Dengan kata lain fenomenologi mendasarkan yang dibuat berkualitas. Para sineas mengaku
tindakan sosial pada pengalaman, makna dan bahwa tema film tidak “sembarangan” kudu ada
kesadaran. (Kuswarno, 2013:17). proses” Hal senada diungkapkan informan lainnya
"Phenomenology makes actual lived experience bahwa tahapan awal mencari inspirasi. Sineas lain
the basic data of reality" (Littlejohn, 1996:204). mengaku tentang pentingnya menentukan tema
Fenomenologi menjadikan pengalaman hidup film.
yang sesungguhnya sebagai data dari dari sebuah Tema film sangat penting ditentukan
realitas. Artinya fenomenologi membiarkan segala sejak awal. Tema dapat ditemukan melaui proses
sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya. mencari inspirasi tentang ide film. Langkah yang
Fenomenologi secara aksiologi bertujuan dapat dilakukan oleh sineas adalah melakukan
untuk mengkonstruksi makna atas pengalaman analisis situasi tentang latar belakang pembuatan
individu sehingga paradigma yang tepat film tersebut. Ide yang unik dan original tentu saja
digunakan adalah paradigma konstruktivis. ide yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat calon
Paradigma ini memaparkan tentang konstruksi penonton. Terkadang penonton dibuat larut dalam
makna tentang tema film sebagai media alur cerita film karena hadirnya kekuatan di dalam
komunikasi membangun gerakan sosial. ide cerita film.
(Creswell, 2010:11) Konstrukstivisme sosial Sineas mengakui bahwa tema itu sebagai
meneguhkan asumsi bahwa individ-individu selalu “penggambaran tentang cetia”. Hal senada
berusaha memahami dunia dimana mereka hidup diungkapan sineas lainnya bahwa tema itu
dan bekerja. Mereka mengembangkan makna- “penggambaran, benang merah, garis besar dari
makna subjektif atas pengalaman-pengalaman certia film. Sineas juga menganggap bahwa tema
mereka, makna-makna yang diarahkan pada itu “pokok penting yang mau diangkat ya ya..”
objek-objek atau benda-benda tertentu. Pendapat para sineas tersebut mengandung makna
Pembahasan bahwa tema film sebagai pedoman script writer
Pembahasan merupakan analisis, dengan arahan sutradara dalam membuat skenario
interpretasi atas data hasil penelitian. Pembahasan film. Tanpa adanya tema tentu saja alur cerita pada
seyogyanya menjelaskan data derajat ke-tiga film tersebut tidak akan terarah dan tidak fokus
sehingga dapat menjelaskan tentang hasil dan teori tujuan ceritanya. Tema film juga akan membantu
yang relevan. Pada pembahasan penelitian ini dalam melakukan treatment-treatment pada proses
fokus pada tujuan penelitian yakni ingin produksi. Diantara treatment itu adalah membuat
mengetahui pengalaman sineas dalam menentukan script breakdown. Nugroho dalam (Toni, 2015:45)

2579-3292 35
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

menjelaskan script breakdown berisi informasi yang akan diproduksi. Pengkajian film dilakukan
setiap adegan yang ada dala film. Isinya meliputi sebelum film diproduksi.
date, script version date, production company,
breakdown page no, title, page count, location on Sineas Tentang Segmentasi Film
set, scene no, int/ext, day/night, description, cast, Tema film juga berkaitan dengan
wadrobe, extras/atmosphere, make up/hair do, segmentasi film. Tema film yang menceritakan
stunt, vehicles/animal, props, se dressing, sound anak berkebutuhan khusus maka segmentasi yang
effect, music, special equipment, production notes, paling tepat adalah keluarga. Segmentasi film juga
dan lainnya. Selain membuat script breakdown bertujuan untuk memetakan demografis film
juga membuat jadwal shooting. Menentukan seperti tingkat atau kelas ekonomi calon penonton.
kumpulan adegan dan lokasi yang direncanakan Memetakan segmentasi film artinya mencoba
berdasarkan waktunya. untuk memahami sasaran yang dituju. Untuk siapa
film tersebut dibuat merupakan pertimbangan
yang dilakukan oleh para Sineas. Secara garis
Sineas tentang Tujuan Pembuatan Film besar sasaran atau penonton memiliki beberapa
Tujuan pembuatan film harus digariskan karakter seperti jenis kelamin, pria dan wanita,
sejak awal. Apabila tujuannya adalah untuk tingkat pendidikan, usia dan lainnya. Smith dalam
mengangkat budaya lokal maka ide cerita, lokasi (Prayudi, 2012:163) menjelaskan bahwa
dan aktor pun harus menyesuaikan dengan tujuan. mempelajari segmentasi film melalui demografis
Memetakan tujuan pembuatan film disesuaikan penonton terdiri dari usia, jenis kelamin, ras, suku,
dengan ide dan sasaran film. Demikian pula pada lokasi, pendidikan, pendapatan, agama dan status
saat membuat materi pokok film, seorang Sineas pernikahan. Namun dari sekian karakteristik
harus peka dan memahami bagaimana membuat penonton tersebut yang paling diperhitungkan
cerita utama di dalam naskah film. Materi pokok adalah jenis kelamin, usia dan pendapatan. Tiga
ini sangat membantu ketika akan membuat unsur tersebut menjadi pertimbangan penting
sinopsis film. Sinopsis atau ringkasan film karena terkait dengan ide yang akan diangkat
merupakan cuplikan materi pokok film. Tujuan dalam naskah cerita film.
pemetaan materi pokok dan sinopsis adalah untuk Segmentasi film berdasarkan pendapatan
mengajak dan mempersuasi penonton. Sinopsis artinya mempertimbangkan sasaran karena faktor
seringkali membuat penasaran para penonton ekonomi. (Mabruri, 2013:16) menyebutkan faktor
sehingga mendorong mereka untuk menonton ekonomi dapat dibagi menjadi kelas A, B, C, D, E.
film. Kelas A adalah kelas yang dinilai tingkat
Sineas mengaukui bahwa tujuan pendapatan sangat tinggi. Kelas B mereka yang
pembuatan film berhubungan dengan tema film. mempunyai pekerjaan cukup mapan,
Apabila tema film tentang anak berkebuthan berpendapatan di atas rata-rata dan cukup
khusus seperti yang diceritakan pada film konsumtif dalam mengeluarkan anggaran. Kelas B
Wonderful Life maka tujuannya adalah untuk sering disebut pula sebagai kelas menengah. Kelas
memberikan pemahaman tentang kehidupan anak C dan D adalah mereka bekerja di sektor informal
berkebuthan khusus sehingga materi cerita film dengan pendapatan pas-pasan untuk hidup. Kelas
hingga pemilihan para pemain film juga harus ini populasinya paling banyak jika dibandingkan
menyesuaikan dengan tema film. Berikut ini dengan kelas A dan B. Kelas ini disebut pula
pengakuan para sineas “ tujuan ya seiya sekata sebagai golongan kelas bawah. Kelas E adalah
dengan tujuan dong” tujuan film itu kelas terbawah karena kelas ini untuk biaya hidup
menerjemahkan tema film itu sendiri “ gimanapun sehari-hari kesulitan apalagi untuk menonton film.
juga tujuan harus jelas dari awal”. Ungkapan Para pembuat film jarang membidik sasaran kelas
para sineas memperkuat posisi pentingnya E karena kelas ini dianggap sebagai kelas
menetapkan tema film. Tema dalam sebuah film pelengkap.
menjadi pedoman dalam pembuatan naskah film. Media komunikasi film tidak hanya
Naskah adalah sekumpulan cerita film yang menganalisis dan mempelajari film dari sisi
digabung dalam satu bagian disebut naskah. segmentasi penonton film, akan tetapi film sebagai
Naskah bersumber dari materi pokok dan sinopsis. literasi media harus dapat menghadirkan film yang
Materi pokok tersebut dikembangkan dengan tidak hanya menghibur tapi juga menyampaikan
guide sinopsis film. Naskah yang menarik adalah informasi serta memberi nilai-nilai pendidikan.
naskah yang dapat merepresentasikan cerita yang Bagaimana agar film tersebut dapat diterima
ada pada pokok materi film. Apabila naskah sudah karena kualitas film, maka para Sineas harus
selesai dibuat maka dapat melakukan latihan atau membuat identifikasi dan melakukan analisis
rehearsal. Selanjutnya dilakukan evaluasi atau situasi terhadap kebutuhan masyarakat calon
pengkajian terhadap naskah film. Tahapan ini penonton. Film sebagai media komunikasi sangat
dapat melibatkan para kritikus film independen. efektif dalam mengkampanyekan pesan-pesan
Mereka akan memberikan penilaian tentang film positif sehingga film sebagai literasi diharapkan

36 2579-3292
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

dapat memberikan kontribusi terhadap dalam membuat film pendek ini sehingga tidak
pengetahuan dan karakter masyarakat. sedikit filmmaker gagal dalam membuatnya.
Film sebagai salah satu media Pesan yang disampaikan akhirnya bias dan tidak
komunikasi yang bersifat audio visul memiliki dapat diterima dengan baik oleh penonton. Jenis
daya tarik yang besar. Hal itu karena kemasan film pendek seringkali diproduksi oleh para
pesan melalui audio visual seringkali membantu filmmaker junior. Mereka membuat film pendek
mempermudah penonton mencerna pesan yang karena biaya lebih ringan dibandingkan film
disampaikan. Selain itu, karakteristik demografis berdurasi panjang. Bahkan bagi orang-orang yang
masyarakat yang lebih suka dengan media audio hobi terhadap memproduksi film, seringkali hobi
visual dibandingkan dengan media cetak. Apalagi tersebut diimplementasikan pada perlombaan film
di era saat ini yang hampir semua pesan pendek.
komunikasi menggunakan teknologi media. Film cerita panjang (feature length films)
Bahkan fenomena konvergensi media juga kebalikan dari film pendek. Film ini berdurasi
mendorong semakin populernya media audio panjang antara 90 hingga 100 menit. Jenis film ini
visual dalam hal ini media film. banyak diproduksi oelh rumah produksi yang
Film adalah media audio visual yang memiliki dana besar. (Mabruri, 2013:7)
menceritakan tentang kisah tertentu. Undang- menegaskan bahwa kebanyakan jenis film panjang
Undang tentang perfilman menyebutkan bahwa diproduksi untuk kebutuhan hiburan dan dengan
film sebagai karya seni budaya yang merupakan tujuan profit. Film panjang adalah film yang
pranata sosial dan media komunikasi massa yang seringkali diputar di bioskop-bioskop yang
dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan berorientsi pada keuntungan. Adapapun jenis-
atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. jenis film lainnya dapat berupa profile perusahaan,
(Mabruri, 2013:3) menjelaskan bahwa film iklan televisi, program televisi dan vidio klip.
sebagai seni lakon (cerita) gambar hidup. Artinya Intinya yang disebut film adalah pesan bergambar
film merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh berupa audio visual atau audio.
tertentu secara utuh dan berstruktur. (Pratista,
2008:06) membagi film dalam tiga bagian yaitu Sineas Tentang Genre Film
(1) film dokumenter (2) film fiksi dan (3) film Genre dan tema adalah dua sisi mata
eksperimental. Sedangkan dari sisi durasi film uang yang sama pentingnya. Ketiak sineas
dapat dibagi menjadi film pendek (short films) dan berbicara genre maka akan diikuti pula dengan
film panjang (length films). Film dokumenter tema film yang akan diangkat. Genre menyesuaian
adalah film berdasarkan realita serta fakta tema film. Tapi tidak jarang pula sineas lebih awal
peristiwa. Dokumenter awalnya merupakan film dapat menemukan tema baru setelah itu genre
noncerita. Hanya terdapat dua tipe film noncerita, film. Lalua apa menurut sineas tentang genre
yakni film dokumenter dan film faktual. Film film? Genre film itu jenis film yang akan diangkat.
faktual pada umumnya hanya menampilkan fakta Genre itu kelompok film. Genre itu kategori film.
dari peristiwa. Sedangkan film dokumenter juga Pendapat para sineas tersbut memiliki makna yang
mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. sama yakni menekankan pada spesialisasi film
Film dokumenter termasuk jenis film nonfiksi yang akan berpengaruh terhadap tema, cerita
yang menceritakan realita suatu peristiwa tertentu. ,naskah dan lainnya.
Film dokumenter selalu berpijak pada fakta dari Belum banyak referensi yang fokus
dari fenomena. mengupas tentang genre film yang diartikan
Durasi film cerita (fiksi) pendek di bawah sebagai jenis film. Film berdasarkan jenisnya ini
60 menit. Film cerita pendek dijadikan juga mewarnai film di Indonesia. Tercatat genre
laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi film yang saat ini sedang boming adalah genre
seorang/sekelompok orang untuk kemudian film situasi komedi dan film horor. Sempat
memproduksi film panjang. (Nugroho, 2015:44) beberapa waktu yang lalu para Sineas Indonesia
menjelaskan bahwa Film dengan durasi lebih dari juga mulai memproduksi film bergenre action.
60 menit disebut film panjang. Sejarah mencatat Banyak genre film meliputi film melodrama, film
bahwa film pertama kali lahir di paruh kedua abad horor, komedi, dan film action-adventure. Genre
ke-19 dibuat dengan bahan dasar seluloi yang film musikal yang diresmikan dengan era Talkies,
sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu dan genre film fiksi ilmiah. (Pratista, 2008:9-10)
rokok sekalipun. Sesuai perjalanan waktu, para metode yang paling mudah digunakan untuk
ahli berlomba-lomba utnuk menyempurnakan film mengklasifikasikan film adalah berdasarkan genre
agar lebih aman dan mudah diproduksi. (jenis) seperti aksi, drama, horor, musical, western
Film pendek adalah film yang berdurasi dan sebagainya. Genre film ini seringkali
pendek. Durasi film pendek antara 5 hingga 30 mengikuti situasi pasar atau kebutuhan penonton
menit. Rumitnya membuat film pendek karena sehingga genre film selalu berubah. Genre film
durasi sangat singkat sedangkan pesan banyak mengikuti trend ketika itu. Apabila genre film
yang harus diterima oleh penonton. Kesukaran komedi yang lagi trend maka berbondong-

2579-3292 37
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

bondong rumah produksi membuat film komedi. berhubungan dengan minat masyarakat untuk
Artinya bahwa genre film unsur utama yang menonton. Minat juga dipengaruhi oleh kualitas
mempengaruhinya adalah trend sedangkan film yang ditawarkan. Oleh karena itu, selain
kebutuhan masyarakat mengikuti sebagai genre film yang penting diperhatikan adalah
pelengkap. mengenali dan memahami karakter penonton.
Sineas Tentang Tantangan Membuat Film Setiap penonton memiliki karakter berbeda yang
Gerakan Sosial dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan
Sineas harus berpikir ulang ketika akan dan lainnya. Faktor demografis penonton sangat
menetapkan tema film gerakan sosial. Bagi mempengaruhi inspirasi Sineas dalam menentukan
sebagian sineas tema yang bertemakan tentang genre film. Oleh karena itu, penting bagi para
gerakan sosial kurang menarik untuk dipasarkan Sineas untuk meningkatkan kemampuan
dipasar industri perfilman. Pertimbangan biaya pembuatan film yang dimiliki, tidak merasa cukup
produksi yang seringkali tidak berimbang dengan puas dengan hasil produksi akan tetapi berusaha
hasil penjualan film menjadi alasan film untuk menggali informasi, masukan dari kritikus
bertemakan gerakan sosial masih dapat dihitung film. Selain itu, selalu belajar untuk menambah
dengan jari. Ketentuan membuat tema film pengetahuan dan kemampuan dalam merancang
seringkali juga dipengaruhi oleh trend sehingga tema film.
tema yang dibuat bukan atas dasar idealisme
sineas akan tetapi karena kebutuhan pasar. Hal ini
yang menjadi asumsi bahwa film di Indonesia Penutup
baru sebatas untuk media hiburan bukan media Menentukan tema film senantiasa
komunikasi. Film sebagai media komunikasi memperhatikan genre atau jenis film yang akan
seyogyanya menjadi alat untuk menyampaikan dibuat. Daya tarik film bukan karena dari tema
informasi. Misalnya informasi tentang kampanye atau jenis film akan tetapi semua tema film akan
kepedulian lingkungan terhadap anak menarik ketika film tersebut dibuat secara
berkebutuhan khusus seperti yang diangkat pada berkualitas. Sineas memiliki tanggung jawab
film Wonderful Life. Untuk menggeser anggapan terhadap fungsi film sebagai media komunikasi.
tersebut tentu saja membutuhkan itikad dari para Selama ini film lebih diterima sebagai media
sineas berupa kampanye fungsi film. Memberikan hiburan karena tema dan cerita film yang diangkat
penyadaran bahwa pentingnya literasi film sebagai lebih mengedepankan unsur hiburan dibandingkan
alat komunikasi. dengan informasi. Film sebagai media komunikasi
Para sineas berpendapat bahwa film seyogyanya dapat menjadi alat kampanye publik.
bertemakan gerakan sosial sebenarnya banyak Film sebagai media komunikasi memiliki
yang menarik. “Bagus tidaknya film bukan karena kekuatan yang berbeda dengan media pada
film tersebut menceritakan tentang kehidupan umumnya karena film dapat menghadirkan unsur
sosial seseorang tapi film apapun akan menarik visualisasi. Unsur tersebut dinilai efektif dalam
kerena kekuatan dari ceritanya. Tema film penyampaian pesan. Tema film tentang gerakan
gerakan sosial itu penting dan kata siapa tidak sosial yang diangkat dalam film merupakan
dapat menjual. Tema itu tetap dapat menjual tapi strategi yang tepat karena media film dengan
harus dikemas agar berkualitas. Tema film seperti ragam kekuatannya dinilai efektif. Namun, para
itu membutuhkan banyak dukungan karena sineas tetap mengutamakan kualitas pembuatan
segmentasinya unik”. Rangkuman pendapat para film bukan pada tema film. Tema bukan menjadi
sineas tersebut menggambarkan bahwa secara persoalan karena tema film akan selalu menarik
pribadi mereka tidak alergi dengan tema film selama pembuatan film dilakukan secara apik.
gerakan sosial. Justru film dengan tema tersebut
mudah untuk mengundang simpati penonton. Tapi
masalahnya adalah kualitas dalam pembuatan Daftar Pustaka
film. Tema apapun yang diangkat, film tetap akan Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif dan
memiliki nilai jual selama film mempunyai Desain Riset: Memilih di antara Lima
kekuatan salah satunya adalah kekuatan dari alur Pendekatan. Edisi 3. Yogyakarta: Pustaka
cerita film. (Pratista, 2008:9-10) menjelaskan Pelajar.
bahwa alur cerita pada naskah film yang dapat Kuswarno, Engkus. 2013. Metode Penelitian
menggambarkan tentang daya tarik film. Tema Komunikasi Fenomenologi, Konsepsi
film tidak menjadi persoalan selama alur cerita Pedoman, dan Contoh Penelitiannya.
dapat digambarkan secara gamblang pada naskah Bandung : Widya Padjajaran.
film. Littlejohn, Stephen. 2008. Theories of Human
Prinsip dalam film bahwa apapun tema Communication. USA: Thomson Higher
dan genre film yang dibuat tetap film yang dapat Education.
memberikan daya tarik terhadap penonton adalah
film yang berkualitas. Kualitas film tentu saja

38 2579-3292
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 1, Maret 2017

Mabruri, Anton. 2013. Manajemen Produksi


Program Acara TV dan Format Acara Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film.
Drama. Jakarta: Grasindo. Jogjakarta; Homerian Pustaka.
Prayudi. 2012. Public Relations Stratejik.
Nugroho, Sarwo. 2014. Teknik Dasar Videografi. Jogjakarta: UPN Press.
Yogyakarta: Andi Offset.

2579-3292 39

Anda mungkin juga menyukai