TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI
DIV KOMPUTER MULTIMEDIA
Oleh:
Jody Rahwoyo
11.51016.0024
BAB I
PENDAHULUAN
merangsang
pemikiran,
dan
memberikan
dorongan
terhadap
Indonesia khususnya
budaya Jawa yang selalu mengkaitkan sesuatu dengan hal-hal mistis dengan
mitos. Salah satunya adalah misteri lagu Lingsir Wengi dengan Kuntilanak.
Seringkali orang menganggap bahwa lagu Lingsir Wengi adalah lagu yang dapat
memanggil arwah penasaran atau kuntilanak. Semenjak kepopuleran film layar
lebar kuntilanak, mitos yang mengkaitkan lagu Lingsir Wengi dengan
kuntilanak ramai di perbincangkan oleh masyarakat luas yang menjadikan lagu
tersebut bisa mendatangkan arwah penasaran.
Lingsir Wengi awal mulanya adalah lagu yang di ciptakan oleh Sunan
Kalijaga di masa beliau menyebarkan agama Islam di Nusantara (Indonesia). Lagu
ini sebenarnya di ciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai sebuah media seni untuk
melakukan dakwah pengajaran agama Islam. Judul sebenarnya dari lagu ini adalah
Kidung Lingsir Wengi, yang dahulu juga Sunan Kalijaga sering sekali
menyanyikan lagu ini ketika beliau selesai menjalankan sholat malam agar
berguna untuk mencega segala gangguan-gangguan yang akan di timbulkan oleh
makhluk tak kasat mata. Dalam perkembangannya, lagu ini dinyanyikan oleh
banyak ibu pada jaman dahulu untuk menidurkan anak-anaknya ketika menjelang
tidur karena sebenarnya lagu tersebut berisi doa-doa untuk meminta perlindungan
kepada Tuhan. Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi dengan
memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat. Pakem Macapat ini terdiri dari 11
macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir
2.
Bagaimana membuat cerita yang menarik untuk film pertama dan kedua
dalam teknik omnibus?
Pengembangan
cerita
dan
suasana
misteri
dibatasi
dalam
unsur
3.
4.
Pembuatan film Omnibus yang di batasi hanya 2 cerita dalam 1 film yang
menghubungkan satu kesatuan.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir pembuatan film ini
sebagai berikut:
1.
2.
1.5 Manfaat
Selain dari beberapa tujuan tersebut, film ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam hal:
1.
Teoritis
a. Membuka pikiran masyrakat mengenai lagu Lingsir Wengi
dan
Praktis
a. Menjadi sebuah wadah untuk mengeksplorasi karya yang mampu
memberikan wawasan kepada masyarakat umum mengenai misteri lagu
Lingsir Wengi.
BAB II
LANDASAN TEORI
masuk akal sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan penonton sesudah
permutaran film.
Perkembangan dunia film saat ini memunculkan genre film sebagai hasil
dari kolaborasi beberapa di antaranya, misalnya komedi laga, horor komedi,
drama komedi, drama laga, horo laga, roman laga, dan semacamnya. Sekali lagi,
hal itu tidak berpengaruh terhadap produksi film saja, tetapi juga memperkata dan
mempermudah penyebutan karakter penyajian secara keseluruhan dalam sebuah
karya film.
2.4 Mitos
Analisis struktural Levi-Strauss atas mitos diilhami oleh teori informasi
(leach,1974). Dalam perspektif teori ini, mitos bukan hanya dongeng pengantar
tidur, tetapi juga kisah yang memuat pesan. Pesan ini tidak tersimpan dalam
sebuah mitos tunggal, tetapi dalam keseluruhan mitos. Dengan dasar pandangan
diatas, Levi-Strauss menetapkan landasan analisisstrukturalnya terhadap mitos.
Pertama, jika mitos dipandang sebagai sesuatu yang bermakna, maka makna tidak
terdapat pada unsur yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain, tapi bila
unsur-unsur tersebut dikombinasikan satu dengan yang lain. Kedua, walaupun
mitos tersmasuk dalam kategori bahasa, namun hanya ciri-ciri tertentu dari mitos
yang bertemu dengan ciri-ciri bahasa. Oleh karena itu bahasa mitos
memperlihatkan ciri yang lain. Mitos dimata Levi-Strauss adalah gejala
kebahasaan yang berbeda dengan gejala kebahasaan yang dipelajari oleh ahli
linguistik.
Mitos sebagai suatu bahasa memiliki tatabahasa sendiri dan Levi-Strauss
berupaya mengungkapkan tatabahasa ini dengan menganalisi unsure terkecil dari
mitos, yaitu mytheme. Mytheme menurut Levi-Strauss adalah unsure-unsur dalam
kontruksi wacana kritis (mythical discourse), yang merupakan satuan yang
bersifat kosokbali (oppositional), relatif dan negatif. Mengikuti pandangan
Jakobson tentang fenom mytheme dikatakan oleh Levi-Strauss sebegai purely
differential and contentless sign (1985; 145).oleh kerena itu dalam menganalisis
mitos atau cerita, makna dari kata yang ada dalam cerita harus dipisahkan dengan
miteme yang juga berupa kalimat atau rangkaian kata-kata dalam cerita tersebut.
Suatu cerita tidak memberikan makna yang pasti dan mapan pada pendengarnya,
tetapi hanya memberikan kisi-kisi. Kisi ini dapat ditentukan dengan melihat
aturan yang mendasari kontruksinya.
kajian
mitologi.
Mitos
dalam
pandangan
Levi-Strauss,
tidak
dipertentangkan dengan sejarah atau kenyataan, karena perbedaan makna dari dua
konsep ini yang dianggap oleh suatu masyarakat atau kelompok sebagai sejarah
atau kisah yang benar-benar terjadi, bisa dianggap sebagai dongeng yang tidak
diyakini kebenarannya oleh masyarakat lainnya. Mitos juga bukan kisah yang suci
karena definisi suci problematis. Mitos dalam konteks strukturalisme Levi-Strauss
adalah dongeng. Dongeng merupakan kisah atau cerita yang lahir dari imajinasi
khayalan manusia, walaupun unsur-unsur khayalan tersebut berasal dari
kehidupan sehari-hari. Dalam dongeng ini khayalan manusia memperoleh
kebebasan, karena tidak ada larangan bagi manusia untuk menciptakan dongeng.
Hal yang menarik adalah dongeng yang mirip atau agak mirip satu sama
lain, baik pada unsurnya, bagiannya atau beberapa episodenya. Levi-Strauss tidak
yakin kalau persamaan atau kemiripan ini karena suatu kebetulan, karena
kesamaan ini muncul beberapa kali dan memperlihatkan kecenderungan atau pola
tertentu. Kemiripan ini tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori evolusi
dan teori difusi kebudayaan.
Pada tataran yang lebih kongkrit, teori tersebut tidak selalu mampu
menjelaskan berbagai macam kesamaan antar gejala kebudayaan misalnya kesaam
berbagai benda budaya. Pada tataran yang lebih abstrak atau mengenai hal yang
abstrak teori tersebut akan mengalami kesulitan yang lebih besar untuk
menjelaskan persamaan berbagai macam gejala kebudayaan. Selain itu, kesamaan
dan kemiripan antar berbagai mitos pada banyak suku bangsa di dunia, hampir
tidak mungkin dijelaskan sebagai hasil dari kontak kebudayaan, karena suku
bangsa tersebut berjauhan jaraknya satu sama lain.
tinggi, mitos lingsir wengi pun kian melejit dan menjadikan lingsir wengi identik
dengan kuntilanak.
lingsir wengi awal mulanya adalah lagu yang di ciptakan oleh Sunan
Kalijaga di masa beliau menyebarkan agama Islam di Nusantara (Indonesia). Lagu
ini sebenarnya di ciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai sebuah media seni untuk
melakukan dakwah pengajaran agama Islam. Judul sebenarnya dari lagu ini adalah
Kidung lingsir wengi, yang dahulu juga Sunan Kalijaga sering sekali
menyanyikan lagu ini ketika beliau selesai menjalankan sholat malam agar
berguna untuk mencega segala gangguan-gangguan yang akan di timbulkan oleh
makhluk tak kasat mata. Dalam perkembangannya, lagu ini dinyanyikan oleh
banyak ibu pada jaman dahulu untuk menidurkan anak-anaknya ketika menjelang
tidur karena sebenarnya lagu tersebut berisi doa-doa untuk meminta perlindungan
kepada Tuhan. Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi dengan
memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat. Pakem Macapat ini terdiri dari 11
macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir
Wengi. Lagu-lagu yang memakai Pakem Durma harus mencerminkan suasana
yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang
mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu Lingsir Wengi dilantunkan
dengan perasaan yang lembut, tempo pelan, dan sangat menyayat hati.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA
Pada bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan untuk pengambilan
data-data yang menunjang pembuatan Tugas Akhir serta pengolahannya yang
akan berujung pada perancangan karya Tugas Akhir.
3.1 Metodologi
Dalam penelitian yang mendukung pembuatan karya ini digunakan
metodologi penelitian kualitatif, yang dijelaskan oleh Strauss & Corbin (2003: 73)
sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Metodologi kualitatif dipilih karena
penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan secara
mendalam (in-depth analysis).
Studi Literatur
Studi Literatur merupakan pengambilan data-data teoritis dari buku-buku.
Dalam studi literatur ini kajian yang diteliti meliputi 3 topik yaitu mitos,
omnibus, film dan misteri
Berikut ini merupakan beberapa buku yang digunakan untuk penelitian kajian
tersebut.
a. Heddy Shri Ahmisa-Putra memaparkan mitos atau dongeng merupakan
perwujudan dari pemikiran-pemikiran masyarakat sederhana tersebut
dimana hal-hal yang tidak masuk akal ditemukan. Kemiripan dongeng
satu dengan yang lain, walaupun dongeng-dongeng tersebut berasal dari
daerah yang berbeda-beda, dipandang bukanlah suatu kebetulan oleh
Levi-Strauss (75; 1). Kemiripan ini menjadi Levi-Strauss untuk mengkaji
nalar manusia. Alasan lain dikajinya mitos adalah persamaannya dengan
bahasa dimana mitos dan bahasa kedua-duanya adalah media komunikasi
untuk menyampaikan pesan dan juga adanya aspek langue dan parole
dalam mitos yang ditunjukan dengan berbedanya mitos dalam reversible
dan non-reversible.
b. Kata film omnibus berasal dari bahasa laitin yang artinya untuk
semuanya. Mungkin ini sebabnya dalam suatu film omnibus, ada genre
berbeda beda yang ditawarkan. Drama, komedi, horor, thriller, dan
ronkom. Dalam suatu omnibus boleh ada satu tema, atau satu sutradara,
atau satu penulis, atau satu actor yang selalu muncul. Definisi Film
omnibus (www.esquiere.co.id) adalah film yang didalamnya terdapat
beberapa beberapa segmen cerita. Dengan jalinan cerita yang berbeda,
namun memiliki sesuatu yang menghubungkan beberapa hal sehingga
menjadi satu kesatuan, misalnya mempunyai kesamaan genre pada film
tersebut.
c. What Is Cinema? (2009) oleh Andre Bazin, seorang kritikus film dari
Perancis yang menuliskan kriteria-kriteria sebuah film yang baik. Dari
buku ini peneliti mengambil beberapa poin tentang peranan sebuah film
dan kedekatannya dengan masyarakat karena fungsinya adalah sebagai
cerminan kehidupan dan reproduksi realitas.
d. Misteri dengan segala teori (id.wiktionary.org) adalah kenyataan yang
begitu luhur sehingga secara mendasar melampaui daya tangkap manusia.
Apapun yang semakin dapat dimengerti atau dihayati, tetapi tidak pernah
ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia menyangkut
kehadiran.
2.
Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih dalam
tentang perilaku masyarakat Indonesia terhadap pemahaman yang kurang di
masyarakat mengeni mitos lagu lingsir wengi. Observasi ini dilakukan
secara pasif, dengan mengamati komentar-komentar pengguna internet
dalam artikel-artikel pemberitaan mitos di Indonesia khususnya Pulau Jawa.
Internet dirasa tepat sebagai wadah observasi ini karena internet merupakan
media massa di mana masyarakat berperan aktif mencari informasi. Artikelartikel yang dituju adalah artikel-artikel yang terpajang paling atas di
halaman pencarian Google, sebagai Most Used Search Engine, dengan kata
kunci pencarian mitos Indonesia dalam berita. Berikut beberapa komentar
yang didapat dalam observasi ini.
3.
Study Eksiting
Demi mendukung pembuatan karya Tugas Akhir ini, dilakukan beberapa
studi eksisting kepada film-film misteri untuk melihat bagaimana
pengerjaan film omnibus misteri dalam sebuah film omnibus. Beberapa film
yang diambil sebagai sample, antara lain:
a. Takut (2008)
Film takut ini merupakan sebuah film omnibus yang bergenre horor
misteri. Film yang disutradarai oleh 7 sutradara dengan 6 cerita ini
menceritakan seorang yang ketakutan setelah melakukan perbuatan yang
tidak di inginkan. Di film 1-6 ini kejadian terror selalu menjumpainya.
4.
Wawancara
Wawancara untuk Tugas Akhir ini dilakukan secara langsung kepada
narasumber untuk mendapatkan informasi lebih dalam perihal mitos.
Narasumber dan hasil wawancara dijabarkan dalam poin-poin berikut.
a. Eko Nugroho
Eko Nugroho merupakan ketua pendiri komunitas wisata mistis di
Bandung yang di dirikan pada tanggal 10 April 2011. Komunitas wisata
mistis adalah sebuah wadah perkumpulan atau komunitas yang memiliki
kesamaan hobi dan minat, yaitu berpetualang, menginvestigasi, dan
meluruskan mitos-mitos yang beredar di Indonesia. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan jejaring sosial (gmail) pada tanggal 20 Agustus
2015. Eko Nugroho mengatakan beberapa dari pandangannya tentang
lagu lingsir wengi sebagai berikut:
lingsir wengi seliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo-wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet
Yang artinya:
Menjelang malam, dirimu akan lenyap
Jangan bangun dari tempat tidurmu
Awas jangan menampakkan diri
Aku sedang dalam kemarahan besar
Jin dan setan yang kuperintah, menjadi perantara
Untuk mencabut nyawamu.
11
pakem
(maskumambang,
mijil,
sinom,
kinanthi,
SUMBER
KESIMPULAN
Studi Pustaka
Berpengaruh
realitas
mempengaruhi
sehingga
dan
diterima
mudah
oleh
masyarakat.
Definisi Genre Studi Pustaka
Misteri
Ditujukan
Sukar dimengerti
untuk
membuat
rasa
Dominan
Memaksimalisasikan
penyampaian
Studi Eksisting
teknik
omnibus
perempuan
Penuh teka-teki
punya
cerita:
teknik
omnibus
Mitos
Wawancara
- Budaya yang dijadikan mitos karena
nilai dan norma-norma kebudayaan itu
sendiri
Kebudayaan
di
Mitos
di Observasi
Indonesia
Hal-hal
yang
sederhana
terhadap
3.5 Keyword
Dari analisa data dan STP yang telah dijelaskan dalam poin 3.3 dan 3.4,
diambil beberapa poin yang dapat diolah dan ditarik kesimpulan secara
keseluruhan dalam sebuah keyword.
Kata-kata yang akan dimasukkan dalam pencarian keyword dari analisa data
adalah berpengaruh di masyarakat (studi pustaka), sukar dimengerti (studi
pustaka), dominan (studi literatur), kebudayaan (wawancara), penuh teka-teki
(studi eksisting), kebijaksanaan kuno (studi pustaka), hal-hal yang irasional
(Observasi). Sedangkan dari STP, kata-kata yang akan dimasukkan ke dalam
pencarian keyword adalah budaya dan kepercayaan (segmenting), Indonesia
(targeting), dan sejarah mitos (positioning). Pencarian keyword yang akan
dijadikan sebagai acuan perancangan karya diilustrasikan dalam bagain berikut
keyword ini merupakan cerita/ peristiwa kuno yang berhubungan dengan sejarah
tetapi tidak di anggap suci dan merupakan bauaran antara fakta dengan fiksi.
3.6 Sinopsis
Film 1
Awal mula film ini menceritakan tentang permasalahan yang terjadi pada 3
mahasiswa bernama Firman, Dio, dan Kiki yang tinggal di sebuah kontrakan baru.
Di mulai dari Firman, adalah mahasiswa yang sangat mempelajari dan
menerapkan tentang kebudayaan spiritual jawa (aliran Islam Kejawen). Dia sering
melakukan ritual-ritual olahan rohani. Sunan kali jaga (Raden Said), beliau inilah
yang menjadi panutan Firman bahkan panutan orang-orang Jawa saat ini. Sunan
Kali Jaga (Raden Said) menjadikan kesenian dan budaya sebagai kendaraan
dakwahnya. Salah satu kendaraan Sunan Kali Jaga dalam penyebaran ajarannya
dalam melalui tembang/ kidung yang setiap malam di lantunkan oleh firman pada
malam hari bertujuan untuk berdoa agar mendapatkan perlindungan. Dio dan Kiki
adalah mahasiswa semester akhir yang berteman lama dengan Firman dan
mengajak Firman untuk mengontrak 1 rumah.
Dimulai dari permasalahan pada rumah yang mereka tinggal sudah lama
kosong disebabkan beberapa tahun lalu satu keluarga yang tinggal dirumah
tersebut telah meninggal dunia karena kecelakaan mobil waktu pergi berlibur.
akhirnya rumah tersebut menjadi anker dan banyak kejadian-kejadian aneh sejak
DIo dan Kiki tinggal disana. hal ini dalam pandangan Dio dan Kiki di sangkut
melakukan
tindakan
memanggil
paranormal
untuk
mengetahui apa yang terjadi, dan Kiki pun menceritakan kesibukan Firman
kepada paranormal itu. Paranormal itu membantah kalau sebenarnya kejadiankejadian aneh itu disebabkan oleh Firman. Kemudian Paranormal itu pun bercerita
sesungguhnya apa yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA