Anda di halaman 1dari 171

KOMPOSISI VISUAL

UNTUK CINEMATOGRAFER

Nur Hidayat
SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Film sebagai karya seni budaya yang dapat dipertunjukkan dengan


atau tanpa suara juga bermakna bahwa film merupakan media
komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan vital
kepada publik (khalayak) dengan daya pengaruh yang besar. Itulah
sebabnya film mempunyai fungsi pendidikan, hiburan,informasi, dan
pendorong karya kreatif. Film juga dapat berfungsi ekonomi yang
mampu memajukan kesejahteraan masyarakat dengan
memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat. Dengan
demikian film menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Salah satu media komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berisi


gagasan vital tersebut adalah melalui buku. Sebagai sumber referensi
dan acuan yang sangat penting maka kehadiran buku Perfilman ini
sangatlah tepat dan mempunyai bobot akademis yang tinggi karena
disusun tim yang sangat kompeten di bidangnya yaitu dari Fakultas
Film dan Televisi dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ)

Semoga buku ini dapat bermanfaat yang sebesar- besarnya bagi dunia
perfilman Indonesia sehingga dapat memajukan perkembangan
perfilman Indonesia sejalan dengan dinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi

Selamat Membaca.............
Maju terus film Indonesia ...........

Jakarta oktober 2016

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.AP

2
KATA PENGANTAR

Film mempunyai kesanggupan untuk memainkan waktu dan ruang,


mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak dan memajukan
atau memundurkannya secara bebas. Dengan demikian sesungguhnya
film adalah sebuah seni yang tinggi sekaligus menjadi seni yang paling
penting di abad ini. Tapi ironisnya, kita tidak pernah mempertanyakan
bagaimana sebuah film melewati prosesnya untuk menjadi produk film
yang siap memberikan kepada kita segenap informasi, hiburan sekaligus
pelajaran.
Dalam membuat sebuah film yang berkualitas banyak faktor yang
mempengaruhinya mulai dari skenario, penyutradaraan, tata suara, tata
musik, cahaya, kamera, editing hingga apresiasinya. Saat ini sedikit sekali
referensi atau sumber bacaan yang mumpuni baik secara akademis dan
praktis yang memenuhi akan kebutuhan tersebut. Pusbang
Pengembangan Perfilman, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban untuk mengembangkan
perfilman Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah berupaya menyediakan kebutuhan akan sumber bacaan
tentang perfilman. Atas dasar itu maka pada tahun 2016 telah
menerbitkan buku edisi Apresiasi film yang terdiri dari : film Indonesia
pertama, dokumenter film, Hollywood sebagai model sinema nasional,
cara berceritera film, dan komposisi visual,Buku ini boleh dibilang sebagai
buku pertama yang memberikan pengetahuan kepada kita bagaimana
membaca sebuah film. Sangat langka buku yang secara khusus
membicarakan apresiasi film.
Maka Apresiasi Film menjadi buku yang sangat penting sebagai sumber
referensi bagi masyarakt khususnya kalangan perfilman.

Jakarta oktober 2016


Kepala Pusbang Film Kemdikbud
DR.Maman Wijaya, M.Pd

3
SEKAPUR SIRIH

Penulis buku ini adalah pengajar di Fakultas Film dan Televisi Institut Keseniaan
Jakarta (FFTV-IKJ) yang telah berkecimpung lama mengabdikan dirinya di kampus
untuk melahirkan mahasiswa-mashasiswa film yang berkualitas. Salah satu syarat
bagi setiap pengajar –tidak terkecuali di FFTV-IKJ- selain mengajar adalah
melakukan penelitian, yang tujuannya agar secara terus menerus memperbarui hal-
hal yang bersifat keilmuan. Dari sinilah ilmu pengetahuan kemudian menjadi
berkembang. Berbagai penelitian tersebut bisa berbentuk laporan penelitian, ada
pula yang akhirnya dijadikan sebuah buku. Atas hal itulah kami patut berterima
kasih pada pengajar di FFTV-IKJ yang berkenan mendukung program penerbitan
buku ini dengan turut memberikan naskahnya untuk diterbitkan menjadi sebuah
buku.
Dalam program penerbitan buku ini yang sumber naskahnya berkaitan dengan ilmu
pengetahuan film, Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI (Pusbangfilm) juga memiliki peran penting. Sebagai lembaga
pemerintah yang salah satu tugasnya adalah menghadirkan dan menghimpun
berbagai macam referensi yang sifatnya bagi pengembangan perfilman di
Indonesia, tentu buku ini memiliki perannya tersendiri. Untuk itulah Dr. Maman
Wijaya, M.Pd selaku Kepala Pubangfilm perlu didukung upayanya mengembangan
perfilman di Indonesia, sekaligus patut pula diucapkan terimakasih atas
kepercayaannya memberikan kesempatan pada pengajar di FFTV-IKJ dalam
berkontribusi atas terbitnya buku-buku film yang amat jarang bisa ditemui di
Indonesia.
Terakhir, kepada para tim yang bekerja dalam membantu menjembatani kerjasama
antara penulis dari FFTV-IKJ dengan Pusbangfilm, baik dalam bentuk administratif
maupun teknis juga kami ucapkan terima kasih. Tentunya diharapkan agar kegiatan
semacam ini bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan pada masa-masa yang akan
datang.

Jakarta,Oktober 2016

Dekan FFTV-IKJ
RB. Armantono, MSn.

4
Daftar Isi

Sambutan .................................... 2

Kata Pengantar ............................ 3

Sekapur Sirih.................................. 4

Pendahuluan.................................. 5

Bab I Komposisi Visual ..................................... 16

Bab II Elemen Visual ......................................... 41

Bab III Prinsip Komposisi .................................. 127

Daftar Pustaka .................................................. 160

Biografi Penulis ................................................ 163

5
KOMPOSISI VISUAL
UNTUK CINEMATOGRAFER

Pendahuluan
Dalam bidang Sinematografi, Fotografi dan Videografi,
komposisi merupakan sebuah proses yang sangat vital. Karena
Komposisi melahirkan sebuah gambar yang dapat becerita, dari
komposisi pula sebuah gambar terlihat indah dan enak dipandang
untuk dinikmati.
Komposisi sangat berkaitan dengan estetika (usaha manusia
mencari keindahan), untuk itu tidak ada peraturan yang mengikatnya,
kalaupun ada hanyalah sebatas panduan yang boleh di-ikuti dan boleh
juga tidak (following the rule dan breaking the rule). Tetapi
bagaimanapun panduan-panduan dalam menentukan komposisi ini
sudah melalui proses studi yang cukup panjang di masa lalu. Sehingga
sangat sesuai dengan indera penglihatan manusia dalam menikmati
karya visual.

6
Gbr. The Great Train Robbery (1903), di buat dengan kisah cerita yang kuat,

komposisi visual, kerja kamera yang leih baik, penggunaan editing


untuk mencapai puncak bercerita.

Berbeda dengan seni lukis yang memulai komposisi dari


bidang kosong, kemudian menambahkan unsur-unsur yang dirasa
perlu agar pesan lukisannya bisa sampai untuk dilihat orang lain.
Komposisi dalam Sinematografi, Fotografi dan Videografi dimulai
dari bidang yang penuh, kemudian satu-persatu elemen yang tidak
perlu disingkirkan untuk mencapai tujuan yang sama.
Pada saat lampu perlahan mejadi redup dan gelap di dalam
gedung bioskop. Cahaya berpendar di permukaan layar perak
rangkaian gambar bergerak menjadi tampak. Suara membahana

7
dari setiap sudut ruangan. Cerita bergulir mengisahkan tentang
seserorang atau sebuah bangsa. Menghadirkan sebuah dunia
imitasi (Aristoteles)1 sedang di kisahkan. Visualisasi yang tersaji dia
atas layar mampu “menghipnotis” penonton untuk tetap
memandang ke depan. Tanpa terasa penonton sudah berada di
dalam negeri “dongeng”.
Bahkan diantaranya menganggap apa yang tersaji diatas
layar adalah sebuah “kebenaran”. Film membawa penonton
hanyut kedalam emosi bahagia, sedih, marah dan geram. Sebuah
proses aktifitas psikis yang berlangsung dalam situasi psikologis
berhadapan dengan layar perak.

Gbr. Film Space Odyssay 2001, sebuah lempengan besar


menjadi latar depan dari sekumpulan kera. Sebuah indikasi
adanya peradaban yang lebih maju.

1 Menurut Aristoteles tiruan dari sesuatu yang Universal. Matius Ali


(2009) Estetika sebuah pengantar filsafat keindahan. Jakarta: Sanggar
Luxor. Hal. 34

8
Hal tersebut terjadi bukan karena faktor kebetulan, atau
tidak di sengaja. Di mana seluruh Elemen Visualnya telah diseleksi
dan di tata sedemikian rupa. Penataan tersebut telah mengikuti
kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama oleh para pekerja
seni, untuk menjadi sebuah komposisi tertentu. Sebuah
kesepakatan bersama tentang kaedah-kaedah komposisi. yang
mengalami suatu proses perkembangan dari masa lalu.
Pada awal peradaban manusia, penglihatan hampir sama
dengan sekarang. Tetapi kemampuan bicara dan berkomunikasi
dengan sesama manusia terbatas sekali dan hanya merupakan
beberapa macam bunyi dengkur dengan nada, dan gerak tangan
yang berlainan guna memberi peringatan kepada orang lain supaya
jangan mengganggu makanannya dan isteri atau suaminya. Lambat
laun setelah beberapa abad, bunyi ini berkembang dan menjadi
kemampuan bicara; dan manusia dapat menyampaikan maksud dan
fikirannya dengan kata kata yang di ucapkan.

9
Gbr. Lukisan di dalam goa Altamira. Pada tahun 1868,
seorang petualang Modesto Cubillas menemukan goa ini,
namun baru pada tahun

Tetapi penggunaan kata yang di ucapkan hanya dapat


dipergunakan untuk komunikasi langsung. Pada masa awal
peradaban manusia bahasa belum memuaskan untuk banyak
penggunaan lain. Manusia belum dapat mencatat buah fikirannya,
dan juga tidak dapat mengirim berita secara lisan. Kemudian
manusia mulai membuat gambar yang kasar pada dinding goanya
atau pada batu ceper yang besar. Gambar gambar ini yang masih
kasar dan tidak hidup kelak membentuk dasar untuk dua bentuk
cara komunikasi tertentu.

10
Gbr. Tulisan Sumeria

Pada satu pihak gambar-gambar itu disederhanakan


menjadi simbul dan pada akhirnya menjadi huruf dan kata untuk
menyampaikan sebuah makna. Pada fihak, lain gambar kasar ini di
kembangkan dan menjadi gambaran lebih hidup seperti: lukisan
yang indah, foto, film dan televisi yang telah menjadi bagian penting
dari warisan kebudayaan dunia.

11
Gbr. Hieroglyphics Mesir kuno, bisa ditafsirkan dalam berbagai cara:
sebagai phonogram (membaca fonetik), sebagai tulisan gambar,
atau sebagai menentukan (membaca semantik).

Di dalam tradisi menulis (Sastra), orang harus memiliki dan


dapat menggunakan komponen dasar bahasa tertulis: huruf-huruf,
kata, ejaan, tata bahasa dan sintaksis. Dengan penguasaan unsur-
unsur tersebut komunikasi tertulis, dapat menjadi media ekspresi
verbal yang tak terbatas. Visual pun mengambil kepandain bahasa
tertulis, dengan menyusun Elemen Visual untuk di jadikan sebuah
komposisi di dalam penyampaian maknanya.

12
Gbr. Abjad Yunani pada tembikar. Abjad Yunani adalah sumber untuk
semua
tulisan Eropa modern.

Penemuan lukisan-lukisan gua prasejarah Altamira pada


abad ke-19, menunjukkan bahwa sejak awal kebudayaan manusia
kesadaran visual telah menjadi elemen kunci untuk berkomunikasi.
Saat ini kita hidup di dunia yang sangat kompleks, yang memerlukan
berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membuat cara kita

13
melewatinya. Salah satu keterampilan ini adalah dengan melihat
garis dan bentuk yang kita lihat di sekitar kita dan memberi makna
kepada mereka. Seperti tanda lalulintas, tanda pada pelayanan
publik, bursa saham, ramalan cuaca dan masih banyak yang lain.
Kemampuan untuk membaca gambar adalah bagian penting bagi
kehidupan kita. Jika tidak memilikinya, kita tidak dapat mengenali
dunia seperti yang kita kenal saat ini (The Day Pictures is Born2).
Gambar-gambar di dalam goa yang berusia kurang lebih 35.000
tahun tersebut merupakan cikal bakal dari fotografi, sinematografi
dan videografi.

2 “The Day Pictures is Born “ adalah CD episode ke 2 dari How Art Made
The World produksi BBC tahun 2007. Jakarta: Distribusi di Indonesia oleh
P.T Intermedia Prima Vision

14
Gbr. Pada tahun 1870, Emile Reynaud menemukan Zoetrope

15
dengan
menempatakan kacadi bagian tengahnya.

Sinematografi dan Videografi tidak saja mengambil kemampuan


dari Sastra, akan tetapi juga mengambil dari cabang cabang
kesenian yang lainnya. Seperti: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari,
Teater dan Arsitektur3. Sebuah sejarah dari media film untuk diakui
sebagai cabang kesenian yang paling muda. Cabang kesenian yang
ke 7.

Gbr. Pada tahun 1895, August dan Louis Lumiere menemukan


Cinematographe.

3 James Monaco (1977). How To Read A Film. New York: Oxford


University Press. Hal. 7 - 17

16
Bab I
Komposisi Visual

Salah satu komponen terpenting dalam menyampaikan


cerita secara visual adalah komposisi. Dalam media visual baik itu
film atau televisi, komposisi mengacu pada bagaimana bagian-
bagian dari Unsur Visual yang berhubungan satu sama lain untuk
menciptakan keseluruhan. Termasuk penempatan pada layar di
mana cerita tersajikan. Hubungan antara subyek dan objek, kedua
komponen tersebut berkontribusi terhadap konten ekspresif
gambar. Untuk dinikmati baik untuk kebutuhan lahiriah maupun
batiniah4.
Untuk menguasai Komposisi tidak semudah kita menguasai teknis
camera. Kita dapat membaca buku manual atau bertanya pada
kawan. Begitu juga dengan lighting. Setelah itu kita akan
berhadapan dengan Komposisi lagi. Seperti apa camera tersebut di
tempatkan?. Bidang mana saja yang mendapat cahaya atau di
biarkan ke dalam gelap?. Pemain berada di titik mana?

4 Sunarya, I Ketut ( 2004 ). “Konsep Rwa Bhineda Seni Kriya di Bali:


Studi Kasus Ukiran Kayu Karya I Ketut Tulak”, Tesis, Program
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

17
Langkah pertama bagi kita yang baru mulai adalah
mempelajari kaedah-kaedah komposisi tersebut. Kemudian setelah
memahami baru kita mempraktekkannya. Bisa saja kita mencoba
untuk meniru dari para Master. Pada proses menemukan jati diri,
meniru bukan merupakan tujuan akhir. Sebuah sarana mengasah
diri, dengan harapan suatu saat nanti akan muncul suatu bentuk
komposisi yang sangat personal. Sebuah identitas untuk
membedakan dirinya dengan yang lain.
Sebuah gambar bisa saja di komunikasikan dengan sederhana,
langsung dan tidak harus disertai dengan voice over untuk
menerangkan maksudnya. Seorang fotografer, sinematofer dan
Videografer harus membantu penonton untuk memperhatikan apa
yang harus dijadikan perhatian dan membuat semacam guide untuk
menggerakan mata penonton tersebut ke dalam gambar-gambar
yang dipentingkan di dalam frame. Selain itu juga harus
memberikan tambahan detail tentang subyek tersebut yang mana
tidak terdapat di dalam frame sebelumnya, tetapi akan sangat
membantu penonton dalam memahami gambar. Para penontonpun
butuh pengetahuan semacam itu. Artinya, jika kita bisa
menambahkan sesuatu yang lebih memberi arti pada subjek untuk
bisa lebih berkomunikasi maka, kita harus menambahkannya.

18
Kualitas ekspresi yang ada pada karya seni memberikan
kualitas karakter yang berbeda antara karya seni satu dengan yang
lainnya. Selain itu faktor individu senimanya juga berperan besar
dalam membreikan corak pada karya yang di buatnya. Sehingga
membuat penampilan karya satu dengan seniman lainnya memililki
perbedaan.5
Selera merupakan pertimbangan estetis yang individual,
khususnya yang diterapkan orang pada pemilihan jenis pakaian,
bacaan, perabot, jenis musik, film dan produk artistik lainnya.
kalimat "selera yang berbeda" selalu muncul ketika seseorang gagal
menikmati jenis produk-produk artistik tersebut. sebenarnya tidak
ada kriteria yang universal dalam selera, karena hal ini sangat
personal dan tergantung pada bagaimana latar belakang seseorang,
kulturnya, konteks dan rentang waktunya. walaupun pada akhirnya
selera memang dijadikan tolak ukur tentang pemahaman praktek-
praktek kebudayaan. yang kemudian menciptakan penilaian
tentang yang memiliki berselera bagus dan buruk, dan mau tidak
mau menciptakan hierarki budaya. Orang menggolong-golongkan
orang lain dan menggolongkan dirinya sendiri. selera juga dapat

5
A. Agung Suharyadi (2008). Seni Rupa Untuk Sekolah Menengah
Kejuruan, Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 16.

19
digunakan untuk mengirim pesan bagaimana seseorang ingin dilihat
oleh lingkungan sekitarnya.
Tentang hal ini, Pierre Bourdieu 6 membuat survei pada
1.217 orang tentang pilihan selera mereka terhadap karya musik,
film, teater, bahasa, dan literatur. dan survei itu membuktikan,
selera manusia tidak netral, tetapi terkait citra sosial tertentu,
seperti kelas dan kelompok sosial. selera pribadi dipengaruhi oleh
aspek-aspek dari praktek-praktek sosial dan posisi dalam
masyarakat. Tingkat penularan itu juga ditentukan oleh kuat-
lemahnya sebuah kekuasaan. Dalam kondisi hegemonik, seluruh
individu dalam sebuah komunitas memakai dan memaknai simbol
yang serupa.
Selera juga ternyata adalah keterbiasaan. karena itu selera
bisa saja berubah kalau ada keterbukaan diri dalam menerima hal-
hal yang lain dari biasanya. tetapi tetap saja selera merupakan
pilihan pribadi yang tidak dapat dipaksakan.
Namun demikian kaedah-kaedah untuk menghasilkan
gambar yang baik bukan merupakan harga mati dan tidak dapat di
rubah. Dengan memahami dan menguasai prinsip-prinsip dasar

6
Pierre Boudieu (1984). A Social Critique of The Judgement Of Taste,
Massachusetts: Harvard University Press Cambridge, Hal 18-42.

20
komposisi kita akan terhindar dari kesalahan fatal di dalam
mengatur dan mempresentasikan elemen visual.

1. Definisi Komposisi.
Ada beberapa definisi pendapat tentang apa yang disebut
sebagai Komposisi, di antaranya adalah:
Komposisi ialah : Suatu cara dan ketentuan untuk
mengatur, menyusun, meramu (mencampur) dengan dasar kaidah-
kaidah yang ada, hingga mewujudkan, suasana tatanan yang
harmonis, kaidah-kaidah yang dimaksud dapat dibagi dua tahap
proses yang sebenarnya, kesemuanya itu adalah merupakan satu
kesatuan teknis yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena
saling mendukung untuk mendapatkan hasil karya seni yang
bermutu atau yang berkwalitas, namun demikian untuk permulaan
belajar dapat menggunakan kaidah dasar lebih dahulu, karena
dengan menggunakan kaidah dasar tersebut sudah bisa dilihat
hasilnya walaupun belum tuntas penyelesaiannya.


21
Penerapan komposisi bersifat :

i. Mengatur.
Bagaimana Cameraman mengatur dari Dolly, Crane atau
Steadycam yang akan dipakai untuk menggerakkan Camera pada
saat proses pengambilan gambar.

ii. Menyusun.
Cameraman menyusun lampu untuk mendapatkan
kwantitas, kwalitas, warna, dan sudut cahaya yang di inginkan
dalam proses perekaman gambar.
iii. Meramu.
Kata meramu juga bisa diartikan mencampur, bagaimana
cara seorang Penata Artistik mencampur warna, yang akan
dipakai mewarnai

2. Komposisi Visual

Henry Matisse: Komposisi adalah seni menata berbagai elemen


visual untuk meng-ekspresikan perasaan ( Sarah Ken 1995 ).7

7 Sarah Kent. Composition ( Eye Witness Art ), ( 1995 ), hal 1.


Harper Collins.

22
Peter Ward (1996): Definisi Komposisi adalah penataan elemen
visual di dalam frame agar gambar terlihat utuh (Pictorial Unity).8

Pada kedua pendapat tersebut terlihat ada kesamaan, yaitu


penataan elemen visual. Walaupun Peter Ward lebih spesifik karena
ada kata di dalam frame. Hal tersebut disebabkan latar belakang
mereka yang berbeda. Henry Matisse seorang perupa sedangkan
Peter Ward praktisi pembuat film. Bahkan Peter dalam bukunya
menyatakan bahwa “Composition is the heart of visual
communication”9.
Ada banyak faktor dalam membuat framing dan
shot yang mempengaruhi keputusan dalam menetukan komposisi,
di antaranya adalah kesadaran visual. Esensi dari kesadaran visual
ini mengarahkan perhatian penononton lebih kepada action bukan
kepada reproduksi mekanik.
Pada saat kita menggerakkan kamera, akan terjadi
perubahan gambar/imaji. Beberapa gambar saja menarik dan enak
dilihat tapi ada beberapa bagian juga yang jelek bahkan

8
Peter Ward. Picture Composition for Film and Television, Second
Edition, (2003), hal Preface. Focal Press, London.
9
Peter Ward, ibid.

23
membingungkan. Lalu sebenarnya, apa yang beda antara gambar
yang tersaji di layar dengan apa yang kita saksikan setiap hari dari
kaca jendela?
Mungkin yang membuatnya berbeda adalah isi dari gambar
yang menarik perhatian penonton atau mungkin juga kualitas
tekniknya yang enak dilihat. Bagaimanapun juga terkadang kurang
disadari perasaan “enak” dari penataan massa, garis, tone dan
warna. Komposisi gambar adalah salah satu yang membuat
penonton tertarik kepada film maupun produksi televisi.

3. Proporsi Emas (Golden Proportion)

Banyak hasil karya seni dan budaya pada disain


pembuatannya menggunakan konsep Nisbah Emas. Seperti disain
dari piramida Giza didasarkan pada konsep Nisbah Emas 1,618.
Masyarakat Yunani Kuno menyebutnya sebagai Golden Section.
Plato (~428 SM – 347 SM) juga telah menggunakan Golden Section
dalam bukunya, Timaeus. Euclid dalam the Elements, membagi
sebuah garis pada titik 0,6180399. Titik ini dinamakan Mean Ratio.
Euclid juga menggunakan Mean Ratio dalam pembuatan
pentagram. Pada perkembangan selanjutnya, istilah Mean Ratio
diganti dengan Golden Mean. Istilah Golden Ratio juga digunakan
untuk menggantikan Mean Ratio. Phidias dari Yunani Kuno

24
menggunakannya dalam kuil Parthenon dan patung-patung di
dalamnya.

Gambar 4. Kuil Parthenon



Sumber: https://taicarmen.wordpress.com/tag/
patterns-in-nature/

Phidias (500 SM – 432 SM) adalah seorang pematung


(pemahat) dan matematikawan Yunani, mempelajari Nisbah Emas
1,618 dan menggunakannya untuk membangun Kuil Parthenon dan
mendisain patung-patung yang ditempatkan dalam kuil tersebut.
Sebagai penghargaan kepada Phidias, konstanta 1,618 dinamakan
Phi, diambil dari huruf pertama namanya.
Barisan Bilangan Fibonacci (BBF) diperkenalkan oleh
Leonardo Fibonacci dalam karyanya berjudul Liber Abaci yang
diterbitkan pada tahun 1202 dengan maksud memperkenalkan
bilangan Hindu-Arab kepada masyarakat barat (Eropa). Dalam

25
bukunya tersebut, Fibonacci mempromosikan untuk meninggalkan
sistem bilangan Romawi dan beralih ke sistem bilangan Hindu-Arab
yang sangat efisien. Dengan hanya 10 buah digit (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9) dan penggunaan sistem nilai tempat, sistem bilangan Hindu-
Arab dapat mengungguli sistem bilangan Romawi. Keunggulan
lainnya adalah adanya bilangan 0 dan kemudahan dalam
perhitungan aritmatika. Atas jasanya ini, seluruh dunia dan
matematika saat ini menggunakan sistem bilangan Hindu-Arab dan
nama Fibonacci tetap harum mewangi, tetap dikenal hingga hari ini.
Fibonacci tidak hanya dikenal dalam matematika. Bidang-
bidang seperti arsitektur, psikologi, pasar saham, botani, zoologi,
biologi dan lain-lain mengenal Fibonacci melalui Barisan Bilangan
Fibonacci, Spiral Fibonacci, Persegi Panjang Emas (Golden
Rectangle), Persegi Fibonacci, Sudut Emas (Golden Angle), Segitiga
Emas (Golden Triangle), Phi (Nisbah Emas/Golden Ratio) dan lain-
lain.
Dalam Liber Abaci juga terdapat permasalahan yang disebut
The Reproductive Habits of Rabbits in an Enclosed Area (Masalah
Kelinci Fibonacci). Sepasang kelinci yang baru lahir (jantan dan
betina) segera menjadi dewasa sebulan kemudian dan melahirkan
sepasang anak (jantan dan betina) sebulan berikutnya dan tiap
bulan selanjutnya akan melahirkan sepasang kelinci. Hal yang sama

26
berlaku untuk semua pasang anak kelinci. Proses perkembangan
dan banyaknya pasang kelinci pada bulan pertama, kedua dan
seterusnya diberikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Proses Perkembangbiakan Kelinci dalam Masalah Kelinci


Fibonacci.
Sumber: www.google.com

Dari masalah yang diajukan Fibonacci dalam Liber Abaci,


diperoleh barisan bilangan yang saat ini disebut dengan namanya:
Barisan Bilangan Fibonacci (Fibonacci’s Sequence): 1, 1, 2, 3, 5, 8,
13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, .... Barisan bilangan
Fibonacci sangat istimewa. Bilangan berikutnya diperoleh dengan
menjumlahkan dua buah bilangan sebelumnya yang berturutan.

27
Secara matematika, Fn Fn Fn n F
1,F
Perbandingan dua buah bilangan yang berturutan semakin
lama semakin mendekati konstanta yang dinamakan Golden Ratio
(Nisbah Emas) yaitu 1,618 (pendekatan). Perhatikan bahwa 89/55 =
1,6182, 144/89 = 1,6180, 233/144 = 1,6181 dan seterusnya.
Konstanta nisbah emas 1,618 saat ini disebut Phi dan dilambangkan
dengan huruf Yunani Phi yaitu Φ (baca: vi). Phi tentu saja berbeda
dengan Pi (baca: pi) yang dilambangkan dengan π dan bernilai 3,14.
Inilah keistimewaan barisan bilangan Fibonacci.
Hubungan keduanya adalah Phi = 1/phi. Konstanta Phi
mempunyai beragam nama, tergantung masa dan penggunaanya
misalnya golden section dan divine proportion. Konstanta phi juga
mempunyai beragam nama yaitu mean ratio, golden mean, dan
golden ratio. Saat ini, semua istilah tersebut (golden section, divine
proportion, mean ratio, golden mean, dan golden ratio) tidak lagi
dibedakan dan dinamakan Phi dengan nilai Φ = 1,618, diambil dari
nama Phidias yang membangun Kuil Parthenon dan patung-
patungnya.
Barisan bilangan Fibonacci terdapat juga di alam sekitar
kita, seperti bunga-bunga yang indah adalah bunga-bunga yang
memiliki jumlah daun, kuntum atau kelopak (petals) yang berupa

28
bilangan Fibonacci. Sebutlah bunga- bunga tersebut sebagai bunga-
bunga Fibonacci. Siswa dapat diarahkan untuk secara langsung
menyelidiki atau mencari bunga-bunga yang jumlah kelopaknya 3,
5, 8, 13, 21, 34, 55, atau 89 dan selanjutnya. Bagian ini tentu saja
dapat dikaitkan dengan biologi khususnya botani, seperti nama-
nama ilmiah untuk bunga-bunga Fibonacci. Contoh bunga-bunga
Fibonacci adalah (angka dalam kurung adalah jumlah daun/kelopak)
diberikan pada gambar berikut ini.

29
Lily (3) Iris (3)
Delphiniums (8)

30
Buttercup (5) Delphiniums (8)
Blood Root (8)

Ragwort (8) Black Eyed Susan (13) Aster (21)

31
Chamomile (21) Pyrethrum (34)

Gaillardia (34)

32
Michaelmas Daisy (55) Asteracae (89)
Gambar. Bunga-Bunga Fibonacci Sumber:
www.google.com

Dalam satu koloni lebah, jumlah lebah betina akan jauh


lebih banyak dibanding lebah jantan dan perbandingan keduanya
adalah bilangan Nisbah Emas atau Phi yaitu Φ = 1,618. Masih ada
lagi keistimewaan koloni lebah. Ternyata, proses
perkembangbiakan lebah mengikuti Barisan Bilangan Fibonacci.
Perkembangan lebah pun seperti perkembangan kelinci sehingga
jumlah lebah pada setiap generasi merupakan barisan bilangan
Fibonacci.

33
Gambar 3. Barisan Bilangan Fibonacci pada Proses
Perkembangbiakan Lebah
Masalah Kelinci Fibonacci pada akhirnya menghasilkan
Barisan Bilangan Fibonacci, dan menjadi sarana untuk memperoleh
konstanta Nisbah Emas (Phi).

34
Banyak bidang-bidang lain yang memanfaatkan Barisan Bilangan
Fibonacci maupun Phi dalam disain pembuatan atau
penciptaannya.
Persegi Panjang Emas (Golden Rectangle) diyakini sebagai
bentuk persegi panjang dengan proporsi yang indah. Rasio
(perbandingan) antara panjang dan lebar pada Golden Rectangle
adalah Golden Ratio atau Phi = 1,6180339887.... Apabila sisi
panjang dilambangkan dengan p dan sisi lebar dengan l, maka pada
Golden Rectangle berlaku

atau

Salah satu cara sederhana untuk memperoleh Golden Rectangle


adalah:
1. Buat persegi ABCD dengan ukuran 1 x 1. 

2. Tentukan titik tengah DC sebut titik M. 

3. Hubungkan titik M dengan titik B. 

4. Buat lingkaran dengan titik pusat M dan jari-jari MB 

5. Perpanjang ruas garis DC sampai bertemu dengan lingkaran. 

Diperoleh Persegi Panjang dengan perbandingan panjang
dan lebar adalah golden ratio. Sebut persegi panjang tersebut
AEFD.

35
Gambar. Pembuatan Golden Rectangle

Secara umum, Golden Geometry akan diperoleh dengan


melibatkan Golden Ratio dalam ukuran-ukuran yang digunakan.
Salah satu penggunaannya adalah pada logo majalah National
Geographic yang berupa Golden Rectangle. Demikian juga dengan
berbagai logo seperti logo Apple, Pepsi, iCloud, dan Toyota juga
dibuat berdasarkan Golden Ratio.

36
Gambar 7. Penggunaan Golden Ratio pada Logo National
Geographic dan
Apple Sumber: http://www.google.com

Fenomea Phi juga ditemukan pada banyak benda yang


sehari-hari digunakan. Benda-benda yang mengambil bentuk

37
persegi panjang banyak yang merupakan perwujudan dari Persegi
Panjang Emas (Golden Rectangle) misalnya kartu ATM, KTP, chips
kartu HP, perangko, kartu pos, dan lain-lain.

38
Gambar. Lukisan Monalisa dan Perjamuan Terakhir Sumber:
https://taicarmen.wordpress.com/tag/patterns-in-nature/

4. Hukum Seperti Tiga (Rule of Third)


5. Faktor Bobot Dalam Komposisi
Suatu obyek yang begerak lebih memiliki bobot dari pada
obyek yang statis. Sehingga masalah ukuran bisa di abaikan. Obyek
bergerak yang relatif kecil – khususnya kalau bernada cerah,
berwarna terang atau kontras terhadap latar berlakang – akan
mengundang lebih banyak perhatian daripada obyek besar yang
tetap di tempat.

39
a) Sebuah obyek yang bergerak ke arah kamera akan
berkembang jadi tambah membesar, maka itu membawa
bobot lebih besar daripada obyek yang bergerak menjauh.
b) Bagian atas gambar lebih berat daripada bagian bawah,
karena obyek yang lebih tinggi tampil lebih baik daripada
yang lebih bawah.
c) Mata penonton yang terbiasa membaca huruf dari kiri ke
kanan, maka bagian kanan frame isa menarik dan menahan
perhatian lebih kuata dibanding sebelah kiri frame. Bagian
sebelah kiri gambar dapat mendukung bobot piktorial yang
lebih besar di sebelah kanan.
d) Obyek yang di isolasi lebih memiliki bobot daripada yang di
kerumuni, digabung atau ditimbuni obyek obeyek lainnya.
Namun kelebihan obyek yang di isolasi bisa tercapai
dengan penataan terhadap posisinya, cahaya, contras,
warna atau faktor faktor lainnya.
e) Sebuah obyek akan tampil lebih berat kalau di tempatkan
dibagian pinggir frame, karena dibagian tengah secara
pengkomposisian adalah lemah.
f) Sebuah obyek besar dalam adegan statis akan nampak lebih
berbobot dan cenderung dominan.

40
g) Obyek obyek yang bentuknya teratur lebih berbobot
daripada yang bentuknya tidak beraturan.
h) Obyek yang aneh, komplek dan ruwet bisa nampak lebih
berat karena akan semakin bertambah daya tariknya.
i) Obyek yang kompak, dengan massa yang terkonsentrasi di
bagian tengahnya, akan lebih tampak berbobot daripada
yang tidak terhimpun dengan baik.
j) Obyek yang dibentuk vertikal akan tampil lebih berat
daripada obyek yang tidak tegak benar.
k) Obyek yang lebih cerah akan memiliki bobot lebih daripada
yang gelap. Obyek dan pencahayaan high – key, dengan
nada ringan, akan tampil menonjol ke arah penonton:
sementara obyek yang lebih gelap mundur kearah latar
belakangnya.
l) Warna warna yang panas, seperti merah, lebih berat
daripada yang dingin, seperti biru. Warna warna cerah
memberikan lebih banyak berat daripada yang gelap.

41
Bab II
Elemen Visual

Menurut Blain Brown yang berhubungan dengan teori


bahasa visual beliau menuliskan dalam pembuatan film atau video,
bahkan animasi sekalipun, gambar tidak hanya sekedar gambar,
tetapi gambar adalah sebuah informasi. Jadi salah satu tugas
sinematografer adalah menjadikan gambar menjadi bahasa visual
kepada audiens menjadi sebuah pesan yang berarti. Hasil akhir dari
tayangan video atau animasi secara materi adalah berbentuk dua
dimensi, tetapi sinematografer harus dapat memberikan panduan
mata pemirsa untuk melihat realitas. Untuk itu diperlukan
pemahaman konsep terhadap dasar pandangan 2D, 3D dan bahasa
visual. Untuk itu perlu dipahami tentang Elemen Visual dan Prinsip
Komposisi. Menguasai kedua hal tersebut menjadi dasar bagi
sinematografer, videofrafer dan photografer untuk meramu karya
visualisasi menjadi menarik dan bermakna. Elemen Visual yang
dimaksud adalah :

42
1. Ruang (Space)
RUANG FILM (Blain Brown - Cinematography:
Theory and Practise)

Dalam bukunya Blain Brown menjelaskan tentang ruang film yaitu


Ruang film merupakan pengenalan dasar menuju kepada
pemahaman esensi konsep visual storytelling (penceritaan). Hal ini
sangat penting agar seorang sinematografer atau videografer yang
mendampingi sutradara bukan hanya sekedar teknisi yang
merancang syuting yang bagus, melainkan juga memahami
bagaimana sinematografi dapat mendukung storyteling.

A. Ruang film berhubungan dengan teknik sinematik.

Pada jaman dulu ketika pertama kali manusia membuat sebuah


karya film atau video, layaknya drama panggung tidak terdapat
pengaturan tata sinema seperti memperlihatkan adegan orang yang
sedang bersin, atau orang yang meninggalkan kereta api, dan
sebagainya. Tetapi sekarang semua diatur untuk lebih memberikan
efek drama yang dapat berkomunikasi dengan pemirsa. Teknik
sinematik sangat berhubungan dengan membangun persepsi
pertanyaan dan harapan pada benak pemirsa. Seperti misalnya,

43
mengapa dia menangis, apakah cerita ini menuju ke happy ending
atau sadness dan sebagainya. Untuk menghasilkan urutan persepsi
yang sama antara pembuat film atau video dengan pemirsanya
maka perlu diatur pemunculan sequence dari adegan-adegan.

Misalnya:
 Long shot: hutan yang gelap dan rimbun
 Close on: wajah laki-laki yang marah. Matanya melotot,
mulutnya menyeringai, gigi- giginya gemeretak
 Close on: tangannya mengepal, otot-otot lengannya menonjol.
 Wide Shot: dua orang laki-laki terlihat berhadapan.

Dengan melihat urutan adegan tersebut nampak bahwa sutradara


sedang mengarahkan pemirsa bahwa akan terjadi pertarungan
dahsyat antara dua orang laki-laki. Ide utama dari ruang film adalah
menciptakan bahasa visual untuk berkomunikasi antara pembuat
film atau video dengan pemirsa atau audiens. Metode ruang film
adalah dengan membagi-bagi realitas tiga dimensi dunia nyata ke
dalam bagian-bagian kecil dan memperlihatkan ke pemirsa dalam
urutan yang direncanakan.

44
Dalam uraiannya Blain Brown menjelaskan sangat rinci tentang hal
ini. Di artikel ini saya meringkas beberapa teori dari beliau.
Beberapa bagian tema-tema itu seperti tentang Subyektif dan
obyektif POV (Point of View)
B. Subyektif dan obyektif POV (Point of View)

Dalam kata ganti orang terdapat kata ganti orang pertama yang
dikenal dengan “saya”, kata ganti orang kedua yang dikenal dengan
“anda” dan kata ganti orang ketiga yang dikenal dengan “mereka”.
Kata ganti ketiga disebut obyektif, kata ganti pertama disebut
subyektif dan kata ganti kedua menempati posisi diantaranya.
Dalam sinematografi hal tersebut dapat direpresentasikan dengan
pengaturan angle kamera yang disebut POV (Point Of View). Hal ini
biasa diaplikasikan pada adegan orang yang berdialog atau sedang
berbicara. Ilustrasi gambar penempatan kamera seperti di bawah
ini:

45
Dari ilustrasi yang digambarkan Blain Brown, menunjukkan
bahwa pengambilan gambar sebuah kamera dari sisi yang berbeda
akan mengakibatkan perubahan dampak ruang yang berbeda pula.
Kamera yang diletakkan pada bagian belakang karakter/pemain
akan menampilkan subyektifitas pemain dalam artian kesan dalam
film menjadi lebih subyektif berinteraksi dengan pemirsa.
Sebaliknya jika kamera digeser pada penampilan dua pemain
tersebut diatas maka penonton akan merasakan obyekti seorang
pemain. Hal ini harus dipahami oleh seorang sutradara maupun
sinematografer dalam melakukan pembangunan adegan.

46
2. Titik (Dot)

Pengertian unsur titik sebagai bentuk terkecil di jagad raya, sudah


tidak relevan lagi dengan perkembangan ilmu dan teknologi, karena
titik ternyata masih bisa diperkecil lagi menjadi proton dan neutron.
Namun mengingat bahwa proton dan neutron tidak bisa dilihat oleh
mata biasa, maka titik tetap dapat dianggap sebagai bentuk yang
terkecil10.
Pengertian titik hendaknya tidak diartikan sebatas pada gambaran
bagian yang terkecil dari suatu benda, tapi harus diberi pengertian
yang lebih besar, seperti hanya bentuk bulat dialam semesta yang
bisa berupa planet atau pun bintang dan matahari.
Bintang dilangit pun merupakan rangkaian titik-titik yang
apabila dihubungkan satu dengan yang lain akan membentuk
rangkaian garis atau pola, yang bisa dibaca sebagai petunjuk arah
(kompas) di malam hari. Perpanjangan dan kesinambungan 2 butik
titik merupakan awal dan akhir dari suatu garis, yang mampu
menimbulkan kesan gerak (movement) bila diletakkan pada suatu
kemiringan, sehingga penggunaan unsur titik dalam disain sebuah
komposisi, untuk mempermudah kesan yang diharapkan.

10Artini Kusmiati, Dra.(2004). Dimensi Estetika Pada Karya


Arsitektur dan Disain. Jakarta. Djambatan. Hal. 20.
47
Kehadiran sebuah titik dalam Desain Komposisi
mempertegas sesuatu yang menyita perhatian dan menjadi fokus.
Perletakan beberapa titik dalam sebuah bidang dapat mempertinggi
dinamisitas. Beberapa titik yang cukup banyak bahkan mampu
membuat bidang menjadi berubah.
Pengaturan perletakan beberapa titik dapat menimbulkan
kesan tiga dimensional, seperti melengkung, bertekstur dan
sebagainya. Beberapa titik yang diletakkan dalam pola beraturan
akan mengimajinasikan sebuah bentuk tertentu. Dua buah titk yang
diletakkan pada sebuah bidang akan mengimajinasikan adanya
hubungan hingga membentuk sebuah garis.

48
Gbr. Penempatan Titik di tengah frame

Titik dapat dirasakan keberadaannya apabila diletakkan


dalam sebuah bidang visual. Penempatan sebuah titik berada tepat
di tengah bidang akan terlihat stabil dan diam, kehadirannya
menarik ujung tepi gambar ditarik ke tengah, untuk mendominasi
bidang tersebut. Apabila titik tersebut dipindah dari pusatnya, maka
kekuatan visual dan pengaruh bidang tersebuta akan lebih terasa.
Seakan berlomba antara titik dan bidangnya.

49
Gbr Titik di tepi kanan atas.

Gbr. Titik di tepi kiri bawah

50
Gbr. Bulan di tempatkan pada bidang kiri atas.
3. Garis (Line)

Garis merupakan jajaran dari titik-titik dengan dua jenis


tampilan, yaitu luru dan lengkung. Sebuah bentuk akan disebut
sebagai garis jika memiliki panjang yang berbanding sangat besar
dengan lebarnya. Perbandingan panjang dan lebar dengan ukuran 1
: 2 masih disebut sebagai bidang, jika diteruskan menjadi 1 : 5 ,
sampai lebih dari 1 : 10 akan tercipta garis.
Sebuah bentuk yang disebut garis pada akhirnya akan
megabaikan lebar dan mengutamakan panjangnya. Lebar dari garis
hanya akan dipandang dalam perbedaan tampilan sebagai garis

51
tebal atau tipis saja. Kehadiran sebuah garis di dalam komposisi
visual akan menimbulkan kesan orientasi

Gbr. Gulf war map oleh Sydney Morning Herald, 22 january 1991

Unsur garis dapat tampil dalam bentuk garis tegak,


datar dan miring. Sebuah garis juga dapat memiliki jenis goresan
seperti garis utuh, putus-putus, titik-putus dan sebagainya.

Gbr berbagai macam karakter garis.

52
Kumpulan garis-garis dapat disusun (diberi struktur)
sedemikian rupa sehingga mewujudkan unsur-unsur struktur
seperti misalnya ritme, simetris, keseimbangan, kontras, dan
penonjolan. Seolah-olah garis itu sudah bisa “berbicara” lebih
banyak daripada titik-titik.

Gbr. Pertemuan garis


Garis-garis dapat disusun secara Geometris (dengan
ukuran, proporsi, siku-siku tertentu yang teratur) sehingga
mewujudkan gambar yang memberi kepuasan dan rasa-indah

53
karena keserasian dan keseimbangan bentuknya. Sususnan garis-
garis yang geometris, baik yang polos atau yang lebih rumit pada
umumnya tepat untuk digunakan sebagai penghias (ornamen). Di
Bali kita mengenal ornamen-ornamen yang lebih rumit lagi dengan
meniru dari alam atau dunia khayalan 11.

Gbr. Garis yang bergelombang, karya Linda d Lester

Analogi dan kesadaran fisik suatu karya yang


diperoyeksikan melalui irama garis, memaksa mata kita terus

11
A.A.M. Djelantik (1998). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung.
MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia) dan KuBuku.
Hal. 19 - 20.

54
mengikuti alurnya secara berkesinambungan, disertai adanya rasa
alunan dan irama, sehingga kadangkala menimbulkan rasa haru dan
pilu sama seperti yang kita alami pada saat menghayati alunan
musik.
Karya-karya besar dari abad silam banyak yang berhasil baik
berkat bantuan unsur garis dan keberhasilan tersebut dikarenakan
garis bisa membawa obyek pada pengalaman estetik disaat melihat
lukisan terutama dari zaman Renaissance. Pelukis Picasso walaupun
sering mengejutkan dan membingungkan, karena corak lukisannya
yang sering berganti gaya, tetapi selalu konsekuen dalam
penggunaan garis sebagai media dalam pengekspresian bentuk
yang lugas dan tegas.
Lebih jauh lagi, garis sesuai fungsinya yang khas, yang
mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus,
sangat menunjang penggunaannya sebagai elemen symbol.
Penggunaan garis sebegai elemen symbol, pertama kali
diperkenalkan oleh Otto Neurath (1882 – 1945) seorang pengajar
dan ilmuwan sosial, yang menamakan symbol tersebut sebagai
Isotype. Kemudian bahasa Isotype ini berkembang dan menjadi
salah satu bahasa gambar yang mampu mewakili berbagai bentuk
komunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya bentuk-bentuk
simbol ini banyak dipergunakan dalam perancangan logo dalam

55
upayanya agar mudah di-ingat dan mempunyai daya komunikasi
yang baik.
Sebagai alat untuk menyampaikan pesan yang di kandung
pada gambar, garis mempunyai fungsi dan sifatnya. Penjabarannya
adalah sebagai berikut:

A. Garis Nyata

Bila sebuah garis diteruskan melalui belokkan atau paling


sedikit dua buah siku sampai kembali lagi pada titik tolaknya hingga
wilayah yang dibatasi di tengah tengah garis tersebut membentuk
suatu bidang. Bidang mempunyai dua ukuran lebar dan panjang
yang di sebut dua dimensi.

56
Gbr. Film Matrix. Sutradara Wachowski bersaudara

Bidang yang berukuran dua dimensi itu tidak selalu


mendatar atau tampak. Bisa juga melengkung atau juga tidak
merata dan bergelombang. Dimana garis tersebut nampak sebagai
perwujudan bentuk bidang segi tiga, segi empat dan sebagainya
yang selanjutnya garis merupakan elemen pembentuk bidang.


57
Gbr. Kolam renang geometris

Wujud bidang masing-masing bisa memberi kesan estetik


yang berbeda-beda. Misalnya kolam renang persegi dengan
pinggiran yang dibentuk oleh garis lurus memberi kesan berlainana
dari kolam yang melengkung. Yang satu kaku, statis seperti dibuat-
buat, yang lain berkesan alami, luwes dan dinamis.

58
Gbr. Kolam renang organic

59
Garis menurut fungsi dan sifatnya ada tiga yakni: 


i. Garis lurus mengesankan sifat jantan dan kekuatan.

Gbr. Garis Lurus dari sosok Jhonny Deep dalam film Alice in
Wonderland.
Sutradara Tim Burton

60
ii. Garis bentuk S.

Gbr. “Line of Beauty”. Garis no 4 dinyatakan oleh Hogarth,


sebagai garis yang mempunyai bentuk paling menarik.

Pada abad ke 18 seorang seniman, William Hogarth,


menyatakan ada 7 bentuk garis dan salah satunya dianggap sebagai
garis yang lembut, mengesankan kehidmatan dan tenang. Biasa di
sebut sebagai garis S. Garis berbentuk ‘S’, atau yang sering disebut ‘line
of beauty’12 maka kita akan merasakan sesuatu yang lembut, halus dan
gemulai. Perasaan ini terjadi karena ingatan kita mengasosiasikannya
dengan bentuk-bentuk yang dominan dengan bentuk lengkung seperti
penari atau gerak ombak di laut.

12 Peter Ward (2003). Hal. 71.

61
Gbr. Deretan rumah di tepi pantai menyerupai huruf S, karya Cliff
Smith
iii. Garis-garis lengkung yang halus mengesankan ke wanitaan,
sifat – sifat halus dan lembut.

Gbr. Garis lengkung yang halus, Artistic Yellow karya Rokop

62
iv. Garis lengkung yang tajam memberi kesan action dan
kegembiraan.

Gbr. Garis lengkung yang tajam karya Ansel Adam

63
v. Garis vertikal yang panjang dan melengkung dengan ujung
yang meruncing mengesankan kecantikan yang di-agungkan
dan melankoli.

Gbr. Garis vertikal yang panjang, film Moulin Rough

64
vi. Garis horizontal yang memanjang dapat memberi kesan senyap,
ketenangan, istirahat dan kedamaian dalam perasaan.

Gbr. Film Days of Heaven Director Terrence Malick

65
vii. Garis vertikal yang tinggi mengkomunikasikan perasaan
keagungan dan spiritualitas.

Gbr. Woman at Work karya Kaushik Majumder.

66
viii. Garis diagonal yang sejajar menunjukan menunjukkan
perasaan gerakan atau arah.

Gbr. Garis Diagonal dalam film The Conformist Director Benardo


Bertoluci

67
ix. Garis diagonal yang saling bertentangan mengesankan konflik
dan pemaksaaan.

Gbr. Garis Diagonal bertentangan, The Walk karya Ivana Vostrakova

68
x. Garis yang tajam, kuat dan berat memberi kesankan
kecemerlangan, ceria, dan kegembiraan. Biasa di sebut garis
zig zag.

Gbr. Garis zig zag yang tajam. Lone Tree Palouse Hills karya Chip
Phillip

69
xi. Garis yang tidak beraturan lebih menarik daripada garis-garis
yang beraturan, karena sifat visualnya.

Gbr. Garis yang tidak beraturan dalam film Ivan’s Childhood ,


Sutradara Andrei Tarkovsky

70
B. Kombinasi Pemakaian Unsur Garis

i. Garis garis vertikal yang mulai dari alas frame dan langsung ke
garis atas tanpa hambatan, seolah berlanjut terus di sebalik
frame.

Gbr. Film The Fall. Sutradara Tarsem

71
ii. Horizontal yang panjang bisa diberikan penekanan oleh garis
vertikal pendek.

Gbr. Film Ryan Daughter. Sutradara David Lean

72
iii. Garis-garis lengkung membutuhkan garis garis lurus yang kuat
untuk memberikan penekanan dan kontras.

Gbr. Kombinasi unsur garis lengkung pada cadik perahu di padu


garis lurus.

73
iv. Serangkaian lengkungan akan menjadi komposisi yang lemah
apabila tidak diperkuat dengan aksen vertikal atau horzontal.

Gbr. Garis lengkung di padu dengan garis vertikal dan horizontal

74
v. Lengkungan dan diagonal-diagonal yang berlebihan bisa
menghasilkan kesan yang membingungkan.

Gbr. Garis lengkung yang berlebihan karya Aberto Seves

75
vi. Pengertian pengertian yang diberikan oleh garis garis juga
dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti gravitasi.

Gbr. Film Perfect Strom sutradara Wolfgang Peterson (2000)

vii. Garis - garis juga meng-ekspresikan kwalitas kecepatan, yang


bisa menambah penekanan pada gambar.

76
Gbr. Film Lightning Thief sutradara Chris Columbus (2010)

viii. Garis garis lurus, berliku atau bergerigi, sebagaimana


sambaran kilat, memberikan impresi kecepatan, penuh
kekuatan atau vitalitas.

77
Gbr. Unknown artis
http://www.socwall.com/images/wallpapers/

ix. Garis garis lengkung yang lembut melambatkan kecepatan mata


dan menciptakan keadaan yang santai atau langkah yang sangat
hati hati.

78
Gbr. Garis lengkung yang berputar ke bawah melambatkan mata.

C. Garis Semu atau Garis Imajiner.

Garis-garis yang tercipta di dalam pada unsur visual bisa terjadi


karena kontur yang sesungguhnya dari sebuah objek, atau bisa
terjadi hanya merupakan garis imajiner dalam ruang. Ketika kita
menyaksikan sebuah film, mata kita bergerak mengikuti adegan
demi adegan, mata juga menciptakan garis-garis transisional pada
layar perak di depan penonton. Garis-garis khayali tersebut,

79
disugestikan oleh gerakan mata atau gerakan subjek, bisa lebih
efektif daripada garis-garis komposisional yang sesungguhnya.

Gbr.
Posisi
bulan

membentuk garis semu

Garis yang dibuat untuk menyatakan adanya bentuk bidang


namun sebenarnya garis tersebut tidak ada, misal pada bentuk
bidang lengkung pada letak bulan di gambar atas.
Film dibuat dari banyak shot, direkam dari berbagai angle
kamera dan dirangkum dalam satu scene – suatu rangkaian scene

80
yang di susun menjadi sebuah sequence sampai terwujudnya
sebuah cerita yang lengakap. Kalau arah pandang seorang aktor
melihat arah tertentu keluar frame, sudah diperlihatkan pada suatu
shot, kemudian arah pandang tersebut berubah pada shot-shot
berikutnya, kesinambungan shot dalam film akan rusak, dan
penonton akan kehilangan orientasi arah pandang13.
Contoh di bawah ini akan memperlihatkan kecocokkan dari arah
pandang dari film Ben-Hur, Esther (Haya Harareet) melihat ke
bawah, pada Yehuda (Charlton Heston) yang sedang duduk, dan
film Brotherhood of the Wolf, dimana seorang wanita melihat ke
arah sebuah bukit dimana Manni (Mark Dacascos) berada.

13 Joseph V. Mascelli. A.S.C. (1987). The Five C’s of Cinematography,


diterjemahkan oleh H. M. Y. Biran, Angle, Kontiniti, Editing, Close Up dan
Komposisi dalam Sinematografi. Jakarta. Yayasan Citra. Hal. 175

81
Gbr. Posisi arah pandang yang kurang tepat.

Gbr. Possisi arah pandang yang lebih sesua


4. Cahaya
i. Kwantitas
 Specular, cahaya spekular merupakan cahaya dengan lebar
penembakan sempit. Sebagai contoh cahaya matahari yang
tidak terlindung awan dan cahaya lampu adalah termasuk
cahaya spekular. Cahaya spekular digolongkan ke dalam
cahaya keras.
ii. Kwalitas

82
Ada lima faktor pengaruh terhadap kualitas tata cahaya dalam
fotografi atau sinematografi, yaitu:
 Brightness, merupakan tingkat intensitas radiasi matahari
atau pantulan cahaya (dari dinding). Tingkatan brightness
dapat didefinisikan dalam tiga keadaan cerah, rata-rata dan
gelap. Brightness dapat diukur menggunakan lightmeter
baik secara incident maupun reflektif.
 Contrast, merupakan perbedaan gelap terang antar subyek
yang ada pada scene. Kontras juga dapat diukur seperti
brightnes dengan alat ukur seperti lightmeter, yaitu dengan
spot meter. Dengan kontras cahaya dapat didefinisikan
menurut perbandingan f/stop yang dinamakan lighting
rasio/kontras rasio. Tabel perbandingannya adalah sebagai
berikut:
Rasio Perbedaan Stop Keterangan

1:1 Tidak ada perbedaan Flat lighting

2:1 1 stop Fotogafi warna umum

3:1 1 ½ stop Fotografi B/W umum

83
4:1 2 stop Dramatic Lighting/ Low Key

8:1 3 stop Sangat dramatik/ low key

Source: StudioLighting.net

 Diffuse, cahaya baur merupakan cahaya dengan jangkauan


lebar cahaya yang luas dan menyebar ke segala arah.
Cahaya matahari yang tertutup awan merupakan cahaya
baur, atau cahaya yang terlindungi oleh kabut. Cahaya baur
digolongkan dalam cahaya lembut.
 Color Source, dalam hal warna menyangkut banyak hal
seperti color balance, tone, color temperature , warna

84
primer, efek warna dan sebagainya. Warna dapat diukur
menggunakan colormeter.
 Arah Cahaya (Direction)
Arah cahaya memberikan informasi tentang arah jatuhnya
bayangan., menyediakan bobot dari texture, bentuk dan ruang.
Seorang fotografer atau sinematografer harus memperhatikan
arah untuk efek pencahayaan yang dinamis.

iii. Warna (Color)

Bermain dengan warna adalah suatu hal yang


menyenangkan dan dapat menjadi pengalaman yang menarik.
Mempunyai pengertian yang baik tentang warna dan bagaimana
mengaplikasikannya kedalam sebuah karya, dapat menolong kita
untuk lebih berekspresi pada karya seni yang akan di buat.

85
Gbr. Warna di alam.
Warna adalah hasil dari persepsi visual yang sesuai pada
manusia dengan kategori yang disebut merah, kuning, hijau, biru,
nila dan ungu. Warna berasal dari Spektrum Warna berinteraksi di
mata dengan kepekaan spektral dari reseptor sinar.
Katagori Warna dan spesifikasi fisik Warna juga berkaitan
dengan benda-benda, materi, dan sumber cahaya. Berdasarkan
sifat fisik mereka seperti penyerapan sinar, refleksi, atau emisi
spektrum. Dengan mendefinisikan sebuah ruang warna, warna
dapat di-identifikasi secara numerik oleh koordinat mereka.
Karena persepsi warna berasal dari kepekaan yang
berbeda-beda dari berbagai jenis sel kerucut dalam retina ke

86
bagian-bagian yang berbeda dari spektrum warna, dapat
didefinisikan dan diukur oleh sejauh mana mereka merangsang sel-
sel ini.

a) Sifat Fisik dari Cahaya

Sinar sangat menarik untuk dibahas. Cahaya dari matahari,


merambat melalui ruang hampa gelombang elektromagnetik yang
berkecepatan tinggi, 300.000 km/detik. Sepanjang kurang lebih 93
juta mil dalam waktu kurang dari 8 menit untuk sampai ditempat
yang kita sebut bumi dan menerangi kita semua. Sama halnya
dengan semua getaran lain, tetaran sinar bersifat gelombang.
Jumlah gelombang yang terjadi dalam satu detik disebut frekuensi.
Besarnya gelombang adalah jarak antara ujung atas dan ujung
bawah masing masing, disebut amplitudo.
Frekuensi menentukan warna dari cahaya dan amplitude
menentukan kekuatannya. Panjang gelombang yang sering disebut
dalam siaran radio (wave-length), adalah ukuran antara puncak
gelombang sampai berikutnya. Kecepatan sinar yang dipancarkan
oleh radio adalah sama dengan kecepatan cahaya matahari, yakni
300.000 km/detik. Frekuensi berjumlah 300.000 km dibagi dengan

87
panjangnya wave-length tersebut. Masing-masing pemancar radio
membuat siaran dengan frekuensi atau wave-length tertentu.

Gbr. Cahaya putih melewati prisma, ketika keluar dari prisma diurai
menjadi
warna pelangi, merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu dan nila.

Sinar tidak bisa dilihat. Apa yang kita lihat adalah benda
yang terkena sinar dan memantulkan sinar itu ke segala arah,
antara lain ke arah mata kita. sinar matahari yang melalui lubang
kecil atap yang tembus ke ruang di bawah, bisa “terlihat” berkat
titik debu yang disinarinya. Bila tidak ada debu, kita hanya akan
melihat lubang kecil pada atap. Dari titik-titik debu yang terkena
cahaya dapat ditarik kesimpulan bahwa sinar menempuh jalan yang
lurus.

88
Tidak semua getaran elektromagnetik dapat dilihat,
karena hanya getaran yang panjang gelombangnya antara 400
sampai 800 nanometer yang bisa dilihat (satu nanometer adalah
seper-sejuta dari 1 milimeter). Cahaya elektromagnetik lain yang
beredar di alam banyak sekali jumlah dan macamnya, bervariasi
ukuran dan panjang gelombang masing-masing. Disamping cahaya
alami dari matahari dan bintang-bintang, ada juga yang merupakan
buatan manusia, seperti sinar lampu, radio dan rontgen. Hanya
yang mempunyai panjang gelombang antara 400 dan 800
nanometer menimbulkan bayangan untuk “dilihat”.14

14A. A. M. Djelatik (2001). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI


dan ku Buku. Hal. 26.

89
Gbr. Tabel panjang gelombang dan frekuensi warna spektral cahaya
tampak. Hasil kali panjang gelombang dan frekuensi, samadengan
kecepatan cahaya

Tidak semua getaran elektromagnetik dapat dilihat, karena


hanya getaran yang panjang gelombangnya antara 400 sampai 800
nanometer yang bisa dilihat (satu nanometer adalah seper-sejuta
dari 1 milimeter). Cahaya elektromagnetik lain yang beredar di
alam banyak sekali jumlah dan macamnya, bervariasi ukuran dan
panjang gelombang masing-masing. Disamping cahaya alami dari
matahari dan bintang-bintang, ada juga yang merupakan buatan
manusia, seperti sinar lampu, radio dan rontgen. Hanya yang
mempunyai panjang gelombang antara 400 dan 800 nanometer
menimbulkan bayangan untuk “dilihat”.15
Cahaya tampak (visiblelight) adalah bagian dari semua
cahaya yang lahir dari matahari atau lampu. Kumpulan cahaya yang
bergelombang antara 400 hingga 800 nanometer, bisa
dipertunjukkan dengan memakai kaca bersegitiga, disebut prisma.
Kaca ini memilah cahaya menurut panjang–gelombangnya masing-
masing, dan setelah melewati prisma cahaya itu dihadang oleh

15A. A. M. Djelatik (2001). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI


dan ku Buku. Hal. 26.

90
lembaran kertas, masing-masing cahaya dipantulkan oleh kertas itu
tersendiri, dan kita akan melihat tentetan warna-warni di atas
kertas; mulai dari warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, indigo
hingga ungu. Jejeran warna-warni yang bias dilihat oleh mata
manusia. Pelangi di langit terwujud karena ada hujan di suatu
tempat, dimana tetes-tetes hujan bersamaan seolah membentuk
prisma dan sinar matahari yang menembus melalui prisma itu, tiba
pada kumpulan awan tipis yang merupakan kertas penghadangnya.

Gbr. Spectrum kasat mata

Warna dari benda yang terlihat ditentukan oleh sinar mana


diantara spektrum itu yang dipantulkan dan tiba pada mata kita.
Bila yang dipantulkan hanya bergelombang 700-800 nano, maka
benda itu nampak berwarna merah, sekitar 600 nano berwarna
kuning, dan sekitar 400 nano berwarna ungu. Benda yang

91
memantulkan semua sinar spectrum nampak putih warnanya,
sementara yang sama sekali tidak memantulkan akan tampak
hitam.
Alam semesta mengandung banyak macam cahaya yang
lain. Yang bergelombang di bawah 400 nano disebut Ultra-Violet,
yang kurang dari 0.3 nano yang di sebut Super-Ultra-Violet. Ini
meliputi sinar rontgen dan sinar Gamma, yang kini dibuat oleh
manusia dengan teknologi modern, dan digunakan dalam bidang
kedokteran. Cahaya bergelombang lebih dari 800 nano disebut
infra-merah, yang membawa suhu panas, juga telah mampu dibuat
manusia. Gelombang elelktromaknetik yang lebih panjang lagi
gelombangnya meliputi sinar radar, sinar radio dan televisi. Sinar-
sinar ini dengan alat tertentu bisa diproses menjadi sinar laser yang
bergelombang antara 400 dan 800 nano hingga terwujud gambar
yang bias dilihat dilayar perak atau di atas layar kaca, dan diproses
dijadikan getaran udara, hingga dapat didengar oleh telinga.

92
b) Mata Sang Pengamat

Gbr. The Man with The Child in his Eyes Karya B Read

93
Warna yang dipresepsikan oleh manusia sangat berbeda
dengan yang dialami oleh binatang. Anjing dan kucing lebih peka
terhadap warna biru dan merah dari pada hijau.

Gbr. Diagram mata manusia.


Cahaya adalah suatu bentuk energi elektromagnetik yang
bergerak dalam pola seperti gelombang. Kita hanya tahu itu ada
karena fotoreseptor pada retina di belakang mata kita mendeteksi
gelombang cahaya yang masuk dan mentransfer informasi ke otak

94
kita melalui syaraf optik. Di otak, sinyal-sinyal diinterpretasikan
menjadi informasi yang memberitahu kita tidak hanya apa yang kita
lihat, tetapi juga warna apa yang hadir di depan kita.

Gbr. Retina adalah tumpukan dari beberapa lapisan saraf. Cahaya


terkonsentrasi di penampang mata mata dan melewati seluruh
lapisan-lapisan (dari kiri ke kanan) menyentuh bagian fotoreseptor
(layer Kanan). Ini memunculkan sebuah mediasi transformasi kimia
propagasi sinyal ke bipolar dan sel horizontal (lapisan kuning
tengah). Sinyal ini kemudian disebarkan ke amacrine dan sel
ganglion. Neuron ini pada akhirnya dapat menghasilkan potensi aksi
pada akson mereka. Spatiotemporal ini menentukan pola paku
input mentah dari mata ke otak. (Dimodifikasi dari gambar oleh
Ramon y Cajal)

95
Informasi warna berasal dari fotoreseptor khusus di retina.
Ini berbentuk kerucut mini-sensor yang tepat disebut "cones."
Setiap jenis kerucut peka terhadap berbagai panjang gelombang
cahaya, tetapi setiap jenis memiliki sensitivitas puncak di bagian
yang berbeda dari spektrum. Kami memiliki kerucut panjang
gelombang yang paling peka terhadap warna merah, kerucut
panjang gelombang pendek yang paling sensitif terhadap warna
biru, dan pertengahan kerucut panjang gelombang yang paling peka
terhadap warna hijau. Ketika semua tiga jenis kerucut dirangsang
sama, sinyal berbaur bersama dalam otak kita dan kita melihat
"putih" cahaya. Jika kerucut dirangsang derajat yang berbeda, kita
melihat variasi dari campuran warna dasar merah, hijau, atau
warna biru. Sedikit perubahan dalam relatif sinyal dari tiga jenis
kerucut menghasilkan jutaan warna, yang dapat dikenali oleh mata.

96
Gbr. Respon normal spektral sel kerucut manusia, S, M dan L
Manusia biasanya memiliki tiga macam kerucut. Pertama
yang merespon terhadap panjang gelombang cahaya yang paling
panjang, memuncak di wilayah kuning; tipe ini ditunjuk L (lihat
diagram di atas). Tipe kedua merespons paling banyak panjang
gelombang cahaya menengah, memuncak pada hijau, dan disingkat
M untuk menengah. Merespon jenis ketiga paling pendek panjang
gelombang cahayanya, dari warna ungu, dan ditunjuk S. Ketiga jenis
panjang gelombang, masing-masing memiliki puncak dekat 564-580
nm, 534-545 nm dan 420-440 nm. Perbedaan dalam sinyal yang
diterima dari ketiga jenis kerucut memungkinkan otak untuk

97
melihat semua kemungkinan warna. melalui proses lawan visi
warna.
Warna kuning, misalnya, dirasakan ketika kerucut L
dirangsang sedikit lebih banyak dari kerucut M, dan warna merah
dirasakan ketika kerucut L dirangsang secara signifikan lebih besar
daripada kerucut M. Demikian pula, warna biru dan ungu dirasakan
ketika S reseptor dirangsang lebih pendek panjang gelombang dari
dua kerucut lainnya.
Kerucut S yang paling sensitif terhadap cahaya pada
panjang gelombang sekitar 420 nm. Namun, lensa dan kornea mata
manusia semakin menyerap pada panjang gelombang yang lebih
kecil, dan ini menentukan panjang gelombang batas bawah manusia
melihat cahaya sekitar 380 nm, yang oleh karenanya disebut
‘ultraviolet’ cahaya. Orang dengan aphakia suatu kondisi dimana
tidak memiliki lensa mata, kadang-kadang mempunyai kemampuan
untuk melihat ke dalam jangkauan cahaya ultraviolet.

c) Roda Warna …..???

i. Warna Primer

98
Gbr Warna Primair

Warna primer atau warna pokok adalah warna-warna yang


tidak dapat dihasilkan dari pencampuran warna lainnya. Dari
pengertian di atas maka hitam, putih, emas dan perak dapat
dimasukkan dalam kategori warna pokok. Namun karena hitam,
putih, emas dan perak tidak menampakkan kroma tertentu, maka
warna-warna tersebut danggap bukan warna. Bahkan sebahagian
orang ada yang mengelompokkan hitam dan putih sebagai ‘warna
netral’, dapat dipasangkan sebagai penetralisir bagi warna apapun.
Dengan alasan tersebut, maka warna pokok hanya terdiri dari
warna kuning, merah dan biru. Skema warna di atas dikenal juga

99
dengan skema warna triadic karena masing-masing warna tersebut
terletak pada titik sudut segitiga sama kaki dalam lingkaran warna.

ii. Warna Sekunder

Apabila dua warna pokok dicampurkan dengan kadar yang sama


(100% : 100%), maka dihasilkan sebuah warna baru yang dinamakan
warna ke dua (sekunder; dari kata second) atau warna turunan.

Gbr. Warna sekunder


Dari percampuran warna merah dan kuning menghasilkan
warna oranye, merah dengan biru menghasilkan ungu, sedangkan
biru dengan kuning kita dapati warna hijau. Oranye, ungu dan hijau
adalah warna sekunder.

100
Di antara merah dan ungu, masih terdapat jutaan gugus warna
merah keungu-unguan atau ungu kemerah-merahan yang tidak
terhingga banyaknya. Demikian juga antara ungu dan biru, kuning
dan oranye, oranye dan merah, biru dan hijau serta hijau dengan
kuning.

iii. Warna Tersier


Warna tersier, warna tahap ketiga, dibuat dengan warna
sekunder dicampur dengan warna primer yang bukan komplemen
dari warna itu:

Gbr. Warna Tersier

101
 Merah dengan oranye membuat oranye kemerahan
 Merah dengan ungu membuat ungu kemerahan
 Kuning dengan oranye membuat oranye kekuningan
 Kuning dengan hijau membuat hijau kekuningan
 Biru dengan hijau membuat hijau kebiruan
 Biru dengan ungu membuat ungu kebiruan

Jumlah warna-warni yang dapat dibuat dengan campuran-


campuran warna tidak ada batasnya. Hasilnya tergantung bukan
hanya dari jenis warna yang dipakai tetapi juga dari banyaknya zat
warna dari masing-masing yang dalam lingakran itu berposisi saling
berhadapan dirasakan cocok untuk dikombinasikan (dipakai
berdampingan, bukan dicampur) di sebut warna komplementer
(saling mengisi)16

iv. Warna Analogus

16 Ibid. A. A. M. Djelantik (2001). Hal.27.

102
Gbr. Warna Analogus

103
Gbr. Rentang Warna Analogus

Rentangan warna yang bersebelahan yang berjumlah jutaan


tersebut dinamakan ‘Warna Analogus’. Warna yang berdekatan ini
sering juga dinamakan warna-warna harmonis dan senada
(matching), seperti kuning merentang hingga hijau. Hijau
merentang hingga biru. Biru merentang hingga ungu, dan
seterusnya.

104
v. Warna Komplementer

105
Gbr. Warna Komplementer
Warna Komplementer adalah warna kontras yang letaknya
berseberangan dalam lingkaran warna, misalnya, kuning dengan ungu,
merah dengan hijau.

d) Unsur Warna …..cek????

106
Gbr. Tiga Komponen Warna
i. Rona (Hue)

Di mana warna diposisikan pada roda warna. Istilah-istilah


seperti merah,biru-hijau, dan lembayung muda semua menentukan
rona warna tertentu.

Gbr. Rona dari warna.

107
Rona adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau, dan sebagainya.
Perbedaan antara warna biru dan hijau adalah perbedaan dalam
hue. Begitu juga bila hijau berubah kebiru-biruan maka tidak lagi
dapat disebut hijau. Munsell memeilih 5 buah hue, yang
merupakan dasar, yaitu: merah, kuning, hijau, biru dan ungu.
Diantara masing-masing rona pada kelima rona dalam lingkaran
Munsell ini, tepat ditengah-tengahnya adalah rona intermediate,
misalnya diantara hue merah dan kuning terdapat hue intermediate
merah kuning (orange) dan seterusnya, yang bias disebut
intermediate pertama. Kemudian di antara hue dasar dengan hue
intermediate pertama terdapat hue intermediate kedua, misalnya
hue dasar merah dengan intermediate pertama merah kuning
(orange) terdapat hue intermediate kedua yaitu merah kuning (red
orange).

ii. Nilai (Saturation)

Nada menunjukan pada kualitas tua atau muda dari warna


itu sendiri, misalnya “merah-muda” atau “merah-tua”. Warna
merah akan bernilai merah-tua bila dicampur dengan warna hitam,
dan bernada merah-muda bila dicampur dengan putih. Disisni

108
terjadi pentahapan (gradasi) kualitas warna, ada yang terkesan
lebih tua dan terkesan lebih muda, tergantung dari banyaknya
warna hitam warna putih yang dicampurkan. Kesan taraf muda atau
tuanya dipengaruhi juga oleh selera dan kecenderungan masing-
masing pengamat17.

Gbr. 11 tingkat warna netral menurut Munsell

Nilai secara teoretis hanya membicarakan menenai


kegelapan dan kecerahan daripada warna. Ada banyak tingkataan

17 Ibid. A. A. M. Djelatik (2001). Hal. 28.


109
dari cerah atau terang, kegelapan, mulai dari putih yang murni
hingga hitam legam. Menurut Munsel ada 11 tingkatan nilai
netral 18 , termasuk putih dan hitam yang secara teoritis bukan
warna tetai mempunyai hubungan dengan warna. Ini membawa
value 5 pada setengah jarak. Putih yang murni lebih cerah atau
terang dari warna manapun dan disebut nilai 10. Sedangkan hitam
legam lebih gelap dari warna manapun ditempatkan pada dasar
skala sebagai nilai 0. Dalam hal in Denman W. Rose membagai
menjadi 9 tingkatan Valu warna, yang masing-masing diberi nama
dan simbol-simbol:

 White =W
 High Light = HL = Yellow
 Light =L = Yellow-Orange, Yellow-Green
 Low Light =LL = Orange, Green
 Middle =M = Red Orange, Blue Green
 High Dark = HD = Red, Blue
 Low Dark = LD = Red Violet, Blue Violet
 Dark =D
 Black

18 Dharsono Sony Kartika (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.


Hal. 78.

110
Jika warna tersebut disusun dalam tabel sesuai dengan
tingkatan nilai, maka akan dapat terlihat warna rona berubah
secara berangsur, yang paling teraang di puncak dan yang paling
gelap di dasar. Cara mengubah nilai adalah jalan menambah putih
untuk mempercerah atau memperterang dengan maksud untuk
meningkatkan nilai dari warna

iii. Intensitas (Chroma).

Gbr. Intensitas (value) yang ditimbulkaan dengan penguatan dan


pengurangan intensitas nada (tone), dapat mempertegas
permukaan bentuk. Dilukis oleh Marguerite Smith

Bagi desainer grafis multimedia, efek ini sering diterapkan


pada bar, tombol (button), icon, atau untuk banner, dan
sebagainya, sehingga terkesan realis. Efek tiga dimensi ini dapat
dimunculkan dengan hanya mengolah warna karena sifat warna itu
sendiri yang memiliki hue, value, dan chroma. Hue menunjukkan

111
dimensi mendatar dalam rentangan warna, value menunjukkan
nada/tone (berat dan ringan) warna, seperti halnya shade dan tint.
Chroma (kroma) menunjukkan kemurnian dan tingkat
kecemerlangan warna. Warna yang murni (tidak dicampur dengan
warna lain) tampak cemerlang dan jernih, sedangkan bila tercampur
terlihat kurang cemerlang, redup. Warna-warna cemerlang tampak
mendekat, sedangkan warna-warna redup tampak statis atau
cenderung menjauh. Maka kroma menunjukkan dimensi ke depan
dan ke belakang.

Gbr. Banner Multimedia dengan pemberian tint dan shade, kesan


bentuk sudah terlihat jelas pada bidang 2 dimensi.

112
e) Sifat Kimia Dari Cahaya

Bagaimana sebuah benda bereaksi dengan cahaya juga


sangat mempengaruhi warna pada presepsi kita tentang warna.

113
Permukaan sebuah benda harus bereaksi dengan cahaya untuk
dapat mempengaruhi warna.
Dalam interaksi dengan atom atau molekul permukaan
inilah sebuah objek menyerap panjang gelombang tertentu dan
meneruskan panjang gelombang yang lain, karena inilah spectrum
warna dari cahaya yang dipantulkan tidak sama dengan spekturm
sumber cahaya. Besaran dari sebuah objek menyerap dan
memantulkan pajang gelombang tertentu disebut dengan pantulan
(reflectance), yang besarnya tidak bergantung pada cahaya.
Menarik juga untuk dibicarakan adalah fenomena
fluorescence yang sering membingungkan dalam mengatur warna
(color management). Beberapa atom atau molekul memiliki
kemampuan yang luar biasa untuk menyerap foton dengan energi
tertentu dan memancarkan foton dengan energi yang lebih rendah.
Fenomena fluorescence ini kadang kala merubah sebuah panjang
gelombang menjadi sebuah cahaya dengan panjang gelombang
yang lain.
Efek yang sering ditemui adalah dalam lampu neon dimana
sumber foton yang datang dari panjang gelombang yang tidak kasat
mata manusia diubah menjadi panjang gelombang yang kasat mata
dan biasanya biru atau ungu dan karena inilah objek tersebut
terlihat memancarkan cahaya lebih banyak dari cahaya yang

114
datang, sehingga terlihat lebih terang atau putih. Teknik ini juga
banyak dipakai oleh sabun deterjen dengan menambahkan
“fluorescent brightener” atau sering disebut bluish agent karena
sifatnya yang mengubah sinar ultra violet dari cahaya matahari
menjadi cahaya yang kasat mata hingga memberikan efek lebih
putih.

f. Psikologi Warna
i. Psikologi Warna Hijau
ii. Psikologi Warna Biru
iii. Psikologi Warna Orange
iv. Psikologi Warna Hitam
v. Psikologi Warna Putih
vi. Psikologi Warna Coklat
vii. Psikologi Warna sebagai Terapi

5. Bentuk (Shape)
6. Tekstur (Texture)

115
Gbr. Beberpa contoh tekture

Tekstur adalah gambaran mengenai sifat permukaan suatu


benda yang dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu, seperti
kasar, halus, licin, mengkilap atau buram (dof, matte). Kesan-kesan
diperoleh melalui kepekaan indera peraba yang terdapat diujung-
ujung jari, permukaan kulit serta indera penglihatan atau mata (the
sense of touch and sight).

116
Gbr. Tekstur oleh Grant Mc Donald
Semua benda memiliki tekstur yang masing-masing
mempunyai kesan visualnya berbeda-beda. Adapun faktor utama
yang mempengaruhi timbulnya kesan yang berbeda disebabkan
oleh ukuran, jenis tekstur, skala, jarak pandang mata terhadap
permukaan benda, serta arah dan kwalitas cahaya yang
meneranginya. Semakin kecil dan lembut skalanya, maka akan
semakin rata atau licin, kesan yang diperoleh dari tekstur tersebut.
Tekstur yang sebenarnya kasar, bila dilihat dari jarak yang cukup
jauh akan terlihat sebagai permukaan yang rata atau halus, sebagai
contoh dapat diambil tekstur wall to wall carpet atau susunan atap
genting suatu bagunan. Apabila dilihat dari jarak jauh kesan yang
didapat hanya berupa bidang warna yang datar dan baru setelah
dilihat dari jarak dekat, maka kesan asli akan nampak lebih jelas.
Ukuran atau skala relatif dari tekstur dapat mempengaruhi
bentuk suatu benda atau karya. Tekstur mempunyai arah tertentu
yang dapat mempengaruhi, bahkan mengubah kesan suatu objek.

117
Tekstur yang kasar dapat menjadikan suatu permukaan terkesan
dekat, berubah ukuran atau menambah kesan berat secara visual.
Pada umumnya, secara visual tekstur cenderung akan mengisi
ruang (space) dimana dia digunakan atau berada.

Gbr. Foto sebelah kiri adalah tekstur yang di beri cahaya keras dan
langsung dari arah samping. Foto sebelah kanan penempatan lampu
secara frontal dengan kwalitas cahaya lembut

Cahaya juga ikut mempengaruhi persepsi seseorang


terhadap tekstur, atau dengan kata lain kesan visual suatu tekstur
tergantung pada jenis cahaya yang menyinarinya. Arah jatuhnya
cahaya ikut mempengaruhi kesan tekstur yang tertangkap oleh
penglihatan. Cahaya langsung yang jatuh pada permukaan benda,
akan menjadikan tekstur tampak lebih dominan, karena kesan tiga

118
dimensi menjadi lebih kuat. Sedang cahaya yang jatuh menyebar
(diffused) akan mengurangi keindahan kesan fisik dari tekstur
tersebut, bahkan dapat mengaburkan atau menghilangkan kesan
tiga dimensional.

Gbr. Air Induction Scoop karya Karen Rexrode

Permukaan dengan tekstur rata dan mengkilat akan


cenderung memantulkan cahaya sehingga tampil menonjol dan
menarik perhatian. Permukaan setengah kasar atau buram dan
tidak merata, membuat kesan kurang cerah jika dibanding dengan
permukaan yang berwarna sama, tetapi bertekstur rata. Hal ini

119
disebabkan permukaan bertektur kasar yang diberi pencahayaan
langsung, akan menghadirkan pola gelap-terang dengan perbedaan
yang jelas. Penampilan tekstur juga dipengaruhi oleh kombinasi
seta latar belakang yang akan digunakan dalam karya dengan
mengubah kesan yang diperoleh dari penggunaan tekstur tersebut
sehingga terkesan lebih kuat atau lebih halus dari kondisi
sebebelumnya.
Dalam hal semacam ini dapat dirasakan bahwa pada tekstur
tertentu bila ditempatkan pada latar belakang yang bertekstur
halus atau licin, maka akan tampil lebih menonjol, jika dibanding
dengan tekstur kasar ditempatkan bersama-sama dengan tekstur
yang sejenis. Apabila tekstur tertentu ditempatkan bersama bidang
lain yang teksturnya lebih kasar, maka tekstur yang pertama tadi
akan lebih halus kesannya, seolah-olah skala teksturnya diperkecil.
Tekstur sebagai sifat hakiki dari objek, perlu disusun dengan
kepekaan yang samaa, seperti saat mempertimbangkan
penggunaan warna atau pencahayaan. Penggunaan tekstur harus
disesuaikan pula dengan fungsi serta citra ruang yang akan
terekam oleh kamera. Ukuran atau besaran dari tekstur juga perlu
disesuaikan denagan skala bidang-bidang besar yang dominan,
maupun bidang-bidang sekudernya. Hasil penciptaan suatu karya
bisa kurang berkesan atau lemah kesannya, dan supaya lebih

120
menarik maka perlu dihadirkan variasi dan kombinasi dari berbagai
tekstur. Seperti tekstur yang berpenampilan kuat denga yang
lemah, testur yang cerah dengan yang pudar (dull) . Dalam
melakukan pemilihan serta penerapan tekstur yang baik perlu
latihan dan kepekaan yang tinggi terhadap sifat-sifat tekstur.
Bidang-bidang yang bertektur kontras bisa digunakan untuk
mendapatkan susunan yang harmonis, sepanjang masing-masing
permukaan mendapatkan pengaruh cahaya yang sama, sehingga
memberi kesan visual yang sama berat. Akhir kata, unsur tekstur
merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian, seyogianya sejak
dari perencanaan produksi (film).
Terbentuknya sebuah Tekstur terjadi karena mengalami suatu proses :

i) Tekstur Kimia :

121
Gbr. Tekstur plastik

Bentuk permukaan suatu benda yang ditimbulkan oleh


adanya bahan-bahan yang senyawa kimiawi. Seperti plastik, gelas
dan lain-lain, bentuk permukaan benda tersebut tidak bisa dibuat
dengan tangan langsung dan juga tidak dengan bantuan mesin.

ii) Teksture dengan proses Mekanik :

iii) Teksture dengan proses Alami :

122
Gbr. Tektur pada batu
Suatu bentuk/wujud permukaan suatu benda yang
ditimbulkan oleh gejala-gejala alam, misal : corak batu yang kita
lihat diatas bumi bermacam-macam adanya ada batu hitam kelam
halus ada batu kasar, ada batu permata dan lain-lainya. Semua itu
terjadi karena fenomena alam atau menurut kekuasaan sang
pencipta yaitu Tuhan.

123
iv) Tekstur proses olah tangan (buatan manusia).

Gbr. Teksture kendi oleh William Morris

Tekstur pada permukaan sebuah benda yang terjadi, karena


diolah oleh tangan manusia. Misalnya : dengan digores dengan
benda tajam, digosok, atau dicacah dengan benda runcing.
7. Pola (Pattern).
Pola dengan tekstur merupakan elemen disain yang
memimiliki hubungan yang sangat erat. Pola hiasan pada
permukaan yang bersifat dekoratif selalu dibuat dengan
mendasarkan pada teknik pengulangan (repetition) suatu motif. Hal
ini bisa dilihat pada karya-karya batik, tenun tradisonal serta

124
anyaman dan pelipit bangunan. Motif-motif tersebut pada
umumnya mempunyai arti atau makna simbolik yang sejak dahulu
digunakan pada upacara upacara tertentu, misalnya; melakukan
ritual kelahiran. kematian dan pernikahan.

Gbr. Nirmana-garis.

Pola terjadi dari susunan elemen titik, garis, bidang , bentuk


dan warna yang berdimensi dua. Adapun pengulangan motif akan
membentuk susunan yang indah. Pola-pola itu menjadikan
permukaan bidang seolah-olah mempunyai tekstur. Apabila motif
yang membentuk pola sedemikian kecilnya, menjadikan motif
seolah menjadi nada suatu warna. Secara keseluruhan pola
cenderung membentuk pola terkadang merupakan tiruan bunga
atau sulur-suluran yang dinyatakan lewat garis dan komposisi

125
bentuk-betuk organis tersebut berguna untuk mendapat kan kesan
keseimbangan, seimetris atau asimetris yang berirama. Dengan
penekanan di sana sini akan menambah bobot keindahan pola.

Gbr. Intimate Contact, karya Kombizz Kashani

Pencapaian keserasian pada suatu pola perlu kiranya


memperhatikan kesadaran terhadap rasa keindahan yang bisa
mendatangkan kepuasan. Adapun perbedaan pola dari tiap daerah
tidak terlepas dari pengaruh tradisi dan budaya asalnya. Pola
dengan sulur yang melikar-lingkar kebanyakan dianut masyarakat
budaya timur. Sedangkan gaya yang kaku dan geometris lebih
banyak dianut oleh masyarakat budaya barat. Pola yang terdapat

126
pada permukaan bidang bisa merupakan bagian dari struktur
bahan, tetapi bisa juga merupakan motif atau hiasan tambahan
yang dibubuhkan di atas suatu permukaan. Dalam hal pertama,
bentuk strukturnya merupakan bentuk hakiki yang terjadi pada saat
pembuatan atau pemrosesan bahan, sedangkan pada pola terapan,
motif ditambahkan pada permukaan setelah struktur objek selesai
di buat.

Gbr. Rock Pattern in the Wave. Karya John Gerlach


Perpaduan unsur tekstur dengan pola, juga akan
menghasilkan keindahan tersendiri, terutama bila peletakan dan
penerapannya disesuaikan dengan fungsi dari objek. Fungsi pola
pada permukaan objek dimaksudkan untuk mendukung serta
mempertegas keindahan. Oleh karena itu di dalam menentukan

127
pola yang akan digunakan pada suatu permukaan, perlu
memperhatikan bentuk dasar dari objek yang di olah. Misalnya
suatu objek yang berukuran besar, jangan memakai pola garis
horizontal, karena akan menjadikan objek tampak semakin besar.
Bangunan yang meninggi, seyogianya diberi pola yang berarah
mendatar. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesan meninggi.
Apabila bentuk dasar suatu objek menyerupai bentuk kubus, bola
atau silinder, maka hendaknya pola yang akan digunakan untuk
menutup permukaan juga disesuaikan dengan bentuk-bentuk dasar.
Sebagai satu kesatuan, secara keseluruhan menjadikan karya
mencapai keserasian dan kesatuan yang harmonis. Sebagai contoh,
ornamen pola yang terdapat pada candi Borobudur
menggambarkan kehidupan Budha, alur cerita disusun bagaikan
sulu-suluran, saling bersambungan bagaikan ikat pinggang yang
melingkar di sekeliling badan candi. Sedang dari kejauhan relief
yang tertimpa cahaya matahari tersebut, akan tampil bagaikan
mutiara-mutiara yang menyatu dengan struktur bangunan candi,
menjadikan candi Borobudur tampak lebih indah, megah, anggun
dan sakral.
H. Bidang (Form)
I. Nilai/Tone (Value)
J. Gerakkan

128
Bab III
Prinsip Komposisi

1. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah suatu keadaan equilibrium. Kalau


semua kekuatan adalah sama, atau saling mengimbangi, dikatakan
“dalam keadaan seimbang “. Dalam hal tertentu juru kamera bisa
saja ingin mengganggu penonton, dan untuk suatu maksud
menyajikan komposisi yang tidak seimbang. Biasanya, adengan
demikian disajikan , agar hukum hukum dari keseimbangan diamati.
Keseimbangan pada hakekatrnya merupakan refleksi
spontan dari suatu keadaan yang dianggap tidak wajar. Dalam
kehidupan kita temui hal-hal yang tidak seimbang misalnya jumlah
orang kaya yang tidak seimbang dengan jumlah orang miskin, ini
berarti bahwa kesejahteraan tidak merata. Penggunaan ruang yang
besar dan luas untuk keperluan yang kecil sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara biaya gedung terhadap fungsi ruang.
Pengertian faktor keseimbangan menyangkut masalah
proporsi atau perbandingan yang tidak rasional sehingga
mengakibatkan adanya pergerakan.

129
Gubahan pada faktor keseimbangan sangat penting karena faktor
ketidakseimbangan berhasil membawa suatu keadaan menjadi
lebih dinamik. Gerakkn yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan
akam menggugah rasa gerak yang akan menggetarkan rasa (lihat
masalah titik). Kondisi ketidakseimbangan dalam karya visual
dijadikan sebagai titik pusat perhatian, karena karya tampak lebih
hidup penuh dinamika sehingga sering menggoda perasaan untuk
kembali pada keseimbangana. Pada ilmu fisiska faktor
keseimbangan disebabakan oleh gaya gravitasi yang berbeda
berupa gaya tarik bumi.
Keseimbangan dalam kehidupan nyata dikaitkan dengan
bobot fisik (physical weight). Keseimbangan piktorial dikaitkan
dengan bobot psychologis ((psychological weight ), yang
dipengaruhi oleh ketertarikan mata secara relatif terhadap aneka
pengkomposisian unsur unsur dalam gambar. Tiap unsur akan d
hubungankan dengan :
- ukurannya
- bentuk
- nilai nada
- gerakkan
- arah dari wajah wajah
- kontras yang mengelilinginya

130
- dan penempatannya dalam frame.

Gbr. Menyusun keseimbangan

Berbicara faktor keseimbangan dalam komposisi visual,


dibutuhkan olah rasa yang tajam dan terlatih, oleh karena
sensitivitas pada kondisi keseimbangan sangat sepontan dan halus,
sehingga dibutuhkan kebiasaan yang perlu dilatih secara terus-
menerus. Ketidak seimbangan dalam komposisi akan menjadi daya
tarik tersendiri yang menjadikan suatu karya tampak lebih hidup
dan dinamik. Sehingga komposisi massa yang tidak seimbang justru
akan membuat sesuatu yang tidak aktif dan bersifat monoton
berubah menjadi suatu yang aktif dan heterogen. Kondisi

131
keseimbangan juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
satu sama lain saling kait mengkait. Sebagai contoh bila kita
menempatkan sebuah kursi di tengah ruangan secara langsung
akan memberi pengaruh pada situasi keseluruhan ruang. Apabila
benda tersebut dijadikan sebagai pusat perhatian akan sangat
dominan, terlebih lagi bila diberi warna gelap sedang disekitarnya
kosong, maka akan timbul kesan yang tidak seimbang terhadap tata
susunan keseluruhan ruang. Pergeseran suatu massa dari titik
pusat atau garis tengah secara otomatis akan menimbulkan ketidak
seimbangan. Unsur-unsur lain yang bisa membantu memecahkan
ketidakseimbangan dari bentuk suatu karya bisa didapat dengan
cara memberi aksen, berupa intensitas warna, perbedaan proporsi
atau dimensi, beserta posisinya dalam tatan susunan ruang.

A. Keseimbangan Simetri

Keseimbangan adalah suatu keadaan equilibrium. Kalau


semua kekuatan adalah sama, atau saling mengimbangi, dikatakan
“dalam keadaan seimbang “. Dalam hal tertentu juru kamera bisa
saja ingin mengganggu penonton, dan untuk suatu maksud
menyajikan komposisi yang tidak seimbang. Biasanya, adengan
demikian disajikan , agar hukum hukum dari keseimbangan diamati.

132
Gbr. Keseimbangan Simetris karya Mike Moore

Keseimbangan pengkomposisian foto, film dan video adalah


suatu rangkaian kompromi dalam penggambaran yang berpegang
pada posisi kunci (key position ). Adegan statis menuntut
keseimbangan yang lebih baik daripada adegan yang bergerak,
dimana action akan menarik perhatian penonton, serta
mengabaikan kekeliruan pengkomposisian.
Keseimbangan Simetri yang diterapkan pada pengaturan
benda atau bidang yang sama bentuknya, atau jika gambar

133
tersebut dibagi dua merupakan satu bentuk yang dibagi dua sama
besar atau sama dan sebangun.
Pada karya yang menampilkan nilai keindahan bersifat
formal atau resmi. Prinsip ini sering dipakai dalam karya seni yang
berlandaskan agama atau kepercayaan dan dalam lingkungan
tertentu untuk mendukung nilai-nilai kejiwaan seperti keagungan,
kekhidmatan, kekhusukan dan sebagainya. Memberikan kesan
resmi dan formal. Disain simetris ini juga dapat dipakai untuk
mendirikan bangunan seperti bagian atap gereja. Demikian pula
dalam menyusun komposisi garis, bidang, bentuk dan warna untuk
karya-karya senirupa yang sifatnya resmi didasarkan pada
komposisi yang simetris dan statis. Contoh penampilan prinsip
keseimbangan formal dalam karya sinematografi ialah dalam
pembuatan disain yang simetris dan statis.

B. Keseimbangan Asimetris

Adalah keseimbangan yang diterapkan pada pengaturan benda


atau beberapa bentuk atau warna yang tidak sama ukuran besar
kecilnya benda, atau tidak sama posisinya cara meletakkannya.

134
Gbr. Foto yang di inspirasi dari film Million Dollar Baby. Karya Milo
Sagueco

Pada karya dengan keseimbangan Asimetris menampilkan


nilai kebalikan dari keseimbangan formal yaitu, menghendaki sifat
lincah, hidup, penuh dengan dinamika dan pada prinsip
keseimbangan informal ini menghasilkan disain asimetris

135
C. Keseimbagan Radial
Disamping prinsip keseimbangan formal dan prinsip keseimbangan
informal, pada karya masih dapat ditemukan ciptaan yang
berdasarkan prinsip keseimbangan yang lain, seperti keseimbangan
radial yaitu keseimbangan yang memberikan kesan memusat atau
sentral.

Gbr. Contoh Keseimbangan Radial

Dalam prinsip keseimbangan radial terdapat unsur penting


yang diletakkan di pusat pada rancangan disainnya. Penempatan

136
bagian-bagaian dari tiap jenjang yang tampak pada denah Candi
Borobudur terasa adanya unsur utama dalam keseluruhan
bangunan yang dipentingkan, yaitu induk stupa di puncak candi.

Gbr. Borobudur dari atas


Seperti terlihat pada gambar di atas, keseimbangan radial
semua unsur dari candi itu secara fisik terpusatkan pada induk
stupa di puncak.

2. Irama (Rhytem)
Pengertian irama didasarkan pada pengamatan yang
berkesinambungan, sehingga kita rasakan lewat penglihatan akan

137
nampak; cepat-lambat, naik turun, tegak-mendatar, berkelok-kelok,
meliuk-liuk dan menari-nari, berhasil membangkitkan rasa sedih,
atau mengalun jauh, sama seperti yang kita alami pada saat kita
mengahayati irama musik.
Unsur irama dalam karya viusal di manfaatkan untuk
mencapai keindahan yang optimal lewat bentuk-bentuk, warna-
warna, dan bagian bangunan yang berkesinambungan, yang bisa
menampilkan bentuk organik.

Gbr. Lukisan Tokosyito Hokusai

138
Irama, bentuk, garis serta nada dari seni timur (oriental art)
tampak lebih halus, melingkar-lingkar dan berbentuk spiral yang
menimbulkan kesan halus, lemah tapi penuh gerak. Karya besar
yang memperlihatkan pemanfaatan unsur irama adalah karya
Tokosyito Hokusai dengan lukisan yang terkenal, berupa deburan
ombak yang menggulung dilengakapi gambaran sebuah perahu
yang meluncur mengikuti gerak ombak. Menjadikan pengamat lebih
terkesan dan memahami pentingnya unsur irama dalam kesenian.
Irama ritmis, stakato yang terdapat pada seni musik, terdiri
dari sususnan not-not balok dengan tempo yang panjang atau
pendek, memberikan kesadaran fisik yang lebih mudah dijelaskan
daripada irama yang terkandung pada seni bangunan. Pemanfaatan
kualitas dari unsur titik, garis, bidang dan bentuk, memiliki kapasitas
yang mengingatkan kita pada kesinambungan yang halus, lembut
seta lebih terpadu dalam kesenian.
Komposisi yang beraturan maupun yang tidak beraturan
sekalipun, bisa menimbulkan gerak dan irama yang mampu
menggugah rasa indah suatu objek. Mengikuti kelincahan garis dan
susunan objek yang berurutan membawa rasa ritmis yang
mengalun, terhenti, tersentak-sentak, lemah gemulai dan meliuk-
liuk. Itulah hakekat irama dari suatu karya.

139
Gbr. Drop. Karya Mario Anguilar
Hakekat irama tidak berdiri sendiri utuh seperti hanya
unsur titik, garis dan sebangainya, tetapi sebagai pengertian abstrak
yang bisa kita rasakan berkat susunan elemen estetikan, yang
secara relatif intensitasnya berhasil menciptakan ilusi bentuk-
bentuk berdimensi.
Pemaparan keindahan suatu irama dalam proses
penghayatan irama dilakukan secar intuitif, dan tidak ada teori baku
yang mengaturnya. Oleh karena itu keindahan suatu irama
termasuk relatif.
Sesuai dengan kehadiran gerak dan arah tersebut maka
irama yang tampil dalam karya meliputi:

140
3.1. Perulangan (Rythym)

Dipakai dalam penciptaan karya untuk tidak sekedar mengulang-


ulang unsur-unsur Elemen Visual dalam bentuk dan warna yang
sama, tetapi mencari kemungkinan lain dalam usaha untuk
menimbulkan kesan irama.

Gbr. Swirlingl. Karya Robert Mann

Dapat dijumpai pada penempatan jendela atau pintu pada


sebuah bangunan dengan jarak yang sama serta ukuran yang sama

141
pula. Hal serupa dapat kita jumpai pada susunan bagian-bagian dari
suatu taman yang serba berulang dan teratur sehingga
menimbulkan kesan irama yang berulang.

3.1. Irama silih berganti (Alternative)

Dipakai dalam penciptaan karya untuk tidak sekedar mengulang-


ulang unsur-unsur Elemen Visual dalam bentuk dan warna yang
sama, tetapi mencari kemungkinan lain dalam usaha untuk
menimbulkan kesan irama.

Gbr. Pingpongpitch. Karya Amy M. Wilson

142
3.2. Irama Laju membesar atau mengecil (Progresive)

Lebih mudah dapat dihayati dalam seni gerak. Dalam


penempatan unsur-unsur garis, bentuk dan warna pada komposisi
prinsip irama laju (progresif) dapat dicapai dengan jarak dan arah
tertentu

Gbr. Film Citizen Kane. Sutradara Orson Welles

3.3. Irama lamban atau beralun mengalir atau bergelombang

4. Proporsi (Proportion)

143
5. Kontras (Contrast)

6. Tekstur (Texture)

Tekstur adalah gambaran mengenai sifat permukaan suatu


benda yang dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu, seperti
kasar, halus, licin, mengkilap atau buram (dof, matte). Kesan-kesan
diperoleh melalui kepekaan indera peraba yang terdapat diujung-
ujung jari, permukaan kulit serta indera penglihatan atau mata (the
sense of touch and sight).

Gbr. Beberpa contoh tekstur

144
Semua benda memiliki tekstur yang masing-masing
mempunyai kesan visualnya berbeda-beda. Adapun faktor utama
yang mempengaruhi timbulnya kesan yang berbeda disebabkan
oleh ukuran, jenis tekstur, skala, jarak pandang mata terhadap
permukaan benda, serta arah dan kwalitas cahaya yang
meneranginya. Semakin kecil dan lembut skalanya, maka akan
semakin rata atau licin, kesan yang diperoleh dari tekstur tersebut.
Tekstur yang sebenarnya kasar, bila dilihat dari jarak yang cukup
jauh akan terlihat sebagai permukaan yang rata atau halus, sebagai
contoh dapat diambil tekstur wall to wall carpet atau susunan atap
genting suatu bagunan. Apabila dilihat dari jarak jauh kesan yang
didapat hanya berupa bidang warna yang datar dan baru setelah
dilihat dari jarak dekat, maka kesan asli akan nampak lebih jelas.

145
Gbr. Tekstur oleh Grant Mc Donald

Ukuran atau skala relatif dari tekstur dapat mempengaruhi


bentuk suatu benda atau karya. Tekstur mempunyai arah tertentu
yang dapat mempengaruhi, bahkan mengubah kesan suatu objek.
Tekstur yang kasar dapat menjadikan suatu permukaan terkesan
dekat, berubah ukuran atau menambah kesan berat secara visual.
Pada umumnya, secara visual tekstur cenderung akan mengisi
ruang (space) dimana dia digunakan atau berada.

Semua benda memiliki tekstur yang masing-masing


mempunyai kesan visualnya berbeda-beda. Adapun faktor utama

146
yang mempengaruhi timbulnya kesan yang berbeda disebabkan
oleh ukuran, jenis tekstur, skala, jarak pandang mata terhadap
permukaan benda, serta arah dan kwalitas cahaya yang
meneranginya. Semakin kecil dan lembut skalanya, maka akan
semakin rata atau licin, kesan yang diperoleh dari tekstur tersebut.
Tekstur yang sebenarnya kasar, bila dilihat dari jarak yang cukup
jauh akan terlihat sebagai permukaan yang rata atau halus, sebagai
contoh dapat diambil tekstur wall to wall carpet atau susunan atap
genting suatu bagunan. Apabila dilihat dari jarak jauh kesan yang
didapat hanya berupa bidang warna yang datar dan baru setelah
dilihat dari jarak dekat, maka kesan asli akan nampak lebih jelas.

Gbr. Foto sebelah kiri adalah tekstur yang di beri cahaya keras dan
langsung dari arah samping. Foto sebelah kanan penempatan
lampu secara frontal dengan kwalitas cahaya lembut

147
Cahaya juga ikut mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap tekstur, atau dengan kata lain kesan visual suatu tekstur
tergantung pada jenis cahaya yang menyinarinya. Arah jatuhnya
cahaya ikut mempengaruhi kesan tekstur yang tertangkap oleh
penglihatan. Cahaya langsung yang jatuh pada permukaan benda,
akan menjadikan tekstur tampak lebih dominan, karena kesan tiga
dimensi menjadi lebih kuat. Sedang cahaya yang jatuh menyebar
(diffused) akan mengurangi keindahan kesan fisik dari tekstur
tersebut, bahkan dapat mengaburkan atau menghilangkan kesan
tiga dimensional.

Gbr. Air Induction Scoop karya Karen Rexrode

148
Permukaan dengan tekstur rata dan mengkilat akan
cenderung memantulkan cahaya sehingga tampil menonjol dan
menarik perhatian. Permukaan setengah kasar atau buram dan
tidak merata, membuat kesan kurang cerah jika dibanding dengan
permukaan yang berwarna sama, tetapi bertekstur rata. Hal ini
disebabkan permukaan bertektur kasar yang diberi pencahayaan
langsung, akan menghadirkan pola gelap-terang dengan perbedaan
yang jelas. Penampilan tekstur juga dipengaruhi oleh kombinasi
seta latar belakang yang akan digunakan dalam karya dengan
mengubah kesan yang diperoleh dari penggunaan tekstur tersebut
sehingga terkesan lebih kuat atau lebih halus dari kondisi
sebebelumnya.
Dalam hal semacam ini dapat dirasakan bahwa pada tekstur
tertentu bila ditempatkan pada latar belakang yang bertekstur
halus atau licin, maka akan tampil lebih menonjol, jika dibanding
dengan tekstur kasar ditempatkan bersama-sama dengan tekstur
yang sejenis. Apabila tekstur tertentu ditempatkan bersama bidang
lain yang teksturnya lebih kasar, maka tekstur yang pertama tadi
akan lebih halus kesannya, seolah-olah skala teksturnya diperkecil.
Tekstur sebagai sifat hakiki dari objek, perlu disusun dengan
kepekaan yang samaa, seperti saat mempertimbangkan
penggunaan warna atau pencahayaan. Penggunaan tekstur harus

149
disesuaikan pula dengan fungsi serta citra ruang yang akan
terekam oleh kamera. Ukuran atau besaran dari tekstur juga perlu
disesuaikan denagan skala bidang-bidang besar yang dominan,
maupun bidang-bidang sekudernya. Hasil penciptaan suatu karya
bisa kurang berkesan atau lemah kesannya, dan supaya lebih
menarik maka perlu dihadirkan variasi dan kombinasi dari berbagai
tekstur. Seperti tekstur yang berpenampilan kuat denga yang
lemah, testur yang cerah dengan yang pudar (dull) . Dalam
melakukan pemilihan serta penerapan tekstur yang baik perlu
latihan dan kepekaan yang tinggi terhadap sifat-sifat tekstur.
Bidang-bidang yang bertektur kontras bisa digunakan untuk
mendapatkan susunan yang harmonis, sepanjang masing-masing
permukaan mendapatkan pengaruh cahaya yang sama, sehingga
memberi kesan visual yang sama berat. Akhir kata, unsur tekstur
merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian, seyogianya sejak
dari perencanaan produksi (film). Terbentuknya sebuah Tekstur
terjadi karena mengalami suatu proses :

150
A. Tekstur Kimia :

Gbr. Tekstur plastik

Bentuk permukaan suatu benda yang ditimbulkan oleh adanya


bahan-bahan yang senyawa kimiawi. Seperti plastik, gelas dan lain-
lain, bentuk permukaan benda tersebut tidak bisa dibuat dengan
tangan langsung dan juga tidak dengan bantuan mesin.

B. Teksture dengan proses Mekanik

151
Gbr. Tekstur dari berlian dan batu permata

Bentuk perumbahan suatu benda yang ditimbulkan dengan


jalan bantuan alat yang disebut mesin, bisa berupa mesin
sederhana sampai mesin yang canggih : misal tekstur kertas, kulit
imitasi ada kertas yang halus, kasar, tekstur decoratif.

7. Arah (Directionality)
8. Kesatuan (Unity)

Kesatuan yang dimaksud disini adalah kesatuan yang


ditinjau dari segi penataan/pengaturan/penerapan atau rangkaian
(interaktif) hingga benda-benda yang diatur dalam gambar satu
sama lain saling mendukung, apabila dikurangi salah satu bagian
akan terjadi ketidak wajaran atau ketidak seimbangan.


152
Dalam berkarya prinsip utama yang harus dipenuhi ialah
prinsip kesatuan, untuk itu dalam merancang secara sempurna
perlu dipikirkan keutuhan dan kesatuan antara semua unsur
senirupa disamping keutuhan antara unsur seni dan gagasan (idea)
sebagai landasan mencipta. Sebagai contoh penampilan prinsip
kesatuan dalam karya senirupa; disain dalam arsitektur
mencerminkan prinsip kesatuan apabila ada kesatuan antara
bagian-bagian bentuk dari struktur bangunan, ada kesatuan antara
ruang-ruang dan penggunaan warna, ada kesatuan antara bentuk
bangunan dengan lingkungan, ada kesatuan antara bentuk dan
fungsi bangunan sesuai dengan ide dasar. Bentuk Kesatuan ada dua
macam yaitu :

A. Kesatuan antara bagian-bagian benda dalam satu unit benda.

Bila benda tersebut pada satu nama misal : Teko, cangkir,


dengan jelas dapat secara normatif apa bila benda tersebut adalah
teko, karena adanya elemen-elemen yang mendukung dalam satu
kesatuan misal : pada teko tersebut ada body, penyangga, tutup,
tempat pansuran air, dan elemen-elemn tersebut benar-benar
punya ukuran tertentu yang normatif.

153
B. Kesatuan dalam penataan (penerapan) bagaimana menata atau
mengatur benda yang nampak satu sama lain saling mendukung
hingga menghasilkan penataan yang serasi atau artistik dalam
melakukan pekerjaan merekam gambar, yang terdiri beberapa
benda maka faktor kesatuan (unity) sangat menentukan
kebenaran kualitas pekerjaan tersebut.

Contoh : jika kita amati gambar dibawah ini akan


merupakan perbedaan yang jelas antara kesatuan dalam penataan
dan kesatuan dalam satu unit benda.

9. Faktor Kompleksitas (Complexity).

Yaitu berkenaan masalah kerumitan, ketelitian dalam


mengabadikan obyek gambar dimana masing-masing benda
mempunyai karakteristik yang sangat menentukan dalam
penampilan, khususnya masalah texture, gelap dan terang , atau
karakteristik benda. Seorang cameraman akan dinilai karyanya
berkwalitas apabila dalam menampilkan hasil rekaman (gambar)
dengan

154
Complexitas/ketelitian yang tinggi. Contoh : gambar dibawah ini
menunjukkan kondisi gambar benda yang mempunyai nilai
complexitas/ketelitian yang tinggi.

Gbr tidak mempunyai kompleksitas (Simplicity).

155
Gbr. Railings. Karya Ken Smith, yang mempunyai kompleksitas
(Complexity).

10. Aksentuasi atau Dominasi (Emphasis)

Merupakan prinsip dalam penciptaan karya yang mengikat


unsur-unsur seni dalam kesatuan. Prinsip aksentuasi menampilkan
pusat perhatian dari seluruh kesatuan karya. Ada beberapa cara
dalam menempatkan aksentuasi, yaitu:

156
Gbr. Hanger Wright. Karya Susan M. Rosin. Tiga buah pintu di
kelompokkan pada bagian kiri bawah dari gambar. Sebuah warna
merah menjadi tekanan pada bidang gambar.

Pengelompokan, yaitu dengan mengelompokkan unsur-


unsur yang sejenis. Misalnya mengelompokkan unsur yang
sewarna, sebentuk dan sebagainya.

157
Gbr. Light House at Dawn. Karya Bob Jones. Mercusuar menjadi
dominan diantara alam dan latar belakang warna biru.

Pengecualian yaitu dengan cara menghadirkan suatu unsur


yang berbeda dari lainnya.

Gbr. Film Once Upon Time in America. Sutradara Sergio Leone. 3


pemain menghadap kedatangan tokoh, memberi aksentuasi unsure
arah

158
Arah. yaitu dengan menempatkan aksentuasi sedemikian rupa
sehingga unsur yang lain mengarah kepadanya.

159
Gbr. Beautiful Center blue convolvulus flower. Karya Lisa L. Adler.
Pengelompokan karena Kontras warna ungu mengantar pada putik
bunga berwarna kuning.

Kontras yaitu perbedaan yang mencolok dari suatu unsur di antara


unsur yang lain. Misalnya menempatkan warna kuning di antara
warna ungu.

160
Daftar Pustaka
Buku:
1. James Monaco (1977). How To Read A Film. New York: Oxford
University Press.

2. Mark Livio (2002) . Golden Ratio - The story of Phi The World’s
Most Astonishing Number. New York: Broadway Books

3. Flinders Petrie WM (1883), The Pyramids and Temples of Gizeh.


London: Elbron Classic Series.

4. John Anthony West (1993). Serpent in The Sky. Wheaton: Quest


Book.

5. Antonietta Francini, S.R.C., M.D., dan Benefactor


Taciturnus,F.R.C. Egyptian Numerology: The Phytagorean
Triangle and Its Esoteric Meaning. Hal. Xlii

6. Mark Lehner, (1997). The Complete Pyramids-Solving The


Ancient Mysteries. London: Thames and Hudson.

7. Kathryn A. Bart (2007). Introduction to the Archeology of Ancient


Egypt. Hongkong: Blackwell Publishing.

8. M. J. Seghers (1964). The Golden Proportion and Beauty,


Plastic and Reconstructive Surgery, Vol. 34).

9. Klaus Mainzer (1988), Symmetries of Nature: A Handbook for


Philosophy of Nature and Science. Berlin: Walter de Gruyter
&Co.

10. Kimberly Elam (2001). Geometry of Design: Studies in Proportion


and Composition.New York: Pricenton Architectural Press.

161
11. Loren Bagus (2005). Kamus Filsafat. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.

12. Bulenta Atalay (2009). The Mona Lisa, The art and Science of
Leonardo

da Vinci. Smithsonian Books.


13. Harold Scott Mac Donald Coxeter (1961). Introduction to
Geometri. New York: Wiley.

14. Kenneth. Clark (1969), Civilisation. New York, Harper.

15. Bulent Atalay (2006). The Mona Lisa - The Art and Science of
Leonardo da Vinci. New York: Smitsoon Books.

16. Artini Kusmiati, Dra.(2004). Dimensi Estetika Pada Karya


Arsitektur dan Disain. Jakarta. Djambatan.

17. A. A. M. Djelantik (1998). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung.


MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia) dan KuBuku.

18. James Monaco (1977). How to Read a Film. New York. Oxford
University Press.

Websites:

1. Joseph Turbeville MS, seorang pensiunan fisikawan dari


University of South Florida. (1964 88) . Mendapat
penghargaan untuk Ocean Engineering Research (ROE6), 

1977-78. Penelitian SINTEF di University of Trondheim,
Norwegia. (1978), Publikasi Lingkungan (pada isu-isu
tumpahan minyak), yang diterbitkan online di IUPAC Journal di,
http://www.iupac.org/publications/pac/special/0199/pdfs/gaa
seidnes.pdf

162
2. The Golden Proportion and Beauty di
http://journal.lww.com/plasreconsurg/Citation/1964/1000/Th
e_Golden_Propotion_and_Beauty.7.aspx

3. Mark Herkommer. The Great Pyramid, The Great Discovery, and


The Great Coincidence.) http://www.petrospec-
technologies.com/Herkommer/pyramid/pyramid.htm

4. http://www.aboutscotland.com/harmony/harmony.html

5. http://www-groups.dcs.st-
and.ac.uk/~history/Mathematicians/Lucas.html

6. http://www.maths.surrey.ac.uk/hostedsites/R.Knott/Fibonacci/f
ibnat.html#rabeecow

163
BIOGRAFI

Name : Nur Hidayat


Alias : Monodzky
Address : Jl. Cempaka Putih Tengah 27 No 6 Jakarta 10510
Email : monodzky @yahoo.com
Place/Date of Birth : Jakarta, 28 November 1962
Relegion : Muslim
Nationality : Indonesia
Education :
1. SMA Lab School Jakarta 1982
2. Institut Kesenian Jakarta SI 2010
3. Pasca Sarjana ISI Solo Peciptaan Seni 2012-2014

164
Working Experience :

No Title Director Note


1 Bulan Garin 1997
Tertusuk Nugroho Pemenang di Festival des 3
Ilalang , 1995 Continents, Nantes, France
Kategori: Best Director
Penghargaan: Juri Prize
Penerima: Garin Nugroho
1996
Pemenang di Berlin
International Film Festival,
Germany
Kategori: Fipresci Prizes
Penghargaan: International Film
Critics Award
1995
Unggulan di Asia Pacific Film
Festival
Kategori: Film
Penghargaan: Penghargaan
Unggulan di Asia Pacific Film
Festival
Kategori: Pemeran Utama Pria
Penghargaan: Penghargaan
Penerima: Norman Wibowo
Unggulan di Asia Pacific Film
Festival
Kategori: Artistik
Penghargaan: Penghargaan
Penerima: Agung Dewa

165
Pramana, Roedjito
Unggulan di Asia Pacific Film
Festival
Kategori: Fotografi
Penghargaan: Penghargaan
Penerima: Nur Hidayat
Unggulan di Asia Pacific Film
Festival
Kategori: Suara
Penghargaan: Penghargaan
Penerima: Hartanto
2 Daun Diatas Garin Tokyo Film International
Bantal, 1998 Nugrohao Festival, 1998. Special Jury Price
Penata Kamera Terbaik Kine
Klub Bandung. 2000
3 Day 4 Night Rizal
Manthovan
i
4 Issue Gunawan
Pagaru
5 Anak Anak Arswendo
Borobudur, Atmowiloto
2007
6 Jamilah dan Ratna Penghargaan pada Asiatica Film
Presiden Sarumpaet Mediale Festivaldi Roma, Italia
2009 sejak 2009. Meraih Netpac
Award
Asia Pacific Film Festival ke-
53diTaipei, Taiwan, film ini
meraih penghargaan
Penyuntingan Terbaik

166
PadaVesoul International Film
Festival of Asian Cinema 2010
di Vesoul, Perancis, Jamila merai
h dua penghargaan, yaitu Prix
de Public (pilihan penonton)
dan Prix Jury Lyceen
7 Jejak Nur
Darah 2009 Hidayat
8 Bahwa Cinta Sujiwo Tejo
itu ada 2010
9 Jejak Sang Agung
Pemberani Dewo
10 Di Timur Ari Sihasale
Matahari
11 Sebelum Lasya Penghargaan: Best
Pagi Susatyo Cinematography Festival Film
Terulang Indonesia 2014
Kembali 201
4
12 Negeri Lola Amaria
Tanpa
Teling 2014
13 Pangeran Besar
Diponegoro Armantono
2015
14 Ketika Mas Firmansyah
Gagah Pergi
2015
15 Mooncake Garin
Story 2016 Nugroho
16 Nyai 2016 Garin

167
Nugroho

Film 16 mm

No Title Director Note


1 Hanya Satu Hari Nan Triveni Grand Prix,
Achnas Asean Young
Tokyo Film
Festival, 1993
2 Doc. Gunung Leuser Aman Sugandi Piala Widya FFI
1993
3 Serial Anak Seribu Riri Reza
Pulau Musik Pompang
– Tana Toraja 1995
4 Serial Anak Seribu Sri Katon
Pulau Hutan Roh, 1995
5 Serial Anak Seribu Noto Bagaskoro
Pualau Raja Sehari ,
1995

Video

No Title Director Note


1 Doc. Pencarian Tentara Mickey

168
Jepang di Morotai. Matsumura
Tokyo Broadcasting
System, 1992
2 Doc. Obat obatan Wolfgang
tradisional Woywood
Indonesia, Genesis Film
– German 1994
3 Doc. Peranan Wanita di Wolfgang
desa Sumbul, Genesis Woywood
Film – German, 1994
4 Doc. Dongeng Kancil Garin
Tentang Kemerdekaan Nugroho
– NHK. 1995
5 TV Play Opera Senja. Noto Drama Terbaik
1993 Bagaskoro Serial dan Nominasi
Fotografi FSI 1994
6 TV Play 2 Episode – Teguh Karya
Indonesia Berbisik,
1996
7 TV Play Mata Ketiga Riri Reza Piala Vidia
1996 untuk Videography
FSI 1998
8 TV Play Kembang Nan Triveni
Untuk Nur, 1998 Achnas
9 Doc Serial After Life Nan Triveni
Discovery Chanel– Tana Achnas
Toraja
10 Joki Kecil 2005 Yuli Andari The Winner Eagle
Award 2005
11 Pariwisata Sumatra Ricky Avansa

169
Barat 2009
12 Inerie 2014 Chaerul Nissa

TVC

1 A Mild Bukan Basa Basi, Amrin Citra Pariwara


2002 Nugraha 2002 Best of The
Best Cigarrette
TVC Series
2 A Mild Bus Stop, 2002 Amrin Citra
Nugraha Pariwara 2002
Gold Award
3 A Mild Barbershop, 2002 Amrin Citra Pariwara
Nugraha 2002, Silver
Award
4 BNI SMS Banking – Kasih Amrin Citra Pariwara
Tak Sampai, 2006 Nugraha 2006, Gold Award
5 Kayaking Comet Honey. Amrin Citra Pariwara
2008 Nugraha 2008, Silver

Mengajar dan Memberi Pelatihan


- Institut Kesenian Jakarta
- Komunitas Jeruk Purut
- KFT
- RCTI
- TV 7
- TKPK
- LPPM
- Komunitas Rehabilitasi Ketergantungan Obat Rumah Sakit Harum
- Departemen Pendidikan Nasional

170
Note: Link terkait

https://www.youtube.com/watch?v=daYVo-kUaYc
https://www.youtube.com/watch?v=xOguowoQoqI
https://www.youtube.com/watch?v=etgSmfV2Rog
https://www.youtube.com/watch?v=VbFBNnsnqAg
https://www.youtube.com/watch?v=NfrBzIWxWdA
https://www.youtube.com/watch?v=KJLdhtKldyw

Nur Hidayat

171

Anda mungkin juga menyukai