Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL BAHASA INDONESIA

KUALITAS PERFILMAN INDONESIA


Artikel ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

NAMA : Afdal Arrahim


KELAS : Xll IPS 5

T/P : 2022/2023

SMA NEGERI 4 MANDAU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan

hidayah-Nya, Saya bisa menyelesaikan Tugas Artikel yang berjudul “Kualitas Perfilman di

Indonesia.’’

Tidak lupa Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitria Agustin S.Pd selaku Guru

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu saya dalam mengerjakan Karya

Tulis Ilmiah ini. Saya menyadari ada kekurangan pada Ertikel ini. Oleh sebab itu, saran

dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Duri, 09 februari 2023

AFDAL ARRAHIM
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
1.5 Definisi Operasional .....................................................................

BAB II ISI........................................................................................................

2.1 Pengertian Film ...............................................................................


2.2 Jenis Jenis Film ...............................................................................
2.3 Genre Film Yang Diminati Oleh Masyarakat .................................
2.4 Alasan Masyarakat tidak menonton film di bioskop .......................
2.5 Perkembangan Kualitas Film Di Indonesia .....................................

BAB lV PENUTUP.........................................................................................

3.1 Simpulan..........................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perfilman di Indonesia akhir – akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan

majunya era globalisasi. Pengaruh Teknologi juga ikut mendorong industry kreatif Indonesia

memproduksi film film untuk menjadi sumber pemasukan mereka.

Film merupakan salah satu media komunikasi modern yang efektif untuk menghibur

sekaligus menyampaikan pesan yang dapat mempengaruhi sikap, pola pikir dan membuka

wawasan bagi penonton. Film bukan hanya untuk hiburan tetapi juga untuk Pendidikan dan

penerangan yang dapat mengembangkan pemikiran penonton dengan cara menonton film.

Kita patut bangga akan karya Film Indonesia yang sudah mulai terkenal di Dunia

Internasional. Hal itu tak luput dari usaha dan kerja industry Perfilman yang ada di Indonesia.

Membuat film juga tidak mudah, dimulai dari persiapan naskah dan cerita yang menarik

perhatian penonton, latar syuting yang disesuaikan dengan naskah cerita yang menarik,

perlengkapan syuting, kamera yang memiliki spek tinggi, pemilihan pemeran serta acting

pemeran, dan lain lain.

Dari hal hal diatas dapat kita ukur kualitas sebuah film. Akan tetapi, masih banyak

sinetron sinetron Indonesia yang ditayangkan di televisi yang kurang mengedukasi atau

memberi pesan kepada penonton. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas perfilman di

Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan industry yang melakukan pengembangan dalam

meningkatkan kualitas perfilman di Indonesia.


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Film?

2. Apa Saja Jenis Jenis Film / genre yang ada di Indonesia?

3. Apa saja genre film yang paling diminati oleh masyarakat?

4. Mengapa masyarakat tidak menonton film di bioskop?

5. Bagaimana perkembangan kualitas film di Indonesia?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui Pengertian Film

2. Untuk mengetahui Jenis jenis film / genre yang ada di Indonesia

3. Untuk mengetahui Jenis film yang sering diminati oleh masyarakat

4. Untuk mengetahui alasan masyarakat memilih tidak menonton di bioskop

5. Untuk mengetahui perkembangan kualitas film di Indonesia

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi industry film agar dapat

mengembangkan system perfilman di Indonesia


2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi para staff industry film

untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kualitas film di Indonesia

3. Penelitian ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kegagalan dalam memproduksi

sebuah film.

1.5 DEFINISI OPERASIONAL

Kualitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu,

derajat, atau taraf mutu. Berkualitas diartikan bahwa sesuatu mempunyai kualitas atau mutu

yang baik. Definisi kualitas secara Internasional adalah tingkat yang menunjukkan

serangkaian karakteristik yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan

memenuhi ukurang tertentu. Beberapa ahli juga memiliki definisi tentang kualitas seperti

Juran (1962) mengatakan “ Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.”

Selanjutnya Deming (1982) mengatakan bahwa “ Kualitas harus bertujuan memenuhi

kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang.” Hal ini berarti bahwa kualitas

didasarkan pada kepuasan pelanggan itu sendiri.

Film

Film secara harfiah berupa rangkaian gambar hidup ( bergerak ). Sering juga disebut movie.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian, film

merupakan selaput tipis yang dibuat dari soluloid untuk tempat gambar negative ( yang akan

dibuat potret ) atau untuk tempat gambar positif ( yang akan dimainkan di bioskop dan

televisi ), yang kedua, film diartikan sebagai lakon ( cerita ) gambar hidup. Definisi film

menurut Undang – undang Republik Indonesia nomor 8 Tahun 1992 adalah karya cipta seni
dan budaya yang merupakan media komunikasi masa pandang – dengan yang dibuat

berdasarkan asas sinematografi dengan direkam menggunakan pita seloloid, pita video,

piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya.

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Film

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan Suatu

pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. ( Effendy, 1986:

134 ). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film

tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan

Pendidikan, hiburan, dan informasi.

Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang lambang yang ada pada

pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan, dan sebagainya. Film juga

dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya,

karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan

suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton

seakan akan dapat menembus ruang dan aktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan

dapat mempengaruhi audiens.


Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu

kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non

fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan

dimainkan oleh actor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya

dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan

dukungan sponsor iklan tertentu. Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan

sebagain subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan ( Sumarno,

1996: 10 ).

Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap terhadap perkembangan

zaman, artinya ceritanya harus lebih baik, penggarapannya yang professional dengan Teknik

penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik

trik tertentu bahkan seolah olah justru penonton yang menjadi actor / aktris di film tersebut.

2.2 Jenis – Jenis Film

1. Film Horor

Film horror adalah film yang berusaha untuk memancing emosi berupa ketakutan dan rasa

ngeri dari penontonnya. Alur cerita mereka sering melibatkan tema tema kematian,

supranatural, atau penyakit mental Banyak cerita film horror yang berpusat pada sebuah

tokoh antagonis tertentu yang jahat. Horor dapat dikatakan sebagai suatu genre dalam film

yang menyajikan ketakutan dan kengerian sebagai menunya.

2. Film Drama

Film drama adalah bagian dari ragam film yang poin inti dalam penggarapannya tergantung

pada pengembangan esensi unsur cerita dan konflik mendalam pada penekanan karakter

realistis yang seri mengusung tema emosional. Macam macam film drama bisa kita

kategorikan sesuai dengan tema atau ide ceritanya.


3. Film Kolosal

Kolosal berarti luar biasa besar. Film kolosal umumnya diproduksi dengan dana yang sangat

banyak dan melibatkan banyak sekali pemain, mulai dari pemeran utama sampai figuran.

Biasanya, film kolosal hamper selalu bertema sejarah atau zaman kuno yang menampilkan

adegan peperangan besar besaran.

4. Film Misteri

Film Misteri adalah film yang menagndung unsur teka teki. Film jenis ini cukup banyak

peminatnya karena alur film yang tidak mudah untuk ditebak. Para penonton pun dipastikan

betah mengikuti cerita karena jawaban teka teki akan disuguhkan di akhir film.

5. Film Komedi

Film Komedi adalah genre film dimana penekanan utama adalah pada kelucuan dan

mengundang gelak tawa penontonnya. Diharapkan dengan kelucuan kelucuan itu, penonton

menjadi terhibur.

6. Science Fiction

Science fiction adalah salah satu genre dari cerita fiksi yang mempunyai ciri khusus yaitu

elemen imajinasinya berkaitan erat dan mempunyai kemungkinan untuk dijelaskan

menggunakan science atau kemajuan teknologi yang berdasarkan pada hukum alam. Contoh

film yang termasuk dalam science fiction adalah Film Animasi, film pendek, film Panjang,

film documenter, dan lain lain.

2.3 Genre Film Yang Paling Diminati Masyarakat


Andi Boediman selaku Managing Partner Ideosource Film Fund (IFF) Mmengatakan bahwa

dalam 10 tahun terakhir terdapat 3 genre film paling diminati. Yaitu Film Komedi, Film

Drama dan Film Horor.

A. Film Komedi

Alasan masyarakat tertarik dalam film komedi karena dbanyak unsur lucu yang menggelitik

penonton. Masyarakat juga berpikir bahwa film komedi adalah film yang menyenangkan dan

bisa membuat awet muda, dikatakan awet muda karena dari jalan ceritanya yang lucu,

pemerannya yang mampu berakting komedi, membuat penontonnya tertawa tawa dan

pikirannya terasa fresh dan tenang. Disaat sedang menonton film genre ini, diusahakan

jangan memikirkan hal hal yang membuat pusing. Justru tujuannya menonton film komedi

adalah menghilangkan rasa stress dan kepenatan, maka cobalah untuk istirahat sejenak dan

nikmatilah filmnya.

B. Film Drama

Alasan masyarakat tertarik terhadap film drama adalah karena film ini terasa sangat nyata

bagi kehidupan kita. Seperti drama percintaan, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, dan

lain sebagainya. Setiap kali menonton film drama, penonton pasti akan terbawa suasana atau

ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pemeran karena film drama menceritakan hal hal

yang sangat nyata di dalam kehidupan sehari hari.

C. Film Horror

Alasan masyarakat tertarik pada film horror karena film ini dapat memicu adrenalin yang

tinggi sebab penonton akan disajikan adegan adegan yang mencekam sekaligus bertempo tak

terduga. Film horror juga bisa menghilangkan penat dan stress karena penonton akan

menikmati tiap detik adrenalin yang tengah bergejolak sehingga tubuhnya masuk ke dalam

fase ternyaman.
2.4 Alasan Mengapa Masyarakat Tidak Menonton Film Di Bioskop

Pertama, masih rendahnya kualitas film local secara rata rata dan kurangnya pekerja

film yang berkualitas . Hal ini menyebabkan ketergantungan yang tinggi akan kehadiran film

film impor. Produser tentunya bukan hanya menginisiasi sebuah proyek, namun

mengamankan pembiayaan, terlibat dalam menjaga proses kreatif, hingga urusan distribusi

dan penjualan film. Jika film nya tidak laku, pihak bioskop tentu tidak bisa

mempertahankannya terus menerus. Kalau penontonnya sedikit sekali, berarti filmnya

memang harus turun.

Kedua, kurangnya layar dan akses ke bioskop. Saat ini jumlah layer bioskop di

Indonesia ada 1..117 layar dengan persebarannya yang tidak merata. Dibandingkan dengan

beberapa negara tetangga, Indonesia memiliki ratio per kapita yang sangat rendah.Riset portal

filmindonesia.or.id menunjukkan, hanya 13 persen kabupaten dan kota yang punya akses ke

bioskop. Ketimpangan persebaran bioskop juga terjadi dengan 87 persen layar terpusat di

Pulau Jawa, dan 35 persen layer berada di DKI Jakarta. Sehingga masyarakat yang tinggal

jauh dari perkotaan yang ingin menonton sebuah film di bioskop menjadi terhambat karena

daerahnya tidak memiliki bioskop.

Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat dalam menghargai kekayaan intelektual

sehingga pembajakan film secara fisik maupun digital masih merajalela. Apalagi di zaman

sekarang ini, teknologi semakin canggih. Banyak website dan aplikasi di internet yang

menyediakan film film bajakan yang sedang tayang di bioskop, alhasil masyarakat lebih

memilih untuk menonton film di internet karena tidak perlu membayar apa pun, sedangkan

jika ke bioskop dikenakan biaya untuk menonton film tersebut.

2.5 Perkembangan Kualitas Film Di Indonesia


Menelisik kembali ke belakang, masyarakat Indonesia mulai mengenal film pada 5

Desember 1900 dimana surat kabar “Bintang Betawi” memuat iklan tentang Petoenjoekan

Besar Jang Pertama di Hindia Belanda. Hal itu menunjukkan bahwa pada masa itu film

sudah mulai masuk ke wilayah pribumi. Disinilah kisah film luar negeri banyak diminati.

Memang wajar film luar negeri diapresiasi sebab kualitas yang tersaji sudah tak

diragukan lagi. Namun, film produksi local juga tak kalah dengan prestasi. Hanya saja

beberapa stigma negative masih saja menghantui. Faktanya banyak film Indonesia menembus

industry film luar negeri, bahkan mendapatkan penghargaan serta apresiasi. Contohnya saja

film Garapan sutradara Timo Tjahjanto, The Night Comes For Us menjadi film Indonesia

pertama yang berhasil masuk salah satu platform Over The Top (OTT) yang berpusat di Los

Angeles, California yaitu Netflix. Sayangnya film film diatas masih tak mampu menarik

minat penonton local dan kalah bersaing dengan film Garapan Hollywood. Indikasi ini

menunjukkan bahwa film karya dalam negeri sebenarnya mampu bersaing dengan film film

produksi Hollyood, tetapi tetap saja tidak bisa mengalahkan jumlah penonton film box office

dari Amerika.

Usut punya usut, kualitas film yang menjadi penyebabnya. Menurut Badan Ekonomi

Kreatif (BEKRAF), Kualitas film di Indonesia Berkutat pada keragaman konten yang selama

ini menjadi tantangan. Tak heran jika genre film drama, komedi dan horror masih

mendominasi layer lebar Indonesia. Pada dasarnya kualitas film di Indonesia harus dilihat

dari berbagai sudut pandang yang ada. Entah dari jumlah dan reaksi penontonnya ataupun

muatan konten yang disajikan dalam suatu film. Kualitas ini tergantung pada pelaku sineas

yang secara langsung terjun dalam setiap Garapan film. Sehingga kualitas film di Indonesia

ditentukan oleh sumber daya manusianya. Kendati demikian, perfilman Indonesia

menjadikan jumlah perolehan penonton sebagai indicator dalam menilai kesuksesan dan

kualitas film nasional


Jika kita telisik ke belakang hingga saat ini, film Indonesia sejatinya mengalami

peningkatan. Namun hal tersebut masih dirasa kurang sebab peningkatannya dirasa masih

belum signifikan. Hal tersebut terjadi juga dilatarbelakangi oleh kurangnya apresiasi kepada

filmmaker. Pengembangan industry perfilman juga masih kurang disoroti oleh pemerintah,

hanya ada badan badan kecil yang menaunginya. Banyak dari mereka juga kurang tertarik

memasarkan filmnya di industry local. Mereka lebih banyak melempar karya nya ke festival

film luar negeri. Mungkin saja ini bergantung pada pemikiran dan sisi independensi

filmmaker masing masing. Mereka juga lebih suka membuat karya dengan selera mereka

daripada hanya hidup monoton dengan pasar penonton yang begitu begitu saja.

Perkembangan film di Indonesia terkesan lebih lambat dari negara negara lain karena

film belum sepenuhnya menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia saat ini. Kurangnya

kreativitas dalam membuat film juga termasuk bagian dari alasan film Indonesia

perkembangannya lebih lambat, faktor kurangnya modal yang menyebabkan para sineas tidak

bisa mengembangkan kreativitas karena jika tidak ada yang memfasilitasi film tersebut bisa

saja berakhir menjadi sesuatu yang tidak menarik untuk ditonton karena kualitas cerita yang

biasa saja dan pasaran.


BAB lV
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari hasil pembahasan, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan Suatu

pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Pesan film pada

komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi,

umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan Pendidikan, hiburan,

dan informasi. Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian dasar,

yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan

non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan

dimainkan oleh actor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya

dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan

dukungan sponsor iklan tertentu. Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan

sebagain subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. Terdapat

berbagai jenis film yaitu, Film Horror, Film Drama, Film Misteri, Film Komedi, Science

Fiction, dan lain lain.

Alasan Masyarakat tidak menonton film di bioskop yaitu masih rendahnya kualitas

film local secara rata rata dan kurangnya pekerja film yang berkualitas, Kurangnya layar dan

akses ke bioskop, rendahnya kesadaran masyarakat dalam menghargai kekayaan intelektual

sehingga pembajakan film secara fisik maupun digital masih merajalela. Jenis Film yang

paling diminati oleh masyarakat adalah film horror, film drama, dan film komedi.
Jika kita telisik ke belakang hingga saat ini, film Indonesia sejatinya mengalami

peningkatan. Namun hal tersebut masih dirasa kurang sebab peningkatannya dirasa masih

belum signifikan. Hal tersebut terjadi juga dilatarbelakangi oleh kurangnya apresiasi kepada

filmmaker. Pengembangan industry perfilman juga masih kurang disoroti oleh pemerintah,

hanya ada badan badan kecil yang menaunginya. Banyak dari mereka juga kurang tertarik

memasarkan filmnya di industry local. Mereka lebih banyak melempar karya nya ke festival

film luar negeri. Mungkin saja ini bergantung pada pemikiran dan sisi independensi

filmmaker masing masing

3.2 Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diberikan saran saran sebagai

berikut :

1. Bagi industry local perfilman dalam hal ini harus lebih ditingkatkan kualitas film local.

2. Bagi pemerintah agar sebaiknya melakukan dukungan dan pembinaan terhadap industry

industry local dalam membuat sebuah karya film serta ikut membantu mempromosikannya ke

daerah daerah lainnya.

3. Bagi masyarakat agar sebaiknya mendukung film film industry local dengan cara

menonton film buatan Indonesia secara bijak dan tidak menonton di situs bajakan. Hal ini

agar kualitas perfilman di negara kita bisa menjadi lebih maju lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Mukhamad Akbar Makhbubi. 29 Maret 2020. Menyoal Kualitas Film Indonesia. Layak kah?

https://www.its.ac.id/news/2020/03/29/menyoal-kualitas-film-indonesia-layak-kah/

Emiliano – Farhano. 2020. Mengapa perkembangan film di Indonesia terkesan lebih lambat

dari negara negara sekitar, padahal banyak pelaku hebat (actor, sutradara, dll) di industry ini?

https://id.quora.com/Mengapa-perkembangan-film-di-Indonesia-terkesan-lebih-lambat-dari-

negara-negara-sekitar-padahal-banyak-pelaku-hebat-aktor-sutradara-dll-di-industri-ini

Muhammad Khairil. April 23, 2018. Kamu Pecinta Horor? Berikut 5 alasan orang suka film

horror! https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/alasan-orang-suka-film-horor/

https://id.quora.com/Mengapa-kualitas-film-Indonesia-sangat-rendah-daripada-film-dari-

negara-lain

Adhiprasetyonugroho. September 2013. Pengertian Film.

https://adhitoge.wordpress.com/2013/09/01/pengertian-film/

Caroline – Pramantie. 30 Maret 2017. Masalah dan tantangan perfilman nasional.

https://kumparan.com/kumparanhits/masalah-dan-tantangan-perfilman-nasional

Anda mungkin juga menyukai