Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok Komunikasi

Dosen : Minarni, S.SiT,.SKM,.M.Kes

MAKALAH
FILM

Disusun Oleh :

1. Isma Azizah (218019)


2. Ayu Komalasari (218009)
3. Irnawati (218018)

YAYASAN WAHANA BHAKTI HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
berkat rahmat dan hidayahlahnya saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan berjudul “FILM” maksud dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen
pembimbing.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan


bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang menjadi dorongan bagi saya, sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Saya menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini
belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
saya harapkan untuk kesempurnaan tugas ini

Makassar, 6 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan........................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................... 3

BAB II Pembahasan.......................................................................... 4

A. Pengertian Film ...................................................................... 4


B. Sejarah Film ........................................................................... 5
C. Fungsi Film............................................................................. 5
D. Jenis Film ............................................................................... 6
E. Unsur Film .............................................................................. 8
F. Penggunaan Screen Film ....................................................... 8
G. Kecepatan Film ...................................................................... 9
H. Pengolahan Film .................................................................... 9

BAB III Penutup ................................................................................ 12

A. Kesimpulan ........................................................................... 12
B. Saran..................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian
komunikasi masa modern dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya.
Munculnya pengaruh itu sesungguhnya sebuah kemungkinan yang
sangat tergantung pada proses negosiasi makna oleh khalayak terhadap
pesan dari film itu, dan mengacu pada keberhasilan khalayak dalam
proses negosiasi makna dari pesan yang disampaikan. Jika negosiasi
makna yang dilakukan khalayak tersebut lemah, maka akan semakin
besar pengaruh dari tayangan tersebut (McQuaill, 1997). Negosiasi
makna merupakan proses transaksional dari komunikasi, dimana
komunikasi menerima dan menginterpretasikan makna dari pesan yang
diterima sesuai dengan latar belakang sosial budaya yang dimilikinya.
Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran
penting dalam sosialkultral, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan
film dalam pembelajaran masyarakat ini sebagian di dasari oleh
pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik
perhatian orang dan sebagian lagi di dasari oleh alasan bahwa film
mempunyai kemampuan mengantar pesan secara unik (McQuai, 1997).
Selain itu juga film merupakan salah satu media hiburan yang murah dan
sederhana.
Perkembangan perfileman akan menbawa dampak yang cukup besar
dalam perubahan sosial masyarakat. Perubahan tersebut di sebabkan
oleh semakin bervariasi proses penyampaian peasn tentang realiatas
obyektif dan representasi yang ada terhadap realitas tersebut secara
simbolik serta sebuah kondisi yang berbeda. Film sebagi salah satu jenis
media massa menjadi sebuah saluran bag barmacam ide, gagasan,

1
konsep serta dapat memunculkan pluralitas efek dari penayangannya
yang akhirnya mengarah pada peubahan pada masyarakat. Efek pesan
yang di timbulkan pada film dalam kemasan realitas simbolik ada yang
secara langsung dirasakan pada khalayaknya bisa jadi perubahan emosi
namun ada pula yang berdampak jangaka panjang seperti perubahan
gaya hidup, idealisme atau malah ideologi.
Film akhirnya juga dipandang sebagai sebuah bahasa yang
menggenerasikan makna-makna melalui sistem yaitu sinematografi,
suara, editing, dan sebagainya, yang semua hal tersebut bekerja seperti
halnya bahasa.Selanjutnya, dengan menempatkan film sebagai
komunikasi ke dalam sebuah system besar yang menggeneralisasikan
makna berarti film itu sendiri merupakan sebuah “budaya”. Pengertian
mengenai budaya dipahami sebagai proses yang mengkontrusi
kehidupan masyarakat. Sistem-sistem yang menghasilkan makna atau
kesadaran khususnya sistem-sistem dan media representasu yang
menghadirkan sebagai image dari budaya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Film?
2. Bagaimana Sejarah terbentuknya Film?
3. Apa saja Fungsi Film?
4. Apa saja Jenis-jenis Film?
5. Apa saja Unsur sebuah Film?
6. Bagaimana Penggunaan Screen pada Film ?
7. Macam –macam Kecepatan Film?
8. Bagaimana Pengolahan sebuah Film?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari film
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya film
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi film
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis film
5. Untuk mengetahui apa saja unsur sebuah film
6. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan screen pada film
7. Untuk mengetahui macam –macam kecepatan film
8. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan sebuah film

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Film

Secara berdasarkan kata, film (cinema) asalnya dari kata


cinematographie yang memiliki arti cinema (gerak), tho atau phytos
(cahaya) dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Sehingga bisa
diartikan Film merupakan mewujudkan gerak dengan cahaya.Mewujudkan
atau Melukis gerak dengan cahaya tersebut menggunakan alat khusus,
seringkali alat yang digunakan adalah kamera.

Definisi lain dari film yakni, Film merupakan hasil cipta karya seni yang
memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk melengkapi
kebutuhan yang sifatnya spiritual. Unsur seni yang ada dan menujang
sebuah film antara lain seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari,
seni puisi sastra, seni teater, seni musik, seni pantonim dan juga novel.
Adapun pengertian film menurut para ahli :

1. Effendi (1986:239)
Pengertian Film menurut Effendi adalah hasil budaya dan alat
ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan
gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman
suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur
serta seni musik.
2. Kridalaksana (1984:32)
Pengertan film menurut Kridalaksana adalah lembaran tipis, bening,
mudah lentur yang dilapisi dengan lapisan antihalo, dipergunakan
untuk keperluan fotografi. Alat media massa yang memiliki sifat lihat
dengar (audio visual) dan dapat mencapai khalayak yang banyak.

4
3. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Pengertian film menurut KBBi adalah selaput tipis yang dibuat dari
seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau
untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).

B. Sejarah Film

Film tayang perdana kali diciptakan pada tahun 1805 oleh Lumiere
Brothers. Lalu sekitar pada tahun 1899, George Melies mulai
memamerkan film dengan model editing yang berjudul Trip To The Moon.
Pada tahun 1902, Edwin Peter menciptakan film yang berjudul Life Of In
American Fireman.

Di Indonesia, film menggapai keemasannya pada tahun 1970 sampai


1980 ataupun akuratnya sebelum masuknya siaran-siaran Television
pada tahun 1988. Masyarakat sangat apresiasi dalam merespons film
yang ada di Indonesia. Keadaan tersebut tergantung dengan nilai dari film
tersebut yang benar-benar dapat melengkapi keperulan ilmu jiwa dan
spikis masyarakat Indonesia.

C. Fungsi Film

Berikut ini terdapat beberapa fungsi film, yakni sebagai berikut:

1. Sebagai media ekspresi dan artistik sutradara


Innocent voices merupakan film arahan sutradara Luis Mandoki.
Film ini dibuat berdasarkan ekspresi yang dimiliki oleh sutradaranya.
Luis mandoki mempunyai cita rasa seni yang tinggi sehingga hasil
yang tertuang dalam film ini menjadi indah dan mempunyai nilai
estetika yang tinggi.Oleh karena itu, film ini dapoat berfungsi sebagai
media ekspresi dan artistic sutradara.

5
2. Sebagai media hiburan
Film innocent voices dapat berfungsi sebagai media hiburan
karena merupakan rekaan atau pelarian darim kisah nyata.Film ini
menyuguhkan hiburan berupa tingkah-tingkah polos yang dimiliki
oleh anak-anak yang terlibat di dalam film ini.
3. Sebagai media komunikasi massa
Innocent voices merupakan film yang berdasarkan pada kisah
nyata. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa film ini mempunyai
fungsi sebagai media komunikasi massa yang bertujuan untuk
memberitahu bahwa pernah terjadi perang saudara di El Salvador,
Mexico.
Selain itu, sebagai media komunikasi massa, film ini juga
menyampaikan mengenai jasa-jasa pemerintah Amerika Serikat
dalam menyelesaikan perang saudara di wilayah tersebut.
4. Sebagai media pendidikan
Film innocent voices ini juga dapat berfungsi sebagai media
pendidikan karena memiliki amanat-amanat yang tersirat dalam film
ini.
5. Khalayak menonton film terutama untuk hiburan
Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif maupun
edukatif, bahkan persuasif.Film nasional dapat digunakan sebagai
media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka
nation and character building.

D. Jenis-Jenis Film

Jenis-jenis dari film adalah sebagai berikut:

1. Film Cerita

6
Film cerita (story film) merupakan jenis film yang didalamnya
terkandung cerita yang sudah umum dipertontonkan di gedung
bioskop dengan aktor atau aktris terkenal dan didistribusikan sebagai
barang dagangan.Cerita yang ditonjolkan menjadi topik film dapat
berbentuk cerita fiktif atau didasarkan kisah nyata yang dimodifikasi,
sehingga mempunyai unsur menarik, lebih baik jalan certianya atupun
segi artistiknya.

2. Film Berita

Film berita (newsreel) merupakan jenis film tentang fakta atau


kejadian yang benar-benar terjadi.Karena sifatnya berita maka film ini
disajdikan kepada umum harus mengandung nilai berita.Kriterian
berita tersebut yaitu penting dan menarik.

3. Film Dokumenter

Robert Flaherty, Film dokumenter yaitu karya ciptaan tentang


kenyataan (creative treatment of actuality) tidak sama dengan film
berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter
yakni hasil interpretasi pribadi (pembuatnya tentang kenyataan
tersebut).

4. Film Kartun

Film kartun (cartoon film) diproduksi untuk anak-anak. Tokoh


film kartun yang sangat terkenal adalah donald bebek (donald duck),
Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang dibuat oleh
seniman Amerita Serikat Walt Disney.

7
E. Unsur-Unsur Film

Unsur-unsur dari film adalah sebagai berikut:

1. Produser
2. Sutradara
3. Penulis Skenario
4. Penata Kamera (Kameramen)
5. Penata Artistik (Art Director)
6. Penata Musik
7. Editor
8. Pengisi dan penata suara
9. Pemeran (aktris dan aktor)

F. Penggunaan Screen Film

Berikut ini terdapat beberapa penggunaan screen film, yakni:

1. Screen Film
Dalam pemakaiannya selalu digunakan screen.Eksposi rendah,
dengan gambar yg baik. Dalam penggunaanya selalu menggunakan
kaset ( agar terlindung dari cahaya). Radiasi thd penderita dapat
ditekan sekecil mungkin.
Akan tetapi resolusi lebih rendah karena kristal peraknya lebih
kasar dari single emulsi. Dapat timbul bayangan kurang tajam bila
kontak screen-film kurang sempurna.
2. Non-Screen Fillm
Film yang dalam penggunaanya tanpa menggunakan
screen.Dosis radiasi lebih tinggi (5-25 kali lebih tinggi). Emulsinya lebih
tebal (2-3 x). Detail yg dihasilkan lebih tinggi. Karena butir-butir
peraknya lebih halus. Gambaran yg dihasilkan 100% dari sinar X.

8
G. Kecepatan Film
Berikut ini terdapat beberapa kecepatan film, yakni sebagai berikut:
1. High Speed
Jenis film ini memiliki kristal perak halide yang relative kasar,
sehingga film ini menghasilkan kontras yg relative rendah/kurang baik,
tetapi memerlukan jumlah penyinaran yg relative kecil.
2. Medium Speed/Paar speed/jenis universal
Butiran sedang, ekpose sedang, kontras sedang.
3. Low speed
Kristal perak halus/kecil, kontras tinggi, resolusi baik, dan
kecepatan rendah. Hubungan speed dan kontras berbanding terbalik.

H. Pengolahan film
Berikut ini terdapat beberapa penggunaan screen film, yakni sebagai
berikut:
A. Pembangkitan (developing)
Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran.
Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak
halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak
metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan
tampak.
Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam
penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang
tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran
perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

9
B. Pembilasan (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada
waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan
pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam
emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan
pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Proses
yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi
pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan
film dengan cara merendamnya ke dalam air.
C. Penetapan (fising)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi
permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena
sinar-X. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi
perak komplek. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk
menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit
yang terserap oleh emulsi film.
D. Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk
perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan
bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan
dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam
keadaan bersih
E. Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film.Tujuan
pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi.
Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak
rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefa. Cara
yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah

10
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu
suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati
emulsi

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Film cerita atau film fiksi adalah salah satu jenis karya audiovisual
yang dibuat berdasarkan representasi kehidupan nyata. Sebuah film
disadari atau tidak, dapat mengubah pola kehidupan seseorang.
Terkadang ada seseorang yang ingin meniru kehidupan yang di kisahkan
dalam film. Para penonton kerap menyamakan seluruh pribadinya dengan
salah seorang pemeran film. Film mempunyai pengaruh sendiri bagi para
penonton, antara lain, pesan yang terdapat dalam adegan-adegan film
akan membekas dalam jiwa penonton, gejala ini menurut ilmu jiwa sosial
disebut sebagai identifikasi psikologis. Pesan film dengan adegan-adegan
penuh kekerasan, kejahatan, dan pornografi apabila ditonton dengan
jumlah banyak akan membawa keprihatinan banyak pihak. Sajian tersebut
memberikan kecemasan bagi manusia modern. Kecemasan tersebut
berasal dari keyakinan bahwa isi seperti itu mempunyai efek moral,
psikologi, dan sosial yang merugikan, khususnya pada generasi muda
dan menimbulkan anti social.
B. Saran
Program film cerita sangat efektif untuk menyampaikan pesan kepada
masyarakat, sehingga diharapkan penayangan pada program televisi
bisa mempertimbangkan isi maupun kemasan sebuah program fiksi agar
penonton mendapatkan tayangan yang menghibur dan juga bermanfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Antoniades, anthon C, 1990. Phoethic of Architecture

Dekdikbud, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Dedd, Mizwar. 2004. Deddy mizwar minta perguruan tinggi buka fakultas
film. Kompas Cyber Media, Jateng.

Fakultas film dan telivisi. 2003. Buku paduan studi. Institut kesenian Jakarta,
Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai