Anda di halaman 1dari 28

PEMBUATAN PRODUK KARYA SENI:

FILM DOKUMENTER
“Menyemai Semangat Pantang Menyerah Engkus Al Getuk”
Pembuat Karya: Sandi Erlan Rismaya

i
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembuatan Produk ............................................... 1
B. Tujuan Pembuatan Produk ............................................................ 3
C. Manfaat Produk ............................................................................. 3
D. Sasaran .......................................................................................... 3
BAB 2 GAMBARAN UMUM RENCANA PRODUK
A. Tema ; Judul; Sinopsis dan Durasi ................................................ 4
1. Tema ........................................................................................ 4
2. Judul ........................................................................................ 4
3. Sinopsis ................................................................................... 4
4. Durasi Karya ........................................................................... 5
B. Gagasan/Ide Atau Konsep Pembuatan Karya ............................ 5
1. Gagasan/Ide Cerita .................................................................. 5
2. Pendekatan Model Ekspositoris .............................................. 5
3. Tahapan Pra Produksi.............................................................. 6
4. Pesan Inti dari Karya yang Dibuat .......................................... 6
C. Media atau Platform Penayangan dan Sasaran Audiens .............. 7
1. Media Penayangan .................................................................. 7
2. Sasaran Audiens ...................................................................... 8
D. Referensi atau Karya Acuan .......................................................... 8
E. Format dan Jenis Karya .............................................................. 10
F. Naskah Media ................................................................................ 10
1. Storyline (Threatment) ............................................................ 10
2. Naskah Voice Over ................................................................. 13
G. Alat, Bahan dan Piranti Pendukung Lainnya ................................ 14
H. Talent/Narasumber dan Kru yang Akan Terlibat .......................... 15
I. Teknik dan Langkah Produksi....................................................... 15

ii
J. Finishing (Penyelesaian Akhir) ..................................................... 16
BAB 3 BIAYA, JADWAL KEGIATAN, DAN TIM PRODUKSI
A. Anggaran Biaya ............................................................................. 18
B. Jadwal Kegiatan ............................................................................ 19
C. Tim Produksi ................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Peserta
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Surat Pernyataan Peserta
Lampiran 4. Dokumentasi Riset

iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembuatan Produk
Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik yang
terlihat, terdengar maupun yang dirasakan melalui media ataupun langsung
oleh setiap individu merupakan laboratorium yang kaya dengan nilai-nilai
dan nasehat kehidupan sebagai peringatan, panduan, motivasi, dan inspirasi
dalam menjalankan aktivitas sosial kemasyarakatan.
Salah satu cara untuk memotret secara utuh peristiwa tersebut
adalah melalui tayangan audio visual dengan menggunakan kamera sebagai
medium perekamannya. Sebagai sebuah karya seni, film merupakan
representasi media visual yang dapat merekonstruksi sebuah peristiwa atau
kejadian secara runtun dan terstruktur.
Film dokumenter adalah format film yang menyajikan realitas
sebuah peristiwa berdasarkan kenyataan atau fakta kejadian yang sebenar-
benarnya. Film dokumenter pada umumnya mengangkat berbagai isu yang
terkait dengan kehidupan manusia seperti isu sosial, seni, budaya, politik
hingga isu kemanusiaan.
Kekuatan utama dari film dokumenter adalah autentikasi terhadap
fakta yang terjadi di lapangan dan subyektivitas dalam mempersepsikan
peristiwanya. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari
kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan, sehingga
menjadi produk karya seni yang relevan ketika digunakan sebagai
instrumen untuk mengungkapkan realitas kebenaran dari sebuah peristiwa
sekaligus menjadi stimulus dalam mengubah persepsi khalayaknya.
Inklusivitas dalam sebuah kehidupan nyata diyakini memiliki sense
of storytelling yang relevan dengan karakteristik film dokumenter sebagai
sajian film yang mengutamakan kepekaan sosial dari pembuat maupun
khalayaknya. Peristiwa demikian merupakan salah satu indikator kriteria
kisah inspiratif yang bisa dijadikan pemantik ketika mau berkisah sesuai
gaya bertutur dan kekhasan dalam film dokumenter tersebut.

1
Engkus Al Getuk adalah seorang difabel, tutor dan penulis buku
bahasa Inggris yang menjalani takdirnya sebagai penyandang disabilitas.
Sejak usia 4 bulan, dokter memvonis dirinya terkena penyakit polio. Akibat
sakit yang dideritanya, kedua tangannya melengkung, begitu juga dengan
kedua kakinya. Namun dengan segala keterbatasan yang dimiliki, ia justru
senantiasa gigih, pantang menyerah dengan keadaan yang menimpanya.
Hingga pada akhirnya, Ia dikenalkan ibunya (almarhumah) dengan
kamus bahasa Inggris. Dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional berbantuan media kapur bulao, kaca jendela dan dinding
tembok kamarnya, Engkus mempelajari setiap kosakata yang ada dalam
kamus tersebut, hingga merasa yakin semua kosakata dalam kamus tersebut
berada dalam genggamannya.
Perjalanan waktu yang menumbuhkan semangat pantang menyerah
dalam diri Engkus Al Getuk, salah satunya dengan membuat grup
Facebook yang diberi nama “Ayo Belajar Bahasa Inggris dari Nol”.
Hingga bulan Juli 2021, anggota grup Facebook tersebut sudah mencapai
sembilan puluh lima ribu anggota yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Melalui media online inilah, Engkus memberikan tutorial bahasa
Inggris secara daring kepada puluhan ribu anggotanya. Berbekal materi
yang dibuat selama memberikan tutorial tersebut, tiga buah buku bahasa
Inggris berhasil ia susun dalam kurun waktu 3 tahun. Kerja keras dan
semangat pantang menyerah inilah yang mengantarkannya menjadi peraih
Liputan 6 SCTV award tahun 2019 untuk kategori pantang menyerah.
Semangat pantang menyerah dalam kisah perjalanan dan
perjuangan sosok Engkus Al Getuk selama tiga puluh empat tahun adalah
sebuah peristiwa nyata yang terjadi dalam realitas kehidupan sehari-hari
yang diyakini bisa menjadi tauladan kehidupan di masa pandemi seperti
saat sekarang ini. Ada dua peristiwa yang akan dikisahkan dalam film
dokumenter ini, yaitu peristiwa yang sudah berlangsung dan peristiwa yang
masih berlangsung, kedua peristiwa tersebut sampai hari ini belum
terdokumentasikan secara utuh sebagai sebuah film. Dua peristiwa tersebut

2
akan menjadi fokus utama dalam pembuatan film dokumenter yang
berjudul “Menyemai Semangat Pantang Menyerah Engkus Al Getuk”.
B. Tujuan Pembuatan Produk
Secara umum, pembuatan film dokumenter ini bertujuan untuk
mengisahkan perjuangan dan semangat pantang menyerah sosok seorang
difabel kepada masyarakat.
Adapun tujuan khusus dari produk yang akan dihasilkan, antara lain:
1. Menceritakan kisah perjuangan sosok difabel melalui film dokumenter
kepada masyarakat
2. Menyajikan peristiwa inklusivitas melalui tayangan film dokumenter
kepada masyarakat
3. Memberikan tayangan audio visual yang inspiratif melalui film
dokumenter kepada masyarakat
C. Manfaat Produk
Secara umum produk film dokumenter diharapkan memiliki
kebermanfaatan terhadap perkembangan produk kreatif audio visual di
tanah air. Adapun manfaat khusus yang diinginkan, antara lain:
1. Menjadi motivasi buat masyarakat dengan kisah perjuangan sosok
difabel melalui tayangan film dokumenter
2. Menumbuhkan kepekaan sosial terhadap inklusivitas di masyarakat
melalui film dokumenter
3. Menjadi media penyerta dalam melakukan kajian pengembangan
produk kreatif kesenian dan kebudayaan
D. Sasaran
Pengguna (user) dari produk karya seni film dokumenter ini akan
menyasar Lembaga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian
Seni Broadcasting dan Perfilman, lembaga pemerintah seperti Balai Besar
Pengembangan Mutu Pendidikan dan Vokasi (BBPPMPV) Seni Budaya,
Pusat Pengembangan Perfilman, Sekolah Luar Biasa, kelompok atau
pegiat pendidikan inklusif, komunitas film lokal, dan Lembaga terkait
lainnya.

3
BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA PRODUK
A. Tema ; Judul ; Sinopsis ; dan Durasi Karya
1. Tema
Pokok pikiran dalam pembuatan produk film dokumenter ini
memuat tema “Berjuang Dalam Keterbatasan”. Tema ini dimaksudkan
untuk menarasikan perjuangan dan semangat pantang menyerah kaum
disabilitas dalam mengkomunikasikan hak dan kesetaraan hidup di
lingkungan masyarakat melalui perjuangan dan karyanya
2. Judul
Judul merupakan cerminan gagasan yang disampaikan untuk
mengundang rasa penasaran dan keingintahuan dari khalayak. Oleh
karena itu, judul harus mampu merepresentasikan sebagian dan seluruh
peristiwa dalam film tersebut. Adapun judul dari film dokumenter ini
adalah : “Menyemai Semangat Pantang Menyerah Engkus Al Getuk”.
Pemilihan diksi pada judul berdasarkan konsep visual film yang ingin
mengeksplorasi pesan perjuangan dan semangat pantang menyerah dari
narasumber.
3. Sinopsis
Engkus Al Getuk mengidap penyakit polio sejak usia 4 bulan.
Dokter mendiagnosa adanya kelainan tulang pada tubuh Engkus.
Akibat sakit yang dideritanya, kedua tangannya melengkung begitu
juga dengan kedua kakinya.
Adalah kamus bahasa Inggris, pemberian ibunya (almarhumah)
yang membuat Engkus tergerak untuk bangkit. Dengan menggunakan
media kapur bulao, kaca jendela dan dinding kamar, engkus memulai
perjuangannya mempelajari setiap kosakata yang ada dalam kamus
tersebut.
Berbekal grup facebook “Ayo Belajar Bahasa Inggris dari Nol”,
Engkus menekuni profesinya sebagai tutor online dengan puluhan ribu
anggotanya. Berbekal kumpulan materi yang disampaikan ketika
melakukan tutorial online maupun tatap muka inilah, tiga buah buku

4
yang berjudul “Life On Toes”, “English is Easy”, dan buku “Modul
Bahasa Inggris untuk kelas XII jenjang SMP” berhasil Ia terbitkan.
Sebuah pencapaian yang membanggakan bagi Engkus dan keluarga.
Hingga takdir mengantarkan Engkus menjadi peraih Liputan 6 SCTV
Award untuk kategori Pantang Menyerah.
4. Durasi Karya
Durasi : 20 (Dua Puluh) Menit
B. Gagasan atau Ide dan Konsep Pembuatan Karya
1. Gagasan/Ide Cerita
Inklusivitas menjadi sesuatu yang penting sebagai sikap untuk
menyemai kesetaraan dan kesepemahaman antara individu dalam
tatanan kehidupan sosial. Kelompok disabilitas berada dalam pemetaan
utama untuk mewujudkan gagasan tersebut. Dengan segala
keistimewaanya, kaum difabel berhak untuk mendapatkan pengakuan,
penghargaan dan distribusi informasi yang seimbang untuk
memperbaiki akses mereka terhadap kesetaraan dan kesepemahaman.
Film dokumenter “Menyemai Semangat Pantang Menyerah
Engkus Al Getuk” ini akan memperkuat distribusi informasi melalui
media rekam yang sudah ada sebelumnya. Semangat pantang menyerah
dari tokoh utama yang belum tersampaikan secara utuh akan menjadi
warna dari film dokumenter ini.
2. Pendekatan Model Ekspositoris
Film Dokumenter ini akan menggunakan pendekatan model
eksporitoris dalam menuturkan konsep audio visualnya. Dokumenter
ekspositoris berorientasi pada nalar informasi yang disajikan melalui
teks maupun suara dimana gambar atau visual hadir sebagai pendukung
saja. Gambar dihadirkan sebagai ilustrasi, untuk memperkuat suara,
untuk membangun drama dengan tujuan agar lebih deskriptif dan
informatif.
Sebagaimana kelaziman dalam pendekatan ekspositoris,
penggunaan narasi atau voice over akan diarahkan langsung kepada

5
penonton dengan menyuarakan serangkaian fakta dan argumentasi
dengan footage sebagai ilustrasi utamanya. Narasi voice over ini berupa
sebagian atau keseluruhan pernyataan narasumber serta rekaman suara
dari narator yang akan digunakan untuk menjelaskan peristiwa dalam
film ini secara persuasif kepada penonton sehingga informasi yang
disampaikan menjadi argumentative atau beralasan.
Adapun rincian tahapan dalam proses pembuatan karyanya akan
menggunanakan model perancangan prosedural. Model perancangan
ini bersifat deskriptif, dengan memetakan langkah-langkah yang harus
diikuti dalam menghasilkan sebuah produk.
3. Tahapan Pra Produksi
Tahapan Pra Produksi adalah tahapan yang sangat umum untuk
menemukan ide-ide baru yang didasarkan pada kreativitas. Proses
brainstorming akan mengemuka dalan tahapan pra produksi ini. Ide-ide
yang belum tertata rapih akan terus ditajamkan untuk memastikan visi
utama dari pembuatan karya sudah tercapai.
Proses riset pustaka maupun riset lapangan menjadi prioritas utama
dalam merancang sebuah film dokumenter. Melalui riset, konsep
5W+1H (What, Where, Who, When, dan How) terkait ruang dan waktu
peristiwa dalam film dokumenter ini akan menjadi jelas, sehingga
kedalaman peristiwa, identifikasi narasumber, properti, budgeting,
psikologi dan geografi lingkungan, serta kualitas informasi yang
diperlukan menjadi jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
Pada akhirnya, sutradara dengan rekan kru lainnya akan sampai
pada finalisasi ide dan alur yang akan dikembangkan, melalui
rancangan operasional berupa teks voice over, naskah wawancara,
storyline, dan shotlist penyutradaraan.
4. Pesan Inti dari Karya yang Dibuat
1. Bersama-sama untuk menjadi pelopor dalam memperjuangkan
kesetaraan dan kesepemahaman dalam kehidupan bermasyarakat

6
2. Setiap perjuangan akan membutuhkan kegigihan, dan bertahan
dalam kegigihan sesungguhnya meniscayakan keberhasilan
3. Tingkatkan kepekaan dan motivasi dalam meraih cita-cita dan
kehidupan yang lebih baik
4. Jadilan individu maupun kelompok yang bermanfaat bagi orang lain
melalui pengabdian dan karya nyata
5. Hiraukan keterbatasan fisik, materi, ruang dan waktu dengan
semangat dan optimisme bahwa hal yang sulit pasti bisa dilakukan
C. Media Penayangan dan Sasaran Audiens
1. Media Penayangan dan Sasaran Audiens
Film dokumenter ini menyasar kelompok usia 13 sampai 35 tahun
sebagai sasaran utama, adapun di luar rentangan usia tersebut
merupakan sasaran objek sekunder. Sehingga berdasarkan acuan
tersebut, media penayangan utama yang dipilih, antara lain:
a. Media Televisi Lokal/Komunitas
Televisi merupakan media yang masih diminati oleh
masyarakat saat ini. Selain jangkauan siarnya yang luas, media
televisi efektif sebagai media penayangan karena termasuk
berbiaya murah tetapi bisa menyasar kelompok masyarakat
yang heterogen dengan jumlah banyak
b. Internet
Dengan memanfaatkan media internet sebagai media dengan
beragam jejaring sosialnya, seperti Instagram, Facebook,
Youtubue, diharapkan pesan moral dan sosial dalam film bisa
tersampaikan kepada khalayak dengan mudah dan berulang
c. Screening Komunitas
Sifatnya yang direct information dengan anggota komunitas
yang memiliki passion utuh sebagai bagian dari film itu sendiri,
metode screening film di komunitas-komunitas sangat tepat
sebagai media penayangan.

7
2. Sasaran Audiens
Sasaran penonton atau audiens dalam film dokumenter ini disesuaikan
dengan karakteristik demografi (segmentasi demografis), yaitu sasaran
khalayak dibedakan berdasarkan karakteristik demografi, yaitu: usia,
pendidikan, status ekonomi sosial, dan jenis pekerjan.
Adapun sasaran audiens film dokumenter yang berjudul “Menyemai
Semangat Pantang Menyerah Engkus Al Getuk” adalah sebagai berikut:
1. Usia : Remaja (13 tahun s.d. 21 tahun)
: Dewasa (22 tahun s.d. 35 tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
3. S.E.S : A+ (kelas atas bagian atas), A (kelas atas bagian
: bawah), B+(kelas menengah bawah), dan kelas B
(kelas bawah bagian atas)
4. Pendidikan : Jenjang SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan : Semua Pekerjaan
D. Referensi atau Acuan Karya
1. Film Dokumenter “Sejauh Ku Melangkah”, Sutradara: Ucu Agustin

Gambar 2.1 Film “Sejauh Ku Melangkah”


Film dokumenter ini menceritakan kisah persahabatan dua difabel
Netra, yaitu antara Dea dan Salsa. Sejak kecil, dua sahabat ini berada di
satu sekolah yang sama hingga persahabatan mereka terpisahkan karena
Dea pindah ke Luar negeri bersama orang tuanya. Dengan menggunakan

8
format film bergaya ekspositori, film ini berhasil merangkum kisah
persahabatan dan perjuangan dua anak tersebut menjadi lebih menarik,
dramatik, dan yang terpenting melalui film ini, karakteristik kedua anak
difabel Netra tersebut bisa terepresentasikan secara jelas dan mudah
dipahami.
2. Film Dokumenter “Mimpi Di Atas Kursi Roda” Sutradara: Morsed

Gambar 2.2. Film “Mimpi Di Atas Kursi Roda”


Gempa bumi yang mengguncang kota Padang Sumatera Barat tahun
2009, membuat Yuna, panggilan Quratta Ayuna Adrianus, harus
kehilangan kedua kakinya. Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya,
Yuna berusaha bangkit dengan rancangan aplikasi mobil yang Ia beri nama
“Bisa Go”.
Dengan pendekatan ekspositoris di sepanjang filmnya, Film ini
memiliki warna yang berbeda dengan film “Sejauh Ku Melangkah”. Akan
tetapi, meskipun gaya bertuturnya sama, yaitu dengan pendekatan
ekspositoris, yang membuat berbeda di film “Mimpi di Atas Kursi Roda”
ini yaitu sudut pandang pengambilan gambar dan komposisi yang lebih
detail dari sutradaranya. Pada film “Mimpi Di Atas Kursi Roda” suara dan
pengadeganan menjadi kekuatan utama film tersebut ketika bertutur kisah
perjuangam narasumbernya, sedangkan di film “Sejauh Ku Melangkah”
objektivitas pengadeganan lebih bisa diterima dengan menampilkan
peristiwa yang menjadi keseharian mereka.

9
3. Film Dokumenter “Tak Terbatas Kata” Sutradara: Sandi Erlan R.

Gambar 2.3. Film “Tak Terbatas Kata”


Film dokumenter ini merupakan Film dokumenter yang penulis buat
pada tahun 2016. Film dokumenter ini memotret sikap pembelajaran anak
disabilitas serta interaksi dengan lingkungan sosialnya. Penggunaan voice
over sepanjang rangkaian film ini, berhasil menghadirkan alur film dengan
suasana keharuan di setiap scenenya. Wawancara orang tua, siswa, dan
guru memperjelas sisi argumentatif yang menunjang informasi melalui
voice over dalam film tersebut.
E. Format dan Jenis Karya
1. Format yang digunakan : Film (Nondrama Ekspositoris)
2. Jenis karya : Dokumenter
F. Naskah Media
1. Storyline (Threatment)
Tabel 2.1. Storyline
TYPE
DURASI
SEGMEN VISUAL OF AUDIO
(detik)
SHOT
Area Lokasi Narasumber
1 ELS Voice Over 15
Utama
Engkus Membersihkan badan di
2 MS Voice Over 15
Pemandian Umum
Engkus digendong masuk ke
3 dalam rumah untuk mengganti LS Voice Over 15
pakaian
Engkus Al Getuk mengenalkan
Wawancara FS Narasumber 15
diri dengan bahasa Inggris
Engkus dinaikan ke kursi roda
4 FS Atmosphere 5
oleh keluarga

10
Engkus mengayuh roda dengan
5 MCU Atmosphere 10
kedua tangannya
Keluarga memberikan
6 Handphone dan kamus bahasa FS Atmosphere 10
Inggris
Keluarga membantu mengecek
grup facebook dan membalas
7 pertanyaan anggota di grup MS Atmosphere 10
Facebook sambil berkonsultasi
dengan Engkus
Narasumber (ayah kandung)
Wawancara menceritakan penyakit Polio FS Narasumber 30
yang menimpa Engkus
Narasumber (ayah kandung)
menceritakan reaksi keluarga
Wawancara FS Narasumber 30
ketika mendapatkan vonis
dokter
Narasumber (ayah kandung)
Wawancara Menceritakan sejarah kamus FS Narasumber 30
bahasa Inggris
Keluarga menuliskan kosakata
8 dalam kamus ke kaca jendela FS Voice Over 30
menggunakan kapur biru bulao
Peragaan menjelaskan materi
9 MS Voice Over 30
dalam kamus bahasa Inggris
Engkus menghapal kosakata
10 MCU Voice Over 15
dalam kamus
Narasumber (ayah kandung)
menceritakan ketekunan
Wawancara FS Narasumber 30
Engkus belajar menggunakan
kamus
Narasumber (Saudara Kandung)
Wawancara menceritakan sisi lain ketika FS Narasumber 30
Engkus belajar bahasa Inggris
Narasumber (ayah kandung)
menceritakan kesulitan
Wawancara FS Narasumber 30
mendapatkan akses pendidikan
untuk disabilitas
Narasumber (Saudara Kandung)
menceritakan perjuangan
Wawancara FS Narasumber 30
menyekolahkan Engkus ke
Lembaga SLB
Narasumber (Saudara Kandung)
menceritakan proses Engkus
Wawancara Mengenal facebook dan FS Narasumber 30
membuat grup”Ayo Belajar
Bahasa Inggris dari Nol”
Aktivitas Engkus memberikan
11 FS Voice Over 30
tutorial di grup Facebook
Interaksi Engkus dengan
12 anggota grup Facebook dan MS Voice Over 15
rekan di media sosial
Engkus membuka kamus
13 Bahasa Inggris di sela waktu MCU Voice Over 15
memberikan tutorial

11
Narasumber utama
Wawancara menceritakan tantangan tutorial FS Narasumber 30
online dengan anggota grup
Narasumber berinteraksi
dengan anggota grup yang
Wawancara FS Narasumber 30
berdomisili di luar negeri (Uni
Emirat Arab)
Narasumber Utama
menceritakan tutorial tatap
Wawancara muka dengan anak-anak di FS Narasumber 30
lingkungan sekitar yang datang
ke rumahnya
Interaksi Engkus dan siswa
14 ketika proses tata muka MCU Atmosphere 60
pembelajaran
Buku-buku karya Engkus Al
15 CU Atmosphere 15
Getuk
Narasumber utama
Wawancara menceritakan kisah penyusunan FS Narasumber 30
buku dan proses penerbitannya
Cek ketersediaan buku
16 karangan Engkus Al Getuk MCU Atmosphere 15
secara online
Narasumber (Founder Sahabat
Kristiawan Peduli)
Wawancara menceritakan kiprah Engkus di MS Narasumber 30
Masyarakat, baik berupa
pengabdian dan karya
Narasumber (Founder Sahabat
Kristiawan Peduli)
Wawancara MS Narasumber 30
menceritakan semangat pantang
menyerah Engkus Al Getuk
Narasumber (Kepala Desa
Wawancara Kerta Angsana) menceritakan MS Narasumber
kegigihan sosok Engkus
Narasumber (Kepala Desa
Kerta Angsana) menceritakan
Wawancara perhatian pemerintah kepada MS Narasumber 30
Engkus Al Getuk dan Anak-
anak disabilitas
Pajangan sertifikat sebagai
17 narasumber di berbagai seminar CU Voice Over 15
dan promosi karya bukunya
Trophy peraih Liputan 6 SCTV
18 CU Voice Over 30
Award dan dokumentasi Video
Dokumentasi foto Engkus
19 menjadi narasumber di televisi CU Voice Over 15
dan seminar
Engkus membagikan buku
20 MS Voice Over 30
kepada siswanya
Narasumber (Founder Sahabat
Kristiawan Peduli)
Wawancara FS Narasumber 30
Menyampaikan harapan kepada
Engkus Al Getuk

12
Narasumber (Kepala Desa
Kerta Angsana)
Wawancara FS Narasumber 30
Menyampaikan harapan kepada
Engkus Al Getuk
Narasumber (Siswa/orang tua
Wawancara siswa) menyampaikan harapan FS Narasumber 30
kepada Engkus Al Getuk
Cuplikan semangat hidup
21 MS Voice Over 45
Engkus Al Getuk
Engkus menjelaskan Akronim
Wawancara Al Getuk dalam tambahan di FS Narasumber 60
belakang namanya

2. Naskah Voice Over


“Dari kesunyian desa Kerta Angsana, Nyalindung Sukabumi Jawa
Barat, Engkus Al Getuk menjalani takdirnya sebagai penyandang
disabilitas. Sejak usia 4 bulan, tubuhnya divonis menderita Polio.
Akibat sakit yang dideritanya, kedua tangannya melengkung, begitu
juga kedua kakinya, sehingga Engkus tidak mampu berdiri apalagi
berjalan, namun... ia tidak menyerah pada keadaan”.
“Tidak mudah berjuang dalam keterbatasan. Setiap hari, melalui
ujung jari kakinya, Engkus menghabiskan masa kecilnya dengan
mempelajari kata demi kata yang ada dalam kamus bahasa Inggris
tersebut secara otodidak. Hingga akhirnya, Engkus pun yakin, semua
kosakata dalam kamus kecil itu, sudah berada dalam genggaman
tangannya“
Dengan mengandalkan jari jemari kaki, Engkus menggunakan
ponsel layar sentuh sebagai media untuk memberi tutorial bahasa
Inggris secara online. Melalui grup Facebook “Ayo Belajar Bahasa
Inggris dari Nol” Engkus berkomunikasi dan mengajarkan bahasa
Inggris kepada ribuan anggotanya.
“Melalui dua buah buku yang ditulisnya, Engkus menaruh
harapan, apa yang sudah diperbuatnya bisa memotivasi orang lain,
khususnya sesama penyandang disabilitas untuk tetap semangat meski
hidup dalam keterbatasan”

13
Semangat hidup Engkus terpancar dari nama Al Getuk yang
berasal dari singkatan bahasa Inggris: Gregarious, Educated,
Thoughtful, Unique, and Kind. Dalam terjemahan bahasa Indonesia
memiliki makna: Engkus sebagai orang yang suka berteman,
berpendidikan, bijaksana, unik dan baik hati”.
G. Alat, Bahan dan Piranti Pendukung Lainnya
Tabel 2.2. Daftar Kebutuhan Alat
NO ALAT JUMLAH SPESIFIKASI
1 Kamera 2 buah DSLR Canon 6D
Canon Fix 50mm dan Kit STM 18-
2 Lensa 2 buah
55 mm
2 Drone 1 buah DJI Mavic 2 Pro
3 Tripod 2 buah Libec 650 EX
4 Lighting 2 buah Red Head 900 Watt Tungsten
Rodelink Wireless Lavalier
5 Wireless Clipon 1 buah
Microphone (2.4 Ghz)
6 Mikrofon Shotgun 1 buah Rode NTG-2
7 Boompole 1 buah Rode Boompole 3S
Rode Blimp Suspension Windshield
8 Whinshield 1 buah
System
Processor core i5 gen7, DDR 12 GB,
9 Komputer 1 buah
VGA GT710 2 GB HDD 1TB
10 Audio Mixer 1 buah Behringer Xenyx 302 USB
11 Clapperboard 1 buah Colorful Acrylic 3 Cell

Tabel 2.3. Daftar Kebutuhan Bahan


NO BAHAN JUMLAH SPESIFIKASI
1. ATK 2 Paket Standard Kit
Sandisk SDHC Extreme Pro UHS-I
Memory Card 64 GB
2 2 Paket 64GB (170MB/s Read AND 90MB/s
170 MB/s
write)
3 Catridge Color 2 buah Catridge HP 802
4 Catridge Black 2 buah Catridge HP 803
Styrofoam 100 x 50 x 5cm Medium
5 Reflektor MD 16 2 buah
Density 16

14
Bohlam Hallogen 900
6 2 buah Halogen 900 Watt
Watt
7 Filter Lampu 2 buah Lee Filter CTB 50 x 50 cm
8 Kabel Listrik 1 roll Etherna 2x1.5

H. Talent/Narasumber dan Kru yang Akan Terlibat


Tabel 2.4. Daftar Talent/Narasumber
NO NARASUMBER USIA Keterangan
1 Engkus Al Getuk 34 tahun Narasumber Utama
2 Dadun Supendi 67 tahun Orang Tua Narasumber Utama
Pengelola Grup Facebook “Ayo
3 Leni Utami 47 tahun
Belajar Bahasa Ingris dari 0”
Founder Sahabat
4 Kristiawan Saputra 52 tahun
Kristiawan Peduli
5 Agus Sudrajat 46 tahun Kepala Desa Kerta Angsana
12 s.d. 35
6 Orang Tua/Siswa Masyarakat Umum
tahun

I. Teknik dan Langkah Produksi


Tahapan produksi merupakan serangkaian kegiatan untuk
visualisasi konsep yang sudah tertulis menjadi serangkaian gambar melalui
proses syuting. Sebagaimana karakteristik film dokumenter model
ekspositori, maka pada saat produksi, riset lanjutan akan kembali dilakukan
untuk menemukan key point dari wawancara narasumber. Eksplorasi
narasumber melalui pertanyaan terbuka bertujuan untuk menstimulus
pengetahuan dan spontanitas narasumber ketika memberikan informasi
jawaban di depan kamera. Secara terperinci, teknik dan langkah-langkah
produksi film dokumenter ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji kelayakan peralatan syuting sesuai identifikasi pada saat
menyusun daftar kebutuhan alat
2. Melakukan proses perekaman gambar narasumber utama dan
narasumber pendukung.

15
3. Melakukan pencatatan lapangan dikarenakan dalam proses perekaman
narasumber akan teridentifikasi gambar sisipan (insert shot) yang akan
menunjang informasi yang disampaikan narasumber
4. Mengidentifikasi kebutuhan gambar sisipan untuk melengkapi shot list
gambar yang sudah tersusun pada saat praproduksi
5. Melakukan perekaman gambar sisipan (insert shot) sesuai dengan
naskah dan informasi yang diperoleh dari narasumber
6. Perekaman suara dilakukan secara bersamaan dengan perekaman
gambar. Hal ini dilakukan untuk menjaga suasana (atmosphere)
lingkungan yang sesungguhnya
7. Melakukan editing on camera di lapangan secara simultan ketika
selesai atau jeda perekaman gambar
8. Memutuskan setiap proses perekaman gambar terkait dengan kualitas
dan kesesuaian dengan naskah
9. Mengutamakan keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja, baik
terhadap kru, peralatan, narasumber, dan lingkungan.
10. Selalu mematuhi protokol Kesehatan dengan menerapkan 3M
(memakai masker, mencuci tangan dan sabun dan air mengalir) serta
menjaga jarak dengan menghindari kerumunan, dan yang terakhir
11. Memastikan distribusi video hasil perekaman sampai kepada editor
untuk proses penyuntingan gambar.
J. Finishing (Penyelesaian Akhir)
Pada tahapan paskaproduksi, semua bahan hasil syuting akan
diserahkan kepada editor untuk proses editing. Dalam tahapan editing hasil
rekaman tersebut akan melalui beberapa tahapan, antara lain:
1. Preview. Editor akan melakukan proses ini untuk melihat keseluruhan
materi shoting agar mendapat gambaran shot yang akan digunakan pada
saat editing
2. Logging. Setelah cukup dengan proses review hasil syuting, editor akan
memasukan timecode video sesuai dengan jenis media perekaman

16
3. Capturing. Proses ini bertujuan untuk memindahkan data dari alat
perekaman ke mesin editing (digitizing).
4. Assembling. Shot-shot yang sudah dipindahkan ke mesin editing
selanjutnya disusun sesuai dengan alur naskah
5. Rough Cut. Rough cut adalah proses pemotongan gambar secara kasar
dari rangkaian shot yang tersusun di timeline
6. Final Cut. Editor bersama sutradara akan berdiskusi untuk membuat
keputusan final dari proses editing
7. Picture Lock/Trimming. Pada tahapan ini, susunan shot dalam mesin
editing sudah sesuai dengan konsep naskah yang dirancang pada saat
pra produksi. Selanjutnya editor akan melakukan detail proses
pemotongan gambar melalui perangkat lunak editing
8. Titling. Setelah hasil akhir editing sudah sesuai dengan alur naskah,
maka editor akan memberikan teks informasi berupa judul, Identitas
narasumber, credit title, dsb.
9. Color Grading. Warna dan intensitas cahaya yang belum merata akan
disesuaikan dalam proses koreksi warna atau Color Grading sehingga
memiliki saturasi warna yang homogen.

17
BAB 3. BIAYA, JADWAL KEGIATAN DAN TIM PRODUKSI
A. Anggaran Biaya
Tabel 3.1.Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Vol Biaya (Rp) Jumlah


1. Belanja Bahan
- ATK 2 235.000 470.000
- Memory Card 64 GB 170 MB/s 2 299.000 598.000
- Catridge 803 colour 2 225.000 450.000
- Catridge 802 black 2 215.000 430.000
- Reflektor MD 16 2 170.000 340.000
- Bohlam Hallogen 900 Watt 2 185.000 370.000
- Filter Lampu 2 180.000 360.000
- Kabel Listrik 1 182.000 182.000
2 Belanja Honor
- Honor Narasumber Utama 1 250.000 250.000
- Honor Narasumber Pendukung 5 100.000 500.000
- Honor Produser 1 1.500.000 1.500.000
- Honor Sutradara 1 1.250.000 1.250.000
- Honor Penulis Naskah 1 750.000 750.000
- Honor Penata Kamera 1 750.000 750.000
- Honor Penata Cahaya 1 500.000 500.000
- Honor Penata Suara 1 500.000 500.000
- Honor Director Of Photography 1 1.000.000 1000.000
- Honor Editor 1 500.000 500.000
- Honor Narator 1 250.000 250.000
- Honor Penata Teknik 1 250.000 250.000
- Honor Bagian Akomodasi 1 150.000 150.000
- Honor Pembantu Umum 1 150.000 150.000
3 Belanja Perjalanan
- Transportasi Crew dan Peralatan 1 1.000.000 1.000.000
Jumlah 10.591.000 12.500.000

18
B. Jadwal Kegiatan
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan

Bulan
No Jenis Kegiatan
Juli Agust Sept Okt Nov
1 Tahapan Pra Produksi
1.1. Ide/Gagasan ✓
1.2. Riset Pustaka ✓
1.3. Riset Lapangan ✓
1.4. Pembentukan Tim produksi ✓
1.5. Penulisan Naskah dan Desain

Produksi
1.6. Budgeting ✓
1.7. Jadwal Produksi ✓
1.8. Rapat Produksi ✓
1.9. Persiapan Alat ✓
2 Tahapan Produksi
1.1. Wawancara ✓
1.2. Perekaman Gambar I ✓
1.3. Pengembangan Riset ✓
1.4. Perekaman Gambar II ✓
1.5. Editing On Camera ✓
3 Paskaproduksi
3.1. Editing ✓
3.2. Mixing ✓
3.3. Rendering ✓
3.4. Mastering ✓
3.5. Pembuatan Laporan Akhir ✓

C. Tim Produksi
Tabel 3.3. Tim Produksi

No Susunan Crew Nama


1. Produser Dadan Sutriana
2. Sutradara Sandi Erlan R.
3. Penulis Naskah Sandi Erlan R.
4. Penata Kamera Abdul Aziz
5. Penata Cahaya Firmansyah
6. Penata Suara Muhamad Rahayu
7. Director Of Photography Ihsan Saharudin
8. Editor Dede Pamungkas

19
9. Narator Annisa Nur Safitri
10. Penata Teknik Isep M. Faisal
11. Akomodasi Iman Sulaeman
12. Pembantu Umum Putri Zahrani

20
DAFTAR PUSTAKA

Al Getuk, Engkus. (2019). A Life on Toes. Yogyakarta: Anara Publishing House


Mabruri KN, Anton (2013). Manajemen Produksi Program acara TV format Non
Drama. Jakarta: Grassindo
Mabruri KN, Anton.(2013). Panduan Penulisan Naskah format Acara non Drama,
News dan Sport. Jakarta: Grassindo
M. Romli, Asep Syamsul.(2009). Broadcast Journalism. Bandung: Penerbit
Nuansa
Morissan. (2009).Manajemen Media Penyiaran: Stategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta: Kencana
Naratama, (2004).Menjadi Sutradara Televisi :dengan single dan multi camera.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Pratista, Himawan.(2008) Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Rikarno, Riki. (2015). Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Ekspresi
Seni, 17:11, 29-149
Saung Dokumenter. (2011, April) Tipe-Tipe (Mode) Film Dokumenter. Diakses
dari https://kusendony.wordpress.com/author/kusendony
Trimarsanto, Tonny. (2011) Catatan Proses Membuat Film Dokumenter. Klaten:
Rumah Dokumenter
Wibowo, Fred. (20070).Teknik Produksi Program Televisi.Yogyakarta: Pinus
Book Publisher

21
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Peserta


Biodata Peserta

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Sandi Erlan Rismaya, M.Pd.

2 Jenis Kelamin Laki-Laki


3 Instansi/Sekolah SMK Negeri 1 Sukalarang Sukabumi
4 NIP / NUPTK 198306222009011003
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sukabumi, 22 Juni 1983
6 Alamat E-mail sandierlan2017@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 0813 8061 3997
8 NPWP 35.484.939.0-405.000

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan pengembangan produk kreatif.

Sukabumi 21 Juli 2021

(Sandi Erlan Rismaya)

22
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Rencana Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Vol Biaya (Rp) Jumlah


1. Belanja Bahan
- ATK 2 235.000 470.000
- Memory Card 64 GB 170 MB/s 2 299.000 598.000
- Catridge 803 colour 2 225.000 450.000
- Catridge 802 black 2 215.000 430.000
- Reflektor MD 16 2 170.000 340.000
- Bohlam Hallogen 900 Watt 2 185.000 370.000
- Filter Lampu 2 180.000 360.000
- Kabel Listrik 1 182.000 182.000
2 Belanja Honor
- Honor Narasumber Utama 1 250.000 250.000
- Honor Narasumber Pendukung 5 100.000 500.000
- Honor Produser 1 1.500.000 1.500.000
- Honor Sutradara 1 1.250.000 1.250.000
- Honor Penulis Naskah 1 750.000 750.000
- Honor Penata Kamera 1 750.000 750.000
- Honor Penata Cahaya 1 500.000 500.000
- Honor Penata Suara 1 500.000 500.000
- Honor Director Of Photography 1 1.000.000 1000.000
- Honor Editor 1 500.000 500.000
- Honor Narator 1 250.000 250.000
- Honor Penata Teknik 1 250.000 250.000
- Honor Bagian Akomodasi 1 150.000 150.000
- Honor Pembantu Umum 1 150.000 150.000
3 Belanja Perjalanan
- Transportasi Crew dan Peralatan 1 1.000.000 1.000.000
Jumlah 10.591.000 12.500.000

23
Lampiran 3. Surat Pernyataan Peserta

24
Lampiran 4. Dokumentasi Riset

1. Riset Pustaka

2. Riset Lapangan

25

Anda mungkin juga menyukai