Disusun Oleh :
Haris Syifauddin
51117107
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
DAFTAR TABEL............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1............................................................................. Latar Belakang masa 1
1.2.............................................................................. Identifikasi Masalah 3
1.3.................................................................................... Batasan Masalah 4
1.4.................................................................................. Rumusan Masalah 4
1.5................................................................................... Tujuan Penelitian 4
1.6................................................................................. Manfaat Penelitian 4
1.7............................................................................ Sistematika Penulisan 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................6
2.2 Landasan Koseptual...........................................................................14
2.2.1 Komunikasi Massa...................................................................14
2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi.................................................................15
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa........................................................16
2.2.4 Media Massa.............................................................................17
2.2.5 Jenis-jenis Media Massa...........................................................18
2.2.6 Media Massa Sebagai Film.......................................................18
2.2.6.1 Pengertian Film......................................................................19
2.2.6.2 Jenis-jenis Film......................................................................20
2.2.6.3 Unsur-unsur Film...................................................................21
2.3 Representasi.......................................................................................24
2.4 Solidaritas..........................................................................................26
2.4.1 Solidaritas Mekanik..................................................................26
2.4.2 Solidaritas Organik...................................................................27
2.5 Semiotika...........................................................................................27
2.6 Kerangka Teori..................................................................................29
2.7 Kerangka Pemikiran..........................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................33
3.1 Paradigma Penelitian........................................................................33
3.2 Pendekatan Penelitian.......................................................................34
3.3 Metode Penelitian.............................................................................35
3.4 Sumber Data......................................................................................36
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................36
3.6 TeknikPemilihan Infoman................................................................37
3.7 Informan............................................................................................37
3.8 Lokasi Penelitian...............................................................................39
i
3.9 Waktu Penelitian...............................................................................39
3.10 Teknik Analisis Data........................................................................40
3.11 Keabsahan Data...............................................................................42
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................43
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Studi perfilman boleh dikatakan bidang studi yang relatif baru dan tidak sebanding
dengan proses evolusi teknologinya. Exploitasi studi perfilman yang pernah terjadi pada
dekade 60-70 an di Eropa dan Amerika ternyata tidak banyak membawa perubahan yang
berarti. Hasrat untuk menghasilkan suatu pendekatan yang holistik dalam studi perfilman
yang bersifat multidisipliner dan interdisipliner nampaknya masih berupa angan-angan. Tak
terkecuali bila studi perfilman dilihat dalam konteks Ilmu Komunikasi. Meski film
merupakan bagian integral dalam bidang Ilmu Komunikasi, ternyata kesan “penganak-tirian”
terhadap studi film memang harus diakui. Studi film masih kurang memperoleh perhatian
yang memadai di kalangan para ilmuwan komunikasi. Ini terbukti langkanya bahan-bahan
acuan yang secara khusus mengupas studi perfilman secara umum apalagi yang berkaitan
dengan konteks Ilmu Komunikasi (Budi Irwanto dalam buku Film, ideologi, dan militer
1999:5).
Film merupakan karya seni yang tercipta menjadi sebuah karya dari orang-orang
kreatif dan profesional di bidangnya. Sebagai benda seni film dinilai secara artistik bukan
hanya rasional. Mengapa film sangat digemari oleh semua orang? Karena film bukan hal
yang baru lagi bagi masyarakat. Alasan lainnya, film berarti bagian dari kehidupan
masyarakat modern dan tersedia dalam berbagai wujud, seperti di bioskop, tayangan dalam
televisi, dalam bentuk kaset video, dan piringan laser (laser disc). Film bukan hanya
menyajikan pengalaman yang mengasyikkan, melainkan juga pengalaman hidup sehari-hari
yang dikemas secara menarik.
Alasan alasan khusus mengapa seseorang menyukai film, karena ada unsurnya dalam
usaha manusia untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu, karena film tampak hidup dan
memikat, menonton film dapat dijadikan bagian dari acara-acara kencan antara pria dan
wanita. Hal ini merupakan sasaran utama bagi pembuatan film untuk dapat menghasilkan
produksi film yang dikemas dalam cerita-cerita yang menarik, dan memasukkan nilai-nilai
yang dapat memperkaya batin untuk disuguhkan kepada masyarakat sebagai cerminan kepada
2
hal-hal di dunia ini dengan pemahaman baru. Karena itu film dianggap sebagai suatu wadah
pengekspresian dan gambaran tentang kehidupan sehari-hari.
Film biasanya dibuat dengan banyak tanda (sign). Tanda-tanda yang dipakai pada film
sebagai alat mengartikulasi maksud dan tujuan. Dengan adanya tanda-tanda dalam film,
kadang membuat para penonton kebingungan arti dibalik dari makna tanda itu tersebut, maka
tanda dapat dilihat melalui gambar-gambar dalam film yang dibuat dan merupakan media
massa yang memiliki pesan yang cukup besar bagi masyarakat saat ini. Film juga dapat
digunakan sebagai media komunikasi massa untuk menyalurka pesan-pesan yang terkandung
didalamnya kepada penonton sehingga dapat menghipnotis penonton dan dapat dijangkau
keseluruh lapisan masyarakat.
Semiotika berasal dari bahasa Yunani. Semeion yang berarti tanda. Kemudian
diturunkan dalam bahasa Inggris menjadi Semiotics. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau
semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berprilaku dan berkomunikasi tanda
merupakan unsur terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat
dimengerti. Semiotika atau dalam istilah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (Humanity) memaknai hal-hal (Things). Memaknai (to
signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to
commumicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam
hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179 dalam Sobur, 2009:15).
Menurut Ferdinand de Saussure tanda di bagi menjadi dua yaitu, penanda (signifier)
dan petanda (signified). Penanda ialah sesuatu objek dalam bentuk fisik yang dilihat melalui
panca indra dan pendengaran kita. Sedangkan petanda ialah makna,konsep atau nilai yang
terkandung didalam objek tersebut.
Manusia hakikatnya diciptakan sebagai mahluk sosial. Tidak ada pada manusia yang
bertahan hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Sehingga salimg berintraksi, saling
ketergantungan dan saling membutuhkan. Hal ini dapat digambarkan pada solidaritas
merupakan integrasi, tingkat dan jenis integrasi, yang di tunjukan masyarakat atau kelompok
dengan orang dan teman atau krabat mereka. Dengan kata lain hal tersebut sama dengan
halnya hubungan di dalam masyarakat seperti hubungan sosial bahwa manusia mengikat satu
sama lain. Hal ini biasa digunakan dalam ilmu sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Solidaritas merupakan kesepakatan Bersama dan dukungan, kepentingan dan tanggung jawab
3
antar individu didalam suatu kelompok untuk mewujudkan Tindakan suatu hal yang nyata
atau tujuan yang sama.
Film yang menarik disini adalah high and low 3 final mission yang merupakan film
action yang berasal dari jepang yang banyak mengandung adegan kekerasan pertarungan
antar geng melawan yakuza/mafia dimana bagi yang menonton film ini akan berpersepsi
bahwa film tersebut ialah film tawuran antar geng dan yakuza/mafia. Akan tetapi tidak sedikit
orang yang tahu bahwa setiap film memiliki banyak makna. Salah satunya disini makna
solidaritas dimana di film ini banyak menonjolkan adegan saling tolong-menolong,
Kerjasama tim sehingga timbul rasa solidaritas antar sesama ataupun kepentingan lainnya.
Film high & low 3/final misson yang disutradarai oleh Shigeaki Kubo dan Tsuyoshi
Nakakuki ini adalah film keempat dari high & low sebelumnya, dan merupakan episode
terakhir (film ketiga) yang berfokus pada perang antara organisasi yakuza kuryu group dan
geng SWORD yang dilanjutkan dari cerita sebelumnya yaitu: High&low The Movie,
High&low The Red Rain, dan High&low The Movie 2/ End of Sky. Film ini di umumkan
pada tanggal 18 maret 2017 bersamaan dengan high&low the movie 2/ End of sky dan tayang
perdana di Tokyo jepang pada tanggal 31 oktober 2017. High & low the movie 3 / final
misson menduduki film box office no 1 di jepang menjadikan film terlaris dengan meraup
total 1,31 miliyar yen. Walaupun film ini laris di jepang tetapi sudah tersebar ke seluruh
dunia salah satu nya Indonesia yang Sebagian orang menyukai film ini.
Maka dari itu berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
Representasi Makna Solidaritas dalam Film High & Low The Movie 3 / Final Misson.
Adapun Batasan masalah ini untuk mempersempit atau memperkecil ruang lingkup
dalam mebahas penelitian ini. Peneliti hanya ingin memfokuskan mengenai Representasi
Makna Solidaritas Dalam Film High & Low The Movie 3 / Final Mission.
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan maalah sebagai berikut :
1. Mengetahui makna pesan solidaritas pada gambar atau scene yang terkandung
dalam high & low the movie 3 / final mission.
2. Mengetahui simbol kata-kata dan gerak tubuh sebagai tanda solidaritas yang
dipakai dalam film “high & low the movie 3 / final mission”.
1. Manfaat akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam sekaligus menjadi referensi tentang solidaritas dan manfaat ilmiah
bahwa sebuah film tidak hanya sebagai media hiburan saja tetapi film juga sebagai
5
media pendidikan untuk menyadarkan diri bagi semua pihak serta kalangan
perfilman.
2. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian berguna untuk menambah referensi bagi pihak yang berkompeten
dalam bidang perfilman, terutama praktisi film dan berguna pula untuk
masyarakat sehingga dapat membuat film yang kaya akan makna positif
ketimbang film-film yang lebih menojolkan kekerasan yang akan merusak
karakter bangasa sehingga dapat membangun film yang berkualitas dan positif.
BAB I PENDAHULUAN
Bab dua ini membahas tentang pemaparan teori yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas untuk mendukung penelitian dan juga terdapat
kerangka pemikiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan berbandingan dan acuan dari
penelitian sebelum nya untuk menghindari penjiplakan karya tulis orang lain sehingga
adanya perbedaan focus dan tujuan penelitiannya dan dapat terhindar dari unsur
penjiplakan. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Ayu Purwati Hastim, tahun 2014 dari UIN Alauddin Makassar yang
berjudul “REPRESENTASI MAKNA FILM SURAT KECIL UNTUK
TUHAN”.
Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan merupakan tema dalam
penelitian ini. Masalah yang ditengahkan adalah, 1) bagaimana struktur tanda dalam
Film Surat Kecil Untuk Tuhan, dan 2) bagaimana representasi makna Film Surat
Kecil Untuk Tuhan?
ikon, indeks dan simbol, di mana ketiga struktur tanda tersebut merupakan rangkaian
yang tidak terpisahkan dalam upaya menemukan makna denotatif suatu film. Aspek
ikonik sebagai bagian dari struktur tanda film“ Surat Kecil Untuk Tuhan”
menampilkan berbagai objek visual dan tokoh pemeran. Aspek indeksikal pada film
ini lebih cenderung menunjukkan ragam isyarat (petanda) verbal dan nonverbal dari
situasi, kondisi, maupun ekspresi komunikasi (penanda) yang di perankan oleh para
tokoh. Sedang aspek simbolik pada film ini cenderung merepresentasikan karakter
para tokoh pemeran baik yang bersifat protagonis maupun antagonistik dengan
bebagai situasi dan kondisi peran yang dimainkan oleh para tokoh „Surat Kecil Untuk
Tuhan‟.
Film „Surat Kecil Untuk Tuhan‟ mengandung makna yang sarat dengan nilai
human interest karena film ini diangkat dari kisah nyata seorang perempuan remaja
dalam kondisi mengidap penyakit rhabdomyosarcoma (kanker jaringan lunak).
Dibalik kisah film ini, khalayak penonton dapat memperoleh berbagai pesan/hikmah
dan suatu pembelajaran tentang pentingnya sikap sabar, ikhlas, tawakal/berserah diri,
dan sikap syukur kepada Allah swt atas limpahan rezeki, materi, kesehatan, maupun
dalam keadaan tertimpa musibah seperti yang ditunjukkan dalam film ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk solidaritas hidup antar
sesama TKW Indonesia dalam film minggu pagi di Victoria park Bagaimana makna
pesan solidaritas antar sesama TKW Indonesia di Hong Kong, dalam film minggu
pagi di Victoria park. Dimana ia menggunakan pendekatan kualitatif dimana teori
yang digunakan analisis Semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinad De Saussure.
Menurut pemikiran Saussure, yang paling penting dalam konteks semiotik adalah
pandangannya mengenai tanda, yaitu bahwa letak tanda dalam konteks komunikasi
manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda)
dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang
bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau
dibaca. Signified merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek
mental dari bahasa (Sobur 2002 : 125).
8
Dalam penelitian ini interpretasi pada film akan dilakukan menjadi 3 tahap, yaitu :
pertama, dengan mengidentifikasi dan menganalisis aspek signifier dan signified yang
bekaitan dengan perspektif film dalam memposisikan nilainilai religiusitas di dalam
bahasa visualnya. Kemudian menganalisis makna tandatanda dalam film melalui
uraian yang bersifat menjelaskan untuk mengetahui mengapa muncul representasi
tersebut. Tahap kedua, menganalisis data yang berupa simbol – simbol yang
digunakan dalam film ini. Scene yang akan dipilih dalam analisis nantinya yaitu
melalui tahapan pemilihan potongan-potongan adegan dalam film. Dalam representasi
nilai - nilai solidaritas, hanya mengambil beberapa shot gambar sesuai dengan
representasi nilai - nilai solidaritas, karena tidak semua gambar memuat elemen yang
diobservasi. Shot - shot yang diambil dalam pembahasan ini menunjukkan
representasi nilai-nilai solidaritas sesuai elemen yang akan dikaji. Tahap ketiga, tahap
validitas dengan membandingkan analisis penulis dengan data-data seperti yang ada
dalam teknik pengumpulan data. Tahap validitas data ini penulis menggunakan empat
formula dari sembilan formula yang dikemukakan oleh Andrik Purwasito.
Dalam film ini perempuan sebagai TKW menjadi objek utama dan ditampilkan
dari sisi yang berbeda. Kehidupan mereka terlihat bahagia, dan pribadi TKW
digambarkan adalah sebagai sosok yang penuh dengan keceriaan dan nyaman dengan
pekerjaan yang mereka lakukan. Keceriaan para TKW semakin terlihat ketika mereka
sedang berkumpul di Taman Victoria pada akhir pekan. Satu sisi unik lain yang dapat
dilihat dalam film ini yaitu berbagai ragam gaya hidup TKW saat mereka sedang
berkumpul di Taman Victoria. Salah satunya adalah penampilan dan cara berpakaian
yang berbeda dengan TKW-TKW Indonesia di negara lain. Cara mereka berdandan
lebih ekspresif, gaya berpakaian mereka sangat modis. Selain itu, film ini juga
menampilkan gaya hidup lain dari para TKW. Yaitu fenomena yang membuat mereka
terlilit utang, dan solidaritas yang terbentuk sesama TKW.
3. Bagus Fahmi Weisarkurnai, tahun 2017 dari Universitas Riau yang berjudul
“REPRESENTASI PESAN MORAL DALAM FILM RUDY HABIBIE”.
Penelitian ini berjudul Representasi Pesan Moral Dalam Film Rudy Habibie Karya
Hanung Bramantyo (Analisis Semiotika Roland Barthes). Cerita yang terdapat pada
film tersebut di ambil dari kisah nyata seorang pemuda bernama baharudin jusuf
habibie yang berusaha menciptakan pesawat terbang serta membangun industri
9
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga makna sesuai dengan semiotik
Roland Barthes. Makna denotatif seorang pendaki yang sedang mengikatkan tali rapia
berwarna kuning kepada tangkai pohon. Makna konotatif Dengan mengikatkan tali ke
batang pohon agar teman-temannya mengikuti jalur yang sudah di tandai dengan tali
tersebut. Sedangkan makna mitos/ideologi merupakan sebuah tanda agar tidak
tersesat.
Peneliti memberikan saran bagi para sineas agar dapat membuat sebuah film
dengan mengangkat realitas yang ada di masyarakat ke dalam sebuah film dengan
tampilan yang menarik, dan film tersebut harus mengandung nilai yang dapat
dipahami dengan baik oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Indonesia.
Tabel 2.1
Dari tabel 2.1 mapping penelitian terdahulu yang ada di atas dapat dilihat bahwa
penelitian ini ada dua penelitian yang mendekati dalam penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Ashido Aldorio Simatupang yang berjudul “Makna Solidaritas TKW Dalam
Film Minggu Pagi Di Victoria Park” yang menggunakan analisis semiotika Ferdinand De
Saussure, dan penelitian yang dilakukan oleh Alfiah Siti Destiawati yang berjjudul
“REPRESENTASI SOLIDARITAS PECINTA ALAM DALAM FILM PENCARIAN
TERAKHIR” yang menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ashido Aldorio Simatupang ini memiliki persamaan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti tentang makna solidaritas mengidetifikasi dan
menganalisis penanda (Signifier) dan petanda (Signified) dan kemudian menjelaskan makna
14
tanda-tanda melalui scene potongan adegan yang mengandung makna solidaritas, dan yang
dilakukan oleh Alfiah Siti DEstiawati yaitu meneliti tentang makna solidaritas dengan
maenganalisisi Denotatif, Konotatif, dan Mitos. Menjelaskan makna tanda-tanda melalui
scene/potongan adegan film yang mengandung makna solidaritas. Dengan adanya kedua
penelitian ini dapat membantu peneliti sebagai acuan untuk mendalami lagi makna
Solidaritas yang ada dalam film High & Low The Movie 3/Final Mission melalui
scene/potongan film dengan menggunakan aanalisis semiotika model Fedinad De Saussure
makna taanda-tanda Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified) yang terkandung makna
Solidaritas.
informasi kepada audiens yang heterogen menjadikan media sebagai bagian dari
kekuatan institusi masyarakat. (Littlejohn, 2009:407).
Komunikator dalam komunikasi massa bukanlah hanya satu orang saja tetapi
oleh sekelompok orang yang bekerja sama satu sama lain dalam sebuah Lembaga,
sepeti industri film yang bekerja sama untuk membuat sebuah karya yang
melibatkan sekelompok orang sehingga terjadi kesepakatan Bersama saling
pengertian satusama lain dengan mengolah pesan itu sebagai informasi.
Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum tidak hanya ditunjukan kepada
satu orang saja atau kelompok masyarakat, tetapi di tunjukan kepada khalayak
yang plural atau lebih dari satu. Karena pesan-pesan yang dikemukakan tidak
boleh beersifat khusus.
arah bisa dikatakan sebagai komunikasi yang tidak memberikan kesempatan kepada
pendengar untuk memberikan sanggahan atau tanggapan.
Media massa sebagai alat utama menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat
membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis misalnya pemancar untuk media
elektronik (mekanik atau elektronik). Dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi
massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran
pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering
televisi menyajikan siaran langsung (live) dan bukannya rekaman (recorded).
Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi adalah orang yang sangat
berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi
sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas
agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga
berfungsi menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi
pesan- pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan
pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang
dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang
dilakukan. Bahkan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi
yang akan disebarkan.
Komunikasi massa memiliki fungsi yang terbagi menjadi 5 hal yaitu: fungsi
pengawasan (surveillance), fungsi penafsiran (interpretation), fungsi keterkaitan
(linkage), fungsi penyebaran nilai (transmission of values), dan fungsi hiburan
(entertainment). (Ardianto, 2012:15).
17
Media massa adalah suatu alat dari komunikasi massa sebagai penyampaian
pesan kepada khalayak dengan menggunakan surat kabar, radio, televisi, dan film.
Media massa juga dapat diartikan sebagai sebuah saluran untuk komunikasi
18
dimana ada orang yang mengirimkan dan menerima informasi. Selain itu, yang
dimaksud dengan massa adalah jumlah orang atau khalayak yang menjadi target
penyampaian pesan. Dengan demikian, media massa merupakan saluran
komunikasi yang melibatkan penyebaran informasi yang ditujukan kepada
masyarakat secara luas. (sumber : Markjiar.com).
1. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa paling tua diantara media lainnya,
sebagai infomasi kepada khalayak berupa tulisan guna agar khalayak dapat
membaca surat kabar tentang perisitiwa yang terjadi disekitar.
2. Radio
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang menyalurkan
gagasan dan infomasi dalam bentuk suara.
3. Televisi
Televisi merupakan salah satu media massa audiovisual yang memiliki
pengaruh cukup tinggi bagi khalayak dan penyampaian pesan nya cepat.
4. Film
Film merupakan karangan cerita yang menyajikan cerita tentang kehidupan
manusia yang di perankan oleh tokoh atau pemain film yang melibatkan konflik
dan emosi dimana penonton akan terbawa arus dalam film dan pesan dalam film
akan tersampaikan sesuai dengan kehidupan masyarakat.
Masyarakat masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi
secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk
karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-
kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah
artistik film itu sendiri.
Awal pemunculan film sampai sekarang banyak bermunculan yang makin
terampil dalam membuat, meramu segala unsur untuk membentuk sebuah film.
Dari berbagai pemikiran sineas film yang dituangkan dalam karyanya maka film
dapat digolongkan menjadi film cerita dan non cerita. Film cerita sendiri memiliki
berbagai genre atau jenis film dengan durasi waktu yang berbeda beda pula.
Genre sendiri dapat diartikan sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk
atau isi film itu sendiri. Ada yang menyebutkan film drama, film horor, film
klasikal, film laga atau action, film fiksi ilmiah, dan lain-lain.
1. Film Cerita
Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita.
Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa
manusia. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan
diperuntukkan semua publik di mana saja.
2. Film Berita
Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar
terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik
harus mengandung nilai berita (news value). Film berita sudah tua usianya,
21
lebih tua dari film cerita, bahkan film cerita yang pertama-tama
dipertunjukkan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita. Imitasi
film berita itu semakin lama semakin penting. Oleh karena itu, film berita
kemudian berkembang menjadi film cerita yang kini mencapai
kesempurnaannya.
3. Film Dokumenter
Film dokumenter yaitu sebuah film yang menggambarkan kejadian
nyata, kehidupan dari seseorang, suatu periode dalam kurun sejarah atau
sebuah rekaman dari suatu cara hidup makhluk berbentuk rangkuman
perekaman fotografi berdasarkan kejadian nyata dan akurat. (Effendy,
2000:214). Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa
yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus
mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita untuk dihidangkan kepada
penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Film
berita sering dibuat dalam waktu yang tergesa-gesa. Sedangkan untuk
membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan
perencanaan yang matang.
4. Film Kartun
Film kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang
telah dilukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis.
Rangkaian lukisan setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka
lukisan-lukisan itu menjadi hidup.
Beberapa jenis film diatas merupakan perkembangan yang luar biasa
dalam seni drama yang memasuki dunia perfilman yang semakin
mengalami kemajuan. Film yang sarat dengan simbol-simbol, tanda-tanda,
atau ikon-ikon akan cenderung menjadi film yang penuh tafsir. Ia justru
akan merangsang timbulnya motivasi untuk mengenal suatu inovasi. Film
memiliki kemajuan secara teknis juga mekanis, ada jiwa dan nuansa
didalamnya yang dihidupkan oleh cerita dan skenario yang memikat.
Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan
kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur
22
1. Produser
Unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi atau
pembuatan film adalah produser. Karena produserlah yang menyandang
atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi
film. Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai
hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau
gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan,
serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi
film.
2. Sutradara
Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab
terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana
dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi
sebagai “orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di
dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh
alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah
skenario ke dalam aktivitas produksi.
3. Penulis Skenario
Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang
pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film
itu ditulis dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari
sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas
pengungkapannya. Jadi, penulis skenario film adalah seseorang yang
menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis
penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara
menjadi sebuah karya film.
23
4. Penata kamera
Penata kamera atau popular juga dengan sebutan kameramen adalah
seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan)
gambar di dalam kerja pembuatan film. Karena itu, seorang penata kamera
atau kameramen dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang
menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton melalui gambar
demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Di dalam tim kerja
produksi film, penata kemera memimpin departemen kamera.
5. Penata Artistik
Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk
menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum
suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih
dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat gambaran kasar
adegan demi adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun
berwarna. Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan
sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian,
perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pelaku (pemeran)
film dan lainnya.
6. Penata Musik
Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab
sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata
musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus
memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan
yang disampaikan oleh film.
7. Editor
Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan
ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi
gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas
atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar.
2.3 Representasi
Representasi adalah istilah yang merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi penting dalam
dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan
sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu
diberitakan apa adanya ataukah diburukkan. Kedua, bagaimana representasi tersebut
ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang
menampilkan macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam
25
Representasi merupakan sebuah proses sosial yang berhubungan dengan pola hidup dan
budaya masyarakat tertentu yang memungkinkan terjadinya sebuah perubahan konsep-konsep
ideologi dalam bentuk yang konkret. Hal ini dapat dilihat melalui pandangan-pandangan
hidup kita terhadap beberapa hal.
Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi dalam buku Indiwan Seto
mendefinisikan sebagai berikut: “proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam
beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan
dari tanda yaitu untuk menyambungkan,melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti
diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.
Danesi dalam buku Indiwan Seto mencontohkan representasi fengan sebuah konstruksi X
yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentukkepada suatu materil atau konsep
tentang Y. sebagai contoh misalkan konsep sex diwakili atau ditandai melalui gambar
sepasang sejoli yang sedang berciuman secara romantis.
Menurut Stuart Hall dalam buku Indiwan Seto ada dua hal proses representasi. Pertama,
representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada dikepala kita masing-masing
(peta konseptual), reprsentasi mental masih meupakan suatu yang abstrak. Kedua „bahasa‟
yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep makna yang ada dalam
kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang lazim, supaya kita dapat
menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang suatu dengan tanda dari simbol-simbol
tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk representasi pada
isinya. Representasi dalam media menunjukan pada bagaimana seseorang atau sekelompok,
gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. (Indiwan, 2011:148).
Dalam representasi media, tanda yang akan digunakan untuk melakukan representasi
tentang mengalami sesuatu mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan
kepentingan dalam pencapaian tujuantujuan komunikasi ideologisnya itu yang sementara
26
tanda-tanda lain diabaikan. Maka selama realitas dalam representasi media media tersebut
harus memasukan atau mengeluarkan komponennya dan juga melaukakan pembatasan pada
isu-isu tertentu sehingga mendapatkan realitas yang bermuka banyak bisa dikatakan tidak
bisa representasi realita terutama di media yang benar-benar “benar” atau “nyata”.
Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa
berubah-ubah. Selalui ada pemaknaan baru. Representasi berubah-ubah akibat makna yang
juga setiap waktu terjadi proses negosiasi dalam pemaknaan.
2.4 Solidaritas
Durkheim melihat solidaritas dapat diartikan dalam kesatuan kepentingan, simpati, dll,
sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama. Solidaritas bisa didefinisikan: perasaan atau
ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
Solidaritas adalah integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat atau
kelompok dengan orang dan tetangga mereka Hal ini mengacu pada hubungan dalam
masyarakat . hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain. Istilah ini
umumnya digunakan dalam sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Solidaritas adalah kesepakatan bersama dan dukungan: kepentingan dan tanggung jawab
antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan
tindakan kolektif untuk sesuatu hal. Apa yang membentuk dasar dari solidaritas bervariasi
antara masyarakat. Dalam masyarakat sederhana mungkin terutama berbasis di sekitar nilai-
nilai kekerabatan dan berbagi. Dalam masyarakat yang lebih kompleks terdapat berbagai teori
mengenai apa yang memberikan kontribusi rasa solidaritas sosial. Bentuk-bentuk pokok
solidaritas social :
Solidaritas mekanik adalah rasa solidaritas yang kuat didasarkan pada suatu kesadaran
Kolektif yang menunjuk totalitas terhadap kepercayaan-kepercayaan yang sama di
masyarakat seperti pekerjaan yang sama, pengalaman yang sama dan norma-norma yang
dianut sama pula sehingga sifat-sifat individualistiknya juga berkurang.
Pada dasarnya masyarakat ditandai oleh solidaritas mekanik adalah kesatuan karena
yang ada pada sekitarnya adalah sama. Sehingga terbebentuklah suatu ikatan yang
mengikat diantara orang-orang karena mereka semua terlibat dalam kegiatan yang hampir
27
sama satu dengan yang lainnya. Seperti ggotong royong warga biasanya rata-tata orang
yang melakukan ini biasannya di perdesaan, dan saling membantu dengan sesama secara
sukarela.
2.5 Semiotika
Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia
dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak
hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Ada dua jenis semiotika sampai saat ini, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika
signifikansi. Pada jenis yang pertama menekankan tentang teori pada produksi tanda yang
salah satu diantaranya menandakan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,
penerima kode, sistem kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan).
Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks
tertentu.
Pada jenis yang kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya,
yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada
penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya.
Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah
perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada
28
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah
hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini
mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa,
wacana, dari bentuk-bentuk non verbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda
berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang
tanda merujuk pada semiotika.
Dengan tanda-tanda, kita mencoba mencari keteraturan di dunia ini, setidaknya agar kita
mempunyai sedikit pegangan. Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengajarkan kita
bagaimana menguraikan aturan-aturan tersebut dan membawanya pada sebuah kesadaran.
Dengan semiotika berarti kita berurusan dengan tanda. Semiotika adalah, teori tentang
tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki
semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ‘tanda-tanda’ dan berdasarkan
pada signs system (code) sistem tanda. Hjelmslev (dalam Christomy, 2001:7) mendefinisikan
tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi dan wahana isi”. Charles Sanders
Pierce (dalam Littlejohn, 1996:64) mendefinisikan semiosis sebagai ”a relationship among a
sign, an object, and meaning” (suatu hubungan diatara tanda, objek, dan makna).
Pada berbagai definisi diatas adalah bahwa para ahli melihat semiotika itu sebagai ilmu
atau proses yang berhubungan dengan tanda. Namun jika kita perhatikan, definisi yang
diberikan Morris terlampau luas, sehingga terkesan meliputi sejumlah besar proses, dari
tarian lebah sampai pembacaan sebuah novel.
Kata semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani, simeion yang berarti tanda atau seme
yang berarti penafsir tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika,
retorika, poetika. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api.
Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti
pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanyalah mengemban arti dalam kaitannya dengan
29
pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai
dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan.
Sebuah teks, apakah itu surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi, pidato presiden, poster
politik, komik, kartun, dan semua hal yang mungkin terjadi tanda bisa dilihat dalam aktifitas
penanda yakni, suatu proses signifikansi yang menggunakan tanda yang menghubungkan
objek dan interpretasi.
Istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
“tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial
yang terbentuk sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Sobur, 2000:16).
Pengertian “tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan
sebagai tanda (Sobur, 2001:36). Semiotik juga diartikan sebagai ilmu tanda (sign) dan
segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain,
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Zoest,
1991:15).
memasuki bilik-bilik makna yang tersimpan dalam suatu teks. Berkenaan dengan
studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda
(sign) (Hidayat dalam Sobur, 2001:163-164). Terdapat tiga aspek penting dalam studi
semiotik, yaitu:
30
1. Studi tentang tanda itu sendiri, yaitu berkaitan dengan berbagai tanda yang
berbeda. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh
orang-orang yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi ini berkaitan
dengan beragam kode berbeda dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
3. Budaya dimana kode dan lambang tersebut beroperasi.
Menurut pemikiran Saussure, yang paling penting dalam konteks semiotik adalah
pandangannya mengenai tanda, yaitu bahwa letak tanda dalam konteks komunikasi
manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan
signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna
(aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified
merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa (Sobur
2002 : 125).
Pendekatan terhadap tanda–tanda menurut Ferdinand De Saussure (1857 – 1913) yang
menyatakan bahwa tanda–tanda disusun dari dua elemen yaitu aspek citra tentang bunyi
(semacam kata atau representasi visual dan sebuah konsep dimana citra bunyi
disandarkan). Saussure juga menambahkan bahwa kombinasi konsep dan citra bunyi
sebagai tanda, namun dalam penggunaan dengan menggunakan istilah umum yaitu
menggunakan citra bunyi saja.
Menurut Saussure, tanda linguistik memiliki dua sisi, yakni ‘penanda’ (Signifier) dan
‘petanda’ (signified). Saussure berpendapat bahwa sebuah tanda adalah ibarat sehelai
kertas yang memiliki dua sisi, sisi yang pertama adalah ‘penanda’ dan sisi yang lainnya
adalah ‘petanda’. Di sini penanda adalah ‘aspek material’ dari sebuah tanda, sedangkan
‘petanda’ adalah ‘konsep’ dari sebuah tanda. Aspek material dari sebuah tanda muncul
ketika kita menangkap bunyi orang yang berbicara.
Oleh Saussure penanda verbal disebut sebagai ‘citra bunyi’ atau sound image. Jika
seseorang menyebutkan kata ‘pohon’ maka tanggapan orang lain yang mendengar kata
tersebut bukanlah tentang pohon yang sesungguhnya tetapi sebuah konsep tentang
‘kepohonan’. Menurut Saussure, hubungan yang terjadi antara ‘penanda’ dan ‘petanda’
adalah sewenang -wenang (arbitrary), yaitu, soal kebetulan dan kesepakatan. Ini tidak
berarti pemilihan ‘penanda’ diserahkan sepenuhnya kepada pembicara, melainkan “tidak
31
Komunikasi massa adalah proses komunikasi menggunakan media massa khusus nya film
dimana memiliki tanda atau simbol di dalam film sehingga muncul lah pemaknaan salah
satunya yaitu solidaritas yang terbagi menjadi dua yaitu mekanik dan orgnik sehingga
muncullah pemaknaan solidaritas.
32
Komunikasi Massa
Makna Solidaritas
jjjpoj
Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran
33
BAB III
METODE PENELITIAN
untuk memenuhi seluruh tujuan-tujuan dari para konglomerat media serta pemangku
kepentingan melalui tayangan-tayangan pada media massa. Indiwan Setyo Wahyu
Wibowo dalam bukunya, Semiotika Komunikasi mengungkapkan:
“...media dikuasai oleh kelompok dominan, dimana realitas yang sebenarnya
telah mengalami distorsi dan palsu. Oleh karena itu, penelitian media dalam
perspektif kritis terutama diarahkan untuk membongkar kenyataan yang telah
diselewengkan dan dipalsukan oleh kelompok dominan kepentingannya (2011:53).”
penanda dan petanda dalam film yang dilihat melalui gambar dalam film yang
mengandung makna solidaritas.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian melalui
dua sumber (Lofland dalam buku Moleong 2016:157).
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
4. Studi Pustaka
1. Mereka yang mengetahui tentang film “High & Low The Movie 3/Final
Mission
2. Mereka yang Terlibat dalam Film “High & Low The Movie 3/Final
Mission
3. Mereka yang mengetahui tentang solidaritas dalam Film “High & Low
The Movie 3/Final Mission”.
38
3.7 Informan
Pada penelitian ini, peneliti akan memaparkan gambaran umum mengenai informan
yang terlibat. Peneliti memilih seorang repper dan kritikus Film yang mengetahui
jalannya film “High & Low The Movie 3/Final Mission” dan penonton film “High &
Low The Movie 3/Final Mission” serta penjelasan pada keterangan BAB III mengenai
pemilihan informan.
3.7.1 Utamaru
Utamaru berusia 51 tahun yang berasal dari Tokyo jepang sebagai kritikus
film dan Rapper di jepang utamaru memberikan pernyataan kriritis terkait film
“high & Low The Movie 3/Final Mission dimana ia sangat memahami terkait film
dan sekaligus sebagai repper ia pun tau tentang music apalagi di film tersebut
mengandung banyak music sebagai icon. Film tersebut.
Sigeaki beusia 47 tahun yang berasal dari tokyo jepang yang memiliki peran
sebagai sutradara dalam film “high & Low The Movie 3/Final Mission” yang
bertugas sangat penting dalam film dimana ia bertanggung jawab atas berjalannya
film dan kualitas serta alur cerita film untuk menarik penonton karena peneliti
ingin tau tentang film “high & Low The Movie 3/Final Mission”.
Imam Fajri Setiawan biasa di panggil Imam berusia 23 yang beralamatkan dii
Bumi Agung Permai 1 blok L4 no 16. Sebagai penonton dan penggemar film
“high & Low The Movie 3/Final Mission”. Peneliti memulih penonton sebagai
informan untuk mengetahui makna soliaritas dalam film tersebut.
Tabel 3.7
Informan
No Nama Keterangan
1 Utamaru Pengamat Film
2 Sigeaki Kubo Sutradara Film
3 Imam Fajri Setiawan Penonton
4 Iman Adhi Putra Penonton
Informan yang diwawancarai pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan
yang berkaitan dengan film seperti pengamat film dan sutradara karena sutradara
bertanggung jawab terhadap film dan penonton atau penggemar film dimana ia memberikan
informasi terkait film dan makna dari film tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di rumah tepatnya di Bumi agung Permai 1 Kota Serang
Lokasi ini dipilih berdasarkan infoman yang akan diwawancarai terkait film “High & Low
The Movie 3/Final Mission”. Serta mengharuskan peneliti mengikuti protokol Kesehatan
COVID-19 mengurangi keluar rumah jadi tetap dirumah saja.
Tabel 3.9
Waktu penelitian
No Tanggal/Tahun Kegiatan
1 7 Desember 2020 Pengajuan Judul
2 12 Januari 2021 Pengumpulan Data
40
nalisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena
dengan analisis, data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2001:103) “Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data”.
Dari rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data bermaksud
pertama-tama mengorganisasikan data yang diperoleh. Lebih lanjut Lexy J. Moleong
(2001:104) menjelaskan bahwa “Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut
bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori
substantif”.
1. Redaksi Data
dan mengatur data sehingga simpulan penelitain dapat dilakukan, penerapan ini juga
berkaitan dengan teori Teori Semiotika Ferdinand de Sausurre dan Semiotika Visual,
dimana dengan melakukan pemilahan dalam sebuah sign antara apa yang disebut
signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna
atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang
ditulis atau dibaca. Signified merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep
aspek mental dari bahasa (Sobur 2002 : 125).
2. Sajian Data
Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan
sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan
memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini mengacu pada rumusan masalah
yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab
permasalahan yang ada.
a. Data yang berupa film High & Low The Movie 3/Final Mission dan hasil
wawancara dikelompokan dalam masalah-masalah yang akan dikaji sesuai
tujuan penelitian.
b. Data yang sudah dikelompokan tersebut kemudian dibuat tabel abstraksi yang
memuat pernyataan lebih sederhana, lebih terfokus dan bermakna.
c. Peneliti kemudian melihat gambaran-gambaran atau bagian-bagian tertentu
dari hasil penilitian tentang film High & Low The Movie 3/Final Mission.
42
1. Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Metode
Yaitu 2 cara untuk mengecek dan mengumpulkan data dengan penemuan hasil
peneliti dan sumber data yang lain.
3. Triangulasi Penyidik
4. Tringulasi Teori
Yaitu fakta berupa data yang sudah didapatkan tidak dapat dianalisis dengan
satu atau lebih teori yang ada.
43
Daftar Pustaka
Biran, Misbach Yusa, 2006, Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Sesuai Pengantar
Praktis, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Burton, Graeme, 2008, Yang Tersembunyi Dibalik Media, Pengantar Kepada Kajian
Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.
Effendy, Heru, 2002, Mari Membuat Film, Panduan Menjadi Produser, Yogyakarta:
Panduan dan Yayasan Konfiden.
Farid, Novin, 2008, Audio Visual Communications, Jurnal Komunikasi, Vol IV, No.
5.
Kurnia, Novi, Irawanto, Budi dan Rahayu, 2004, Menguak Peta Perfilman di
Indonesia, Pemetaan Perfilman Indonesia Tahap Kedua, Yogyakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Saptaria, Rikrik El, 2006, Acting Handbook. Panduan Praktis Untuk Film & Teater,
Bandung: Rekayasa Sains.
Siregar, Ashadi, Pasaribu, Rondang dan Prihastuti, Ismay, 2000, Eksplorasi Gender di
Ranah Jurnalisme dan Hiburan, Yogyakarta: Yayasan Galang.
Sobur, Alex, 2006, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik,dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
44
Sumber Lain
Skripsi :
Hastim,ayu purwati, 2014, Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan,
skripsi, jurusan ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makasar.
Simatupang, ashido aldorio, 2011, Makna Solidaritas TKW Dalam Film Minggu pagi Di
Victoria park, Skrippsi, Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta.