Anda di halaman 1dari 47

REPRESENTASI MAKNA SOLIDARITAS DALAM FILM “HIGH & LOW THE

MOVIE 3/FINAL MISSON

(ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAD DE SAUSSURE)

Diajukan untuk memenuhi prasyarat mencapai gelar Sarjana Strata (S-1)

Pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Broadcasting


Universitas Serang Raya

Disusun Oleh :

Haris Syifauddin

51117107

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL, ILMU POLITIK DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
DAFTAR TABEL............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1............................................................................. Latar Belakang masa 1
1.2.............................................................................. Identifikasi Masalah 3
1.3.................................................................................... Batasan Masalah 4
1.4.................................................................................. Rumusan Masalah 4
1.5................................................................................... Tujuan Penelitian 4
1.6................................................................................. Manfaat Penelitian 4
1.7............................................................................ Sistematika Penulisan 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................6
2.2 Landasan Koseptual...........................................................................14
2.2.1 Komunikasi Massa...................................................................14
2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi.................................................................15
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa........................................................16
2.2.4 Media Massa.............................................................................17
2.2.5 Jenis-jenis Media Massa...........................................................18
2.2.6 Media Massa Sebagai Film.......................................................18
2.2.6.1 Pengertian Film......................................................................19
2.2.6.2 Jenis-jenis Film......................................................................20
2.2.6.3 Unsur-unsur Film...................................................................21
2.3 Representasi.......................................................................................24
2.4 Solidaritas..........................................................................................26
2.4.1 Solidaritas Mekanik..................................................................26
2.4.2 Solidaritas Organik...................................................................27
2.5 Semiotika...........................................................................................27
2.6 Kerangka Teori..................................................................................29
2.7 Kerangka Pemikiran..........................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................33
3.1 Paradigma Penelitian........................................................................33
3.2 Pendekatan Penelitian.......................................................................34
3.3 Metode Penelitian.............................................................................35
3.4 Sumber Data......................................................................................36
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................36
3.6 TeknikPemilihan Infoman................................................................37
3.7 Informan............................................................................................37
3.8 Lokasi Penelitian...............................................................................39

i
3.9 Waktu Penelitian...............................................................................39
3.10 Teknik Analisis Data........................................................................40
3.11 Keabsahan Data...............................................................................42
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................43

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Studi perfilman boleh dikatakan bidang studi yang relatif baru dan tidak sebanding
dengan proses evolusi teknologinya. Exploitasi studi perfilman yang pernah terjadi pada
dekade 60-70 an di Eropa dan Amerika ternyata tidak banyak membawa perubahan yang
berarti. Hasrat untuk menghasilkan suatu pendekatan yang holistik dalam studi perfilman
yang bersifat multidisipliner dan interdisipliner nampaknya masih berupa angan-angan. Tak
terkecuali bila studi perfilman dilihat dalam konteks Ilmu Komunikasi. Meski film
merupakan bagian integral dalam bidang Ilmu Komunikasi, ternyata kesan “penganak-tirian”
terhadap studi film memang harus diakui. Studi film masih kurang memperoleh perhatian
yang memadai di kalangan para ilmuwan komunikasi. Ini terbukti langkanya bahan-bahan
acuan yang secara khusus mengupas studi perfilman secara umum apalagi yang berkaitan
dengan konteks Ilmu Komunikasi (Budi Irwanto dalam buku Film, ideologi, dan militer
1999:5).

Film merupakan karya seni yang tercipta menjadi sebuah karya dari orang-orang
kreatif dan profesional di bidangnya. Sebagai benda seni film dinilai secara artistik bukan
hanya rasional. Mengapa film sangat digemari oleh semua orang? Karena film bukan hal
yang baru lagi bagi masyarakat. Alasan lainnya, film berarti bagian dari kehidupan
masyarakat modern dan tersedia dalam berbagai wujud, seperti di bioskop, tayangan dalam
televisi, dalam bentuk kaset video, dan piringan laser (laser disc). Film bukan hanya
menyajikan pengalaman yang mengasyikkan, melainkan juga pengalaman hidup sehari-hari
yang dikemas secara menarik.

Alasan alasan khusus mengapa seseorang menyukai film, karena ada unsurnya dalam
usaha manusia untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu, karena film tampak hidup dan
memikat, menonton film dapat dijadikan bagian dari acara-acara kencan antara pria dan
wanita. Hal ini merupakan sasaran utama bagi pembuatan film untuk dapat menghasilkan
produksi film yang dikemas dalam cerita-cerita yang menarik, dan memasukkan nilai-nilai
yang dapat memperkaya batin untuk disuguhkan kepada masyarakat sebagai cerminan kepada
2

hal-hal di dunia ini dengan pemahaman baru. Karena itu film dianggap sebagai suatu wadah
pengekspresian dan gambaran tentang kehidupan sehari-hari.

Film biasanya dibuat dengan banyak tanda (sign). Tanda-tanda yang dipakai pada film
sebagai alat mengartikulasi maksud dan tujuan. Dengan adanya tanda-tanda dalam film,
kadang membuat para penonton kebingungan arti dibalik dari makna tanda itu tersebut, maka
tanda dapat dilihat melalui gambar-gambar dalam film yang dibuat dan merupakan media
massa yang memiliki pesan yang cukup besar bagi masyarakat saat ini. Film juga dapat
digunakan sebagai media komunikasi massa untuk menyalurka pesan-pesan yang terkandung
didalamnya kepada penonton sehingga dapat menghipnotis penonton dan dapat dijangkau
keseluruh lapisan masyarakat.

Semiotika berasal dari bahasa Yunani. Semeion yang berarti tanda. Kemudian
diturunkan dalam bahasa Inggris menjadi Semiotics. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau
semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berprilaku dan berkomunikasi tanda
merupakan unsur terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat
dimengerti. Semiotika atau dalam istilah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (Humanity) memaknai hal-hal (Things). Memaknai (to
signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to
commumicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam
hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179 dalam Sobur, 2009:15).

Menurut Ferdinand de Saussure tanda di bagi menjadi dua yaitu, penanda (signifier)
dan petanda (signified). Penanda ialah sesuatu objek dalam bentuk fisik yang dilihat melalui
panca indra dan pendengaran kita. Sedangkan petanda ialah makna,konsep atau nilai yang
terkandung didalam objek tersebut.

Manusia hakikatnya diciptakan sebagai mahluk sosial. Tidak ada pada manusia yang
bertahan hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Sehingga salimg berintraksi, saling
ketergantungan dan saling membutuhkan. Hal ini dapat digambarkan pada solidaritas
merupakan integrasi, tingkat dan jenis integrasi, yang di tunjukan masyarakat atau kelompok
dengan orang dan teman atau krabat mereka. Dengan kata lain hal tersebut sama dengan
halnya hubungan di dalam masyarakat seperti hubungan sosial bahwa manusia mengikat satu
sama lain. Hal ini biasa digunakan dalam ilmu sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Solidaritas merupakan kesepakatan Bersama dan dukungan, kepentingan dan tanggung jawab
3

antar individu didalam suatu kelompok untuk mewujudkan Tindakan suatu hal yang nyata
atau tujuan yang sama.

Film yang menarik disini adalah high and low 3 final mission yang merupakan film
action yang berasal dari jepang yang banyak mengandung adegan kekerasan pertarungan
antar geng melawan yakuza/mafia dimana bagi yang menonton film ini akan berpersepsi
bahwa film tersebut ialah film tawuran antar geng dan yakuza/mafia. Akan tetapi tidak sedikit
orang yang tahu bahwa setiap film memiliki banyak makna. Salah satunya disini makna
solidaritas dimana di film ini banyak menonjolkan adegan saling tolong-menolong,
Kerjasama tim sehingga timbul rasa solidaritas antar sesama ataupun kepentingan lainnya.

Film high & low 3/final misson yang disutradarai oleh Shigeaki Kubo dan Tsuyoshi
Nakakuki ini adalah film keempat dari high & low sebelumnya, dan merupakan episode
terakhir (film ketiga) yang berfokus pada perang antara organisasi yakuza kuryu group dan
geng SWORD yang dilanjutkan dari cerita sebelumnya yaitu: High&low The Movie,
High&low The Red Rain, dan High&low The Movie 2/ End of Sky. Film ini di umumkan
pada tanggal 18 maret 2017 bersamaan dengan high&low the movie 2/ End of sky dan tayang
perdana di Tokyo jepang pada tanggal 31 oktober 2017. High & low the movie 3 / final
misson menduduki film box office no 1 di jepang menjadikan film terlaris dengan meraup
total 1,31 miliyar yen. Walaupun film ini laris di jepang tetapi sudah tersebar ke seluruh
dunia salah satu nya Indonesia yang Sebagian orang menyukai film ini.

Maka dari itu berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
Representasi Makna Solidaritas dalam Film High & Low The Movie 3 / Final Misson.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti telah mengidentifikasi masalah


sebagai berikut :
1. penonton kebingungan arti dibalik dari makna tanda itu tersebut, maka tanda
dapat dilihat melalui gambar-gambar dalam film yang dibuat dan merupakan
media massa yang memiliki pesan yang cukup besar bagi masyarakat saat ini.
2. film yang berfokus pada kekerasan
3. belum adanaya makna nilai-nilai solidaritas secara analisis semiotika.
4

1.3 Batasan Masalah

Adapun Batasan masalah ini untuk mempersempit atau memperkecil ruang lingkup
dalam mebahas penelitian ini. Peneliti hanya ingin memfokuskan mengenai Representasi
Makna Solidaritas Dalam Film High & Low The Movie 3 / Final Mission.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahah berdasarkan latar belakang sebagai berikut :


1. Bagaimana makna solidaritas di dalam film “High & low The Movie 3 / Final
Misson” bila ditinjau menggunakan analisis Semiotika ?
2. Apa saja nilai-nilai solidaritas yang kita ambil dari film tersebut ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan maalah sebagai berikut :

1. Mengetahui makna pesan solidaritas pada gambar atau scene yang terkandung
dalam high & low the movie 3 / final mission.
2. Mengetahui simbol kata-kata dan gerak tubuh sebagai tanda solidaritas yang
dipakai dalam film “high & low the movie 3 / final mission”.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian untuk akademisi dan praktisi sebagai berikut :

1. Manfaat akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam sekaligus menjadi referensi tentang solidaritas dan manfaat ilmiah
bahwa sebuah film tidak hanya sebagai media hiburan saja tetapi film juga sebagai
5

media pendidikan untuk menyadarkan diri bagi semua pihak serta kalangan
perfilman.

2. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian berguna untuk menambah referensi bagi pihak yang berkompeten
dalam bidang perfilman, terutama praktisi film dan berguna pula untuk
masyarakat sehingga dapat membuat film yang kaya akan makna positif
ketimbang film-film yang lebih menojolkan kekerasan yang akan merusak
karakter bangasa sehingga dapat membangun film yang berkualitas dan positif.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman tentang proposal penelitian ini, peneliti Menyusun ke


dalam tiga bab dengan susunan secara garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu ini menguraikan penjabaran mengenai Latar Belakang


Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Uraian pada bab ini dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus menuju
umum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab dua ini membahas tentang pemaparan teori yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas untuk mendukung penelitian dan juga terdapat
kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini berisikan pemaparan mengenai Langkah-langkah


yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukan.
Didalamnya berisikan metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,
6

subjek penelitian, definisi operasional variabel, instrument penelitian,


teknik pengumpulan data dan analisis

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan berbandingan dan acuan dari
penelitian sebelum nya untuk menghindari penjiplakan karya tulis orang lain sehingga
adanya perbedaan focus dan tujuan penelitiannya dan dapat terhindar dari unsur
penjiplakan. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Ayu Purwati Hastim, tahun 2014 dari UIN Alauddin Makassar yang
berjudul “REPRESENTASI MAKNA FILM SURAT KECIL UNTUK
TUHAN”.

Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan merupakan tema dalam
penelitian ini. Masalah yang ditengahkan adalah, 1) bagaimana struktur tanda dalam
Film Surat Kecil Untuk Tuhan, dan 2) bagaimana representasi makna Film Surat
Kecil Untuk Tuhan?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode


kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika model Charles Sander Peirce.
Sementara aspek teoritis yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan teori
tanda dan makna Charles Sanders Peirce, kategori film, dan aplikasi analisis
semiotika pada film.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat tanda-tanda sinematik/ film


yang signifikan dan bersifat struktural dalam film “Surat Kecil Untuk Tuhan”.
Struktur tanda film yang di maksud relevan dengan perspektif teoretis semiotika
Charles Sanders Peirce, yang menganalisis teks/pesan media (film) dalam dimensi
7

ikon, indeks dan simbol, di mana ketiga struktur tanda tersebut merupakan rangkaian
yang tidak terpisahkan dalam upaya menemukan makna denotatif suatu film. Aspek
ikonik sebagai bagian dari struktur tanda film“ Surat Kecil Untuk Tuhan”
menampilkan berbagai objek visual dan tokoh pemeran. Aspek indeksikal pada film
ini lebih cenderung menunjukkan ragam isyarat (petanda) verbal dan nonverbal dari
situasi, kondisi, maupun ekspresi komunikasi (penanda) yang di perankan oleh para
tokoh. Sedang aspek simbolik pada film ini cenderung merepresentasikan karakter
para tokoh pemeran baik yang bersifat protagonis maupun antagonistik dengan
bebagai situasi dan kondisi peran yang dimainkan oleh para tokoh „Surat Kecil Untuk
Tuhan‟.

Film „Surat Kecil Untuk Tuhan‟ mengandung makna yang sarat dengan nilai
human interest karena film ini diangkat dari kisah nyata seorang perempuan remaja
dalam kondisi mengidap penyakit rhabdomyosarcoma (kanker jaringan lunak).
Dibalik kisah film ini, khalayak penonton dapat memperoleh berbagai pesan/hikmah
dan suatu pembelajaran tentang pentingnya sikap sabar, ikhlas, tawakal/berserah diri,
dan sikap syukur kepada Allah swt atas limpahan rezeki, materi, kesehatan, maupun
dalam keadaan tertimpa musibah seperti yang ditunjukkan dalam film ini.

2. Ashido Aldorio Simatupang, tahun 2011 dari Universitas Pembangunan


Nasional “Veteran” Yogyakarta yang berjudul: Makna Solidaritas TKW
Dalam Film “Minggu Pagi Di Victoria Park”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk solidaritas hidup antar
sesama TKW Indonesia dalam film minggu pagi di Victoria park Bagaimana makna
pesan solidaritas antar sesama TKW Indonesia di Hong Kong, dalam film minggu
pagi di Victoria park. Dimana ia menggunakan pendekatan kualitatif dimana teori
yang digunakan analisis Semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinad De Saussure.

Menurut pemikiran Saussure, yang paling penting dalam konteks semiotik adalah
pandangannya mengenai tanda, yaitu bahwa letak tanda dalam konteks komunikasi
manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda)
dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang
bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau
dibaca. Signified merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek
mental dari bahasa (Sobur 2002 : 125).
8

Dalam penelitian ini interpretasi pada film akan dilakukan menjadi 3 tahap, yaitu :
pertama, dengan mengidentifikasi dan menganalisis aspek signifier dan signified yang
bekaitan dengan perspektif film dalam memposisikan nilainilai religiusitas di dalam
bahasa visualnya. Kemudian menganalisis makna tandatanda dalam film melalui
uraian yang bersifat menjelaskan untuk mengetahui mengapa muncul representasi
tersebut. Tahap kedua, menganalisis data yang berupa simbol – simbol yang
digunakan dalam film ini. Scene yang akan dipilih dalam analisis nantinya yaitu
melalui tahapan pemilihan potongan-potongan adegan dalam film. Dalam representasi
nilai - nilai solidaritas, hanya mengambil beberapa shot gambar sesuai dengan
representasi nilai - nilai solidaritas, karena tidak semua gambar memuat elemen yang
diobservasi. Shot - shot yang diambil dalam pembahasan ini menunjukkan
representasi nilai-nilai solidaritas sesuai elemen yang akan dikaji. Tahap ketiga, tahap
validitas dengan membandingkan analisis penulis dengan data-data seperti yang ada
dalam teknik pengumpulan data. Tahap validitas data ini penulis menggunakan empat
formula dari sembilan formula yang dikemukakan oleh Andrik Purwasito.

Dalam film ini perempuan sebagai TKW menjadi objek utama dan ditampilkan
dari sisi yang berbeda. Kehidupan mereka terlihat bahagia, dan pribadi TKW
digambarkan adalah sebagai sosok yang penuh dengan keceriaan dan nyaman dengan
pekerjaan yang mereka lakukan. Keceriaan para TKW semakin terlihat ketika mereka
sedang berkumpul di Taman Victoria pada akhir pekan. Satu sisi unik lain yang dapat
dilihat dalam film ini yaitu berbagai ragam gaya hidup TKW saat mereka sedang
berkumpul di Taman Victoria. Salah satunya adalah penampilan dan cara berpakaian
yang berbeda dengan TKW-TKW Indonesia di negara lain. Cara mereka berdandan
lebih ekspresif, gaya berpakaian mereka sangat modis. Selain itu, film ini juga
menampilkan gaya hidup lain dari para TKW. Yaitu fenomena yang membuat mereka
terlilit utang, dan solidaritas yang terbentuk sesama TKW.

3. Bagus Fahmi Weisarkurnai, tahun 2017 dari Universitas Riau yang berjudul
“REPRESENTASI PESAN MORAL DALAM FILM RUDY HABIBIE”.

Penelitian ini berjudul Representasi Pesan Moral Dalam Film Rudy Habibie Karya
Hanung Bramantyo (Analisis Semiotika Roland Barthes). Cerita yang terdapat pada
film tersebut di ambil dari kisah nyata seorang pemuda bernama baharudin jusuf
habibie yang berusaha menciptakan pesawat terbang serta membangun industri
9

dirgantara Indinesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pesan


moral dalam film rudy Habibie dipresentasikan yang kemudian menghasilkan pesan
moral seperti hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan tuhan,
serta hubungan manusia dengan lingkungan sosial.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan analisis


semiotika Roland Barthes, mengambil subjek yang difokuskan kepada Tokoh Rudy
dengan dilihat melalui segi Denotasi (signifier) menjelaskan hubungan penanda dan
petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit. Konotasi (signified)
menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada non realitas, menghasilkan makna
implisit dan Mitos (myth) menjelaskan kebiasaan dan kepercayaan yang berlaku
didalam masyarakat. Dalam penelitian ini scene dibagi menjadi 3 bagian yaitu
hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan tuhan, hubungan
manusia dengan lingkungan sosial dengan 11 scene unit analisis data. Pengumpulan
data dengan menentukan korpus yang terdapat dalam film tersebut sesuai dengan
kategorisasi yang sudah ditentukan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa representasi pesan moral di


dalam film Rudy Habibie ini adalah. Pertama, melihat hubungan manusia dengan
tuhan. Kedua, melihat hubungan manusia dengan manusia. Ketiga, melihat hubungan
manusia dengan lingkungan sosial.

4. Alfiah Siti Destiawati, tahun 2015 dari Universitas Komputer Indonesia


Bandung dengan judul “REPRESENTASI SOLIDARITAS PECINTA
ALAM DALAM FILM PENCARIAN TERAKHIR”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi solidaritas pecinta alam


dalam film Pencarian Terakhir. Untuk menjelaskannya, maka fokus masalah tersebut
peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu makna denotatif,
makna konotatif, dan makna mitos/ideologi dalam film Pencarian Terakhir.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis


semiotika Roland Barthes untuk mengetahui denotatif, konotatif, dan mitos/ideologi
yang tersembunyi dalam film tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
studi dokumentasi, studi pustaka, penelusuran data online, dan observasi. Objek yang
dianalisis merupakan scene yang terdapat dalam film Pencarian Terakhir dengan
mengambil sepuluh scene.
10

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga makna sesuai dengan semiotik
Roland Barthes. Makna denotatif seorang pendaki yang sedang mengikatkan tali rapia
berwarna kuning kepada tangkai pohon. Makna konotatif Dengan mengikatkan tali ke
batang pohon agar teman-temannya mengikuti jalur yang sudah di tandai dengan tali
tersebut. Sedangkan makna mitos/ideologi merupakan sebuah tanda agar tidak
tersesat.

Kesimpulan yang dihasilkan memperlihatkan bahwa solidaritas merupakan


kesetiakawanan yang timbul tanpa disadari saling perduli dan saling menolong.
Terlihat dengan adanya seseorang yang mencoba mengikatkan tali kebatang pohon
yang menandakan agar teman-temannya tidak tersesat. Makna yang terkandung
mencakup kedalam mitos/ideologi.

Peneliti memberikan saran bagi para sineas agar dapat membuat sebuah film
dengan mengangkat realitas yang ada di masyarakat ke dalam sebuah film dengan
tampilan yang menarik, dan film tersebut harus mengandung nilai yang dapat
dipahami dengan baik oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Indonesia.

Tabel 2.1

Mapping Penelitian Terdahulu

N PENELITI/JUDUL TEORI METODE HASIL


O
REPRESENTASI Analsis Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
MAKNA FILM SURAT Semiotika terdapat tanda-tanda sinematik/ film yang
KECIL UNTUK TUHAN. signifikan dan bersifat struktural dalam
Oleh Ayu Purwati Hastim, Charles film “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Struktur
1 Fakultas Dakwah dan Sanders Peirce Kualitatif tanda film yang di maksud relevan dengan
Komunikasi Universitas perspektif teoretis semiotika Charles
Islam Negeri Alauddin Sanders Peirce, yang menganalisis
Makasar (2014). teks/pesan media (film) dalam dimensi
ikon, indeks dan simbol, di mana ketiga
11

struktur tanda tersebut merupakan


rangkaian yang tidak terpisahkan dalam
upaya menemukan makna denotatif suatu
film. Aspek ikonik sebagai bagian dari
struktur tanda film “ Surat Kecil Untuk
Tuhan” menampilkan berbagai objek
visual dan tokoh pemeran. Aspek
indeksikal pada film ini lebih cenderung
menunjukkan ragam isyarat (petanda)
verbal dan nonverbal dari situasi, kondisi,
maupun ekspresi komunikasi (penanda)
yang di perankan oleh para tokoh. Sedang
aspek simbolik pada film ini cenderung
merepresentasikan karakter para tokoh
pemeran baik yang bersifat protagonis
maupun antagonistik dengan bebagai
situasi dan kondisi peran yang dimainkan
oleh para tokoh „Surat Kecil Untuk
Tuhan‟.
Makna Solidaritas TKW Analisis Ada 3 tahap penelitian yaitu : pertama,
Dalam Film Minggu Pagi Semiotika menganalisis dan mengidentifikasi
Di Victoria Park. Oleh signifier dan signified yang ada di film
2 Ashido Aldorio Ferdinad De Kualitatif Minggu Pagi Di Victoria Park dalam nilai-
Simatupang, Fakultas Ilmu Saussure nilai religiusitas kemudian menjelaskan
Sosial dan Politik makna tanda-tanda film tersebut. Tahap
Universitas Pembangunan kedua, menganalisis berupa simbo-simbol
Nasional “Veteran” berupa scene/potongan film yang terpilih
Yogyakarta (2011). yang memiliki nilai-nilai solidaritas.
Tahap ketiga, tahap validitas dengan
membandingkan analisis penulis dengan
data-data seperti yang ada dalam teknik
pengumpulan data yaitu observasi terhadap
objek penelitian dan Dokumentasi
12

REPRESENTASI PESAN Analisis Penelitian ini menggunakan metode


MORAL DALAM FILM Semiotika kualitatif, dengan pendekatan analisis
RUDY HABIBIE. Oleh semiotika Roland Barthes, mengambil
3 Bagus Fahmi Roland Barthes Kualitatif subjek yang difokuskan kepada Tokoh
Weisarkurnai, Fakultas Rudy dengan dilihat melalui segi Denotasi
Ilmu Sosial dan Ilmu (signifier) menjelaskan hubungan penanda
Politik Universitas Riau dan petanda pada realitas, menghasilkan
(2017). makna eksplisit. Konotasi (signified)
menjelaskan hubungan penanda dan
petanda pada non realitas, menghasilkan
makna implisit dan Mitos (myth)
menjelaskan kebiasaan dan kepercayaan
yang berlaku didalam masyarakat. Dalam
penelitian ini scene dibagi menjadi 3
bagian yaitu hubungan manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan tuhan,
hubungan manusia dengan lingkungan
sosial dengan 11 scene unit analisis data.
Pengumpulan data dengan menentukan
korpus yang terdapat dalam film tersebut
sesuai dengan kategorisasi yang sudah
ditentukan.
REPRESENTASI Analisis Dalam penelitian ini digunakan pendekatan
SOLIDARITAS PECINTA Semiotika kualitatif dengan metode analisis semiotika
ALAM DALAM FILM Roland Barthes untuk mengetahui
4 PENCARIAN Roland Barthes Kualitatif denotatif, konotatif, dan mitos/ideologi
TERAKHIR. Oleh Alfiah yang tersembunyi dalam film tersebut.
Siti Destiawati, Fakultas Teknik pengumpulan data dilakukan
Ilmu Sosial dan Ilmu dengan studi dokumentasi, studi pustaka,
Politik Universitas penelusuran data online, dan observasi.
Komputer Indonesia Objek yang dianalisis merupakan scene
Bandung (2015) yang terdapat dalam film Pencarian
Terakhir dengan mengambil sepuluh
scene.
13

Hasil penelitian menunjukan bahwa


terdapat tiga makna sesuai dengan
semiotik Roland Barthes. Makna denotatif
seorang pendaki yang sedang mengikatkan
tali rapia berwarna kuning kepada tangkai
pohon. Makna konotatif Dengan
mengikatkan tali ke batang pohon agar
teman-temannya mengikuti jalur yang
sudah di tandai dengan tali tersebut.
Sedangkan makna mitos/ideologi
merupakan sebuah tanda agar tidak
tersesat. Kesimpulan yang dihasilkan
memperlihatkan bahwa solidaritas
merupakan kesetiakawanan yang timbul
tanpa disadari saling perduli dan saling
menolong. Terlihat dengan adanya
seseorang yang mencoba mengikatkan tali
kebatang pohon yang menandakan agar
teman-temannya tidak tersesat. Makna
yang terkandung mencakup kedalam
mitos/ideologi.

Dari tabel 2.1 mapping penelitian terdahulu yang ada di atas dapat dilihat bahwa
penelitian ini ada dua penelitian yang mendekati dalam penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Ashido Aldorio Simatupang yang berjudul “Makna Solidaritas TKW Dalam
Film Minggu Pagi Di Victoria Park” yang menggunakan analisis semiotika Ferdinand De
Saussure, dan penelitian yang dilakukan oleh Alfiah Siti Destiawati yang berjjudul
“REPRESENTASI SOLIDARITAS PECINTA ALAM DALAM FILM PENCARIAN
TERAKHIR” yang menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ashido Aldorio Simatupang ini memiliki persamaan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti tentang makna solidaritas mengidetifikasi dan
menganalisis penanda (Signifier) dan petanda (Signified) dan kemudian menjelaskan makna
14

tanda-tanda melalui scene potongan adegan yang mengandung makna solidaritas, dan yang
dilakukan oleh Alfiah Siti DEstiawati yaitu meneliti tentang makna solidaritas dengan
maenganalisisi Denotatif, Konotatif, dan Mitos. Menjelaskan makna tanda-tanda melalui
scene/potongan adegan film yang mengandung makna solidaritas. Dengan adanya kedua
penelitian ini dapat membantu peneliti sebagai acuan untuk mendalami lagi makna
Solidaritas yang ada dalam film High & Low The Movie 3/Final Mission melalui
scene/potongan film dengan menggunakan aanalisis semiotika model Fedinad De Saussure
makna taanda-tanda Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified) yang terkandung makna
Solidaritas.

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Komunikasi Massa


Komunikasi massa merupakan suatu proses organisasi media untuk
menciptakan serta menyebarkan pesan-pesan kepada masyarakat luas dan proses
pesan dapat dicari, digunakan, dipahami dan di pengaruhi oleh audiens.
(Littlejohn, 2009:405).
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan. (Effendy, 2004:30).
Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung
pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas
institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang
sebenarnya). Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan oleh media
massa modern, misalnya: televisi, radio, majalah, surat kabar, film. Everest M.
Rogers, berpendapat bahwa selain media massa modern, ada media massa
tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun dan
lain-lain. (Effendy, 2005:50)
Oleh sebab itu hal yang terpenting bagi komunikasi massa adalah media itu
sendiri dan media merupakan penyebaran pesan yang mempengaruhi dan
menggambarkan suatu budaya kepada masyarakat, dan media juga memberkan
15

informasi kepada audiens yang heterogen menjadikan media sebagai bagian dari
kekuatan institusi masyarakat. (Littlejohn, 2009:407).

2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat 7 ciri-ciri komunikasi massa yaitu:


komunikator dalam komunikasi massa melembaga, komunikan dalam komunikasi
massa bersifat heterogen, pesannya bersifat umum, komunikasi massa
berlangsung satu arah, komunikasi massa menimbulkan kesepakatan, komunikasi
massa mengandalkan peralatan teknis, komunikasi massa dikontrol oleh gate
keeper. (Nurudin, 2004:19).
1. Komunikator Dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukanlah hanya satu orang saja tetapi
oleh sekelompok orang yang bekerja sama satu sama lain dalam sebuah Lembaga,
sepeti industri film yang bekerja sama untuk membuat sebuah karya yang
melibatkan sekelompok orang sehingga terjadi kesepakatan Bersama saling
pengertian satusama lain dengan mengolah pesan itu sebagai informasi.

2. Komunikan Dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Dalam komunikasi massa komunikan bersifat heterogen itu berarti komunikan


terdapat beragam jenis kelamin, umur, bependidikan, jabatan, dan memiliki agama
yang berbeda kepercayaan pula.

3. Pesan Bersifat Umum

Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum tidak hanya ditunjukan kepada
satu orang saja atau kelompok masyarakat, tetapi di tunjukan kepada khalayak
yang plural atau lebih dari satu. Karena pesan-pesan yang dikemukakan tidak
boleh beersifat khusus.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pesan yang dismpaikan oleh komunikator kepada komunikan tidak dapat


mempunyai kesempatan umpan balik (feedback) atau pertanyaan. Komunikasi satu
16

arah bisa dikatakan sebagai komunikasi yang tidak memberikan kesempatan kepada
pendengar untuk memberikan sanggahan atau tanggapan.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Kesepakatan

Komunikasi massa dapat menimbulkan suatu kesepakatan dalam menyebarkan


pesan kepada khalayak sehingga dapat menikmati media massa tersebut secara
bersamaan.

6. Komunikasi Massa Menggunakan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat
membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis misalnya pemancar untuk media
elektronik (mekanik atau elektronik). Dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi
massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran
pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering
televisi menyajikan siaran langsung (live) dan bukannya rekaman (recorded).

7. Komunikasi Massa dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi adalah orang yang sangat
berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi
sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas
agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga
berfungsi menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi
pesan- pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan
pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang
dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang
dilakukan. Bahkan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi
yang akan disebarkan.

2.2.3 Fungsi Komunkasi Massa

Komunikasi massa memiliki fungsi yang terbagi menjadi 5 hal yaitu: fungsi
pengawasan (surveillance), fungsi penafsiran (interpretation), fungsi keterkaitan
(linkage), fungsi penyebaran nilai (transmission of values), dan fungsi hiburan
(entertainment). (Ardianto, 2012:15).
17

1. Fungsi Pengawasan (surveillance)


Fungsi pengawasan terdiri menjadi 2 bagian yaitu pengawas peringatan dan
pengawas instrumental. Media massa akan berhadapan dengan fungsi pengawas
perigatan jika media menginformasikan ancaman, pornografi dan lain lain. Seperti
yang kita tau KPI komisi penyiaran Indonesia dan Dewan Pers. Kemudian fungsi
pengawas instrumental jika informasi yang disampaikan berguna untuk khalayak
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Fungsi Penafsiran (interpretation)


Fungsi ini dijalankan media massa untuk memberikan kepada khalayak
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Media juga dapat memilih
pristiwa-pristiwa mana yang layak dan yang tidak layak untuk disajikan.

3. Fungsi Keterkaitan (linkage)


Media massa menjadi alat pemersatu lapisan masyarakat yang beragam
sehigga dapat membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang
sama tentang sesuatu hal.

4. Fungsi Penyebaran Nilai (transmission of values)


Fungsi ini dapat dikatakan sebagai sosialisasi dimana media memperlihatkan
kepada khalayak tentang bagaimana mereka harus bertindak dan mendapat apa
yang mereka harapkan.

5. Fungsi Hiburan (entertainment)


Media juga sebagai bentuk hiburan kepada khalayak dengan adanya film,
televisi, radio, dan surat kabar.

2.2.4 Media Massa

Media massa adalah suatu alat dari komunikasi massa sebagai penyampaian
pesan kepada khalayak dengan menggunakan surat kabar, radio, televisi, dan film.
Media massa juga dapat diartikan sebagai sebuah saluran untuk komunikasi
18

dimana ada orang yang mengirimkan dan menerima informasi. Selain itu, yang
dimaksud dengan massa adalah jumlah orang atau khalayak yang menjadi target
penyampaian pesan. Dengan demikian, media massa merupakan saluran
komunikasi yang melibatkan penyebaran informasi yang ditujukan kepada
masyarakat secara luas. (sumber : Markjiar.com).

2.2.5 Jenis-jenis Media Massa


Media massa dibagi menjadi dua jenis yaitu media cetak dan media elektronik,
media cetak memenuhi kriteria media massa seperti surat kabar dan majalah.
Sedangkan media elektronik memenuhi kriteria media massa seperti trlevisi,
radio, film, dan internet. media massa juga terdiri dari beberapa bentuk. (Ardianto,
2007:103).

1. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa paling tua diantara media lainnya,
sebagai infomasi kepada khalayak berupa tulisan guna agar khalayak dapat
membaca surat kabar tentang perisitiwa yang terjadi disekitar.

2. Radio
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang menyalurkan
gagasan dan infomasi dalam bentuk suara.

3. Televisi
Televisi merupakan salah satu media massa audiovisual yang memiliki
pengaruh cukup tinggi bagi khalayak dan penyampaian pesan nya cepat.

4. Film
Film merupakan karangan cerita yang menyajikan cerita tentang kehidupan
manusia yang di perankan oleh tokoh atau pemain film yang melibatkan konflik
dan emosi dimana penonton akan terbawa arus dalam film dan pesan dalam film
akan tersampaikan sesuai dengan kehidupan masyarakat.

2.2.6 Media Massa Sebagai Film


19

Film digunakan untuk mencerminkan atau membuat realitas. Cerita yang


terdapat dalam sebuah film dapat terbuat dari fiksi maupun non fiksi. Melalui
film, informasi menjadi lebih akurat penyampaiannya. Itu karena film
menggunakan media audio visual yang membuatnya menjadi lebih mudah dalam
menyalurkan maksud dan isi pesan yang terkandungn didalamnya.
Salah satu kelebihan film adalah selain menggunakan media audio visual atau
suara dan gambar, film lebih kuat dalam menyampaikan pesan kepada khalayak
yang beraneka ragam, seperti perbedaan kultur dan sosial. Melalui film, penonton
bisa dibawa merasakan apa yang diceritakan oleh film tersebut. Bagi para
pembuat film, film adalah salah satu wadah untuk menyalurkan ide – ide kreatif.
Para khalayak atau penonton film menggunakan lebih dari satu indera karena
karakter film yang audio-visual. Para penonton jadi lebih terbawa dalam dimensi
parasosial yang dihadirkan lewat film. Pola penggunaan yang seperti ini
menjadikan penonton dapat menyamarkan – bahkan menghapus – batas-batas
kultural dan sosial (misalnya bahasa) sehingga pesan yang disampaikan lewat film
tetap akan dapat dimengerti oleh penonton. Industri film adalah industri yang
tidak ada habisnya. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang
merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas.
Peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Proses yang terjadi antara pembuat film dan penonton
menghasilkan reaksi berupa tanggapan. Kognisi berupa kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang dimiliki tentang film. Motif merupakan latar belakang alasan
menonton film tersebut. Sikap merupakan perilaku setiap individu dalam
menonton sebuah film. ( Rahmat, 2007:34).

2.2.6.1 Pengertian Film


Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual
dibelahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film dibioskop, film
televise dan film video laser setiap minggunya.
Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau
tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Film dalam pengertian sempit adalah
penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga
termasuk yang disiarkan di TV.
20

Masyarakat masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi
secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk
karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-
kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah
artistik film itu sendiri.
Awal pemunculan film sampai sekarang banyak bermunculan yang makin
terampil dalam membuat, meramu segala unsur untuk membentuk sebuah film.
Dari berbagai pemikiran sineas film yang dituangkan dalam karyanya maka film
dapat digolongkan menjadi film cerita dan non cerita. Film cerita sendiri memiliki
berbagai genre atau jenis film dengan durasi waktu yang berbeda beda pula.
Genre sendiri dapat diartikan sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk
atau isi film itu sendiri. Ada yang menyebutkan film drama, film horor, film
klasikal, film laga atau action, film fiksi ilmiah, dan lain-lain.

2.2.6.2 Jenis-jenis Film


Jika dalam film cerita memiliki ragam jenis demikian pula yang tergolong
pada film non cerita, namun pada mulanya hanya ada dua tipe film non cerita
ini yakni film dokumenter dan film faktual. Film faktual umumnya hanya
menampilkan fakta, kamera sekedar merekam peristiwa, sedangkan film
dokumenter selain mengandung fakta ia juga mengandung subyektifitas
pembuatnya. Perkembangan film sampai saat ini mempunyai beberapa jenis,
(Sumarno, 1996: 2). Sebagai berikut :

1. Film Cerita
Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita.
Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa
manusia. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan
diperuntukkan semua publik di mana saja.
2. Film Berita
Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar
terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik
harus mengandung nilai berita (news value). Film berita sudah tua usianya,
21

lebih tua dari film cerita, bahkan film cerita yang pertama-tama
dipertunjukkan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita. Imitasi
film berita itu semakin lama semakin penting. Oleh karena itu, film berita
kemudian berkembang menjadi film cerita yang kini mencapai
kesempurnaannya.
3. Film Dokumenter
Film dokumenter yaitu sebuah film yang menggambarkan kejadian
nyata, kehidupan dari seseorang, suatu periode dalam kurun sejarah atau
sebuah rekaman dari suatu cara hidup makhluk berbentuk rangkuman
perekaman fotografi berdasarkan kejadian nyata dan akurat. (Effendy,
2000:214). Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa
yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus
mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita untuk dihidangkan kepada
penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Film
berita sering dibuat dalam waktu yang tergesa-gesa. Sedangkan untuk
membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan
perencanaan yang matang.
4. Film Kartun
Film kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang
telah dilukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis.
Rangkaian lukisan setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka
lukisan-lukisan itu menjadi hidup.
Beberapa jenis film diatas merupakan perkembangan yang luar biasa
dalam seni drama yang memasuki dunia perfilman yang semakin
mengalami kemajuan. Film yang sarat dengan simbol-simbol, tanda-tanda,
atau ikon-ikon akan cenderung menjadi film yang penuh tafsir. Ia justru
akan merangsang timbulnya motivasi untuk mengenal suatu inovasi. Film
memiliki kemajuan secara teknis juga mekanis, ada jiwa dan nuansa
didalamnya yang dihidupkan oleh cerita dan skenario yang memikat.

2.2.6.3 Unsur-unsur Film

Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan
kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur
22

atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film


antaralain: produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera
(kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata
suara, aktor-aktris atau bintang film. (Sumber : kajianPustaka.com).

1. Produser
Unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi atau
pembuatan film adalah produser. Karena produserlah yang menyandang
atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi
film. Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai
hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau
gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan,
serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi
film.
 
2. Sutradara
Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab
terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana
dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi
sebagai “orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di
dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh
alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah
skenario ke dalam aktivitas produksi.

3. Penulis Skenario
Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang
pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film
itu ditulis dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari
sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas
pengungkapannya. Jadi, penulis skenario film adalah seseorang yang
menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis
penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara
menjadi sebuah karya film. 
23

4. Penata kamera
Penata kamera atau popular juga dengan sebutan kameramen adalah
seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan)
gambar di dalam kerja pembuatan film. Karena itu, seorang penata kamera
atau kameramen dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang
menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton melalui gambar
demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Di dalam tim kerja
produksi film, penata kemera memimpin departemen kamera.

5. Penata Artistik
Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk
menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum
suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih
dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat gambaran kasar
adegan demi adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun
berwarna. Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan
sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian,
perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pelaku (pemeran)
film dan lainnya. 

6. Penata Musik
Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab
sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata
musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus
memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan
yang disampaikan oleh film. 

7. Editor
Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan
ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi
gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas
atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar.

8. Pengisi dan Penata Suara


24

Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran


atau pemain film. Jadi, tidak semua pemeran film menggunakan suaranya
sendiri dalam berdialog di film. Penata suara adalah seseorang atau pihak
yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara
yang terekam dalam sebuah film. Di dalam tim kerja produksi film, penata
suara bertanggungjawab memimpin departemen suara.

9. Bintang Film (Pemeran)


Bintang film atau pemeran film dan biasa juga disebut aktor dan aktris
adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebuah film yang
diproduksi dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film
tersebut sesuai skenario yang ada. Keberhasilan sebuah film tidak bisa
lepas dari keberhasilan para aktor dan aktris dalam memerankan tokoh-
tokoh yang diperankan sesuai dengan tuntutan skenario (cerita film),
terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya.
Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama (tokoh
utama) dan pemeran pembantu (piguran).

2.3 Representasi

Istilah representasi merupakan gambaran (perwakilan) kelompokkelompok pada institusi


sosial. Penggambaran itu tidak hanya bekenaan dengan tampilan fisik (appreance) dan
deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna atau nilai dibalik tampilan fisik. Tampilan
fisik representasi adalah jubah yang menyembunyikan bentuk makna sesungguhnya yang ada
dibaliknya. (Burton, 2007:41).

Representasi adalah istilah yang merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi penting dalam
dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan
sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu
diberitakan apa adanya ataukah diburukkan. Kedua, bagaimana representasi tersebut
ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang
menampilkan macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam
25

pemberitaan kepada khalayak. Dalam representasi, sangat mungkin terjadi ketidakbenaran


penggambaran, kesalahan penggambaran.

Representasi merupakan sebuah proses sosial yang berhubungan dengan pola hidup dan
budaya masyarakat tertentu yang memungkinkan terjadinya sebuah perubahan konsep-konsep
ideologi dalam bentuk yang konkret. Hal ini dapat dilihat melalui pandangan-pandangan
hidup kita terhadap beberapa hal.

Representasi juga merupakan sebuah proses/praktek penting yang akan melahirkan


sebuah kebudayaan. Hal ini tentu sangat mungkin terjadi mengingat sebuah kebudayaan
merupakan sebuah hal yang terjadi secara alami karena adanya sebuah proses yang
berulang/memiliki efek timbal-balik terhadap pelaksanaannya.

Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi dalam buku Indiwan Seto
mendefinisikan sebagai berikut: “proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam
beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan
dari tanda yaitu untuk menyambungkan,melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti
diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.

Danesi dalam buku Indiwan Seto mencontohkan representasi fengan sebuah konstruksi X
yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentukkepada suatu materil atau konsep
tentang Y. sebagai contoh misalkan konsep sex diwakili atau ditandai melalui gambar
sepasang sejoli yang sedang berciuman secara romantis.

Menurut Stuart Hall dalam buku Indiwan Seto ada dua hal proses representasi. Pertama,
representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada dikepala kita masing-masing
(peta konseptual), reprsentasi mental masih meupakan suatu yang abstrak. Kedua „bahasa‟
yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep makna yang ada dalam
kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang lazim, supaya kita dapat
menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang suatu dengan tanda dari simbol-simbol
tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk representasi pada
isinya. Representasi dalam media menunjukan pada bagaimana seseorang atau sekelompok,
gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. (Indiwan, 2011:148).

Dalam representasi media, tanda yang akan digunakan untuk melakukan representasi
tentang mengalami sesuatu mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan
kepentingan dalam pencapaian tujuantujuan komunikasi ideologisnya itu yang sementara
26

tanda-tanda lain diabaikan. Maka selama realitas dalam representasi media media tersebut
harus memasukan atau mengeluarkan komponennya dan juga melaukakan pembatasan pada
isu-isu tertentu sehingga mendapatkan realitas yang bermuka banyak bisa dikatakan tidak
bisa representasi realita terutama di media yang benar-benar “benar” atau “nyata”.
Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa
berubah-ubah. Selalui ada pemaknaan baru. Representasi berubah-ubah akibat makna yang
juga setiap waktu terjadi proses negosiasi dalam pemaknaan.

2.4 Solidaritas

Durkheim melihat solidaritas dapat diartikan dalam kesatuan kepentingan, simpati, dll,
sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama. Solidaritas bisa didefinisikan: perasaan atau
ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.

Solidaritas adalah integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat atau
kelompok dengan orang dan tetangga mereka Hal ini mengacu pada hubungan dalam
masyarakat . hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain. Istilah ini
umumnya digunakan dalam sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Solidaritas adalah kesepakatan bersama dan dukungan: kepentingan dan tanggung jawab
antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan
tindakan kolektif untuk sesuatu hal. Apa yang membentuk dasar dari solidaritas bervariasi
antara masyarakat. Dalam masyarakat sederhana mungkin terutama berbasis di sekitar nilai-
nilai kekerabatan dan berbagi. Dalam masyarakat yang lebih kompleks terdapat berbagai teori
mengenai apa yang memberikan kontribusi rasa solidaritas sosial. Bentuk-bentuk pokok
solidaritas social :

2.4.1 Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik adalah rasa solidaritas yang kuat didasarkan pada suatu kesadaran
Kolektif yang menunjuk totalitas terhadap kepercayaan-kepercayaan yang sama di
masyarakat seperti pekerjaan yang sama, pengalaman yang sama dan norma-norma yang
dianut sama pula sehingga sifat-sifat individualistiknya juga berkurang.

Pada dasarnya masyarakat ditandai oleh solidaritas mekanik adalah kesatuan karena
yang ada pada sekitarnya adalah sama. Sehingga terbebentuklah suatu ikatan yang
mengikat diantara orang-orang karena mereka semua terlibat dalam kegiatan yang hampir
27

sama satu dengan yang lainnya. Seperti ggotong royong warga biasanya rata-tata orang
yang melakukan ini biasannya di perdesaan, dan saling membantu dengan sesama secara
sukarela.

2.4.2 Solidaritas Organik


Jika solidaritas mekanik lebih menonjolkan pada kesamaan berbeda dengan
solidaritas organik yang sangat ketergantungan. Hal ini terjadi karena pembagian kerja
kepada masyarakat semakin mertambah, yang awanya hanya bercocok tanam bekerja
sebagai nelayan yang dilakukan Bersama-sama oleh masyarakat sehingga emosional
sesama masyarakat semakin dekat mempunyai norma dan kepercayaan yang sama.
Hal itu berbeda dengan pembagian pekerjaan yang semakin bertambah
masyarakatnya, masyarakat sudah mengenal dunia modern dmana kesamaan pekerjaan
sudah tidak ada lagi. Akan tetapi memiliki tujuan yang sama dan pembagian perindividu
pun terstuktur dan memiliki tugas dan tangungjawab masing-masing.

2.5 Semiotika

Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia
dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak
hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.

Ada dua jenis semiotika sampai saat ini, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika
signifikansi. Pada jenis yang pertama menekankan tentang teori pada produksi tanda yang
salah satu diantaranya menandakan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,
penerima kode, sistem kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan).
Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks
tertentu.

Pada jenis yang kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya,
yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada
penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya.

Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah
perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada
28

dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan, memaknai hal-hal. Memaknai dalam


hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa
objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2003:15).

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah
hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini
mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa,
wacana, dari bentuk-bentuk non verbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda
berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang
tanda merujuk pada semiotika.

Dengan tanda-tanda, kita mencoba mencari keteraturan di dunia ini, setidaknya agar kita
mempunyai sedikit pegangan. Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengajarkan kita
bagaimana menguraikan aturan-aturan tersebut dan membawanya pada sebuah kesadaran.

Dengan semiotika berarti kita berurusan dengan tanda. Semiotika adalah, teori tentang
tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki
semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ‘tanda-tanda’ dan berdasarkan
pada signs system (code) sistem tanda. Hjelmslev (dalam Christomy, 2001:7) mendefinisikan
tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi dan wahana isi”. Charles Sanders
Pierce (dalam Littlejohn, 1996:64) mendefinisikan semiosis sebagai ”a relationship among a
sign, an object, and meaning” (suatu hubungan diatara tanda, objek, dan makna).

Pada berbagai definisi diatas adalah bahwa para ahli melihat semiotika itu sebagai ilmu
atau proses yang berhubungan dengan tanda. Namun jika kita perhatikan, definisi yang
diberikan Morris terlampau luas, sehingga terkesan meliputi sejumlah besar proses, dari
tarian lebah sampai pembacaan sebuah novel.

Kata semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani, simeion yang berarti tanda atau seme
yang berarti penafsir tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika,
retorika, poetika. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api.

Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti
pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanyalah mengemban arti dalam kaitannya dengan
29

pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai
dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan.

Sebuah teks, apakah itu surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi, pidato presiden, poster
politik, komik, kartun, dan semua hal yang mungkin terjadi tanda bisa dilihat dalam aktifitas
penanda yakni, suatu proses signifikansi yang menggunakan tanda yang menghubungkan
objek dan interpretasi.

2.6 Kerangka Teori

2.6.1 Teori Semiotika Ferdinand De Saussure dan Semiotika Visual

Istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
“tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial
yang terbentuk sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Sobur, 2000:16).
Pengertian “tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan
sebagai tanda (Sobur, 2001:36). Semiotik juga diartikan sebagai ilmu tanda (sign) dan
segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain,
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Zoest,
1991:15).

Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.


Bidang kajian semiotika atau semiologi tersebut adalah mempelajari fungsi tanda dalam
teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan
membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung didalamnya.
Dengan kata lain, semiologi berperan untuk melakukan interogasi terhadap kode-kode
yang dipasang oleh penulis agar pembaca bisa

memasuki bilik-bilik makna yang tersimpan dalam suatu teks. Berkenaan dengan
studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda
(sign) (Hidayat dalam Sobur, 2001:163-164). Terdapat tiga aspek penting dalam studi
semiotik, yaitu:
30

1. Studi tentang tanda itu sendiri, yaitu berkaitan dengan berbagai tanda yang
berbeda. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh
orang-orang yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi ini berkaitan
dengan beragam kode berbeda dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
3. Budaya dimana kode dan lambang tersebut beroperasi.

Menurut pemikiran Saussure, yang paling penting dalam konteks semiotik adalah
pandangannya mengenai tanda, yaitu bahwa letak tanda dalam konteks komunikasi
manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan
signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna
(aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified
merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa (Sobur
2002 : 125).
Pendekatan terhadap tanda–tanda menurut Ferdinand De Saussure (1857 – 1913) yang
menyatakan bahwa tanda–tanda disusun dari dua elemen yaitu aspek citra tentang bunyi
(semacam kata atau representasi visual dan sebuah konsep dimana citra bunyi
disandarkan). Saussure juga menambahkan bahwa kombinasi konsep dan citra bunyi
sebagai tanda, namun dalam penggunaan dengan menggunakan istilah umum yaitu
menggunakan citra bunyi saja.
Menurut Saussure, tanda linguistik memiliki dua sisi, yakni ‘penanda’ (Signifier) dan
‘petanda’ (signified). Saussure berpendapat bahwa sebuah tanda adalah ibarat sehelai
kertas yang memiliki dua sisi, sisi yang pertama adalah ‘penanda’ dan sisi yang lainnya
adalah ‘petanda’. Di sini penanda adalah ‘aspek material’ dari sebuah tanda, sedangkan
‘petanda’ adalah ‘konsep’ dari sebuah tanda. Aspek material dari sebuah tanda muncul
ketika kita menangkap bunyi orang yang berbicara.
Oleh Saussure penanda verbal disebut sebagai ‘citra bunyi’ atau sound image. Jika
seseorang menyebutkan kata ‘pohon’ maka tanggapan orang lain yang mendengar kata
tersebut bukanlah tentang pohon yang sesungguhnya tetapi sebuah konsep tentang
‘kepohonan’. Menurut Saussure, hubungan yang terjadi antara ‘penanda’ dan ‘petanda’
adalah sewenang -wenang (arbitrary), yaitu, soal kebetulan dan kesepakatan. Ini tidak
berarti pemilihan ‘penanda’ diserahkan sepenuhnya kepada pembicara, melainkan “tidak
31

dimotivasi”, yakni sewenangwenang dalam pengertian bahwa ‘penanda’ itu tidak


memiliki hubungan yang alami dengan ‘petanda’. Hubungan antara ‘penanda’ dan
‘petanda’ adalah tidak terencana, bersifat kebetulan, dan acak.
Saussure juga berpendapat bahwa tanda dapat “mengekspresikan” gagasan sebagai
kejadian mental yang behubungan dengan pikiran manusia. Jadi, secara implisit tanda
dianggap sebagai alat komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan
mempunyai tujuan untuk menyatakan suatu maksud tertentu yang diinginkan untuk
dikomunikasikan dengan pihak lain/orang lain. (Sobur 2002:130).
Dalam pengaplikasian semiotika pada tanda non verbal, yang harus diperhatikan ialah
pemahaman tentang bidang non verbal yaitu suatu wilayah yang menekankan pentingnya
fenomena yang bersifat empiris, faktual, kongkret, tanpa ujaran–ujaran bahasa. Hal ini
berarti bidang non verbal berkaitan dengan benda kongkret, nyata, dan dapat dibuktikan
melalui indera manusia. Tujuan semiotika mengaplikasikan pada tanda non verbal ialah
untuk mencari dan menemukan makna yang terdapat pada benda–benda atau sesuatu
yang bersifat non verbal atau pencarian makna pada mata-tanda non verbal (Sobur, 2003 :
124).
Untuk mengkaji film dalam perspektif semiotika dapat dilihat dari sistem tanda dalam
film. film menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik yang verbal maupun
ikon. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan menggunakan analisis semiotika
yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Sausurre. Menurut Sausurre tanda dalam
komunikasi manusia ( human communication ), manusia akan melakukan proses
signifikasi atau pemaknaan pada tanda yang terdiri dari penanda ( signifier ) dan petanda (
signified ). Kedua unsur ini merupakan satu kesatuan, karena pada kenyataannya suatu
penanda tanpa petanda tidak bisa akan merusak pemaknaan dari tanda itu sendiri.

2.7 Kerangka Pemikiran

Komunikasi massa adalah proses komunikasi menggunakan media massa khusus nya film
dimana memiliki tanda atau simbol di dalam film sehingga muncul lah pemaknaan salah
satunya yaitu solidaritas yang terbagi menjadi dua yaitu mekanik dan orgnik sehingga
muncullah pemaknaan solidaritas.
32

Komunikasi Massa

Media Massa Film

Tanda Semiotika Ferdinand De


Saussure

Penanda (Signifier) Petanda (Signified)

Makna Solidaritas
jjjpoj

Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik

Gambar 2.7

Kerangka Pemikiran
33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma penelitian

Dalam sebuah penelitian semiotika, terdapat beberapa paradigma yang biasa


digunakan, salah satunya adalah tradisi kritis. Dalam menentukan teori, dan teknik
analisisnya, penelitian ini menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menurut
Littlejohn (2009:68) dalam Teori Komunikasi, adalah sebuah tradisi dalam ilmu sosial
yang mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan, dan
keyakinan atau ideologi yang mendominasi masyarakat dengan pandangan tertentu.
Tradisi kritis dipopulerkan salah satunya oleh Karl Marx. Dalam pandangan
kritis Marx, struktur dalam sebuah masyarakat dimana terdapat kelaskelas sosial,
seluruh kegiatannya didasarkan oleh oleh ekonomi, dimana keuntungan mendorong
proses produksi. Pandangan ini melihat masyarakat kapitalis selalu mencoba untuk
menekan kelas ekonomi di bawahnya dalam rangka mendapatkan keuntungan. Namun
saat ini pandangan Marx telah banyak berkembang dan kelas-kelas sosial dipandang
bukan hanya pada perspektif ekonomi, melainkan juga kepada perspektif lain salah
satunya gender. Lebih lanjut lagi, dalam buku karya Kenneth MacKinnon,
Representing Men (2003: 4), Karl Marx percaya bahwa kerusakan tidak hanya terjadi
kepada pihak yang subordinat, melainkan juga pada pihak yang dominan. „Alienasi‟,
menurutnya merupakan sebuah keadaan dimana seseorang menjadi asing terhadap
dirinya sendiri dan kekuasaanya malah menguasai dirinya sendiri (one's powers
become powers ranged over and against oneself). Harry Brood dalam MacKinnon
(2003:4) mengungkapkan, bahwa dalam sebuah sistem patriarki, pria khususnya
seksualitasnya, juga menjadi ter-„alienasi‟-kan.
Selanjutnya, terdapat pula mazhab yang dikembangkan akademisiakademisi
Frankfurt pada tahun 1930-an yang bermigrasi ke Amerika Serikat. Para akademisi ini
melihat bahwa media massa berperan sebagai struktur penekan dalam masyarakat
kapitalis. Masyarakat dibentuk ke dalam struktur-struktur yang „ideal‟ dan diarahkan
34

untuk memenuhi seluruh tujuan-tujuan dari para konglomerat media serta pemangku
kepentingan melalui tayangan-tayangan pada media massa. Indiwan Setyo Wahyu
Wibowo dalam bukunya, Semiotika Komunikasi mengungkapkan:
“...media dikuasai oleh kelompok dominan, dimana realitas yang sebenarnya
telah mengalami distorsi dan palsu. Oleh karena itu, penelitian media dalam
perspektif kritis terutama diarahkan untuk membongkar kenyataan yang telah
diselewengkan dan dipalsukan oleh kelompok dominan kepentingannya (2011:53).”

Dalam kaitannya dengan semiotika, Baudillard (dalam Littlejohn 2009:71)


melihat bahwa terdapat pemisahan tanda dari apa yang ditunjuknya. Keadaan realitas
saat ini dipertanyakan karena tanda-tanda (terutama dalam media massa) dianggap
lebih nyata dibandingkan dengan tanda itu sendiri. Baudillard juga mengatakan bahwa
“...realitas merupakan konstruksi yang terus berubah dan cepat berlalu (dalam
Littlejohn & Foss, 2009:71).”
Penelitian dengan paradigma kritis mengungkapkan dan menganalisis realitas
sosial dengan mempersoalkan ketimpangan relasi sosial yang ada. Penelitian kritis
ditopang oleh perspektif teori kritis dengan asumsi-asumsi yang dikonstruksinya.
Menurut Littlejohn seperti yang diuraikan Mulyana (2001: 11)
Jadi peneliti ingin meneliti film sesuai yang terjadi dalam realitas social yang
terjadi dalam kehidupan sosial salah satunya solidaritas dalam film High & Low The
Movie 3/Final mission yang mengandung nilai solidaritas kerja sama tim dan saling
tolong-menolong.

3.2 Pendekatan penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument kunci. Dalam penelitian
kualitatif metode yang biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan
pemanfaatan dokumen. Pendekatan kualitatif dipilih agar peneliti dapat memperoleh
pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan yang ada (Moleong, 2016:05).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian pendekatan kualitatif
untuk mengetahui lebih dalam mengenai film High & Low The Movie 3/Final
Mission dengan metode analisis semiotika model Ferdinand De Saussure peneliti
ingin mengetahui dan memaparkan bagaimana makna tanda dan simbol tentang
solidaritas yang ada dalam film tersebut.
35

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu analisis semiotika yang


dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure Dengan adanya hubungan antara tanda
yang ditampilkan dengan komunikasi verbal yang muncul dalam drama, sehingga
dipilih metode semiotika milik Saussure. Karena metode semiotika ini merujuk cara
berkomunikasi dengan penggunaan bahasa termasuk dalam suatu sistem tanda yang
tidak terlalu dibahas dalam teori semiotika yang lain. Tanda sendiri merupakan bagian
dari kehidupan sosial masyarakat, dimana adanya interaksi makna yang kemudian
disampaikan dalam bentuk pesan kepada orang lain. Hal-hal lain diluar bahasa yang
sering disinggung dalam teori Saussure adalah bagaimana peristiwa maupun kebiasan,
serta hal kecil yang tanpa disadari menjadi suatu struktur yang ditemukan saat
berkomunikasi juga masuk dalam kesatuan tanda (Yusriana, 2015:9).
Semiotika milik Ferdinand de Saussure ini kemudian dibagi menjadi dua
bagian, penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda dilihat dari bentuk fisik
maupun ekspresi yang terlihat, sedangkan petanda menjelaskan tentang makna yang
dapat dilihat dari suatu konsep atau pesan-pesan yang ada di dalam suatu cerita
(Pratiwi, 2015:9).
Dalam semiotika ini, Saussure menunjukkan hubungan antara penanda dan
petanda yang tidak dapat dipisahkan karena adanya suatu kesatuan konsep dalam dua
bagian tersebut. Tanda dari petanda dapat berupa bunyian ataupun gambar dan
pertanda dapat berupa konsep dari bunyian dan gambar itu sendiri. Hubungan ini
bersifat bebas (arbiter) baik secara kebetulan maupun ditetapkan. (Hidayat,
2014:245).
Menurut Saussure referent yang merupakan unsur tambahan sebagai proses
penandaan ditunjukkan sebagai objek yang menjadi penuturan makna suatu tanda
untuk orang lain mengartikannya. Tanda mempunyai dua elemen, yaitu signifier yang
berupa tanda, kata, gambar dan suara dan signified yang merujuk pada konsep,
makna, petanda, yang diutarakan (Sobur, 2003:32).
Maka dari itu peneliti ingin mengetahui makna solidaritas dalam film High &
Low The Movie 3/Final Mission sesuai analisis semiotika Ferdinand De Saussure
36

penanda dan petanda dalam film yang dilihat melalui gambar dalam film yang
mengandung makna solidaritas.

3.4 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian melalui
dua sumber (Lofland dalam buku Moleong 2016:157).

3.4.1 Data Primer


Data yang diperoleh melalui sumber utama yaitu film “High & Low The
Movie 3/Final Misson” yang menjadi objek penelitian. Pengumpulan data dengan
menganalisis isi terhadap isi film tersebut, seperti makna dari potongan-potongan
adegan per scene, arti bahasa yang digunakan dalam berdialog aktor dan aktris, teknik
sinematografi, dan unsurunsur lain yang terdapat dalam film dan wawancara terkait
film tersebut.

3.4.2 Data Sekunder


Selain data primer, pengumpulan data juga diperoleh melalui data sekunder
yaitu melalui studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data-data dan
teori-teori relevan untuk memperoleh jawaban tentang masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan data

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap


objek penelitian. Objek observasi audio-visual yang dimaksud adalah film
“High & Low The Movie 3/Final Mission” dalam berbagai versinya seperti
dijelaskan terdahulu. Pengambilan data audio-visual (film) menggunakan
bantuan media komputer. Data tersebut akan di analisis semiotika dari
potongan-potongan scene dari film tersebut.
37

2. Wawancara

Untuk memewawancarai yang berkaitan dengan film ataupun makna


solidaritas yaitu praktisi film, akademisi, dan massa yang menonton film
“High & Low The Movie 3/Final mission 3

3. Dokumentasi

Sebagai data pendukung penelitian dokumentasi diperoleh dari beberapa


penelusuran data yang relavan, baik berupa data synopsis “High & Low The
Movie 3/Final Mission”, berbagai pernyataan di artikel terkait film tersebut
yang dapat diakses media online.

4. Studi Pustaka

Penulis juga akan melakukan studi pustaka yang akan bertujuan


melengkapi data penelitian yang mengacu pada wacana-wacana pustaka
sebagai pembanding ataupun sebagai referensi dalam penelitian. Studi pustaka
ini dibutuhkan karena melalui teknik tersebut peneliti dapat memperoleh data,
baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Literatur tidak hanya buku-buku
mengenai ilmu komunikasi atau ilmu sosial lainnya, tetapi juga pemberitaan
dari majalah ataupun internet yang dapat memberi gambaran mengenai
pemahaman film.

3.6 Teknik Pemilihan Informan

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai


narasumber, partisipan, atau informan. Arikunto (2006:211). Menyatakan bahwa sampel
sebagai sumber data atau sebagai informan memiliki kriteria sebagai informan sebaiknya
yang memenuhi kriteria umum, sebagai berikut:

1. Mereka yang mengetahui tentang film “High & Low The Movie 3/Final
Mission
2. Mereka yang Terlibat dalam Film “High & Low The Movie 3/Final
Mission
3. Mereka yang mengetahui tentang solidaritas dalam Film “High & Low
The Movie 3/Final Mission”.
38

3.7 Informan

Pada penelitian ini, peneliti akan memaparkan gambaran umum mengenai informan
yang terlibat. Peneliti memilih seorang repper dan kritikus Film yang mengetahui
jalannya film “High & Low The Movie 3/Final Mission” dan penonton film “High &
Low The Movie 3/Final Mission” serta penjelasan pada keterangan BAB III mengenai
pemilihan informan.

3.7.1 Utamaru

Utamaru berusia 51 tahun yang berasal dari Tokyo jepang sebagai kritikus
film dan Rapper di jepang utamaru memberikan pernyataan kriritis terkait film
“high & Low The Movie 3/Final Mission dimana ia sangat memahami terkait film
dan sekaligus sebagai repper ia pun tau tentang music apalagi di film tersebut
mengandung banyak music sebagai icon. Film tersebut.

3.7.2 Sigeaki Kubo

Sigeaki beusia 47 tahun yang berasal dari tokyo jepang yang memiliki peran
sebagai sutradara dalam film “high & Low The Movie 3/Final Mission” yang
bertugas sangat penting dalam film dimana ia bertanggung jawab atas berjalannya
film dan kualitas serta alur cerita film untuk menarik penonton karena peneliti
ingin tau tentang film “high & Low The Movie 3/Final Mission”.

3.7.3 Imam Fajri Setiawan

Imam Fajri Setiawan biasa di panggil Imam berusia 23 yang beralamatkan dii
Bumi Agung Permai 1 blok L4 no 16. Sebagai penonton dan penggemar film
“high & Low The Movie 3/Final Mission”. Peneliti memulih penonton sebagai
informan untuk mengetahui makna soliaritas dalam film tersebut.

3.7.4 Iman Adhi Putra


Imam Adhi Putra biasa di panggil Iman berusia 22 yang beralamatkan dii
Bumi Agung Permai 1 blok L3 no 8. Sebagai penonton dan penggemar film “high
& Low The Movie 3/Final Mission”. Peneliti memulih penonton sebagai informan
untuk mengetahui makna soliaritas dalam film tersebut.
39

Tabel 3.7

Informan

No Nama Keterangan
1 Utamaru Pengamat Film
2 Sigeaki Kubo Sutradara Film
3 Imam Fajri Setiawan Penonton
4 Iman Adhi Putra Penonton

Informan yang diwawancarai pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan
yang berkaitan dengan film seperti pengamat film dan sutradara karena sutradara
bertanggung jawab terhadap film dan penonton atau penggemar film dimana ia memberikan
informasi terkait film dan makna dari film tersebut.

3.8 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah tepatnya di Bumi agung Permai 1 Kota Serang
Lokasi ini dipilih berdasarkan infoman yang akan diwawancarai terkait film “High & Low
The Movie 3/Final Mission”. Serta mengharuskan peneliti mengikuti protokol Kesehatan
COVID-19 mengurangi keluar rumah jadi tetap dirumah saja.

3.9 Waktu Penelitian

Penelitian mengenai “Representasi Makna Solidaritas Dalam Film High &


Low The Movie 3/Final Mission (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure)” dimulai
dari bulan Desember 2020 hingga Februari 2021. Adapun gambar jadwal kegiatan
penelitian yang dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut :

Tabel 3.9

Waktu penelitian

No Tanggal/Tahun Kegiatan
1 7 Desember 2020 Pengajuan Judul
2 12 Januari 2021 Pengumpulan Data
40

3 20 Januari 2021 Penulisan BAB 1


4 25 Januari Sampai 7 Penulisan BAB 2 dan BAB 3
Februari 2021.

3.10 Teknik Analisis Data

nalisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena
dengan analisis, data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2001:103) “Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data”.

Dari rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data bermaksud
pertama-tama mengorganisasikan data yang diperoleh. Lebih lanjut Lexy J. Moleong
(2001:104) menjelaskan bahwa “Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut
bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori
substantif”.

Analisis penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan dengan proses


pengumpulan data yang dilakukan di lapangan. Sedangkan model analisis yang peneliti
gunakan adalah model terjalin atau interaktif. Miles dan Huberman (1992:16)
mengemukakan bahwa “Kami anggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi”. Kegiatan utama dalam analisis data adalah tahap pengumpulan
data yang kemudian menyatu dengan ketiga kegiatan tersebut di atas. Ketiga alur kegiatan
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Redaksi Data

Reduksi data adalah bagian dari analisis yang mempertegas, memperpendek,


membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga
simpulan penelitain dapat dilakukan. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian
adalah film High & Low The Movie 3 /Final Mission, aplikasinya adalah materi
dalam film tersebut akan di fokuskan dengan membuang hal-hal yang tidak penting
41

dan mengatur data sehingga simpulan penelitain dapat dilakukan, penerapan ini juga
berkaitan dengan teori Teori Semiotika Ferdinand de Sausurre dan Semiotika Visual,
dimana dengan melakukan pemilahan dalam sebuah sign antara apa yang disebut
signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna
atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang
ditulis atau dibaca. Signified merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep
aspek mental dari bahasa (Sobur 2002 : 125).

2. Sajian Data

Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan
sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan
memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini mengacu pada rumusan masalah
yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab
permasalahan yang ada.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Setelah memperoleh data, peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data-


data yang telah diperoleh. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan dapat
diverifikasi dengan mengumpulkan data-data baru agar semakin jelas dan kesimpulan
yang diambil nantinya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Adapun
operasinalisasinya adalah sebagai berikut :

Peneliti berusaha mengolah dan menyusun data agar mudah ditafsirkan.


Tafsiran ini bertujuan untuk memberikan makna dari hasil data yang didapat, untuk
itu peneliti melakukan langkah-langkah:

a. Data yang berupa film High & Low The Movie 3/Final Mission dan hasil
wawancara dikelompokan dalam masalah-masalah yang akan dikaji sesuai
tujuan penelitian.
b. Data yang sudah dikelompokan tersebut kemudian dibuat tabel abstraksi yang
memuat pernyataan lebih sederhana, lebih terfokus dan bermakna.
c. Peneliti kemudian melihat gambaran-gambaran atau bagian-bagian tertentu
dari hasil penilitian tentang film High & Low The Movie 3/Final Mission.
42

Usaha ini dilakukan dengan menyajikan hasil wawancara, pengamatan,


informasi dari dokumen, mengelompokan data menurut masalah atau lingkup
yang sejenis, membuat abstraksi, dan membuat kesimpulan sementara.
d. Pada tahap akhir peneliti menarik kesimpulan awal, awalnya kesimpulan
masih tentatif, kabur, diragukan, tetapi dengan bertambahnya data, kesimpulan
itu akan Grounded, maka kesimpulan terus di verifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi dilakukan dengan mencari data baru dan selalu
berusaha untuk menambah data baru yang relevan.

3.11 Keabsahan Data

Keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi yakni data yang


didapat dan diketahui oleh peneliti diuji reabilitas kebenarannya. Dengan kata lain
triangulasi merupakan teknik untuk menguji kebenaran data. Berikut ada macam-
macam dari triangulasi, yakni:

1. Triangulasi Sumber

Yaitu dengan membandingkan dan mengecek kebenaran sumber data dari


narasumber lain. Peneliti mencari narasumber lain yang dapat menjadi sumber data
untuk dibandingkan.

2. Triangulasi Metode

Yaitu 2 cara untuk mengecek dan mengumpulkan data dengan penemuan hasil
peneliti dan sumber data yang lain.

3. Triangulasi Penyidik

Yaitu dengan memanfaatkan atau wawancara kepada peneliti/pengamat lain


untuk mengecek kembali data dan mengurangi kekeliruan dalam pengumpulan data.

4. Tringulasi Teori

Yaitu fakta berupa data yang sudah didapatkan tidak dapat dianalisis dengan
satu atau lebih teori yang ada.
43

Metode, karena teknik ini mempermudah proses penelitian dengan cara


melihat atau menguji dengan hasil penelitian yang serupa.melihat keterbatasan waktu penulis
metode ini sangat efisien terkait makna solidaritas dalam film “High & Low The Movie
3/Final Mission”.

Daftar Pustaka

Biran, Misbach Yusa, 2006, Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Sesuai Pengantar
Praktis, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Burton, Graeme, 2008, Yang Tersembunyi Dibalik Media, Pengantar Kepada Kajian
Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Effendy, Heru, 2002, Mari Membuat Film, Panduan Menjadi Produser, Yogyakarta:
Panduan dan Yayasan Konfiden.

Farid, Novin, 2008, Audio Visual Communications, Jurnal Komunikasi, Vol IV, No.
5.

Kurnia, Novi, Irawanto, Budi dan Rahayu, 2004, Menguak Peta Perfilman di
Indonesia, Pemetaan Perfilman Indonesia Tahap Kedua, Yogyakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata RI.

Parwito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: Lkis.

Pratista, Himawan, 2008, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Saptaria, Rikrik El, 2006, Acting Handbook. Panduan Praktis Untuk Film & Teater,
Bandung: Rekayasa Sains.

Siregar, Ashadi, Pasaribu, Rondang dan Prihastuti, Ismay, 2000, Eksplorasi Gender di
Ranah Jurnalisme dan Hiburan, Yogyakarta: Yayasan Galang.

Sobur, Alex, 2006, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik,dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
44

Sunardi, ST., 2002, Semiotika Negativa, Yogyakarta: Kanal.

Tinarbuko, Sumbo, 2009, Semiotika Komunikasi Visual, Edisi Revisi, Yogyakarta:


Jalasutra.

Sumber Lain

Skripsi :

Hastim,ayu purwati, 2014, Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan,
skripsi, jurusan ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makasar.

Simatupang, ashido aldorio, 2011, Makna Solidaritas TKW Dalam Film Minggu pagi Di
Victoria park, Skrippsi, Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai