Anda di halaman 1dari 313

COVER

27 Agustus 2023
Dr. Rolyana Ferinia, MM
METODE PENELITIAN SOSIAL:
PANDUAN LENGKAP, TIPS, TRIK, TEKNIK, PRAKTIK
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak
ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan
Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya
untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya
untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya
untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan
Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan
ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran
hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
METODE PENELITIAN SOSIAL:
PANDUAN LENGKAP, TIPS, TRIK, TEKNIK, PRAKTIK
Rolyana Ferinia Pintauli

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
METODE PENELITIAN SOSIAL:
PANDUAN LENGKAP, TIPS, TRIK, TEKNIK, PRAKTIK

Rolyana Ferinia Pintauli

Editor:
Rintho R. Rerung
Tata Letak:
Syahrul Nugraha
Desain Cover:
Manda Aprikasari
Ukuran:
A4: 21 x 29,7 cm
Halaman:
viii, 286
ISBN:
978-623-195-388-9
Terbitan:
Juli 2023

Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau
Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
PRAKATA

Puji Syukur kepada Allah atas berkat yang limpah sehingga penulisan buku
ini dapat selesai.

Para akademisi, perusahaan, industri, pemerintah, bahkan individu


dihadapkan pada ledakan data. Data banyak ditemukan di lalu lintas web,
interaksi jejaring sosial, pemasok, pelanggan, sistem GPS dan lainnya.
Kelimpahan data ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi para
praktisi, peneliti, pemerintah, pengajar, dan mahasiswa. Sementara data
melimpah, tetapi saat yang bersamaan tidak ada cukup individu dengan
keterampilan analisis untuk melakukan penelitian.

Sebagai dosen Metodologi Penelitian dan mata kuliah yang berhubungan


dengan penelitian, saya sangat prihatin melihat masih banyak individu
secara khusus mahasiswa yang belum paham dalam melakukan penelitian.
Banyak dari mereka saat melakukan penelitian menggunakan jalan pintas
yaitu mengikuti skripsi dari pendahulunnya yang belum tentu benar atau
menggunakan jasa pembuat skripsi/tesis/disertasi.

Oleh karena itu, untuk upaya meningkatkan kualitas penelitian, maka buku
ini dibuat. Berdasarkan pengalaman mengajar, pengalaman meneliti,
didukung dengan berbagai sumber buku dan jurnal, penulis menguraikan
penelitian dengan sederhana agar mudah dimengerti dan dilakukan bagi
siapa saja yang ingin melakukan penelitian.

Diawali dengan pemahaman konsep dasar menyusun skripsi/tesis/disertasi


(Bab 1), kemudian buku ini menuntun peneliti untuk menyusun Bab 2
membahas tentang cara menulis Bab 1 Pendahuluan dengan ilustrasi-
ilustrasi yang diberikan untuk memudahkan peneliti untuk mengerti dan
memahaminya. Bab 3 menjelaskan dengan detail teknik menulis kajian teori
yang benar, cara membuat kerangka pemikiran dan menentukan hipotesis
penelitian. Bab 4 menjelaskan tentang metodologi penelitian yang diawali
dengan pemahaman konsep, variabel, pengukuran variabel dan jenis
variabel, sehingga peneliti mampu untuk variabel yang tepat. Bab 5
menguraikan dengan jelas teknik pengambilan sampel dan ukuran sampel.
Bab 6 menjelaskan dengan lugas teknik pengumpulan data dan diikuti
dengan penjelasan untuk melakukan uji kualitas data, uji validitas dan

i
reliabilitas (Bab 7). Setelah memahami aspek-aspek diatas, maka bab 8 akan
menuntun peneliti untuk melakukan analisis data dari berbagai aspek.
Buku ini juga membahas tentang penelitian kualitatif etnografi,
fenomenologi, studi kasus, penelitian studi Pustaka. Tidak kalah penting,
bab 10 menuntun peneliti untuk sanggup membuat jurnal dan melakukan
publikasi jurnal dengan segala tip dan triknya.

Banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses
terbitnya buku ini. Akhir kata, penulis berharap semoga buku ini
bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB 1 KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI ....... 1
Pendahuluan ............................................................................... 2
Penelitian..................................................................................... 3
Penelitian dan Pengetahuan ........................................................ 5
Tujuan Penelitian Sosial .............................................................. 8
Penelitian Eksplorasi (Explanatory) .............................................. 9
Penelitian Deskriptif (Descriptive) ............................................... 10
Penjelasan (Explanatory) ............................................................ 10
Perubahan atau Tindakan Komunitas ....................................... 11
Evaluasi..................................................................................... 12
Membangkitkan, Memprovokasi, atau Meresahkan ................... 12
Proses Penelitian Sosial ............................................................. 13
Langkah I: Merumuskan Masalah Penelitian ............................ 14
Tahap II: Merencanakan Studi Penelitian.................................. 14
Langkah II: Membuat Konsep Desain Penelitian ....................... 14
Langkah III: Menyusun Instrumen Untuk Pengumpulan Data .. 15
Langkah IV: Memilih Sampel .................................................... 15
Langkah V: Menulis Proposal Penelitian ................................... 16
Langkah III: Melakukan Studi Penelitian .................................. 17
Langkah VI: Mengumpulkan Data ............................................ 17
Langkah VII: Mengolah dan Menampilkan Data........................ 18
Langkah VIII: Menulis Laporan Penelitian................................. 18
Model Piramida Terbalik Penulisan Skripsi/Tesis/Disertasi ....... 19
Peneliti dan Pembimbing ........................................................... 25
BAB 2 PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN ................ 29
Pendahuluan ............................................................................. 30
Latar Belakang Masalah ............................................................ 31
Cara Membuat Latar Belakang Masalah .................................... 35
Penentuan Masalah pada Penelitian Deskriptif ......................... 38
Penentuan Masalah pada Penelitian Komparatif ....................... 40

iii
Identifikasi Masalah................................................................... 41
Rumusan Masalah ..................................................................... 43
Tujuan Penelitian ...................................................................... 44
Kegunaan Penelitian .................................................................. 46
BAB 3 PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN) ............ 51
Pendahuluan ............................................................................. 52
Kajian Teori ............................................................................... 53
Teori .......................................................................................... 54
Konsep ...................................................................................... 55
Konstruk ................................................................................... 56
Proposisi .................................................................................... 57
Logika ........................................................................................ 57
Kondisi/Asumsi Batas ............................................................... 58
Atribut Teori yang Baik .............................................................. 58
Pendekatan Membuat Teori ....................................................... 60
Teori Deduktif dan Induktif ....................................................... 61
Grand Theory, Middle Theory, Applied Theory ............................. 67
Menentukan Sub Judul pada Kajian Teori ................................. 71
Mempersiapkan Tinjauan Literatur: Menemukan
Literatur yang Relevan ............................................................... 74
Kerangka Pemikiran .................................................................. 76
Hipotesis Penelitian ................................................................... 79
Pengujian Hipotesis ................................................................... 81
Konsep Dasar Tentang Pengujian Hipotesis ............................... 84
Tata Cara Pengujian Hipotesis ................................................... 91
BAB 4 MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL,
PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL ............................ 95
Pendahuluan ............................................................................. 96
Konsep ...................................................................................... 97
Konseptualisasi ......................................................................... 98
Mengubah Konsep Menjadi Variabel/Dimensi ......................... 100
Jenis Variabel .......................................................................... 103

iv
BAB 5 MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL ................................. 111
Pendahuluan ........................................................................... 112
Teknik Sampling ...................................................................... 113
Probabilitas Sampling .............................................................. 115
Non-Probabilitas Sampling ....................................................... 122
Menentukan Ukuran Sampel ................................................... 127
Langkah-Langkah Utama dalam Survei Sampel....................... 132
BAB 6 MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
TEKNIK PENGUMPULAN DATA................................................ 137
Pendahuluan ........................................................................... 138
Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 138
BAB 7 MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS 159
Pendahuluan ........................................................................... 160
Validitas .................................................................................. 161
Reliabilitas ............................................................................... 167
Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................................. 170
Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif ............... 171
BAB 8 MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA ... 175
Pendahuluan ........................................................................... 176
Statistik Deskriptif................................................................... 177
Statistik Inferensial.................................................................. 181
Dasar untuk Memilih Teknik Statistik ..................................... 183
Menguji Hubungan yang Signifikan dan Perbedaan ................. 185
Menguji Apakah Dua Variabel Berhubungan ........................... 186
Menguji Dua Kelompok (Kategori) Berbeda .............................. 188
Menguji Apakah Tiga Atau Lebih Kelompok Berbeda ............... 189
Menilai Kekuatan Hubungan Antara Pasangan Variabel .......... 190
Menilai Kekuatan Hubungan Sebab-Akibat Antara Variabel .... 191
Meneliti Tren ........................................................................... 195
Memilih Statistik ..................................................................... 198
BAB 9 PENELITIAN KUALITATIF ...................................................... 201
Pendahuluan ........................................................................... 202

v
Etnografi .................................................................................. 203
Apa Fokus Investigasi dalam Etnografi? .................................. 204
Apa Peran Peneliti dalam Etnografi? ........................................ 206
Bagaimana Metode Berfokus pada Makna ............................... 206
Dimana Dilakukan Penelitian? ................................................ 207
Bagaimana Melakukan Penelitian, dan Bagaimana
Bentuknya Setelah Dilakukan? ............................................... 207
Prosedur Pelaksanaan Etnografi .............................................. 213
Fenomenologi .......................................................................... 216
Apa Fokus Penelitian? ............................................................. 216
Apa Peran Peneliti? .................................................................. 218
Dimana Dilakukan Penelitian? ................................................ 220
Bagaimana Melakukan Penelitian, dan Bagaimana
Bentuknya Setelah Dilakukan? ............................................... 220
Studi Kasus ............................................................................. 223
Apa Fokus Penelitian? ............................................................. 223
Apa Peran Peneliti? .................................................................. 226
Bagaimana Metode Berfokus Pada Makna? ............................. 226
Dimana Dilakukan Penelitian? ................................................ 227
Bagaimana Melakukan Penelitian, Dan Bagaimana
Bentuknya Setelah Dilakukan? ............................................... 227
Dari Siapa Data Akan Dikumpulkan? ...................................... 231
Protokol dan Instrumen Penelitian ........................................... 234
Melaksanakan Penelitian Studi Kasus ..................................... 237
Melaksanakan Pengumpulan Data .......................................... 237
Melaksanakan Analisis Data .................................................... 238
Melaksanakan Validitas ........................................................... 241
Analisis Tekstual (Penelitian Studi Pustaka) ............................ 241
Apa Fokus Penelitian? ............................................................. 242
Apa Peran Peneliti? .................................................................. 243
Bagaimana Metode Berfokus Pada Makna? ............................. 243
Dimana Dilakukan penelitian? ................................................ 245
Bagaimana Melakukan Penelitian, dan Bagaimana
Bentuknya Setelah Dilakukan? ............................................... 245

vi
BAB 10 MEMBUAT JURNAL ILMIAH................................................ 249
Pendahuluan ........................................................................... 250
Struktur Artikel Penelitian ....................................................... 252
Menulis Abstrak ...................................................................... 253
Menulis Pendahuluan .............................................................. 256
Menulis Teori ........................................................................... 264
Menulis Metode ....................................................................... 266
Menulis Hasil ........................................................................... 267
Menulis Pembahasan/Diskusi ................................................. 270
Menulis Kesimpulan ................................................................ 273
Persiapan Menerbitkan Manuskrip .......................................... 274
Pertimbangan Saat Memilih Jurnal Target ............................... 275
Pahami Ruang Lingkup dan Tujuan Jurnal ............................. 275
Pahami Pembaca Jurnal yang Dituju ....................................... 276
Dampak Jurnal (Journal Impact) ............................................. 277
Waktu Untuk Publikasi ........................................................... 277
Mengirimkan Manuskrip ......................................................... 278
Memahami Peran Editor .......................................................... 280
Memahami Peran Reviewer ...................................................... 281
Bagaimana Menanggapi Editor dan Reviewer .......................... 282
Bagaimana Menghadapi Penolakan Manuskrip ....................... 282
Hal Teknis Dalam Menulis Manuskrip ..................................... 285
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 287

vii
viii
BAB 1
KONSEP DASAR MENYUSUN
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar penelitian

2. Agar mahasiswa mampu mengerti bahwa penelitian berhubungan erat


dengan pengetahuan

3. Agar mahasiswa memahami arti dari penelitian sosial dan prinsip apa
yang harus diterapkan dalam melakukan penelitian

4. Agar mahasiswa memahami tujuan penelitian sosial sebagai dasar


pemilihan jenis penelitian yang akan digunakan

5. Agar mahasiswa memahami proses dalam melakukan penelitian sebagai


dasar membuat penelitian kelak.

6. Agar mahasiswa memahami karakteristik pembimbing dan dapat


mengantisipasinya ketika berhadapan dengan pembimbing tersebut

Pokok Bahasan

1. Penelitian

2. Penelitian dan Pengetahuan

3. Penelitian Sosial

4. Tujuan Penelitian Sosial

5. Proses Penelitian Sosial

6. Model Piramida Terbalik dalam Menyusun Skripsi/Tesis/Disertasi

7. Peneliti dan Pembimbing

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

1
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

Pendahuluan

P enelitian dilakukan dalam sebagian besar profesi. Lebih dari satu set
keterampilan, penelitian adalah cara berpikir: memeriksa secara kritis
berbagai aspek pekerjaan profesional sehari-hari; memahami dan
merumuskan prinsip-prinsip panduan yang mengatur prosedur tertentu;
dan mengembangkan dan menguji teori-teori baru yang berkontribusi pada
kemajuan praktik dan profesi. Ini adalah kebiasaan mempertanyakan apa
yang dilakukan, dan pemeriksaan sistematis pengamatan klinis untuk
menjelaskan dan menemukan jawaban atas apa yang dirasakan, dengan
maksud untuk melembagakan perubahan yang tepat untuk layanan
profesional yang lebih efektif. Pada bab ini fokus penjelasan adalah pada
pemahaman konsep penelitian, menghubungkan pengetahuan dan
penelitian, memahami prinsip dan tujuan penelitian sosial, proses
melakukan penelitian sosial, memahami karakteristik pembimbing.

2
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Penelitian

Secara sederhana definisi penelitian dijelaskan oleh (Merriam, 2011). Ia


menjelaskan bahwa definisi penelitian adalah 1). penyelidikan atau
pemeriksaan yang rajin terutama: penyelidikan atau eksperimen yang
ditujukan untuk penemuan dan interpretasi fakta, revisi teori atau hukum
yang diterima berdasarkan fakta baru, atau penerapan praktis dari teori atau
hukum baru atau yang direvisi tersebut; 2). pengumpulan informasi tentang
subjek tertentu; 3). teliti atau rajin mencari.

Penelitian dalam bahasa umum mengacu pada pencarian pengetahuan.


Hornby & Crowther, (1995) menjelaskan bahwa arti penelitian sebagai
penyelidikan atau penyelidikan yang cermat secara khusus melalui
pencarian fakta-fakta baru dalam cabang pengetahuan apa pun. Dari definisi
tersebut jelaslah bahwa penelitian adalah suatu proses untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi untuk menjawab
pertanyaan.

Motivasi seseorang untuk meneliti beragam. Menurut Kothari (2004), ada


beberapa motivasi yang menyebabkan seseorang meneliti. Pada umumnya
adalah karena tuntutan untuk mendapatkan gelar. Motivasi lainnya adalah
karena keinginan untuk menghadapi tantangan dalam memecahkan
masalah yang belum terpecahkan yaitu kepedulian terhadap masalah
praktis memulai penelitian. Keinginan untuk mendapatkan kesenangan
intelektual dalam melakukan beberapa pekerjaan kreatif dan keinginan
untuk mendapatkan kehormatan juga menjadikan alasan mengapa
seseorang memiliki motif untuk meneliti. Ini adalah motivasi dasar yang
menyebabkan seseorang melakukan penelitian, walau masih banyak faktor
lain yang menyebabkan seseorang meneliti. Misalnya, arahan pemerintah,
kondisi pekerjaan, rasa ingin tahu tentang hal-hal baru, keinginan untuk
memahami hubungan sebab akibat, pemikiran dan kebangkitan sosial
orang.

Penelitian erat hubungannya dengan sifat manusia yang cenderung ingin


tahu terhadap sesuatu yang belum diketahuinya (Liputan 6, 2020). Kita
semua memiliki naluri vital keingintahuan. Ini dibuktikan ketika “yang tidak

3
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

diketahui itu” dirasakan/dihadapkan kepada Anda, maka Anda bertanya-


tanya dan memiliki rasa ingin tahu. Itu membuat Anda mulai mencari tahu
“kenapa” dan mulai menyelidiki hingga outputnya adalah Anda mencapai
pemahaman yang penuh dan lebih lengkap tentang yang tidak diketahui
tersebut. Keingintahuan ini adalah ibu dari semua pengetahuan dan metode
yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan tentang apa pun
yang tidak diketahui, dapat disebut sebagai penelitian. Tanpa ada rasa ingin
tahu maka tidak akan pernah ada penelitian.

Perilaku penelitian lebih sering dibahas dan dilakukan pada kegiatan


akademik. Mahasiswa dituntut untuk membuat penelitian sebagai salah
satu syarat kelulusannya, dan dosen dituntut untuk melakukan penelitian
sebagai syarat kewajiban melaporkan “Beban Kerja Dosen” dan kenaikan
“Jabatan Fungsional”. Slesinger & Stephenson, (1930) menberikan definisi
penelitian yang lebih akademik, mereka menuliskan bahwa penelitian
didefinisikan sebagai mendefinisikan kembali masalah, merumuskan
hipotesis atau solusi yang disarankan; mengumpulkan, mengatur dan
mengevaluasi data; membuat deduksi dan mencapai kesimpulan, kemudian
menguji kesimpulan untuk menentukan apakah cocok dengan hipotesis
perumusan. Slesinger dan Stephenson mendefinisikan penelitian sebagai
manipulasi hal, konsep atau simbol untuk tujuan generalisasi untuk
memperluas, mengoreksi atau memverifikasi pengetahuan, apakah
pengetahuan itu membantu dalam konstruksi teori atau dalam praktik.

Dengan demikian, penelitian merupakan kontribusi orisinal terhadap stok


pengetahuan yang ada untuk kemajuan dunia pendidikan dan kerja. Ini
adalah pencarian kebenaran dengan bantuan studi, observasi, perbandingan
dan eksperimen. Singkatnya, pencarian pengetahuan melalui metode
objektif dan sistematis untuk menemukan solusi atas suatu masalah adalah
penelitian. Pendekatan sistematis mengenai generalisasi dan perumusan
teori juga merupakan penelitian. Dengan demikian istilah penelitian
mengacu pada metode sistematis.

Dari definisi tentang penelitian, maka tujuan penelitian adalah untuk


menemukan jawaban atas pertanyaan melalui penerapan prosedur ilmiah.
Tujuan utama penelitian adalah untuk menemukan kebenaran yang

4
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

tersembunyi dan yang belum ditemukan. Kothari, (2004) membagi tujuan


penelitian menjadi empat bagian (tujuan penelitian disini bukan
mendefinisikan tujuan penelitian di bab satu pada skripsi seseorang):

1. Untuk mendapatkan suatu fenomena atau untuk mencapai wawasan


baru ke dalamnya (studi dengan objek dalam pandangan ini disebut
sebagai studi penelitian eksplorasi atau formulatif);

2. Untuk menggambarkan secara akurat karakteristik individu, situasi


atau kelompok tertentu (studi dengan objek ini dikenal sebagai studi
penelitian deskriptif);

3. Untuk menentukan frekuensi terjadinya sesuatu atau dikaitkan dengan


sesuatu yang lain (studi dengan tujuan ini dikenal sebagai studi
penelitian diagnostik);

4. Untuk menguji hipotesis tentang hubungan kausal antara variabel


(penelitian semacam itu dikenal sebagai penelitian pengujian hipotesis).

Penelitian dan Pengetahuan

Ada banyak cara untuk mendapatkan pengetahuan dalam kehidupan


sehari-hari, apalagi di era digital. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
internet, buku, dan juga alam. Para ahli juga merupakan salah satu sumber
pengetahuan. Misalnya, Anda hendak mengembangkan pandangan tentang
dunia melalui individu yang Anda kenal secara pribadi seperti orang, teman,
dan guru. Juga kepada para ahli seperti media berita, otoritas keagamaan,
biro sensus, politisi, pakar perawatan kesehatan, dan lain-lain. Ingat,
masing-masing otoritas ini pasti akan memberikan ilmu yang diketahuinya,
tetapi memiliki perspektif dan biasnya sendiri. Faktor-faktor seperti agama,
kecenderungan politik, pendidikan, dan karakteristik status, termasuk ras,
kelas, jenis kelamin, dan seksualitas, dapat memengaruhi pandangan
otoritas dan juga pandangan peneliti.

Leavy, (2017) membagi sumber pengetahuan menjadi tiga bagian besar yaitu
keyakinan budaya, pengalaman pribadi dan sensorik, dan penelitian sosial.

Keyakinan budaya adalah sumber pengetahuan umum. Misalnya,


pandangan tentang ras dan rasisme telah berubah seiring waktu dan seiring

5
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

dengan perubahan budaya. Untuk memahami betapa biasnya pemahaman


budaya, pertimbangkan norma-norma mengenai ras sebelum gerakan hak-
hak sipil. Pada saat itu, ide-ide yang dipegang teguh tentang ras, yang
kebanyakan orang anggap rasis hari ini, diterima begitu saja.

Pengetahuan dari pengalaman pribadi dan sensorik. Setiap orang dapat


belajar tentang dunia berdasarkan apa yang dilihat, dengar, cium, cicipi, dan
sentuh. Terkadang cara mengetahui yang berbeda ini bersatu untuk
meyakinkan tentang sesuatu. Misalnya, orang tua menyuruh anaknya untuk
tidak menyentuh kompor karena panas dan tangan yang memegangnya
dapat terbakar. Informasi itu diperoleh dari pengalaman saat tangan terkena
kompor panas. Tangan itu melepuh, dan rasanya sakit sekali.

Meskipun orang belajar melalui pengalaman hidup sehari-hari, tetap ada


banyak keterbatasan dengan sumber-sumber pengetahuan ini. Ketika
menggunakan pengalaman pribadi, orang memiliki kecenderungan untuk
menggeneralisasi, membuat pengamatan yang tidak akurat, memahami
sesuatu secara selektif, dan menutup penyelidikan segera setelah
mengembangkan ide.

Dalam beberapa kasus, otoritas, kepercayaan budaya, dan pengalaman


pribadi dapat saling mengkonfirmasi dengan cara yang menyesatkan, yang
memperkuat informasi yang salah dan bias. Misalnya, jika berada dalam
kelompok ras yang dominan, kemungkinan Anda tidak pernah mengalami
rasisme secara pribadi. Jika kenaifan Anda tentang ras diperkuat oleh
keluarga, teman, dan berita yang ditonton, Anda sampai pada kesimpulan
bahwa rasisme tidak lagi menjadi masalah. Meskipun sumber pengetahuan
harian mengkonfirmasi perspektif ini, konfirmasi tersebut tidak
membuatnya demikian.

Keyakinan dan pengetahuan tidak sama. Saat Anda mengembangkan


keyakinan pribadi bahwa rasisme tidak lagi menjadi masalah, namun,
pengetahuan berdasarkan penelitian menyangkal keyakinan itu. Penelitian
diperlukan untuk menantang dan mengatasi bias dan keterbatasan yang
melekat dalam belajar pengetahuan dari para ahli, budaya, dan pengalaman
pribadi.

6
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Penelitian Sosial

Penelitian sosial adalah jenis penelitian yang dilakukan peneliti sosial untuk
menjawab keprihatinan tentang berbagai elemen sosial. Penelitian ini
dilakukan untuk memberikan sumbangsih untuk memperkaya ilmu sosial,
fenomena sosial, atau praktik sosial. Istilah sosial berkaitan dengan interaksi
individu, kelompok, institusi, dan lingkungan yang lebih luas.

Penelitian sosial telah berkembang sebagai cara membangun pengetahuan


yang mempromosikan praktik yang disepakati dalam komunitas penelitian
yang membantu peneliti menghindari keterbatasan dan jebakan cara
mengetahui lainnya. Keyakinan pribadi yang dikembangkan dari sumber
lain, misalnya, ahli, budaya, pengalaman pribadi dapat menjadi pendorong
minat pada topik untuk proyek penelitian. Namun, pengetahuan yang
dihasilkan dengan cara ilmiah sosial dapat mendukung atau menyangkal
keyakinan pribadi tersebut.

Tidak semua penelitian sosial dapat diteliti. Ada syarat yang perlu dipenuhi.
Sebuah penelitian harus memiliki karakteristik tertentu yaitu terkendali,
teliti, sistematis, valid, dapat diverifikasi, empiris, dan kritis (Kumar, 2019).

Terkendali. Dalam kehidupan nyata ada banyak faktor yang memengaruhi


hasil. Sebuah peristiwa tertentu jarang merupakan hasil dari hubungan
satu-ke-satu. Beberapa hubungan lebih kompleks daripada yang lain.
Sebagian besar hasil adalah sekuel dari interaksi multiplisitas hubungan
dan faktor yang berinteraksi. Dalam studi hubungan sebab-akibat, penting
untuk dapat menghubungkan akibat dengan sebab dan sebaliknya. Dalam
studi sebab-akibat, pembentukan hubungan ini sangat penting; namun,
dalam praktiknya, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial, sangat sulit – dan
seringkali tidak mungkin – untuk menghubungkannya.

Konsep terkendali menyiratkan bahwa dalam mengeksplorasi kausalitas


dalam kaitannya dengan dua variabel, peneliti mengatur studi dengan cara
yang meminimalkan efek dari faktor-faktor lain yang memengaruhi
hubungan tersebut. Hal ini dapat dicapai sebagian besar dalam ilmu fisika,
karena sebagian besar penelitian dilakukan di laboratorium. Namun, dalam
ilmu sosial sangat sulit karena penelitian dilakukan pada masalah yang

7
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

berkaitan dengan manusia yang hidup dalam masyarakat, di mana kontrol


seperti itu tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, dalam ilmu sosial,
karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor eksternal, peneliti mencoba
mengukur dampaknya.

Teliti. Peneliti harus teliti dalam memastikan bahwa prosedur yang diikuti
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan relevan, tepat, dan dapat
dibenarkan. Sekali lagi, tingkat ketelitian sangat bervariasi antara ilmu-ilmu
fisika dan ilmu-ilmu sosial dan di dalam ilmu-ilmu sosial.

Sistematis. Sistematis menyiratkan bahwa prosedur yang diadopsi untuk


melakukan penyelidikan mengikuti urutan logis tertentu. Langkah-langkah
yang berbeda tidak dapat diambil secara serampangan. Beberapa prosedur
harus mengikuti yang lain.

Valid dan Dapat Diverifikasi. Konsep ini menyiratkan bahwa apa pun yang
disimpulkan berdasarkan temuan adalah benar dan dapat diverifikasi oleh
peneliti dan orang lain.

Empiris. Empiris berarti bahwa setiap kesimpulan yang diambil didasarkan


pada bukti kuat yang dikumpulkan dari informasi yang dikumpulkan dari
pengalaman atau pengamatan kehidupan nyata.

Kritis. Pemeriksaan kritis terhadap prosedur yang digunakan dan metode


yang digunakan sangat penting untuk penyelidikan penelitian. Proses
investigasi harus sangat mudah dan bebas dari segala kekurangan. Proses
yang diadopsi dan prosedur yang digunakan harus mampu bertahan dari
pengawasan kritis.

Tujuan Penelitian Sosial

Dalam bentuknya yang paling mendasar, tujuan penelitian sosial adalah


untuk menawarkan solusi atas suatu masalah sekaligus memperoleh
informasi baru melalui suatu metode mengenai sesuatu yang secara umum
diterima sebagai kebenaran menguraikannya tujuan penelitian sosial
menjadi beberapa bagian yaitu (Leavy 2017):

8
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Penelitian Eksplorasi (Explanatory)

Ketika peneliti memiliki topik baru atau relatif kurang diteliti, penelitian
eksplorasi adalah cara belajar tentang topik itu. Penelitian eksplorasi dapat
membantu mengisi kesenjangan dalam pengetahuan tentang topik baru atau
yang belum diteliti, atau mendekati topik dari perspektif yang berbeda untuk
menghasilkan wawasan baru dan yang muncul.

Banyak penelitian sosial dilakukan untuk mengeksplorasi suatu topik.


Pendekatan ini biasanya terjadi ketika seorang peneliti meneliti minat baru
atau ketika subjek studi itu sendiri relatif baru. Sebagai contoh, anggaplah
ketidakpuasan pembayar pajak yang meluas terhadap pemerintah
mengakibatkan wajib pajak bereaksi. Orang-orang mulai menolak untuk
membayar pajak. Peneliti kemudian mempelajari lebih lanjut tentang situasi
ini, seberapa luas penyebarannya? Tingkat dukungan apa yang ada di dalam
komunitas? Sebuah studi eksplorasi dapat membantu menemukan
setidaknya jawaban perkiraan untuk beberapa pertanyaan ini. Peneliti dapat
memeriksa angka-angka dengan petugas pemungut pajak, mengumpulkan
dan mempelajari literatur, menghadiri pertemuan, dan mewawancarai para
pemimpin (Babbie 2010).

Studi eksplorasi juga sesuai untuk fenomena-fenomena yang lebih persisten.


Misalkan peneliti tidak senang dengan persyaratan kelulusan perguruan
tinggi dan ingin membantu mengubahnya. Peneliti dapat mempelajari
sejarah persyaratan tersebut di perguruan tinggi dan bertemu dengan
pejabat perguruan tinggi untuk mempelajari alasan standar saat ini. Peneliti
dapat berbicara dengan beberapa mahasiswa untuk mendapatkan gambaran
kasar tentang sentimen pada subjek. Kegiatan ini dapat menyarankan hasil
studi yang lebih ekstensif.

Babbie (2010) menjelaskan bahwa studi eksplorasi dapat dilakukan jika


tujuan penelitian peneliti untuk memuaskan keingintahuan peneliti dan
keinginan untuk pemahaman yang lebih baik, untuk menguji kelayakan
melakukan studi yang lebih luas, untuk mengembangkan metode yang akan
diterapkan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

9
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Studi eksplorasi penting dalam penelitian ilmu sosial. Terutama untuk


membuat terobosan baru, dan menghasilkan wawasan baru ke dalam topik
penelitian. Penelitian tersebut dapat mendorong penyelidikan lebih lanjut,
termasuk pengembangan rencana metodologis yang sesuai. Dengan
demikian, penelitian awal ini dapat mengarahkan ke pertanyaan penelitian
tertentu, metode pengumpulan data, partisipan, dan/atau audiens.

Penelitian Deskriptif (Descriptive)

Studi deskriptif akan menjawab pertanyaan tentang “apa”, “di mana”,


“kapan”, dan “bagaimana”. Tujuan utama dari banyak studi ilmu sosial
adalah untuk menggambarkan situasi dan peristiwa. Peneliti mengamati dan
kemudian mendeskripsikan apa yang diamati. Pengamatan ilmiah dilakukan
dengan hati-hati dan penuh pertimbangan, hasilnya lebih akurat dan tepat
daripada pengamatan biasa. Ketika peneliti ingin menggambarkan individu,
kelompok, kegiatan, peristiwa, atau situasi, penggunaan penelitian deskriptif
adalah yang paling tepat. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
menghasilkan apa yang disebut oleh Geertz (1973) sebagai deskripsi tebal
dari kehidupan sosial yang memberikan detail, makna, dan konteks,
biasanya dari perspektif orang yang menjalaninya. Peneliti dapat beralih ke
observasi ketat atau metode wawancara terkait untuk mendokumentasikan
bagaimana hal-hal dialami, sehubungan dengan fenomena yang diselidiki.
Contoh, jika peneliti ingin menggambarkan respon masyarakat terhadap
peristiwa kerusuhan 1997, peneliti bisa melakukan penelitian lapangan
kepada orang yang menyaksikan situasi itu di untuk mendapatkan jawaban
yang melibatkan observasi, partisipasi dalam pertemuan/protes lokal, dan
wawancara informal. Contoh lainnya adalah sebuah penelitian etnografi
antropologis dilakukan, untuk mencoba untuk merinci budaya tertentu dari
beberapa masyarakat yang belum melek huruf (Babbie 2010).

Penjelasan (Explanatory)

Studi eksplanatori akan menjawab pertanyaan “mengapa.” Ketika peneliti


ingin menjelaskan sebab dan akibat, korelasi, atau mengapa segala
sesuatunya seperti itu, penelitian eksplanatori adalah pilihan yang tepat.
Misalnya, jika peneliti ingin mengetahui faktor-faktor tertentu yang

10
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

membentuk sikap orang tentang isu kontroversial seperti fracking, penelitian


sel punca, atau kebijakan imigrasi, maka Anda dapat melakukan penelitian
penjelasan. Jenis penelitian ini juga dapat memberikan bukti untuk
hubungan sebab akibat, menunjukkan bahwa A menyebabkan B, atau
bahwa A menyebabkan B hanya dalam keadaan tertentu. Atau, peneliti
mungkin ingin mempelajari korelasi antara A dan B, menunjukkan
misalnya, bahwa A berhubungan positif dengan B. Penelitian eksplanatori
berguna ketika ingin menjelaskan mengapa segala sesuatunya seperti itu,
sehubungan dengan fenomena yang sedang diselidiki. Contoh, jika peneliti
ingin menentukan faktor-faktor yang membentuk sikap masyarakat tentang
pemahaman kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) peneliti dapat melakukan penelitian survei, melalui kuesioner,
untuk melihat sejauh mana ras, jenis kelamin, usia, latar belakang sosial
ekonomi memengaruhi sudut pandang orang.

Perubahan atau Tindakan Komunitas

Ketika pemangku kepentingan atau pemerintah telah mengidentifikasi


kebutuhan akan perubahan atau tindakan peneliti dapat melakukan
penelitian dengan tujuan mendorong perubahan masyarakat, tindakan
sosial, atau intervensi masyarakat tersebut. Misalnya, jika suatu komunitas
mengalami perkembangan pesat dan beberapa pemangku kepentingan
dalam komunitas tersebut tidak dapat melakukan penelitian, maka peneliti
dapat mengembangkan proyek penelitian dengan tujuan untuk campur
tangan dalam proses itu. Dalam beberapa kasus, biasanya penelitian ini
bertujuan untuk memengaruhi kebijakan publik. Untuk melakukan
penelitian dengan tujuan perubahan atau tindakan masyarakat, dapat juga
dilakukan dengan penelitian deskriptif, eksplanatori, atau evaluatif. Contoh,
jika peneliti ingin membantu sebuah komunitas untuk membuat perubahan
dalam bagaimana program pemberdayaan masyarakat desa dibuat dan
dipelihara untuk menghilangkan profil rasial, Anda dapat melakukan
penelitian berbasis komunitas dengan melibatkan pemangku kepentingan
lokal seperti penduduk, anggota masyarakat, apparat desa, pejabat
pemerintah untuk mengembangkan proyek dengan tujuan dan norma

11
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

masyarakat sebagai pusatnya, yang pada akhirnya mendorong perubahan


masyarakat yang positif.

Evaluasi

Ketika peneliti ingin menilai efektivitas atau dampak suatu program atau
kebijakan, penelitian evaluasi menyediakan sarana untuk melakukannya
(Patton 2015). Evaluasi dapat dianggap sebagai penjelasan (Adler and Clark
2011). Penelitian evaluasi berguna dalam berbagai jenis proyek penelitian,
mulai dari mengevaluasi program pendidikan, hingga kebijakan publik,
berbagai jenis kampanye, dan sebagainya. Misalnya, penelitian evaluasi
dapat membantu peneliti menentukan bagaimana perubahan dalam
kebijakan berdampak pada keberhasilan atau kegagalan dalam program
tertentu atau efektivitas kampanye kesadaran tertentu. Contoh, jika peneliti
ingin mengevaluasi keefektifan program pengawasan komunitas dan
bagaimana program itu beroperasi sehubungan dengan diskriminasi suku
maka Anda melakukan penelitian yang menganalisis dokumen seperti
laporan insiden.

Membangkitkan, Memprovokasi, atau Meresahkan

Ketika peneliti ingin membuat audiens tertentu atau kelompok orang


berpikir tentang atau melihat sesuatu secara berbeda, mempromosikan
pembelajaran baru, atau membuat kampanye kesadaran, Anda dapat
melakukan penelitian dengan tujuan membangkitkan, memprovokasi, atau
meresahkan. Penelitian semacam ini berfungsi sebagai intervensi,
merangsang refleksi diri, atau membangkitkan kesadaran sosial. Penelitian
ini dapat mengikuti model generatif dimana penyelidikan itu sendiri adalah
tindakan penelitian untuk melakukan penelitian dengan tujuan
membangkitkan makna, atau dengan melakukan penelitian eksploratif atau
deskriptif. Contoh, jika peneliti ingin membangkitkan persepsi orang tentang
ras dan rasisme, stereotip yang meresahkan, dan memprovokasi
pemahaman baru, Anda dapat mengumpulkan mahasiswa dengan beragam
ras membuat seni visual tentang itu dan kemudian menggambarkan seni
secara tekstual atau verbal. Karya seni tersebut nantinya dapat ditampilkan

12
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

di lingkungan sekolah, pusat komunitas, dan/atau online sebagai bentuk


provokasi positif tentang kondisi yang sedang terjadi.

Proses Penelitian Sosial

Proses penelitian ini dianalogikan sebuah “perjalanan”. Sebelum Anda


melakukan perjalanan, ada tiga keputusan penting yang harus dibuat.
Pertama yaitu menentukan tujuan perjalanan. Solo, Yogyakarta, atau Bali.
Kedua, menentukan kendaraan yang akan digunakan. Mobil pribadi? bis?
atau kereta api? Ketiga, rute yang mau digunakan? (karena untuk menuju
tujuan perjalanan akan ada beberapa rute yang dapat digunakan. Proses
penelitian sangat mirip dengan melakukan perjalanan. Anda yang akan
memandu prosesnya. Pertama-tama Anda perlu memutuskan apa yang ingin
dicari tahu tentang masalah penelitian (research problems) melalui
pertanyaan penelitian (research questions) apa yang ingin diemukan
jawabannya. Setelah memutuskan pertanyaan penelitian, kemudian perlu
memutuskan bagaimana cara mencari jawabannya (metodologi penelitian).
Saat menentukan metodologi penelitian, Anda harus memutuskan langkah-
langkah apa yang harus digunakan agar perjalanan penelitian Anda tepat
menjawab pertanyaan masalah.

Kumar (2019) menjelaskan proses penelitian dengan Model Delapan


Langkah yang terdiri dari tiga tahap, dan delapan langkah penelitian.

Tahap I : Memutuskan apa yang akan diteliti

Langkah I : Merumuskan masalah penelitian

Tahap II : Merencanakan studi penelitian

Langkah II : Membuat konsep desain penelitian

Langkah III : Menyusun instrumen untuk pengumpulan data

Langkah IV : Memilih sampel

Langkah V : Menulis proposal penelitian

Tahap III : Melakukan studi penelitian

Langkah VI : Mengumpulkan data

13
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Langkah VII : Mengolah dan menampilkan data

Langkah VIII : Menulis laporan penelitian

Langkah I: Merumuskan Masalah Penelitian

Merumuskan masalah penelitian merupakan langkah pertama dan


terpenting dalam proses penelitian. Masalah penelitian mengidentifikasi
tujuan. Itu harus memberi tahu peneliti, pembimbing penelitian, dan
pembaca tentang apa yang ingin diteliti. Semakin spesifik dan jelas rumusan
masalahnya, akan semakin memudahkan penelitian dilanjutkan, karena
segala sesuatu yang mengikuti proses penelitian yaitu desain studi, prosedur
pengukuran, strategi pengambilan sampel, kerangka analisis, dan gaya
penulisan penelitian sangat dipengaruhi oleh cara peneliti merumuskan
masalah penelitian. Oleh karena itu, penentuan rumusan masalah harus
menyeluruh, cermat dan kritis. Fungsi utama dari merumuskan masalah
penelitian adalah untuk memutuskan apa yang ingin dicari tahu.

Faktor yang perlu dipertimbangkan saat merumuskan masalah penelitian


adalah waktu yang tersedia, keahlian dan pengetahuan tentang masalah
penelitian, juga sumber pendanaan yang dimiliki.

Tahap II: Merencanakan Studi Penelitian

Rencana penelitian adalah cetak biru yang menguraikan cara di mana


peneliti bermaksud untuk mendekati masalah yang dihadapi. Garis besar
tertulis, narasi, peta visual/konsep, atau garis waktu adalah beberapa
kemungkinan representasi dari rencana tersebut. Saat peneliti bergerak
maju dengan penyelidikan, dokumen ini pasti akan mengalami revisi dan
pertumbuhan.

Langkah II: Membuat Konsep Desain Penelitian

Sebuah fitur yang sangat penting dari penelitian adalah penggunaan metode
yang tepat. Penelitian melibatkan eksplorasi dan deskripsi yang sistematis,
terkontrol, valid dan ketat tentang apa yang tidak diketahui dan
pembentukan asosiasi dan sebab-akibat yang memungkinkan prediksi hasil

14
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

yang akurat di bawah serangkaian kondisi tertentu. Ini juga melibatkan


identifikasi kesenjangan.

Langkah III: Menyusun Instrumen Untuk Pengumpulan Data

Segala sesuatu yang menjadi sarana pengumpulan informasi untuk studi


penelitian disebut alat penelitian atau instrumen penelitian, misalnya
formulir observasi, jadwal wawancara, kuesioner dan panduan wawancara.

Penyusunan instrumen penelitian merupakan langkah awal yang praktis


dalam melaksanakan suatu penelitian. Peneliti perlu memutuskan
bagaimana akan mengumpulkan data untuk studi yang diusulkan dan
kemudian membangun instrumen penelitian untuk pengumpulan data.
Misalnya, jika peneliti berencana untuk mengumpulkan data primer untuk
studi penelitiannya, maka peneliti perlu menyusun instrumen penelitian,
maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
skala sikap. Jika peneliti menggunakan data sekunder, peneliti perlu
mengidentifikasi informasi apa yang diperlukan dan kemudian
mengembangkan formulir untuk mengekstrak data yang diperlukan. Untuk
menentukan informasi apa yang diperlukan, peneliti harus melalui proses
yang sama seperti untuk data primer, yang dijelaskan di atas.

Pengujian lapangan (atau pra-pengujian) alat penelitian merupakan bagian


integral dari konstruksi instrumen. Sebagai aturan, pra-tes instrumen
penelitian tidak boleh dilakukan pada sampel populasi penelitian tetapi pada
populasi serupa yang bukan populasi yang diteliti.

Langkah IV: Memilih Sampel

Keakuratan temuan sangat tergantung pada cara memilih sampel. Tujuan


dasar dari setiap desain pengambilan sampel adalah untuk meminimalkan
biaya penelitian, karena dengan menggunakan populasi akan meningkatkan
biaya, memperpanjang waktu penelitian, dan menambah kompleksitas
masalah saat mengumpulkannya. Premis yang mendasari pengambilan
sampel adalah bahwa jumlah unit yang relatif kecil, jika dipilih dengan cara
yang benar-benar mewakili populasi penelitian, dapat memberikan tingkat
probabilitas yang cukup tinggi.

15
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Saat memilih sampel, peneliti harus berusaha mencapai dua tujuan utama
pengambilan sampel, yaitu menghindari bias dalam pemilihan sampel dan
pencapaian presisi maksimum untuk pengeluaran sumber daya tertentu.

Ada tiga kategori desain sampling yaitu desain sampling acak/probabilitas,


desain sampling non- acak/non-probabilitas, dan desain sampling campuran.
Ada beberapa strategi pengambilan sampel dalam dua kategori pertama.
Peneliti perlu mengenal desain pengambilan sampel ini, memahami
kekuatan dan kelemahan masing-masing dan situasi di mana desain
sampling dapat atau tidak dapat diterapkan. Jenis strategi pengambilan
sampel yang digunakan akan memengaruhi kemampuan peneliti untuk
membuat generalisasi dari temuan sampel tentang populasi penelitian, dan
jenis uji statistik yang dapat diterapkan pada data.

Langkah V: Menulis Proposal Penelitian

Setelah melakukan semua pekerjaan persiapan, langkah selanjutnya adalah


mengumpulkan semuanya dengan cara yang memberikan informasi yang
memadai tentang studi penelitian tersebut. Rencana keseluruhan ini, yang
disebut proposal penelitian, memberi tahu pembaca tentang masalah
penelitian dan bagaimana peneliti berencana untuk menyelidikinya. Secara
umum, fungsi utama proposal penelitian adalah untuk merinci rencana
operasional untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.
Artinya, ini memastikan dan meyakinkan pembaca tentang validitas
metodologi untuk mendapatkan jawaban secara akurat dan objektif.

Model/template proposal mungkin saja berbeda di masing-masing


Universitas dan Lembaga, tetapi kerangka kerjannya akan tidak jauh
berbeda. Proposal penelitian harus memberi tahu tentang rencana penelitian
peneliti:

1. Apa yang peneliti usulkan untuk dilakukan?

2. Bagaimana peneliti berencana untuk melanjutkan?

3. Mengapa peneliti memilih strategi yang diusulkan?

16
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Itu sebabnya penting untuk menarasikan:

1. Pernyataan tentang latar belakang masalah serta tujuan penelitian.

2. Teori yang menjelaskan tentang masalah penelitian. Bagi penelitian


kuantitatif maka akan ada penjelasan teori tentang hubungan antar
variabel.

3. Penjelasan tentang hipotesis (keharusan bagi penelitian kuantitatif,


tetapi tentatif bagi penelitian kualitatif)

4. Desain studi yang diusulkan untuk digunakan.

5. Instrumen penelitian yang direncanakan untuk digunakan.

6. Informasi tentang ukuran sampel dan desain pengambilan sampel.

7. Informasi tentang prosedur pengolahan data.

8. Masalah dan keterbatasan penelitian.

9. Kerangka waktu yang diusulkan.

Langkah III: Melakukan Studi Penelitian

Penelitian adalah proses berbasis penyelidikan yang memerlukan


merumuskan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis dan
mengevaluasi bukti, mengembangkan kesimpulan, dan menyebarkan
pengetahuan yang diperoleh. Mahasiswa harus memiliki keterampilan untuk
melakukan penelitian agar dapat kuliah dan siap kerja.

Langkah VI: Mengumpulkan Data

Setelah merumuskan masalah penelitian, mengembangkan desain


penelitian, membangun instrumen penelitian dan memilih sampel,
kemudian akan mengumpulkan data yang darinya akan ditarik kesimpulan
penelitian. Proses pengumpulan dan pengukuran informasi tentang variabel-
variabel yang menarik dengan cara sistematis yang memungkinkan
seseorang untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dinyatakan, menguji
hipotesis, dan mengevaluasi hasil disebut sebagai pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah proses mengumpulkan dan mengukur informasi
tentang variabel yang diminati. Pada tahapan ini peneliti benar-benar

17
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

mengumpulkan data. Misalnya, peneliti memulai wawancara, mengirimkan


kuesioner, melakukan diskusi kelompok fokus/nominal atau melakukan
observasi. Saat peneliti melakukan pengumpulan data berhati-hatilah
dengan masalah etika.

Langkah VII: Mengolah dan Menampilkan Data

Cara peneliti menganalisis informasi yang dikumpulkan sangat bergantung


pada dua hal yaitu jenis informasi, apakah penelitiannya deskriptif,
kuantitatif, kualitatif atau sikap dan cara peneliti mengomunikasikan
temuannya kepada pembaca.

Penting juga untuk mempertimbangkan apakah data akan dianalisis secara


manual atau dengan komputer yang penjelasannya akan dituangkan dalam
bentuk narasi. Jika peneliti menginginkan analisis kuantitatif, peneliti juga
perlu memutuskan jenis analisis yang diperlukan seperti distribusi frekuensi,
tabulasi silang, atau prosedur statistik lainnya, seperti analisis regresi,
analisis faktor, dan analisis varians dan cara penyajiannya. Peneliti juga perlu
mengidentifikasi variabel yang akan dikenakan prosedur statistik ini. Jika
studi peneliti murni deskriptif, peneliti dapat menulis penelitiannya
berdasarkan catatan lapangan, menganalisis isi catatan secara manual yang
sering disebut dengan analisis konten, atau menggunakan program
komputer.

Langkah VIII: Menulis Laporan Penelitian

Menulis laporan adalah langkah terakhir dan paling sulit dari proses
penelitian. Proses ini yang akan memberi tahu dunia apa yang telah
dilakukan, apa yang telah ditemukan, dan kesimpulan apa yang telah ditarik
dari temuan tersebut. Jika peneliti telah akurat tentang seluruh proses, pasti
peneliti juga akan mudah saat menarasikan semuanya kedalam bentuk
laporan. Laporan peneliti harus ditulis dalam gaya akademis dan dibagi
menjadi beberapa bab dan/atau bagian yang berbeda berdasarkan tema
utama studi.

18
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Model Piramida Terbalik Penulisan Skripsi/Tesis/Disertasi

Ingat selalu konsep “Piramida Terbalik”. Apa yang dimaksud dengan


piramida terbalik? Piramida terbalik dalam penyusunan narasi
skripsi/tesis/disertasi adalah tentang struktur penulisan yang disajikan
dari yang paling dasar/umum hingga yang paling spesifik. Berikut ini adalah
beberapa gambar yang menjelaskan konsep piramida terbalik. Gambar 1.1.
Konsep piramida terbalik secara umum; Gambar 1.2. Konsep piramida
terbalik dalam penulisan skripsi/tesis/disertasi, Gambar 1.3 Konsep
Piramida Terbalik Bab I; Gambar 1.4 Konsep Piramida Terbalik Bab 2;
Gambar 1.5 Konsep Piramida Terbalik Bab 3; Gambar 1.6 Konsep Piramida
Terbalik Bab 4; Gambar 1.7 Konsep Piramida Terbalik Bab 5

Gambar 1.1 Konsep Piramida Terbalik


Skripsi secara menyeluruh disusun dengan konsep piramida terbalik.
Diawali dengan penulisan tentang pendahuluan, dilanjutkan dengan teori,
metodologi penelitian, hasil dan pembahaan dan kesimpulan dan saran
Gambar 1.2.

19
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Gambar 1.2 Konsep Piramida Terbalik Skripsi

Gambar 1.3 Konsep Piramida Terbalik Bab I

20
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Gambar 1.4 Konsep Piramida Terbalik Bab 2

Gambar 1.5 Konsep Piramida Terbalik Bab 3

21
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Gambar 1.6 Konsep Piramida Terbalik Bab 4

Gambar 1.7 Konsep Piramida Terbalik Bab 5


Teknik dalam melakukan narasi disetiap sub bab juga harus berlandaskan
konsep piramida terbalik. Saya akan memberikan beberapa contoh seperti
gambar 1.8 tentang konsep piramida terbalik menyusun latar belakang

22
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

masalah, gambar 1.9 konsep piramida terbalik menyusun kajian teori; dan
gambar 1.10 konsep piramida terbalik menyusun kerangka pemikiran.

Latar belakang masalah yang baik harus diuraikan seperti konsep pada
gambar 1.8. Banyak peneliti/mahasiswa tidak memahami cara menulis latar
belakang masalah yang baik. Cara yang salah yang dilakukan dalam menulis
latar belakang masalah adalah dengan mengikuti contoh-contoh yang ada di
skripsi orang lain/dari internet, tanpa memahami cara menulis latar
belakang masalah sesungguhnya.

Gambar 1.8 Konsep Piramida Terbalik Menyusun Latar Belakang Masalah


Modifikasi dengan (Machali 2017)
Pembahasan kajian teori selalu diawali dengan pembahasan teori yang
paling umum pada setiap variabelnya. Diawali dengan kajian teori variabel Y
dan diikuti oleh variabel X jika penelitian kuantitatif. Untuk penelitian
kualitatif, maka kajian teori diuraikan dari pembahasan umum tentang
variabel yang diteliti hingga pembahasan yang spesifik/detail.

Kajian teori diawali dengan pembahasan definisi, dan diikuti pembahasan


lainnya yang berhubungan dengan kajian teori yang akan mengarahkan
kepada pemilihan teori yang akan dijadikan dasar teknik pengumpulan data
Gambar 1.9.

23
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Gambar 1.9 Konsep Piramida Terbalik Menyusun Kajian Teori


Catatan:

1. dimisalkan membuat kajian teori konsep: Kinerja

2. Tanda bintang (*) artinya pada sub bab ini yang akan digunakan
untuk membuat kuesioner

Kerangka pemikiran yang baik adalah kerangka pemikiran yang dirangkai


dengan baik. Input/kondisi awal/permasalahan/awal penyuluhan/
persiapan analisis sebagai tahap awal, proses/tindakan/analisis sebagai
tahap kedua, dan output/solusi/akhir penyuluan/hasil analisis (lihat,
gambar 1.10). Pembahasan rinci akan dibahas di bab 3.

24
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Gambar 1.10 Konsep Piramida Terbalik Menyusun Kerangka Pemikiran

Peneliti dan Pembimbing

Dosen pembimbing adalah dosen atau peneliti yang diberikan surat tugas
oleh Dekan untuk melaksanakan pembimbingan dan pendampingan selama
mahasiswa yang ditunjuk melakukan proses penelitian hingga
menyelesaikan proses bundel skripsi dan menyerahkannya kepada
Fakultas/pimpinan. Dia akan membantu proses penyusunan skripsi,
menjelaskan benang merah penelitian mulai dari bab I hingga bab V. Pada
prinsipnya, dosen pembimbing akan membantu kelancaran proses
penelitian dan penyusunan skripsi agar terarah, benar, dan sesuai dengan
kaidah keilmuan bukan hanya sekadar memberikan instruksi tanpa ada
proses mentoring. Pada kenyataannya, yang sering terjadi adalah, seorang
pembimbing tidak lebih dari seorang yang tertera dicatatan akademik
sebagai seorang pembimbing saja, tanpa melakukan proses pembimbingan
yang benar.

Ada beberapa tipe pembimbing yang saya amati. Pertama, tipe pembimbing
yang tidak mau membimbing tetapi harus membimbing karena ada surat
tugas, dan dia tidak mempunyai kemampuan untuk membimbing karena
nyaris tidak pernah melakukan penelitian (tidak aktif meneliti). Karakteristik

25
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

pembimbing ini adalah sebagai berikut; sulit untuk dihubungi (bukan


karena kesibukan), lama membalas chat, dan biasanya draft dokumen
skripsinya nyaris tidak ada coretan, karena sang pembimbing juga bingung
mau merevisi apa.

Mahasiswa yang mendapatkan tipe pembimbing seperti ini (yang pasti


mahasiswa tersebut tidak bisa menolak karena sudah ditentukan oleh
fakultas) “terpaksa” harus menerimanya. Strategi untuk menghadapi tipe
pembimbing seperti ini adalah dengan 1). Tetap menjalin hubungan yang
baik dengan sang pembimbing; 2). Jangan berharap revisi dari pembimbing,
kalaupun ada revisi, pastikan itu memang sesuai dengan kaidah penelitian;
3). Belajar sendiri teknik meneliti (buku ini sangat menolong untuk
memahami cara meneliti).

Kedua, tipe pembimbing yang mau membimbing tetapi tidak mampu


membimbing. Karakteristik pembimbing ini adalah dia mudah dihubungi,
tetapi sedikit memberikan masukan (biasanya “jawabannya sudah cukup
baik”, “tambahkah saja apa yang kamu rasa penting”), draft dokumen skripsi
akan ada coretan, tetapi coretan itu berubah-ubah. Misalnya, saat revisi di
pertemuan pertama, dia mencoret dan memberikan masukan di bagian Latar
Belakang Masalah, setelah peneliti melakukan revisi dan mengembalikannya
ke pembimbing, dia sudah mencoret lagi ditempat yang sama dengan
memberikan masukan yang berbeda. Artinya, pembimbing tidak konsisten
dalam memberikan masukan karena dia tidak paham dengan masukan yang
diberikan. Begitu seterusnya. Mahasiswa jadi bingung.

Mahasiswa yang mendapatkan tipe pembimbing seperti ini (tidak bisa


menolak karena sudah ditentukan oleh fakultas) harus menerimanya.
Strategi yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah sama seperti strategi
menghadapi dosen pembimbing yang tidak mau membimbing dan tidak tahu
cara membimbing.

Ketiga, tipe pemimbing yang tidak mau membimbing tetapi sesungguhnya


dia mampu untuk melakukan pembimbingan. Karakteristik pembimbing ini
adalah dia enggan menjawab chat, jika di hubungi jawabannya “nanti”, “saya
pelajari dulu”. Dia melakukan revisi ala kadarnya, tidak maksimal,
walaupun tepat dan sesuai dengan kaidah penelitian.

26
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Mahasiswa yang mendapatkan tipe pembimbing seperti ini (tidak bisa


menolak karena sudah ditentukan oleh fakultas) harus menerimanya.
Strategi yang perlu dilakukan adalah 1). Tetap menjalin hubungan yang baik
dengan sang pembimbing; 2). Proaktif, lakukan revisi sesegera mungkin, dan
segera dikembalikan ke pembimbing 3). Tetap belajar sendiri teknik meneliti
(buku ini sangat menolong untuk memahami cara meneliti) untuk
melengkapi isi skripsi.

Keempat, tipe pemimbing yang mau membimbing dan mampu membimbing.


Tipe ini adalah tipe yang paling disukai oleh mahasiswa. Karakteristik
pembimbing ini adalah selalu siap diwaktu luangnya untuk melakukan
proses pembimbingan, bahkan, terkadang, sang pembimbing yang
berinisiatif untuk menanyakannya kepada mahasiswa bimbingannya
tentang progress penelitiannya. Dia juga dengan senang hati menjelaskan
setiap bab agar mahasiswa paham cara membuatnya. Dia melakukan review
dengan sangat teliti dan secepatnya akan diinformasikan kepada mahasiswa
tersebut. Mahasiswa yang mendapatkan tipe pembimbing seperti ini akan
meloncat kegirangan. Hati senang, pikiran tenang. Strategi yang perlu
dilakukan adalah 1). Tetap menjalin hubungan yang baik dengan sang
pembimbing; 2). Proaktif, lakukan revisi sesegera mungkin, dan segera
dikembalikan ke pembimbing; 3). Jangan menganut paham aji mumpung
dengan seolah-olah tidak paham dengan penelitiannya agar pembimbing
yang mengerjakannya; 3) Serap semua penjelasan yang diterangkan oleh
pembimbing.

Sebuah pengalaman menyedihkan pernah terjadi, dimana seorang


mahasiswa mendapatkan pembimbing yang sukar sulit dihadapi. Semester
pertama setelah penentuan pembimbing, proses bimbingannya terkesan
terhambat, mahasiswa “takut” untuk mengadakan pendekatan kepada
pembimbingnya. Semester kedua juga masih berlalu dengan sia-sia. Belum
ada terlihat progres hasil bimbingan. Tahun ke dua, tahun ketiga, tahun
keempat. Progres tetap tidak ada. Akhirnya, dia gagal meraih gelar sarjana
hanya karena hubungan yang terhambat dengan pembimbingnya.

27
KONSEP DASAR MENYUSUN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI

Tipe pembimbing manapun yang diberikan oleh Fakultas, maka Anda harus
menerimanya, dan harus tetap maju untuk menyelesaikan skripsi. Jangan
pernah kondisi ini menyurutkan keinginan Anda untuk meneliti/lulus
tuntutan akademik.

Meneliti harus dinikmati. Ciptakan mindset positif apabila mendapatkan


sosok pembimbing yang tidak sesuai harapan. Tidak ada salahnya Anda
berbicara didalam hati, “Dengan pembimbing atau tanpa pembimbing, saya
sanggup menyelesaikan skripsi saya dengan optimal.”

28
BAB 2
PEMAHAMAN PENULISAN
BAB 1 PENDAHULUAN

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa mampu memahami cara membuat latar belakang


masalah dalam penelitian.

2. Agar mahasiswa mampu membuat latar belakang masalah.

3. Agar mahasiswa mampu menentukan masalah pada penelitian


korelasional, deskriptif, dan eksperimental.

4. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah.

5. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat uraian rumusan


masalah.

6. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat uraian tujuan


penelitian.

7. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat uraian manfaat


penelitian.

Pokok Bahasan

1. Latar Belakang Masalah

2. Identifikasi Masalah

3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi, ketepatan menjawab dalam tanya jawab, dan


kelengkapan dalam membuat Bab 1 “Pendahuluan”

29
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Simulasi pengerjaan Bab 1 “Pendahuluan”

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

3. Partisipasi kerja kelompok.

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes “membuat bab 1 “Pendahuluan”

Pendahuluan

K onsep penulisan Bab 1 didasarkan kepada model piramida terbalik yang


dibahas di bab 1.

Pendahuluan adalah bagian pertama dalam artikel jurnal, skripsi, tesis


disertasi atau studi penelitian ilmiah. Ini mengatur panggung untuk seluruh
studi. Pendahuluan adalah bagian dari penelitian yang memberi pembaca
informasi latar belakang untuk penelitian yang dilaporkan dalam proposal.
Tujuannya adalah untuk membentuk kerangka kerja penelitian, sehingga
pembaca dapat memahami bagaimana kaitannya dengan penelitian lain
(Wilkinson 1991).

30
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan menetapkan masalah atau perhatian yang mengarah pada


penelitian dengan menyampaikan informasi tentang suatu masalah. Karena
ini adalah bagian awal dalam studi atau proposal, perhatian khusus harus
diberikan untuk menulisnya. Pendahuluan perlu menciptakan minat
pembaca pada topik, menetapkan masalah yang mengarah pada penelitian,
menempatkan penelitian dalam konteks yang lebih besar dari literatur
ilmiah, dan menjangkau khalayak tertentu. Semua ini dicapai dalam bagian
singkat dari beberapa halaman. Karena pesan yang harus disampaikan dan
ruang yang terbatas, pendahuluan menantang untuk ditulis dan dipahami
dengan sebaik mungkin.

Setelah memutuskan pendekatan kualitatif, kuantitatif, atau metode


campuran yang akan digunakan dalam penelitian, maka proses
pengorganisasian dan penulisan ide dimulai. Bab ini akan membahas
tentang komposisi Bab 1 dalam skripsi/tesis/disertasi dan cara membuatnya
tanpa harus mencontoh/meniru penulisan penelitian orang lain. Penulisan
pendahuluan yang baik terdiri dari enam komponen yaitu 1). Latar Belakang
Masalah; 2). Identifikasi Masalah; 3). Rumusan Masalah; 5). Tujuan
Penelitian; 6). Kegunaan Hasil Penelitian (Manfaat Penelitian).

Latar Belakang Masalah

Perumusan masalah penelitian merupakan langkah pertama dan terpenting


dari proses penelitian. Ini seperti identifikasi tujuan sebelum melakukan
perjalanan. Dengan tidak adanya tujuan, tidak mungkin untuk
mengidentifikasi rute. Demikian pula, tanpa adanya masalah penelitian,
penelitian tidak mungkin dilakukan. Untuk menggunakan analogi lain,
masalah penelitian seperti fondasi sebuah bangunan. Jenis dan desain
bangunan tergantung pada fondasinya. Jika fondasinya dirancang dengan
baik dan kuat, diharapkan bangunan menjadi kuat. diikuti. Menurut
Kerlinger (1986) jika seseorang ingin memecahkan suatu masalah, secara
umum ia harus mengetahui apa masalahnya. Kunci membuat latar belakang
masalah yang baik adalah memahami masalahnya dengan tepat sesuai
dengan kaidah penelitian. Penelitian tidak akan terjadi kalau tidak ada
masalah.

31
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Ada sebuah cerita klasik tentang sebuah penelitian. Pada Abad ke 14 (1347-
1351) di Benua Eropa terjadi wabah yang menakutkan. Penyakit ini telah
membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa, mengubah
populasi Eropa serta mengubah struktur sosial Eropa secara drastis
(Wikipedia 2022). Penyebaran penyakit ini sangat cepat. Siapa saja yang
kontak dengan yang sakit, akan segera tertular, dan meninggal. Gejalanya
adanya pembengkakan seperti bisul yang mengeluarkan nanah. Para
penderita juga mengalami demam, menggigil, muntah, diare, dan nyeri dan
kemudian meninggal (Wikipedia 2022)

Semua dokter bingung, karena tidak ada obat yang dapat


menyembuhkannya. Apa yang harus dilakukan? Kemudian, para dokter
mengambil keputusan untuk mengadakan rapat umum dokter- dokter untuk
mencari jalan keluar. Diskusi dimulai. Perbincangannya adalah, “Bagaimana
caranya mendeteksi penyebab penyakit itu, apakah bakteri? virus? jamur?
Harus ada dokter ahli yang bersedia melakukan autopsi. Tapi siapa yang
harus melakukannya? Karena setiap orang yang dekat dengan penyakit itu
akan meninggal. Ruangan hening. Saling menatap.

Tiba-tiba, ada seorang Profesor Dokter Senior yang sudah sangat


berpengalaman mengangkat tangannya dan berkata, “saya bersedia
melakukannya”. Saya akan membedah mayat akibat penyakit itu, walaupun
saya tahu resikonya adalah kematian”. “Malam ini, tolong antar satu mayat
dengan gejala penyakit tersebut, bungkus dengan plastik, letakkan di depan
pintu rumah saya”. “Malam ini juga saya akan segera membedah mayatnya,
saya akan catat kerusakan apa saja yang terjadi di dalam tubuhnya,
menuliskan di kertas dengan menggunakan tinta khusus. Kemudian kertas
itu nanti saya celupkan ke cairan steril. Silahkan Anda ambil keesokan
harinya di depan rumah saya, di atas kursi!, sterilkan, dan lihat hasil analisis
saya tentang penyebab penyakit ini (masalah penyakit ini).” Semua terpana,
kaget, mendengar gagasan brilian, dan berani tersebut walau mengerikan
akibatnya yang mungkin akan terjadi. Tidak ada pilihan lainnya, akhirnya
korum menyetujui gagasan dari Profesor itu.

Malam hari, sesosok mayat sudah ada di depan rumahnya. Profesor sudah
siap dengan alat pelindung diri seadanya. Dia mendorong mayat tersebut ke
laboratorium pribadinya, dan mulai membedah mayat tersebut. Banyak

32
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

hasil dari gejala yang dia catat, banyak kerusakan tubuh yang dia catat.
Setelah lengkap, dia masukkan kertas itu ke larutan steril, kemudian dia
masukkan ke plastik yang steril. Dia letakkan mayat tersebut di depan pintu,
diposisi yang berbeda saat mayat diantar, dan dia tidur.

Keesokan harinya, terdengar kabar, Profesor senior itu sakit, dan beberapa
hari kemudian, dia meninggal dunia. Dunia berterima kasih kepada professor
tersebut, karena berkat catatan mengenai gejala-gejala penyakit dan sejauh
mana kerusakan tubuh dibuat oleh penyakit tersebut, maka para peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian. Penyakit Wabah Hitam pun dapat
diatasi melalui penemuan vaksin obat yang tepat.

Peristiwa yang hampir sama sedang terjadi pada tahun 2020. Covid-19
pertama kali terdeteksi di Wuhan China pada bulan Desember 2019 (BBC
News Indonesia 2020) dan pertama kali muncul di Indonesia pada bulan
Maret 2020 (Detik News 2020). Flu yang mengakibatkan kematian. Flu yang
tidak biasa. Gejalanya, sakit kepala, hidung beringus, batuk, sakit
tenggorokan, dan meninggal. Semua Panik. Lockdown diberlakukan.
Penggunaan alat pelindung diri ditingkatkan. Kematian semakin meningkat.
Para peneliti diseluruh dunia segera melakukan penelitian. Pertama-tama
dipelajari gejala/fenomena penyakit tersebut, kemudian dicari tahu virus
jenis apa yang menyebabkan kondisi flu yang berbeda dari flu yang biasa.
Kemudian melakukan tahap uji coba klinis vaksin dengan proses dan waktu
yang sangat panjang.

Kedua cerita di atas memudahkan peneliti untuk memahami, cara membuat


LBM. Kata kuncinya adalah 1) “selalu diawali dengan fenomena” (di bold pada
cerita di atas) Fenomena adalah segala sesuatu yang dapat dilihat atau
dirasakan dan dianggap sebagai suatu kesenjangan/gejala yang nampak
yang jadi pusat perhatian. 2) menetapkan satu masalah dari beberapa
masalah.

Saya akan memberikan contoh yang sederhana. Suatu sore, anak saya
mengeluh kalau dirinya tidak enak badan. Saya katakan, “Apa yang
kamu rasakan, Nak?” (sedang mencari fenomena).

Dia berkata, “Ma, kepala saya pusing dan badan saya panas, Ma.”. Saya
memegang kepalanya, “Ya, dia demam”. Kemudian segera saya bawa anak

33
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

saya ke dokter anak. Setelah diperiksa, dokter kemudian memberikan


penjelasan, “Bu, anak ibu kemungkinan terkena tipes, atau demam
berdarah” (beberapa masalah). Saya kasih obat ya Bu, kalau dalam waktu
tiga hari tidak berkurang panasnya, maka akan cek darah ya, kemungkinan
ada infeksi lain”. Setelah tiga hari, panasnya tidak berkurang, saya kembali
ke dokter. Dokter menganjurkan saya agar anak saya dicek darahnya di
laboratorium untuk memastikan masalah penyakitnya. Hasil lab tiba, dan
ternyata anak saya infeksi saluran kemih (masalah yang benar).

Kepala pusing, badan demam adalah fenomena penyakit. Tipes, demam


berdarah, dan infeksi adalah kemungkinan masalah penyakit, dan
infeksi saluran kemih adalah masalah sesungguhnya.

Contoh lain. Seorang dosen hendak melakukan penelitian di Universitasnya.


Awalnya, dia mengamati (fenomena) beberapa hal 1). Mengapa dosen
sering datang terlambat ke kelas? 2). Mengapa mahasiswa juga datang
terlambat; 3). Setelah dilakukan wawancara random, didapati, bahwa
beberapa dosen itu mengajar tidak bersemangat; 4). Gambar presentasinya
tidak menarik. Dari hasil pengamatan itu, maka dosen tersebut
menyimpulkan beberapa masalah. 1). Motivasi dosen rendah; (karena
fenomena datang terlambat) 2). Kompetensi Dosen kurang (karena
fenomena mahasiswa datang terlambat, dan slide tidak menarik; 3).
Penggajian kurang (fenomena mengajar tidak bersemangat).

Dosen datang terlambat, mahasiswa datang terlambat, dosen tidak


semangat mengajar, presentasi dosen tidak menarik adalah fenomena.
Motivasi rendah, kompetensi kurang, dan kompensasi tidak memadai
adalah masalah yang kemungkinan dihadapi oleh dosen tersebut.

Masalah penelitian adalah masalah atau isu yang mengarah pada perlunya
suatu penelitian. Itu bisa berasal dari banyak sumber potensial. Ini mungkin
muncul dari pengalaman yang dimiliki peneliti dalam kehidupan pribadi atau
tempat kerjanya. Ini mungkin berasal dari perdebatan ekstensif yang telah
muncul dalam literatur. Ini mungkin berkembang dari debat kebijakan di
pemerintahan atau di antara eksekutif puncak. (Creswel 2009).

34
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Cara Membuat Latar Belakang Masalah

Prinsip penyusunan LBM adalah menganut prinsip piramida terbalik, seperti


yang telah dijelaskan pada bab 1. Saat peneliti menguraikannya, selalu
diawali dengan penjelasan yang sangat umum hingga uraian yang sangat
spesifik. Machali (2017) memberikan cara yang mudah untuk menarasikan
LBM seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Sumber: Machali (2017)

Panduan gambar 2.1 akan memandu peneliti untuk membuat LBM. Perlu
kehati-hatian saat menentukan masalah di penelitian kuantitatif yang
mengutamakan penelitian tentang pengaruh dan hubungan, karena itu
menyangkut satu, atau lebih dua jenis variabel yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Masalah ada pada variabel Y.

Penentuan Masalah pada Penelitian Korelasional (“Pengaruh” dan


“Hubungan”)

Kembali ke contoh di atas. Dari fenomena dosen datang terlambat,


mahasiswa datang terlambat, dosen tidak semangat mengajar, presentasi
dosen tidak menarik (beberapa fenomena), maka sebagai peneliti, Anda
diharapkan mengidentifikasikan beberapa masalah penyebabnya seperti
motivasi rendah, kompetensi kurang, dan kompensasi tidak memadai dosen
tersebut. Dari tiga masalah tersebut, kemudian Anda harus memilih salah
satu yang akan dijadikan variabel Y yang paling dekat dengan fenomena yang
terjadi. Misal “Motivasi ”. Variabel Motivasi adalah variabel Y.

35
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Kemudian, Anda akan menentukan apa variabel solusi agar motivasi dosen
meningkat. Misal, variabel “Pelatihan Dosen” (X1), dan variabel “Keterikatan
Dosen” (Employee Engament) (X2) akan dijadikan variabel solusi agar
motivasi meningkat.

Kesimpulannya adalah: variabel solusi ada dua yaitu variabel Pelatihan


Dosen (X1), dan variabel Keterikatan Dosen (X2). Variabel penyebab masalah
adalah Motivasi variabel (Y). (Penjelasan mengenai variabel akan dibahas di
Bab 3 pada buku ini).

Pemahamannya adalah: Telah terjadi penurunan Motivasi (Y) pada dosen di


Universitas A, dan diasumsikan dengan dilaksanakannya Pelatihan Dosen
(X1) dan meningkatkan Keterikatan Dosen (X2) oleh pimpinan akan
meningkatkan Motivasi (Y).

Judulnya adalah: Pengaruh Pelatihan Dosen dan Keterikatan Dosen terhadap


Motivasi Dosen pada Universitas A.

Penjelasan di atas akan memudahkan peneliti untuk menguraikan masalah


sesuai dengan gambar 2.1 di atas. Saya akan memberikan contohnya.

1. Uraikan pentingnya Motivasi (Y). Misalnya, menjelaskan betapa


pentingnya setiap karyawan memiliki motivasi yang benar dalam
bekerja.
2. Uraikan masalah umum sehubungan dengan penurunan motivasi dosen
mulai dari masalah yang paling umum hingga yang spesifik di tempat
penelitian Anda. Misal, menjelaskan penurunan motivasi dosen di
Indonesia secara umum hingga penurunan motivasi dosen ditempat
penelitian Anda.
3. Tunjukkan data terkait dengan masalah yang dibahas. Data statistik dari
situs resmi, data dari penelitian terdahulu, data dari berita di televisi,
koran, majalah, kasus, data dari internet pada situs resmi yang
menjelaskan bukti adanya penurunan motivasi dosen (penjelasan general
saat menjelaskan penurunan motivasi dosen di Indonesia), dan
menjelaskan data berdasarkan observasi/wawancara/kuesioner
pendahuluan yang mencari tahu penyebab penurunan dosen
(penjelasan spesifik saat menjelaskan penurunan motivasi dosen di
tempat Anda meneliti).

36
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

4. Uraikan kemungkinan penyebab terjadinya penurunan motivasi. Boleh


dikaitkan dengan fenomena yang ditemukan, bisa juga Anda
mendapatkan data dari keterangan di buku, di situs resmi atau sumber
resmi lainnya.

5. Uraikan apa yang akan terjadi jika penurunan motivasi dosen tersebut
dibiarkan terjadi. Uraian dibagian ini diperoleh dari hasil
pengamatan/wawancara/penelitian terdahulu, atau dari sumber resmi
lainnya.

6. Uraikan pendekatan apa yang digunakan untuk mengatasi masalah


motivasi. Pendekatan yang dimaksud disini adalah penjelasan variabel
solusi. Pada bagian ini Anda menjelaskan pentingnya Variabel X1 yaitu
Pelatihan Dosen, dan variabel X2 yaitu Keterikatan Dosen untuk
meningkatkan motivasi dosen. Tidak membahas tentang definisi, proses,
atau faktor-faktor yang memengaruhi.

7. Jelaskan ketertarikan akan penelitian dan judul. Khusus untuk


Skripsi/tesis/disertasi yang umum dituliskan adalah sebagai berikut:

“Dari penjelasan di atas maka secara teoritik pelatihan dosen dan


keterikatan dosen adalah variabel yang menarik untuk diteliti. Oleh
sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang pelatihan dosen dan
keterikatan dosen serta pengaruhnya terhadap motivasi dosen pada
Universitas X.”

Atau,

“Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan meneliti pengaruh


pelatihan dosen dan keterikatan dosen terhadap motivasi dosen.
Penelitian ini berasumsi bahwa motivasi dosen dapat dipengaruhi oleh
pelatihan dosen dan keterikatan dosen sehingga dilakukan penelitian
ini mengambil judul “Pengaruh Pelatihan dan Keterikatan Dosen
terhadap Motivasi Dosen di Universitas X”

Berbeda dengan skripsi/tesis, atau disertasi, akhir paragraf pada bagian


“Pendahuluan” pada penulisan artikel ilmiah, biasanya akan diuraikan
tentang rumusan masalah. Sebagai contoh:

37
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

“Berdasarkan uraian masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini


adalah untuk mengetahui derajat pengaruh antara pelatihan dosen
terhadap motivasi dosen pada Universitas X dan pengaruh keterikatan
dosen terhadap motivasi dosen pada Universitas X. Rumusan masalah
penelitian ini adalah, 1). Apakah ada pengaruh antara pelatihan dosen
terhadap motivasi dosen pada Universitas X; 2). Apakah ada pengaruh
antara keterikatan dosen terhadap motivasi dosen pada Universitas X.”
3). Apakah ada pengaruh antara pelatihan dosen dan keterikatan dosen
terhadap motivasi dosen pada Universitas X.

Pada penulisan LBM maka fungsi penelitian terdahulu adalah untuk


menguatkan argumentasi- argumentasi peneliti pada setiap tahapan.
Sumber lain seperti data resmi sebuah organisasi, website resmi, koran,
majalah, informasi online, buku, dapat digunakan juga untuk
menguatkan argumentasi peneliti.

Penentuan Masalah pada Penelitian Deskriptif

Misalkan, saat saya sedang berada di sebuah kantor pelayanan pemerintah


pengurusan paspor di kota X ada banyak ketidakberesan yang diamati (itu
dapat disebut dengan fenomena). Kejanggalan tersebut adalah kehadiran
pegawai yang tidak tepat waktu, waktu layanan yang lama, birokrasi terlalu
panjang. Akibatnya, setiap orang yang datang termasuk saya untuk
pengurusan paspor mengalami kerugian waktu yang signifikan.

Fenomena yang terjadi adalah 1). Kehadiran pegawai tidak tepat waktu; 2).
Pelayanannya lama; 3). Birokrasi panjang. Masalahnya diasumsikan 1).
Belum diterapkannya Standar Operating Prosedur (SOP) di setiap
departemen; 2). Penerapan peraturan kepegawaian belum berjalan dengan
baik.

Pemahamannya, ada kerugian waktu yang dialami setiap orang yang datang
ke kantor imigrasi karena pegawai datang telat, pelayanannya lama
dimasing-masing bagian, dan birokrasinya panjang.

Judul penelitian deskriptifnya, “Analisis Pelayanan Pegawai di Departemen


Pelayanan Paspor Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas 1 di Kota X.”

Masukkan fenomena dan masalah ini ke dalam piramida terbalik LBM.

38
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

1. Jelaskan pentingnya pelayanan pegawai yang optimal.

2. Uraian umum masalah yang akan diteliti. Pada penelitian deskriptif,


tidak perlu untuk memilih salah satu masalah untuk diuraikan, karena
penelitian ini memang hanya ada satu variabel/unit variabel saja.
Semakin banyak masalah yang ditemukan adalah semakin baik. Bisa
jadi kelak, saat pengumpulan data di lapangan akan memungkinkan
ditemukan masalah lain yang diluar asumsi Anda. Uraikan asumsi
masalah yaitu belum diterapkannya SOP di setiap departemen dan
belum diterapkannya peraturan kepegawaian dengan optimal.
Penjelasannya dimulai dengan yang umum yang terjadi di perusahaan,
dan kemudian pada instansi pemerintah, dan secara spesifik pada
tempat penelitian Anda.

3. Tunjukkan data terkait dengan masalah yang dibahas. Data statistik


dari situs resmi, data dari penelitian terdahulu, data dari berita di
televisi, koran, majalah, kasus, data dari internet pada situs resmi yang
menjelaskan banyak perusahaan belum menerapkan SOP dan peraturan
kepegawaian dengan konsisten, dan benar secara general maupun
secara spesifik.

4. Uraikan kemungkinan penyebabnya. Pada tahapan ini, uraiannya


berbeda dengan penelitian tentang pengaruh atau hubungan. Disini,
perlu diraikan faktor-faktor apa yang menyebabkan SOP tidak/sukar
diterapkan, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan peraturan
kepegawaian tidak diterapkan. Sumber data dapat diperoleh dari buku,
penelitian terdahulu, situs resmi di internet.

5. Uraikan apa yang akan terjadi jika fenomena tersebut dibiarkan. Uraikan
apa yang akan terjadi jika pegawai telat datang, jika waktu layan lama,
dan birokrasi panjang. Sumber data dapat diperoleh dari buku,
penelitian terdahulu, situs resmi di internet.

6. Uraikan pendekatan apa yang digunakan untuk mengatasi masalah


pelayanan yang terjadi di kantor imigrasi. Misalnya dengan
mengimplementasikan budaya pelayanan prima, atau standarisasi
pelayanan publik.

39
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

7. Jelaskan ketertarikan akan penelitian dan judul skripsi/tesis/disertasi.


Biasanya diakhiri dengan kalimat,

“Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalis


sejauh mana keterlambatan karyawan telah terjadi, mengapa pelayanan
di satu departemen terkesan lama? Apa penyebabnya? Perlukan
birokrasi yang panjang yang telah diterapkan selama ini? Atau
memungkinkankah dibuat sistem yang lebih baik untuk memperpendek
jalur birokrasi? Judul penelitian ini adalah, “Analisis Pelayanan Pegawai
di Departemen Pelayanan Paspor Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas 1
di Kota X.” (Paragraf ini berlaku untuk penulisan di skripsi atau artikel
ilmiah).

Penentuan Masalah pada Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif melibatkan membandingkan dua atau lebih gejala


(Silalahi 2015). Gejala pada penelitian komparatif bukanlah fenomena, tetapi
masalah. Contoh perbandingannya adalah, membandingkan perusahaan
manufaktur A dengan manufaktur B, membandingkan kondisi keuangan
pada tahun 2021 dengan tahun 2022, membandingkan penjualan mobil
merek X di Kota A dan Kota B.

Misalkan, manajer penjualan perusahaan X mengevaluasi laporan keuangan


tentang penjualan mobil A,B,C,D di kota Medan. Mengapa mobil merek A
diminati di kota Medan, sedangkan mobil merek B,C,D kurang diminati?
Gejalanya adalah Mobil merek B,C,D kurang diminati di kota Medan.

Pemahamannya, telah terjadi penurunan penjualan di Kota A, yang berarti


juga penurunan pendapatan bagi perusahaan. Apa yang menyebabkan
penurunan penjualan itu terjadi?

Judul penelitian komparatifnya, Komparasi Penjualan Mobil Merek A, B,C,D


di Kota Medan. Masukkan fenomena dan masalah ini ke dalam piramida
terbalik LBM.

1. Jelaskan pentingnya mendapatkan keuntungan bagi sebuah


perusahaan melalui penjualan mobil.

2. Uraian umum masalah yang akan diteliti. Uraikan mengapa penjualan


mobil mengalami penurunan secara umum dan mengapa terjadi juga

40
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

terhadap penjualan mobil B,C,D, di kota Medan dan kota lain yang
mengalami hal yang sama. Cari data pembanding, tentang penjualan
mobil B,C,D di kota lain meningkat.

3. Tunjukkan data terkait tentang data penurunan penjualan terhadap


mobil B,C,D di kota selain Medan dan data kenaikan penjualan mobil
B,C,D, di kota selain Medan.

4. Uraikan kemungkinan penyebabnya. Pada tahapan ini, diperlukan data


yang menjelaskan mengapa penurunan penjualan terjadi di kota Medan
dan kota lain yang terdampak. Apakah penyebabnya kurang kreatifnya
tim promosi dan pemasaran?

5. Uraikan apa yang akan terjadi jika penurunan penjualan mobil B,C,D
terus terjadi.

6. Uraikan pendekatan apa yang digunakan untuk masalah penurunan


penjualan. Biasanya pendekatannya diperoleh dari teori atau penelitian
terdahulu. Misalnya pendekatan digital promosi dan pemasaran.

7. Jelaskan ketertarikan akan penelitian dan judul skripsi/tesis/disertasi.


Biasanya diakhiri dengan kalimat,

8. “Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan membandingkan,


penjualan Mobil A,B,C,D di kota Medan. Mengapa mobil B,C,D
mengalami penurunan penjualan, seberapa besar persentase
penurunannya, apa penyebab penurunan penjualan tersebut. Itu
sebabnya, judul penelitian ini adalah “Komparasi Penjualan Mobil Merek
A, B,C,D di Kota Medan.”

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian adalah langkah berikutnya setelah


menguraikan LBM. Suatu masalah tidak dapat dipecahkan secara efektif
kecuali seorang peneliti memiliki kecerdasan dan wawasan untuk
mengisolasi dan memahami faktor-faktor spesifik yang menimbulkan
kesulitan tersebut. Para peneliti saat ini sering memahami bahwa identifikasi
masalah berarti memilih topik penelitian baru menentukan masalah. Itu
artinya Anda tidak mengidentifikasi masalah, tetapi masalah dibuat
berdasarkan topik. Itu persepsi yang salah.

41
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Secara umum, identifikasi masalah adalah proses mendeteksi, menelusuri,


dan menjelaskan aspek- aspek masalah yang muncul dalam kaitannya
dengan judul penelitian atau variabel penelitian. Jika penjelasan tersebut
dituangkan secara lengkap dan jelas dalam LBM, maka akan memudahkan
peneliti untuk melakukan proses identifikasi masalah. Untuk
mengidentifikasi masalah, semua variabel yang terlibat dalam penelitian
harus didefinisikan dengan jelas (Riduwan 2014). Peneliti dapat
mengumpulkan masalah sebanyak mungkin berdasarkan judul ketika
mengidentifikasi masalah.

Para sarjana penelitian saat ini memahami bahwa identifikasi masalah


berarti memilih topik penelitian atau pernyataan masalah. Adalah salah
untuk berpikir demikian. Topik atau pernyataan masalah dan masalah
penelitian tidak sinonim tetapi bersifat inklusif. Masalah menyangkut fungsi
bidang studi yang lebih luas sedangkan topik atau judul atau pernyataan
masalah adalah pernyataan verbal dari masalah tersebut. Topik adalah
definisi masalah yang membatasi atau menunjukkan tugas seorang peneliti.
Ini adalah praktik yang biasa dilakukan para peneliti dalam memilih topik
penelitian dari berbagai sumber terutama dari abstrak penelitian. Mereka
tidak mengidentifikasi masalah, tetapi masalah dibuat berdasarkan topik.
Hal ini mengakibatkan peneliti tidak terlibat dalam kegiatan penelitiannya.
Apa pun yang dilakukan, lakukan secara mekanis.

Menurut Singh (2006), karena mengidentifikasi sifat dan dimensi yang tepat
dari suatu masalah sangat penting dalam pekerjaan penelitian, sangat
penting bagi seorang peneliti untuk belajar bagaimana mengenali dan
mendefinisikan suatu masalah. Mengidentifikasi masalah harus dilakukan
langkah demi langkah dalam menemukan masalah penelitian. Langkah-
langkah berikut harus diikuti dalam mengidentifikasi masalah penelitian:

1. Langkah Pertama, menentukan bidang penelitian di mana seorang


peneliti tertarik untuk melakukan pekerjaan penelitian. Peneliti harus
mengembangkan penguasaan terhadap bidang atau bidang
spesialisasinya.

2. Langkah kedua, peneliti harus meninjau penelitian yang dilakukan di


daerah untuk mengetahui tren dan studi terkini di daerah tersebut.

42
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

3. Langkah ketiga, atas dasar tinjauan, ia harus mempertimbangkan


bidang prioritas studi.

4. Langkah keempat, peneliti harus menarik analogi dan wawasan dalam


mengidentifikasi masalah atau menggunakan pengalaman pribadinya di
lapangan dalam menemukan masalah. Peneliti dapat meminta bantuan
supervisor atau ahli bidang tersebut.

5. Langkah kelima, peneliti harus menunjukkan aspek spesifik dari


masalah yang akan diselidiki.

Rumusan Masalah

Merumuskan masalah penelitian merupakan langkah penting dalam proses


penelitian dan dapat membantu menguraikan proses penelitian. Ada
beberapa jenis masalah penelitian yang dapat dipilih, dan memahami
perbedaannya dapat membantu untuk memutuskan pendekatan mana yang
terbaik. Rumusan masalah dianggap sebagai kumpulkan pertanyaan yang
timbul berdasarkan pemaparan fenomena pada LBM, kemudian, akan
melalui proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti.

Singh (2006) menjelaskan bahwa peneliti harus menyatakan rumusan


masalah dengan hati-hati untuk membatasi tugasnya dan mengisolasi
masalah tertentu sebelum ia dapat melanjutkan dengan perencanaan
penelitian yang aktif. Jenis keputusan dalam pernyataan masalah Kerlinger
(1986) mengidentifikasi tiga kriteria pernyataan masalah yang baik adalah
masalah harus berkaitan dengan hubungan antara dua variabel atau lebih
dan masalah harus dinyatakan dengan jelas dan tidak ambigu dalam bentuk
pertanyaan, dan harus dapat menerima pengujian empiris. Kriteria ini harus
dipenuhi agar dapat menentukan tahap untuk perencanaan lebih lanjut.

Singh (2006) memberikan ciri-ciri dari rumusan masalah:

1. Harus menanyakan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.


Dalam jenis masalah ini, peneliti memanipulasi setidaknya satu variabel
untuk menentukan pengaruhnya terhadap variabel lain

2. Penelitian kualitatif atau studi deskriptif murni rumusan masalah


diperoleh dari hasil mengamati, menghitung, atau mengukur frekuensi
kemunculan variabel tertentu dalam setting tertentu. Misalnya, berapa

43
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

banyak siswa di sekolah yang memiliki IQ lebih tinggi dari 120? Karena
tidak ada upaya yang harus dilakukan untuk menangani hubungan
antar variabel, masalah ini hanya membutuhkan prosedur “pencatatan".

3. Harus dinyatakan dengan jelas dan tidak ambigu, biasanya dalam


bentuk pertanyaan. Contohnya:

a. Apa hubungan antara semangat kerja dengan prestasi kerja?


(rumusan masalah kuantitatif)

b. Apakah ada hubungan antara latar belakang ras dan angka putus
sekolah? (rumusan masalah kuantitatif)

c. Bagaimana pengaruh program promosi terhadap loyalitas pelanggan


pada produk X? (rumusan masalah kuantitatif)

d. Bagaimana strategi yang tepat untuk mengatasi kejenuhan kerja


para pegawai PT Z? (rumusan masalah kualitatif)

e. Apakah siswa lebih banyak belajar dari guru direktif atau guru non
direktif? (rumusan masalah kuantitatif)

4. Testabilitas Empiris. Harus memungkinkan untuk mengumpulkan data


atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Suatu masalah harus dapat
diuji dengan metode empiris, yaitu melalui pengumpulan data.

5. Seharusnya tidak mewakili posisi moral atau etika.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan ringkas yang menguraikan tujuan yang


ingin dicapai peneliti melalui berbagai langkah proses penelitian.
Cantumkan dalam pernyataan Anda tujuan-tujuan tertentu yang telah
dirumuskan secara berurutan yang mengacu pada masalah yang diangkat
oleh penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk menyelidiki,
menggambarkan, menjelaskan, mendemonstrasikan, atau menerapkan
gejala, teori, atau dugaan, atau mungkin untuk membuat prototipe. Jumlah
minimum item tujuan penelitian mungkin lebih besar dari jumlah
pertanyaan yang dimasukkan dalam rumusan masalah, tetapi ini tidak
wajib.

44
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

Kothari (2004) menjelaskan bahwa tujuan penelitian adalah untuk


menemukan jawaban atas pertanyaan melalui penerapan prosedur ilmiah.
Tujuan utama penelitian adalah untuk menemukan kebenaran yang
tersembunyi dan yang belum ditemukan. Meskipun setiap studi penelitian
memiliki tujuan spesifiknya sendiri, maka dapat menganggap tujuan
penelitian sebagai beberapa pengelompokan besar berikut:

1. Untuk mendapatkan keakraban dengan fenomena atau untuk mencapai


wawasan baru ke dalamnya (studi dengan objek dalam pandangan ini
disebut sebagai studi penelitian eksploratif atau formulatif).

2. Untuk menggambarkan secara akurat karakteristik individu, situasi


atau kelompok tertentu (studi dengan objek ini dikenal sebagai studi
penelitian deskriptif).

3. Untuk menentukan frekuensi terjadinya sesuatu atau yang terkait


dengan sesuatu yang lain (studi dengan objek ini dikenal sebagai studi
penelitian diagnostik).

4. Untuk menguji hipotesis hubungan kausal antar variabel (studi


semacam ini dikenal sebagai studi penelitian pengujian hipotesis).

Biasanya, tujuan penelitian adalah menjawab rumusan masalah. Misalnya,


rumusan masalahnya adalah:

1. Apa hubungan antara semangat kerja dengan prestasi kerja? (rumusan


masalah kuantitatif).

2. Apakah ada hubungan antara latar belakang ras dan angka putus
sekolah? (rumusan masalah kuantitatif).

3. Bagaimana pengaruh program promosi terhadap loyalitas pelanggan


pada produk X? (rumusan masalah kualitatif).

4. Bagaimana strategi yang tepat untuk mengatasi kejenuhan kerja para


pegawai PT Z? (rumusan masalah kualitatif).

5. Apakah siswa lebih banyak belajar dari guru direktif atau guru non
direktif? (rumusan masalah kualitatif).

Maka tujuan penelitiannya adalah:

45
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

1. Untuk menganalisi hubungan antara semangat kerja dengan


prestasi kerja (rumusan masalah kuantitatif).

2. Untuk mengetahui hubungan antara latar belakang ras dan angka


putus sekolah (rumusan masalah kuantitatif).

3. Untuk mengetahui pengaruh program promosi terhadap loyalitas


pelanggan pada produk X (rumusan masalah kualitatif).

4. Untuk memahami strategi yang tepat untuk mengatasi kejenuhan


kerja para pegawai PT Z. (rumusan masalah kualitatif).

5. Untuk menganalisis siswa lebih banyak belajar dari guru direktif


atau guru non direktif (rumusan masalah kualitatif).

Kegunaan Penelitian

“Semua kemajuan lahir dari penyelidikan. Keraguan seringkali lebih baik


daripada terlalu percaya diri, karena itu mengarah pada penyelidikan, dan
penyelidikan mengarah pada penemuan”adalah Maxim Hudson yang
terkenal dalam konteks di mana pentingnya penelitian dapat dipahami
dengan baik. Peningkatan jumlah penelitian memungkinkan kemajuan.
Penelitian menanamkan pemikiran ilmiah dan induktif dan mempromosikan
pengembangan kebiasaan berpikir logis dan organisasi.

Berikut ini adalah manfaat dari penelitian (Kothari 2004):

1. Peranan penelitian di beberapa bidang ekonomi terapan, baik yang


berkaitan dengan bisnis maupun ekonomi secara keseluruhan, sangat
meningkat di zaman modern ini. Sifat bisnis dan pemerintahan yang
semakin kompleks telah memusatkan perhatian pada penggunaan
penelitian dalam memecahkan masalah operasional. Penelitian, sebagai
bantuan untuk kebijakan ekonomi, semakin penting, baik bagi
pemerintah maupun bisnis.

2. Penelitian memberikan dasar bagi hampir semua kebijakan pemerintah


dalam sistem ekonomi. Misalnya, anggaran pemerintah sebagian
bertumpu pada analisis kebutuhan dan keinginan rakyat dan pada
ketersediaan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Biaya

46
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

kebutuhan harus disamakan dengan kemungkinan pendapatan dan ini


adalah bidang di mana penelitian paling dibutuhkan. Melalui penelitian,
maka dapat disusun kebijakan alternatif dan juga dapat memeriksa
konsekuensi dari masing-masing alternatif ini. Pengambilan keputusan
bukan bagian dari penelitian, tetapi penelitian pasti memfasilitasi
keputusan pembuat kebijakan. Pemerintah juga harus menyusun
program untuk menangani semua aspek keberadaan negara dan
sebagian besar terkait langsung atau tidak langsung dengan kondisi
ekonomi. Nasib petani, masalah usaha dan industri besar dan kecil,
kondisi kerja, kegiatan serikat buruh, masalah distribusi, bahkan
ukuran dan sifat dinas pertahanan adalah hal-hal yang memerlukan
penelitian. Dengan demikian, penelitian dianggap perlu berkaitan
dengan alokasi sumber daya bangsa. Bidang lain dalam pemerintahan,
di mana penelitian diperlukan, adalah mengumpulkan informasi tentang
struktur ekonomi dan sosial bangsa. Informasi tersebut menunjukkan
apa yang terjadi dalam perekonomian dan perubahan apa yang sedang
terjadi. Mengumpulkan informasi statistik semacam itu bukanlah tugas
rutin, tetapi melibatkan berbagai masalah penelitian. Hari ini hampir
semua pemerintah mempertahankan staf besar teknisi penelitian atau
ahli untuk melakukan pekerjaan ini. Dengan demikian, dalam konteks
pemerintahan, penelitian sebagai alat kebijakan ekonomi memiliki tiga
fase operasi yang berbeda, yaitu, 1). investigasi struktur ekonomi melalui
pengumpulan fakta secara terus-menerus; 2). diagnosis peristiwa yang
sedang terjadi dan analisis kekuatan yang mendasarinya; dan 3).
prognosis, yaitu prediksi perkembangan masa depan.

3. Penelitian memiliki makna khusus dalam memecahkan berbagai


masalah operasional dan perencanaan bisnis dan industri. Riset operasi
dan riset pasar, bersama dengan riset motivasi, dianggap penting dan
hasilnya membantu, dalam lebih dari satu cara, dalam mengambil
keputusan bisnis. Riset pasar adalah penyelidikan struktur dan
pengembangan pasar untuk tujuan merumuskan kebijakan yang efisien
untuk pembelian, produksi, dan penjualan. Riset operasi mengacu pada
penerapan teknik matematika, logis dan analitis untuk solusi masalah
bisnis minimalisasi biaya atau maksimalisasi keuntungan atau apa yang

47
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

dapat disebut sebagai masalah optimisasi. Riset motivasi untuk


menentukan mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan
terutama berkaitan dengan karakteristik pasar. Dengan kata lain, ini
berkaitan dengan penentuan motivasi yang mendasari perilaku
konsumen (pasar). Semua ini sangat membantu orang-orang dalam
bisnis dan industri yang bertanggung jawab untuk mengambil
keputusan bisnis. Penelitian yang berkaitan dengan faktor permintaan
dan pasar memiliki kegunaan yang besar dalam bisnis. Mengingat
pengetahuan tentang permintaan di masa depan, umumnya tidak sulit
bagi perusahaan, atau industri untuk menyesuaikan jadwal pasokannya
dalam batas kapasitas yang diproyeksikan. Analisis pasar telah menjadi
alat integral dari kebijakan bisnis akhir-akhir ini. Penganggaran bisnis,
yang pada akhirnya menghasilkan perkiraan laba dan rugi, terutama
didasarkan pada perkiraan penjualan yang pada gilirannya bergantung
pada riset bisnis. Setelah peramalan penjualan selesai, program
produksi dan investasi yang efisien dapat diatur di sekitar yang
mengelompokkan rencana pembelian dan pembiayaan. Penelitian,
dengan demikian, menggantikan keputusan bisnis intuitif dengan
keputusan yang lebih logis dan ilmiah.

4. Penelitian sama pentingnya bagi ilmuwan sosial dalam mempelajari


hubungan sosial dan dalam mencari jawaban atas berbagai masalah
sosial. Ini memberikan kepuasan intelektual untuk mengetahui
beberapa hal hanya demi pengetahuan dan juga memiliki kegunaan
praktis bagi ilmuwan sosial untuk mengetahui demi dapat melakukan
sesuatu dengan lebih baik atau dengan cara yang lebih efisien. Penelitian
dalam ilmu-ilmu sosial berkaitan baik dengan pengetahuan untuk
kepentingannya sendiri maupun dengan pengetahuan untuk apa yang
dapat disumbangkannya pada masalah-masalah praktis. Penekanan
ganda ini mungkin sangat tepat dalam kasus ilmu sosial. Di satu sisi,
tanggung jawabnya sebagai ilmu adalah untuk mengembangkan
kumpulan prinsip yang memungkinkan pemahaman dan prediksi dari
seluruh rentang interaksi manusia. Di sisi lain, karena orientasi
sosialnya, ia semakin dicari untuk panduan praktis dalam memecahkan

48
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN

masalah langsung hubungan antarmanusia. (Jahoda, Deutsch, and


Cook 1959)

Selain apa yang telah dikemukakan di atas, makna penelitian juga dapat
dipahami dengan tetap memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kepada para mahasiswa yang akan menulis untuk mendapatkan gelar


Sarjana/gelar master atau Ph.D. penelitian bisa berarti syarat
perkuliahan dan karir;

2. Bagi para profesional dalam metodologi penelitian, penelitian dapat


berarti sumber penghidupan;

3. Bagi para filsuf dan pemikir, penelitian dapat berarti jalan keluar bagi
gagasan dan wawasan baru;

4. Bagi pria dan wanita sastra, penelitian dapat berarti pengembangan gaya
baru dan karya kreatif;

5. Bagi para analis dan cendekiawan, penelitian dapat berarti generalisasi


dari teori-teori baru.

Dengan demikian, penelitian adalah sumber pengetahuan demi pengetahuan


dan sumber penting dalam memberikan pedoman untuk memecahkan
berbagai masalah bisnis, pemerintahan dan sosial. Ini adalah semacam
pelatihan formal yang memungkinkan seseorang untuk memahami
perkembangan baru di bidangnya dengan cara yang lebih baik.

Saat menuliskan manfaat penelitian, jangan hanya sekadar mengikuti


template yang sudah ada, tetapi sesuaikan dengan tujuan penelitianmu.

49
50
BAB 3
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2
(KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN)

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa mengerti konsep sebuah teori.

2. Agar mahasiswa mampu memahami dan membedakan konsep,


konstruk, proposisi, tipe proposisi.

3. Agar mahasiswa mampu memahami atribut teori yang baik.

4. Agar mahasisa mampu memahami grand theory, middle theory, applied


theory.

5. Agar mahasiswa mampu membuat grand theory, middle theory, applied


theory.

6. Agar mahasiswa mampu menentukan sub judul pada kajian teori sesuai
dengan model piramida terbalik.

7. Agar mahasiswa mampu mempersiapkan tinjauan literatur.

8. Agar mahasiswa memahami dan mampu membuat kerangka pemikiran.

9. Agar mahasiswa mampu membuat hipotesis penelitian.

Pokok Bahasan

1. Kajian Teori

2. Grand Theory, Middle Theory, Applied Theory

3. Kerangka Pemikiran

4. Hipotesis

51
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi, ketepatan menjawab dalam tanya jawab, dan


kelengkapan dalam membuat Bab 2 Kajian Teori, Kerangka Pemikiran, dan
Hipotesis.

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Simulasi pengerjaan Bab 2 “Kajian Teori, Kerangka Pemikiran, dan


Hipotesis”

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

3. Partisipasi kerja kelompok

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes “membuat Bab 2 “Kajian Teori, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis”

Pendahuluan

S ains adalah pengetahuan yang direpresentasikan sebagai kumpulan


teori yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam bab
ini, akan membahas apa itu teori, konsep, konstruk, proposisi, tipe
proposisi, atribut teori yang baik, pendekatan membuat teori, teori deduktif
dan induktif, grand theory, middle theory, applied theory, menentukan sub
judul pada kajian teori, mempersiapkan tinjauan literatur, kerangka
pemikiran, dan hipotesis penelitian.

52
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Kajian Teori

Teori yang mendukung penanganan masalah penelitian berfungsi sebagai


titik awal, memberikan landasan bagi perspektif dan pendekatan peneliti dan
mengarahkan proses penelitian. Pengetahuan yang sudah tersedia
menentukan pertanyaan penelitian dan membantu mengembangkan alat,
analisis dan interpretasi yang digunakan dalam penelitian (Majoros, 2004).

Apa saja fungsi teori? Jawaban paling sederhana adalah bahwa teori
memberikan penjelasan rasional dan metodis dengan cara menggeneralisasi.
Sering juga menciptakan model tentang fenomena yang dipelajari dan alasan
serta keterkaitannya. Teori terdiri dari pernyataan di mana setiap
pernyataan mengikuti dari yang lain dan memberikan penjelasan logis untuk
fenomena tersebut.

Sering kali mahasiswa bingung bahkan tidak paham cara menyusun dan
merangkai narasi di Bab 2 Mereka menarasikan Bab 2 hanya mengikuti
template/contoh skripsi kakak kelas/dari internet, atau dari template skripsi
Universitas lain. Menurut pengalaman saya sebagai dosen mata kuliah
Metodologi dan juga telah melaksanakan pembimbingan cukup lama,
fenomena yang terjadi adalah, sebagian besar mahasiswa (90%) mengikuti
metode yang salah dalam membuat skripsi (termasuk didalamnya adalah
penulisan Bab 2 Skripsi), mereka cenderung mengikuti yang salah,
cenderung mengikuti skripsi pendahulunya. Mereka tidak memahami teknik
menulis Bab 2 yang benar.

Sebuah teori yang benar adalah teori yang teknik penulisannya benar. Awali
dengan mendudukkan tiga landasan teoretis untuk topik penelitian yaitu
grand theory, middle theory, dan applied theory. Ikuti prinsip “piramida
terbalik” Kajian teori memiliki piramida terbalik sesuai gambar 3.1.

53
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.1 Model Piramida Terbalik Penulisan Kajian Teori

Teori

Teori adalah penjelasan tentang perilaku, peristiwa, atau fenomena alam


atau sosial. Lebih formal, teori ilmiah adalah sistem konstruksi (konsep) dan
proposisi (hubungan antara konstruksi tersebut) yang secara kolektif
menyajikan penjelasan logis, sistematis, dan koheren dari fenomena yang
menarik dalam beberapa asumsi dan kondisi batas (Bacharach 1989).

Bhattacherjee (2012) menegaskan bahwa teori harus menjelaskan mengapa


sesuatu terjadi, bukan hanya menggambarkan atau memprediksi.
Perhatikan bahwa adalah mungkin untuk memprediksi peristiwa atau
perilaku menggunakan seperangkat prediktor (ini sangat lazim dilakukan
pada penelitian kuantitatif) tanpa harus menjelaskan mengapa peristiwa
tersebut terjadi. Misalnya, analis pasar memprediksi fluktuasi di pasar
saham berdasarkan pengumuman pasar dan laporan pendapatan
perusahaan berdasarkan korelasi yang diamati. Prediksi hanya
membutuhkan korelasi. Sebaliknya, penjelasan membutuhkan sebab-
akibat, atau pemahaman tentang hubungan sebab-akibat. Teori ilmiah
berbeda dari penjelasan teologis, filosofis, atau lainnya karena teori ilmiah
dapat diuji secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah. Teori
bukanlah data, fakta, tipologi, taksonomi, atau temuan empiris. Kumpulan

54
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

fakta bukanlah teori, seperti halnya tumpukan batu bukanlah sebuah


rumah. Demikian juga, kumpulan konstruksi (misalnya, tipologi konstruksi)
bukanlah teori, karena teori harus melampaui konstruksi untuk
memasukkan proposisi, penjelasan, dan kondisi batas. Data, fakta, dan
temuan beroperasi pada tingkat empiris atau observasional, sedangkan teori
beroperasi pada tingkat konseptual dan didasarkan pada logika daripada
pengamatan.

Ada lima pilar penting dari sebuah teori yaitu konsep (Silalahi 2015),
konstruks, proposisi, dan logika, kondisi/asumsi batas (Whetten, 1989).

Konsep

Konsep adalah cara berpikir tentang peristiwa secara lebih umum. Itu dibuat
dengan menggeneralisasi sejumlah fitur dari peristiwa atau kejadian
tertentu. Konsep dibuat melalui proses yang disebut “abstraksi”, yaitu
menggambar inti gagasan dan gambaran tentang peristiwa sosial. Konsep
digunakan untuk mengungkapkan keragaman perilau. Misal, “Prestasi”
adalah satu konsep, suatu abstraksi dari observasi yang diduga sebagai
perilaku yang terkait dengan penguasaan atau pengetahuan tentang tugas
dan kemampuan melaksanakannya.

Dalam pandangan Silalahi (2015) ada dua jenis konsep yaitu konsep konkret
dan abstrak. Konsep-konsep yang konkret mudah dihubungkan dengan hal-
hal yang diwakilinya dan dapat dialami secara langsung. Meja, mobil, rumah,
dan orang adalah contoh konsep konkrit. Mereka terwujud dalam
menanggapi citra mental dan provokasi fisik. Konsep abstrak, di sisi lain,
berdiri untuk hal-hal yang tidak berhubungan langsung, mereka tidak dapat
dirasakan dengan menggunakan panca indera. Konsep abstrak umumnya
digunakan di bidang ilmu sosial seperti motif, komunikasi, dan sosialisasi
adalah beberapa contoh. Silalahi (2015) menegaskan bahwa konstruk adalah
jenis konsep yang memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi daripada
konsep itu sendiri. Konsep yang sengaja digunakan untuk alasan teoretis
atau ilmiah tertentu disebut sebagai konstruk.

55
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Konstruk

Konstruk adalah konsep abstrak yang dipilih secara khusus atau diciptakan
untuk menjelaskan fenomena tertentu. Sebuah konstruk dapat berupa
konsep sederhana, seperti berat badan seseorang, atau kombinasi dari
serangkaian konsep terkait seperti keterampilan komunikasi seseorang,
yang dapat terdiri dari beberapa konsep dasar seperti kosakata, sintaksis,
dan ejaan orang tersebut. Contoh pertama (bobot) adalah konstruk
unidimensional, sedangkan yang kedua (keterampilan komunikasi) adalah
konstruksi multi-dimensi (yaitu, terdiri dari beberapa konsep yang
mendasari). Perbedaan antara konstruk dan konsep lebih jelas dalam
konstruksi multi-dimensi, di mana abstraksi tingkat tinggi disebut konstruk
dan abstraksi tingkat rendah disebut konsep. Namun, perbedaan ini
cenderung kabur dalam kasus konstruksi unidimensional (Bhattacherjee
2012).

Konstruk yang digunakan untuk penelitian ilmiah harus memiliki definisi


yang tepat dan jelas yang dapat digunakan orang lain untuk memahami
dengan tepat artinya dan apa yang tidak. Misalnya, konstruk yang
tampaknya sederhana seperti pendapatan dapat merujuk pada pendapatan
bulanan atau tahunan, pendapatan sebelum pajak atau setelah pajak, dan
pendapatan pribadi atau keluarga, dan oleh karena itu tidak tepat dan tidak
jelas. Pengertian konstruk dibagi dua. Definisi kamus dan definisi
operasional. Dalam definisi kamus yang lebih akrab, sebuah konstruksi
sering didefinisikan dalam istilah sinonim. Misalnya, sikap dapat
didefinisikan sebagai disposisi, perasaan, atau pengaruh, dan pengaruh
pada gilirannya didefinisikan sebagai sikap. Definisi seperti itu tidak terlalu
berguna dalam penelitian ilmiah untuk mengelaborasi makna dan isi dari
konstruk itu. Penelitian ilmiah membutuhkan definisi operasional yang
mendefinisikan konstruk dalam hal bagaimana mereka akan diukur secara
empiris. Misalnya, definisi operasional konstruk seperti suhu harus
menentukan apakah berencana untuk mengukur suhu dalam skala Celsius,
Fahrenheit, atau Kelvin. Sebuah konstruk seperti pendapatan harus
didefinisikan dalam hal apakah yang akan dibahas adalah pendapatan
bulanan atau tahunan, pendapatan sebelum pajak atau setelah pajak, dan
pendapatan pribadi atau keluarga (Whetten 1989).

56
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Semua konstruksi harus memiliki definisi operasional yang jelas dan tidak
ambigu yang harus menentukan secara tepat bagaimana konstruksi akan
diukur dan pada tingkat analisis apa (individu, kelompok, organisasi, dan
lain sebagainya). Representasi terukur dari konstruksi abstrak disebut
variabel (Bhattacherjeen, 2012).

Proposisi

Proposisi merupakan salah satu karakteristik yang mencirikan teori. Teori


memuat banyak konsep dan definisi yang menentukan bagaimana konsep
berhubungan dengan konsep lainnya. Dari proposisi, dapat diturunkan
menjadi hipotesis. Hipotesis adalah harapan tertentu yang dapat diuji
tentang realitas empiris yang mengikuti dari proposisi yang lebih umum.
Dengan demikian, seorang peneliti dapat merumuskan hipotesis, “Pemuda
miskin memiliki tingkat kenakalan yang lebih tinggi daripada remaja kaya.”
Atau “Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan”.
Penelitian dirancang untuk menguji hipotesis. Dengan kata lain, penelitian
akan mendukung (atau gagal mendukung) teori secara tidak langsung
dengan menguji hipotesis spesifik yang diturunkan dari teori dan proposisi.

Proposisi menangkap “bagaimana” yaitu, bagaimana konsep-konsep ini


terkait satu sama lain. Proposisi adalah klaim teoretis yang menguraikan
hubungan antara dua atau lebih variabel dan menjelaskan bagaimana
perubahan dalam satu ide dapat diperhitungkan oleh perubahan dalam
konsep lain (Neuman, 2000), satu pernyataan tentang satu atau lebih konsep
atau variabel (Neuman 2000), satu pernyataan tentang saling berhubungan
antara dua atau lebih konsep (Bailey 1987).

Logika

Pilar ketiga dari sebuah teori adalah logika yang menyediakan dasar untuk
membenarkan proposisi-proposisi yang didalilkan. Logika bertindak seperti
lem yang menghubungkan konstruk teoritis dan memberikan makna dan
relevansi dengan hubungan antara konstruk ini. Logika juga mewakili
penjelasan yang menjadi inti dari sebuah teori. Tanpa logika, proposisi akan
menjadi ad hoc, arbitrer, dan tidak berarti, dan tidak dapat diikat menjadi
sistem proposisi kohesif yang merupakan jantung dari teori apa pun.

57
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Kondisi/Asumsi Batas

Semua teori dibatasi oleh asumsi tentang nilai, waktu, dan ruang, dan
kondisi batas yang mengatur di mana teori dapat diterapkan dan dimana
tidak dapat diterapkan. Misalnya, banyak teori ekonomi berasumsi bahwa
manusia itu rasional dan menggunakan maksimalisasi utilitas berdasarkan
ekspektasi biaya dan manfaat sebagai cara untuk memahami perilaku
manusia. Sebaliknya, teori ilmu politik berasumsi bahwa orang lebih politis
daripada rasional, dan mencoba memposisikan diri mereka dalam
lingkungan profesional atau pribadi mereka dengan cara yang
memaksimalkan kekuasaan dan kendali mereka atas orang lain. Mengingat
sifat asumsi yang mendasarinya, teori ekonomi dan politik tidak dapat
dibandingkan secara langsung, dan peneliti tidak boleh menggunakan teori
ekonomi jika tujuannya adalah untuk memahami struktur kekuasaan atau
evolusinya dalam suatu organisasi. Demikian juga, teori mungkin memiliki
asumsi budaya implisit (misalnya, apakah mereka berlaku untuk budaya
individualistik atau kolektif), asumsi temporal (misalnya, apakah mereka
berlaku untuk tahap awal atau tahap selanjutnya dari perilaku manusia),
dan asumsi spasial (misalnya, apakah mereka berlaku untuk lokalitas
tertentu tetapi tidak untuk yang lain). Jika suatu teori ingin digunakan atau
diuji dengan benar, semua asumsi implisitnya yang membentuk batas-batas
teori itu harus dipahami dengan baik. Sayangnya, para ahli teori jarang
menyatakan asumsi implisit mereka dengan jelas, yang mengarah pada
kesalahan penerapan teori yang sering terjadi pada situasi masalah dalam
penelitian.

Atribut Teori yang Baik

Teori merupakan penjelasan parsial dari realitas sosial yang kompleks. Itu
sebabnya, ada penjelasan yang baik dan ada penjelasan yang buruk.
Penelitian sosial yang baik adalah memiliki teori dengan penjelasan yang
baik. Berikut adalah atribut teori yang baik (Bhattacherjee 2012):

1. Konsistensi logis. Apakah konstruksi teoretis, proposisi, kondisi batas,


dan asumsi secara logis konsisten satu sama lain? Jika beberapa dari
pilar teori ini tidak konsisten satu sama lain (misalnya, teori

58
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

mengasumsikan rasionalitas, tetapi beberapa konstruksi mewakili


konsep non-rasional), maka teori tersebut adalah teori yang buruk.

2. Penjelasan yang kuat. Seberapa banyak teori yang diberikan


menjelaskan (atau memprediksi) realitas? Teori yang baik jelas
menjelaskan fenomena penelitian dengan baik, dan menentukan teori
yang akan digunakan dengan tepat.

3. Falsifiabilitas. Falsifiabilitas adalah kapasitas untuk beberapa proposisi,


pernyataan, teori atau hipotesis untuk dibuktikan salah. Filsuf Inggris
Karl Popper Mitra, (2020) menyatakan pada tahun 1940-an bahwa agar
teori valid, mereka harus dapat difalsifikasi. Falsifiabilitas memastikan
bahwa teori tersebut berpotensi disangkal, jika data empiris tidak sesuai
dengan proposisi teoretis, yang memungkinkan pengujian empirisnya
oleh para peneliti. Dengan kata lain, teori tidak bisa menjadi teori kecuali
mereka dapat diuji secara empiris. Pernyataan tautologis, seperti "hari
dengan suhu tinggi adalah hari yang panas" tidak dapat diuji secara
empiris karena hari yang panas didefinisikan (dan diukur) sebagai hari
dengan suhu tinggi, dan karenanya, pernyataan tersebut tidak dapat
dilihat sebagai proposisi teoretis. Falsifiabilitas membutuhkan kehadiran
penjelasan saingan memastikan bahwa konstruksi cukup terukur, dan
sebagainya. Namun, perhatikan bahwa mengatakan bahwa suatu teori
dapat dipalsukan tidak sama dengan mengatakan bahwa suatu teori
harus dipalsukan. Jika sebuah teori memang dipalsukan berdasarkan
bukti empiris, maka itu mungkin teori yang buruk sejak awal.

4. Parsimoni. Parsimoni meneliti seberapa banyak suatu fenomena


dijelaskan dengan seberapa sedikit variabel. Konsep ini dikaitkan
dengan ahli logika Inggris abad ke-14 Pastor William dari Ockham yang
menyatakan bahwa di antara penjelasan bersaing yang cukup
menjelaskan bukti yang diamati, teori paling sederhana yaitu, yang
menggunakan jumlah variabel terkecil atau membuat asumsi paling
sedikit adalah yang terbaik. Penjelasan suatu fenomena sosial yang
kompleks selalu dapat ditingkatkan dengan menambahkan lebih banyak
konstruksi. Namun, pendekatan semacam itu mengalahkan tujuan
memiliki teori, yang dimaksudkan untuk menjadi penjelasan realitas
yang "disederhanakan" dan digeneralisasikan. Parsimoni berhubungan

59
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

dengan derajat kebebasan dalam teori tertentu. Teori parsimoni memiliki


derajat kebebasan yang lebih tinggi, yang memungkinkan mereka untuk
lebih mudah digeneralisasikan ke konteks, pengaturan, dan populasi
lain.

Pendekatan Membuat Teori

Bagaimana seorang peneliti membangun teori? Steinfield & Fulk (1990)


merekomendasikan empat pendekatan untuk membangun teori.

Pendekatan pertama adalah membangun teori secara induktif berdasarkan


pola kejadian atau perilaku yang diamati. Pendekatan semacam itu sering
disebut “pembangunan teori yang membumi”, karena teori itu didasarkan
pada pengamatan empiris. Teknik ini sangat bergantung pada kemampuan
observasi dan interpretasi peneliti, dan teori yang dihasilkan mungkin
subjektif dan tidak dapat dikonfirmasi. Lebih jauh lagi, mengamati pola-pola
peristiwa tertentu tidak serta merta membuat suatu teori, kecuali peneliti
mampu memberikan penjelasan yang konsisten atas pola-pola yang diamati.

Pendekatan kedua adalah dengan melakukan analisis konseptual dari


bawah ke atas (bottom-up) untuk mengidentifikasi prediktor yang berbeda
yang relevan dengan fenomena yang diminati menggunakan kerangka kerja
yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu kerangka kerja tersebut dapat
berupa kerangka kerja input-proses-output sederhana, di mana peneliti
dapat menemukan berbagai kategori input, seperti faktor individu,
organisasi, dan/atau teknologi yang mungkin terkait dengan fenomena yang
diminati (output), dan menggambarkan proses yang yang menghubungkan
faktor-faktor ini dengan target fenomena. Ini juga merupakan pendekatan
induktif yang sangat bergantung pada kemampuan peneliti, dan interpretasi
mungkin bias oleh pengetahuan sebelumnya tentang fenomena yang
dipelajari.

Pendekatan ketiga adalah memperluas atau memodifikasi teori yang ada


untuk menjelaskan konteks baru, seperti dengan memperluas teori
pembelajaran individu untuk menjelaskan pembelajaran organisasi. Saat
membuat perluasan seperti itu, konsep, proposisi, dan/atau kondisi batas
tertentu dari teori lama dapat dipertahankan dan yang lainnya dimodifikasi

60
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

agar sesuai dengan konteks baru. Pendekatan deduktif ini memanfaatkan


inventaris yang kaya dari teori-teori ilmu sosial yang dikembangkan oleh
para ahli teori sebelumnya, dan merupakan cara yang efisien untuk
membangun teori-teori baru dengan membangun teori-teori yang sudah ada.

Pendekatan keempat adalah menerapkan teori yang ada dalam konteks yang
sama sekali baru dengan memanfaatkan kesamaan struktural antara dua
konteks. Pendekatan ini bergantung pada penalaran dengan analogi, dan
mungkin merupakan cara berteori yang paling kreatif menggunakan
pendekatan deduktif. Misalnya, Markus (1987) menggunakan kesamaan
analogi antara ledakan nuklir dan pertumbuhan jaringan yang tidak
terkendali atau bisnis berbasis jaringan untuk mengajukan teori massa
kritis pertumbuhan jaringan. Sama seperti ledakan nuklir yang
membutuhkan massa kritis bahan radioaktif untuk mempertahankan
ledakan nuklir, Markus menyarankan bahwa jaringan membutuhkan massa
kritis pengguna untuk mempertahankan pertumbuhannya, dan tanpa
massa kritis seperti itu, pengguna dapat meninggalkan jaringan, yang pada
akhirnya menyebabkan kematian. dari jaringan.

Teori Deduktif dan Induktif

Saya awali dengan penjelasan penalaran pemikiran deduktif dan induktif.


Penalaran induktif adalah tindakan menggunakan skenario khusus dan
menarik kesimpulan umum, bergerak dari khusus ke umum, dari satu set
pengamatan khusus untuk penemuan pola yang mewakili beberapa derajat
keteraturan di antara semua peristiwa yang diberikan. Induktif yang
bergerak dari “apakah” ke “mengapa” Juga disebut sebagai "penalaran
sebab-akibat," penalaran induktif dapat dianggap sebagai pendekatan "dari
bawah ke atas". Misalnya, Anda mungkin mengamati bahwa kakak
perempuan Anda rapih, kakak perempuan teman Anda rapih, dan kakak
perempuan ibu Anda rapih. Penalaran induktif akan mengatakan bahwa,
oleh karena itu, semua kakak perempuan rapih. (yang tidak benar, tentu
saja, tetapi Anda memahami alasannya) (Indeed Editorial Team, 2021).

Orang mungkin menyebut ini sebagai pendekatan "top-down" untuk menarik


kesimpulan. Misalnya, pertimbangkan pernyataan "semua apel adalah
buah-buahan." Saat Anda memperkenalkan informasi tertentu seperti

61
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

"semua buah tumbuh di pohon", Anda kemudian dapat menyimpulkan


bahwa "semua apel tumbuh di pohon" (Indeed Editorial Team, 2021).

Penalaran induktif dan deduktif pada dasarnya adalah metode penalaran


yang berlawanan untuk sampai pada kesimpulan atau proposisi. Perbedaan
utama antara penalaran induktif dan deduktif adalah bahwa penalaran
induktif dimulai dengan pengamatan, mendukungnya dengan pola, dan
kemudian sampai pada hipotesis atau teori; penalaran deduktif dimulai
dengan teori, mendukungnya dengan pengamatan, dan menyimpulkan
pengamatan (Indeed Editorial Team, 2021).

Konstruksi Teori Deduktif

Untuk melihat apa yang terlibat dalam konstruksi teori deduktif dan
pengujian hipotesis, berikut ini adalah tahapan membangun teori deduktif
(Babbie 2010).

1. Langkah pertama, memilih topik yang menarik minat, mudah dipahami


dan mudah dijelaskan.

2. Tentukan rentang fenomena yang dibahas teori. Fenomena yang dipilih


harus dikaitkan dengan masalah yang ditemui sehingga penelitian ini
perlu dibuat. Misalnya, Anda meneliti tentang “pengaruh kompensasi
terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Manufaktur PT X”. Fenomena
yang dijelaskan adalah fenomena tentang apa-apa saja yang menjadi
penyebab kinerja menurun. Misalkan, fenomena karyawan bekerja tidak
sesuai target, karyawan sering datang terlambat, atau karyawan sering
hilang di jam kantor.

3. Identifikasi dan tentukan konsep dan variabel utama.

4. Cari tahu apa yang diketahui (proposisi) tentang hubungan antara


variabel-variabel tersebut.

5. Bernalar secara logis dari proposisi tersebut ke topik spesifik yang


diteliti.

62
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Penerapan Teori Kuantitatif

Creswel, (2009) menjelaskan dengan rinci bagaimana mengimplementasikan


model deduktif ke teori kuantitatif. Dalam studi kuantitatif, seseorang
menggunakan teori secara deduktif dan menempatkannya di awal proposal
penelitian. Dengan tujuan menguji atau memverifikasi teori daripada
mengembangkannya, peneliti mengajukan teori, mengumpulkan data untuk
mengujinya, dan merefleksikan konfirmasi atau diskonfirmasinya melalui
hasil. Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan penelitian, model
pengorganisasian untuk pertanyaan penelitian atau hipotesis dan untuk
prosedur pengumpulan data. Model pemikiran deduktif yang digunakan
dalam studi kuantitatif ditunjukkan pada Gambar 3.2. peneliti menguji atau
memverifikasi teori dengan memeriksa hipotesis atau pertanyaan yang
diturunkan darinya. Hipotesis atau pertanyaan ini mengandung variabel
(atau konstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti. Atau, definisi yang
dapat diterima dapat ditemukan dalam literatur. Dari sini, peneliti
menempatkan instrumen untuk digunakan dalam mengukur atau
mengamati sikap atau perilaku partisipan dalam sebuah penelitian.
Kemudian peneliti mengumpulkan skor pada instrumen tersebut untuk
mengkonfirmasi atau diskonfirmasi teori.

Gambar 3.2 Pendekatan Deduktif Biasanya Digunakan dalam Penelitian Kuantitatif


Sumber:Creswel, (2009)

63
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Dengan menggunakan ide-ide ini, berikut ini Creswel menyajikan model


untuk menulis bagian perspektif teoritis kuantitatif kedalam rencana
penelitian. Asumsikan bahwa tugasnya adalah mengidentifikasi teori yang
menjelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen.

1. Lihat dalam literatur berbasis disiplin untuk sebuah teori. Jika unit
analisis untuk variabel adalah individu, lihat literatur psikologi; untuk
mempelajari kelompok atau organisasi, lihat dalam literatur sosiologis.
Jika proyek meneliti individu dan kelompok. pertimbangkan literatur
psikologi sosial. Tentu saja, teori dari disiplin lain mungkin berguna.
Misalnya, untuk mempelajari masalah ekonomi, teorinya dapat
ditemukan dalam ilmu ekonomi. Ini juga yang dapat diambil saat
membahas tentang grand theory atau applied theory (sub bab
berikutnya).

2. Kaji juga penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas topik atau


topik yang berkaitan erat. Teori apa yang digunakan oleh penulis lain?
Batasi jumlah teori dan cobalah untuk mengidentifikasi satu teori
menyeluruh yang menjelaskan hipotesis sentral atau pertanyaan
penelitian utama.

3. Ajukan pertanyaan pelangi yang menjembatani variabel independen dan


dependen: Mengapa variabel independen memengaruhi variabel
dependen?

4. Tulis bagian teori. Ikuti kalimat utama berikut: "Teori yang digunakan
pada penelitian ini adalah _ _ (sebutkan grand theory, middle theory, dan
applied theory). Ini dikembangkan oleh _ _ (mengidentifikasi asal,
sumber, atau pengembang teori), dan digunakan untuk mempelajari _ _
(mengidentifikasi topik di mana seseorang menemukan teori yang
diterapkan) Teori ini menunjukkan bahwa _ _ (mengidentifikasi proposisi
atau hipotesis dalam teori) Sebagaimana diterapkan pada penelitian ini.
Teori ini menyatakan bahwa penelitian akan mengharapkan variabel
independen _ _ (menyatakan variabel bebas) untuk memengaruhi atau
menjelaskan variabel terikat _ _ (menyatakan variabel terikat) karena _ _
(memberikan alasan berdasarkan logika teori)."

64
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Konstruksi Teori Induktif

Metode induktif terlebih dahulu mengamati aspek kehidupan sosial dan


kemudian berusaha menemukan pola-pola yang mungkin menunjuk pada
prinsip-prinsip yang relatif universal. Menciptakan istilah grounded theory
mengacu pada metode ini. Penelitian lapangan, pengamatan langsung
terhadap peristiwa yang sedang berlangsung, sering digunakan untuk
mengembangkan teori melalui observasi. Dalam tradisi yang panjang dan
kaya, para antropolog telah menggunakan metode ini untuk keuntungan
yang baik.

Di antara ilmuwan sosial modern, orang yang paling mahir melihat pola
perilaku manusia melalui pengamatan adalah Erving Goffman. Ini yang
menjadi contoh tentang pengamatan mendalam. Pengamatannya adalah
sebagai berikut, “Sebuah permainan seperti catur menghasilkan alam
semesta yang dapat dihuni bagi mereka yang dapat mengikutinya, sebuah
alam makhluk, pemeran karakter dengan jumlah situasi dan tindakan
berbeda yang tampaknya tidak terbatas untuk mewujudkan kodrat dan
takdir mereka. Namun banyak dari ini dapat direduksi menjadi seperangkat
kecil aturan dan praktik yang saling bergantung. Jika kebermaknaan
aktivitas sehari-hari juga bergantung pada seperangkat aturan yang terbatas
dan tertutup, maka penggandaan aturan-aturan itu akan memberi
seseorang sarana yang kuat untuk menganalisis kehidupan sosial (Goffman
1974).

Dalam berbagai upaya penelitian, Goffman menemukan aturan perilaku


yang beragam seperti tinggal di rumah sakit jiwa (Goffman 1961) dan
mengelola "identitas manja" menjadi cacat (Goffman 1963). Dalam setiap
kasus, Goffman mengamati fenomena tersebut secara mendalam dan
mengeluarkan aturan yang mengatur perilaku. Penelitian Goffman
memberikan contoh yang sangat baik dari penelitian lapangan kualitatif
sebagai sumber grounded theory.

Penerapan Teori Kualitatif

Creswel, (2009) menerangkan bahwa penelitian kualitatif menggunakan


teorinya dalam beberapa cara.

65
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Pertama, seperti dalam penelitian kuantitatif, ini digunakan sebagai


penjelasan luas untuk perilaku dan sikap, dan mungkin lengkap dengan
variabel, konstruk, dan hipotesis. Misalnya, etnografer menggunakan tema
budaya atau "aspek budaya" (Wolcott 1987) untuk mempelajari proyek
kualitatif mereka, seperti kontrol sosial, bahasa, stabilitas dan perubahan,
atau organisasi sosial, seperti kekerabatan atau keluarga. Tema dalam
konteks ini memberikan serangkaian hipotesis yang siap untuk diuji dari
literatur. Meskipun peneliti mungkin tidak merujuknya sebagai teori, mereka
memberikan penjelasan luas yang digunakan para antropolog untuk
mempelajari perilaku dan sikap berbagi budaya orang. Pendekatan ini
populer dalam penelitian ilmu kesehatan kualitatif di mana peneliti memulai
dengan model teoretis, seperti penerapan praktik kesehatan atau orientasi
teoretis kualitas hidup.

Kedua. peneliti semakin menggunakan lensa atau perspektif teoretis dalam


penelitian kualitatif, yang menyediakan lensa orientasi keseluruhan untuk
studi pertanyaan gender, kelas, dan ras (atau masalah lain dari kelompok
terpinggirkan). Lensa ini menjadi perspektif advokasi yang membentuk jenis
pertanyaan yang diajukan, menginformasikan bagaimana data dikumpulkan
dan dianalisis, dan memberikan ajakan untuk bertindak atau berubah.
Penelitian kualitatif tahun 1980-an mengalami transformasi untuk
memperluas cakupan penyelidikannya dengan memasukkan lensa-lensa
teoretis ini. Mereka memandu para peneliti tentang isu-isu apa yang penting
untuk diteliti. Misalnya, marginalisasi, pemberdayaan; dan orang-orang
yang perlu dipelajari, misalnya, perempuan, tunawisma, kelompok
minoritas. Mereka juga menunjukkan bagaimana peneliti memposisikan
dirinya dalam studi kualitatif (misalnya, di depan atau bias dari konteks
pribadi, budaya, dan sejarah) dan bagaimana catatan tertulis formal perlu
ditulis (misalnya, tanpa lebih jauh meminggirkan individu, dengan
berkolaborasi dengan peserta). Dalam studi etnografi kritis, peneliti memulai
dengan teori yang menginformasikan studi mereka. Teori kausal ini mungkin
salah satu dari emansipasi atau represi (Thomas, 1993).

66
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Ketiga. berbeda studi kuantitatif, studi kualitatif di mana teori (atau


penjelasan luas lainnya) menjadi titik akhir. Ini adalah proses induktif
membangun dari data ke tema luas ke model atau teori umum. Logika
pendekatan induktif ini ditunjukkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Logika Induktif Penelitian dalam Studi Kualitatif

Grand Theory, Middle Theory, Applied Theory

Secara umum grand theory adalah teori umum yang digunakan oleh peneliti
untuk diuraikan di skripsinya. Grand Theory harus disesuaikan dengan
judul penelitian. Boncz (2015) menegaskan bahwa grand theory adalah teori
yang mendekati fenomena secara keseluruhan secara konseptual dan
komprehensif dan masih sulit atau tidak mungkin untuk diuji secara
empiris. Easterby-Smith et al. (2019) mendefinisikan bahwa grand theory
adalah seperangkat asumsi yang koheren dimaksudkan untuk menjelaskan
fenomena sosial atau fisik; mungkin atau mungkin tidak dapat diuji secara

67
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

empiris. Definisi ini semakin ditegaskan oleh Shidarta (2006). Ia mengatakan


bahwa grand theory adalah teori yang menjelaskan keterkaitan semua
bangunan teori dengan ilmu-ilmu tertentu, dan menghubungkan dengan
ide-ide abstrak (Greener 2008).

Easterby-Smith et al. (2019), mendefinisikan middle theory sebagai


seperangkat ide dan konsep yang relevan untuk menjelaskan fenomena
sosial atau fisik dalam konteks yang relatif spesifik, biasanya dapat diuji
secara empiris, selain menyajikan fenomena yang terdefinisi dengan baik
secara rinci juga menafsirkan kejadian, alasan, dan konsekuensinya secara
cara yang didasarkan pada empiris (Boncz,2015). Artinya middle theory
konteksnya lebih terbatas dari Grand Theory.

Applied Theory merupakan teori yang berada di level paling mikro, level
aplikasi (Dougherty and Faltzgraff 1997). Artinya, pada level ini teori yang
dipaparkan adalah teori yang menjelaskan variabel.

Bagaimana saya bisa menentukan harus menggunakan grand theory yang


mana? Middle theory-nya apa? dan Applied theory-nya apa? Untuk
menentukan setiap teori tersebut, seorang peneliti harus benar-benar
memahami penelitiannya, karena sesungguhnya Anda, sebagai peneliti yang
memiliki hak penuh untuk menentukan teori-teori apa yang akan
digunakan.

Cara menentukan grand theory, middle theory dan applied theory dalam
penelitian kuantitatif dan kualitatif perlu mempertimbangkan kebijakan saat
pengambilan sumber penelitian dan judul penelitian. Saya akan terangkan
dengan bentuk contoh.

1. Pengaruh Opini Audit, Pergantian Auditor dan Proporsi Komite Audit


terhadap Audit Report Lag. Grand theory yang digunakan adalah teori
Auditing. Mengapa? Karena seluruh pembahasan tentang opini audit,
pergantian auditor, proporsi komite audit dan audit report lag ada di
teori/buku Auditing. Pada bagian ini dapat menjelaskan tentang prinsip
auditing. Middle theory yang ditentukan adalah teori Internal Audit,
karena fokus penelitiannya adalah kepada kondisi audit di dalam
perusahaan. Pada bagian ini peneliti menjelaskan teori internal audit
yang berhubungan dengan kondisi audit di atas. Applied theory yang

68
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

ditentukan adalah teori opini Audit, pergantian auditor, proporsi komite


audit, audit report lag. Pada bagian ini proporsi penjelasannya akan
detail.

2. Pengaruh Capital Intensity dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance


pada perusahaan X. Grand theory yang digunakan adalah Teori Pajak
dan Keuangan. Peneliti menjelaskan hubungan teori pajak dengan
keuangan, dan hubungan teori keuangan dengan pajak. Penjelasan ini
diperoleh dari buku teori, bukan dari penelitian terdahulu. Middle theory
yang digunakan adalah teori perpajakan di Indonesia, corporate finance,
karena penelitian akan dilakukan di perusahaan di Indonesia. Applied
theory yang digunakan adalah teori capital intensity, sales growth, dan
tax avoidance.

3. Pengaruh Kepribadian, Motivasi Kerja, Hubungan Antar Karyawan,


Keterikatan Karyawan terhadap Kinerja Karyawan. Grand theory yang
digunakan adalah teori Manajemen. Middle theory yang digunakan
adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi.
Applied theory yang digunakan adalah teori Kepribadian, Motivasi Kerja,
Hubungan Antar Karyawan, Keterikatan Karyawan dan Kinerja
Karyawan.

Dimana/disub judul mana ketiga konsep di atas harus dijelaskan? Ada dua
model penenpatan ketiga konsep di atas. Sebagian Universitas menempatkan
ketiga konsep itu di bagian penjelasan kerangka pemikiran, ada juga Universitas
yang menempatkannya di penjelasan paling awal dibagian bab 2 kajian teori.
Saya lebih setuju dengan penerapan model kedua, yaitu dijelaskan pada awal
sub bab kajian teori.

Masih banyak Universitas yang belum menerapkan konsep ini. Kondisi ini
terjadi bukan berarti yang tidak menggunakan konsep itu menjadi salah. Konsep
ini diperlukan untuk memudahkan proses penulisan di Bab 2. Boleh jadi,
mengapa ketiga konsep ini belum diterapkan selama ini karena pihak
Universitas belum bakukan ke buku panduan penelitian Universitas, atau,
mereka memang belum mendengar istilah ini (walau ini sebenarnya teori lama
metode penelitian). Penelitian itu progresif. Penelitian itu menciptakan
kebaruan. Jika kebaruan dan progresifitasnya ada diteknik penulisan bab 2,
mengapa tidak dibakukan saja?

69
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Berikut adalah contoh merangkai grand theory, middle theory, dan applied
theory.

Misalkan, judul penelitiannya adalah “Pengaruh Kepribadian, Motivasi Kerja,


Hubungan Antar Karyawan, Keterikatan Karyawan Terhadap Kinerja
Karyawan PT X”

Maka, penyusunan grand theory, middle theory, dan applied theory adalah
sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan grand theory perilaku organisasi. Perilaku


organisasi menurut Schermerhorn et al. (2010) adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam organisasi. Moorhead and Griffin (2013) menjelaskan
bahwa perilaku organisasi adalah “studi mengenai perilaku manusia dalam
situasi organisasi, mengenai titik temu antara perilaku manusia dan organisasi,
serta mengenai organisasi itu sendiri. Bedeni (2013) menjelaskan perilaku
organisasi dengan tiga determinasi yaitu yang mencakup perorangan (individu),
kelompok, dan struktur, di samping itu perilaku organisasi menerapkan
pengetahuan yang diperoleh mengenai perorangan, kelompok dan efek dari
struktur pada perilaku agar organiasi bekerja dengan lebih efektif. Dari
penjelasan di atas maka penelitian ini menitikberatkan kepada perilaku, sifat
dan karakter dari individu yang bekerja di sebuah organisasi dengan harapan
karyawan yang bekerja memiliki sifat, perilaku dan karakter yang baik yang
berguna untuk kemajuan pekerjaan di organisasi.

Middle Theory yang digunakan adalah manajemen sumber daya manusia. Daft
(2011) menulis bahwa manajemen sumber daya manusia adalah desain dan
penerapan sistem formal dalam sebuah organisasi untuk menjamin penggunaan
keahlian sumber daya manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-
tujuan organisasi. Sedangkan Rivai (2004) menjelaskan bahwa sumber daya
manusia adalah seseorang yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan
terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi yang perlu dikelola secara baik
dan profesional agar dapat tercipta keseimbangan antara kebutuhan SDM
dengan tuntutan serta kemajuan bisnis perusahaan (Rivai 2004, hlm. 6). Dari
penjelasan mengenai MSDM dapat diartikan bahwa organisasi perlu membuat
sebuah sistem yang akan mempersiapkan SDM agar siap untuk bekerja kapan
saja saat dibutuhkan oleh organisasi dengan segala keahlian yang dimilikinya
demi kemajuan organisasi.

70
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Applied Theory yang digunakan adalah konsep kinerja (Bernardin, H.J.


2010), konsep kepribadian (Robbins and Coulter 2007) konsep hubungan
antar karyawan (Hall-Lengnick, and Hall-Lengnick, 2003) konsep motivasi
(Daft. 2011) konsep keterikatan karyawan (Schiemann, William 2011).

Dengan telah ditetapkannya grand theory, middle theory, dan applied theory
dari sebuah penelitian, maka peneliti lebih mudah menetapkan sub judul
dibagian kajian teori dan mencari sumber buku dan penelitian yang
berhubungan dengan judul tersebut.

Menentukan Sub Judul pada Kajian Teori

Beberapa mahasiswa metodologi saya bertanya kepada saya, “Mam, (di


kampus saya, seorang dosen bukan dipanggil dengan sebutan Ibu atau
Bapak, tetapi dipanggil dengan sebutan “Mam” atau “Sir”) bagaimana
caranya menyusun sub bab? Saya menjawab, strategi untuk menyusun
kajian teori adalah sebagai berikut.

Pertama, Susun sub bab diawali dengan sub bab yang umum hingga sub
bab yang spesifik. Misalnya, penelitian dengan judul “Pengaruh Kepribadian,
Motivasi Kerja, Hubungan Antar Karyawan, Keterikatan Karyawan Terhadap
Kinerja Karyawan PT X”, maka teori yang digunakan adalah diawali dengan
teori di variabel Y, karena variabel Y adalah variabel “masalah” (saya senang
memberikan istilah seperti itu untuk memudahkan para peneliti pemula
menentukan masalah pada penelitiannya). Variabel Y lebih general dari
Variabel X1, X2,X3, dan seterusnya.

Variabel X adalah variabel yang semakin spesifik. Variabel X adalah variabel


“obat” (saya senang memberikan istilah seperti itu untuk memudahkan para
peneliti bahwa “masalah kinerja/peningkatan kinerja/optimalisasi kinerja”
diasumsikan akan “sembuh/meningkat/optimal” jika diberikan “obat”).
Obatnya adalah variabel X1 Kepribadian, X2 Motivasi, X3 Hubungan antar
Karyawan, X4 Keterikatan Karyawan. Cara memahaminya adalah sebagai
berikut:

71
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Kinerja karyawan diasumsikan akan memiliki pengaruh kepada kepribadian


tertentu seorang pekerja, motivasi diri positif ditingkatkan & pemberian
motivasi yang benar oleh perusahaan, memperbaiki hubungan antar
karyawan, dan membentuk keterikatan dari sisi karyawan dan perusahaan.

Kedua, pastikan bahwa setiap awal sub bab ada satu atau dua paragraf
pengantar/pendahuluan. Jangan langsung mengutip.

Ketiga, pastikan bahwa di setiap sub bab hanya menjelaskan tentang sub
bab itu saja. Misalnya, penjelasan sub bab “Pengertian Kinerja” hanya
membahas tentang pengertian kinerja dari berbagai ahli. Jangan uraikan
tujuan kinerja, manfaat kinerja dan seterusnya. Saat menyusun kutipan-
kutipan tentang pengertian kinerja, diurutkan dari pengertian yang
sederhana ke yang kompleks, atau pengertian yang tertua (penemu teori
kinerja), hingga yang terkini. Jangan asal mengutip. Demikian juga saat
peneliti menyusun kutipan untuk sub bab lainnya.

Saya menganjurkan, untuk sub bab definisi/pengertian, minimal ada lima


kutipan dari sumber buku berbeda (semakin banyak kutipannya, semakin
kaya literaturnya), dan sub bab lainnya minimal tiga kutipan dari sumber
buku berbeda (semakin banyak kutipan semakin kaya literaturnya).

Keempat, kutipan disetiap sub bab harus dianalisis/disimpulkan oleh


peneliti. Misalkan, peneliti telah mengutip lima kutipan tentang definisi
kinerja, maka di paragraf akhir, peneliti menciptakan/menyimpulkan
definisi kinerja yang berbeda dari kelima kutipan tersebut. Jangan hanya
sekadar di copy, dan paste saja.

Kelima, pastikan disalah satu bab ada teori tentang teori yang akan
digunakan di Bab 3 (teori yang akan digunakan untuk teknik pengumpulan
data).

Contoh pertama, pada judul “Pengaruh Kepribadian, Motivasi Kerja,


Hubungan Antar Karyawan, Keterikatan Karyawan Terhadap Kinerja
Karyawan PT X”, maka alat pengumpulan datanya akan menggunakan
kuesioner. Kuesioner untuk mengukur kinerja, kepribadian, motivasi,
hubungan antar karyawan, dan keterikatan karyawan diperoleh dari sebuah
teori. Kuesioner tidak dapat dibuat sesuka hati (lebih detail akan dibahas di
bab 3). Teori yang akan digunakan untuk membuat kuesioner tersebut akan

72
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

dijelaskan di salah satu sub judul di bab 2. Pada contoh di atas, untuk
mengukur variabel kinerja maka teori yang akan digunakan untuk membuat
kuesioner ada di sub bab 2.1.1.3 Dimensi Kerja (Gambar 3.4). Walaupun di
sub bab 2.1.1.3 Dimensi Kerja akan diuraikan berbagai teori dimensi kerja
dari beberapa ahli, pada akhir paragraf, peneliti akan
menegaskan/menjelaskan dimensi yang mana yang akan digunakan untuk
membuat kuesioner tentang kinerja di akhir paragraf (Gambar 3.5).

Contoh kedua, pada penelitian “Analisis pengaruh sales growth dan capital
expenditure terhadap profitabilitas pada perusahaan sub sektor
perdagangan ritel yang terdaftar di BEI” Maka alat pengumpulan datanya
adalah laporan keuangan dalam bentuk rumus atau angka (disebut dengan
skala rasio). Teori tentang angka atau rumus itu harus dicantumkan disalah
satu sub bab di bagian kajian teori bab 2.

Gambar 3.4 Contoh Menentukan Judul Sub-Bab

73
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Keenam, saat merangkai kajian teori, gunakan sumber literatur dari


penemu teori tersebut (teori primer) yaitu sumber dari buku, bukan
mengutip teori yang tertulis di sebuah jurnal ilmiah. Pada tahap ini, peneliti
harus rajin pergi ke perpustakaan, membeli buku di toko buku, atau
browsing sumber e-book dari internet. Sebagai contoh, saat hendak
mengukur kinerja, teori kinerja yang diambil adalah teori kinerja dari buku
Human Resources Management yang ditulis oleh Bernardin & Russell
(gambar 3.5).

Gambar 3.5 Contoh Dimensi dan Cara Menyimpulkan

Mempersiapkan Tinjauan Literatur: Menemukan Literatur yang Relevan

Setelah topiknya jelas, ada banyak cara untuk melakukan pencarian


literatur tetapi harus selalu mengikuti tujuan penelitian. Selama ratusan
tahun, tempat paling strategis untuk memulai pencarian literatur adalah
perpustakaan. Perpustakaan Universitasmu adalah tempat pertama yang
harus dikunjungi, kemudian perpustakaan di Universitas sekitar kampusmu

74
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

menjadi opsi berikutnya. Perpustakaan adalah pintu gerbang penting


menuju informasi (Luker 2008) dan saat ini tidak hanya buku dan jurnal
yang ada di perpustakaan, tetapi juga sumber daya online, karena ada
perpustakaan yang telah berlangganan jurnal yang bereputasi. Pustakawan
memiliki gambaran umum tentang informasi yang tersedia, sehingga peneliti
dengan mudah menanyakannya kepada mereka dan mereka tahu
bagaimana menavigasi berbagai sistem yang dapat diakses. Seorang peneliti
yang tidak pernah datang ke perpustakaan adalah bukan seorang peneliti.
Manfaatkan fasilitas pencarian yang ada diperpustakaan (misalnya katalog
online) dan pegawai yang sedang bertugas.

Adalah satu hal untuk mengetahui di mana mencari jenis sastra tertentu;
itu adalah hal lain untuk mengembangkan keterampilan untuk melakukan
pencarian literatur tingkat lanjut. Mayoritas katalog online dan database
literatur memiliki antarmuka pencarian dasar di mana peneliti dapat
memasukkan string kata kunci. Antarmuka pencarian lanjutan
memungkinkan peneliti untuk menentukan tempat untuk mencari kata
kunci tertentu (misalnya dalam judul, nama penulis, abstrak atau teks
lengkap), dan menggunakan pembatas hasil untuk membatasi output ke
rentang tanggal tertentu (misalnya 2012 hingga 2017) atau jenis publikasi
(misalnya sumber elektronik). Beberapa mesin pencari memungkinkan
penggunaan kutipan untuk mencari frasa yang tepat seperti “inovasi
organisasi” (Easterby-Smith et al. 2018)

Banyak website yang memberikan akses gratis untuk membaca buku,


bahkan dapat diunduh. Berikut adalah beberapa situs website yang dapat
menolong peneliti mendapatkan sumber literatur:

1. https://www.pdfdrive.com/employee-well-being-support-a-workplace-
resource- d185918671.html,
2. http://www.gutenberg.org/. https://openlibrary.org/
3. http://www.oapen.org/home
4. http://www.acehbooks.org/
5. http://literature.org/
6. http://www.feedbooks.com/publicdomain
7. https://archive.org/details/texts

75
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Perlu memiliki keterampilan khusus untuk dapat mencari literatur yang


tepat dalam sebuah website. Saat peneliti akan melakukan pencarian
literatur dari website, maka perlu memahami cara untuk mencarinya.
Pertama, gunakan judul, variabel, nama penulis dan dibatasi dengan tahun.
Permintaan pencarian yang baik membutuhkan pertimbangan yang cermat.
Penggunaan kata “tidak” “dan” dan “atau” akan mempersempit cakupan dan
mengarah ke hasil yang lebih spesifik. Misalnya ketik dipencarian
Kepribadian “DAN” Motivasi, mesin akan mencari artikel yang berisi tentang
kepribadian dan motiavasi. Kata “atau” dapat digunakan untuk mencakup
konsep serupa, misal organisasi “ATAU” perusahaan. “TIDAK”
memungkinkan pencarian untuk mengecualikan hasil yang tidak
diinginkan, misalnya kepribadian “TIDAK” perilaku. Pencarian dengan
menggunakan kata kunci misal kata “inovasi”, maka akan ada ratusan ribu
artikel yang menggunakan istilah ini dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda, dengan arti yang berbeda-beda. Kata kunci yang dipersempit
penting jika judul penelitian sudah spesifik (Easterby-Smith et al. 2018).
Pencarian yang tepat dapat menghemat waktu browsing (Jesson, Matheson,
and Lacey 2011).

Kerangka Pemikiran
Kerangka teoritis terdiri dari teori tentang penelitian. Kerangka teori
mencakup semua teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan
hubungan antar variabel. Kerangka berpikir yang baik harus dapat
menjelaskan secara teoritis keterkaitan hubungan antar variabel yang akan
diteliti. Kerangka teoritis mengelaborasi hubungan antar variabel,
menjelaskan teori yang menggarisbawahi hubungan, dan menggambarkan
sifat dan arah hubungan. Membangun satu kerangka teoritis membantu
peneliti mendalilkan dan menguji saling hubungan antara variabel tertentu.
Dari kerangka teoritis kemudian dikembangkan hipotesis yang dapat diuji
untuk melihat apakah teori yang diformulasi valid atau tidak. Hubungan
antar variabel yang dihipotesiskan dapat diuji dengan analisis statistik yang
tepat. Jadi, kerangka teoritis merupakan fondasi sepenuhnya proyek
penelitian karena dalam kerangka teoritis dijelaskan dan dielaborasi secara
logis jaringan hubungan antar variabel sebagaimana dikemukakan dalam
prumusan masalah (Kerlinger 1986).

76
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Tabel 3.1 Variasi Istilah Mengartikan Input-Proses-Output

Input Proses Output


Kondsi Awal Tindakan Kondisi Akhir
Permasalahan Strategi Umpan Balik
Awal Penyuluhan Proses Hasil Penyuluhan
Persiapan Analisis Analisis Hasil Analisis

Untuk memudahkan penulisan kerangka pemikiran maka, struktur


pengerjaan sub bab kerangka pemikiran dipandu oleh gambar 3.6, diawali
dengan membuat gambar/diagram kerangka penelitian sesuai dengan
gambar (contoh gambar 3.6) dengan memprhatikan tahapan input-proses-
output tabel 3.1

Gambar 3.6 Konsep Piramida Terbalik Menyusun Kerangka Pemikiran


Contoh:

Judul: Pelatihan Dosen Dan Keterikatan Dosen Serta Pengaruhnya Terhadap


Motivasi Dosen Pada Universitas X.”

77
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.7
Contoh Menggambarkan Input-Proses-Output Sebuah Penelitian Kuantitatif
Pada penelitian kuantitatif, uraikan kerangka pemikiran yang telah
dipetakan pada gambar 3.7 diuraikan dalam bentuk kalimat. Pertama-tama,
menarasikan kondisi awal (1-2 paragraf) yang didukung dari berbagai
sumber. Setelah itu peneliti menjelaskan hubungan antara variabel dengan
sub judul “Pengaruh Pelatihan Dosen terhadap Motivasi Kerja”, dan sub
judul “Pengaruh Keterikatan Dosen terhadap Motivasi Kerja”. Pada tahap ini
peneliti akan mencari penelitian-penelitian yang sama dengan penelitian
Anda, memberikan argumen, jastifikasi tentang penelitian sebelumnya, dan
kemudian menjelaskan, apa yang membedakan penelitian Anda dengan
penelitian terdahulu (ini akan menjadi calon novelty penelitian). Tahap akhir
adalah menjelaskan harapan hasil penelitian (2-3 paragraf).

78
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.8
Contoh Menggambarkan Input-Proses-Output Sebuah Penelitian Kualitatif
Sumber Gambar: http://skripsisurabaya.blogspot.com/2015/11/bagaimanakah-
menyusun- kerangka-berpikir.html
Pada penelitian kualitatif, uraikan kerangka pemikiran yang telah dipetakan
pada gambar 3.8

Hipotesis Penelitian

Hipotesis biasanya dianggap sebagai instrumen utama dalam penelitian.


Fungsi utamanya adalah untuk menyarankan eksperimen dan pengamatan
baru. Faktanya, banyak eksperimen dilakukan dengan tujuan pengujian
hipotesis yang disengaja. Pengambil keputusan sering menghadapi situasi
dimana mereka tertarik untuk menguji hipotesis berdasarkan informasi yang
tersedia dan kemudian mengambil keputusan berdasarkan pengujian
tersebut. Dalam ilmu sosial, di mana pengetahuan langsung tentang
parameter populasi jarang, pengujian hipotesis adalah strategi yang sering
digunakan untuk memutuskan apakah data sampel menawarkan dukungan
semacam itu untuk hipotesis bahwa generalisasi dapat dibuat. Jadi,
pengujian hipotesis memungkinkan peneliti untuk membuat pernyataan
probabilitas tentang parameter populasi. Hipotesis mungkin tidak
dibuktikan secara mutlak, tetapi dalam praktiknya dapat diterima jika telah

79
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

melewati pengujian kritis. Sebelum peneliti menjelaskan bagaimana


hipotesis diuji melalui tes berbeda yang dimaksudkan untuk tujuan
tersebut, akan tepat untuk menjelaskan dengan jelas arti hipotesis dan
konsep terkait untuk pemahaman yang lebih baik tentang teknik pengujian
hipotesis (Jackson 2009).

Pertimbangan penting dalam perumusan masalah penelitian dalam


penelitian kuantitatif adalah konstruksi hipotesis. Hipotesis membawa
kejelasan, kekhususan dan fokus untuk masalah penelitian. Hipotesis
muncul dari serangkaian firasat yang diuji melalui penelitian. Hipotesis
didasarkan pada logika yang sama. Sebagai seorang peneliti, Anda tidak tahu
tentang suatu fenomena, situasi, kelaziman suatu kondisi dalam suatu
populasi atau tentang hasil suatu program, tetapi memiliki firasat untuk
membentuk dasar asumsi atau tebakan tertentu. Anda menguji ini, sebagian
besar satu per satu, dengan mengumpulkan informasi yang akan
memungkinkan untuk menyimpulkan apakah firasat Anda benar. Proses
verifikasi dapat memiliki satu dari tiga hasil. Firasat Anda mungkin terbukti:
benar, sebagian benar, atau salah. Tanpa proses verifikasi ini, Anda tidak
dapat menyimpulkan apa pun tentang validitas asumsi Anda. Oleh karena
itu, hipotesis adalah firasat, asumsi, kecurigaan, pernyataan atau gagasan
tentang suatu fenomena, hubungan atau situasi, realitas atau kebenaran
yang tidak Anda ketahui. Seorang peneliti menyebut asumsi, pernyataan,
pernyataan atau firasat ini hipotesis dan mereka menjadi dasar
penyelidikan. Dalam kebanyakan penelitian, hipotesis akan didasarkan pada
penelitian sebelumnya atau pengamatan Anda sendiri atau orang lain
(Kumar 2011).

Ada banyak definisi hipotesis. Menurut Kerlinger, hipotesis adalah


pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
(Kerlinger 1986). Black dan Champion mendefinisikan hipotesis sebagai
pernyataan tentatif tentang sesuatu, yang validitasnya biasanya tidak
diketahui (Back and Champion 1976). Dalam definisi lain, Bailey
mendefinisikan hipotesis sebagai proposisi yang dinyatakan dalam bentuk
yang dapat diuji dan yang memprediksi hubungan tertentu antara dua (atau
lebih) variabel. Dengan kata lain, jika peneliti berpikir bahwa ada hubungan,
pertama-tama ia menyatakannya sebagai hipotesis dan kemudian menguji

80
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

hipotesis di lapangan (Bailey 1978). Menurut Grinnell, sebuah hipotesis


ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dibuktikan atau dibantah dengan
data yang valid dan dapat diandalkan (Grinnell 1988)

Pengujian Hipotesis

Biasanya, ketika seseorang berbicara tentang hipotesis, yang dimaksud


hanyalah asumsi atau anggapan untuk dibuktikan atau dibantah. Tetapi
bagi seorang peneliti, hipotesis adalah pertanyaan formal yang ingin ia
pecahkan. Dengan demikian hipotesis dapat didefinisikan sebagai proposisi
atau serangkaian proposisi yang ditetapkan sebagai penjelasan untuk
terjadinya beberapa kelompok fenomena tertentu baik dinyatakan hanya
sebagai dugaan sementara untuk memandu beberapa penyelidikan atau
diterima sebagai sangat mungkin dalam terang fakta-fakta yang mapan.
Cukup sering hipotesis penelitian adalah pernyataan prediktif, yang mampu
diuji dengan metode ilmiah, yang menghubungkan variabel independen
dengan beberapa variabel dependen. Misalnya, perhatikan pernyataan
seperti berikut: “Siswa yang mendapat penyuluhan akan menunjukkan
peningkatan kreativitas yang lebih besar daripada siswa yang tidak
mendapat penyuluhan” atau"mobil A berkinerja sebaik mobil B." Ini adalah
hipotesis yang mampu diverifikasi dan diuji secara objektif. Dengan
demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hipotesis menyatakan apa
yang dicari dan itu adalah proposisi yang dapat diuji untuk menentukan
validitasnya (Jackson 2009).

Menurut Emory (1976), Hipotesis harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Hipotesis harus jelas dan tepat. Jika hipotesis tidak jelas dan tepat,
kesimpulan yang ditarik atas dasar itu tidak dapat dianggap andal.

2. Hipotesis harus mampu diuji. Beberapa penelitian sebelumnya dapat


dilakukan oleh peneliti untuk membuat hipotesis yang dapat diuji.
Sebuah hipotesis dapat diuji jika deduksi lain dapat dibuat darinya yang,
pada gilirannya, dapat dikonfirmasi atau dibantah dengan pengamatan.

3. Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel, jika merupakan


hipotesis relasional.

81
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

4. Hipotesis harus dibatasi ruang lingkupnya dan harus spesifik. Seorang


peneliti harus ingat bahwa hipotesis yang lebih sempit umumnya lebih
dapat diuji dan ia harus mengembangkan hipotesis tersebut.

5. Hipotesis harus dinyatakan sejauh mungkin dalam istilah yang paling


sederhana sehingga hal yang sama mudah dimengerti oleh semua pihak.
Tetapi peneliti harus ingat bahwa kesederhanaan hipotesis tidak ada
hubungannya dengan signifikansinya.

6. Hipotesis harus konsisten dengan sebagian besar fakta yang diketahui,


yaitu harus konsisten dengan sejumlah besar fakta yang ditetapkan.
Dengan kata lain, itu harus menjadi salah satu yang diterima hakim
sebagai yang paling mungkin.

7. Hipotesis harus dapat diuji dalam waktu yang wajar. Seseorang tidak
boleh menggunakan bahkan hipotesis yang sangat baik, jika hipotesis
yang sama tidak dapat diuji dalam waktu yang wajar karena seseorang
tidak dapat menghabiskan waktu seumur hidup mengumpulkan data
untuk mengujinya.

8. Hipotesis harus menjelaskan fakta-fakta yang menimbulkan penjelasan.


Ini berarti bahwa dengan menggunakan hipotesis ditambah generalisasi
lain yang diketahui dan diterima, seseorang harus dapat menyimpulkan
kondisi masalah aslinya. Jadi hipotesis harus benar-benar menjelaskan
apa yang diklaimnya untuk dijelaskan; itu harus memiliki referensi
empiris.

Pengujian hipotesis terdiri dari empat tahap (Cohen, Manion, and Morrison
2007):

Tahap 1

Dalam penelitian kuantitatif, dapat dimulai dengan hipotesis nol, misalnya:

1. Tidak ada signifikansi statistik dalam distribusi data dalam tabel


kontingensi (tabulasi silang).

2. Tidak ada korelasi yang signifikan secara statistik antara dua faktor.

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata


dua kelompok.

82
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

4. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata


kelompok dalam pretest dan post-test.

5. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata


dari tiga kelompok atau lebih.

6. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistic antara dua


subsampel.

7. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistic antara tiga atau
lebih subsampel.

8. Tidak ada kemampuan prediksi yang signifikan antara satu variabel


bebas X dan variabel terikat Y.

9. Tidak ada kemampuan prediksi yang signifikan antara dua atau lebih
variabel bebas X, Y, Z dan variabel terikat Tidak ada kemampuan
prediksi yang signifikan antara satu variabel bebas X dan variabel terikat
Y.

10. Tidak ada kemampuan prediksi yang signifikan antara dua atau lebih
variabel bebas X, Y, Z dan variabel terikat.

Tugas peneliti adalah mendukung atau tidak mendukung hipotesis nol.

Tahap 2

Setelah menetapkan hipotesis nol, peneliti melanjutkan untuk menentukan


tingkat signifikansi (α) yang akan diterapkan untuk menentukan apakah
hipotesis nol harus didukung atau tidak. Tingkat ini disebut sebagai tingkat
alfa (α). Peneliti bertanggung jawab untuk menentukan tingkat alpha. Dalam
kebanyakan kasus, nilai ini ditetapkan pada 0,05, yang menunjukkan
bahwa hipotesis nol ditolak 95 persen. Ketika menuliskan ini, artinya
mengatakan " α = 0,05." Jika seseorang ingin lebih dapat diandalkan, maka
penetapan alfa lebih tinggi ( = 0,01 atau = 0,001) dalam analisis statistiknya.
Dalam proses memutuskan apakah akan mendukung hipotesis nol atau
tidak, seseorang harus memutuskan seberapa besar risiko yang bersedia
mereka ambil.

83
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Tahap 3

Setelah menetapkan hipotesis nol dan tingkat di mana hipotesis itu akan
didukung atau tidak, seseorang kemudian menghitung data dalam bentuk
apa pun yang sesuai untuk penelitian yang bersangkutan (misalnya ukuran
asosiasi, ukuran perbedaan, regresi dan ukuran prediksi).

Tahap 4

Setelah menganalisis data, seseorang kemudian dalam posisi mendukung


atau tidak mendukung hipotesis nol, dan inilah yang akan dilaporkan.
Penting untuk membedakan dua jenis hipotesis menurut (Wright, 2003) dua
jenis hipotesis itu adalah hipotesis kausal dan hipotesis asosiatif. Seperti
namanya, hipotesis kausal menunjukkan bahwa input X akan memengaruhi
hasil Y, seperti, misalnya, desain eksperimental. Sebuah hipotesis asosiatif
menjelaskan bagaimana variabel dapat berhubungan satu sama lain, tidak
harus dengan cara kausal (misalnya dalam analisis korelasional).

Konsep Dasar Tentang Pengujian Hipotesis

Konsep dasar dalam rangka pengujian hipotesis dijelaskan sebagai berikut


Kothari (2004):

1. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif

Dalam konteks analisis statistik, peneliti sering berbicara tentang


hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Jika peneliti
membandingkan metode A dengan metode B tentang keunggulannya dan
jika melanjutkan dengan asumsi bahwa kedua metode sama-sama baik,
maka asumsi ini disebut sebagai hipotesis nol. Berlawanan dengan ini,
peneliti mungkin berpikir bahwa metode A lebih unggul atau metode B
lebih rendah, kemudian menyatakan apa yang disebut sebagai hipotesis
alternatif. Hipotesis nol umumnya dilambangkan sebagai H 0 dan
hipotesis alternatif sebagai Ha. Misalkan peneliti ingin menguji hipotesis
bahwa mean populasi (µ) sama dengan mean yang dihipotesiskan (µH0)=
100. Kemudian akan mengatakan bahwa hipotesis nol adalah bahwa
rata-rata populasi sama dengan rata-rata yang dihipotesiskan 100 dan
secara simbolis yang dapat menyatakan sebagai:

H0:μ=μH0 =100

84
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Jika hasil sampel tidak mendukung hipotesis nol ini, maka


kesimpulannya bahwa ada hal lain yang benar. Apabila kesimpulannya
menolak hipotesis nol dikenal sebagai hipotesis alternatif (Ha). Dengan
kata lain, himpunan alternatif untuk hipotesis nol disebut sebagai
hipotesis alternatif. Jika menerima H0, maka menolak Ha dan jika
menolak H0, maka menerima Ha. Untuk H0:μ=μH0 =100, maka ada tiga
pertimbangan kemungkinan hipotesis alternatif sebagai berikut Tabel
3.2.

Tabel 3.2 Pemahaman Hipotesis Alternatif

Hipotesis Alternatif Pengertiannya


Ha: μ ≠ μH0 Hipotesis alternatifnya adalah bahwa
rata-ratapopulasi tidak sama dengan 100
yaitu, mungkin lebih atau kurang dari
100
Ha: μ>μH0 Hipotesis alternatifnya adalah bahwa
rata-rata
populasi lebih besar dari 100
Ha: μ< μH0 Hipotesis alternatifnya adalah rata-rata
populasi kurang dari 100

Sumber: Kothari (2004)

Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dipilih sebelum sampel diambil


(peneliti harus menghindari kesalahan dalam menurunkan hipotesis
dari data yang ia kumpulkan dan kemudian menguji hipotesis dari data
yang sama). Dalam pemilihan hipotesis nol, pertimbangan berikut
biasanya diperhatikan:

a. Hipotesis alternatif biasanya adalah hipotesis yang ingin dibuktikan


dan hipotesis nol adalah hipotesis yang ingin dibantah. Jadi,
hipotesis nol mewakili hipotesis yang dicoba tolak, dan hipotesis
alternatif mewakili semua kemungkinan lain.

b. Jika menolak hipotesis yang diberikan ketika itu benar-benar


membawa risiko tinggi, itu dianggap sebagai hipotesis nol karena
kemungkinan menolaknya ketika itu benar adalah (tingkat
signifikansi) yang dipilih sangat rendah.

c. Hipotesis nol harus selalu merupakan hipotesis spesifik, yaitu tidak


boleh menyatakan tentang atau mendekati nilai tertentu.

85
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Umumnya, dalam pengujian hipotesis didasarkan pada hipotesis nol,


dengan tetap memperhatikan hipotesis alternatif. Kenapa begitu?
Jawabannya adalah bahwa dengan asumsi bahwa hipotesis nol benar,
seseorang dapat menetapkan probabilitas untuk kemungkinan hasil
sampel yang berbeda, tetapi ini tidak dapat dilakukan jika peneliti
melanjutkan dengan hipotesis alternatif. Oleh karena itu penggunaan
hipotesis nol (kadang-kadang juga dikenal sebagai hipotesis statistik)
cukup sering digunakan.

2. Tingkat signifikansi: Ini adalah konsep yang sangat penting dalam


konteks pengujian hipotesis. Biasanya dinyatakan dengan persentase
(biasanya 5%) yang harus dipilih dengan sangat hati-hati, pemikiran dan
alasan. Jika peneliti mengambil tingkat signifikansi pada 5%, maka ini
berarti bahwa H0 akan ditolak ketika hasil pengambilan sampel (yaitu,
bukti yang diamati) memiliki probabilitas kurang dari 0,05 untuk terjadi
jika H0 benar. Dengan kata lain, tingkat signifikansi 5% berarti bahwa
peneliti bersedia mengambil risiko sebanyak 5% untuk menolak
hipotesis nol ketika (H0) benar. Dengan demikian tingkat signifikansi 0
adalah nilai maksimum probabilitas menolak H0 bila benar dan biasanya
ditentukan terlebih dahulu sebelum menguji hipotesis.

3. Aturan keputusan atau uji hipotesis. Hipotesis H0 dan hipotesis


alternatif Ha dengan penjelasan, menerima H0 (yaitu, menolak Ha) atau
menolak H0 (yaitu, menerima Ha). Misalnya, jika (H0 adalah bahwa
tumpukan tertentu adalah baik (ada sangat sedikit tumpukan yang cacat
di dalamnya) terhadap Ha) bahwa tumpukan tersebut tidak baik (ada
terlalu banyak tumpukan yang rusak di dalamnya), maka peneliti harus
memutuskan jumlah barang yang akan diuji dan kriteria untuk
menerima atau menolak hipotesis. Misalnya, menguji 10 barang dalam
tumpukan dan merencanakan keputusan dengan mengatakan bahwa
jika tidak ada atau hanya 1 barang yang cacat di antara 10 barang
tersebut, maka keputusannya adalah menerima H0 jika tidak, maka
menolak H0 (atau menerima Ha). Dasar semacam ini dikenal sebagai
aturan keputusan.

86
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

4. Kesalahan Tipe I dan Tipe II: Dalam konteks pengujian hipotesis, pada
dasarnya ada dua jenis kesalahan yang dapat dibuat. Menolak H0 ketika
H0 benar dan menerima H0 padahal sebenarnya H0 adalah tidak benar.
Yang pertama dikenal sebagai kesalahan Tipe I dan yang terakhir sebagai
kesalahan Tipe II. Dengan kata lain, kesalahan Tipe I berarti penolakan
hipotesis yang seharusnya diterima dan kesalahan Tipe II berarti
menerima hipotesis yang seharusnya ditolak. Kesalahan tipe I
dilambangkan dengan (alpha) yang dikenal sebagai kesalahan, juga
disebut tingkat signifikansi pengujian; dan kesalahan Tipe II
dilambangkan dengan (beta) yang dikenal sebagai kesalahan. Dalam
bentuk tabel, kedua kesalahan tersebut dapat disajikan pada tabel 3.3:

Tabel 3.3 Keputusan Tentang Tipe Kesalahan

Keterangan Keputusan
Menerima H0 Menolak H0
H0 (benar) Keputusan yang benar Kesalahan tipe I
(kesalahan
H0 (salah) Kesalahan tipe II Keputusan yang benar
(kesalahan

Sumber Kothari (2004)

Probabilitas kesalahan Tipe I biasanya ditentukan terlebih dahulu dan


dipahami sebagai tingkat signifikansi pengujian hipotesis. Jika
kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, itu berarti ada sekitar 5 peluang
dalam 100 bahwa akan menolak H0 ketika H0 benar. Peneliti dapat
mengontrol kesalahan Tipe I hanya dengan memperbaikinya di tingkat
yang lebih rendah. Misalnya, jika memperbaikinya pada 1%, artinya
probabilitas maksimum melakukan kesalahan Tipe I hanya 0,01.

Tetapi dengan ukuran sampel yang tetap, n, ketika peneliti mencoba


untuk mengurangi kesalahan Tipe I, kemungkinan melakukan
kesalahan Tipe II meningkat. Kedua jenis kesalahan tidak dapat
dikurangi secara bersamaan. Ada trade-off antara dua jenis kesalahan
yang berarti bahwa kemungkinan membuat satu jenis kesalahan hanya
dapat dikurangi jika peneliti ingin meningkatkan kemungkinan
membuat jenis kesalahan lainnya. Untuk menghadapi trade-off ini dalam
situasi bisnis, pembuat keputusan memutuskan tingkat kesalahan Tipe
I yang sesuai dengan memeriksa biaya atau penalti yang melekat pada

87
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

kedua jenis kesalahan. Jika kesalahan Tipe I melibatkan waktu dan


kesulitan pengerjaan ulang sejumlah bahan kimia yang seharusnya
diterima, sedangkan kesalahan Tipe II berarti mengambil kesempatan
bahwa seluruh kelompok pengguna senyawa kimia ini akan diracuni,
maka dalam situasi seperti itu seseorang harus lebih memilih kesalahan
Tipe I daripada kesalahan Tipe II. Akibatnya, seseorang harus
menetapkan tingkat kesalahan Tipe I yang sangat tinggi dalam teknik
pengujian hipotesis yang diberikan. Oleh karena itu, dalam pengujian
hipotesis, seseorang harus melakukan segala upaya yang mungkin
untuk mencapai keseimbangan yang memadai antara kesalahan Tipe I
dan Tipe II.

5. Tes dua sisi (two tailed) dan satu sisi (one tailed). Dalam konteks
pengujian hipotesis, kedua istilah ini cukup penting dan harus dipahami
dengan jelas. Tes dua sisi menolak hipotesis nol jika rata-rata sampel
secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai hipotesis rata-
rata populasi. Pengujian semacam itu tepat ketika hipotesis nol adalah
beberapa nilai tertentu dan hipotesis alternatif adalah nilai yang tidak
sama dengan nilai hipotesis nol yang ditentukan. Secara simbolis, uji
dua sisi tepat jika memiliki H0: µ = µH0 dan Ha: µ ≠ μH0 yang dapat berarti
µ>µH0 atau µ<µH0. Jadi, dalam uji dua sisi, ada dua daerah penolakan,
satu di setiap kurva yang dapat diilustrasikan seperti pada gambar 3.9:

88
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.9 Diagram two-tail


Sumber Kothari (2004)
Secara matematis dapat dinyatakan bahwa wilayah penerimaan A: Z ≤
1,96, wilayah penolakan R: Z ≥1,96. Jika tingkat signifikansi adalah
5%dan uji dua sisi akan diterapkan, probabilitas daerah penolakan akan
menjadi 0,05 (terbagi sama pada kedua sisi kurva sebagai 0,025) dan
daerah penerimaan akan menjadi 0,95 sebagai ditunjukkan pada kurva
di atas. Jika sampelnya adalah = 100 dan jika mean sampel menyimpang
secara signifikan dari 100 di kedua arah, maka menolak hipotesis nol;
tetapi jika rata-rata sampel tidak menyimpang secara signifikan dari µ,
maka menerima hipotesis nol. Tetapi ada situasi ketika hanya uji satu
sisi yang dianggap tepat. Tes satu sisi akan digunakan ketika akan
menguji apakah rata-rata populasi lebih rendah dari atau lebih tinggi
dari beberapa nilai yang dihipotesiskan. Misalnya, jika H 0: µ= µH0 dan
Ha: µ< μH0, maka wilayahnya adalah uji arah kiri (di mana hanya ada
satu daerah penolakan di sisi kiri) yang dapat diilustrasikan pada
gambar 3.10.

89
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.10 Diagram one-tail sisi kiri


Sumber Kothari (2004)
Secara matematis dapat dinyatakan bahwa wilayah penerimaan A: Z ≥
1.645, dan wilayah penolakan R: Z ≤ 1.645.

Jika µ = 100 dan jika mean sampel menyimpang secara signifikan dari
100 ke arah yang lebih rendah, maka menolak H0, jika tidak, maka a
menerima H pada tingkat signifikansi tertentu. Jika tingkat signifikansi
00 dalam kasus yang diberikan dipertahankan pada 5%, maka daerah
penolakan akan sama dengan 0,05 luas di sisikiri seperti yang
ditunjukkan pada kurva di atas.

Jika H0: µ = µH0 dan Ha: µ> µH0, itu dikenal sebagai uji satu sisi (sisi
kanan) dan daerah penolakan akan berada di sisi kanan kurva seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.11.

90
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.11 Diagram one-tail sisi kanan


Sumber Kothari (2004)
Secara matematis peneliti dapat menyatakan wilayah penerimaan A: Z ≤
1,645 wilayah penolakan A:Z≥1,645.

Jika µ = 100 dan jika mean sampel menyimpang secara signifikan dari
100 ke arah atas, maka menolak H0, jika tidak, maka akan menerima
hal yang sama. Jika dalam kasus yang diberikan tingkat signifikansi
dipertahankan pada 5%, maka daerah penolakan akan sama dengan
0,05 di daerah sisi kanan seperti yang ditunjukkan pada kurva di
gambar 3.11.

Harus selalu diingat bahwa menerima H0 berdasarkan informasi sampel


bukan merupakan bukti bahwa H0 benar karena tidak ada bukti statistik
untuk menolaknya, walaupun berperilaku seolah-olah H0 benar.

Tata Cara Pengujian Hipotesis

Menguji hipotesis berarti memberi tahu berdasarkan data yang telah


dikumpulkan peneliti apakah hipotesis valid atau tidak. Dalam pengujian
hipotesis, pertanyaan utamanya adalah apakah menerima hipotesis nol atau
tidak menerima hipotesis nol? Prosedur pengujian hipotesis mengacu pada
semua langkah yang dilakukan untuk membuat pilihan antara dua tindakan
yaitu, penolakan dan penerimaan hipotesis nol. Menurut Sumber Kothari

91
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

(2004), berbagai langkah yang terlibat dalam pengujian hipotesis dinyatakan


di bawah ini:

1. Membuat pernyataan formal: Langkah ini terdiri dari membuat


pernyataan formal hipotesis nol (H0) dan juga hipotesis alternatif (Ha). Ini
berarti bahwa hipotesis harus dinyatakan dengan jelas, mengingat sifat
masalah penelitian. Misalnya Pak Mohan dari Jurusan Teknik Sipil ingin
menguji daya dukung beban jembatan lama yang harus lebih dari 10
ton, dalam hal ini ia dapat menyatakan hipotesisnya sebagai berikut:

Hipotesis nol H0: = µ10 ton

Hipotesis Alternatif Ha: µ > 10 ton

Contoh lain. Nilai rata-rata dalam tes bakat yang diselenggarakan di


tingkat nasional adalah 80. Untuk mengevaluasi sistem pendidikan
suatu negara, skor rata-rata 100 siswa negara bagian yang dipilih secara
acak adalah 75. Negara ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang
signifikan antara skor lokal dan skor nasional. Dalam situasi seperti itu
hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Hipotesis nol H0: µ = 80 Hipotesis Alternatif Ha: µ ≠ 80

Perumusan hipotesis merupakan langkah penting yang harus dilakukan


dengan hati-hati sesuai dengan objek dan sifat masalah yang sedang
dibahas. Ini juga menunjukkan apakah harus menggunakan uji satu sisi
atau uji dua sisi. Jika Ha adalah yang lebih besar dari (atau yang lebih
kecil dari), maka menggunakan uji satu sisi, tetapi ketika Ha adalah
"apakah lebih besar atau lebih kecil" maka yang digunakan adalah
menggunakan uji dua sisi.

2. Memilih tingkat signifikansi: Hipotesis dievaluasi berdasarkan tingkat


signifikansi yang telah ditentukan; oleh karena itu, tingkat signifikansi
yang sama harus ditentukan. Pada praktiknya tingkat signifikansi yang
digunakan adalah 5% atau tingkat. Faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat signifikansi adalah: (a) besarnya selisih rata-rata sampel; (b)
ukuran sampel; (c) variabilitas pengukuran dalam sampel; dan (d)
apakah hipotesis itu terarah atau tidak (Hipotesis terarah adalah
hipotesis yang memprediksi arah perbedaan antara, seperti saat

92
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

menghitung rata-rata). Tingkat signifikansi harus memadai dalam


konteks tujuan dan sifat penyelidikan.

3. Memutuskan distribusi yang akan digunakan. Setelah menentukan


tingkat signifikansi, langkah selanjutnya dalam pengujian hipotesis
adalah menentukan distribusi sampling yang sesuai. Pilihan umumnya
tetap antara distribusi normal dan distribusi-t.

4. Memilih sampel acak dan menghitung nilai yang sesuai. Langkah lain
adalah memilih sampel acak dan menghitung nilai yang sesuai dari data
sampel mengenai statistik uji yang menggunakan distribusi yang
relevan.

5. Perhitungan probabilitas. Langkah selanjutnya adalah menghitung


probabilitas bahwa hasil sampel akan menyimpang seluas dari harapan,
jika hipotesis nol ternyata benar.

6. Membandingkan probabilitas. Langkah lain terdiri dari membandingkan


probabilitas yang dihitung dengan nilai yang ditentukan untuk tingkat
signifikansi. Jika probabilitas yang dihitung sama dengan atau lebih
kecil dari nilai dalam kasus uji satu sisi (dan 𝑎 /2 dalam kasus uji dua
sisi), maka tolak hipotesis nol (yaitu, terima hipotesis alternatif), tetapi
jika probabilitas yang dihitung lebih besar, maka terima hipotesis nol.
Jika menolak H0, maka akan menghadapi risiko melakukan kesalahan
Tipe I, tetapi jika menerima H0, maka akan menjalankan risiko yaitu
melakukan kesalahan Type II.

Penjelasan di atas dijelaskan dalam bentuk gambar 3.12:

93
PEMAHAMAN PENULISAN BAB 2 (KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN)

Gambar 3.12 Diagram Alur Pengujian Hipotesis


Sumber: William (1969)

94
BAB 4
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL,
PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami pengertian konseptualisasi.

2. Agar mahasiswa mampu mengubah konsep menjadi variabel.

3. Agar mahasiswa memahami jenis-jenis variabel dan memahami fungsi


dari setiap variabel.

4. Agar mahasiswa mampu menentukan hubungan variabel yang akan


dilakukan untuk penelitian.

Pokok Bahasan

1. Konsep

2. Konseptualisasi

3. Mengubah Konsep menjadi Variabel/Dimensi

4. Jenis Variabel

5. Variabel Independen

6. Variabel Dependen

7. Variabel Moderator

8. Variabel Kontrol

9. Variabel Intervening

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

95
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes menentukan hubungan antar variabel menggunakan variabel


kontrol/moderator/intervening.

Pendahuluan

S adar atau tidak tidak, dalam kehidupan sehari-hari manusia sering


melakukan penilaian. Kue ini enak sekali, Tumis kangkung ini pedas,
saya tidak suka dengan pekerjaan ini, pekerjaan akuntansi membosankan,
saya pikir idemu sangat menarik. Enak sekali, pedas, tidak suka,
membosankan, menarik adalah penilaian berdasarkan preferensi/penilaian
kita sendiri yang belum tentu sama penilaiannya dengan orang lain. Kue itu
enak bagi Anda, belum tentu enak bagi saya. Pekerjaan sebagai seorang
akuntan itu membosankan bagi Anda, tetapi tidak membosankan bagi saya.
Makanan tertentu mungkin dinilai sangat baik oleh satu orang tetapi
mengerikan oleh orang lain, dan sesuatu yang lain bisa jadi indah bagi satu
orang tetapi jelek bagi orang lain. Ketika orang mengungkapkan perasaan

96
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

atau preferensi ini, mereka melakukannya berdasarkan kriteria tertentu


dalam pikiran, atau dalam kaitannya dengan harapan. Jika Anda menanyai
mereka, Anda akan menemukan bahwa penilaian mereka didasarkan pada
indikator dan/atau harapan yang mengarahkan mereka untuk
menyimpulkan dan mengungkapkan pendapat tertentu. Tidak ada tolok
ukur yang seragam untuk mengukurnya. Preferensi itu disebut dengan
konsep, tidak ada tolok ukurnya.

Dalam konteks profesional, preferensi yang muncul bisa saja seperti,


program pelatihan di perusahaan ini efektif/tidak efektif, produktivitas
karyawan tidak optimal/optimal, pemahaman tentang pajak sudah
baik/tidak baik, auditor sudah kompeten/tidak kompeten. Preferensi ini
membutuhkan dasar yang kuat untuk menyatakannya. Membutuhkan
dasar yang rasional dan masuk akal. Perlu ada mekanisme pengukuran. Bab
ini akan menjelaskan hubungan konsep, cara melakukan konseptualisasi,
mengubah konsep menjadi variabel/dimensi, memahami jenis-jenis variabel
sehingga penilaian yang akan diberikan kemudian akan lebih akurat.

Konsep

Sebuah citra, persepsi atau konsep yang mampu mengukur sehingga


mampu mengambil nilai yang berbeda disebut variabel (Kumar, 2011).
Dengan kata lain, suatu konsep yang dapat diukur disebut variabel. Menurut
Kerlinger, variabel adalah properti yang mengambil nilai yang berbeda.
Singkatnya, variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel adalah simbol
yang dilampirkan angka atau nilai (Kerlinger, 1986). Black and Champion
mendefinisikan variabel sebagai unit analisis rasional yang dapat
mengasumsikan salah satu dari sejumlah set nilai yang ditentukan (Black &
Champion, 1976). Sebuah konsep yang dapat diukur pada salah satu dari
empat jenis skala pengukuran, yang memiliki berbagai tingkat presisi dalam
pengukuran, disebut variabel. Dari berbagai definisi yang telah diuraikan,
maka peran variabel sangat penting untuk dapat menjadi alat ukur sebuah
penelitian.

Sering orang merasa bingung membedakan konsep dan variabel. Ada yang
mengatakan bahwa itu adalah dua istilah berbeda dengan pengertian yang
sama. Konsep dan variabel memiliki arti yang berbeda. Konsep sangat

97
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

subjektif dan sulit untuk menggunakannya dalam studi penelitian. Pikiran


subjektif ini tidak dapat diukur dalam skala statistik. Variabel dapat diukur.
Itu sebabnya, keterukuran adalah perbedaan utama antara konsep dan
variabel. Konsep adalah gambaran atau persepsi mental dan oleh karena itu
maknanya sangat bervariasi dari individu ke individu, sedangkan variabel
dapat diukur, meskipun dengan berbagai tingkat akurasi. Sebuah konsep
tidak dapat diukur sedangkan variabel dapat dikenakan pengukuran dengan
unit pengukuran kasar/halus atau subjektif/objektif. Konsep adalah kesan
subjektif yang jika diukur seperti itu akan menimbulkan masalah dalam
membandingkan tanggapan yang diperoleh dari responden yang berbeda
(Kumar, 2011).

Setiap peneliti harus memiliki pemahaman konsep yang sama jika data
kolaboratif ingin diklasifikasikan secara serupa dan temuan dikumpulkan
dan diuji, atau direproduksi. Klasifikasi dan perbandingan menuntut definisi
yang seragam dan tepat dari kategori yang dinyatakan dalam konsep.
Penting untuk merubah konsep menjadi variabel (baik secara langsung atau
melalui serangkaian indikator) karena konsep tersebut dapat diukur,
meskipun tingkat presisi yang dapat digunakan untuk mengukurnya sangat
bervariasi dari satu skala pengukuran (dibahas di bab 5) ke skala
pengukuran lainnya (nominal, ordinal, interval dan rasio) (Kohen & Nagel,
1966). Kemampuan variabel ini membawa objektivitas dalam temuan
penelitian (Kumar, 2011). Jika peneliti menggunakan konsep dalam
penelitiannya, maka ia perlu mendapatkan indikator yang mencerminkan
konsep-konsep tersebut. Indikator-indikator ini dapat dipilih secara
subyektif oleh peneliti tetapi mereka harus memiliki hubungan logis dengan
konsep tersebut (Kumar, 2011).

Konseptualisasi

Komunikasi sehari-hari biasanya terjadi melalui sistem penggunaan istilah


dan intepretasinya. Sering kali terjadi kesalahpahaman dan konflik ketika
seseorang salah memahami istilah dan salah menginterpretasi. Itu sebabnya
penting untuk menentukan apa yang dimaksud. Misalnya komunikasi
antara pimpinan dan bawahan dengan kalimat, “Antarkan dokumen itu ke
meja saya” Kemudian karyawan akan menempatkan dokumen tersebut ke

98
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

meja di kantor pimpinannya. Setelah beberapa saat, pimpinan menelepon


karyawan dan menanyakan, “mengapa sampai saat ini dokumennya belum
ada di meja?”. Karyawan berkata, “sudah saya taruh meja yang ada di kantor
Bapak!”. Pimpinan itu berkata, “bukan, bukan ke meja yang ada di kantor
saya, kamu antarkan ke meja di ruang rapat sekarang ya!”.

Pemimpin itu saat berkomunikasi tidak memberikan penjelasan yang


lengkap tentang arti “meja”, sehingga terjadi kesalahpahaman antara
karyawan dan pemimpin. Andai saja pemimpin menjelaskan tentang letak
meja yang dimaksud saat dia menyuruh karyawannya diawal percakapan,
“Antarkan dokumen ke meja yang terletak di ruang rapat”, maka
kesalahpahaman ini tidak akan terjadi. Dari ilustrasi di atas, maka peneliti
akan memahami apa arti konseptualisasi dan pentingnya untuk
menkonseptualisasi sebuah konsep. Proses menentukan apa yang dimaksud
ketika menggunakan istilah tertentu dalam penelitian disebut
konseptualisasi.

Konseptualisasi akan menghasilkan makna yang spesifik dan disepakati


untuk suatu konsep untuk tujuan penelitian. Proses menentukan makna
yang tepat ini melibatkan deskripsi indikator yang akan digunakan untuk
mengukur konsep dan berbagai aspek konsep yang disebut dimensi.

Konsep sangat abstrak untuk dapat diukur. Itu sebabnya perlu untuk
menurunkan konsep menjadi beberapa aspek konsep. Istilah teknis untuk
pengelompokan tersebut adalah dimensi. Dimensi adalah aspek yang dapat
ditentukan dari suatu konsep. Misalnya, penelitian tentang konsep “kinerja”
dapat diukur dengan dimensi kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan
waktu, efektifitas biaya, pengawasan, hubungan interpersonal (lihat tabel
4.1) (Bernardin & Russel, 2013).

Adakalanya dimensi masih sulit untuk diukur. Apabila dimensi tidak dapat
diamati secara langsung, maka digunakan indikator untuk memudahkan
pengukuran. Indikator adalah penjelasan dari aspek konsep. Misalnya,
dimensi kualitas kerja memberikan keterangan sebagai berikut: Quality: The
degree to which the process or result of carrying out an activity approaches
perfection, in terms of either conforming to some ideal way of performing the
activity or fulfilling the activity’s intended purpose. Keterangan tentang

99
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

kualitas adalah panduan untuk menentukan indikator yang akan menjadi


pernyataan dalam kuesioner.

Mengubah Konsep Menjadi Variabel/Dimensi

Jika peneliti menggunakan sebuah konsep dalam studi penelitiannya, maka


peneliti perlu mempertimbangkan operasionalisasinya yaitu, bagaimana hal
itu akan diukur. Untuk mengoperasionalkan suatu konsep, pertama-tama,
harus melalui proses identifikasi indikator. Indikator adalah seperangkat
kriteria yang mencerminkan konsep tersebut, yang kemudian dapat diubah
menjadi variabel. Pilihan indikator untuk suatu konsep mungkin berbeda
dengan peneliti tetapi yang dipilih harus memiliki hubungan logis dengan
konsep tersebut.

Kumar menjelaskan tentang cara mengubah konsep menjadi variabel.


Beberapa konsep, seperti 'kaya' (dalam hal kekayaan), dapat dengan mudah
diubah menjadi variabel/dimensi, dan indikator. Misalnya, untuk
memutuskan secara objektif apakah seseorang 'kaya', pertama-tama orang
perlu memutuskan indikator kekayaan. Asumsikan bahwa peneliti
memutuskan pendapatan dan aset sebagai indikator. Pendapatan juga
merupakan variabel karena dapat diukur dalam rupiah; oleh karena itu,
peneliti tidak perlu mengubahnya menjadi variabel. Meskipun aset yang
dimiliki individu merupakan indikator kekayaannya, namun tetap termasuk
dalam kategori konsep. Peneliti perlu melihat lebih jauh pada indikator aset.
Misalnya, rumah, perahu, mobil, dan investasi adalah indikator aset.
Mengubah nilai masing-masing menjadi rupiah akan memberikan nilai total
aset yang dimiliki seseorang.

Selanjutnya, perbaiki tingkat, berdasarkan informasi yang tersedia tentang


distribusi pendapatan dan tingkat rata-rata aset yang dimiliki oleh anggota
komunitas, yang menjadi dasar klasifikasi. Kemudian analisis informasi
tentang pendapatan dan nilai total aset untuk membuat keputusan tentang
apakah orang tersebut harus diklasifikasikan sebagai 'kaya'. Misalnya
konsep profitabilitas dapat diukur dengan indikator Net Profit Margin yaitu
laba bersih setelah pajak (rupiah), dan penjualan (rupiah) (dengan
menggunakan rumus). Konsep tax avoidance dapat diukur dengan indikator

100
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

sales growth ratio, net sales t, net sales t-1 (dengan menggunakan rumus
(Kumar, 2019).

Operasionalisasi konsep yang berhubungan dengan perilaku, sikap,


pendapat, pemahaman lebih sulit dilakukan. Bagaimana menentukan
varibel dari konsep kinerja karyawan? Pertama-tama yang dilakukan adalah
mencari dimensi dari konsep kinerja karyawan. Dimensi dapat dicari di teori
tentang kinerja karyawan. Misalnya, teori kinerja yang akan digunakan
adalah teori kinerja dari buku Human Resources Management Bernardin &
Russel, (2013); Bernardin & Russell mempertegas dimensi kinerja di atas
menjadi enam untuk menilai kinerja sebagai berikut:

1. “Quality: The degree to which the process or result of carrying out an


activity approaches perfection, in terms of either conforming to some ideal
way of performing the activity or fulfilling the activity’s intended purpose.

2. Quantity: the amount produced, expressed in such terms as dollar value,


number of units or number of completed activity cycles.

3. Timeliness: The degree to which an activity is completed, or a resul


produced, at the earliest time desirable from the standpoints of both
coordinating with the outputs of others and maximizing the time available
for other activities.

4. Cost-effectiveness: The degree to which the use of the organization’s


resources (e.g. human, monetary, technological, material) is maximized in
the sense of getting the highest gain or reduction in loss from each unit or
instance of use of a resource.

5. Need of supervision: The degree to which a performer can carry out a job
function without either having to request supervisory assistance or
requiring supervisory intervention to prevent an adverse outcome.

6. Interpersonal impact: The degree to which a performer promotes feelings of


self-esteem, goodwill, and cooperation among co-workers and
subordinates.”

Dimensi juga dapat diambil dari teori lain sehubungan dengan kinerja
karyawan. Misalnya, dimensi kinerja diambil dari faktor yang memengaruhi
kinerja/cara meningkatkan kinerja, atau teori yang sehubungan dengan

101
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

konsep dengan syarat masing-masing poin memiliki penjelasan yang akan


memudahkan membuat indikator pada Tabel 4.1.

Bagaimana cara membuat indikator/pernyataan? Indikator untuk penelitian


kuantitatif dengan menggunakan skala sikap/perilaku diperoleh dengan
cara menganalisis keterangan yang ada di masing-masing dimensi.

Tabel 4.1 Cara Menguraikan Konsep menjadi Variabel ke Indikator

Konsep Variabel/Dimensi Indikator Pernyataan Keterangan


Kinerja 1. Kualitas: 1. Teliti dalam 1. Saya teliti saat bekerja Untuk mendapatkan
bekerja 2. Saya menyelesaikan indikator di dimensi
Sejauh mana proses 2. Kesalahan tugas dengan tingkat ini, peneliti dapat
atau hasil minimal kesalahan sangat menentukan kata
pelaksanaan suatu 3. Mudah minimal kunci yang akan
kegiatan mendekati memahami 3. Saya mudah digunakan untuk
kesempurnaan, baik instruksi memahami instruksi menciptakan
dalam hal pernyataan. Misal,
menyesuaikan diri kata kunci yang
dengan cara ideal digunakan
dalam melakukan “mendekati
kegiatan atau kesempurnaan” dan
memenuhi tujuan “menyesuaikan diri
yang dimaksudkan dengan cara ideal”
dari kegiatan
tersebut.

2. Kuantitas: 1. Bekerja sesuai 1. Saya mampu Untuk mendapatkan


target mencapai target yang indikator di dimensi
Jumlah yang 2. Bekerja melebihi ditentukan ini, peneliti dapat
dihasilkan, volume yang 2. Saya mampu bekerja menentukan kata
dinyatakan dalam ditentukan melebihi volume yang kunci yang akan
nilai dolar, jumlah 3. Bekerja multi- ditentukan pimpinan digunakan untuk
unit atau jumlah tasking 3. Saya mampu bekerja menciptakan
siklus aktivitas yang multi-tasking dengan pernyataan. Misal,
diselesaikan. hasil yang optimal kata kunci yang
ditentukan adalah
“jumlah yang
dihasilkan”,
“jumlah unit”, dan
“jumlah siklus
aktivitas”
3. Ketepatan 1. Menyelesaikan 1. Saya menyelesaikan Untuk mendapatkan
Waktu pekerjaan pekerjaan dengan baik indikator di dimensi
sebelum sebelum waktunya ini, peneliti dapat
Sejauh mana suatu waktunya 2. Saya memaksimalkan menentukan kata
kegiatan 2. Memaksimalkan waktu yang ada untuk kunci yang akan
diselesaikan, atau waktu menyelesaikan digunakan untuk
hasil yang 3. Hadir tepat waktu kegiatan lain diluar menciptakan
dihasilkan, pada tugas utama pernyataan. Misal,
waktu paling awal 3. Saya hadir tepat waktu kata kunci yang
yang diinginkan dari ditentukan adalah
sudut pandang “diselesaikan paling
koordinasi dengan awal”, dan
keluaran orang lain “memaksimalkan
dan waktu yang
memaksimalkan tersedia untuk
waktu yang tersedia kegiatan lain”
untuk kegiatan lain.

4. Efektifitas 1. Optimalisasi peran 1. Saya mengoptimalisasi Untuk mendapatkan


Biaya teknologi teknologi/digitalisasi indikator di dimensi
Sejauh mana 2. Penggunaan ATK yang sudah diterapkan ini, peneliti dapat
penggunaan sumber 3. Jauhkan distraksi di perusahaan menentukan kata
daya organisasi 2. Saya menggunakan kunci yang akan
(misalnya manusia, ATK seefisien mungkin digunakan untuk
moneter, teknologi, 3. Saya akan menjauhkan menciptakan
material) diri dari hal yang pernyataan. Misal,
dimaksimalkan mengganggu kata kunci yang
dalam arti konsentrasi saya ditentukan adalah
mendapatkan (misal: bunyi HP) “penggunaan
keuntungan tertinggi sumber daya
atau pengurangan organisasi”
kerugian dari setiap

102
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

unit atau contoh


penggunaan sumber
daya.

5. Pengawasan 1. Bekerja tanpa 1. Saya bekerja tanpa Untuk mendapatkan


Sejauh mana pengawasan pengawasan dan indikator di dimensi
seorang pelaku 2. Bekerja mandiri menghasilkan kinerja ini, peneliti dapat
dapat 3. Tidak mencuri yang optimal menentukan kata
melaksanakan waktu untuk 2. Saya melakukan kunci yang akan
fungsi pekerjaan kegiatan pribadi pekerjaan saya secara digunakan untuk
tanpa harus mandiri tanpa perlu menciptakan
meminta bantuan bantuan (Catatan: pernyataan. Misal,
pengawasan atau pekerjaannya dianggap kata kunci yang
memerlukan pekerjaan regular, ditentukan adalah
intervensi bantuan diperlukan “melaksanakan
pengawasan untuk karena pekerjaannya fungsi pekerjaan
mencegah hasil yang sudah di tenggat tanpa harus
merugikan. waktu) meminta bantuan”
3. Saya memanfaatkan dan melaksanakan
waktu kerja hanya fungsi pekerjaan
untuk mengerjakan tanpa harus
pekerjaan kantor, diawasi”
kalaupun ada urusan
pribadi maka saya
akan ijin ke pimpinan
saya)
Pengaruh 1. Harga diri 1. Saya percaya diri saat Untuk mendapatkan
Interpersonal 2. Kerjasama yang melakukan pekerjaan indikator di dimensi
baik 2. Saya senang bekerja ini, peneliti dapat
Sejauh mana 3. Memiliki niat baik dalam tim menentukan kata
seorang pelaku 3. Saya tulus dalam kunci yang akan
meningkatkan bekerja digunakan untuk
perasaan harga diri, menciptakan
niat baik, dan kerja pernyataan. Misal,
sama di antara kata kunci yang
rekan kerja dan ditentukan adalah
bawahan. “meningkatkan
perasaan antara
rekan dan
bawahan”,
meningkatkan
harga diri antara
rekan dan bawah”,
meningkatkan niat
baik antara rekan
dan bawahan”

Jika peneliti menggunakan konsep dalam penelitiannya, maka ia perlu


mendapatkan variabel/dimensi yang mencerminkan konsep-konsep
tersebut dan menguraikan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Penentuan variabel dan indikator dilakukan secara subjektif, artinya,
peneliti bebas untuk menentukannya, asalkan sesuai dengan konsep.

Jenis Variabel

Variabel adalah karakteristik yang dapat berbeda dari satu elemen ke elemen
lainnya, atau dapat berubah seiring berjalannya waktu. Misalnya,
seksualitas adalah variabel yang dapat berbeda antar individu.

Dari perspektif statistik, variabel dapat diklasifikasikan dalam dua cara:


kategori dan kontinu (Fallon, 2016). Variabel kategori juga disebut variabel
diskrit adalah variabel yang kategorinya memiliki nama dan membedakan
antar kelas. Variabel kategori termasuk (Fallon, 2016):

103
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

1. Perbedaan biner misalnya, terdaftar/tidak terdaftar.

2. Beberapa pilihan, tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Misal
agama, ras.

3. Berurutan peringkat; misalnya, tahun kelas, medali Olimpiade

Variabel kontinu adalah variabel yang perbedaannya terus berkembang dan


mempertahankan besarnya perbedaan antara nilai. Misalnya, usia,
pendapatan, waktu yang tepat dalam perlombaan lari (Fallon, 2016).
Misalnya, variabel pendapatan untuk menunjukkan bagaimana bergantung
pada pilihan kata dan definisi yang dibuat, peneliti dapat menentukan
variabel itu antara variabel kategori atau kontinu. Jika peneliti
menggunakan istilah status sosial ekonomi dan kemudian menggunakan
variabel kategori yaitu kelas pekerja, kelas menengah, kelas atas. Jika
peneliti menggunakan istilah pendapatan dan kemudian menggunakan
jumlah Rupiah/dolar/sen yang tepat misal: Rp25.000, Rp25.437
pendapatan menjadi variabel kontinu.

Penting untuk memahami jenis variabel yang akan digunakan karena itu
akan memengaruhi cara menganalisis data. Pada tahap ini, untuk
mengeksplorasi peran variabel dalam hipotesis, dengan memahami variabel
independen dan dependen.

Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau memengaruhi


variabel lain. Variabel independen disebut juga variabel pengobatan,
manipulasi, anteseden, atau prediktor (Creswel, 2009). Variabel independen
yang merupakan variabel stimulus atau input beroperasi baik di dalam diri
seseorang atau di dalam lingkungan untuk memengaruhi perilakunya.
Faktor itulah yang diukur, dimanipulasi. atau dipilih oleh pelaku eksperimen
untuk menentukan hubungannya dengan fenomena yang diamati (Singh,
2006). Peneliti memanipulasi variabel independen. Memanipulasi artinya
peneliti melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor yang independen
satu sama lain.

104
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau dipengaruhi oleh


variabel lain. Variabel tersebut adalah hasil dari pengaruh variabel
independen. Nama lain dari variabel dependen adalah variabel, obat, kriteria,
hasil, dan variabel yang berpengaruh. Variabel dependen adalah variabel
respon atau output. Ini adalah aspek yang diamati dari perilaku organisme
yang telah distimulasi. Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan
diukur untuk menentukan pengaruh variabel independen. Ini adalah
variabel yang akan berubah sebagai akibat dari variasi dalam variabel
independen. Itu dianggap dependen karena nilainya tergantung pada nilai
variabel independen. Ini mewakili konsekuensi dari perubahan dalam parson
atau situasi yang dipelajari (Singh, 2006). Peneliti mengamati variabel
dependen untuk mengetahui pengaruh intervensi (manipulasi).

Hubungan Antar Variabel Independen dan Dependen

Sebagian besar eksperimen melibatkan banyak variabel ketika dua variabel


kontinu dibandingkan, seperti dalam studi korelasi, memutuskan variabel
mana yang disebut independen dan mana yang dependen kadang-kadang
sewenang-wenang. Dalam kasus seperti itu, variabel sering tidak diberi label
sebagai independen atau dependen karena tidak ada perbedaan yang nyata.
Variabel independen dapat disebut faktor dan variasinya dapat disebut level
(Singh, 2006).

Variabel Moderator

Istilah variabel moderator menjelaskan jenis khusus dari variabel


independen. Variabel independen sekunder yang dipilih untuk studi
memengaruhi hubungan antara variabel independen primer dan variabel
dependen. Variabel moderator didefinisikan sebagai faktor yang diukur,
dimanipulasi atau dipilih oleh pelaku eksperimen untuk mengetahui apakah
faktor tersebut mengubah hubungan variabel independen dengan fenomena
yang diamati. Jenis kelamin dan pedesaan perkotaan umumnya berfungsi
sebagai variabel moderator (Singh, 2006).

105
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

Variabel Kontrol

Semua variabel dalam suatu situasi tidak dapat dipelajari pada saat yang
sama, beberapa harus dinetralkan untuk menjamin bahwa tidak akan
memiliki efek diferensial atau moderasi pada hubungan antara variabel
independen dan dependen. Variabel-variabel yang efeknya harus dinetralkan
atau dikontrol ini dikenal sebagai variabel kontrol. Variabel tersebut
didefinisikan sebagai faktor-faktor yang dikendalikan oleh pelaku
eksperimen untuk membatalkan atau menetralkan efek apa pun yang
mungkin dimiliki terhadap fenomena yang diamati. Sementara pengaruh
variabel kontrol dinetralkan, pengaruh variabel moderator dipelajari.
Variabel tertentu muncul berulang kali sebagai variabel kontrol, meskipun
terkadang berfungsi sebagai variabel moderator. Misalnya jenis kelamin,
kecerdasan, dan status sosial ekonomi adalah tiga variabel subjek yang
umumnya dikontrol, kebisingan, urutan tugas, dan isi tugas adalah variabel
kontrol umum dalam situasi tersebut (Singh, 2006). Variabel kontrol adalah
variabel dependen yang pengaruhnya terhadap variabel kriteria diatur oleh
peneliti dengan membuat efeknya netral. Arti netral di sini adalah sebelum
variabel prediktor utama dimasukkan dalam analisis, variabel kontrol harus
diuji pengaruhnya terlebih dahulu, sehingga ketika variabel prediktor utama
dimasukkan dalam pengujian, peneliti dapat mengetahui perubahan
levelnya. pengaruh pada variabel kriteria (Harsono et al., 2002).

Menurut Saifuddin, (1999), perbedaan antara variabel kontrol dan moderator


merupakan fungsi kebalikan. Intinya adalah variabel kontrol dimanipulasi
agar variasinya diminimalkan atau dihilangkan sama sekali sehingga tidak
berpengaruh terhadap variabel kriteria, sedangkan variabel moderator
dibiarkan bervariasi sehingga pengaruhnya terhadap variabel kriteria dapat
diamati dan dihitung sehingga sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih
tepat tentang hubungan antara variabel prediktor dan variabel kriteria
(Saifuddin, 1999).

Penjelasan tentang variabel kontrol, dijelaskan pada gambar 4.1:

106
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

Gambar 4.1
Ilustrasi Hubungan Variabel Independen, Variabel Kontrol, Variabel Dependen
Sumber: https://theory.labster.com/experimental_variables/
Jika dikaitkan dengan penelitian sosial, maka ilustrasi pada gambar 4.2
dapat memberikan pemahaman hubungan variabel dependen, variabel
kontrol, dan variabel independen:

Gambar 4.2 Ilustrasi Hubungan Variabel Independen, Variabel Kontrol, Variabel


Dependen pada Penelitian Sosial

107
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

Cara memahaminya adalah sebagai berikut, seorang peneliti


mengamati/mendapatkan data bahwa produktivitas kerja di Perusahaan X
bermasalah. Produktivitas karyawan menurun dianggap sebagai “sakit” nya
perusahaan, maka diperlukan variabel pengobatan yang juga disebut dengan
variabel independen yaitu “Produktivitas” dengan ukuran produktivitas dari
dimensi produktivitas. Peneliti mengasumsikan bahwa obat yang dapat
menyembuhkan penyakit turunnya produktivitas karyawan adalah variabel
“kompensasi” dengan ukuran kompensasi adalah jenis-jenis kompensasi
yang dinyatakan sebagai variabel dependen. Peneliti menggunakan variabel
kontrol yang dianggap konstan/tetap. Walaupun lingkungan kerja tidak
nyaman, kondisi itu tetap dianggap konstan dan tidak memengaruhi
hubungan antar variabel.

Variabel Intervening

Mengintervensi atau memediasi variabel “berdiri di antara” tersebut variabel


independen dan dependen, dan variabel tersebut memediasi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Creswel, 2009). Setiap
variabel independen, moderator, dan kontrol dapat dimanipulasi oleh
eksperimen dan setiap variasi dapat diamati olehnya karena memengaruhi
variabel dependen. Seringkali variabel-variabel ini tidak konkret tetapi
hipotetis, hubungan antara variabel hipotetis atau variabel intervening dan
variabel dependen. Variabel intervening adalah variabel yang dapat
memediasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lain
(Gravetter & Wallnau, 2013). Variabel ini adalah variabel yang menjadi
variabel yang memengaruhi fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat
dan diukur atau dimanipulasi, Pengaruhnya harus disimpulkan dari efek
variabel Independen dan moderator pada fenomena yang diamati. Sikap,
proses belajar, kebiasaan dan minat berfungsi sebagai variabel Intervening
(Singh, 2006).

Untuk memahami perbedaan antara tipe variabel yang berbeda ini,


perhatikan contoh yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Jika peneliti percaya
bahwa kecerdasan memengaruhi prestasi akademik siswa, maka ukuran
kecerdasan seperti skor IQ adalah variabel independen, sedangkan ukuran
keberhasilan akademik seperti nilai rata-rata adalah variabel dependen. Jika
peneliti percaya bahwa efek kecerdasan pada prestasi akademik juga

108
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
MENGUBAH KONSEP MENJADI VARIABEL, PENGUKURAN VARIABEL, JENIS VARIABEL

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh siswa dalam proses


pembelajaran yaitu, antara dua siswa yang sama cerdasnya, siswa yang
berusaha lebih keras mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi daripada
siswa yang kurang berusaha, maka usaha menjadi variabel moderasi.

Kebetulan, seseorang juga dapat melihat upaya sebagai variabel independen


dan kecerdasan sebagai variabel moderasi. Jika prestasi akademik
dipandang sebagai langkah perantara menuju potensi penghasilan yang
lebih tinggi, maka potensi penghasilan menjadi variabel dependen untuk
variabel independen prestasi akademik, dan prestasi akademik menjadi
variabel mediasi dalam hubungan antara kecerdasan dan potensi
penghasilan. Oleh karena itu, variabel didefinisikan sebagai variabel
independen, dependen, moderator, atau mediasi berdasarkan sifat
keterkaitannya satu sama lain. Keseluruhan jaringan hubungan antara satu
set konstruksi terkait disebut jaringan nomologis (lihat Gambar 4.3).
Berpikir seperti seorang peneliti tidak hanya membutuhkan kemampuan
untuk mengabstraksi konstruksi dari pengamatan, tetapi juga mampu
memvisualisasikan secara mental jaringan nomologis yang menghubungkan
konstruksi abstrak ini.

Gambar 4.3 Jaringan konstruksi nomologis


Sumber: Singh, (2006).

109
110
BAB 5
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami teknik sampling.

2. Agar mahasiswa memahami sampel yang dikategorikan sebagai


probabilitas sampling.

3. Agar mahasiswa memahami sampel yang dikategorikan sebagai non-


probabilitas sampling.

4. Agar mahasiswa mampu memahami berbagai jenis ukuran sampel

5. Agar mahasiswa mampu menentukan ukuran sampel bagi


penelitiannya.

6. Agar mahasiswa memahami Langkah utama dalam survei sampel.

Pokok Bahasan

1. Teknik Sampling

2. Probabilitas sampling

3. Non-probabilitas sampling

4. Menentukan Ukuran Sampel

5. Langkah-langkah Utama dalam Survei Sampel

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

111
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

3. Kelompok Kerja

4. Panel

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes menentukan ukuran sampel

Pendahuluan

P roses pemilihan sampel dari populasi yang diminati untuk keperluan


pengamatan dan kesimpulan statistik tentang populasi tersebut dikenal
sebagai sampling. Kesimpulan tentang pola perilaku dalam kelompok
tertentu adalah fokus utama dari sebagian besar penelitian yang dilakukan
dalam ilmu sosial. Karena keterbatasan logistik dan keuangan, saat tidak
dapat melakukan penelitian pada populasi lengkap; maka diharuskan untuk
memilih sampel yang khas dari populasi yang diinginkan sehingga dapat
mengamati dan mengevaluasinya. Sangat penting untuk memilih sampel
yang benar-benar mewakili populasi. Hal ini memungkinkan untuk
kesimpulan yang diambil dari sampel untuk diekstrapolasikan ke populasi
yang diminati. Sampling yang salah dan bias adalah alasan utama untuk
kesimpulan yang sering menyimpang dan keliru. Bab ini akan membahas
tentang teknik sampling, tipe sampling pada probablitas sampling dan non-
probabilitas sampling, cara dan kapan menentukan ukuran sampel, dan
langkah-langkah utama dalam melakukan survei sampel.

112
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Teknik Sampling

Pengambilan sampel menjawab pertanyaan “Siapa atau apa yang ada dalam
penelitian? Dari mana peneliti mendapatkan data atau konten?” Biasanya,
diskusi tentang pengambilan sampel berpusat pada siapa yang ada dalam
penelitian yaitu subyek, responden, partisipan, atau kolaborator; namun,
dalam penelitian yang melibatkan penggunaan data tak hidup (misalnya,
analisis isi teks atau gambar), ini adalah pertanyaan tentang apa yang ada
dalam penelitian.

Disadari atau tidak, peneliti telah dihadapkan pada gagasan pengambilan


sampel dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pertimbangkan banyak jajak
pendapat politik yang peneliti lihat di televisi yang mengatakan hal-hal
seperti 60% masyarakat Indonesia mendukung beberapa kebijakan sosial
tertentu, atau 60% masyarakat Indonesia mendukung presiden dan berpikir
dia melakukan pekerjaan dengan baik. Tentu peneliti tahu bahwa angka itu
tidak melalui polling pada setiap masyarakat Indonesia. Sebaliknya, angka
itu datang dengan sampel, yang mewakili populasi umum. Untuk
melakukannya, mereka terlibat dalam proses pengambilan sampel.

Proses pengambilan sampel terdiri dari beberapa tahap (Babbie, 2010):

Tahap pertama adalah menentukan populasi sasaran. Istilah populasi


mengacu pada seluruh rangkaian entitas yang terkait dengan keputusan.
Populasi adalah himpunan entitas yang peneliti ingin tarik kesimpulannya
(Easterby-Smith et al., 2018). Populasi dapat didefinisikan sebagai semua
orang atau item (unit analisis) dengan karakteristik yang ingin dipelajari. Unit
analisis dapat berupa orang, organisasi kelompok, negara, objek, atau
entitas lain yang ingin ditarik kesimpulan ilmiahnya. Misalnya, jika produsen
ingin menentukan apakah barang jadi yang diproduksi di jalur produksi
memenuhi persyaratan kualitas tertentu atau harus dibuang dan dikerjakan
ulang, maka populasinya terdiri dari seluruh rangkaian barang jadi yang
diproduksi di fasilitas produksi tersebut. Seorang mahasiswa hendak
meneliti kinerja karyawan di perusahaan manufaktur, maka populasinya
adalah seluruh karyawan di PT X (perusahaan manufaktur).

Tahap kedua dalam proses sampling adalah memilih kerangka sampling. Ini
adalah bagian populasi sasaran yang dapat diakses (biasanya daftar dengan

113
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

informasi kontak) dari mana sampel dapat diambil. Jika populasi target
adalah karyawan profesional di tempat kerja, karena tidak dapat mengakses
semua karyawan profesional di seluruh dunia, kerangka sampel yang lebih
realistis adalah daftar karyawan dari satu atau dua perusahaan lokal yang
bersedia berpartisipasi dalam studi penelitian. Jika populasi target adalah
laporan keuangan perusahaan sejak perusahaan itu berdiri, maka
sampelnya adalah laporan keuangan periode tertentu. Jika populasi adalah
seluruh karyawan di PT X yang berjumlah 2.000 orang, maka sampel adalah
jumlah tertentu karyawan setelah penentuan teknik sampling.

Perhatikan bahwa kerangka pengambilan sampel mungkin tidak


sepenuhnya mewakili populasi dan jika demikian, kesimpulan yang
diperoleh dari sampel semacam itu tidak dapat digeneralisasikan untuk
populasi. Misalnya, jika populasi target adalah karyawan organisasi pada
umumnya (misalnya, peneliti ingin mempelajari self-esteem pada karyawan
dalam populasi ini) dan kerangka sampel adalah karyawan di perusahaan
otomotif di Jakarta Barat, temuan dari kelompok tersebut bahkan tidak
dapat digeneralisasikan. Perhatikan juga bahwa populasi dari mana sampel
diambil tidak harus sama dengan populasi yang sebenarnya diinginkan
informasinya. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mengetahui tingkat
keberhasilan program “berhenti merokok” yang baru, maka populasi
sasarannya adalah semua perokok yang memiliki akses ke program ini, yang
merupakan populasi yang tidak diketahui. Oleh karena itu, peneliti dapat
mengambil sampel pasien yang tiba di fasilitas medis lokal untuk perawatan
berhenti merokok, beberapa di antaranya tidak terpapar program "berhenti
merokok" ini, dalam hal ini, kerangka sampel tidak sesuai dengan populasi
yang diinginkan.

Tahap ketiga dalam pengambilan sampel adalah memilih sampel


menggunakan teknik pengambilan sampel yang terdefinisi dengan baik.
Teknik pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
besar: sampling probabilitas dan sampling non-probabilitas. Pengambilan
sampel probabilitas sangat ideal jika generalisasi hasil penting untuk
penelitian, tetapi mungkin ada keadaan unik di mana pengambilan sampel
non-probabilitas juga dapat dibenarkan.

Babbie, (2010) menjelaskan tetang kedua teknik sampling tersebut.

114
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Probabilitas Sampling

Pengambilan sampel probabilitas bergantung pada teori probabilitas dan


melibatkan penggunaan strategi apa pun di mana sampel dipilih sedemikian
rupa sehingga setiap elemen dalam populasi memiliki peluang yang
diketahui dan bukan nol untuk dipilih. Ini berarti bahwa peluang setiap
elemen dalam populasi akan dimasukkan ke dalam sampel dapat ditentukan
secara statistik, dan peluang penyertaan, sekecil apa pun, akan menjadi
angka di atas nol. Setiap elemen memiliki beberapa peluang untuk
dimasukkan (Leavy, 2017).

Strategi sampling probabilitas biasanya digunakan dalam penelitian


kuantitatif, dan juga dapat digunakan dalam fase kuantitatif penelitian
metode campuran (mix method). Sampel ini berguna ketika peneliti ingin
menggeneralisasi temuan ke populasi yang lebih besar. Hasil studi yang
mengandalkan sampling probabilitas biasanya bersifat statistik (Cohen et al.,
2007).

Sampel probabilitas akan memiliki risiko bias yang lebih kecil daripada
sampel non-probabilitas, sedangkan, sebaliknya, sampel non-probabilitas,
karena tidak mewakili seluruh populasi, dapat menunjukkan kemiringan
atau bias. Ini tidak berarti bahwa yang pertama bebas bias; masih ada
kemungkinan kesalahan pengambilan sampel dalam sampel probabilitas
misal: 1% atau 5% (Cohen et al., 2007).

Probabilitas sampling adalah teknik di mana setiap unit dalam populasi


memiliki peluang untuk dipilih dalam sampel, dan peluang ini dapat
ditentukan secara akurat. Statistik sampel yang dihasilkan, seperti rata-rata
sampel atau simpangan baku, adalah perkiraan parameter populasi yang
tidak bias, selama unit sampel diberi bobot sesuai dengan probabilitas
pemilihannya. Semua sampling probabilitas memiliki dua atribut yang sama:
1). Setiap unit dalam populasi memiliki probabilitas tidak nol yang diketahui
untuk dijadikan sampel; dan 2). Prosedur pengambilan sampel melibatkan
pemilihan acak di beberapa titik (Bhattacherjee, 2012). Berbagai jenis teknik
sampling probabilitas meliputi:

115
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

1. Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Dalam sampel acak sederhana, setiap anggota populasi yang diteliti


memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dan probabilitas
terpilihnya anggota populasi tidak dipengaruhi oleh pemilihan anggota
populasi lainnya, yaitu setiap pemilihan adalah sepenuhnya independen
dari berikutnya. Metode ini melibatkan pemilihan secara acak dari daftar
populasi jumlah subjek yang diperlukan untuk sampel. Hal ini dapat
dilakukan dengan menarik nama-nama keluar dari wadah sampai
jumlah yang diperlukan tercapai, atau dengan menggunakan tabel
angka acak yang ditetapkan dalam bentuk matriks (Hopkins, 1985).
Karena probabilitas dan peluang, sampel harus berisi subjek dengan
karakteristik yang mirip dengan populasi secara keseluruhan; ada yang
tua, ada yang muda, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang sehat,
ada yang tidak sehat, ada yang kaya, ada yang miskin, dll. Satu masalah
yang terkait dengan metode pengambilan sampel khusus ini adalah
bahwa diperlukan daftar populasi yang lengkap dan ini tidak selalu
tersedia (Cohen et al., 2007)

Sampel Acak Sederhana adalah metode pengambilan sampel dasar yang


diasumsikan dalam perhitungan statistik penelitian sosial. Dalam teknik
ini, semua himpunan bagian dari suatu populasi diberi peluang yang
sama untuk dipilih. Pengambilan sampel acak sederhana melibatkan
pemilihan responden secara acak kerangka sampel, tetapi dengan
kerangka sampel yang besar, biasanya digunakan tabel nomor acak atau
generator nomor acak terkomputerisasi. Misalnya, jika peneliti ingin
memilih 200 perusahaan untuk disurvei dari daftar 1000 perusahaan,
jika daftar ini dimasukkan ke dalam spreadsheet seperti Excel, peneliti
dapat menggunakan fungsi RAND Excel untuk menghasilkan angka
acak untuk setiap 1000 klien pada daftar. Selanjutnya, mengurutkan
daftar dalam urutan yang meningkat dari nomor acak yang sesuai, dan
memilih 200 klien pertama pada daftar yang diurutkan itu. Ini adalah
teknik sampling probabilitas yang paling sederhana; namun,
kesederhanaan juga merupakan kekuatan dari teknik ini. Karena
kerangka pengambilan sampel tidak dibagi atau dipartisi, sampel tidak

116
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

bias dan kesimpulan paling dapat digeneralisasikan di antara semua


teknik pengambilan sampel probabilitas (Bhattacherjee, 2012).

Dengan sampel acak sederhana, setiap entitas sampel (perusahaan,


karyawan, pelanggan, dan lain- lain) memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi bagian dari sampel. Di masa lalu, ini dilakukan dengan
menggunakan tabel nomor acak yang dicetak. Sekarang komputer
digunakan untuk ini, dan mudah untuk membuat daftar angka acak
sebagai dasar untuk memilih sampel.

2. Sampel Sistematik

Metode ini merupakan bentuk modifikasi dari simple random sampling.


Ini melibatkan pemilihan subjek dari daftar populasi secara sistematis
daripada secara acak. Misalnya, jika dari populasi, katakanlah, 2.000,
diperlukan sampel 100, maka setiap orang kedua puluh dapat dipilih
(Cohen et al., 2007).

Dalam sampling sistematis, setiap elemen ke-k dalam daftar total dipilih
secara sistematis untuk dimasukkan dalam sampel. Jika daftar berisi
10.000 elemen dan peneliti menginginkan sampel 1.000, peneliti akan
memilih setiap elemen kesepuluh untuk sampel. Untuk memastikan
terhadap kemungkinan bias manusia dalam menggunakan metode ini,
peneliti harus memilih elemen pertama secara acak. Jadi, akan mulai
dengan memilih nomor acak antara satu dan sepuluh. Unsur yang
memiliki nomor tersebut termasuk dalam sampel, ditambah setiap
unsur kesepuluh yang mengikutinya. Metode ini secara teknis disebut
sebagai sampel sistematis dengan awal yang acak. Dua istilah yang
sering digunakan dalam kaitannya dengan sampling sistematis yaitu
interval sampling dan rasio sampling (Babbie, 2010).

Interval sampel adalah jarak standar antara elemen yang dipilih dalam
sampel sepuluh dalam sampel sebelumnya. Rasio pengambilan sampel
adalah proporsi elemen dalam populasi yang dipilih: 1⁄10 dalam contoh.

117
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Dalam prakteknya, sampling sistematis hampir identik dengan sampling


acak sederhana. Jika daftar elemen memang diacak sebelum
pengambilan sampel, orang berpendapat bahwa sampel sistematis yang
diambil dari daftar itu sebenarnya adalah sampel acak sederhana.
Pengambilan sampel sistematis, dalam beberapa kasus, sedikit lebih
akurat daripada pengambilan sampel acak sederhana.

Cohen dan kawan-kawan juga memberikan rumus untuk menentukan


sampel sistematik. Seseorang dapat memutuskan seberapa sering
membuat sampling sistematis dengan statistik sederhana yaitu jumlah
total populasi yang lebih luas yang diwakili dibagi dengan ukuran sampel
yang diperlukan (Cohen et al., 2007):

𝑁
𝑓=
𝑠𝑛

f = interval frekuensi

N = jumlah total populasi yang lebih luas

sn = jumlah yang diperlukan dalam sampel

Misal: jumlah populasi seluruh siswa adalah 1.400 dan peneliti


memerlukan 302 siswa untuk sampel, maka interval frekuensinya
adalah:

1.400
𝑡=
302

f = 4.635 (pembulatan ke atas menjadi 5)

Artinya, peneliti akan memilih setiap nama kelima pada daftar yang telah
tersedia.

Ada distorsi pada pemilihan sampel ini. Misalnya, daftar perempuan dan
laki-laki mencantumkan semua perempuan terlebih dahulu, jika ada
200 perempuan dalam daftar dan peneliti telah mencapai ukuran sampel

118
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

yang diinginkan sebelum mencapai tahap daftar yang berisi laki-laki,


sehingga mendistorsi (mencondongkan) sampel. Contoh lain di mana
peneliti memutuskan untuk memilih setiap tiga puluh orang yang
diidentifikasi dari daftar siswa sekolah, tetapi kebetulan bahwa: 1).
Sekolah memiliki lebih dari tiga puluh siswa di setiap kelas; 2). Setiap
kelas diurutkan dari siswa yang berkemampuan tinggi sampai yang
berkemampuan rendah; 3) Daftar sekolah mengidentifikasi siswa
berdasarkan kelas. Dalam hal ini, meskipun sampel diambil dari setiap
kelas, sampel tersebut tidak cukup mewakili seluruh populasi sekolah
karena hampir secara eksklusif diambil pada siswa berkemampuan
rendah. Ini adalah masalah periodisitas (Calder, 1979). Tidak hanya ada
pertanyaan tentang urutan nama yang dicantumkan dalam pengambilan
sampel sistematik, tetapi juga ada masalah bahwa proses ini dapat
melanggar salah satu premis dasar pengambilan sampel probabilitas,
yaitu bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
dimasukkan dalam contoh. Artinya, setiap orang tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Cara untuk meminimalkan
masalah ini adalah dengan memastikan bahwa daftar awal dipilih secara
acak dan titik awal pengambilan sampel sistematik juga dipilih secara
acak (Cohen et al., 2007).

3. Sampel Acak Bertingkat (Stratified Sampling)

Sampel acak bertingkat membagi populasi menjadi kelompok homogen,


masing-masing kelompok berisi subjek dengan karakteristik yang sama.
Misalnya, grup A berisi pria dan grup B berisi wanita. Untuk
mendapatkan sampel yang mewakili seluruh populasi dalam hal jenis
kelamin, pemilihan subjek secara acak dari kelompok A dan kelompok B
harus diambil. Jika diperlukan, proporsi yang tepat dari laki-laki untuk
perempuan di seluruh populasi dapat tercermin dalam sampel. Peneliti
harus mengidentifikasi karakteristik populasi yang lebih luas yang harus
dimasukkan dalam sampel, yaitu untuk mengidentifikasi parameter
populasi yang lebih luas. Ini adalah inti dari membangun kerangka
sampling. Untuk mengatur sampel acak bertingkat ada dua tahap yang
sederhana yang dilakukan. Pertama, mengidentifikasi ciri-ciri yang
muncul dalam populasi yang lebih luas yang juga harus muncul dalam

119
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

sampel, yaitu membagi populasi yang lebih luas menjadi homogen dan,
jika, kelompok (strata), misalnya laki-laki dan perempuan. Kedua,
sampel secara acak dalam kelompok-kelompok ini, ukuran masing-
masing kelompok ditentukan baik oleh penilaian peneliti. Sampel ini
perlu dilakukan untuk memastikan keterwakilan dan menghindari bias
dengan menggunakan metode random sampling.

Keputusan tentang karakteristik mana yang akan dimasukkan harus


dilakukan sesederhana mungkin, karena semakin banyak faktor yang
ada, tidak hanya semakin rumit pengambilan sampelnya, tetapi
seringkali sampel yang lebih besar harus mencakup perwakilan dari
semua strata dari populasi yang lebih luas.

Sampel acak bertingkat merupakan perpaduan yang berguna dari


pengacakan dan kategorisasi, sehingga memungkinkan penelitian
kuantitatif dan kualitatif dilakukan. Sebuah penelitian kuantitatif akan
dapat menggunakan statistik analitik dan inferensial, sedangkan
penelitian kualitatif akan dapat menargetkan kelompok-kelompok dalam
lembaga atau kelompok peserta yang akan dapat didekati untuk
berpartisipasi dalam penelitian.

Menurut Singh, (2006), pengambilan sampel bertingkat terdiri dari tiga


jenis yaitu sampel bertingkat yang tidak proporsional (disproportionate
stratified sampling), Sampel bertingkat proporsional (proportionate
stratified sampling), sampel bertingkat alokasi optimal (optimum
allocation stratified sampling).

a. Sampel Bertingkat Yang Tidak Proporsional (Disproportionate


Stratified Sampling) Pengambilan sampel yang tidak proporsional
berarti bahwa ukuran sampel di setiap unit tidak proporsional
dengan ukuran unit tetapi tergantung pada pertimbangan yang
melibatkan penilaian dan kenyamanan pribadi. Metode sampling ini
lebih efektif untuk membandingkan strata yang memiliki
kemungkinan kesalahan yang berbeda. Kurang efisien untuk
menentukan karakteristik populasi. Dapat dilakukan pada populasi
heterogen/tidak sejenis.

120
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

b. Sampel Bertingkat Proporsional (Proportionate Stratified Sampling)

Sampling proporsional mengacu pada pemilihan dari setiap unit


sampling sampel yang proporsional dengan ukuran unit.
Keuntungan dari prosedur ini termasuk keterwakilan sehubungan
dengan variabel yang digunakan sebagai dasar klasifikasi kategori
dan peningkatan peluang untuk dapat membuat perbandingan antar
strata. Kurangnya informasi tentang proporsi populasi di setiap
kategori dan klasifikasi yang salah dapat dicatat sebagai kelemahan
dari metode ini. Dapat dilakukan pada populasi heterogen/tidak
sejenis.

c. Sampel Bertingkat Alokasi Optimal (Optimum Allocation Stratified


Sampling) Pengambilan sampel bertingkat alokasi optimal adalah
representatif serta komprehensif dibandingkan sampel bertingkat
lainnya. Hal ini mengacu pada pemilihan unit dari setiap strata
harus sebanding dengan strata yang sesuai dengan populasi.
Dengan demikian sampel yang diperoleh dikenal sebagai sampel
stratifikasi alokasi optimum.

4. Sampel Klaster

Teknik sampling acak sederhana dan bertingkat didasarkan pada


kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi setiap elemen dalam suatu
populasi. Sangat mudah untuk melakukan ini jika populasi total
sampling kecil, tetapi jika populasinya besar, seperti dalam kasus kota,
negara bagian atau negara, menjadi sulit dan mahal untuk
mengidentifikasi setiap unit sampling. Dalam kasus seperti itu
penggunaan klaster sampling lebih tepat (Kumar, 2011).

5. Sampel Bertahap

Sampel bertahap merupakan perpanjangan dari sampel klaster. Ini


melibatkan pemilihan sampel secara bertahap, yaitu mengambil sampel
dari sampel. Menggunakan contoh komunitas besar dalam pengambilan
sampel klaster, satu jenis pengambilan sampel tahap memilih sejumlah
sekolah secara acak, dan dari dalam masing-masing sekolah ini, pilih
sejumlah kelas secara acak, dan dari dalam kelas tersebut pilih sejumlah
sekolah siswa (Cohen et al., 2007).

121
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Non-Probabilitas Sampling

Non-probabilitas juga dikenal sebagai non-parametrik sampling yang


digunakan untuk tujuan tertentu. Desain pengambilan sampel non-
probabilitas digunakan ketika jumlah elemen dalam suatu populasi tidak
diketahui atau tidak dapat diidentifikasi secara individual. Dalam situasi
seperti itu pemilihan elemen tergantung pada pertimbangan lainnya.
Selektivitas yang dibangun ke dalam sampel non-probabilitas berasal dari
peneliti yang menargetkan kelompok tertentu, dengan pemahaman penuh
bahwa itu tidak mewakili populasi yang lebih luas; itu hanya mewakili
dirinya sendiri. Hal ini sering terjadi dalam penelitian skala kecil, misalnya,
seperti pada satu atau dua sekolah, dua atau tiga kelompok siswa, atau
kelompok guru tertentu, di mana tidak ada upaya untuk menggeneralisasi
yang diinginkan; ini sering terjadi pada beberapa penelitian etnografi,
penelitian tindakan atau penelitian studi kasus. Ada beberapa jenis sampel
non-probabilitas: convenience sampling, quota sampling, expert sampling,
purposive sampling/judgemental sampling, dan snowball sampling. Setiap
jenis sampel hanya berusaha untuk mewakili dirinya sendiri atau contoh
dari dirinya sendiri dalam populasi yang sama, daripada mencoba untuk
mewakili keseluruhan populasi yang tidak terdiferensiasi.

1. Convenience Sampling

Juga disebut sampling kebetulan (accidental sampling) atau kesempatan


(opportunity sampling), ini adalah teknik di mana sampel diambil dari
bagian populasi yang dekat, tersedia, atau nyaman. Peneliti cukup
memilih sampel dari orang-orang yang aksesnya mudah. Karena tidak
mewakili kelompok mana pun selain dirinya sendiri, ia tidak berusaha
untuk menggeneralisasi tentang populasi yang lebih luas. Misalnya, jika
peneliti berdiri di luar pusat perbelanjaan dan membagikan survei
kuesioner kepada orang-orang atau mewawancarai mereka saat mereka
masuk, sampel responden yang akan diperoleh adalah sampel
convenience. Ini adalah sampel non-probabilitas karena secara
sistematis mengecualikan semua orang yang berbelanja di pusat
perbelanjaan lain. Pendapat yang akan didapatkan dari sampel pilihan
tersebut mencerminkan karakteristik unik dari pusat perbelanjaan ini
seperti sifat tokonya (misalnya, toko kelas atas akan menarik demografis

122
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

yang lebih kaya), profil demografis pelanggannya, atau lokasi (misalnya,


pusat perbelanjaan yang dekat dengan Universitas akan menarik
terutama mahasiswa dengan kebiasaan membeli yang unik), dan oleh
karena itu tidak mewakili pendapat populasi pembelanja pada
umumnya. Oleh karena itu, generalisasi ilmiah dari pengamatan
semacam itu akan sangat terbatas. Contoh convenience sampling lainnya
adalah pengambilan sampel siswa yang terdaftar di kelas tertentu atau
pengambilan sampel pasien yang tiba di klinik medis tertentu. Jenis
pengambilan sampel ini paling berguna untuk pengujian percontohan,
di mana tujuannya adalah pengujian instrumen atau validasi
pengukuran daripada memperoleh kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan (Cohen et al., 2007) dan juga untuk studi kasus atau
serangkaian studi kasus (Cohen et al., 2007). Metode pengambilan
sampel ini umum di kalangan riset pasar dan reporter surat kabar
(Kumar, 2011).

2. Quota Sampling

Quota Sampling menggabungkan pengambilan sampel


purposive/judgemental sampling dan pengambilan sampel probabilitas.
Populasi diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori: berdasarkan
penilaian atau asumsi atau pengetahuan sebelumnya, proporsi populasi
yang termasuk dalam setiap kategori ditentukan. Setelah itu kuota
kasus yang akan ditarik ditetapkan dan pengamat diperbolehkan untuk
mengambil sampel sesukanya. Pengambilan sampel kuota sangat
arbitrer dan cenderung muncul dalam survei kota (Singh, 2006).

Pertimbangan utama memilih untuk pengambilan sampel kuota adalah


kemudahan akses peneliti ke populasi sampel. Selain kenyamanan,
peneliti dipandu oleh beberapa karakteristik yang terlihat, seperti jenis
kelamin atau ras, dari populasi penelitian yang menarik bagi peneliti.
Sampel dipilih dari lokasi yang nyaman bagi peneliti, dan setiap kali
seseorang dengan karakteristik relevan yang terlihat ini terlihat, orang
tersebut diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian. Proses berlanjut
hingga peneliti dapat menghubungi jumlah responden (kuota) yang
dibutuhkan (Kumar, 2019).

123
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Misalkan peneliti ingin memilih sampel 20 siswa laki-laki untuk


mengetahui usia rata-rata siswa laki-laki di kelas. Peneliti memutuskan
untuk berdiri di pintu masuk kelas, karena ini nyaman, dan setiap kali
seorang siswa laki-laki memasuki kelas peneliti menanyakan usianya.
Proses ini berlanjut hingga menanyakan usia 20 siswa. Atau, peneliti
ingin mengetahui tentang sikap mahasiswa terhadap fasilitas yang
diberikan kepada mereka di Universitas. Peneliti berdiri di lokasi yang
nyaman dan, kapan pun melihat mahasiswa seperti itu, kumpulkan
informasi yang diperlukan melalui metode pengumpulan data apa pun
(seperti wawancara, kuesioner) yang telah diadopsi untuk penelitian ini.

Keuntungan menggunakan desain ini adalah, ini adalah cara yang paling
murah untuk memilih sampel yaitu tidak memerlukan informasi apa
pun, seperti kerangka sampel, jumlah total elemen, lokasinya, atau
informasi lain tentang populasi sampel; dan itu menjamin
dimasukkannya tipe orang yang dibutuhkan. Kelemahannya adalah,
karena sampel yang dihasilkan bukan sampel probabilitas, temuan tidak
dapat digeneralisasikan ke populasi sampel total; dan individu yang
paling mudah diakses memiliki karakteristik yang unik bagi mereka dan
karenanya tidak benar- benar mewakili populasi sampel total. Peneliti
dapat membuat sampel lebih mewakili populasi penelitian dengan
memilihnya dari berbagai lokasi di mana orang-orang yang diminati
tersedia (Kumar, 2019).

Kumar juga menjelaskan bahwa peneliti yang ingin menggunakan


sampel kuota dapat melanjutkan dalam tiga tahap:

a. Identifikasi karakteristik (faktor) yang muncul dalam populasi yang


lebih luas yang juga harus muncul dalam sampel, yaitu membagi
populasi yang lebih luas menjadi homogen dan kelompok (strata),
misalnya, laki-laki dan perempuan, Asia, Cina dan Karibia Afrika.

b. Identifikasi proporsi di mana karakteristik yang dipilih muncul


dalam populasi yang lebih luas, yang dinyatakan sebagai persentase.

c. Pastikan bahwa persentase proporsi karakteristik yang dipilih dari


populasi yang lebih luas muncul dalam sampel.

124
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

3. Sampel purposive/Judgmental Sampling

Dalam purposive sampling, seringkali merupakan ciri penelitian


kualitatif walau dapat juga digunakan untuk penelitian kuantitatif.
Peneliti memilih sendiri kasus-kasus yang akan dimasukkan dalam
sampel berdasarkan penilaian tentang tipikal atau kepemilikan
karakteristik tertentu yang dicari. Dengan cara ini, mereka membangun
sampel yang memuaskan kebutuhan spesifik. Sampel dipilih untuk
tujuan tertentu, misalnya: sekelompok manajer lini dipilih karena
penelitian ini mempelajari kejadian stres di antara manajer; sekelompok
siswa yang tidak puas telah dipilih karena mereka menunjukkan dengan
jelas faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ketidakpuasan siswa.

Pengambilan sampel purposive didasarkan pada premis bahwa mencari


kasus terbaik untuk penelitian menghasilkan data terbaik, dan hasil
penelitian adalah hasil langsung dari kasus sampel (Patton, 2015). Ini
adalah pendekatan strategis untuk pengambilan sampel di mana "kasus
kaya informasi" dicari untuk menjawab tujuan dan pertanyaan
penelitian (Morse, 2010). Pengambilan sampel ini adalah fitur utama dari
desain penelitian ketika strategi yang bertujuan digunakan karena
semakin baik posisi partisipan dalam kaitannya dengan topik, semakin
kaya datanya (Morse, 2010; Patton, 2015).

Pertimbangan utama dalam purposive sampling adalah penilaian peneliti


tentang siapa yang dapat memberikan informasi terbaik untuk mencapai
tujuan studi. Peneliti hanya pergi ke orang-orang yang menurut
pendapatnya cenderung memiliki informasi yang diperlukan dan
bersedia membaginya. Jenis pengambilan sampel ini sangat berguna
ketika ingin membangun realitas sejarah, menggambarkan suatu
fenomena atau mengembangkan sesuatu yang hanya sedikit diketahui.
(Kumar, 2011).

4. Expert Sampling

Kumar, (2011) menjelaskan bahwa satu-satunya perbedaan antara


pengambilan sampel penilaian dan pengambilan sampel ahli (expert)
adalah bahwa dalam sampel purposive sepenuhnya merupakan
penilaian mengenai kemampuan responden untuk berkontribusi dalam

125
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

penelitian. Namun dalam kasus expert sampling, responden harus


dikenal sebagai ahli di bidang yang minati oleh peneliti. Ini digunakan
dalam kedua jenis penelitian tetapi lebih dalam studi penelitian
kualitatif. Ketika peneliti menggunakannya dalam penelitian kualitatif,
jumlah orang yang diajak bicara tergantung pada titik jenuh data
sedangkan dalam penelitian kuantitatif peneliti memutuskan jumlah
ahli yang akan dihubungi tanpa mempertimbangkan titik jenuh. Peneliti
pertama-tama mengidentifikasi orang-orang dengan keahlian yang
ditunjukkan atau diketahui di bidang yang diminati, meminta
persetujuan mereka untuk berpartisipasi, dan kemudian
mengumpulkan informasi baik secara individu atau kolektif dalam
bentuk kelompok.

5. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah proses dimana setiap peserta mengarah pada


pemilihan peserta lain (Adler & Clark, 2011). Peneliti dapat langsung
meminta peserta, misalnya, dalam situasi wawancara untuk
menyarankan orang lain yang akan menjadi narasumber yang baik
(Babbie, 2010). Jadi, jika seorang peserta adalah sumber informasi yang
sangat baik dan/atau tampaknya memiliki hubungan yang baik dengan
anggota dalam kelompok yang lebih besar yang diminati, peneliti dapat
memintanya untuk menyarankan peserta tambahan.

Snowball sampling juga sering disebut dengan sampling yang proses


pemilihan sampelnya menggunakan jaringan. Untuk memulainya,
beberapa individu dalam kelompok atau organisasi dipilih dan informasi
yang diperlukan dikumpulkan dari mereka. Mereka kemudian diminta
untuk mengidentifikasi orang lain dalam kelompok atau organisasi, dan
orang-orang yang dipilih oleh mereka menjadi bagian dari sampel.
Informasi dikumpulkan dari mereka, dan kemudian orang-orang ini
diminta untuk mengidentifikasi anggota kelompok lainnya dan, pada
gilirannya, mereka yang diidentifikasi menjadi dasar pengumpulan data
lebih lanjut. Proses ini dilanjutkan sampai jumlah yang dibutuhkan atau
titik jenuh telah tercapai, dalam hal informasi yang dicari.

126
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel ini berguna jika hanya tahu sedikit tentang
kelompok atau organisasi yang ingin dipelajari, karena hanya perlu
melakukan kontak dengan beberapa individu, yang kemudian dapat
mengarahkan peneliti ke anggota kelompok lainnya. Metode pemilihan
sampel ini berguna untuk mempelajari pola komunikasi, pengambilan
keputusan atau penyebaran pengetahuan dalam suatu kelompok.
Namun, ada kelemahan dari teknik ini. Pilihan seluruh sampel
bertumpu pada pilihan individu pada tahap pertama. Jika mereka milik
faksi tertentu atau memiliki bias yang kuat, penelitian ini menjadi bias.
Juga, sulit untuk menggunakan teknik ini ketika sampel menjadi cukup
besar.

Menentukan Ukuran Sampel

Menentukan ukuran sampel perlu dilakukan ketika peneliti menggunakan


teknik sampling probabilitas dalam penelitiannya. Berikut ini ada beberapa
teknik sampling yang dapat digunakan dalam penelitian.

1. Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Untuk mendapatkan jumlah sampel yang tepat saat menggunakan


sampel acak sederhana maka dapat menggunakan rumus. Data yang
diperlukan untuk pengambilan sampel untuk sampel acak sederhana
adalah jumlah populasi, jumlah sampel dan presisis yang ditetapkan.
Menurut Taro Yamane dalam Riduwan, (2014) formula menetapkan
jumlah sampel adalah:

𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑2 + 1

Dimana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

D2 = Presisi yang ditetapkan (5%/10%)

Sampel Acak Bertingkat (Stratified Sampling)

Sampel acak bertingkat sering digunakan untuk memastikan


keterwakilan dan menghidari bias saat menggunakan metode sampel

127
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

acak sederhana. Gambarannya adalah sebagai berikut: misalnya,


peneliti meneliti karyawan di perusahaan X yang memiliki lima kantor
cabang. Maka, tahap yang harus dilakukan dalam menentukan sampel
adalah dengan menggunakan sampel acak sederhana untuk
menentukan jumlah sampel karyawan yang dibutuhkan untuk
penelitian dengan menggunakan rumus pada sampel acak sederhana.
Setelah jumlah didapat, untuk memastikan keterwakilan karyawan di
semua kantor, maka, gunakan rumus alokasi proporsional Riduwan,
(2014):

𝑁𝑖
𝑛𝑖 = .𝑛
𝑁

Dimana:

Ni = Jumlah sampel menurut stratum

N = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N = Jumlah populasi seluruhnya

Sampel Sistematik

Cara terbaik untuk menggambarkan prosedur sampling sistematik


adalah melalui sebuah contoh. Ilustrasi berikutnya berfungsi sebagai
pengantar metode pengambilan sampel yang penting ini. Misalkan
sebagai bagian dari program peninjauan pengendalian biaya dan
kualitas perawatan, sampel rekam medis rawat inap dipilih secara
berkelanjutan untuk audit terperinci. Jumlah total catatan dalam
populasi tidak mungkin diketahui sebelum pengambilan sampel karena
catatan harus diambil sampelnya secara terus-menerus, sehingga tidak
mungkin menggunakan sampling acak sederhana untuk memilih
catatan. Namun, dimungkinkan untuk menebak perkiraan jumlah
record yang akan tersedia untuk dipilih per periode waktu dan untuk
memilih sampel satu dari setiap k record saat tersedia, di mana k adalah
bilangan bulat yang memiliki nilai tertentu yang dipilih untuk memenuhi
persyaratan studi.

128
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

Misalnya, diantisipasi bahwa akan tersedia sepuluh catatan pemulangan


pasien per hari dan jumlah sampel yang diinginkan adalah 300 catatan
per tahun. Maka jumlah total catatan yang tersedia per tahun
diperkirakan 10 x 365 = 3.650. Untuk mendapatkan sesuatu di sekitar
300 catatan per tahun dalam sampel, k harus menjadi bilangan bulat
terbesar dalam hasil bagi 3650/300. Karena nilai hasil bagi adalah
12,17, k akan sama dengan 12. Nilai k ini dikenal sebagai interval
sampling. Jadi, peneliti akan mengambil sampel 1 dari setiap 12 catatan.

2. Sampel Klaster

Pengambilan sampel klaster didasarkan pada kemampuan peneliti


untuk membagi populasi pengambilan sampel ke dalam kelompok-
kelompok (berdasarkan karakteristik yang terlihat atau mudah
diidentifikasi), yang disebut klaster, dan kemudian untuk memilih
elemen dalam setiap klaster, menggunakan teknik sampel acak
sederhana. Klaster dapat dibentuk atas dasar kedekatan geografis atau
karakteristik umum yang memiliki korelasi dengan variabel utama
penelitian (seperti pada stratified sampling). Tergantung pada tingkat
pengelompokan, terkadang pengambilan sampel dapat dilakukan pada
tingkat yang berbeda. Level-level ini merupakan tahapan yang berbeda
(tunggal, ganda atau ganda) dari pengelompokan, yang akan dijelaskan
kemudian (Kumar, 2011).

Sebagai contoh, misalnya peneliti ingin mensurvei tingkat kebugaran


siswa di komunitas yang sangat besar atau di seluruh negara. Akan
sangat tidak praktis untuk memilih siswa secara acak dan
menghabiskan banyak waktu berkeliling untuk menguji mereka. Dengan
pengambilan sampel klaster, peneliti dapat memilih sejumlah sekolah
tertentu dan menguji semua siswa di sekolah yang dipilih tersebut, yaitu
klaster yang dekat secara geografis dijadikan sampel (Cohen et al., 2007).

Peneliti harus berhati-hati untuk memastikan bahwa pengambilan


sampel klaster tidak menimbulkan bias. Sebagai contoh, bayangkan
bahwa peneliti mengambil sampel klaster sebuah kota di daerah industri
atau daerah yang mengalami kemiskinan besar; ini mungkin tidak
mewakili semua jenis kota atau kelompok sosial ekonomi, yaitu ada

129
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

kesamaan dalam sampel yang tidak menangkap variabilitas populasi


yang lebih luas. Isu di sini adalah salah satu keterwakilan; oleh karena
itu mungkin lebih aman untuk mengambil beberapa klaster di dalam
setiap klaster, daripada mengambil lebih sedikit klaster dan mengambil
sampel banyak di dalam masing-masing klister sampel (Cohen et al.,
2007).

Menurut Levy & Lemeshow, (1999) Beberapa fitur penting tentang


pengambilan sampel kluster yaitu:

a. Proses pemilihan sampel unit listing dilakukan secara bertahap (lihat


tabel 5.1). Misalnya, jika blok kota adalah klaster dan rumah tangga
adalah unit pendaftaran, ada dua langkah yang terlibat dalam
pemilihan sampel rumah tangga. Langkah pertama menghitung
sampel blok kota, dan langkah kedua memerlukan pemilihan sampel
rumah tangga dalam setiap blok yang dipilih pada langkah pertama.
Dalam terminologi pengambilan sampel, langkah- langkah ini
disebut tahapan, dan rencana pengambilan sampel sering dicirikan
berdasarkan jumlah tahapan yang terlibat. Misalnya, sampel klaster
satu tahap adalah salah satu tempat pengambilan sampel dilakukan
hanya satu langkah. Artinya, setelah sampel klaster dipilih, setiap
unit daftar dalam masing-masing klaster yang dipilih dimasukkan
ke dalam sampel.

Dalam banyak survei yang mencakup wilayah geografis yang luas,


beberapa tahapan pengambilan sampel harus dilakukan. Misalnya,
survei imunisasi anak sekolah di Jawa Barat memerlukan tujuh
tahap. Pertama, mengambil sampel kabupaten. Kedua, mengambil
sampel kecamatan dari masing-masing kabupaten yang dipilih pada
tahap pertama. Ketiga, mengambil sampel kelurahan dari masing-
masing kecamatan yang dipilih pada tahap kedua. Keempat,
mengambil sampel sekolah dari masing-masing kecamatan yang
dipilih pada tahap ketiga. Kelima, mengambil sampel ruang kelas di
maing-masing sekolah yang dipilih. Keenam, mengambil setiap anak
di dalam ruang kelas yang dipilih pada tahap lima. Dalam contoh ini,
anak-anak sekolah yangterlibat adalah unit dasar, dan ruang kelas
adalah unit daftar. Ada enam tahap pengambilan sampel yang

130
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

melibatkan empat jenis klister: kabupaten, kelurahan, kecamatan,


sekolah. Dalam desain sampel yang melibatkan dua tahap atau
lebih, kluster yang digunakan pada tahap pertama pengambilan
sampel biasanya disebut sebagai unit pengambilan sampel primer.

b. Klaster dapat dipilih dengan berbagai teknik pengambilan sampel.


Sebagai contoh, peneliti dapat memilih sampel klaster dengan
sampel acak sederhana atau dengan sampling sistematik. Peneliti
dapat mengelompokkan klaster menjadi strata dan mengambil
sampel klaster acak bertingkat. Ketika klaster dipilih dengan sampel
acak sederhana, desain samplingnya adalah sampling klaster
sederhana. Lebih khusus lagi, istilah simple one-stage klaster
sampling digunakan untuk mengkategorikan desain sampel dimana
terdapat satu tahapan sampling dan klaster-klaster dipilih dengan
simple random sampling. Demikian pula, pengambilan simple two-
stage klaster sampling digunakan untuk menggambarkan desain
pengambilan sampel di mana klaster dipilih pada tahap pertama
dengan pengambilan sampel acak sederhana; unit daftar dipilih pada
tahap kedua secara independen dalam setiap kelompok sampel, juga
dengan pengambilan sampel acak sederhana; dan fraksi unit listing
yang dipilih pada tahap kedua adalah sama untuk setiap klaster
sampel. Tipe lain dari klaster sampling yang sering digunakan dalam
praktik disebut sampling with probability proportional to size, atau
sampling PPS. Pembahasan tentang simple one-stage klaster
sampling, simple two-stage klaster sampling, dan sampling with
probability proportional to size dibahas dengan rinci oleh (Levy &
Lemeshow, 1999).

c. Lebih dari satu kerangka sampling terlibat dalam proses klasterisasi.


Untuk mengilustrasikan situasi ini, peneliti merujuk kembali ke
contoh di atas di mana survei imunisasi dilakukan dengan prosedur
enam langkah. Pertama, mengambil sampel kabupaten. Kedua,
mengambil sampel kecamatan dari masing-masing kabupaten yang
dipilih pada tahap pertama. Ketiga, mengambil sampel kelurahan
dari masing-masing kecamatan yang dipilih pada tahap kedua.
Keempat, mengambil sampel sekolah dari masing-masing kecamatan

131
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

yang dipilih pada tahap ketiga. Kelima, mengambil sampel ruang


kelas di maing-masing sekolah yang dipilih. Keenam, mengambil
setiap anak di dalam ruang kelas yang dipilih pada tahap lima.

d. Setelah tahap pertama pengambilan sampel, kerangka pengambilan


sampel disusun hanya dari kelompok-kelompok yang dipilih dalam
sampel. Setelah klaster sampel dipilih pada tahap pertama, daftar
unit sampling tahap kedua disusun hanya untuk klaster sampel.
Demikian pula, jika terdapat lebih dari dua tahap pengambilan
sampel, unit pengambilan sampel pada tahap berikutnya hanya
dicantumkan untuk unit pengambilan sampel yang dipilih pada
tahap sebelumnya.

Tabel 5.1 Beberapa Contoh Praktis Cluster

Klaster Daftar Unit Unit Dasar (unit Aplikasi


terkecil yang
menghasilkan
informasi)
Kota Rumah Tangga Individu Estimasi jumlah penduduk
dikota yang mengalami
hipertensi
Wilayah Rumah Sakit Pasien Estimasi proporsi yang
meninggal dunia dalam
keadaan tertentu
Sekolah Ruang Kelas Siswa Estimasi prestasi skolastik
rata-rata di antara siswa di
wilayah sekolah
Filling Folder Individu Akun Keuangan Estimasi rekening yang sudah
Cabinet jatuh tempo

Sumber: Levy & Lemeshow,(1999)

Langkah-Langkah Utama dalam Survei Sampel

Perlu memahami langkah-langkah dalam perencanaan dan pelaksanaan


survei sampel. Survei sangat bervariasi dalam kompleksitasnya. Mengambil
sampel dari 5.000 kartu, tersusun rapih dan diberi nomor dalam sebuah file,
adalah tugas yang mudah. Ini masalah lain untuk mengambil sampel
penduduk suatu wilayah di mana transportasi dilakukan melalui air melalui
hutan, di mana tidak ada peta, di mana 15 dialek yang berbeda digunakan,
dan di mana penduduknya sangat curiga terhadap orang asing yang ingin
tahu. Ini juga masalah pengambilan sampel kepada karyawan sebuah
perusahaan yang memiliki target kerja yang telah ditentukan oleh pimpinan.
Untuk itu, ada langkah-langkah yang perlu diikuti saat melakukan survei
sampel (Cochran, 1985).

132
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

1. Tujuan Survei. Pernyataan tujuan yang jelas sangat membantu. Tanpa


tujuan yang jelas maka sampel kemungkinan akan salah pilih, terutama
dalam survei yang kompleks.

2. Populasi yang Akan Diambil Sampelnya. Kata “populasi” digunakan


untuk menunjukkan agregat dari mana sampel dipilih. Populasi yang
akan dijadikan sampel (populasi sampel) harus bertepatan dengan
populasi yang informasinya diinginkan (populasi target). Populasi target
survei adalah populasi yang ingin dipelajari. Populasi sampel adalah
populasi yang dapat diamati dalam sampel. Terkadang, karena alasan
kepraktisan atau kenyamanan. populasi sampel lebih terbatas daripada
populasi target. Jika demikian, harus diingat bahwa kesimpulan yang
diambil dari sampel berlaku untuk populasi sampel. Penilaian tentang
sejauh mana kesimpulan ini juga berlaku untuk populasi sasaran harus
bergantung pada sumber informasi lainnya. Setiap informasi tambahan
yang dapat dikumpulkan tentang sifat perbedaan antara populasi
sampel dan target dapat membantu.

3. Data yang akan Dikumpulkan. Adalah penting untuk memverifikasi


bahwa semua data relevan dengan tujuan survei dan tidak ada data
penting yang dihilangkan. Sering ada kecenderungan, khususnya pada
populasi manusia, untuk mengajukan terlalu banyak pertanyaan,
beberapa di antaranya tidak pernah dianalisis. Kuesioner yang terlalu
panjang menurunkan kualitas jawaban atas pertanyaan penting
maupun tidak penting.

4. Tingkat Presisi Yang Diinginkan. Hasil survai sampel selalu mengandung


ketidakpastian karena hanya sebagian dari populasi yang telah diukur
dan karena kesalahan pengukuran. Ketidakpastian ini dapat dikurangi
dengan mengambil sampel yang lebih besar dan dengan menggunakan
instrumen pengukuran yang unggul. Tapi, ini biasanya menghabiskan
waktu dan uang. Akibatnya, spesifikasi tingkat presisi yang diinginkan
dalam hasil merupakan langkah penting. Langkah ini menjadi tanggung
jawab orang yang akan menggunakan data tersebut. Ini menimbulkan
kesulitan, karena banyak administrator tidak terbiasa memikirkan
jumlah kesalahan yang dapat ditoleransi dalam perkiraan, konsisten

133
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

dengan pengambilan keputusan yang baik. Ahli statistik seringkali dapat


membantu pada tahap ini.

5. Metode Pengukuran. Mungkin ada pilihan alat ukur dan metode


pendekatan ke populasi. Data tentang keadaan kesehatan seseorang
dapat diperoleh dari keterangan yang dibuatnya atau dari pemeriksaan
kesehatan. Survei dapat menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri,
pewawancara yang membaca serangkaian pertanyaan standar tanpa
kebijaksanaan, atau proses wawancara yang memungkinkan banyak
kebebasan dalam bentuk dan urutan pertanyaan. Pendekatannya dapat
melalui surat, telepon, kunjungan pribadi, atau kombinasi ketiganya.
Bagian utama dari pekerjaan pendahuluan adalah konstruksi formulir
catatan yang akan diisi pertanyaan dan jawaban. Dengan kuesioner
sederhana, jawaban terkadang dapat dikodekan sebelumnyayaitu,
dimasukkan dengan cara yang dapat ditransfer secara rutin ke peralatan
mekanis. Padahal, untuk konstruksi formulir catatan yang baik, perlu
memvisualisasikan struktur tabel ringkasan akhir yang akan digunakan
untuk menarik kesimpulan.

6. Bingkai Populasi. Sebelum memilih sampel, populasi harus dibagi


menjadi bagian-bagian yang disebut unit atau unit sampling. Satuan-
satuan tersebut harus mencakup seluruh populasi dan tidak boleh
tumpang tindih, dalam artian setiap elemen dalam populasi adalah milik
hanya satu unit. Kadang-kadang unit yang sesuai sudah jelas, seperti
pada populasi bola lampu, di mana unitnya adalah bola lampu tunggal.
Terkadang ada pilihan unit. Dalam pengambilan sampel orang-orang di
sebuah kota, unitnya bisa berupa individu, anggota keluarga, atau
semua orang yang tinggal di blok kota yang sama.

7. Pemilihan Sampel. Sekarang ada berbagai rencana dimana sampel dapat


dipilih. Untuk setiap rencana yang dipertimbangkan, perkiraan kasar
dari ukuran sampel dapat dibuat dari pengetahuan tentang tingkat
presisi yang diinginkan. Biaya relatif dan waktu yang terlibat untuk
setiap rencana juga dibandingkan sebelum membuat keputusan.

8. Pre-tes. Ternyata berguna untuk mencoba kuesioner dan metode


lapangan dalam skala kecil. Hal ini hampir selalu menghasilkan

134
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK SAMPLING & UKURAN SAMPEL

perbaikan dalam kuesioner dan dapat mengungkapkan masalah lain


yang akan menjadi serius dalam skala besar, misalnya, bahwa biayanya
akan jauh lebih besar dari yang diharapkan.

9. Organisasi Kerja Lapangan. Dalam survei ekstensif banyak masalah


administrasi bisnis yang terjadi. Peneliti harus menerima pelatihan
dalam tujuan survei dan metode pengukuran yang akan digunakan dan
harus diawasi secara memadai dalam pekerjaan mereka. Prosedur untuk
mengetahui kualitas pengembalian kuesioner lebih awal sangat perlu
untuk direncanakan. Rencana harus dibuat untuk menangani kuesioner
yang tidak dikembalikan.

10. Ringkasan dan Analisis Data. Langkah pertama adalah mengedit


kuesioner yang sudah diisi, dengan harapan memperbaiki kesalahan
pencatatan, atau setidaknya menghapus data yang jelas-jelas keliru.
Keputusan tentang prosedur komputasi diperlukan dalam kasus di
mana jawaban atas pertanyaan tertentu dihilangkan oleh beberapa
responden atau dihapus dalam proses pengeditan. Setelah itu,
perhitungan yang mengarah ke perkiraan dilakukan. Metode estimasi
yang berbeda tersedia untuk data yang sama. Dalam penyajian hasil,
merupakan praktik yang baik untuk mengulang kembali jumlah
kesalahan yang diharapkan dalam estimasi yang paling penting. Salah
satu keuntungan dari sampling probabilitas adalah bahwa pernyataan
seperti itu dapat dibuat, meskipun pernyataan tersebut harus benar-
benar memenuhi syarat jika jumlah non-respons cukup besar.

11. Informasi yang Diperoleh untuk Survei Mendatang. Semakin banyak


informasi yang dimiliki pada awalnya tentang suatu populasi, semakin
mudah untuk menyusun sampel yang akan memberikan perkiraan yang
akurat. Setiap sampel yang telah selesai berpotensi menjadi panduan
untuk pengambilan sampel yang lebih baik di masa depan, dalam data
yang disediakannya (tentang rata-rata, standar deviasi, dan sifat
variabilitas pengukuran utama dan tentang biaya yang diperlukan untuk
mendapatkan data. Pengambilan sampel praktek maju lebih cepat ketika
ketentuan dibuat untuk mengumpulkan dan merekam informasi jenis
ini.

135
136
BAB 6
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami teknik pengumpulan data.

2. Agar mahasiswa memahami teknik pengumpulan data primer.

3. Agar mahasiswa memahami teknik pengumpulan data sekunder.

4. Agar mahasiswa mamahami metode observasi, wawancara, kuesioner,


dan metode jadwal.

5. Agar mahasiswa mampu memilih teknik pengumpulan data yang tepat


untuk penelitiannya.

Pokok Bahasan

1. Teknik Pengumpulan Data

2. Pengumpulan data primer: Observasi, wawancara, kuesioner, jadwal.

3. Pengumpulan data sekunder

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

137
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes menentukan teknik pengumpulan data yang tepat untuk


penelitiannya.

Pendahuluan

P engumpulan data adalah pengumpulan informasi yang berguna terkait


dengan topik penelitian. Ini penting karena mengotentikasi masalah
yang terkait dengan kesenjangan penelitian. Proses mengumpulkan dan
menganalisis data akurat dari berbagai sumber untuk menemukan jawaban
atas masalah penelitian, tren dan probabilitas adalah penting. Bab ini
membahas tentang teknik pengumpulan data, pengumpulan data primer,
pengumpulan data sekunder, metode pengumpulan data dengan metode
observasi, wawancara, kuesioner, metode jadwal.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah masalah penelitian ditetapkan dan


desain/rencana penelitian telah disusun. Saat memutuskan tentang metode
pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian, peneliti harus
mengingat dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah
data yang dikumpulkan kembali dan untuk pertama kalinya, dan dengan
demikian bersifat orisinal. Data sekunder, sebaliknya, adalah data yang
telah dikumpulkan oleh orang lain dan telah melewati proses statistik.

138
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Peneliti harus memutuskan jenis data apa yang akan dia gunakan (dengan
demikian mengumpulkan) untuk studinya dan karenanya dia harus memilih
satu atau metode pengumpulan data lainnya. Metode pengumpulan data
primer dan sekunder berbeda karena data primer akan dikumpulkan pada
awalnya, sedangkan untuk data sekunder sifat pengumpulan data hanyalah
kompilasi (Kothari, 2004).

1. Pengumpulan Data Primer

Pada penelitian jenis deskriptif atau survei, maka yang dimaksud dengan
data primer adalah data yang diperoleh dari beberapa metode
pengumpulan data primer yaitu melalui metode observasi, metode
wawancara, melalui kuesioner, dan melalui jadwal (Kothari, 2004).

Metode Observasi

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang adalah pengamat. Setiap


orang terus-menerus mengamati organisasi fisik lingkungan di
sekitarnya, dan mengamati perilaku manusia yang menghuni
lingkungan itu. Pengamatan melibatkan menonton, tetapi informasi dari
penglihatan didukung oleh yang diterima melalui indra yang lain yaitu
mendengar, mencium, menyentuh, dan mengecap. Informasi dari
berbagai indra ini biasanya digabungkan, diproses, dan ditafsirkan
dengan cara yang rumit untuk membentuk pengamatan yaitu gambaran
mental tentang dunia dan apa yang terjadi di dalamnya.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan pengamatan


untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan sehingga dapat
melakukan tindakan. Tanpa pengamatan, partisipasi tidak mungkin
terjadi dan ketika indra terganggu, partisipasi itu menjadi lebih sulit.
Pengamatan juga menginformasikan, dan memungkinkan untuk
menguji teori akal sehat tentang dunia sosial. Setiap orang berinteraksi
dengan orang lain atas dasar tertentu. Teori-teori ini dibangun, dan terus
disempurnakan, dengan mengamati perilaku orang lain dan diri sendiri.

Pengamatan memenuhi tujuan serupa dalam penelitian, tetapi ada


perbedaan penting. Sekali lagi, tujuannya adalah pengumpulan
informasi tentang dunia dengan maksud untuk membimbing perilaku.
Namun, observasi biasanya tidak dilakukan hanya untuk

139
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

memungkinkan peneliti memutuskan bagaimana bertindak di dunia


atau untuk menginformasikan teori akal sehatnya.

Tujuannya adalah produksi pengetahuan publik yaitu empiris dan


teoretis tentang isu-isu tertentu, yang dapat digunakan oleh orang lain
dalam berbagai cara. Pengetahuan ini dapat memengaruhi perilaku
mereka yang mengaksesnya, tetapi pengaruhnya akan kurang langsung
dibandingkan dengan pengamatan sehari-hari (Sapsford & Jupp, 2006).

Metode observasi merupakan metode yang paling umum digunakan


khususnya dalam kajian-kajian yang berkaitan dengan ilmu perilaku.
Observasi menjadi alat ilmiah dan metode pengumpulan data bagi
peneliti, ketika melayani tujuan penelitian yang dirumuskan,
direncanakan dan dicatat secara sistematis dan tunduk pada
pemeriksaan dan kontrol validitas dan reliabilitas. Dalam metode
observasi, informasi dicari dengan cara observasi langsung oleh peneliti
sendiri tanpa bertanya kepada responden. Misalnya, dalam sebuah
penelitian yang berkaitan dengan perilaku konsumen, peneliti bukannya
menanyakan merek jam tangan yang digunakan oleh responden,
melainkan melihat sendiri jam tangan tersebut. Keuntungan utama dari
metode ini adalah bahwa bias subyektif dihilangkan, jika pengamatan
dilakukan secara akurat. Kedua, informasi yang diperoleh dengan
metode ini berkaitan dengan apa yang sedang terjadi; itu tidak diperumit
oleh perilaku masa lalu atau niat atau sikap masa depan. Ketiga, metode
ini tidak bergantung pada kesediaan responden untuk menjawab dan
karenanya relatif kurang menuntut kerja sama aktif dari pihak
responden seperti yang terjadi dalam kasus wawancara atau metode
kuesioner. Metode ini sangat cocok dalam studi yang berhubungan
dengan subjek (yaitu, responden) yang tidak mampu memberikan
laporan verbal tentang perasaan mereka karena satu dan lain hal.

Menurut Kumar, (2011) ada dua model observasi. Observasi partisipatif,


dan observasi non-partisipatif. Pengamatan partisipatif adalah ketika
peneliti berpartisipasi dalam aktivitas kelompok yang diamati dengan
cara yang sama seperti anggotanya, dengan atau tanpa sepengetahuan
mereka bahwa mereka sedang diamati. Misalnya, peneliti ingin
mempelajari reaksi masyarakat umum terhadap orang yang

140
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

menggunakan kursi roda. Peneliti dapat mempelajari reaksi mereka


dengan duduk sendiri di kursi roda. Atau peneliti ingin mempelajari
kehidupan para tahanan dan berpura-pura menjadi seorang tahanan
untuk melakukannya. Pengamatan non-partisipan adalah ketika peneliti
tidak terlibat dalam aktivitas kelompok tetapi tetap menjadi pengamat
pasif, menonton dan mendengarkan aktivitasnya dan menarik
kesimpulan darinya. Misalnya, peneliti ingin mempelajari fungsi yang
dilakukan oleh perawat di rumah sakit. Sebagai pengamat, peneliti dapat
mengamati, mengikuti, dan merekam aktivitas saat dilakukan. Setelah
melakukan beberapa observasi, dapat ditarik kesimpulan tentang
fungsi-fungsi yang dijalankan perawat di rumah sakit. Setiap kelompok
pekerjaan dalam pengaturan apa pun dapat diamati dengan cara yang
sama.

Menurut Sapsford & Jupp, (2006) ada sejumlah pendekatan yang


berbeda untuk penelitian observasional. Satu perbedaan penting adalah
antara observasi yang lebih terstruktur disebut sebagai observasi
sistematis dan observasi yang kurang terstruktur, disebut sebagai
etnografis atau tidak terstruktur. Kedua pendekatan ini berasal dari
tradisi akademik yang berbeda, dan memiliki tujuan, maksud dan
prosedur yang berbeda.

Pengamatan yang Lebih Terstruktur. Akar dari pengamatan yang lebih


terstruktur terletak pada tradisi positivis dalam ilmu sosial, di mana
tujuannya adalah untuk meniru pendekatan dan prosedur ilmu alam.
Penekanan dalam tradisi ini adalah pada pengukuran yang akurat dan
objektif dari perilaku manusia yang dapat diamati, pada definisi yang
tepat dan operasionalisasi konsep, pada produksi data kuantitatif, pada
pemeriksaan hubungan antara variabel menggunakan teknik
eksperimen dan statistik, dan pada pengujian sistematis teori
menggunakan apa yang telah disebut metode 'hypothetico-deductive'.

Tujuan dari pengamatan yang lebih terstruktur adalah untuk


menghasilkan data kuantitatif yang akurat tentang perilaku atau pola
interaksi tertentu yang dapat diamati sebelumnya. Data ini menyangkut
frekuensi, durasi, dan dalam beberapa kasus, kualitas perilaku tertentu,
dan juga merekam jenis orang yang terlibat, atau konteks fisik, sosial

141
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

atau temporal di mana perilaku tersebut terjadi. Ini dapat digunakan


untuk menggambarkan pola perilaku di antara populasi tertentu atau
dalam pengaturan tertentu, atau, terutama di mana data dihasilkan
dalam eksperimen terkontrol, untuk menguji teori dan hipotesis yang
sudah ada sebelumnya mengenai sifat dan penyebab perilaku.

Karakteristik penting dari pengamatan yang lebih terstruktur adalah


bahwa tujuan pengamatan, kategori perilaku yang akan diamati dan
metode dimana contoh perilaku akan dialokasikan ke kategori,
dikerjakan, dan didefinisikan dengan jelas, sebelum pengumpulan data.
dimulai. Jadi, ada prastrukturisasi maksimal. Berbagai teknik yang
berbeda digunakan untuk merekam perilaku, tetapi semuanya
melibatkan semacam jadwal observasi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, di mana catatan yang sering kali menggunakan tanda
centang atau angka dari jenis perilaku yang menarik dapat dibuat. Peran
pengamat adalah mengikuti instruksi yang ditetapkan dalam jadwal
observasi dengan hati-hati, sehingga meminimalkan subjektivitas
pengamat.

Dimungkinkan untuk menggunakan observasi yang lebih terstruktur


untuk mengumpulkan data dalam skala besar dengan menggunakan tim
pengamat, semuanya menggunakan jadwal observasi yang sama dengan
cara yang sama. Karena prosedur pengamatan dibakukan, data yang
dikumpulkan oleh masing-masing pengamat dapat disusun, dan
perbandingan kuantitatif dapat dilakukan pada sejumlah dimensi
misalnya, situasi, waktu, dan jenis subjek yang berbeda. Dengan
menggunakan jadwal Flanders, misalnya, peneliti dapat
membandingkan proporsi waktu kelas sekolah yang digunakan oleh
berbagai aktivitas antara guru, sekolah, bidang kurikulum, periode
waktu, dan sebagainya. Hasil penelitian semacam itu bersifat kumulatif,
artinya peneliti dapat membangun pengetahuan tentang perilaku
tertentu yang dipertanyakan selama jangka waktu tertentu.
Dimungkinkan juga untuk menetapkan keandalan teknik yang lebih
terstruktur, misalnya dengan membandingkan data dari dua peneliti
yang mengamati perilaku yang sama dan menggunakan jadwal yang
sama (Sapsford & Jupp, 2006).

142
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengamatan Kurang Terstruktur. Asal-usul pengamatan kurang


terstruktur terletak pada antropologi dan dalam penerapan pendekatan
etnografisnya untuk mempelajari komunitas dan kelompok dalam
masyarakat industri, dipelopori, misalnya, oleh Sekolah Sosiologi
Chicago. Penelitian dalam tradisi ini umumnya menolak pendekatan
positivis terhadap ilmu sosial dan menekankan bahwa, untuk
memahami perilaku manusia, perlu menggali makna sosial yang
mendukungnya. Itu telah menekankan mempelajari perspektif aktor
sosial yaitu ide, sikap, motif dan niat, dan cara menafsirkan dunia sosial
serta pengamatan perilaku dalam situasi alami dan dalam konteks
budayanya.

Oleh karena itu, observasi yang kurang terstruktur bertujuan untuk


menghasilkan deskripsi kualitatif yang terperinci tentang perilaku
manusia yang menerangi makna sosial dan budaya bersama. Data ini
digabungkan dengan informasi dari percakapan, wawancara dan, jika
sesuai, sumber dokumenter untuk menghasilkan gambaran yang
mendalam dan utuh tentang budaya kelompok, yang menempatkan
perspektif anggota kelompok pada intinya dan mencerminkan kekayaan
dan kompleksitas kelompok. dunia sosial mereka. Pengamatan yang
kurang terstruktur dicirikan oleh fleksibilitas dan minimal prastruktur.

Ini tidak berarti bahwa pengamat memulai pengumpulan data tanpa


tujuan dan tanpa gagasan tentang apa yang harus diamati, tetapi ada
komitmen untuk mendekati pengamatan dengan pikiran yang relatif
terbuka, untuk meminimalkan pengaruh prasangka pengamat dan
untuk menghindari pemaksaan kategori prasangka yang ada. Oleh
karena itu, bukanlah hal yang aneh jika fokus penelitian berubah secara
dramatis selama pengumpulan data seiring berkembangnya gagasan dan
isu-isu tertentu menjadi penting. Observasi yang kurang terstruktur
juga sering bertujuan untuk mengembangkan teori, tetapi di sini teori
cenderung muncul dari, atau didasarkan pada data (Glaser & Strauss,
1967) Alih-alih mengembangkan teori dan kemudian mengumpulkan
data secara khusus untuk menguji teori itu, pengumpulan data,
konstruksi teori, dan pengujian saling terkait. Jadi ide teoretis
berkembang dari pengumpulan data awal dan kemudian memengaruhi

143
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

pengumpulan data di masa mendatang; ada spiral kumulatif


pengembangan teori dan pengumpulan data.

Karena salah satu tujuan utama dari jenis observasi ini adalah untuk
melihat dunia sosial sejauh mungkin dari sudut pandang aktor, maka
teknik utama yang digunakan adalah observasi partisipatif. Di sini
pengamat berpartisipasi dalam beberapa cara dengan kelompok yang
diteliti dan mempelajari budayanya, sementara pada saat yang sama
mengamati perilaku anggota kelompok. Pengamatan digabungkan
dengan wawancara, percakapan dan sebagainya, dan umumnya direkam
menggunakan catatan lapangan dan, jika memungkinkan, rekaman
audio atau video.

Jelas, observasi yang kurang terstruktur tidak dapat memberikan data


komparatif skala besar tentang perilaku tertentu yang dilakukan dengan
metode yang lebih terstruktur, tetapi dapat menghasilkan data yang jauh
lebih rinci tentang perilaku individu atau kelompok tertentu dalam latar
tertentu. Ini memberikan data kualitatif yang, dalam kombinasi dengan
data jenis lain, dapat menjelaskan dasar sosial dan budaya interaksi
manusia. Pengamatan yang kurang terstruktur seringkali melibatkan
peneliti menghabiskan waktu lama di lapangan, membangun hubungan
dan berpartisipasi dalam interaksi sosial dengan subjek. Tujuannya
adalah agar subjek mempercayai peneliti dan menjadi terbiasa dengan
kehadirannya. Akibatnya, data yang dihasilkan kurang dipengaruhi oleh
reaktivitas oleh peneliti dan proses penelitian. Pengamatan yang kurang
terstruktur memberikan data yang memungkinkan peneliti, sebagai
orang luar, untuk melihat dunia sosial lebih banyak dari sudut pandang
orang yang dipelajari. Ini memberi pemahaman tentang perspektif orang
dalam. Karena setiap orang lebih mampu mengapresiasi konteks budaya
dari perilaku dan mengkaji motif dan makna yang diberikan kepada
perilaku oleh subjek, mampu memahami tindakan sosial mereka.
Pengamatan yang kurang terstruktur juga memberi peneliti kesempatan
untuk memeriksa cara interaksi dan makna sosial berubah dan
berkembang dari waktu ke waktu, dan cara tatanan sosial secara aktif
dibangun oleh aktor sosial melalui interaksi. Akhirnya, metode ini sangat
cocok untuk pengembangan, daripada pengujian teori yang ketat.

144
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pendekatan observasional mana yang diadopsi dalam proyek penelitian


tertentu tergantung pada sifat masalah atau masalah yang sedang
diselidiki, simpati teoretis dan metodologis peneliti, berbagai
pertimbangan praktis, dan terkadang tahap penelitian telah dicapai
(Sapsford & Jupp, 2006).

Ada beberapa hambatan saat melakukan observasi sebagai teknik


pengumpulan data. Ketika individu atau kelompok menjadi sadar bahwa
mereka sedang diamati, mereka mungkin mengubah perilaku mereka.
Bergantung pada situasinya, perubahan ini bisa positif atau negatif, bisa
meningkat atau menurun, misalnya, saat seorang peneliti
mengobservasi produktivitas karyawan, maka bisa jadi mereka akan
berubah menjadi karyawan yang bersemangat dan gesit.

Perubahan perilaku ini mengakibatkan distorsi karena apa yang diamati


mungkin tidak mewakili perilaku normal mereka. Hambatan yang lain
adalah, ada kemungkinan observasi dan/atau pencatatan yang tidak
lengkap, yang bervariasi tergantung metode pencatatannya. Seorang
pengamat mungkin mengamati dengan jeli tetapi dengan mengorbankan
pencatatan yang mendetail. Masalah sebaliknya dapat terjadi ketika
pengamat membuat catatan rinci tetapi dengan demikian melewatkan
beberapa interaksi.

Metode Wawancara

Wawancara adalah metode yang umum digunakan untuk


mengumpulkan informasi dari orang-orang. Menurut Monette et al.,
(1989) wawancara melibatkan pewawancara membacakan pertanyaan
kepada responden dan merekam jawaban mereka. Menurut Burns,
(1997) wawancara adalah pertukaran verbal, seringkali tatap muka,
meskipun telepon dapat digunakan, di mana pewawancara mencoba
untuk memperoleh informasi, keyakinan atau pendapat dari orang lain.
Setiap interaksi orang-ke-orang, baik tatap muka atau sebaliknya,
antara dua atau lebih individu dengan tujuan tertentu disebut
wawancara.

Saat mewawancarai responden, peneliti memiliki kebebasan untuk


menentukan format dan isi pertanyaan yang akan diajukan kepada

145
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

responden, memilih kata-kata pertanyaan, memutuskan cara bertanya


dan memilih urutannya. mereka harus ditanya. Proses mengajukan
pertanyaan ini bisa sangat fleksibel, di mana sebagai pewawancara
memiliki kebebasan untuk memikirkan dan merumuskan pertanyaan
saat muncul di benak seputar masalah yang sedang diselidiki, atau tidak
fleksibel, di mana harus menjaga ketat pertanyaan yang diputuskan,
termasuk susunan kata, urutan, dan cara mereka diminta. Wawancara
diklasifikasikan ke dalam kategori yang berbeda sesuai dengan tingkat
fleksibilitas yaitu wawancara tidak terstruktur dan wawancara
terstruktur (Kumar, 2011). Pada penelitian kuantitatif, wawancara
penting juga dilakukan ketika hasil perhitungan telah ada. Untuk
menegaskan dan menguraikan hasil perhitungan maka wawancara akan
memberikan jastifikasi yang baik.

Wawancara Tidak Terstruktur

Kekuatan wawancara tidak terstruktur adalah kebebasan yang hampir


sepenuhnya yang diberikan dalam hal isi dan struktur. Peneliti bebas
mengurutkan apa pun yang inginkan tanyakan dan juga memiliki
kebebasan penuh dalam hal susunan kata yang digunakan dan cara
menjelaskan pertanyaan kepada responden. Peneliti dapat merumuskan
pertanyaan dan mengajukan masalah secara mendadak, tergantung
pada apa yang terjadi pada peneliti dalam konteks diskusi. Wawancara
tidak terstruktur lazim dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif (lebih
lazim digunakan untuk penelitian kualitatif). Perbedaannya adalah
dalam bagaimana informasi yang diperoleh melalui mereka dalam
menanggapi pertanyaan kemungkinan akan diguna penggunaannya
adalah dalam penelitian kuantitatif, peneliti mengembangkan
kategorisasi respons dari respons yang kemudian dikodekan dan
dikuantifikasi. Dalam penelitian kualitatif, tanggapan digunakan sebagai
deskriptor, seringkali dalam bentuk kata demi kata, dan dapat
diintegrasikan dengan argumen, alur penulisan, dan urutan logika.

Wawancara Terstruktur

Dalam wawancara terstruktur peneliti mengajukan serangkaian


pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya, menggunakan kata-kata

146
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

dan urutan pertanyaan yang sama seperti yang ditentukan dalam jadwal
wawancara. Daftar wawancara adalah daftar pertanyaan tertulis,
terbuka atau tertutup, disiapkan untuk digunakan oleh pewawancara
dalam interaksi orang-ke-orang (tatap muka, melalui telepon atau media
elektronik lainnya).

Perhatikan bahwa daftar wawancara adalah alat/instrumen penelitian


untuk mengumpulkan data, sedangkan wawancara adalah metode
pengumpulan data. Salah satu keuntungan utama dari wawancara
terstruktur adalah memberikan informasi yang seragam, yang menjamin
keterbandingan data. Wawancara terstruktur membutuhkan lebih
sedikit keterampilan wawancara daripada wawancara tidak terstruktur.
Lebih lazim digunakan pada penelitian kuantitatif.

Keuntungan Dari Wawancara

Wawancara lebih tepat untuk situasi yang kompleks. Ini adalah


pendekatan yang paling tepat untuk mempelajari area yang kompleks
dan sensitif karena pewawancara memiliki kesempatan untuk
mempersiapkan responden sebelum mengajukan pertanyaan sensitif
dan menjelaskan pertanyaan kompleks kepada responden secara
langsung. Ini berguna untuk mengumpulkan informasi mendalam.
Dalam situasi wawancara, penyidik dapat memperoleh informasi yang
mendalam dengan cara probing. Oleh karena itu, dalam situasi di mana
informasi mendalam diperlukan, wawancara adalah metode
pengumpulan data yang lebih disukai.

Informasi dapat ditambahkan. Seorang pewawancara dapat melengkapi


informasi yang diperoleh dari tanggapan dengan yang diperoleh dari
pengamatan reaksi non-verbal. Pertanyaan dapat dijelaskan. Kecil
kemungkinan pertanyaan akan disalahpahami karena pewawancara
dapat mengulangi pertanyaan atau memasukkannya ke dalam bentuk
yang dipahami oleh responden. Wawancara memiliki aplikasi yang lebih
luas. Wawancara dapat digunakan dengan hampir semua jenis populasi:
anak-anak, orang cacat, buta huruf atau orang yang sudah tua (Kumar,
2011).

147
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kelemahan Wawancara

Wawancara memakan waktu dan mahal. Hal ini terutama terjadi ketika
calon responden tersebar di wilayah geografis yang luas. Kualitas data
tergantung pada kualitas interaksi. Dalam sebuah wawancara kualitas
interaksi antara pewawancara dan yang diwawancarai kemungkinan
akan memengaruhi kualitas informasi yang diperoleh. Selain itu, karena
interaksi dalam setiap wawancara bersifat unik, kualitas tanggapan yang
diperoleh dari wawancara yang berbeda dapat sangat bervariasi. Kualitas
data tergantung pada kualitas pewawancara. Dalam situasi wawancara,
kualitas data yang dihasilkan dipengaruhi oleh pengalaman,
keterampilan, dan komitmen pewawancara. Kualitas data dapat
bervariasi ketika banyak pewawancara digunakan. Penggunaan
beberapa pewawancara dapat memperbesar masalah yang diidentifikasi
dalam dua poin sebelumnya. Peneliti dapat memperkenalkan biasnya.
Bias peneliti dalam membingkai pertanyaan dan interpretasi tanggapan
selalu memungkinkan. Jika wawancara dilakukan oleh seseorang atau
beberapa orang, dibayar atau sukarela, selain peneliti, mungkin juga
mereka menunjukkan bias dalam cara mereka menginterpretasikan
tanggapan, memilih kategori tanggapan atau memilih kata-kata untuk
meringkas pendapat yang diungkapkan responden.

Metode Kuesioner

Menurut Kumar, (2011), kuesioner adalah formulir yang disiapkan dan


didistribusikan untuk tujuan pengamanan tanggapan. Umumnya
pertanyaan-pertanyaan ini bersifat faktual dan dirancang untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi atau praktik tertentu, yang
penerimanya dianggap memiliki pengetahuan. Goode & Hatt, (1952)
mendefinisikan kuesioner sebagai alat untuk mengamankan jawaban
atas pertanyaan dengan menggunakan formulir yang diisi sendiri oleh
responden. Barr et al., (1953) mengatakan bahwa kuesioner terdiri dari
pengertian pertanyaan atau pernyataan di mana individu diminta untuk
menjawab pertanyaan yang sering diajukan tentang fakta atau pendapat,
sikap atau preferensi responden.

148
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kuesioner dapat dianggap sebagai bentuk wawancara di atas kertas.


Prosedur dapat dianggap sebagai bentuk wawancara di atas kertas.
Prosedur pembuatan kuesioner mengikuti pola yang mirip dengan jadwal
wawancara. Namun, karena kuesioner bersifat impersonal, maka sangat
penting untuk memperhatikan konstruksinya. Karena tidak ada
pewawancara untuk menjelaskan ambiguitas atau untuk memeriksa
kesalahpahaman, kuesioner harus sangat jelas dalam kerjanya.
Berbagai kemungkinan jawaban untuk setiap pertanyaan harus
diantisipasi lebih lengkap daripada wawancara. Kuesioner merupakan
perangkat pengumpulan data yang paling banyak digunakan dan paling
banyak disalahgunakan.

Desain Kuesioner

Agar kuesioner dapat diterima dan diisi dengan baik, maka peneliti
harus merancang format yang menarik. Banyak kuesioner yang tidak
menarik berakhir di keranjang sampah, bukan di tangan pengirimnya.
Untuk meningkatkan daya tarik instrumen, pilihlah judul yang jelas,
ringkas, dan deskriptif dari proyek penelitian, dan gunakan pertanyaan
yang diketik atau dicetak dengan baik dengan jarak yang tepat dan
mudah dibaca. Biasanya disarankan untuk mengelompokkan
pertanyaan yang sifatnya serupa.

Jenis Butir Kuesioner

Ada dua jenis butir kuesioner yang umum digunakan yaitu butir formulir
tidak terbatas atau terbuka, dan butir formulir terbatas atau tertutup.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga peneliti harus
memutuskan mana yang lebih mungkin menghasilkan data yang
dibutuhkan dalam proyek penelitian tertentu.

Butir bentuk terbuka disebut juga sebagai item “Open end”, “Short-
answer”, atau “Free-response” karena dalam menawarkan pertanyaan
terdapat ruang yang disediakan di mana responden diminta untuk
menuliskan jawabannya. Jenis butir ini memungkinkan penjelasan,
tetapi tanggapan bisa sulit untuk diringkas dan ditabulasikan.
Tanggapan juga mungkin terlalu singkat, atau responden mungkin telah
menghilangkan informasi penting.

149
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Butir bentuk tertutup disebut juga sebagai tipe "terbatas" atau


"terstruktur". Ini terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang
ditanggapi seseorang dengan memilih satu atau lebih pilihan, seperti "ya"
atau "tidak" atau “setuju” dan “tidak setuju”.Dalam satu variasi jenis ini,
responden diminta untuk menggaris-bawahi penghargaan dari dua atau
lebih alternatif. Variasi lain membutuhkan peringkat pilihan. Model
pernyataan tertutup meningkatkan keandalan dan konsistensi data.
Salah satu batasan butir ini adalah adalah bahwa responden tidak
memiliki kesempatan untuk menjelaskan mengapa dia memberikan
tanggapan tertentu, dan ini penting dalam beberapa jenis studi
penelitian. Model ini juga membatasi ruang lingkup dan kedalaman
tanggapan, sehingga penggunaannya dalam mengukur sikap, perasaan,
dan aspek perilaku tertentu mungkin terbatas. Ada kemungkinan juga
bahwa jawaban yang harus dipilih responden tidak sesuai untuk semua
individu yang diberikan kuesioner.

Mempersiapkan dan Mengadministrasikan Kuesioner

Ada kuesioner yang sudah divalidasi dan telah lolos uji reliabilitas
sehingga itu dapat digunakan untuk penelitian sosial. Proses validasi
dan reliabilitasnya bukan karena seorang peneliti telah melakukan
proses validasi dan reliabilitas dengan menggunakan program statistik,
tetapi lebih dari itu, yaitu telah dilakukan proses validasi dan reliabilitas
yang panjang dari para ahli. Biasanya, produknya sudah dikomersilkan
dan dijual. Ini bisa langsung digunakan dalam sebuah penelitian. Tetapi,
bukan berarti peneliti tidak dapat membuat kuesioner. Kuesioner dapat
dibuat oleh peneliti. Penting untuk memahami bagaimana cara membuat
kuesioner.

Berikut saya menjelaskan poin penting tentang cara untuk


mempersiapkan dan membuat kuesioner:

a. Dari konsep, pilih dimensi yang uraian keterangannya panjang.


Mengapa penting untuk memilih dimensi dengan uraian yang
panjang? Untuk memudahkan peneliti menciptakan beberapa
indikator pernyataaan.

150
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

b. Siapkan minimal dua sampai tiga pernyataan untuk setiap dimensi.


Mengapa penting untuk membuat dua sampai tiga pernyataan?
Untuk mengantisipasi jika ada pernyataan yang tidak valid, maka
masih ada satu pernyataan valid lainnya yang mewakili dimensi
tersebut.

c. Saat mempersiapkan pertanyaan/pernyataan, pastikan (Kumar,


2011):

1) Pernyataan/pertanyaan tidak bias; pertanyaan atau jawaban


tidak boleh dibuat sedemikian rupa sehingga mengarahkan
responden kepada jawaban yang diinginkan.

2) Buatlah pertanyaan sesederhana mungkin;


pernyataan/pertanyaan tidak hanya harus pendek, tetapi juga
harus sederhana. Pertanyaan yang mencakup banyak ide atau
dua pertanyaan dalam satu pertanyaan akan membingungkan
dan disalahpahami.

3) Hindari jargon, singkatan, dan kata-kata yang tidak umum

4) Pernyataan/pertanyaannya harus sangat spesifik

5) Pernyataan/pertanyaan disusun dalam kategori yang


memastikan respons yang mudah dan akurat.

6) Hindari pertanyaan negatif di dalamnya

7) Pertanyaan lebih sulit dipahami jika ditanyakan dalam arti


negatif. Lebih baik mengatakan “Apakah Anda pernah
menyontek?” daripada “Apakah Anda tidak pernah menyontek?”

8) Jangan menggunakan kata-kata yang mengakibatkan seseorang


salah dengar. Misalnya, (dalam bahasa Inggris: what do you
know about black sect?) Pertanyaan ini cenderung membuat
responden salah dengar.

9) Hindari pertanyaan/pernyataan yang mengganggu, sensitif, atau


membangkitkan permusuhan pada responden.

d. Pelajari beberapa kuesioner lain sebelum membuat kuesioner


sendiri.

151
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

e. Jika mengalami kebingungan dalam menyusun kuesioner cari


bantuan dari para ahli/dosen metodologi/dosen pembimbing.

f. Setelah kuesioner selesai, lakukan validasi narasi kepada para ahli


bahasa Indonesia (jika kuesioner dibuat dalam bahasa Indonesia),
kepada orang-orang yang sudah berpengalaman membuat kuesioner
(untuk menanyakan apakah kuesioner yang dibuat telah memenuhi
syarat poin a-i), kepada dosen yang kompetensinya dibidang yang
diteliti (untuk memastikan pernyataan telah sesuai dengan dimensi
yang dipilih), dan kepada beberapa teman (khusus untuk
menanyakan pemahaman mereka saat membaca kuesioner, apakah
sudah sesuai dengan apa yang dimaksud).

g. Hasil revisi/review/perbaikan dari validator, maka peneliti


melakukan perbaikan kembali atas kuesionernya.

h. Kuesioner harus terlihat menarik (layout, font, ukuran huruf),


tersusun rapih, diperbanyak dengan jelas dan bebas dari kesalahan
ketik.

i. Lakukan uji coba (pilot test) terhadap kuesioner yang telah dikoreksi.
Uji coba adalah bagian yang sering diabaikan tetapi sangat penting
dari proses penelitian. Ini membantu mendeteksi masalah potensial
dalam desain dan/atau instrumentasi penelitian (misalnya, apakah
pertanyaan yang diajukan dapat dipahami oleh sampel yang
ditargetkan), dan untuk memastikan bahwa instrumen pengukuran
yang digunakan dalam penelitian adalah ukuran yang andal dan
valid dari konstruksi yang diminati. Sampel percontohan biasanya
sebagian kecil dari populasi sasaran. Setelah uji coba yang berhasil,
peneliti kemudian dapat melanjutkan dengan pengumpulan data
menggunakan populasi sampel. Data yang dikumpulkan dapat
bersifat kuantitatif atau kualitatif, tergantung pada metode
penelitian yang digunakan (Bhattacherjee, 2012).

j. Pilih responden dengan hati-hati. Adalah penting bahwa kuesioner


dikirim hanya kepada mereka yang memiliki informasi yang
diinginkan atau mereka yang cukup tertarik untuk menanggapi
dengan hati-hati dan objektif. Dalam studi tentang pengembalian

152
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

kuesioner menemukan bahwa proporsi pengembalian yang lebih


besar diperoleh ketika kuesioner diberikan kepada kepala
administrasi suatu organisasi, daripada langsung ke orang yang
memiliki informasi yang diinginkan, ketika atasan menyerahkan
kuesioner kepada anggota staf untuk diisi, tersirat ada perasaan
kewajiban. Misalnya, jika perlu pengisian kuesioner kepada
mahasiswa dalam satu program studi, maka lebih baik untuk
memintakan tolong kepada dosen-dosen yang mengajar kepada
mahasiswa tersebut, daripada langsung kepada mahasiswa
bersangkutan (Bhattacherjee, 2012).

k. Pastikan untuk menyertakan surat pengantar yang sopan dan


dibuat dengan hati-hati untuk menjelaskan tujuan penelitian. Surat
itu perlu menyertakan permohonan agar responden membantu
untuk mengisinya dengan benar, dan sungguh-sungguh. Surat
pengantar harus meyakinkan responden bahwa informasi sensitif
akan dijaga kerahasiaannya. Penjelasan sponsor disebutkan. Jika
harus menggunakan pengiriman, maka amplop pengembalian
beralamat dan perangko harus disertakan.

l. Ketika responden lupa/terlambat menyerahkan hasil kuesioner,


tidak ada salahnya memberikan peringatan dengan kalimat yang
sopan.

Kuesioner memiliki beberapa keunggulan. Penggunaan kuesioner relatif


mudah dan murah. Terutama ketika diberikan secara kolektif untuk
populasi penelitian, itu adalah metode pengumpulan data yang sangat
murah. Kuesioner juga menawarkan anonimitas yang lebih besar.
Karena tidak ada interaksi tatap muka antara responden dan
pewawancara, metode ini memberikan anonimitas yang lebih besar.
Dalam beberapa situasi di mana pertanyaan sensitif diajukan, ini
membantu meningkatkan kemungkinan memperoleh informasi yang
akurat.

153
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Meskipun kuesioner memiliki beberapa kekuatan, kuesioner juga


memiliki kelemahan, terutama untuk kualitas data. Kumar, (2011)
menjelaskan kelemahan-kelamahan peneliti yang menggunakan
kuesioner yaitu:

a. Aplikasi terbatas. Salah satu kelemahan utama adalah bahwa


aplikasi terbatas pada populasi studi yang dapat membaca dan
menulis. Ini tidak dapat digunakan pada populasi yang buta huruf,
sangat muda, sangat tua, atau cacat.

b. Tingkat respons rendah. Kuesioner terkenal karena tingkat


responsnya yang rendah; artinya, orang gagal mengembalikannya.
Jika peneliti berencana untuk menggunakan kuesioner, perlu
diingat bahwa karena tidak semua orang akan mengembalikan
kuesioner mereka, ukuran sampel akan berkurang. Tingkat respons
bergantung pada sejumlah faktor: minat sampel terhadap topik
penelitian; tata letak dan panjang kuesioner; kualitas surat yang
menjelaskan tujuan dan relevansi penelitian; dan metodologi yang
digunakan untuk menyampaikan kuesioner. Terkadang tingkat
responsif bisa serendah 20%, dan jika telah mendapatkan 50%
responden, maka itu sudah sangat beruntung. Tidak semua orang
yang menerima kuesioner mengembalikannya, jadi ada bias memilih
sendiri. Mereka yang mengembalikan kuesionernya mungkin
memiliki sikap, atribut atau motivasi yang berbeda dengan mereka
yang tidak mengembalikannya. Oleh karena itu, jika tingkat respons
sangat rendah, temuan tidak mewakili total populasi penelitian.

c. Kesempatan untuk mengklarifikasi masalah kurang. Jika, karena


alasan apa pun, responden tidak memahami beberapa pertanyaan,
hampir tidak ada kesempatan bagi mereka untuk menjelaskan
artinya kecuali mereka menghubungi peneliti. Jika responden yang
berbeda menginterpretasikan pertanyaan secara berbeda, hal ini
akan memengaruhi kualitas informasi yang diberikan.

d. Kuesioner yang dikirimkan tidak sesuai ketika tanggapan spontan


diperlukan, karena kuesioner memberikan waktu kepada responden
untuk berefleksi sebelum menjawab.

154
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

e. Respon terhadap suatu pertanyaan dapat dipengaruhi oleh respon


terhadap pertanyaan lainnya. Karena responden dapat membaca
semua pertanyaan sebelum menjawab (biasanya itu yang
seringterjadi), cara mereka menjawab pertanyaan tertentu dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan mereka tentang pertanyaan lainnya.

f. Dimungkinkan untuk berkonsultasi dengan orang lain. Dengan


kuesioner yang dikirimkan, responden dapat berkonsultasi dengan
orang lain sebelum menanggapi. Dalam situasi di mana penyidik
hanya ingin mengetahui pendapat populasi studi, metode ini tidak
tepat, meskipun meminta responden untuk mengungkapkan
pendapat mereka sendiri dapat membantu.

g. Tanggapan tidak dapat dilengkapi dengan informasi lainnya.


Wawancara terkadang dapat dilengkapi dengan informasi dari
metode pengumpulan data lainnya seperti observasi. Namun,
kuesioner tidak memiliki keunggulan ini.

Metode Jadwal

Cara pengumpulan data ini sangat mirip dengan pengumpulan data


melalui kuesioner, dengan sedikit perbedaan yaitu jadwal yaitu proforma
berisi kumpulan pertanyaan yang diisi oleh pencacah yang khusus
ditunjuk untuk itu. Pencacah ini bersama dengan jadwal, mendatangi
responden, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari proforma dalam
urutan daftar pertanyaan dan mencatat jawaban di tempat yang
dimaksudkan untuk yang sama di proforma. Dalam situasi tertentu,
jadwal dapat diserahkan kepada responden dan pencacah dapat
membantu mereka mencatat jawaban atas berbagai pertanyaan dalam
jadwal tersebut. Pencacah menjelaskan tujuan dan objek penyelidikan
dan juga menghilangkan kesulitan yang atau konsep istilah-istilah sulit
(Kothari, 2004).

Metode ini membutuhkan pemilihan pencacah untuk mengisi jadwal


atau membantu responden mengisi jadwal dan karena itu pencacah
harus dipilih dengan sangat hati-hati. Pencacah harus dilatih untuk
melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan sifat serta ruang lingkup
investigasi harus dijelaskan kepada mereka secara menyeluruh sehingga

155
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

mereka dapat memahami dengan baik implikasi dari berbagai


pertanyaan yang dimasukkan dalam jadwal. Pencacah harus cerdas dan
harus memiliki kemampuan pemeriksaan silang untuk menemukan
kebenaran. Yang terpenting, mereka harus jujur, tulus, pekerja keras
dan harus memiliki kesabaran dan ketekunan. Metode pengumpulan
data ini sangat berguna dalam penyelidikan ekstensif dan dapat
memberikan hasil yang cukup andal. Namun, ini sangat mahal dan
biasanya diadopsi dalam investigasi yang dilakukan oleh lembaga
pemerintah atau oleh beberapa organisasi besar. Sensus penduduk di
seluruh dunia dilakukan melalui metode ini (Kothari, 2004).

2. Pengumpulan Data Sekunder

Menurut Kothari, (2004), data sekunder berarti data yang sudah tersedia
yaitu merujuk pada data yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh
orang lain. Ketika peneliti menggunakan data sekunder, maka ia harus
mencari ke berbagai sumber dari mana ia bisa memperolehnya. Dalam
hal ini tentunya dia tidak dihadapkan pada masalah yang biasanya
terkait dengan pengumpulan data asli. Data sekunder dapat berupa data
yang dipublikasikan atau data yang tidak dipublikasikan. Biasanya data
yang dipublikasikan tersedia di: 1). berbagai publikasi pemerintah pusat,
negara bagian, dan daerah; 2). berbagai publikasi pemerintah asing atau
badan internasional dan organisasi pendukungnya; 3). jurnal teknis dan
perdagangan; 4). buku, majalah dan surat kabar; 5). laporan dan
publikasi dari berbagai asosiasi yang terkait dengan bisnis dan industri,
bank, bursa efek, dll.; 6). laporan yang disiapkan oleh peneliti,
Universitas, ekonom, dll. di berbagai bidang; dan 7). catatan dan statistik
publik, dokumen sejarah, dan sumber informasi publikasi lainnya.

Sumber data yang tidak dipublikasikan banyak; mereka dapat


ditemukan dalam buku harian, surat, biografi dan otobiografi yang tidak
diterbitkan dan juga tersedia dengan para sarjana dan pekerja
penelitian, asosiasi perdagangan, biro tenaga kerja dan individu dan
organisasi publik/swasta lainnya.

Sangat berisiko menggunakan data yang sudah tersedia. Data yang


sudah tersedia harus digunakan oleh peneliti hanya jika dia merasa

156
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: TEKNIK PENGUMPULAN DATA

dapat diandalkan, cocok dan memadai. Tetapi dia tidak boleh


mengabaikan begitu saja penggunaan data tersebut jika tersedia dari
sumber otentik dan juga cocok dan memadai karena dalam hal itu tidak
ekonomis untuk. Sebelum menggunakan data sekunder, maka data
perlu memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Reliabilitas data: Reliabilitas dapat diuji dengan mencari tahu hal-


hal tentang data tersebut:

1) Siapa yang mengumpulkan data?

2) Apa sumber datanya?

3) Apakah mereka dikumpulkan dengan menggunakan metode


yang tepat

4) Pada jam berapa mereka dikumpulkan?

5) Apakah ada bias dari penyusun?

6) Berapa tingkat akurasi yang diinginkan?

7) Apakah itu tercapai?

b. Kesesuaian data: Data yang cocok untuk satu penyelidikan belum


tentu ditemukan cocok dalam penyelidikan lain. Oleh karena itu, jika
data yang tersedia ditemukan tidak sesuai, mereka tidak boleh
digunakan oleh peneliti. Dalam konteks ini, peneliti harus dengan
cermat mencermati definisi berbagai istilah dan satuan
pengumpulan yang digunakan pada saat mengumpulkan data dari
sumber primer aslinya. Demikian pula, objek, ruang lingkup, dan
sifat penyelidikan asli juga harus dipelajari. Jika peneliti
menemukan perbedaan dalam hal ini, data akan tetap tidak cocok
untuk penelitian ini dan tidak boleh digunakan.

c. Kecukupan data: Jika tingkat akurasi yang dicapai dalam data


ditemukan tidak memadai untuk tujuan penelitian ini, data tersebut
akan dianggap tidak memadai dan tidak boleh digunakan oleh
peneliti. Data juga akan dianggap tidak memadai, jika terkait dengan
area yang lebih sempit atau lebih luas dari area penyelidikan ini.

157
158
BAB 7
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN
UJI RELIABILITAS

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami pengertian validitas.

2. Agar mahasiswa mampu melakukan uji validitas.

3. Agar mahasiswa memahami pengertian uji reliabilitas.

4. Agar mahasiswa mampu melakukan uji reliabilitas.

5. Agar mahasiswa memahami factor yang memengaruhi reliabilitas


instrument penelitian

6. Agar mahasiswa memahami validitas dan reliabilitas dalam penelitian


kualitatif

Pokok Bahasan

1. Valitidas

2. Reliabilitas

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen Penelitian

4. Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

159
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes menjelaskan uji validitas dan menentukan uji validitas untuk


proposal penelitian

4. Tes menjelaskan uji reliabilitas dan menentukan uji reliabilitas untuk


proposal penelitian

Pendahuluan

B agaimana seorang peneliti bisa tahu jika ukuran pada penelitian sosial
itu baik? Apa yang menyebabkan kepercayaan diri para peneliti
menggunakan alat ukur? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan
pembahasan dua faktor kunci: reliabilitas dan validitas.

Untuk semua jenis penelitian, termasuk penelitian kualitatif, kemungkinan


kunci kontrol kualitas berkaitan dengan validitas penelitian dan temuannya.
Studi yang valid adalah studi yang telah mengumpulkan dan menafsirkan
datanya dengan benar, sehingga kesimpulannya secara akurat
mencerminkan dan mewakili dunia nyata yang dipelajari. Sebaliknya, studi di
bidang apa pun tidak ada gunanya jika sampai pada temuan yang salah.
Hasil ekstrem seperti itu tidak mungkin terjadi, tetapi studi tetap harus
menggunakan fitur desain yang akan memperkuat validitas klaim dan
temuan mereka. Untuk menentukan apakah ukuran yang digunakan efektif
adalah dengan menilai keandalannya yang sering disebut reliabilitas.

160
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Validitas

Validitas adalah kunci penting untuk penelitian yang efektif. Jika sebuah
penelitian tidak valid maka itu tidak berharga. Validitas dengan demikian
merupakan persyaratan untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif/naturalistik. Validitas adalah tentang kejujuran data. Suatu
ukuran perilaku dikatakan valid jika mengukur apa yang telah dirancang
untuk diukur.

Untuk mengkaji konsep validitas, contoh berikut akan memudahkan peneliti


untuk mengerti konsep validitas. Misalkan peneliti telah merancang sebuah
studi untuk memastikan kebutuhan kesehatan masyarakat. Dengan
demikian, peneliti telah mengembangkan jadwal wawancara. Lebih lanjut
misalkan sebagian besar pertanyaan dalam jadwal wawancara berkaitan
dengan sikap populasi penelitian terhadap layanan kesehatan yang
diberikan kepada mereka. Perhatikan bahwa tujuan peneliti adalah untuk
mengetahui tentang kebutuhan kesehatan tetapi jadwal wawancara adalah
untuk mengetahui sikap responden terhadap pelayanan kesehatan; dengan
demikian, instrumen tersebut tidak mengukur apa yang dirancang untuk
diukur.

Dalam hal prosedur pengukuran, validitas adalah kemampuan instrumen


untuk mengukur apa yang dirancang untuk diukur. Validitas didefinisikan
sebagai sejauh mana peneliti telah mengukur apa yang telah ditetapkan
untuk diukur (Smith, 1991). Menurut Kerlinger, (1986), definisi validitas
yang paling umum dilambangkan dengan pertanyaan: Apakah peneliti
mengukur apa yang menurutnya sedang diukur? Ada berbagai jenis validitas
dalam penelitian kuantitatif:

1. Validitas Kuantitatif. Dalam validitas data kuantitatif dapat ditingkatkan


melalui pengambilan sampel yang hati-hati, instrumentasi yang tepat
dan perlakuan statistik yang tepat dari data. Tidak mungkin penelitian
100 persen valid; itulah optimisme kesempurnaan. Penelitian kuantitatif
memiliki ukuran kesalahan standar yang dibangun dan yang harus
diakui. Dalam data kualitatif, subjektivitas responden, pendapat, sikap,
dan perspektif mereka bersama-sama berkontribusi pada tingkat bias.

161
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Validitas, kemudian, harus dilihat sebagai masalah derajat bukan


sebagai keadaan absolut (Gronlund, 1981).

Hasil penelitian ini tidak akan ada artinya tanpa pengukuran yang valid.
Ukuran kunci dalam penelitian ini adalah prestasi matematika, dan para
peneliti ini perlu menunjukkan bahwa ukuran prestasi matematika
mereka memang mengukur konstruk tersebut. Meskipun tidak mungkin
untuk membuktikan secara meyakinkan bahwa suatu ukuran itu valid,
ada berbagai jenis validitas yang dapat coba capai, sehingga memberikan
kredibilitas pada ukuran (Adler & Clark, 2011).

2. Validitas wajah (Face Validity). Validitas wajah (Face Validity) adalah


istilah validasi yang dibuat tentang apakah pada pandangan pertama
dan berdasarkan akal sehat, ukuran melakukan apa yang dikatakan
atau tidak. Jika peneliti mempresentasikan ukuran tersebut kepada
seseorang yang berjalan di jalan, dia akan tahu ukuran apa yang
seharusnya diperiksa atau dipertimbangkan. Validitas wajah mengacu
pada proses membangun hubungan antar butir instrumen (Kumar,
2011).

3. Validitas Isi (Content Validity). Validitas isi adalah penilaian yang dibuat
oleh para ahli di bidang tertentu bahwa ukuran itu valid. Jika peneliti
mempresentasikan tindakan tersebut kepada sekelompok ahli, mereka
akan setuju bahwa tindakan tersebut sah. Validtias isi adalah untuk
memastikan bahwa objek dan pertanyaan mencakup spektrum penuh
dari masalah atau sikap yang sedang diukur. Keabsahan butir-butir
instrumen jika dilihat dari perspektif ini disebut sebagai validitas isi
(Kumar, 2011).

4. Validitas konstruk. Ini didasarkan pada prosedur statistik. Ini


ditentukan dengan memastikan kontribusi masing-masing konstruk
terhadap total varians yang diamati dalam suatu fenomena (Kumar,
2011). Validitas konstruk berarti pengukurannya menyentuh konsep
dan konsep-konsep terkait penelitian. Mencapai validitas konstruk
mengharuskan untuk membuat definisi operasional yang sangat spesifik
(Fallon, 2016). Pengukuran “burnout”, misalnya, lebih cenderung
menguji hal-hal seperti faktor yang menyebabkan stres kerja yang

162
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

dirasakan daripada mengukur kosa kata “burnout”. Pengukuran


kecerdasan lebih cenderung baik untuk langsung menggunakan
pengukuran tentang Taraf Kecerdasan Intelektual daripada kosa kata.
Kecerdasan adalah contoh konstruk kompleks yang memiliki banyak
aspek, dan validitas konten mengacu apakah setiap pertanyaan mampu
mengevaluasi setiap aspek tersebut. Validitas isi mengacu pada sejauh
mana item atau perilaku sepenuhnya mewakili konsep yang diukur
(Goodwin, 2010).

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana ukuran tepat sasaran


untuk mengukur konstruk yang sedang dipelajari. Lebih jelas lagi,
validitas konstruk menyangkut apakah suatu tes secara memadai
mengukur beberapa konstruk, dan tes itu berhubungan langsung
dengan apa yang sekarang menjadi konsep yang dikenal dengan “definisi
operasional”. Sebuah konstruksi adalah beberapa faktor hipotetis yang
telah dikembangkan sebagai bagian dari teori untuk membantu
menjelaskan beberapa fenomena atau dibuat sebagai istilah singkatan
untuk sekelompok perilaku terkait. Konstruksi tidak pernah diamati
secara langsung, tetapi dikembangkan. Mengembangkan definisi
operasional adalah sebagai cara untuk menyelidikinya secara empiris,
dan kemudian mengembangkan tindakan untuknya. Misalnya,
''kecerdasan emosional'' adalah konstruksi yang secara operasional
didefinisikan sebagai skor pada tes kertas dan pensil dengan butir yang
dirancang untuk mengidentifikasi mereka yang terampil membaca emosi
orang lain. Validitas konstruk berkaitan dengan apakah pengukuran
tertentu benar-benar mengukur konstruk. Kepercayaan pada validitas
konstruk terakumulasi secara bertahap dan induktif saat penelitian
menghasilkan hasil yang mendukung. Studi yang menetapkan validitas
kriteria juga berkontribusi pada penelitian yang menetapkan validitas
konstruk. Namun, penelitian yang menetapkan validitas konstruk juga
mencakup teknik lain yang diyakini dapat menetapkan apa yang dikenal
sebagai validitas konvergen dan diskriminan. Validitas konvergen
mensyaratkan bahwa skor yang diperoleh pada suatu tes yang
mengukur beberapa konstruk dihubungkan dengan skor yang diperoleh
pada tes lain yang secara teoritis terkait dengan konstruk tersebut.

163
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Namun, validitas divergen mensyaratkan bahwa skor tersebut tidak


terkait dengan skor yang diperoleh pada tes lain yang secara teoritis
tidak terkait dengan konstruk (validitas diskriminan) (Goodwin, 2010).

Misalnya, konstruk “self-efficacy.” Ini adalah konstruksi yang pertama


kali dikembangkan oleh dan mengacu pada penilaian kemampuan untuk
mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
jenis pertunjukan yang ditentukan. Siswa dengan tingkat efikasi diri
yang tinggi tentang tugas sekolah mereka, dipercaya bahwa mereka
memiliki kemampuan akademik yang baik, tahu apa yang harus
dilakukan untuk mendapatkan nilai bagus, dan cenderung
mendapatkan nilai bagus. Untuk meningkatkan kepercayaan pada
validitas konstruk dari sebuah tes yang dirancang untuk mengukur self-
efficacy, misalnya, seseorang dapat membandingkan skor self-efficacy
dengan yang sudah ada pada tes locus of control (LOC) dan kepercayaan
diri. LOC menyangkut keyakinan pribadi tentang penyebab dari apa yang
terjadi pada diri. Mereka yang memiliki LOC internal percaya bahwa
mereka mengendalikan apa yang terjadi pada mereka (dengan bekerja
keras, misalnya), sementara mereka yang memiliki LOC eksternal
percaya bahwa kekuatan dari luar (keberuntungan, misalnya)
menentukan apa yang terjadi pada mereka. Seseorang dengan tingkat
self-efficacy yang tinggi mungkin juga seseorang dengan LOC internal.
Dengan demikian, penelitian yang menunjukkan hubungan yang kuat
antara keduanya akan memperkuat validitas konstruk ukuran efikasi
diri karena validitas konvergen akan ditunjukkan. Di sisi lain,
kepercayaan diri belum tentu terkait dengan self-efficacy. Seseorang
dengan self-efficacy yang tinggi mungkin memang percaya diri, tetapi
banyak orang dengan kepercayaan diri yang tinggi mungkin percaya diri
karena alasan yang salah dan tidak memiliki self-efficacy yang tinggi.
Peneliti mungkin pernah bertemu dengan beberapa orang yang
menunjukkan rasa percaya diri, tetapi tidak memiliki banyak substansi
untuk mendukungnya. Jadi penelitian yang menunjukkan bahwa
ukuran efikasi diri dan kepercayaan diri tidak berhubungan atau hanya
berhubungan lemah akan membentuk validitas diskriminan untuk
ukuran efikasi diri (Goodwin, 2010).

164
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Contoh lain adalah misalkan peneliti tertarik untuk melakukan studi


untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja di antara karyawan suatu
organisasi. Peneliti menganggap status, sifat pekerjaan dan remunerasi
sebagai tiga faktor terpenting yang menunjukkan kepuasan kerja, dan
membuat pertanyaan untuk memastikan sejauh mana orang
menganggap setiap faktor penting untuk kepuasan kerja. Setelah pre-
test atau analisis data, peneliti menggunakan prosedur statistik untuk
menetapkan kontribusi setiap konstruk (status, sifat pekerjaan, dan
remunerasi) terhadap varian total (kepuasan kerja). Kontribusi faktor-
faktor tersebut terhadap total varian merupakan indikasi tingkat
validitas instrumen. Semakin besar varian yang disebabkan oleh
konstruk, semakin tinggi validitas instrumen (Kumar, 2011).

5. Validitas statistik. Validitas statistik mengacu pada apakah analisis


statistik yang dipilih sesuai dan apakah kesimpulan yang diambil
konsisten dengan analisis statistik dan aturan hukum statistik
(Goodwin, 2010).

6. Validitas ekologi. Validitas ekologi berarti bahwa temuan dapat


digeneralisasikan ke dunia nyata. Dengan kata lain, hasilnya tidak
hanya terjadi di laboratorium atau pengaturan buatan lainnya, tetapi
juga dapat diterapkan di dunia nyata (Goodwin, 2010).

7. Validitas Kriteria. Tes validitas yang lebih kritis disebut validitas kriteria,
yang menyangkut apakah ukuran dapat secara akurat meramalkan
beberapa perilaku di masa depan atau secara bermakna terkait dengan
beberapa ukuran perilaku lainnya. Agar sebuah tes dapat berguna
sebagai tes Taraf Kecerdasan Intelektual, misalnya, tes tersebut harus
melakukan pekerjaan yang cukup baik dalam memprediksi seberapa
baik prestasi seorang anak di sekolah dan menghasilkan hasil yang
serupa dengan yang dihasilkan oleh ukuran perilaku kecerdasan. Ini
disebut validitas kriteria karena ukuran yang dimaksud terkait dengan
beberapa hasil atau kriteria. Dari contoh yang digunakan maka variabel
kriterianya adalah nilai masa depan di sekolah dan skor pada tes
kecerdasan yang sudah ada. Seperti perkiraan reliabilitas, penelitian
validitas kriteria bersifat korelasional (Goodwin, 2010).

165
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Di luar jenis validitas khusus ini, ada dua bentuk validitas utama yaitu
validitas internal dan eksternal.

1. Validitas internal

Validitas internal berkaitan dengan kausalitas, yaitu apakah faktor X


menyebabkan terjadinya faktor Y? Kadang-kadang mudah untuk
menganggap kausalitas padahal sebenarnya hanya ada asosiasi dua
faktor. Misalnya, apakah motivasi yang kuat menyebabkan atau
menghasilkan kerja tim yang efektif, atau apakah kerja tim yang efektif
menyebabkan atau menyebabkan motivasi yang kuat? Dalam hal ini
kausalitas dapat bekerja dengan cara apa pun atau mungkin merupakan
konsep yang cukup independen. Peneliti juga tidak bisa mengasumsikan
kausalitas. Dalam penelitian bisnis, mudah untuk membuat asumsi
tentang faktor atau "variabel bebas" yang menyebabkan suatu efek atau
variabel terikat. Untuk menguji validitas internal, peneliti harus
mengajukan pertanyaan, apakah variabel independen menjelaskan
sepenuhnya perubahan dalam variabel dependen, atau faktor lain yang
mempengaruhi hasil ini. Biasanya dalam organisasi bisnis, ada sangat
sedikit hubungan sebab dan akibat yang sederhana. Apakah bonus
kinerja membuat seseorang bekerja lebih keras? Berpusat pada faktor-
faktor yang mempengaruhi hubungan internal antara variabel
independen dan dependen yang mendukung penjelasan alternatif untuk
variasi dalam variabel dependen (Adler & Clark, 2011). Validitas internal
berusaha untuk menunjukkan bahwa penjelasan tentang peristiwa,
masalah, atau kumpulan data tertentu yang diberikan oleh suatu
penelitian sebenarnya dapat dipertahankan oleh data tersebut. Dalam
beberapa hal ini menyangkut akurasi, yang dapat diterapkan pada
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Temuan harus menggambarkan
secara akurat fenomena yang diteliti.

2. Validitas eksternal berpusat pada apakah peneliti telah menggeneralisasi


populasi di luar populasi yang didukung oleh pengujian. Misalnya, jika
latar atau subjek penelitian memiliki karakteristik yang sangat unik,
peneliti tidak dapat menggeneralisasikan ke latar atau kelompok lain.
Studi tambahan dengan mata pelajaran dan/atau pengaturan lain akan
diperlukan untuk melihat apakah hasilnya dapat diperluas.

166
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Reliabilitas

Dalam kehidupan sehari-hari kita sangat sering menggunakan kata dapat


diandalkan. Ketika kita mengatakan bahwa seseorang dapat diandalkan, apa
yang dimaksud? Yang dimaksud adalah bahwa dia dapat diandalkan,
konsisten, dapat diprediksi, stabil, dan jujur.

Konsep reliabilitas dalam kaitannya dengan instrumen penelitian memiliki


arti yang sama: jika suatu alat penelitian konsisten dan stabil, sehingga
dapat diprediksi dan akurat, maka dikatakan reliabel. Semakin besar derajat
konsistensi dan stabilitas suatu instrumen, semakin besar reliabilitasnya.
Oleh karena itu, skala atau tes dapat diandalkan sejauh pengukuran ulang
yang dilakukan olehnya dalam kondisi konstan akan memberikan hasil yang
sama (Moser & Kalton, 1989).

Konsep reliabilitas dapat dilihat dari dua sisi yaitu sebereapa andal sebuah
isntrumen, dan seberapa tidak dapat diandalkan sebuah instrumen.

Pertanyaan pertama berfokus pada kemampuan suatu instrumen untuk


menghasilkan pengukuran yang konsisten. Saat mengumpulkan kumpulan
informasi yang sama lebih dari sekali menggunakan instrumen yang sama
dan mendapatkan hasil yang sama atau serupa dalam kondisi yang sama
atau mirip, instrumen dianggap andal. Pertanyaan kedua berfokus pada
tingkat inkonsistensi dalam pengukuran yang dilakukan oleh instrumen
yaitu, tingkat perbedaan dalam pengukuran saat mengumpulkan kumpulan
informasi yang sama lebih dari satu kali, menggunakan instrumen yang
sama dalam kondisi yang sama atau serupa. Oleh karena itu, tingkat
ketidakkonsistenan dalam pengukuran yang berbeda merupakan indikasi
tingkat ketidakakuratannya. Kesalahan ini adalah cerminan dari instrumen
yang tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu, reliabilitas adalah derajat
ketelitian atau ketelitian dalam pengukuran yang dilakukan oleh suatu
instrumen penelitian. Semakin rendah tingkat kesalahan dalam suatu
instrumen, semakin tinggi reliabilitasnya.

Misalkan peneliti mengembangkan kuesioner untuk memastikan prevalensi


kekerasan dalam rumah tangga di suatu komunitas. Peneliti mengelola
kuesioner ini dan menemukan bahwa kekerasan dalam rumah tangga lazim
terjadi, katakanlah, 5% rumah tangga. Jika mengikuti ini dengan survei lain

167
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

menggunakan kuesioner yang sama pada populasi yang sama dalam kondisi
yang sama, dan menemukan bahwa prevalensi kekerasan dalam rumah
tangga, katakanlah, 15 %, kuesioner tersebut belum memberikan hasil yang
sebanding, yang berarti demikian. tidak bisa diandalkan. Semakin kecil
perbedaan antara dua set hasil, semakin tinggi reliabilitas instrumen
(Kumar, 2011).

Menurut Goodwin, reliabilitas adalah tentang keandalan/konsistensi.


Misalnya, jika seseorang mengikuti tes TOEFL beberapa kali, dan setiap kali
tes tersebut menghasilkan skor tes TOEFL yang sama, maka tes TOEFL
tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Secara umum, suatu ukuran
perilaku dapat dikatakan dapat dipercaya jika hasil dari ukuran tersebut
dapat diulangi ketika perilaku yang diukur kembali diukur. Contoh penting
adalah waktu reaksi; keandalan yang tinggi dari metrik ini adalah salah satu
alasan popularitasnya yang berkelanjutan selama bertahun-tahun. Contoh
dari waktu reaksi adalah ketika seseorang yang merespons lampu merah
dalam 0,18 detik pada satu percobaan hampir pasti akan merespons dengan
kecepatan yang hampir sama pada percobaan lain, dan hampir semua
percobaan akan berada di sekitar 0,18 detik. Dari contoh tersebut, peneliti
dapat melihat mengapa keandalan sangat penting dalam ukuran apa pun.
Tanpanya, tidak ada cara untuk menentukan arti skor pada ukuran tertentu
(Goodwin, 2010).

Menurut Vanderstoep & Johnston, (2009), Ada beberapa cara untuk


menentukan keandalan suatu ukuran;

1. Alpha Cronbach adalah cara paling umum untuk menilai reliabilitas.


Alpha Cronbach mengukur sejauh mana item dalam instrumen terkait.
Ini memiliki nilai maksimum 1,0. Nilai yang mendekati 1,0
mencerminkan hubungan yang lebih kuat antara butir tes. Untuk
instrumen dengan alfa tinggi, peserta yang mendapat skor tinggi pada
satu butir tes juga akan mendapat skor tinggi pada butir tes lainnya.
Demikian pula, peserta yang mendapat skor rendah pada satu butir tes
juga akan mendapat skor rendah pada butir tes lainnya. Pengujian
dengan alfa rendah akan menunjukkan bahwa ada sedikit kesamaan
tanggapan. Perhitungan Cronbach’s Alpha dapat dilakukan dengan
menggunakan SPSS.

168
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

2. Reliabilitas Test-Retest (Test-Retest Reliability) mengukur kesamaan skor


peserta pada dua waktu yang berbeda. Semakin besar kesamaan antara
dua set skor, semakin tinggi reliabilitas test-retest. Metode penentuan
reliabilitas ini sering digunakan untuk ukuran pencapaian dan jenis
kinerja lainnya. Misalnya, pendidik ingin nilai tes kecerdasan tetap sama
dari waktu ke waktu. Tes di mana skor siswa serupa di seluruh sesi
pengujian berulang akan memiliki reliabilitas tes ulang yang tinggi.
Prosedur ini dapat memakan waktu lama karena mengharuskan untuk
mengelola instrumen dua kali. Juga, jika pertanyaannya sangat mudah
diingat atau jika hanya sedikit waktu yang berlalu antara dua
administrasi tes, prosedur tes ulang mungkin tidak berfungsi.
Sebaliknya, dua versi tes diperlukan.

3. Reliabilitas Bentuk Paralel (Parallel-Forms Reliability). Sebuah instrumen


memiliki reliabilitas bentuk paralel yang tinggi jika serupa, tetapi tidak
identik, versi dari instrumen yang sama memiliki karakteristik
pengukuran yang sama. Pendekatan paralel-bentuk memecahkan
masalah yang terkait dengan menilai reliabilitas tes-tes ulang. Jika skor
orang pada dua versi yang berbeda serupa, ukuran tersebut memiliki
reliabilitas bentuk paralel. Metode penentuan reliabilitas ini sering
digunakan saat mencoba menentukan apakah suatu ukuran berubah
dari waktu ke waktu. Misalnya, jika menilai prestasi siswa di awal dan
akhir semester dengan dua tes prestasi yang berbeda, formulirnya harus
parallel.

4. Reliabilitas Bentuk Paralel (Parallel-Forms Reliability). Sebuah instrumen


memiliki reliabilitas bentuk paralel yang tinggi jika serupa, tetapi tidak
identik, versi dari instrumen yang sama memiliki karakteristik
pengukuran yang sama. Reliabilitas bentuk parallel memecahkan
masalah yang terkait dengan menilai reliabilitas tes-tes ulang. Jika skor
orang pada dua versi yang berbeda serupa, ukuran tersebut memiliki
reliabilitas bentuk paralel. Metode penentuan reliabilitas ini sering
digunakan saat mencoba menentukan apakah suatu ukuran berubah
dari waktu ke waktu. Misalnya, jika menilai prestasi siswa di awal dan
akhir semester dengan dua tes prestasi yang berbeda, formulirnya harus
paralel.

169
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

5. Keandalan Antar-Penilai (Inter-Rater Reliability). Keandalan antar-penilai


sering digunakan untuk pengamatan perilaku. Suatu ukuran memiliki
reliabilitas antar penilai yang tinggi jika dua orang yang mengamati
suatu perilaku sepakat tentang sifat perilaku itu.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Reliabilitas Instrumen Penelitian


Dalam ilmu sosial tidak mungkin ada alat penelitian yang 100 persen akurat,
bukan hanya karena alat penelitian tidak bisa begitu, tetapi juga karena
tidak mungkin mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi reliabilitas
(Kumar, 2011). Beberapa faktor tersebut adalah:

1. Kata-kata pada pertanyaan. Sedikit ambiguitas dalam kata-kata


pertanyaan atau pernyataan dapat memengaruhi keandalan instrumen
penelitian karena responden dapat menginterpretasikan pertanyaan
secara berbeda pada waktu yang berbeda, sehingga menghasilkan
tanggapan yang berbeda.

2. Pengaturan fisik. Dalam kasus instrumen yang digunakan dalam


wawancara, setiap perubahan dalam pengaturan fisik pada saat
wawancara berulang dapat mempengaruhi tanggapan yang diberikan
oleh responden, yang dapat mempengaruhi reliabilitas.

3. Suasana hati responden. Perubahan suasana hati responden saat


menjawab pertanyaan atau menulis jawaban dalam kuesioner dapat
berubah dan dapat mempengaruhi reliabilitas instrumen tersebut.

4. Suasana hati pewawancara. Karena suasana hati responden dapat


berubah dari satu wawancara ke wawancara lainnya, demikian pula
suasana hati, motivasi, dan interaksi pewawancara, yang dapat
memengaruhi tanggapan yang diberikan oleh responden sehingga
memengaruhi keandalan instrumen penelitian.

5. Sifat interaksi. Dalam situasi wawancara, interaksi antara pewawancara


dan orang yang diwawancarai dapat mempengaruhi tanggapan secara
signifikan. Selama wawancara berulang respon yang diberikan berbeda
karena adanya perubahan interaksi, yang dapat mempengaruhi
reliabilitas.

170
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

6. Efek regresi suatu instrumen. Ketika instrumen penelitian digunakan


untuk mengukur sikap terhadap suatu isu, beberapa responden, setelah
menyatakan pendapatnya, merasa bahwa mereka terlalu negatif atau
terlalu positif terhadap isu tersebut. Kedua kalinya mereka mungkin
mengungkapkan pendapatnya secara berbeda, sehingga memengaruhi
keandalan.

Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif

Salah perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah dalam


penggunaan dan pentingnya konsep validitas dan reliabilitas. Perdebatan
berpusat pada apakah konsep-konsep ini dapat atau bahkan harus
diterapkan dalam penelitian kualitatif. Dari definisinya, validitas dalam arti
luas mengacu pada kemampuan instrumen penelitian untuk menunjukkan
bahwa ia menemukan apa yang dirancang dan reliabilitas mengacu pada
konsistensi dalam temuannya ketika digunakan berulang kali. Dalam
penelitian kualitatif, karena jawaban atas pertanyaan penelitian dieksplorasi
melalui berbagai metode dan prosedur yang fleksibel dan berkembang,
untuk memastikan standardisasi alat penelitian serta prosesnya menjadi
sulit (Kumar, 2011).

Mungkin peneliti bertanya-tanya bagaimana konsep-konsep ini dapat


diterapkan dalam penelitian kualitatif ketika tidak menggunakan metode
dan prosedur yang terstandar dan terstruktur yang menjadi dasar pengujian
validitas dan reliabilitas seperti yang didefinisikan dalam penelitian
kuantitatif. Peneliti bertanya bagaimana caranya untuk dapat memastikan
kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diharapkan dan seberapa
konsisten instrumen tersebut ketika pertanyaan pengumpulan data tidak
tetap atau terstruktur.

Berikut ini, ada beberapa upaya untuk mendefinisikan dan menetapkan


validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Denzin et al., (1994)
telah mengusulkan kerangka empat kriteria sebagai bagian dari
konstruktivisme, paradigma paralel validitas dan keandalan dalam
penelitian kuantitatif. Menurut mereka, ada dua set kriteria untuk menilai
kebaikan atau kualitas penyelidikan dalam paradigma konstruktivisme yaitu
kepercayaan dan keaslian. Kepercayaan dalam studi kualitatif ditentukan

171
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

oleh empat indikator yaitu kredibilitas, transferabilitas, ketergantungan, dan


konfirmasi dan keempat indikator inilah yang mencerminkan validitas dan
reliabilitas dalam penelitian kualitatif (Trochim et al., 2007).

Kredibilitas. Kredibilitas melibatkan penetapan bahwa hasil penelitian


kualitatif kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam
penelitian. Karena studi penelitian kualitatif mengeksplorasi persepsi,
pengalaman, perasaan, dan kepercayaan orang-orang, diyakini bahwa
responden adalah hakim terbaik untuk menentukan apakah temuan
penelitian telah mampu mencerminkan pendapat dan perasaan mereka
secara akurat atau tidak. Oleh karena itu, kredibilitas, yang identik dengan
validitas dalam penelitian kuantitatif, dinilai oleh tingkat kesesuaian
responden dimana peneliti menyampaikan temuannya kepada mereka yang
berpartisipasi dalam penelitian untuk konfirmasi, kesesuaian, validasi, dan
persetujuan. Semakin tinggi hasil ini, semakin tinggi validitas penelitian.

Transferabilitas. Transferabilitas mengacu pada sejauh mana hasil


penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer ke konteks atau
latar. Meskipun sangat sulit untuk menetapkan transferabilitas terutama
karena pendekatan yang diadopsi dalam penelitian kualitatif, sampai batas
tertentu hal ini dapat dicapai jika peneliti menjelaskan secara ekstensif dan
menyeluruh proses yang diadopsi untuk diikuti dan ditiru orang lain.

Ketergantungan. Dalam kerangka yang disarankan oleh Denzin et.al, hal ini
sangat mirip dengan konsep keandalan dalam penelitian kuantitatif. Ini
berkaitan dengan apakah peneliti akan memperoleh hasil yang sama jika
dapat mengamati hal yang sama dua kali. Sekali lagi, karena penelitian
kualitatif menganjurkan fleksibilitas dan kebebasan, sulit untuk
menetapkannya kecuali jika peneliti menyimpan catatan proses yang
ekstensif dan terperinci untuk ditiru orang lain untuk memastikan tingkat
ketergantungan.

Konfirmabilitas. Ini mengacu pada sejauh mana hasil dapat dikonfirmasi


atau dikuatkan oleh orang lain. Konfirmabilitas juga mirip dengan reliabilitas
dalam penelitian kuantitatif. Hanya mungkin jika kedua peneliti mengikuti
proses dengan cara yang identik untuk membandingkan hasilnya.

172
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: UJI KUALITAS DATA, UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

Trochim dan Donnelly (2007) membandingkan kriteria validasi dan


reliabilitas pada penelitian kualitatif oleh Denzin et.al pada tabel 8.1 dengan
validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif:

Tabel 8.1
Perbandingan Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


Kriteria tradisional untuk menilai Kriteria alternatif untuk menilai
penelitian kuantitatif penelitian kualitatif
Internal Validitas Kredibilitas
Eksternal Validitas Transferabilitas
Reabilitas Ketergantungan
Objektivitas Konfirmasi

Sumber: Trochim et al., (2007)

173
174
BAB 8
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN:
ANALISIS DATA

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami statistik deskriptif

2. Agar mahasiswa memahami statistic inferensial

3. Agar mahasiswa memahami dasar untuk memilih teknik statistik

4. Agar mahasiswa memahami pengujian hubungan yang signifikan dan


perbedaan, meneliti tren, dan memilih statistik

Pokok Bahasan

1. Statistik Deskriptif

2. Statistik Inferensial

3. Dasar Untuk Memilih Teknik Statistik

4. Menguji Hubungan yang Signifikan dan Perbedaan

5. Memilih Statistik

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

175
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Tes menentukan analisis data sesuai dengan penelitiannya

Pendahuluan

D alam proses analisis data penelitian secara umum, metode statistik


telah banyak memberikan kontribusi. Perhitungan statistik sederhana
menemukan tempat di hampir semua studi penelitian yang berhubungan
dengan kelompok individu besar atau bahkan kecil, sementara perhitungan
statistik kompleks membentuk dasar dari banyak jenis penelitian.

Pengumpulan, pengorganisasian, deskripsi, dan interpretasi data numerik


adalah semua aspek statistik, yang merupakan sekumpulan teknik dan
proses matematika. Statistik adalah instrumen penting untuk penelitian dan
pengukuran karena penelitian sering kali menghasilkan pengumpulan data
kuantitatif. Peneliti yang menggunakan metode statistik lebih dari sekadar
manipulasi data karena metode statistik kembali ke tujuan inti analisis. Ada
dua kemungkinan aplikasi data statistik yang dapat ditangani dalam
penelitian sosial yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial.

176
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah koefisien informasi singkat yang meringkas


kumpulan data tertentu, yang dapat berupa representasi populasi lengkap
atau sampel populasi. Statistik deskriptif juga dikenal sebagai data deskriptif
atau indeks deskriptif. Kategori statistik yang dikenal sebagai statistik
deskriptif dibagi tiga bagian besar yaitu data deskriptif yang tendensi sentral,
ukuran penyebaran dan ukuran simetri (Easterby-Smith et al., 2018).

1. Statistik Deskriptif Untuk Tendensi Sentral

Saat meringkas kumpulan data yang sangat besar, tempat yang paling
logis untuk memulai adalah dengan indeks yang menempatkan data
secara keseluruhan pada skala pengukurannya dan menunjukkan
secara umum tinggi, sedang, atau rendah. Ada empat lokasi yang
digunakan dalam penelitian modus (mode), median (midian), rata-rata
(mean), dan rata-rata tengah (mid-mean) Tabel 9.1.

Modus adalah nilai yang paling sering muncul. Modus adalah satu-
satunya ukuran tendensi sentral yang dapat dipahami dengan baik
untuk data deskriptif. Anda mungkin membaca dalam sebuah penelitian
bahwa warna kendaraan bermotor yang paling populer yang dijual tahun
lalu adalah warna putih, atau bahwa dua merek sepeda motor yang
sama-sama populer dalam menanggapi survei adalah Honda dan
Yamaha (memiliki lebih dari satu modus). Modus dapat diestimasi untuk
variabel dengan jumlah kategori yang tinggi (atau nilai untuk data
numerik), tetapi kurang informatif. Salah satu caranya adalah
mengkategorikan data dan mengutip kelompok modal atau yang paling
sering muncul (Saunders et al., 2019).

Median. Jika peneliti memiliki data kuantitatif, peneliti juga dapat


menghitung nilai tengah atau median dengan memeringkat semua nilai
dalam urutan menaik dan menemukan titik tengah (atau persentil ke-
50) dalam distribusi. Median memiliki keuntungan yaitu tidak
dipengaruhi oleh nilai ekstrim dalam distribusi. Setelah skor disusun
dalam urutan peringkat, baik dari terbesar ke terkecil atau dari terkecil
ke terbesar, nilai yang mewakili median adalah nilai di tengah dua
ekstrem. Ini adalah nilai yang memisahkan setengah dari data dari yang

177
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

lain. Jika ada jumlah titik data ganjil, median dihitung dengan
menghitung dari salah satu ujung rentang hingga mencapai titik tengah.
Median memiliki beberapa karakteristik utama yaitu median
memperhitungkan setiap pengamatan tunggal dalam data untuk sampai
pada kesimpulan mengenai nilainya. Karena itu, median adalah ukuran
ringkasan lokasi yang lebih relevan daripada rata-rata karena
menggunakan proporsi informasi yang lebih besar yang terkandung
dalam data saat memperkirakan posisi. Median adalah statistik yang
berguna untuk digunakan ketika kategori di atas skala berkelanjutan
yang dikelompokkan berisi tanggapan terbuka (Saunders et al., 2019).

Rata-rata. Dengan menggunakan rata-rata sebagai ukuran ringkasan


lokasi, peneliti dapat yakin untuk memanfaatkan sebagian besar
informasi dalam data tentang di mana data tersebut dipusatkan. Dengan
menggunakan rata-rata artinya adalah mengasumsikan bahwa setiap
titik data dicatat secara akurat.

Rata-rata tengah. Ukuran tendensi sentral yang paling sering digunakan


adalah mean (rata-rata dalam bahasa sehari-hari), yang mencakup
semua nilai data dalam perhitungannya. Namun, biasanya hanya untuk
menghitung rata-rata yang bermakna dengan menggunakan data
numerik. Rata-rata tengah adalah rata-rata yang dibentuk dengan
terlebih dahulu menghapus skor yang sama dari kedua ekstrem dataset
dan kemudian menghitung rata-rata sisanya. Ini adalah bagian dari
keluarga ukuran ringkasan yang disebut trimmed means (metode rata-
rata yang menghilangkan persentase kecil dari nilai terbesar dan terkecil
sebelum menghitung rata-rata) yang berbeda dalam seberapa banyak
yang dipangkas dari setiap ujung distribusi titik data.

2. Statistik Deskriptif Untuk Ukuran Penyebaran

Sebagian besar sampel data akan menunjukkan variabilitas di sekitar


nilai primer, dengan beberapa individu memiliki skor lebih tinggi
daripada yang lain. Pendekatan yang bermanfaat untuk menangkap
sesuatu tambahan tentang kumpulan data secara keseluruhan adalah
dengan menentukan seberapa banyak penyebaran yang ada di sekitar
penyebaran. Rentang (range) rentang tengah (mid-range), dan standar

178
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

deviasi (standard deviation), adalah tiga cara umum untuk mengukur


dispersi sekumpulan data Tabel 9.1 Masing-masing, serupa dengan
tendensi sentral yang telah dibahas di bagian sebelumnya, menangkap
aspek data yang berbeda.

Rentang adalah jarak antara skor terbesar dan terkecil. Rentang adalah
ukuran berapa banyak skala pengukuran yang dicakup oleh data
sampel, dari yang terbesar hingga yang terkecil. Menurut Saunders et
al., (2019) untuk mendapatkan kesan cepat tentang distribusi nilai data
untuk suatu variabel, peneliti cukup menghitung selisih antara nilai
terendah dan tertinggi yaitu rentang. Namun, statistik ini jarang
digunakan dalam laporan penelitian karena hanya mewakili nilai
ekstrim.

Statistik yang lebih sering digunakan adalah rentang antar kuartil. Jika
median membagi rentang menjadi dua, rentang antar kuartil dapat
dibagi lagi menjadi empat bagian yang sama yang disebut kuartil. Kuartil
bawah adalah nilai di bawahnya seperempat dari nilai data akan turun;
kuartil atas adalah nilai di mana seperempat dari nilai data akan jatuh.
Seperti yang diharapkan, separuh nilai data yang tersisa akan berada di
antara kuartil bawah dan atas. Selisih antara kuartil atas dan kuartil
bawah adalah rentang antar kuartil (Morris, 2003). Akibatnya, ini hanya
memperhatikan 50 persen nilai data tengah dan mengabaikan nilai
ekstrim.

Peneliti juga dapat menghitung rentang untuk pecahan lain dari


distribusi variabel. Salah satu alternatifnya adalah membagi distribusi
dengan menggunakan persentil. Ini membagi distribusi menjadi 100
bagian yang sama. Jelas kuartil bawah adalah persentil ke-25 dan
kuartil atas adalah persentil ke-75. Namun, peneliti dapat menghitung
rentang antara persentil ke-10 dan ke-90 untuk menyertakan 80 persen
nilai data. Alternatif lain adalah membagi rentang menjadi 10 bagian
yang sama yang disebut desil.

Rentang tengah adalah rentang setengah bagian tengah data, dihitung


dengan membagi data menjadi empat bagian. Nilai dalam data yang
menandai batas antara empat segmen berukuran sama disebut kuartil,

179
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

dan rentang tengah adalah perbedaan antara kuartil pertama dan kuartil
ketiga. Ini sering diberi nama rentang interkuartil. Menghitung mid-
range dimulai dengan cara yang sama seperti menghitung mid-mean:
memotong bagian atas dan bawah dari nilai data.

Standar deviasi (SD) mengukur penyebaran rata-rata di sekitar rata-rata;


itu adalah jarak (atau penyimpangan) skor yang paling khas dari rata-
rata.

Ukuran penyebaran yang paling banyak digunakan adalah standar


deviasi dan rentang tengah. Ukuran penyebaran dan tendensi sentral
cenderung dipasangkan bersama. Dengan demikian, rata-rata dan
standar deviasi adalah dasar untuk banyak uji signifikansi parametrik,
sedangkan median dan rentang menengah adalah dasar untuk banyak
uji signifikansi non-parametrik.

3. Statistik Deskriptif Untuk Ukuran Simetris

Sejauh mana skor didistribusikan secara seragam di sekitar nilai pusat,


atau dengan kata lain, apakah datanya simetris, adalah aspek ketiga dari
bentuk kumpulan data yang dapat dijelaskan oleh bentuknya.

Mengapa harus memperhatikan simetris data? Kualitas ini relevan


karena dua alasan berbeda. Nilai ekstrem di kedua ujung distribusi
(namun kemungkinan besar di ujung atas rentang) dapat menunjukkan
kesalahan besar, dan untuk alasan ini, nilai tersebut harus dicari
(dengan melihat kuesioner yang telah diisi untuk memperbaiki
kesalahan transkripsi, atau dengan kembali ke sumber data turunan),
dan nilai yang benar harus dimasukkan pada tempatnya. Nilai ekstrem
di kedua ujung distribusi dapat menunjukkan kesalahan besar. Dalam
hal metrik ringkasan lokasi, mengkarakterisasi data yang sangat
asimetris kurang wajar. Rata-rata dan median akan cenderung
bertepatan ketika datanya simetris, dan distribusi simetris dan unimodal
akan cenderung memiliki nilai modal, yaitu nilai yang paling sering
muncul, pada lokasi yang sama dengan rata-rata dan median. Jika data
miring, berbagai metrik ringkasan tidak akan sama satu sama lain.
Jumlah skor ekstrim yang relatif kecil akan berpengaruh pada rata-rata,

180
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

tetapi efek ini tidak akan terlihat pada nilai median karena median hanya
mencatat angka di bawah setengah dari semua skor.

Tabel 9.1 Ringkasan Statistik Deskriptif Berdasarkan Tipe Data


Untuk menghitung ukuran: Kategoris Numerik
Deskriptif Peringkat Kontinu Diskrit
…... mewakili nilai yang
Tendensi paling sering muncul Modus
sentral
yang …
... mewakili nilai tengah Median
.. . mencakup semuanilai Mean
data (rata-rata)

... menyatakan Rentang (data tidak perlu


perbedaan antara nilai terdistribusi secara normal
tertinggi dan terendah tetapi harus ditempatkan
dalam urutan peringkat)

... menyatakan Rentang antarkuartil (data


Ukuran perbedaan dalam 50% tidak perlu terdistribusi
Penyebaran nilai tengah secara normal tetapi harus
... ditempatkan dalam urutan
peringkat)

... menyatakan Desil atau persentil (data


perbedaan dalam fraksi tidak perlu terdistribusi
lain dari nilai-nilai secara normal tetapi harus
ditempatkan dalam urutan
peringkat)

... menggambarkan Varians, atau standar


sejauh mana nilai data deviasi (data harus
berbeda dari rata-rata terdistribusisecara normal)

... membandingkan Koefisien variasi (data harus


sejauh mana nilai data terdistribusi secara normal)
berbeda dari
rata-rata
antara variabel

... memungkinkan Nomor indeks


tingkat relatif bahwa
nilai data yang berbeda
berbeda
u
ntuk
dibandingkan

Sumber: Saunders et al., (2019)

Statistik Inferensial

Inferensial berarti menarik kesimpulan berdasarkan penalaran atau bukti.


Membuat inferensi bergerak dari satu kesimpulan yang diyakini benar ke
kesimpulan lain yang mengikuti dari yang pertama. Inferensi statistik

181
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

mengacu pada penggunaan kuantitas yang diketahui untuk menarik


kesimpulan tentang probabilitas kuantitas yang tidak diketahui. Inferensial
penting dalam penelitian. Inferensi statistik berbeda karena metodenya
memiliki sifat khusus yang memungkinkan peneliti untuk memperkirakan
margin kesalahan secara sistematis. Melalui inferensi statistik, peneliti dapat
memutuskan bahwa kesimpulan yang dibangun di atas bukti dari sampel
yang relatif kecil berlaku untuk populasi besar. Inferensi statistik sangat
penting untuk penelitian yang melibatkan data kuantitatif. Banyak paket
statistik secara otomatis menyediakan statistik inferensial (Vogt et al., 2014).

Statistik inferensial menguji pertanyaan penelitian atau hipotesis dan


membuat kesimpulan tentang populasi dari mana sampel dipilih (Adler &
Clark, 2011). Salah satu pendekatan umum untuk statistik inferensial
adalah pengujian signifikansi hipotesis nol (null hypothesis significance
testing) (Vogt et al., 2014). NHST atau uji signifikansi statistik digunakan
untuk menguji hipotesis nol (yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara/di antara variabel). Meskipun peneliti benar-benar tertarik pada
hipotesis alternatif (hubungan yang memang ada antara variabel, dan dalam
beberapa kasus, arah hubungan tersebut), peneliti menguji hipotesis nol
untuk menghindari kesalahan Tipe I (Fallon, 2016). Kesalahan Tipe I terjadi
ketika peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak ada (Adler &
Clark, 2011). Pengujian signifikansi menghasilkan nilai-p (p mengacu pada
probabilitas). Peneliti mencari skor p kurang dari 0,05, yang dinyatakan
sebagai berikut: p < 0,05. Skor p 0,05 berarti 5 dalam 100. Jika skor p lebih
tinggi dari 0,05, sebaiknya tidak menyimpulkan hubungan antar variabel.
(Kesalahan Tipe II terjadi saat tidak menyimpulkan hubungan yang memang
ada.)

Pada umumnya, peneliti akan melakukan uji signifikansi pada hipotesis nol
dan sejumlah uji statistik inferensial tergantung pada pertanyaan/hipotesis
dan jenis hubungan variabel yang ingin diuji. Ada banyak uji signifikansi
statistik yang dapat dijalankan yang dapat dilihat pada tabel 9.2.

182
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Tabel 9.2 Ikhtisar Tes Statistik Inferensial

Tes statistik Jenis pengukuran Ringkasan


t-Test Perbandingan Digunakan untuk membanding-
kan hasil dua kelompok
(signifikansistatistik perbedaan
rata-rata
kelompok) (Babbie, 2010).

Analysis of Variance(ANOVA) Perbandingan Digunakan untuk membanding


kan hasil lebih dari dua
kelompok (signifikansi statistik
Perbedaan rata-rata kelompok)
(Babbie, 2010).

Analysis of Covariance(ANOVA) Perbandingan Digunakan untuk membanding


kan hasil lebih dari dua
kelompok, mengendalikan
kovariat (Creswel, 2009).

Chi-kuadrat (X2) Asosiasi Uji signifikansi berdasarkan


hipotesis nol (Babbie, 2010).
Digunakan untuk menguji

hubungan antara dua variabel


kategori (Creswel, 2009).

Cramer’s V Asosiasi Digunakan untuk menguji


kekuatan hubungan antara dua
variabel. Menghasilkan skor
antara 0 dan 1 (0 menunjukkan
tidak ada hubungan apapun dan
1 menunjukkan hubungan yang
sempurna) (Adler & Clark, 2011)

Pearson Product Moment Korelasi Digunakan untuk menentukan


Correlation kekuatan dan arah hubungan
antara dua variabel (Adler &
Clark, 2011).

Multiple r regression Korelasi Digunakan untuk menghubung-


kan tiga atau lebih variabel
kontinu

Sumber: Leavy, (2017)

Dasar untuk Memilih Teknik Statistik

Dasar utama untuk memilih uji statistik yang tepat adalah sifat data, jenis
data, dan jumlah variabel yang dimasukkan dalam penyelidikan. Singh,
(2006) memberikan dasar untuk memilih uji statistik sebagai berikut Tabel
9.3

183
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Ukuran Asosiasi Sifat Variabel Terlibat Pembatasan, Asumsi, atau


untuk Komentar
Digunakan
Pearson Product Moment 2 variabel kontinyu Interval hubungan linier
Correlation atauskala rasio
Rank-Order Correlation or 2 variabel kontinyu Skala Ordinal
Kendall’s tau
Tetrachoric Correlation 2 variabel kontinu yang Distribusi bivariat normal
keduanya telah dikotomisasi daridua variabel
Correlation Ration 1 variabel kontinu 1 Hubungan non-linier
(Eta Coefficient) variabel, baik rangkaian
kategori kontinu atau
diskrit
Intraclass Correlation 1 variabel kontinu 1 Tujuannya adalah untuk
variabel, kumpulan kategori memastikan tingkat
yang terpisah kesamaandalam kelompok
interval atau
skala rasio
Biserial Correlation 1 variabel kontinu 1 Skala interval atau rasio
variabel kontinu yang telah
dikotomikan
Point Biserial Correlation 1 variabel kontinyu 1 dikotomi Skala interval atau rasio
sejati

Fourfold Point Correlation (Phi- 2 dikotomi sejati Skala nominal atau ordinal
coefficient)
Contingency Coefficient 2 set kategori unordered Skala Nominal
(tidak order)
Mahalanobis D2 (from linear 1 set kategori tidak terurut 1 Tujuannya adalah untuk
discriminant function) or atau lebih variabel apa pun menentukan tingkat
multiple biserial correlation kesamaan di antara
kelompok berdasarkan
beberapa ukuran
Partial Correlation 3 atau lebih variabel kontinu Maksudnya adalah untuk
menemukan tingkat
hubungan antara dua hal
dengan pengaruh yang lain
tetap konstan
Multiple Correlation (from 3 atau lebih variabel kontinu Tujuannya adalah untuk
multiple regression) menentukan prediktabilitas
satu variabel berdasarkan
beberapa hubungan linier
lainnya
Kendall’s Coefficient or 3 atau lebih variabel kontinu Maksudnya adalah untuk
concordance menentukan jumlah
keseluruhan kesepakatan
skala ordinal

Intraclass correlation 3 atau lebih variabel kontinu Perkiraan rata-rata


interkorelasi antara
pasangan

Sumber: Singh, (2006)

184
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Menguji Hubungan yang Signifikan dan Perbedaan

Salah satu pertanyaan yang paling ditanyakan dalam analisis adalah,


“Bagaimana sebuah variabel berhubungan dengan variabel lain?” Dalam
analisis statistik peneliti menjawab pertanyaan ini dengan menguji
kemungkinan hubungan yang terjadi dengan kebetulan saja, jika benar-
benar tidak ada perbedaan dalam populasi tempat sampel diambil (Robson,
2002). Proses ini dikenal sebagai pengujian signifikansi atau hipotesis
karena pada dasarnya, membandingkan data yang telah di kumpulkan
dengan apa yang secara teoritis diharapkan terjadi. Oleh karena itu,
pengujian signifikansi dapat dianggap membantu mengesampingkan
kemungkinan bahwa hasil dapat disebabkan oleh variasi acak dalam sampel.

Ada dua kelompok utama uji signifikansi statistik yaitu uji signifikansi non-
parametrik dan parametrik. Statistik non-parametrik dirancang untuk
digunakan ketika data tidak terdistribusi secara normal dengan
menggunakan data kategorikal. Sebaliknya, statistik parametrik digunakan
dengan data numerik. Meskipun statistik parametrik dianggap lebih kuat
karena menggunakan data numerik, sejumlah asumsi tentang data aktual
yang digunakan perlu dipenuhi jika tidak menghasilkan hasil yang salah
(Blumberg et al., 2008). Ini termasuk:

1. Kasus data yang dipilih untuk sampel harus independen, yang berarti
bahwa pemilihan satu kasus untuk sampel peneliti tidak boleh
memengaruhi kemungkinan kasus lain dimasukkan ke dalam sampel
yang sama

2. Kasus data yang dipilih untuk sampel harus diambil dari populasi yang
berdistribusi normal

3. Populasi dari mana kasus data diambil harus memiliki varians yang
sama

4. Data yang digunakan harus akurat

5. Sampel harus mewakili

Jika asumsi ini tidak terpenuhi, lebih baik menggunakan statistik non-
parametrik.

185
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Cara signifikansi ini diuji menggunakan statistik non-parametrik dan


parametrik dapat dianggap sebagai menjawab satu dari serangkaian
pertanyaan, bergantung pada tipe data:

1. Apakah hubungan tersebut signifikan secara statistik?

2. Apakah perbedaannya signifikan secara statistik?

3. Apa kekuatan hubungan tersebut, dan apakah signifikan secara


statistik?

4. Apakah nilai prediksi signifikan secara statistik?

Menguji Apakah Dua Variabel Berhubungan

Untuk menguji apakah dua variabel berhubungan pada data kategoris


deskriptif maka dapat menggunakan chi kuadrat setelah data
dikelompokkan. Dapat juga digunakan rumus Cramer’s V dan Phi (Saunders
et al., 2019).

1. Uji Chi Kuadrat

Peneliti akan dapat menentukan, melalui penggunaan uji chi kuadrat,


sejauh mana kedua variabel kemungkinan besar terkait satu sama lain.
Uji chi kuadrat digunakan untuk kategori deskriptif dan peringkat. Ini
didasarkan pada perbandingan nilai-nilai yang diamati dalam tabel
dengan apa yang diharapkan jika kedua distribusi benar-benar
independen satu sama lain. Dengan cara ini, peneliti menentukan
probabilitas bahwa data dalam tabel, atau data yang lebih ekstrim,
terjadi semata-mata karena kejadian acak dengan membandingkannya
dengan apa yang diantisipasi untuk melihat apakah kedua variabel
tersebut tidak terkait satu sama lain. omong-omong. Dimungkinkan
untuk menyatakan ini sebagai hipotesis nol, yang menyatakan bahwa
"tidak ada perbedaan yang signifikan..." Tes bergantung pada 1).
Kategori-kategori yang digunakan dalam tabel kontinjensi bersifat
eksklusif satu sama lain, sehingga setiap observasi hanya masuk ke
dalam satu kategori atau interval kelas; 2). Tidak lebih dari 25 persen sel
dalam tabel yang memiliki nilai ekspektasi kurang dari lima; 3). Untuk
tabel kontinjensi dengan dua baris dan dua kolom, nilai ekspektasi
kurang dari 10 tidak lebih disukai (Dancey & Reidy, 2008).

186
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Jika asumsi terakhir tidak terpenuhi, solusi yang diterima adalah


menggabungkan baris dan kolom di mana hal ini menghasilkan data
yang bermakna. Uji Chi Kuadrat juga dapat dilakukan untuk data
numerik kontinu dan diskrit ketika variabel dikelompokkan ke dalam
kelas diskrit.

2. Cramer’s V

Di samping statistik chi kuadrat, statistik yang dikenal sebagai Cramer’s


V dapat dilakukan untuk kategori deskriptif. Cramer’s V mengukur
asosiasi antara dua variabel dalam tabel pada skala di mana 0 mewakili
tidak ada asosiasi dan 1 mewakili asosiasi sempurna. Sementara
statistik chi kuadrat memberikan probabilitas bahwa data dalam tabel,
atau data yang lebih ekstrim, dapat terjadi secara kebetulan saja,
Cramer’s V mengukur hubungan antara dua variabel menggunakan
skala di mana 0 menyatakan tidak ada hubungan dan 1 menyatakan
hubungan sempurna. Karena nilai Cramer’s V selalu antara 0 dan 1,
maka dimungkinkan untuk membandingkan kekuatan relatif dari
hubungan yang signifikan antara berbagai rangkaian variabel. Ini
dimungkinkan karena Cramer’s V selalu antara 0 dan 1.

3. Phi

Statistik alternatif yang digunakan untuk mengukur hubungan antara


dua variabel dikotomis di pada kategori deskriptif adalah Phi. Statistik
ini mengukur asosiasi pada skala antara –1 (asosiasi negatif sempurna),
hingga 0 (tidak ada asosiasi) hingga 1 (asosiasi sempurna). Namun, tidak
seperti Cramer’s V, menggunakan Phi untuk membandingkan kekuatan
relatif dari asosiasi yang signifikan antara pasangan variabel dapat
menimbulkan masalah. Hal ini karena, meskipun nilai Phi hanya akan
berkisar antara –1 dan 1 saat mengukur hubungan antara dua variabel
dikotomis, nilai tersebut dapat melebihi titik ekstrem ini saat mengukur
hubungan untuk variabel kategori di mana setidaknya satu dari variabel
ini memiliki lebih dari dua kategori. Untuk alasan ini, disarankan untuk
menggunakan Phi hanya saat membandingkan pasangan variabel
dikotomis.

187
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Menguji Dua Kelompok (Kategori) Berbeda

Untuk menguji dua kelompok (kategori) berbeda maka digunakan tes


Kolmogorov-Smirnov setelah data dikelompokan) atau menggunakan uji
Mann-White U. Untuk data numerik baik kontinu dan diskrit maka dapat
menggunakan uji-t independent atau uji-t berpasangan atau uji Mann-
Whitney U untuk data miring (Saunders et al., 2019).

1. Tes Kolmogorov–Smirnov

Pada kategoris peringkat data diperlu untuk melihat apakah distribusi


kumpulan nilai yang diamati untuk setiap kategori variabel berbeda dari
distribusi tertentu, misalnya apakah sampel berbeda dari populasi
tempat sampel dipilih. Tes Kolmogorov–Smirnov memungkinkan untuk
menetapkan ini untuk data peringkat (Kanji, 2006). Ini didasarkan pada
perbandingan proporsi kumulatif dari nilai yang diamati di setiap
kategori dengan proporsi kumulatif dalam kategori yang sama untuk
populasi tertentu. Oleh karena itu, menguji kemungkinan distribusi data
yang diamati berbeda dari populasi tertentu secara kebetulan saja.

2. Uji-t Independent

Pada data numerik, jika variabel numerik dapat dibagi menjadi dua
kelompok berbeda dengan menggunakan variabel deskriptif, peneliti
dapat menilai kemungkinan kelompok ini berbeda menggunakan uji-t
independen. Ini membandingkan perbedaan rata-rata kedua kelompok
menggunakan ukuran penyebaran skor. Jika kemungkinan adanya
perbedaan antara kedua kelompok yang terjadi secara kebetulan saja
rendah, hal ini akan diwakili oleh t statistik yang besar dengan
probabilitas kurang dari 0,05. Ini disebut signifikan secara statistik.

3. t-Berpasangan

Alternatif lain, peneliti memiliki data numerik untuk dua variabel yang
mengukur fitur yang sama tetapi dalam kondisi yang berbeda. Misal,
riset tentang konseling karyawan. Dengan menggunakan t-berpasangan,
peneliti akan memiliki pasangan data yang mengukur performa kerja
sebelum dan sesudah konseling untuk setiap kasus. Untuk menilai
kemungkinan adanya perbedaan antara dua variabel (masing-masing

188
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

setengah dari pasangan) yang terjadi secara kebetulan saja, Meskipun


perhitungan ini sedikit berbeda, interpretasi akan sama dengan uji-t
kelompok independen.

4. Uji Whitney U

Jika datanya miring atau ukuran sampelnya kecil, uji statistik yang
paling tepat adalah Mann-Whitney U Test. Tes ini setara non-parametrik
dari uji-t kelompok independen (Dancey dan Reidy 2008).
Konsekuensinya, jika kemungkinan adanya perbedaan antara kedua
kelompok yang terjadi secara kebetulan saja rendah, hal ini akan
diwakili oleh statistik U yang besar dengan probabilitas kurang dari 0,05.
Ini disebut signifikan secara statistik.

Menguji Apakah Tiga Atau Lebih Kelompok Berbeda

Untuk menguji apakah tiga atau lebih kelompok (kategori) berbeda dengan
Analisis varians (ANOVA), menilai kekuatan hubungan antara dua variabel
dengan koefisien korelasi Pearson Product Moment, menilai kekuatan
hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen
dengan koefisien determinasi, untuk menilai kekuatan hubungan antara dua
variabel dengan koefisien determinasi berganda (Saunders et al., 2019).

Analisis varians (ANOVA)

Jika variabel numerik dibagi menjadi tiga atau lebih kelompok berbeda
dengan menggunakan variabel deskriptif, peneliti dapat menilai
kemungkinan kelompok-kelompok ini berbeda yang terjadi secara kebetulan
saja dengan menggunakan analisis varians satu arah atau ANOVA satu arah.
ANOVA menganalisis varians, yaitu penyebaran nilai data, di dalam dan di
antara kelompok data dengan cara membandingkan rata-rata. Rasio F atau
statistik F mewakili perbedaan ini. Jika kemungkinan adanya perbedaan
antara kelompok yang terjadi secara kebetulan saja rendah, hal ini akan
diwakili oleh rasio F yang besar dengan probabilitas kurang dari 0,05. Ini
disebut signifikan secara statisti.

Sebelum menggunakan ANOVA satu arah, perlu dipastikan bahwa asumsi


berikut ini benar. Hays (1994) dan Dancey dan Reidy menjelaskan bahwa
tidak ada hubungan antara nilai data mana pun; mereka semua benar-benar

189
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, sebaiknya tidak menggunakan
ANOVA satu arah dalam situasi di mana nilai data terhubung dalam
beberapa cara, seperti saat kasus yang sama diuji beberapa kali. Pastikan
informasi untuk setiap kategori mengikuti distribusi normal. Terdapat
jumlah variasi data yang sama untuk masing-masing kelompok (standar
deviasi kuadrat). Di sisi lain, hal ini tampaknya berdampak sangat kecil pada
hasil tes selama jumlah kasus pada kelompok terbesar tidak lebih dari 1,5
kali lipat dari kelompok terkecil.

Menilai Kekuatan Hubungan Antara Pasangan Variabel

1. Koefisien Korelasi

Untuk menilai kekuatan hubungan antara pasangan variabel maka


koefisien korelasi memungkinkan peneliti mengukur kekuatan
hubungan linier antara dua variabel peringkat atau numerik. Koefisien
ini (biasanya dilambangkan dengan huruf r) dapat mengambil nilai
berapa pun antara -1 dan +1. Nilai +1 menunjukkan korelasi positif
sempurna. Ini berarti bahwa kedua variabel tersebut berhubungan
dengan tepat dan bahwa, ketika nilai satu variabel meningkat, nilai
variabel lainnya akan meningkat. Sebaliknya, nilai -1 menunjukkan
korelasi negatif sempurna. Sekali lagi, ini berarti kedua variabel tersebut
benar-benar berhubungan; Namun, karena nilai satu variabel
meningkat, nilai variabel lainnya menurun. Koefisien korelasi antara -1
dan +1 menunjukkan korelasi positif dan negatif yang lebih lemah, nilai
0 berarti variabel independen sempurna (lihat tabel 9.5).

2. Pearson Product Moment

Jika kedua variabel berisi data numerik, maka harus menggunakan


koefisien korelasi Pearson Product Moment untuk menilai kekuatan
hubungan. Jika data tersebut berasal dari sampel maka sampel tersebut
harus dipilih secara acak. Namun, jika salah satu atau kedua variabel
berisi data peringkat, maka tidak dapat menggunakan Pearson Product
Moment tetapi perlu menggunakan koefisien korelasi yang dihitung
menggunakan data peringkat. Koefisien korelasi peringkat tersebut
mewakili tingkat kesepakatan antara dua set peringkat.

190
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

3. Koefisien Korelasi Peringkat Spearman dan Peringkat Kendall

Sebelum menghitung koefisien korelasi peringkat, maka harus


memastikan bahwa data untuk kedua variabel diberi peringkat. Di mana
salah satu variabel adalah numerik, ini akan memerlukan konversi data
ini menjadi data peringkat. Selanjutnya, memiliki pilihan koefisien
korelasi peringkat. Dua yang paling banyak digunakan dalam penelitian
bisnis dan manajemen adalah koefisien korelasi peringkat Spearman (rho
Spearman) dan koefisien korelasi peringkat Kendall. Jika data digunakan
dari sampel, kedua koefisien korelasi peringkat ini mengasumsikan
bahwa sampel dipilih secara acak dan data diurutkan (ordinal).
Mengingat hal ini, tidak mengherankan bahwa, kapan pun peneliti dapat
menggunakan koefisien korelasi peringkat Spearman, peneliti juga dapat
menggunakan koefisien korelasi peringkat Kendall. Namun, jika data
untuk variabel berisi peringkat terikat, koefisien korelasi peringkat
Kendall umumnya dianggap lebih tepat untuk digunakan. Meskipun
masing-masing koefisien korelasi yang dibahas menggunakan rumus
yang berbeda dalam perhitungannya, koefisien yang dihasilkan
diinterpretasikan dengan cara yang sama seperti Pearson Product
Moment.

Menilai Kekuatan Hubungan Sebab-Akibat Antara Variabel

1. Koefisien Determinasi

Berbeda dengan koefisien korelasi, koefisien determinasi (juga disebut


koefisien regresi) memungkinkan untuk menilai kekuatan hubungan
antara variabel dependen numerik dan satu atau lebih variabel
independen numerik. Sekali lagi, di mana data ini dipilih dari sampel,
sampel harus dipilih secara acak. Untuk variabel dependen dan satu
atau dua variabel independen, peneliti sudah memplot hubungan ini
pada grafik pencar. Jika memiliki lebih dari dua variabel independen,
tidak mungkin dicari kekuatan koefisien determinasinya karena sangat
sulit untuk merepresentasikan empat atau lebih sumbu grafik pencar
secara visual.

191
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Koefisien determinasi (r2) dapat mengambil nilai antara 0 dan +1. Ini
mengukur proporsi variasi dalam variabel dependen (jumlah penjualan)
yang dapat dijelaskan secara statistik oleh variabel independen
(pengeluaran pemasaran) atau variabel (pengeluaran pemasaran, jumlah
staf penjualan, dll.). Ini berarti bahwa jika semua variasi dalam jumlah
penjualan dapat dijelaskan oleh pengeluaran pemasaran dan jumlah staf
penjualan, maka koefisien determinasinya adalah 1. Jika 50 persen
variasi tersebut dapat dijelaskan, maka koefisien determinasinya adalah
0,5, dan jika tidak ada variasi yang dapat dijelaskan, koefisiennya akan
menjadi 0.

2. Analisis Regresi Berganda

Proses penghitungan koefisien determinasi dan persamaan regresi


dengan menggunakan satu variabel bebas biasa disebut dengan analisis
regresi. Menghitung koefisien determinasi berganda atau koefisien
regresi berganda dan persamaan regresi dengan menggunakan dua atau
lebih variabel independen disebut analisis regresi berganda. Perhitungan
dan interpretasi yang diperlukan oleh regresi berganda relatif rumit, itu
sebabnya, disarankan untuk menggunakan perangkat lunak analisis
statistik seperti SPSS dan berkonsultasi dengan buku teks statistik
terperinci atau manual komputer. Sebagian besar perangkat lunak
analisis statistik akan menghitung signifikansi koefisien determinasi
berganda untuk data sampel secara otomatis. Nilai signifikansi yang
sangat rendah (biasanya kurang dari 0,05) berarti bahwa koefisien tidak
mungkin terjadi secara kebetulan saja. Nilai yang lebih besar dari 0,05
berarti dapat menyimpulkan bahwa koefisien determinasi berganda
dapat terjadi secara kebetulan.

Sebelum menghitung persamaan regresi yaitu Y = a + bX, maka perlu


memastikan asumsi klasik berikut terpenuhi:

a. Uji Linearitas. Hubungan antara variabel dependen dan independen


adalah linier. Linearitas mengacu pada sejauh mana perubahan
variabel dependen terkait dengan perubahan variabel independen.
Linearitas dapat dengan mudah diperiksa melalui residual plot. Dua
hal dapat memengaruhi linearitas. Pertama, kasus individu dengan

192
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

nilai ekstrem pada satu atau lebih variabel (outlier) dapat melanggar
asumsi linearitas. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi
outlier ini dan, jika sesuai, mengecualikannya dari analisis regresi.
Kedua, nilai untuk satu atau lebih variabel mungkin melanggar
asumsi linearitas. Untuk variabel ini, nilai data mungkin perlu
diubah. Teknik untuk ini dapat ditemukan di buku lain yang lebih
khusus tentang analisis data multivariat (Anderson, 2003).

b. Uji Homoskedastisitas. Sejauh mana nilai data untuk variabel


dependen dan independen memiliki varian yang sama, juga dikenal
sebagai homoskedastisitas. Ini dapat dilakukan oleh perangkat
lunak analisis biasanya berisi uji statistik untuk varians yang sama.
Misalnya, uji Levene untuk homogenitas varians mengukur
persamaan varians untuk sepasang variabel tunggal. Jika
heteroskedastisitas (yaitu, varian yang tidak sama) ada, masih
mungkin untuk melakukan analisis (Anderson, 2003).

c. Uji Multikolinearitas. Sulit untuk menentukan efek terpisah dari


variabel individu ketika ada korelasi antara dua atau lebih variabel
independen (juga dikenal sebagai kolinearitas atau
multikolinearitas). Penggunaan koefisien korelasi adalah metode
diagnostik yang paling sederhana, dengan koefisien korelasi 1
mewakili tingkat kolinearitas tertinggi. Menurut rule of thumb,
keberadaan kolinearitas substansial dapat disimpulkan dari adanya
korelasi yang tinggi (umumnya 0,90 ke atas) (Hair et al., 2010)
Ukuran umum lainnya termasuk nilai toleransi dan kebalikannya,
yang disebut sebagai faktor inflasi varians (VIF). Menurut temuan
(Hair et al., 2010) nilai toleransi yang sangat rendah (0,1 atau lebih
rendah).

d. Uji Normalitas. Data untuk variabel independen dan variabel


dependen terdistribusi secara normal dengan melakukan uji
normalitas.

e. Koefisien determinasi (r2) dapat digunakan sebagai ukuran seberapa


bagus kemungkinan persamaan regresi sebagai prediktor. Jika
persamaan adalah prediktor yang sempurna maka koefisien

193
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

determinasinya adalah 1. Jika persamaan tersebut hanya dapat


memprediksi 50 persen variasi, maka koefisien determinasinya
adalah 0,5, dan jika persamaan tersebut tidak memprediksi variasi,
koefisiennya akan menjadi 0. Koefisien determinasi berganda (R2)
menunjukkan derajat kesesuaian untuk estimasi persamaan regresi
berganda. Ini dapat diartikan sebagai seberapa bagus prediktor
persamaan regresi berganda. Ini mewakili proporsi variabilitas dalam
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi
berganda. Artinya bila dikalikan dengan 100, koefisien determinasi
berganda dapat diartikan sebagai persentase variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang
diestimasi. Statistik R2 yang disesuaikan (yang memperhitungkan
jumlah variabel independen dalam persamaan regresi) lebih disukai
oleh beberapa peneliti karena membantu menghindari perkiraan
yang terlalu tinggi tentang dampak penambahan variabel
independen pada jumlah variabilitas yang dijelaskan oleh persamaan
regresi yang diperkirakan.

3. Uji-t dan uji-F digunakan untuk menentukan kemungkinan hubungan


yang diwakili oleh analisis regresi terjadi secara kebetulan. Dalam regresi
linier sederhana (dengan satu variabel independen dan satu variabel
dependen), uji-t dan uji-F akan memberikan jawaban yang sama.
Namun, dalam regresi berganda, uji-t digunakan untuk mengetahui
probabilitas hubungan antara masing-masing variabel independen dan
variabel dependen yang terjadi secara kebetulan. Sebaliknya, uji-F
digunakan untuk mengetahui probabilitas keseluruhan hubungan
antara variabel dependen dan semua variabel independen yang terjadi
secara kebetulan. Tabel distribusi t dan tabel distribusi F digunakan
untuk menentukan apakah uji-t atau uji-F signifikan dengan
membandingkan hasilnya masing-masing dengan distribusi t dan
distribusi F, mengingat derajat kebebasan dan yang telah ditentukan
sebelumnya. tingkat signifikansi.

194
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Untuk memeriksa dan membandingkan perubahan tren dari waktu ke


waktu dengan angka indeks, dan untuk menentukan tren dari waktu ke
waktu dari serangkaian data dengan menggunakan time series
(Saunders et al., 2019):

Meneliti Tren

Saat memeriksa data longitudinal, hal pertama yang disarankan untuk


dilakukan adalah menggambar grafik garis untuk memperoleh representasi
visual dari tren Setelah ini, analisis statistik dapat dilakukan. Tiga dari
penggunaan yang lebih umum dari analisis tersebut adalah:
1. untuk memeriksa tren atau perubahan relatif untuk satu variabel dari
waktu ke waktu;
2. untuk membandingkan tren atau perubahan relatif untuk variabel yang
diukur dalam unit yang berbeda atau besaran yang berbeda;
3. untuk menentukan tren jangka panjang dan perkiraan nilai masa depan
untuk variabel.

Menguji Tren

Untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian dan memenuhi beberapa


tujuan, peneliti perlu memeriksa tren untuk satu variabel. Salah satu cara
melakukannya adalah dengan menggunakan angka indeks untuk
membandingkan besaran relatif untuk setiap nilai data (kasus) dari waktu
ke waktu daripada menggunakan nilai data sebenarnya. Nomor indeks juga
banyak digunakan dalam publikasi bisnis dan oleh organisasi seperti Indeks
saham Financial Times, Harga Indeks Saham dan Indeks Harga Eceran
adalah contoh yang terkenal.

Meskipun indeks tersebut dapat melibatkan perhitungan yang cukup rumit,


mereka semua membandingkan perubahan dari waktu ke waktu dengan
periode dasar. Periode dasar biasanya diberi nilai 100 (atau 1000 dalam
kasus banyak indeks saham) dan perubahan dihitung relatif terhadap ini.
Jadi nilai yang lebih besar dari 100 akan menunjukkan peningkatan relatif
terhadap periode dasar, dan nilai yang kurang dari 100 akan menunjukkan
penurunan. Misal, jika penjualan perusahaan adalah 125.000 unit pada

195
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

tahun 2007 (periode dasar) dan 150.000 unit pada tahun 2008, angka indeks
untuk tahun 2007 adalah 100 dan untuk tahun 2008 adalah 120.

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠


𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 = 𝑋 100
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟

Membandingkan Tren

Untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian lainnya dan untuk


memenuhi tujuan terkait, peneliti perlu membandingkan tren antara dua
atau lebih variabel yang diukur dalam satuan yang berbeda atau pada
besaran yang berbeda. Misalnya, untuk membandingkan perubahan harga
bahan bakar minyak dan batu bara dari waktu ke waktu sulit dilakukan
karena harga dicatat untuk satuan yang berbeda (liter dan ton). Salah satu
cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan angka indeks dan
membandingkan perubahan relatif dalam nilai indeks daripada angka
sebenarnya. Angka indeks untuk setiap variabel dihitung dengan cara yang
sama seperti yang diuraikan sebelumnya.

Menentukan Tren dan Peramalan

Estimasi tren dapat diperoleh dengan menggambar garis melalui data yang
ditampilkan pada grafik garis secara bebas. Metode ini tidak memberikan
hasil yang sangat akurat karena data yang digunakan sering mengalami
variasi seperti variasi musiman. Menghitung rata-rata pergerakan untuk
nilai yang telah terakumulasi dari waktu ke waktu dapat menjadi cara yang
mudah dan efektif untuk mengatasi hambatan ini. Perhitungan rata-rata
bergerak mensyaratkan bahwa setiap nilai dalam deret waktu diganti dengan
rata- rata dari nilai tersebut serta nilai-nilai yang mendahului dan
mengikutinya (Morris, 2003). Ini menghilangkan fluktuasi data, sehingga
memudahkan untuk melihat arah umum tren. Memanfaatkan spreadsheet
atau semacam perangkat lunak analisis statistik untuk melakukan
perhitungan rata-rata bergerak adalah proses yang relatif mudah.

Setelah tren ditetapkan, dimungkinkan untuk memperkirakan nilai masa


depan dengan melanjutkan tren ke depan untuk periode waktu yang datanya
belum dikumpulkan. Ini melibatkan penghitungan tren jangka panjang
yaitu, jumlah perubahan nilai setiap periode waktu setelah variasi
dihaluskan. Sekali lagi, ini relatif mudah dihitung dengan menggunakan

196
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

perangkat lunak analisis. Peramalan juga dapat dilakukan dengan


menggunakan metode statistik lainnya, termasuk analisis regresi.

Jika peneliti menggunakan regresi untuk analisis deret waktu, statistik


Durbin-Watson dapat digunakan untuk menemukan apakah nilai variabel
dependen pada waktu t terkait dengan nilainya pada periode waktu
sebelumnya, biasanya disebut sebagai t−1. Situasi ini, yang dikenal sebagai
autokorelasi atau korelasi serial, penting karena ini berarti bahwa hasil
analisis regresi cenderung tidak dapat diandalkan. Nilai statistik Durbin-
Watson berkisar dari nol hingga empat. Nilai dua menunjukkan tidak ada
autokorelasi. Nilai menuju nol menunjukkan autokorelasi positif.
Sebaliknya, nilai menuju empat menunjukkan autokorelasi negatif.
Pembahasan lebih rinci tentang uji Durbin-Watson dapat ditemukan di buku
lain yang lebih khusus tentang analisis data multivariat (Anderson, 2003).

Tabel 9.4 Ringkasan: Statistik Untuk Memeriksa Hubungan, Perbedaan, Dan


Tren Berdasarkan Tipe Data

Kategoris Numerik
Deskriptif Peringkat Kontinu Diskrit
Untuk menguji Chi kuadrat (data perlu Chi kuadrat Jika variabel ke
Apakah dua pengelompokan) dikelompokkan dalam kelas
variabel V Cramer Phi diskrit

berhubungan (kedua variabel


harus
dikotomis)
Untuk menguji Kolmogorov- Uji-t independen atau uji-t berpasangan
apakah dua Smirnov (data (sering digunakan untuk menguji
kelompok perlu perubahan dari waktuke waktu) atau uji
(kategori) berbeda pengelompokan) Mann-Whitney U (di mana data miring
atau uji Mann- atau sampel
Whitney U kecil)
Untuk menguji Analisis varians (ANOVA)
apakah tiga atau
lebih kelompok
(kategori)
berbeda
Untuk menilai Koefisien Koefisien korelasi Pearson Product
kekuatan korelasi Moment
hubungan peringkat
antaradua Spearman (rho
variabel Spearman) atau
koefisien
korelasi urutan
peringkat
Kendall (tau
Kendall)

197
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

Untuk menilai Koefisien determinasi (koefisienregresi)


kekuatan
hubungan
antarasatu
variabel
dependen dan
satu variabel
independen
Untuk menilai Koefisien determinasi berganda
kekuatan (koefisien regresi berganda)
hubungan
antara satu
variabel
dependen dan
dua atau lebih
Variabel
independen

Untuk Persamaan regresi (analisis regresi)


memprediksi nilai
variabel dependen
darisatu atau
lebih variabel
independen

Untuk memeriksa Angka indeks


perubahan relatif
(tren) dari waktu
ke waktu

Untuk Angka indeks

membandingkan
perubahan relatif
(tren) dari waktu ke
waktu

Untuk menentukan Deret waktu (Time series): rata-rata


tren dari waktu ke bergerak atau persamaan Regresi (analisis
waktu dari regresi)
serangkaian data

Sumber: Saunders et al., (2019)

Memilih Statistik

Peneliti harus mempertimbangkan dua bagian dari sebuah penelitian di


mana statistik akan menjadi penting saat merencanakan analisis data.
Pertama adalah bagian yang memberikan deskripsi sampel penghasil data
dan yang juga memberikan kesempatan untuk membandingkan sampel ini
dengan sampel yang dipilih dan populasi. Pembaca diberi wawasan tentang

198
MEMAHAMI METODOLOGI PENELITIAN: ANALISIS DATA

karakter responden dengan statistik deskriptif dasar dari distribusi


frekuensi, serta ukuran tendensi sentral dan variabilitas yang diperlukan,
yang disediakan sebagai bagian dari deskripsi sampel. Uraian fitur
demografis yang khas seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan tingkat
pendidikan dapat menjadi bahan penjelasan pada sebuah penelitian.

Kedua, adalah dalam pelaporan hasil penelitian. Pemilihan prosedur ini


harus terstruktur dengan baik pada titik ini jika peneliti telah menyatakan
hipotesis dan pertanyaan penelitian tertentu. Kebutuhan untuk menguji
hipotesis memberikan panduan untuk prosedur statistik pada tingkat
umum, dengan keputusan mengenai tingkat data yang tersedia memberikan
kunci untuk prosedur khusus mana yang harus digunakan. Dengan
demikian, hipotesis yang mengacu pada hubungan yang diharapkan antara
dua variabel, segera menunjukkan perlunya analisis koreksi. Begitu peneliti
memutuskan bahwa kedua variabel akan menghasilkan data ordinal,
misalnya, dia dapat langsung beralih ke spesifikasi korelasi urutan
peringkat.

Spesifikasi analisis statistik pada tahap penelitian ini juga memungkinkan


peneliti untuk memperkirakan biaya analisis datanya baik dalam waktu
maupun uang dan membuat pengaturan apa pun yang diperlukan untuk
mencadangkan waktu pada fasilitas pemrosesan data.

Tabel 9.5 Nilai koefisien korelasi

Kekuatan hubungan Keterangan


1 Positif Sempurna
0.7 Positif Kuat
0.3 Positif Lemah
0 Kemandirian yang sempurna
-0.3 Negatif Lemah
-0.7 Negatif Kuat

-1 Negatif Sempurna

Sumber: Saunders et al., (2019)

199
200
BAB 9
PENELITIAN KUALITATIF

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan penelitian


etnografi.

2. Agar mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan penelitian


fenomenologi.

3. Agar mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan penelitian studi


kasus.

4. Agar mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan penelitian


analisis tekstual.

5. Agar mahasiswa mampu membandingkan perbedaan dari keempat


penelitian.

Pokok Bahasan

1. Etnografi

2. Fenomenologi

3. Studi Kasus

4. Analisis Tekstual

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

201
PENELITIAN KUALITATIF

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

Pendahuluan

D alam penelitian kualitatif, harus ada perbedaan yang jelas antara alat
yang digunakan dan metode yang digunakan. Yang dimaksud dengan
alat adalah tentang berbagai metode yang digunakan untuk mengumpul
data seperti wawancara, kelompok fokus dan sebagainya. Alat dapat
dimanfaatkan dalam berbagai pendekatan penelitian yang berbeda. Yang
dimaksud dengan metode yang digunakan adalah tentang perhatian utama
dari penelitian.

Menurut Vanderstoep & Johnston, (2009) metodologi kualitatif berbeda


dalam lima cara:

1. Fokus: Di mana kita mencari makna? Apakah makna tercermin dalam


perilaku? Apakah makna tercermin dari tindakan mental atau proses
memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui pemikiran,
pengalaman, dan indera? Apakah makna tercermin dari sistem dan
praktik budaya?

2. Peran Peneliti: Makna siapa yang dilaporkan? Apakah makna dari yang
diteliti? Atau makna ddari penafsiran peneliti? Atau kombinasi
keduanya?

202
PENELITIAN KUALITATIF

3. Makna: Makna apa yang sedang dieksplorasi? Apa makna dari praktik
budaya? Makna dari pengalaman sehari-hari? Makna dari film atau
pidato?

4. Lokasi: Dimana penelitian dilakukan? Apakah di lapangan? Atau di


perpustakaan?

5. Produk Akhir: Apakah hasil penelitian merupakan deskripsi,


rekomendasi, interpretasi, atau evaluasi program?

Metode yang dipilih untuk digunakan dalam studi kualitatif ditentukan oleh
cara menjawab lima pertanyaan ini. 1). Apa fokus penelitian? 2). Apa peran
peneliti? 3). Bagaimana metode berfokus pada makna? 4). Dimana peneliti
melakukan penelitian? 5). Bagaimana peneliti melakukan penelitian, dan
bagaimana bentuknya setelah dilakukan? Perbandingan karakteristik
penelitian kualitatif dapat dilihat pada tabel 10.1

Tabel 10.1 Perbandingan Karakteristik Penelitian Kualitatif

Kemana Interpretasi Apa analisisnya? unit Apa tujuan hasil?


Mencari siapa?
Makna?

Etnografi Budaya Keseimbangan Masyarakat Kesenjangan Budaya


peneliti dan
partisipan

Fenomenologi Pengalaman Rekan Peneliti Individu-individu Esensi fenomena


fenomena dadn kelompok

Studi Kasus Karakteristik Peneliti Organisasi, Mendeskripsikan dan


sistem kelompok, individu, atau menginterpretasikan
terbatas insiden kritis kasus

Analisis Bahasa dan Peneliti Teks atau percakapan Interpretasi


Tekstual simbol

Sumber: Vanderstoep & Johnston, (2009)

Etnografi

Etnografi berakar kuat pada pendekatan induktif. Itu berasal dari bidang
antropologi. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
dunia sosial yang didiami subjek penelitian dengan cara yang mereka
gambarkan dan jelaskan. Strategi penelitian ini memakan waktu dan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama karena peneliti perlu
membenamkan dirinya dalam dunia sosial yang sedang diteliti selengkap
mungkin. Proses penelitian harus fleksibel dan responsif terhadap

203
PENELITIAN KUALITATIF

perubahan karena peneliti akan terus mengembangkan pola pemikiran baru


tentang apa yang sedang diamati.

Strategi penelitian etnografi artinya peneliti meneliti fenomena dalam


konteks di mana terjadi. Sebagian besar strategi etnografis melibatkan
observasi partisipan yang diperluas. Etnografi sangat tepat jika ingin
mendapatkan wawasan tentang konteks tertentu dan memahami serta
menafsirkannya dengan lebih baik dari perspektif orang-orang yang terlibat.
Namun, ada sejumlah masalah yang perlu dipertimbangkan. Sebelum
memulai penelitian dengan menggunakan strategi ini, peneliti perlu
menemukan individu, latar atau kelompok yang akan memungkinkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan memenuhi tujuan penelitian dan
kemudian menegosiasikan akses penuh. Selanjutnya perlu juga membangun
tingkat kepercayaan yang tinggi dengan peserta penelitian dan barulah
mengembangkan strategi dengan menjadi bagian dari anggota secara penuh
waktu dan melakukan penelitian.

Apa Fokus Investigasi dalam Etnografi?

Vanderbroeck, (2014) menjelaskan bahwa sangat mudah untuk


membedakan metode etnografi dari metode kualitatif lainnya dengan
fokusnya pada budaya. Maknanya berada dalam praktik budaya. Oleh
karena itu, etnografi melibatkan pengamatan dan pencatatan percakapan,
ritual, pertunjukan, upacara, artefak, lelucon, dan cerita. Etnografi adalah
desain kualitatif di mana peneliti mendeskripsikan dan menginterpretasikan
pola nilai, perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang dimiliki bersama dan
dipelajari dari kelompok berbagi budaya (Harris, 1968).

Perspektif etnografi digambarkan sebagai “cara melihat” yang unik (Wolcott,


1999). Ahli etnografi melihat praktik dan pertunjukan budaya yang diamati
memiliki fungsi yang lebih besar dan memiliki makna simbolis. Fungsi dan
makna ini adalah benang yang menciptakan, mencerminkan, dan
mempertahankan budaya. Etnografer melihat praktik suatu budaya sebagai
refleksi dari budaya masa lalu, pertunjukan budaya saat ini, dan arah untuk
perubahan dan pertumbuhan budaya. Praktik budaya musik hip-hop,
misalnya, berakar pada spiritualitas Afrika-Amerika, blues, dan jazz. Hip-
hop, seperti tradisi musik Afrika-Amerika sebelumnya, pada awalnya

204
PENELITIAN KUALITATIF

merupakan ekspresi penentangan terhadap budaya dominan yang


mengeksploitasi dan menindas orang Afrika-Amerika. Beberapa peneliti
telah mengeksplorasi fungsi dan makna identitas budaya hip-hop,
perubahan budaya, dan pertumbuhan. Yousman, (2003), misalnya,
berpendapat bahwa konsumsi musik rap dan budaya hip-hop remaja kulit
putih saling terkait dengan aspek rasisme; apropriasi rap oleh budaya
dominan melemahkan kekuatan oposisi dari genre tersebut. Watkins, (2001)
mengeksplorasi bagaimana memopulerkan musik rap adalah hasil dari
perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi, dan bagaimana makna asli rap,
sebagai cerminan budaya masa lalu dan masa kini, telah hilang.

Antropolog Amerika Geertz, (1973) membedakan penelitian etnografi dari


jenis penelitian lain bukan dengan metodenya, tetapi dengan "usaha rumit
ke dalam deskripsi tebal" yaitu dengan deskripsi yang tebal (thick description)
dan interpretasi budaya. Dengan deskripsi yang tebal (thick description),
Geertz mengacu pada suatu tindakan, praktik, atau peristiwa dan makna
serta kepentingan simbolis yang diberikan kepadanya oleh anggota
masyarakat tertentu. Contoh klasik Geertz adalah perbedaan antara
kedipan, dan kedutan. Keduanya terlihat serupa, tetapi maknanya sangat
berbeda dan hanya dipahami dalam konteks budaya yang lebih luas. Konsep
deskripsi tebal (thick description), menunjukkan bahwa etnografi melangkah
lebih jauh dari sekadar mendeskripsikan. Interpretasi budaya melibatkan
kemampuan untuk mendeskripsikan apa yang telah didengar dan dilihat
peneliti dalam kerangka pandangan kelompok sosial tentang realitas”
(Fetterman, 1998). Penafsiran budaya dalam deskripsinya yang tebal
membutuhkan perspektif orang dalam, atau emik, dan perspektif orang luar,
atau etik. Antropolog A.S. Ward Goodenough (1970) menyarankan para ahli
etnografi tidak hanya mendokumentasikan fakta tentang “masyarakat,
organisasinya, hukum, adat istiadat, dan keyakinan bersama” tetapi juga
untuk menangkap “apa yang harus diketahui individu agar berperilaku
dapat diterima sebagai anggota masyarakat. kelompok tertentu”
(Goodenough, 1970).

205
PENELITIAN KUALITATIF

Apa Peran Peneliti dalam Etnografi?

Vanderbroeck, (2014) menjelaskan bahwa prinsip utama metode etnografi


adalah bahwa peneliti harus mencoba memahami suatu budaya dari
perspektif anggota budaya tersebut, bukan dengan membandingkan budaya
tersebut dengan budaya sendiri atau memaksakan interpretasi sendiri pada
perilaku budaya. Mencari tahu bagaimana mencerminkan dan
merepresentasikan budaya secara akurat adalah tugas yang sulit. Peran
peneliti adalah berpartisipasi, secara terbuka atau terselubung, dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat untuk jangka waktu yang lama,
mengamati apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, dan/atau
mengajukan pertanyaan melalui wawancara informal dan formal,
mengumpulkan dokumen dan artefak, mengumpulkan data apa pun yang
tersedia untuk menyoroti masalah yang menjadi fokus penyelidikan. Secara
umum etnografer menggunakan berbagai sumber data, meskipun kadang-
kadang mereka bergantung hanya pada satu sumber (Lee, 2000).

Bernard, (2005) menjelaskan bahwa yang mengambil peran pada penelitian


ini adalah informan dan peneliti. Peserta dalam penelitian etnografi adalah
informan yang memberi tahu apa yang menurut mereka perlu peneliti
ketahui tentang budaya mereka. Informan benar-benar guru; mereka ahli
tentang kehidupan dan praktik mereka. Dan jika seorang etnografer
beruntung, dihormati, dan sukses, seorang informan akan berbagi
pengetahuan ahli tersebut. Tanpa informan, etnografer tidak dapat
menjalankan tugasnya. Etnografer jangan bergantung kepada tokoh, surat
kabar, sejarah, da observasi. Untuk menyelesaikan pekerjaannya, dia harus
beralih ke informan; tanpa informan, dia tidak bisa menjadi seorang
etnografer (Richardson, 1997).

Bagaimana Metode Berfokus pada Makna

Vanderbroeck, (2014) tantangan etnografi adalah melihat makna dari


perspektif budaya yang dipelajari. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh
Rosaldo, ia menyelidiki konsep pengayauan (praktik orang yag
mengumpulkan kepala musuh yang mati sebagai piala) "Jika peneliti
bertanya kepada seorang lelaki Ilongot Tua di Luzon utara, Filipina, mengapa
dia memenggal kepala manusia, jawabannya singkat, dan jawaban yang

206
PENELITIAN KUALITATIF

tidak dapat dijelaskan oleh antropolog dengan mudah: dia mengatakan


bahwa kemarahan, yang lahir dari kesedihan, mendorong dia untuk
membunuhnya. sesama manusia," dia memulai bukunya Culture and Truth
(Rosaldo, 1989). Rosaldo kemudian menjelaskan betapa memberontaknya
perang bagi para headhunter Ilongot. Paradoks ini hanya dapat dipahami jika
pengayauan dipandang sebagai bentuk pembersihan kesedihan daripada
tindakan agresi. Rosaldo menjelaskan bahwa dia baru mulai mengerti
setelah istrinya, sesama etnografer Michelle Rosaldo, meninggal setelah
jatuh dari tebing di Filipina saat mereka melakukan kerja lapangan. Baru
pada saat itulah dia sepenuhnya memahami kemarahan yang lahir dari
kesedihan yang dibicarakan oleh para headhunter Ilongot.

Dimana Dilakukan Penelitian?

Vanderbroeck, (2014) menjelaskan etnografi tradisional melibatkan


perjalanan jauh untuk melakukan kerja lapangan di beberapa tempat
budaya. Namun, etnografi abad kedua puluh satu mengundang peneliti
untuk melakukan penelitian etnografi di komunitas lokal. Etnografi
dilakukan di mana orang berada, dan peneliti melakukan kerja lapangan
untuk mengamati orang yang terlibat dalam perilaku rutin dalam lingkungan
alaminya.

Bagian sentral dari memulai studi etnografi adalah tugas untuk menentukan
tempat di mana kehidupan sehari-hari akan diamati (Lull, 1990). Misalnya,
meneliti keluarga yang menonton televisi. Peneliti nongkrong di rumah
peserta dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari keluarga: makan
bersama mereka, mengerjakan tugas, bermain, dan menonton televisi. Dari
pengamatan tersebut, Lull menyimpulkan bahwa orang menggunakan
televisi tidak hanya sebagai bentuk hiburan pasif, tetapi juga sebagai sarana
interaksi interpersonal yang memiliki fungsi penting untuk pemeliharaan
hubungan interpersonal.

Bagaimana Melakukan Penelitian, dan Bagaimana Bentuknya


Setelah Dilakukan?

Vanderbroeck, (2014) menjelaskan bahwa etnografi adalah proses


pembuatan peta budaya perilaku sosial manusia. Sebuah etnografi dapat

207
PENELITIAN KUALITATIF

mencakup deskripsi upacara budaya, ritual, ritus peralihan, dan peristiwa


dan perilaku sehari-hari. Etnografi bercerita tentang pengalaman orang lain,
seperti yang ditafsirkan oleh peneliti. Ini adalah representasi tertulis dari
suatu budaya yang tidak hanya menggambarkan praktik budaya tetapi juga
menganalisis fungsi dan tujuan dari peristiwa tersebut, menggambarkan
kondisi di mana perilaku atau praktik tertentu terjadi, dan menyarankan
beberapa signifikansi yang lebih besar dan pemahaman budaya yang lebih
dalam.

Etnografi secara beragam digambarkan sebagai peta budaya dari perilaku


sosial manusia, representasi tertulis dari budaya, cerita budaya, atau
pertunjukan budaya. Sementara etnografi tradisional didefinisikan sebagai
representasi tertulis dari suatu budaya, karya yang lebih baru dalam film
dokumenter juga telah diberi label sebagai penelitian etnografi. Namun, ini
tidak berarti bahwa sembarang film atau dokumenter memenuhi syarat
sebagai etnografi. Konstruksi makna yang unik dalam budaya tertentu harus
menjadi fokus karya untuk menjadikannya sebuah etnografi.

Untuk dapat melakukan penelitian model ini, Hammersley & Atkinson,(2007)


menjelaskan bahwa data dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk
bukti dokumenter dari berbagai jenis, tetapi observasi partisipan dan/atau
percakapan yang relatif informal biasanya merupakan yang utama.
Pengumpulan data, sebagian besar, relatif tidak terstruktur, dalam dua
pengertian. Pertama, itu tidak melibatkan mengikuti desain penelitian yang
tetap dan terperinci yang ditentukan di awal. Kedua, kategori yang
digunakan untuk menginterpretasikan apa yang orang katakan atau
lakukan tidak dibangun dalam proses pengumpulan data melalui
penggunaan jadwal observasi atau kuesioner. Sebaliknya, mereka dihasilkan
dari proses analisis data. Fokusnya biasanya pada beberapa kasus,
umumnya berskala cukup kecil, mungkin satu setting atau sekelompok
orang. Hal ini untuk memudahkan kajian mendalam. Analisis data
melibatkan interpretasi makna, fungsi, dan konsekuensi dari tindakan
manusia dan praktik institusional, dan bagaimana ini terlibat dalam konteks
lokal, dan mungkin juga lebih luas. Apa yang dihasilkan, sebagian besar
adalah deskripsi, penjelasan, dan teori verbal; kuantifikasi dan analisis
statistik memainkan peran bawahan paling banyak.

208
PENELITIAN KUALITATIF

1. Merekam Dan Mengatur Data

Sumber data utama yang digunakan etnografer adalah observasi dan


partisipasi; laporan lisan peserta, baik yang terjadi secara alami maupun
yang diperoleh dalam wawancara; ditambah dokumen dan artefak dari
berbagai jenis. Bagaimana data ini perlu dipertahankan atau dicatat,
dan diatur, dalam persiapan untuk proses analisis? Bagaimana proses
analitik harus dilakukan bersamaan dengan pemrosesan data?
(Hammersley & Atkinson, 2007).

2. Dokumen Dan Bahan Lainnya

Materi doumenter dari latar penelitian perlu disimpan seperti materi dari
internet agar diunduh dan dicetak, materi promosi, panduan, surat
edaran digandakan (jika mendapatkan ijin). Dokumen yang diperoleh
dari website agar disimpan dan jika memungkinkan didownload.

Terkadang, tidak ada alternatif untuk mencatat dalam merekam data


dari dokumen, atau yang berkaitan dengan objek material. Di sini,
menyalin dokumen secara keseluruhan diperlukan, tetapi ini tidak
selalu merupakan strategi pencatatan yang paling efektif. Butuh
keahlian khusus untuk membuat penilaian tentang dokumen mana, dan
bagian mana dari dokumen yang boleh dan tidak perlu disalin. Ada tiga
model pencatatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menyalin dengan
tangan, mengindeks, dan meringkas. Masing-masing harus digunakan
sesuai dengan kemungkinan aksesibilitas dokumen di masa mendatang
dan penggunaan yang diantisipasi dari catatan yang akan dimasukkan.
Yang sangat penting di sini adalah apakah mereka berhubungan dengan
tema sentral penelitian atau memberikan informasi latar belakang.
Pertimbangan ini dapat bervariasi di berbagai dokumen atau bahkan
bagian dokumen, dan penilaian tentangnya dapat berubah seiring
waktu. Juga harus diingat bahwa catatan tertulis tidak perlu dibuat di
tempat: di mana akses ke dokumen dibatasi mungkin lebih efisien untuk
membaca indeks, ringkasan, atau bagian yang relevan ke dalam perekam
audio portabel, jika memungkinkan, dan kemudian transkrip rekaman
nanti.

209
PENELITIAN KUALITATIF

3. Merekam Pengamatan Dan Wawancara: Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah cara tradisional dalam etnografi untuk


mencatat data observasi dan wawancara. Awalnya dilakukan dengan
tulisan tangan, tetapi sekarang kadang-kadang dapat dimasukkan
langsung ke laptop. Catatan lapangan selalu selektif karena tidak
mungkin mencatat semuanya. Perlu fokus dan detail. Apa yang dicatat
akan bergantung pada pengertian umum seseorang tentang apa yang
relevan dengan masalah penelitian yang diramalkan, serta ekspektasi
latar belakang (Wolfinger, 2002). Catatan lapangan tidak mungkin
memberikan catatan komprehensif tentang latar penelitian. Etnografer
penting untuk menggunakan 'catatan kepala' atau memori untuk
mengisi dan mengontekstualisasikan ulang peristiwa dan ucapan yang
direkam.

4. Merekam Observasi Dan Wawancara Secara Digital

Karena teknologi perekaman permanen sekarang sudah tersedia, dalam


format kecil dan andal, maka kualitas data yang lebih baik dalam hal-
hal penting dapat diperoleh. Penggunaan video atau film, fotografi, dan
perekaman audio menawarkan berbagai pilihan untuk pengumpulan
dan penyimpanan data.

5. Rekaman Audio

Lebih baik menggunakan rekaman audio daripada mengandalkan


catatan lapangan. Keuntungan dari menggunakan rekaman audio
adalah hasil wawancara dapat diperoleh secara lengkap, tetapi berhati-
hati dengan kesalahan teknis yang bisa saja terjadi, misalnya, lupa
menekan tombol on pada alat rekam, atau kebisingan-kebisingan yang
masuk saat melakukan perekaman, sehingga suara orang yang direkam
menjadi samar. Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan mikrofon
jika memungkinkan agar kata-kata yang diwawancara dapat terdengar
dengan jelas.

6. Fotografi dan Perekaman Video

Fotografi telah lama digunakan dalam antropologi dan masih selalu


digunakan dan sekarang ini sudah dipadupadankan dengan perekaman

210
PENELITIAN KUALITATIF

video. Semakin pentingnya analisis budaya dalam ilmu sosial telah


mendorong pengumpulan dan pemanfaatan materi visual. Bahan visual,
dan representasi budaya material, merupakan aspek kunci dari
penelitian ini. Ini termasuk analisis semiotik foto, film, dan program
televisi; analisis ruang arsitektural; etnografi desain, dan analisis barang
dan ruang domestik (Pink, 2004).

Diperlukan keahlian saat menggunakan teknik fotografi, film, dan


perekaman video pada penelitian. Keputusan harus dibuat tentang dari
mana bidikan akan diambil, apakah kamera harus tetap atau bergerak,
apakah satu fokus akan diadopsi atau apakah fokus harus bervariasi;
dan jika demikian kapan dan bagaimana. Jika posisi dan fokus tidak
tetap, pengoperasian kamera kemungkinan akan dilakukan secara
penuh waktu, sehingga akan sulit bahkan tidak mungkin untuk
mengamati dan mencatat secara bersamaan.

7. Transkripsi

Transkripsi adalah pekerjaan yang memakan waktu, dan ini harus ada
dalam perencanaan penelitian. Tidak ada aturan yang tegas dan cepat,
tetapi rasio waktu penyalinan dengan waktu yang direkam selalu tinggi:
setidaknya lima banding satu. Jika pembicaraannya multi-pihak, jika
ada kebisingan latar belakang, dan jika rekaman video sedang
ditranskrip, mungkin diperlukan waktu lebih lama. Yang juga relevan
adalah jenis transkripsi yang diperlukan: format terperinci yang sering
digunakan oleh analis wacana jauh lebih memakan waktu untuk
diproduksi daripada format yang lebih umum dalam karya etnografi. Ada
aturan umum tentang pelaksanaan transkripsi. Pertama-tama,
keputusan perlu dibuat tentang apakah transkripsi penuh diperlukan.
Alternatifnya adalah memperlakukan rekaman audio atau video sebagai
dokumen, mengindeks dan meringkas sebagian besar, hanya menyalin
apa yang tampaknya penting. Ini akan menghemat banyak waktu, tetapi
berisiko mengabaikan materi yang relevan terutama karena apa yang
dianggap relevan akan berubah seiring waktu, dan apa yang ada di
rekaman yang belum ditranskripsi mungkin akan dilupakan.

211
PENELITIAN KUALITATIF

8. Catatan Analitik, Memo, dan Jurnal Kerja Lapangan

Saat seseorang sedang membaca dokumen, menulis catatan lapangan,


atau menyalin materi audiovisual, ide analitik sering muncul. Penting
untuk mencatat hal ini, karena mungkin berguna nanti saat
menganalisis data. Namun, penting untuk melakukan ini dengan cara
yang mempertahankan perbedaan yang jelas antara catatan analitik, di
satu sisi, dan akun yang diberikan oleh peserta dan deskripsi peneliti
sendiri tentang tindakan dan situasi, di sisi lain. Misalnya, catatan
analitik dapat ditempatkan dalam tanda kurung siku atau tanda kurung
ganda; atau, seperti yang akan kita lihat, mereka dapat dimasukkan ke
dalam jurnal kerja lapangan.

9. Penyimpanan Data, Pengindeksan dan Pengambilan

Etnografer biasanya menyimpan rekaman data pengamatan secara


kronologis. Demikian pula, transkrip wawancara dan sejenisnya
biasanya disimpan sebagai catatan lengkap dari wawancara individu,
dan disimpan secara berurutan. Namun, proses analisis akan sering
membutuhkan reorganisasi aktif dari data ke dalam tema dan kategori
seringkali memecah teks menjadi potongan-potongan atau segmen-
segmen terpisah dan mengidentifikasinya sesuai dengan sistem
pengindeksan atau pengkodean.

Pengkodean data dalam hal kategori menyediakan infrastruktur penting


untuk pencarian dan pengambilan nanti. Itu juga dapat memainkan
peran aktif dalam proses penemuan. Whyte, (1981) menekankan
pentingnya mengantisipasi bagaimana data dapat digunakan. Alokasi
data untuk kategori dalam etnografi biasanya berbeda dari jenis
pengkodean yang khas dalam penelitian kuantitatif, termasuk analisis
isi. Dalam pengkodean etnografi, tidak ada persyaratan bahwa butir data
ditugaskan ke satu dan hanya satu kategori, atau ada aturan eksplisit
untuk menetapkannya.

Identifikasi kategori adalah inti dari proses analisis. Akibatnya, daftar


kategori yang mengatur data umumnya mengalami banyak perubahan
selama penelitian. Secara khusus, biasanya ada pergeseran menuju
kategori yang lebih abstrak seiring berkembangnya karya.

212
PENELITIAN KUALITATIF

Pengorganisasian dan reorganisasi data dalam hal kategori dapat


dilakukan dalam beberapa cara. Yang paling sederhana adalah
mengkode catatan. Di sini data dikodekan, yaitu, ditugaskan ke kategori,
pada rekaman yang sedang berjalan itu sendiri (atau, lebih baik,
salinannya). Komentar yang menghubungkan data dengan kategori
deskriptif atau analitik ditulis di pinggir, di belakang, atau di halaman
yang disisipkan, bergantung pada format data itu sendiri. Ini cepat, dan
mempertahankan rasa 'membaca' data. Namun, itu tidak diadaptasi
dengan baik untuk prosedur pencarian dan pengambilan segmen data
selanjutnya. Dalam versi yang lebih canggih dari strategi ini, indeks
analitik diproduksi. Di sini setiap segmen data diindeks di bawah
serangkaian judul yang berkembang, disimpan di kartu indeks atau
dalam program database sederhana. Segmen yang dikodekan secara
identik atau serupa dapat ditemukan dalam hard copy asli data bila
diperlukan. Namun, ini tidak membuat perbandingan mereka sangat
mudah.

Metode alternatif pengorganisasian data, yang digunakan oleh banyak ahli


etnografi di masa lalu, adalah pemilahan fisik. Beberapa salinan data dibuat,
dan setiap segmen data disimpan dalam folder yang mewakili semua kategori
yang dianggap relevan. Dengan pendekatan ini, para etnografer dapat
menemukan semua data yang dikumpulkan secara bersama-sama ketika
mereka datang untuk menganalisis dan menulis suatu tema tertentu. Pada
saat yang sama, penyimpanan fisik dari banyak salinan memiliki
keterbatasan: paling tidak waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
salinan dan kebutuhan ruang yang besar dari kumpulan data yang besar
dan kompleks.

Prosedur Pelaksanaan Etnografi

Seperti semua penyelidikan kualitatif, tidak ada cara tunggal untuk


melakukan penelitian dalam etnografi, artinya ada beberapa cara dalam
melakukan penelitian etnografi. Menurut Creswell, (2007), ada enam
langkah yang digunakan untuk melakukan etnografi:

213
PENELITIAN KUALITATIF

1. Tentukan apakah etnografi adalah desain yang paling tepat digunakan


untuk mempelajari masalah penelitian. Etnografi tepat jika
kebutuhannya adalah untuk menggambarkan bagaimana suatu
kelompok budaya bekerja dan untuk mengeksplorasi keyakinan, bahasa,
perilaku, dan isu-isu seperti kekuasaan, perlawanan, dan dominasi.
Literatur mungkin kurang benar-benar mengetahui bagaimana
kelompok itu bekerja karena kelompok itu tidak dalam arus utama,
orang mungkin tidak akrab dengan kelompok itu, atau caranya sangat
berbeda sehingga pembaca mungkin tidak mengidentifikasi dengan
kelompok itu.

2. Identifikasi dan temukan kelompok berbagi budaya untuk dipelajari.


Biasanya, kelompok ini adalah kelompok yang telah bersama selama
jangka waktu tertentu, sehingga bahasa, pola perilaku, dan sikap
mereka yang sama telah menyatu menjadi pola yang dapat dilihat. Ini
juga mungkin kelompok yang telah terpinggirkan oleh masyarakat.
Karena ahli etnografi menghabiskan waktu berbicara dengan dan
mengamati kelompok ini, akses mungkin memerlukan penemuan satu
atau lebih individu dalam kelompok yang memungkinkan peneliti
menjadi penjaga gerbang atau informan kunci (atau peserta).

3. Pilih tema atau masalah budaya untuk dipelajari tentang grup. Ini
melibatkan analisis kelompok berbagi budaya. Tema dapat mencakup
topik seperti enkulturasi, sosialisasi, pembelajaran, kognisi, dominasi,
ketidaksetaraan, atau perkembangan anak dan dewasa (Creswell, 2007;
LeCompte & Schensul, 1999). Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Hammersley & Atkinson, (1995), ahli etnografi memulai penelitian
dengan memeriksa orang-orang dalam interaksi dalam lingkungan biasa
dan dengan mencoba membedakan pola-pola pervasif seperti siklus
hidup, peristiwa, dan tema budaya. Budaya adalah istilah yang tidak
berbentuk, bukan sesuatu yang manipulative/berbohong (Wolcott,
1987), tetapi sesuatu yang peneliti kaitkan dengan suatu kelompok
ketika mencari pola dunia sosial mereka. Itu disimpulkan dari kata-kata
dan tindakan anggota kelompok, dan ditugaskan ke kelompok ini oleh
peneliti. Ini terdiri dari apa yang orang lakukan (perilaku), apa yang
mereka katakan (bahasa), ketegangan potensial antara apa yang mereka

214
PENELITIAN KUALITATIF

lakukan dan harus dilakukan, dan apa yang mereka buat dan gunakan,
seperti artefak (Spradley, 1980). Tema semacam itu beragam, seperti
yang diilustrasikan dalam Kamus Konsep dalam Antropologi Budaya
karya Winrhrop, (1991), Fetterman, (1998) membahas bagaimana ahli
etnografi menggambarkan perspektif holistik dari sejarah kelompok,
agama, politik, ekonomi, dan lingkungan. Dalam uraian ini, konsep
budaya seperti struktur sosial, kekerabatan, struktur politik, dan
hubungan atau fungsi sosial di antara anggota kelompok dapat
dijelaskan.

4. Untuk mempelajari konsep budaya, tentukan jenis etnografi yang akan


digunakan. Bagaimana kelompok bekerja perlu dijelaskan, atau
etnografi kritis perlu mengungkap isu-isu seperti kekuasaan, hegemoni,
dan mengadvokasi kelompok tertentu. Seorang etnografer kritis,
misalnya, membahas ketidaksetaraan dalam masyarakat atau sebagian
darinya, menggunakan penelitian untuk mengadvokasi dan menyerukan
perubahan, dan menentukan masalah untuk dieksplorasi, seperti
ketidaksetaraan, dominasi, penindasan, atau pemberdayaan.

5. Kumpulkan informasi di mana kelompok bekerja dan tinggal. Ini disebut


kerja lapangan (Wolcott, 1999). Mengumpulkan jenis informasi yang
biasanya dibutuhkan dalam etnografi melibatkan pergi ke lokasi
penelitian, menghormati kehidupan sehari-hari individu di lokasi, dan
mengumpulkan berbagai macam bahan. Masalah lapangan tentang
saling menghormati, timbal balik, memutuskan siapa yang memiliki
data, dan lain-lain merupakan pusat etnografi. Etnografer membawa
kepekaan terhadap masalah kerja lapangan (Hammersley & Atkinson,
1995; LeCompte & Preissle, 1993), seperti memperhatikan bagaimana
mereka mendapatkan akses, memberi kembali atau timbal balik dengan
peserta, dan bersikap etis dalam semua aspek penelitian, seperti
menampilkan diri dan penelitian. LeCompte & Schensul, (1999)
mengatur jenis data etnografi ke dalam observasi, tes dan pengukuran,
survei, pandangan interview, analisis konten, wawancara, metode
elisitasi, metode audiovisual, pemetaan spasial, dan penelitian jaringan.
Dari sekian banyak sumber yang terkumpul, ahli etnografi menganalisis
data untuk mendeskripsikan kelompok berbagi budaya, tema yang

215
PENELITIAN KUALITATIF

muncul dari kelompok, dan interpretasi keseluruhan (Wolcott, 1999).


Peneliti mulai dengan menyusun deskripsi rinci tentang kelompok
berbagi budaya, berfokus pada satu peristiwa, beberapa kegiatan, atau
kelompok selama periode waktu yang lama. Etnografer beralih ke
analisis tema pola atau topik yang menandakan bagaimana kelompok
budaya bekerja dan hidup.

6. Menempa seperangkat aturan atau pola kerja sebagai produk akhir dari
analisis ini. Produk akhirnya adalah potret budaya holistik kelompok
yang menggabungkan pandangan partisipan (emik) dan pandangan
peneliti (etik). Mungkin juga mengadvokasi kebutuhan kelompok atau
menyarankan perubahan dalam masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan kelompok. Akibatnya, pembaca belajar tentang kelompok
berbagi budaya baik dari peserta maupun interpretasi peneliti. Produk
lain mungkin lebih berbasis pertunjukan, seperti produksi teater, drama,
atau puisi.

Fenomenologi

Menurut Vanderstoep & Johnston, (2009), fenomenologi didasarkan pada


karya filosofis Edmund Husserl. Asumsi yang mendasari filosofi ini adalah
bahwa dalam setiap pengalaman terdapat esensi atau struktur sejati.
“Fenomenologi menanyakan hakikat dari sebuah fenomena, untuk apa yang
membuat sesuatu menjadi apa adanya dan tanpanya hal itu tidak dapat
menjadi apa adanya” (van Manen, 1990). Fenomenologi berfokus pada
bagaimana orang mengalami fenomena tertentu; yaitu, sine qua non (suatu
kondisi yang tak terelakkan adanya) dari sebuah pengalaman.

Apa Fokus Penelitian?

Fenomenolog mengeksplorasi bagaimana individu membangun makna


mereka dari pengalaman, dan bagaimana makna individu ini membentuk
makna kelompok atau budaya. Fenomenologi, di satu sisi, tradisi filosofis
yang lebih spesifik yang menginformasikan penyelidikan kualitatif, tetapi, di
sisi lain, dapat digunakan untuk mencakup hampir semua bentuk penelitian
kualitatif. Fenomenologi dalam pengertian umum adalah studi tentang
fenomena. Dengan kata lain, dunia seperti yang tampak pada manusia yang

216
PENELITIAN KUALITATIF

mengalami dan bertindak. Pendekatan fenomenologis akan bersikeras untuk


menganggap serius pengalaman manusia, dalam bentuk apa pun itu
muncul. Menurut Giorgi, (1985) seorang psikolog fenomenologis terkemuka
yang berkonsentrasi pada fenomenologi dalam pengertian yang lebih
spesifik, itu adalah studi tentang struktur, dan variasi struktur, kesadaran
di mana sesuatu, peristiwa, atau orang muncul.

Bagaimana, seorang fenomenolog bertanya, dan bagaimana pengalaman


diterjemahkan ke dalam kesadaran? Sebuah fenomena untuk dipelajari
mungkin merupakan realitas pengalaman hubungan seksual kasual mahasiswa
(Paul & Hayes, 2002) atau bagaimana rasanya menjadi mahasiswa generasi
pertama Afrika-Amerika di abad ke-21 (Orbe, 2003). Seorang ahli fenomenologi
akan bertanya, “Apa inti sebenarnya dari kesedihan? Seperti apa rasanya?
Pikiran apa yang terkait dengannya? Bagaimana itu diingat? Bagaimana itu
dibicarakan dan dibagikan dengan orang lain? Makna apa yang diciptakan
untuk memahaminya?” Van Manen mencatat bahwa fenomenologi selalu
melibatkan refleksi retrospektif atas sebuah pengalaman. “Seseorang tidak
dapat merenungkan pengalaman hidup sambil hidup melalui pengalaman itu.
Misalnya, jika seseorang mencoba merenungkan kemarahannya saat sedang
marah, ia menemukan bahwa kemarahannya telah berubah atau hilang”.

Menurut Creswell, (2007), ada dua tipe fenomenologi yaitu fenomenologi


hermeneutik (van Manen, 1990). Hermeneutika adalah seni interpretasi dan
dengan demikian mendasar bagi banyak penelitian kualitatif dan fenomenologi
empiris, transendental, atau psikologis (Moustakas, 1994; van Manen, 1990).
Van Marren, seorang pendidik telah menulis sebuah buku instruktif tentang
fenomenologi hermeneutis di mana ia menggambarkan penelitian sebagai
berorientasi pada pengalaman hidup (fenomenologi) dan menafsirkan teks
kehidupan (hermeneutika) (van Manen, 1990). Meskipun van Manen tidak
mendekati fenomenologi dengan seperangkat aturan atau metode, ia membahas
penelitian fenomenologi sebagai interaksi yang dinamis di antara enam kegiatan
penelitian. Para peneliti pertama-tama beralih ke sebuah fenomena, sebuah
"perhatian abadi" yang secara serius menarik minat mereka (misalnya,
membaca, berlari, mengemudi, mengasuh). Dalam prosesnya, mereka
merefleksikan tema-tema esensial, apa yang membentuk sifat dari pengalaman
hidup ini.

217
PENELITIAN KUALITATIF

Fenomenologi transendental atau psikologis Moustakas, (1994) kurang


terfokus pada interpretasi peneliti dan lebih pada deskripsi pengalaman
partisipan. Selain itu, Moustakas berfokus pada salah satu konsep Husserl,
epoche (epoché adalah istilah Yunani kuno. Dalam filsafat Hellenistik ini
adalah istilah teknis yang biasanya diterjemahkan sebagai "menangguhkan
penilaian" tetapi juga sebagai "menahan persetujuan". Dalam filsafat
fenomenologi modern mengacu pada proses mengesampingkan asumsi dan
keyakinan), di mana peneliti mengesampingkan pengalaman mereka,
sebanyak mungkin, untuk mengambil perspektif baru terhadap fenomena
yang diteliti. Oleh karena itu, '' transendental "berarti" di mana semuanya
dirasakan baru, seolah-olah untuk pertama kalinya" (Moustakas, 1994).
Moustakas mengakui bahwa keadaan ini jarang dicapai dengan sempurna.

Selain tanda kurung, empiris, fenomenologi transendental mengacu pada


Studi Duquesne dalam Psikologi Fenomenologis Giorgi, (1985), prosedur
analisis data van Kaam, (1996) dan Colaizzi, (1978). Prosedurnya,
diilustrasikan oleh Moustakas (1994), terdiri dari mengidentifikasi fenomena
untuk dipelajari, mengurung pengalaman seseorang, dan mengumpulkan
data dari beberapa orang yang pernah mengalami fenomena tersebut.
Peneliti kemudian menganalisis data dengan mereduksi informasi menjadi
pernyataan atau kutipan yang signifikan dan menggabungkan pernyataan
tersebut menjadi tema. Setelah itu, peneliti mengembangkan deskripsi
tekstur dari pengalaman orang-orang (apa yang dialami partisipan),
deskripsi struktural dari pengalaman mereka (bagaimana mereka
mengalaminya dalam kondisi, situasi, atau konteks), dan kombinasi dari
tekstur. dan deskripsi struktural untuk menyampaikan esensi keseluruhan
dari pengalaman.

Apa Peran Peneliti?

Vanderstoep & Johnston, (2009) menjelaskan tentang fitur unik


fenomenologi adalah tuntutan pada peneliti untuk menangguhkan semua
penilaian tentang apa yang nyata. Para ahli fenomenologi berpendapat
bahwa pengalaman manusia masuk akal bagi mereka yang menjalaninya.
Para ahli fenomenologi berbicara tentang realitas kesadaran, sebuah frase
yang menunjukkan bahwa realitas berada dalam interpretasi atau

218
PENELITIAN KUALITATIF

kesadaran dari sebuah pengalaman. Pengalaman peneliti sebagai mahasiswa


bukanlah pergi ke kelas dan belajar untuk ujian. Realitas pengalaman
peneliti adalah interpretasi tentang pergi ke kelas dan mengikuti ujian. Jika
peneliti menempatkan interpretasi tantangan senang pada pengalaman
mempelajari metode penelitian, itulah realitas. Dalam arti tertentu,
pengalaman menjadi nyata hanya sejauh peneliti membangun makna dan
ringkasan yang memberi tahu peneliti apa pengalaman atau pengalaman
sebelumnya. Tujuan dan peran peneliti adalah untuk masuk ke pengalaman
para peserta dan melihatnya seperti yang mereka lihat. Dalam pengertian
ini, peneliti dan peserta penelitian adalah rekan peneliti. Penting untuk
memikirkan peneliti sebagai semacam media atau fasilitator dalam proses
ini (Gluck & Patai, 1991). Media/peneliti menyampaikan suara dengan
reinterpretasi atau pembentukan kembali yang minimal.

Bagaimana Metode Berfokus Pada Makna?

Fenomenolog mempelajari makna kehidupan sehari-hari. Orbe, (2003),


misalnya, mengembangkan studi fenomenologis tentang pengalaman
komunikasi kelompok non-mayoritas dalam budaya Amerika yang dominan,
seperti wanita, orang kulit berwarna, gay/lesbian/biseksual, penyandang
disabilitas, dan orang dengan sosial ekonomi rendah. status. Orbe ingin
memahami pengalaman berkomunikasi dengan budaya dominan yang
memiliki norma komunikasi yang berbeda dari budayanya sendiri. Misalnya,
orang Eropa-Amerika, yang menikmati struktur kekuasaan dominan di
Amerika Serikat, sering merendahkan kelompok etnis dan minoritas karena
“terlalu marah” atau “di luar kendali” dalam artikulasi penindasan dan
diskriminasi mereka. Ini membungkam kelompok budaya nonmayoritas
dengan merendahkan gaya komunikasi dan mengabaikan substansi pesan.
Penelitian Orbe menunjukkan mengapa metode fenomenologis mutlak
diperlukan mengingat sifat dari pertanyaan penelitian. Orbe harus
memahami fenomena yang dialami oleh kelompok nondominan. Lihatlah
potensi sirkularitas di sini: Perspektif metodologis lainnya mungkin telah
memaksa responden untuk membingkai pengalaman mereka sesuai dengan
ekspektasi budaya dominan, sehingga membungkam pengalaman itu
sendiri.

219
PENELITIAN KUALITATIF

Dimana Dilakukan Penelitian?

Vanderstoep & Johnston, (2009), mengatakan bahwa salah satu tantangan


penelitian fenomenologi adalah menjangkau sejumlah partisipan yang
pernah mengalami fenomena yang sama. Kematian orang yang dicintai,
melahirkan, dan pengalaman kanker tidak terbatas pada tempat tertentu,
jadi peneliti pergi ke tempat orang yang mengalami fenomena tertentu dapat
ditemukan.

Penciptaan komunitas virtual di internet telah membuat pemilihan peserta


untuk penelitian fenomenologi menjadi lebih mudah. Karena komunitas
virtual ini terbuka untuk siapa saja, sangat umum bagi peneliti untuk
menganalisis interpretasi tertulis orang tentang pengalaman mereka di blog
(buku harian online) dan situs web kelompok pendukung. Anderson, (2006)
misalnya, tertarik pada fenomena komunikasi peduli. Dia sedang
menganalisis pesan dukungan online untuk seorang pria muda sekarat di
Caringbridge. org. Situs web ini menyediakan akses unik ke pengalaman
kepedulian dan kehilangan oleh anggota keluarga, teman, dan orang asing
yang pernah mengalami kehilangan serupa. Situs web memungkinkan
perbandingan pesan ke keluarga, pesan yang ditujukan kepada pria yang
sekarat sebelum kematiannya, dan bahkan pesan ke pria hingga dua tahun
setelah kematiannya.

Bagaimana Melakukan Penelitian, dan Bagaimana Bentuknya


Setelah Dilakukan?
Peneliti fenomenologis memulai dengan data naratif, mereduksi cerita dan
deskripsi menjadi tema esensialnya, dan terlibat dalam analisis sistematis
kata dan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan fenomena. Para
peneliti dan peserta adalah peneliti bersama dalam upaya ini, dan tujuan
akhir peneliti adalah untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik
tentang fenomena tertentu dengan menyoroti interpretasi dari mereka yang
benar-benar mengalaminya. Hasil akhir dari studi fenomenologis adalah
gambaran tentang esensi atau struktur umum yang esensial dari sebuah
pengalaman (Husserl, 1967). Laporan ini harus, sedekat dan sejelas
mungkin, mencerminkan kenyataan yang digambarkan oleh para peserta.

220
PENELITIAN KUALITATIF

Creswell, (2007) merinci mengenai tata cara pelaksanaan penelitian


fenomenologi dengan metode Moustakas (1994).

1. Peneliti menentukan apakah masalah penelitian paling baik diteliti


dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Jenis masalah yang
paling cocok untuk bentuk penelitian ini adalah masalah yang penting
untuk memahami pengalaman umum atau bersama beberapa individu
tentang suatu fenomena. Penting untuk memahami pengalaman umum
ini untuk mengembangkan praktik atau kebijakan, atau untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang ciri-ciri
fenomena tersebut.

2. Fenomena yang menarik untuk dipelajari, seperti kemarahan,


profesionalisme, apa artinya kekurangan berat badan, atau apa artinya
menjadi pegulat, diidentifikasi.

3. Peneliti mengakui dan menentukan asumsi filosofis fenomenologi yang


luas. Misalnya, seseorang dapat menulis tentang kombinasi realitas
objektif dan pengalaman individu. Pengalaman hidup ini selanjutnya
sadar dan diarahkan pada suatu objek. Untuk menggambarkan
sepenuhnya bagaimana partisipan melihat fenomena tersebut, peneliti
harus mengurung, sebanyak mungkin, pengalaman mereka sendiri.

4. Data dikumpulkan dari individu yang mengalami fenomena tersebut.


Seringkali pengumpulan data dalam studi fenomenologi terdiri dari
wawancara mendalam dan beberapa wawancara dengan partisipan.
Polkinghorne, (1989) merekomendasikan agar peneliti mewawancarai 5
sampai 25 orang yang semuanya mengalami fenomena tersebut. Bentuk
data lain juga dapat dikumpulkan, seperti observasi, jurnal, seni, puisi,
musik, dan bentuk seni lainnya. van Manen, (1990) menyebutkan
percakapan yang direkam, ditulis secara formal, tanggapan, kisah
pengalaman perwakilan dari drama, film, puisi, dan novel.

5. Para peserta ditanyai dua pertanyaan umum yang luas (Moustakas,


1994). Apa yang telah dialami sehubungan dengan fenomena tersebut?
Konteks atau situasi apa yang biasanya memengaruhi atau
memengaruhi pengalaman peneliti tentang fenomena tersebut?
Pertanyaan terbuka lainnya juga dapat diajukan, tetapi keduanya

221
PENELITIAN KUALITATIF

memusatkan perhatian pada pengumpulan data yang akan mengarah


pada deskripsi tekstur dan deskripsi struktural dari pengalaman, dan
pada akhirnya memberikan pemahaman tentang pengalaman umum
para peserta.

6. Langkah-langkah analisis data fenomenologi umumnya serupa untuk


semua ahli fenomenologi psikologis yang membahas metode (Moustakas,
1994; Polkinghorne, 1989). Membangun data dari pertanyaan penelitian
pertama dan kedua, analis data melalui data (misalnya, transkripsi
wawancara) dan menyoroti pernyataan signifikan, kalimat, atau kutipan
yang memberikan pemahaman tentang bagaimana peserta mengalami
fenomena tersebut.., Moustakas, (1994) menyebut langkah ini sebagai
horizonalisasi. Selanjutnya, peneliti mengembangkan kelompok-
kelompok makna dari pernyataan-pernyataan penting tersebut menjadi
tema-tema.

7. Pernyataan dan tema yang signifikan ini kemudian digunakan untuk


menuliskan gambaran tentang apa yang dialami partisipan (deskripsi
tekstural). Mereka juga terbiasa menulis deskripsi tentang konteks atau
latar yang memengaruhi bagaimana partisipan mengalami fenomena
tersebut, yang disebut variasi imajinatif atau deskripsi struktural.
Moustakas (1994) menambahkan langkah lebih lanjut yaitu peneliti
menulis tentang pengalaman mereka sendiri dan konteks serta situasi
yang telah memengaruhi pengalaman mereka (Marshall & Rossman,
2006).

8. Dari deskripsi struktural dan tekstur, peneliti kemudian menulis


deskripsi gabungan yang menyajikan esensi dari fenomena tersebut,
yang disebut struktur (atau esensi) esensial dan invarian. Terutama
bagian ini berfokus pada pengalaman umum para peserta. Sebagai
contoh, itu berarti bahwa semua pengalaman memiliki struktur yang
mendasarinya (kesedihan adalah sama apakah orang yang dicintai
adalah anak anjing, parkit, atau anak kecil). Ini adalah bagian deskriptif,
satu atau dua paragraf panjang, dan pembaca harus menjauh dari
fenomenologi dengan perasaan, " Lebih memahami seperti apa rasanya
bagi seseorang untuk mengalaminya" (Polkinghorne, 1989).

222
PENELITIAN KUALITATIF

Studi Kasus

Penelitian studi kasus adalah pendekatan investigatif yang digunakan untuk


menggambarkan secara menyeluruh fenomena yang kompleks, seperti
peristiwa terkini, isu penting, atau program, dengan cara menggali
pemahaman baru dan lebih dalam tentang fenomena tersebut. Secara
khusus, metodologi ini berfokus pada konsep kasus, contoh atau contoh
tertentu dari kelas atau kelompok peristiwa, isu, atau program, dan
bagaimana orang berinteraksi dengan komponen fenomena ini. Pendekatan
studi kasus sangat berguna untuk digunakan ketika ada kebutuhan untuk
mendapatkan apresiasi mendalam tentang suatu masalah, peristiwa atau
fenomena yang menarik, dalam konteks kehidupan nyata yang alami.

Apa Fokus Penelitian?

Vanderstoep & Johnston, (2009) menjelaskan bahwa studi kasus berbeda


dengan etnografi yang fokus pada budaya dan studi fenomenologis yang
fokus pada fenomena. Stake, (1995) menggambarkan sebuah kasus sebagai
hal yang spesifik, kompleks, berfungsi, yaitu sistem yang dibatasi. Kasusnya
adalah sistem yang terintegrasi. Bagian-bagiannya tidak harus bekerja
dengan baik, tujuannya mungkin tidak rasional, tetapi itu adalah sebuah
sistem. Dengan demikian orang dan program jelas merupakan kasus
prospektif. Peristiwa dan proses kurang sesuai dengan definisi. Contoh
sistem termasuk organisasi, korporasi, kelompok pendukung yang sedang
berlangsung, atau sekelompok mahasiswa. Suatu sistem dapat dibatasi oleh
ruang (misalnya perguruan tinggi tertentu), waktu (misalnya angkatan
2010), atau tujuan (misalnya jurusan pendidikan). Suatu sistem dicirikan
oleh keutuhan, saling ketergantungan bagian-bagiannya, non-summativitas
(perasaan bahwa keseluruhan kasus atau sistem lebih besar daripada
jumlah bagian-bagiannya), dan kecenderungan ke arah keseimbangan.
Sebuah keluarga, misalnya, menunjukkan karakteristik suatu sistem. Itu
didefinisikan oleh 1). Keutuhan yaitu entitas tersendiri dan berbeda dari
keluarga lain; 2). Saling ketergantungan yaitu tindakan satu anggota
memiliki pengaruh yang bergema pada anggota keluarga lainnya; 3).
Nonsummativitas yaitu keluarga lebih besar daripada jumlah anggota
individualnya karena ritual, tradisi, keintiman, dan sejarahnya lebih besar

223
PENELITIAN KUALITATIF

daripada anggota individu mana pun; dan 4). Keseimbangan yaitu keluarga
menciptakan pola perilaku kebiasaan yang, baik fungsional maupun
disfungsional, sulit diubah. Organisasi, acara, program, dan kelompok
politik atau sosial hanyalah beberapa contoh sistem.

Creswell, (2007) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus melibatkan studi


tentang suatu masalah yang dieksplorasi melalui satu atau lebih kasus
dalam sistem yang dibatasi yaitu latar dan konteks. Meskipun penelitian
studi kasus adalah pendekatan kualitatif di mana penyelidik mengeksplorasi
sistem terbatas (kasus) atau sistem terbatas ganda (kasus) dari waktu ke
waktu, melalui pengumpulan data yang terperinci dan mendalam yang
melibatkan berbagai sumber informasi (misalnya, observasi, wawancara,
audiovisual). materi, dan dokumen dan laporan, dan melaporkan deskripsi
kasus dan tema berbasis kasus. Misalnya, beberapa program (studi multi-
situs) atau satu program (studi di dalam situs) dapat dipilih untuk dipelajari.

Lapan et al., (2012) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus adalah


pendekatan investigatif yang digunakan untuk menggambarkan secara
menyeluruh fenomena yang kompleks, seperti peristiwa terkini, isu penting,
atau program, dengan cara menggali pemahaman baru dan lebih dalam
tentang fenomena tersebut. Secara khusus, metodologi ini berfokus pada
konsep kasus, contoh atau contoh tertentu dari suatu kelas atau kelompok
peristiwa, isu, atau program, dan bagaimana orang berinteraksi dengan
komponen dari fenomena ini. Misalnya, studi kasus bencana (peristiwa)
tumpahan minyak Pantai Teluk AS 2010 akan mewakili contoh (kasus)
kecelakaan pengeboran minyak lepas pantai. Studi kasus hukum imigrasi di
Arizona (masalah) akan menjadi contoh masalah kebijakan imigrasi yang
dilembagakan oleh pemerintah. Dan investigasi upaya pencegahan
penggunaan narkoba di sekolah menengah setempat adalah contoh studi
kasus program.

Pendekatan studi kasus akrab bagi ilmuwan sosial karena popularitasnya


dalam psikologi (Freud), kedokteran (analisis kasus suatu masalah), hukum
(hukum kasus), dan ilmu politik (laporan kasus). Ini tidak menutup
kemungkinan ilmu sosial lain untuk melakukan pendekatan yang sama.

224
PENELITIAN KUALITATIF

Ada beberapa jenis studi kasus. Seorang peneliti dapat memilih untuk
melakukan studi kasus tunggal atau studi kasus kolektif. Studi kasus
kolektif melibatkan perbandingan beberapa kasus terkait, seperti
perbandingan beberapa organisasi perusahaan. Studi kasus juga dapat
difokuskan pada satu orang, dan disebut studi kasus biografis, atau
berfokus pada satu peristiwa, dan disebut studi kejadian kritis (Vanderstoep
& Johnston, 2009).

Jenis studi kasus kualitatif dibedakan berdasarkan ukuran kasus yang


dibatasi, seperti apakah kasus tersebut melibatkan satu individu, beberapa
individu, kelompok, seluruh program, atau aktivitas. Mereka juga dapat
dibedakan dalam hal maksud dari analisis kasus. Ada tiga variasi dalam hal
maksud yaitu studi kasus instrumental tunggal, studi kasus kolektif atau
ganda, dan studi kasus intrinsik. Dalam studi kasus instrumental tunggal
Stake, (1995) menerangkan bahwa peneliti berfokus pada suatu masalah
atau perhatian, dan kemudian memilih satu kasus terbatas untuk
mengilustrasikan masalah ini. Dalam studi kasus kolektif atau studi kasus
berganda, satu masalah atau masalah dipilih lagi, tetapi penanya memilih
beberapa studi kasus untuk mengilustrasikan masalah tersebut. Peneliti
dapat memilih untuk mempelajari beberapa program dari beberapa lokasi
penelitian atau beberapa program dalam satu situs. Seringkali penanya
dengan sengaja memilih banyak kasus untuk menunjukkan perspektif yang
berbeda tentang masalah tersebut. Yin, (2003) mengemukakan bahwa
desain studi kasus berganda menggunakan logika replikasi, di mana
penanya mereplikasi prosedur untuk setiap kasus. Sebagai aturan umum,
peneliti kualitatif enggan menggeneralisasi dari satu kasus ke kasus lainnya
karena konteks kasus berbeda. Namun, untuk menggeneralisasi dengan
baik, penanya perlu memilih kasus yang representatif untuk dimasukkan
dalam penelitian kualitatif. Jenis terakhir dari desain studi kasus adalah
studi kasus intrinsik di mana fokusnya adalah pada kasus itu sendiri
misalnya, mengevaluasi sebuah program, atau mempelajari siswa yang
mengalami kesulitan-lihat (Stake, 1995) karena kasus tersebut
menghadirkan situasi yang tidak biasa atau unik. Ini menyerupai fokus
penelitian naratif, tetapi prosedur analitik studi kasus dari deskripsi rinci

225
PENELITIAN KUALITATIF

kasus, yang diatur dalam konteks atau lingkungannya, masih berlaku


(Creswell, 2007).

Apa Peran Peneliti?

Dibandingkan dengan metodologi kualitatif lainnya, posisi peneliti dalam


studi kasus kurang jelas. Biasanya, suara dan perspektif peneliti lebih
mendominasi daripada informan Vanderstoep & Johnston, 2009).

Secara umum, peneliti studi kasus memiliki alternatif bagaimana mereka


akan melakukan berbagai peran. Salah satu posisi bisa menjadi guru,
sementara yang lain bisa menjadi pengamat, peserta, pewawancara,
pembaca, pendongeng, artis, konselor, evaluator, konsultan, dan lain
sebagainya. Meskipun pedoman untuk melakukan penelitian dapat muncul
preskriptif dan konstriktif, ada banyak pendekatan berbeda yang diambil
peneliti saat mengembangkan, meneliti, menerbitkan, dan berkonsultasi.
Setiap peneliti secara terus-menerus memilih berapa banyak bobot yang
akan dicurahkan untuk setiap peran, baik secara sadar maupun tidak
sengaja. Para peneliti memfokuskan studi kasus pada bagian-bagian
tertentu dari fenomena minat, penyelidikan yang biasanya terbatas pada
penyelidikan peristiwa, isu, atau program kontemporer daripada peristiwa
sejarah (Lapan et al., 2012).

Bagaimana Metode Berfokus Pada Makna?

Tujuan dari studi kasus adalah untuk memahami karakteristik yang


mendefinisikan sistem terbatas tertentu, dan mungkin untuk
menggambarkan suatu peristiwa atau proses yang terjadi di dalam sistem
itu (Vanderstoep & Johnston, 2009). Selain itu, tujuan menyeluruh dari
pendekatan ini adalah untuk secara komprehensif menangkap kompleksitas
(Stake, 1995), dari aktivitas, keputusan, dan interaksi manusia. Hasil studi
kasus menawarkan kepada mereka yang secara langsung terkena kasus dan
pihak lain yang tertarik dengan acara atau program (audiens) memperluas
kesadaran dengan memberikan detail yang kaya tentang aspek-aspek kasus
yang disorot.

226
PENELITIAN KUALITATIF

Dimana Dilakukan Penelitian?

Studi kasus dapat dilakukan berbagai tempat, tergantung kasus yang


sedang diteliti. Studi kasus terkadang dilakukan di lokasi, dan terkadang
dilakukan dari dokumen sejarah. Namun, peneliti perlu menentukan alasan
pengambilan sampel untuk kasus atau kasus yang dipilih untuk analisis.
Alasan pengambilan sampel bervariasi sesuai dengan sifat pertanyaan
penelitian. Terkadang seorang peneliti akan memilih kasus yang serupa; di
lain waktu, dia akan memilih kasus berdasarkan kriteria perbedaan. Sering
peneliti akan memilih kasus berdasarkan tipikalitas dan terkadang
berdasarkan kriteria keunikan (Vanderstoep & Johnston, 2009).

Bagaimana Melakukan Penelitian, Dan Bagaimana Bentuknya


Setelah Dilakukan?
Hasil dari studi kasus adalah deskripsi dan interpretasi dari kasus tersebut.
Fokus khusus adalah deskripsi konteks kasus, yang merupakan latar sosial,
ekonomi, budaya, geografis, atau sejarah.
Selain deskripsi, peneliti menyajikan analisis tema atau isu utama yang
muncul dari penyelidikan, dan juga dapat memberikan interpretasi atau
rekomendasi (Stake, 1995).
Lapan et al., (2012) menjelaskan bahwa awal dalam melakukan penelitian
ini adalah melakukan konseptualisasi studi, menulis pertanyaan studi,
merancang rencana penelitian dan cara menemukan jawaban, apa saja
protokol dan instrumen penelitian, dan perekaman data.

Langkah pertama adalah membuat konsep penelitian, yang mencakup


mengklarifikasi tujuan, mendefinisikan dan membatasi kasus,
mengidentifikasi pertanyaan, dan mempertimbangkan khalayak potensial
untuk laporan (contoh pada tabel 10.2). Langkah ini membantu peneliti
memverifikasi bahwa penelitian studi kasus sesuai dengan apa yang ingin
diketahui peneliti, atau tujuan penelitian. Untuk menyelesaikan langkah ini,
peneliti mengajukan pertanyaan seperti, Apa yang ingin saya ketahui tentang
kasus tersebut? Mengapa saya ingin mengetahui hal ini? Bagaimana saya
akan membatasi atau mengikat kasus ini? Siapa lagi yang ingin tahu atau
peduli tentang ini? Langkah awal ini memengaruhi semua hal lain yang akan
dilakukan peneliti.

227
PENELITIAN KUALITATIF

Didalam melakukan konseptualisasi studi, peneliti perlu membatasi kasus


dengan menulis pertanyaan studi. Pertanyaan studi menyediakan struktur
untuk menangkap esensi kasus dalam konteksnya. Peneliti bertanya, Apa
yang ingin saya ketahui tentang kasus tersebut? Mengajukan pertanyaan
yang baik adalah salah satu hal terpenting yang dilakukan oleh peneliti studi
kasus karena pertanyaan tersebut memfokuskan penyelidikan dan
menentukan rencana. Peneliti mempertimbangkan pertanyaan selama setiap
aspek penelitian. Keputusan tentang jenis data yang dikumpulkan dan
strategi yang digunakan selama interpretasi dan analisis bergantung pada
pertanyaan penelitian. Peneliti juga mempertimbangkan pemangku
kepentingan dalam penelitian saat menyusun pertanyaan. Peneliti bertanya,
Siapa yang peduli atau ingin tahu tentang ini? Apa yang ingin mereka
ketahui? Siapa yang akan membaca laporan studi kasus?

Tabel 10.2 Contoh: Kasus, Batas, Dan Tujuan

Kasus Kasus ini terbatas pada mahasiswa sarjana kesehatan gigi senior
yang melayani sebagai tutor untuk mahasiswa kesehatan gigi
sarjana awal, atau mahasiswa tahun kedua, dalam kursus sarjana
muda dalam kurikulum kesehatan gigi
selama satu semester padat.
Batas Kasus ini terbatas pada peran dan pengalaman tutor dan tidak
fokus pada siswa yang dibimbing, kecuali mereka berkontribusi
pada peran tutor.
Tujuan Ini adalah studi kasus intrinsik tunggal untuk lebih memahami
sifat peran dan pengalaman tutor siswa dan untuk menerangi
penggunaan siswa sebagai tutor.
Sumber: Lapan et al., (2012)

Sebelum mendefinisikan pertanyaan penelitian, peneliti dapat memilih


untuk mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan apa yang perlu
diketahui tentang kasus dan konteksnya. Kerangka teoritis atau konseptual
yang berkaitan dengan kasus dapat memandu pengembangan pertanyaan
penelitian dan dapat ditemukan melalui tinjauan literatur terkait. Kerangka
teoritis atau konseptual menjelaskan atau menyarankan hubungan antara
konsep atau ide. Sinclair, (2007) menyamakan kerangka teoretis dengan peta
atau rencana perjalanan. Sebelum melakukan perjalanan ke tempat yang
tidak dikenal, ada baiknya belajar dari pengalaman sebelumnya dari orang
lain yang telah melakukan perjalanan serupa, untuk mendengarkan saran

228
PENELITIAN KUALITATIF

mereka tentang apa yang harus dibawa dan apa yang diharapkan. Demikian
juga, sebelum memulai sebuah studi, peneliti membaca catatan studi kasus
serupa oleh peneliti lain dan menemukan kemungkinan hubungan dan
prediksi tentang bagaimana konsep atau ide peneliti tersebut dapat
memengaruhi kasus yang ingin dia pelajari.

Stake, (1995) menyatakan bahwa pertanyaan penelitian yang baik akan


mengarahkan pandangan dan pemikiran secukupnya dan tidak terlalu
banya. Pertanyaan penelitian studi kasus sering dimulai dengan bagaimana
atau mengapa (Yin, 2003). Misalnya, Bagaimana pasien diskrining untuk
fasilitas kesehatan mental? Mengapa kriteria tersebut digunakan? Peneliti
mulai merumuskan pertanyaan tentang situasi atau masalah yang akan
dipelajari, dengan mengingat bahwa pertanyaan penelitian lebih besar dari
sekedar apa yang mungkin diungkapkan oleh satu sumber tentang kasus
tersebut. Oleh karena itu, pertanyaan harus difokuskan pada konten
program, bukan pada sumber data. Seseorang harus mengajukan
pertanyaan seperti Bagaimana peserta dipilih? daripada Apa pendapat
peserta tentang proses seleksi? Perhatikan bagaimana Moore, (2009) menulis
pertanyaan untuk studi tutornya di Gambar 10.1

Gambar 10.1 Contoh Pertanyaan Studi Tutor


Sumber: Lapan et al., (2012)

229
PENELITIAN KUALITATIF

Tahap berikutnya adalah membuat rencana penelitian untuk mencari cara


menemukan jawaban. Setelah kasus didefinisikan dan pertanyaan
ditentukan, peneliti dapat mulai merencanakan rincian penelitian dengan
menanyakan, Bagaimana setiap pertanyaan dapat dijawab dengan baik?
Siapa yang memiliki informasi yang dibutuhkan? Pengamatan apa yang
dibutuhkan? dan Apakah ada dokumen untuk ditinjau? Data apa saja yang
akan dikumpulkan? Dari siapa data akan dikumpulkan? Bagaimana,
dimana, dan kapan data akan dikumpulkan? Siapa yang harus
mengumpulkan data? Data apa yang akan dikumpulkan?

Peneliti menentukan jenis data yang diperlukan untuk menjawab


pertanyaan penelitian dengan sebaik-baiknya. Meskipun tidak ada aturan
baku tentang jenis data yang akan digunakan dalam penelitian studi kasus,
tujuan studi kasus seringkali adalah untuk mendeskripsikan, menerangi,
atau memberikan wawasan, yang kemungkinan besar akan membutuhkan
sejumlah besar data kualitatif. Peneliti studi kasus dapat mengamati orang
dan benda, seperti partisipan, aktivitas, interaksi, dan percakapan. Studi
kasus juga dapat memeriksa pemikiran, perasaan, dan pengalaman
individu, yang tidak mudah diamati dan mungkin paling baik diungkapkan
melalui wawancara dengan informan kunci. Misalnya, dalam studi kasus
tutor, wawancara tutor membantu mengungkapkan apa arti peran tutor
siswa bagi tutor. Ini adalah ide-ide rumit yang paling baik dikomunikasikan
dalam pikiran dan kata-kata lengkap untuk mendapatkan makna penuhnya.

Peneliti studi kasus melihat setiap pertanyaan studi untuk menentukan data
apa yang dibutuhkan dan cara terbaik untuk memperolehnya. Studi kasus
juga dapat memeriksa perilaku, yang lebih mudah diamati dan dapat
dijelaskan dan digambarkan melalui cara yang lebih kuantitatif, seperti
penghitungan peristiwa. Data kuantitatif juga dapat mencakup hasil dari
instrumen seperti tes dan pengukuran sikap. Adalah tugas peneliti untuk
mencapai keseimbangan antara data kuantitatif dan kualitatif dalam
memperoleh jawaban terbaik atas pertanyaan penelitian dan
mengomunikasikan kasus tersebut kepada pemangku kepentingan dan
khalayak lainnya.

230
PENELITIAN KUALITATIF

Peneliti studi kasus membuat rencana yang menggabungkan berbagai


metode pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan. Triangulasi, atau
menemukan kesepakatan di antara bukti yang dikumpulkan dari berbagai
sumber dan menggunakan berbagai metode, meningkatkan validitas dan
kepercayaan temuan. Ketika peneliti memperoleh temuan serupa melalui
dua metode yang berbeda, seperti wawancara dan observasi, informasi
tersebut dianggap lebih dapat dipercaya atau kredibel (misalnya, jika
wawancara menunjukkan bahwa pasien menghabiskan banyak waktu di
ruang tunggu, dan kunjungan ke fasilitas mengungkapkan ruang berdiri
saja). Namun, jika peneliti mengamati sesuatu yang berbeda dari apa yang
diungkapkan oleh wawancara, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk
memahami ketidaksesuaian tersebut (misalnya, jika wawancara
menunjukkan bahwa pasien menghabiskan banyak waktu di ruang tunggu,
tetapi kunjungan ke fasilitas mengungkapkan ruang kosong). ruang tunggu).
Demikian pula, jika dua sumber yang berbeda setuju tentang sesuatu
(misalnya, jika pasien dan dokter setuju bahwa sistem perawatan kesehatan
memenuhi kebutuhan masyarakat), informasi tersebut lebih kredibel
daripada ketika dua sumber tidak setuju (misalnya, jika dokter merasa
sistem perawatan kesehatan memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi
pasien tidak).

Dari Siapa Data Akan Dikumpulkan?

Informan adalah sumber data, atau seseorang yang mengetahui tentang


kasus dan dapat membantu peneliti mempelajari kasus tersebut. Patton,
(2015); Stake, (1995) mendefinisikan informan sebagai seseorang yang tahu
banyak tentang [kasus] dan mau mengobrol. Peneliti studi kasus membuat
rencana yang menggabungkan pengumpulan data dari berbagai sumber dan
berbagai perspektif untuk menjawab pertanyaan. Misalnya, studi kasus
program pelatihan akademi kepolisian kemungkinan besar akan mencakup
pencarian data dari peserta pelatihan dan pelatih, dan dapat menggunakan
wawancara, kuesioner, dan observasi langsung. Dalam studi kasus tutor
kesehatan gigi, penggunaan berbagai metode dan sumber ini termasuk
mewawancarai dan mengamati tutor dan mereka yang diajari.

231
PENELITIAN KUALITATIF

Peneliti studi kasus sering mengidentifikasi peserta dengan menggunakan


pengambilan sampel yang bertujuan sebagai lawan dari pengambilan sampel
secara acak. Dengan pengambilan sampel acak, setiap butir atau orang
memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk dipelajari. Misalnya,
peserta dapat dipilih dengan menggambar nama dari topi. Pengambilan
sampel yang bertujuan memberikan lebih banyak kekuatan dalam penelitian
studi kasus karena sumber data, partisipan, atau kasus dipilih berdasarkan
seberapa banyak yang dapat dipelajari darinya. Pendekatan ini digambarkan
sebagai mencari sumber-sumber yang kaya informasi daripada
menghasilkan sampel yang representatif (Patton, 2015).

Peneliti studi kasus mempertimbangkan berapa banyak atau berapa banyak


sampel untuk menjawab pertanyaan. Kadang-kadang perkiraan dibuat
sebelum studi, dan kemudian jumlah sebenarnya ditentukan berdasarkan
data yang diperoleh. Misalnya, peneliti dapat terus mencari data sampai
saturasi tercapai, yaitu bukti menjadi berlebihan, tanpa informasi baru yang
masuk (Lincoln & Guba, 1985).

Bagaimana, di mana, dan kapan data akan dikumpulkan? Peneliti studi


kasus berkonsentrasi pada kasus, mengumpulkan data dari berbagai
sumber dengan menggunakan berbagai metode selama berhari-hari,
berminggu-minggu, atau mungkin lebih lama lagi. Peneliti harus
memutuskan apakah pendekatan longitudinal atau cross-sectional akan
mengungkapkan kompleksitas kasus dengan baik. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, studi kasus longitudinal merupakan pengecualian
dalam kerangka waktu karena dapat berlangsung selama berbulan-bulan
atau bahkan lebih lama tergantung pada tujuan penelitian. Misalnya, jika
mempelajari sistem perawatan kesehatan, peneliti harus memutuskan
apakah dia harus menghabiskan banyak waktu mengikuti pasien yang sama
dari waktu ke waktu dari penerimaan hingga pelepasan (longitudinal), atau
jika dia harus mempelajari orang yang berbeda pada berbagai tahap,
termasuk ada pasien yang diterima, ada yang dirawat, dan ada yang
dibebaskan dari perawatan (cross-sectional).

Setelah peneliti menentukan jenis data yang diperlukan dan strategi


pengumpulan data, garis waktu dapat dibangun. Tergantung pada siapa dan
apa yang sedang dipelajari, mungkin perlu untuk membuat kontak dan

232
PENELITIAN KUALITATIF

memastikan akses ke lokasi penelitian, sebuah proses yang serupa dengan


yang diperlukan untuk penelitian etnografi. Peneliti studi kasus juga
membuat rencana untuk melindungi partisipan, memastikan persetujuan
mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan studi, dan memperoleh
persetujuan yang diperlukan.

Siapa yang harus mengumpulkan data? Peneliti studi kasus membutuhkan


berbagai keterampilan selain informasi tentang isu-isu yang terkait dengan
kasus tersebut. Tinjauan pustaka membantu membiasakan peneliti dengan
kasus, konteks, isu-isu terkait, dan kerangka teoritis atau konseptual yang
dapat menginformasikan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang
peneliti yang baru dalam penelitian studi kasus mungkin perlu memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam metode yang biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif, termasuk mewawancarai, mendengarkan, mengamati,
mendeskripsikan, dan menafsirkan.

Menurut Seidman, (1998) Ada paradoks yang melekat di inti permasalahan


tentang topik apa yang dipilih peneliti untuk dipelajari, karena minat peneliti
pada suatu topik sering dikaitkan dengan seberapa dekat mereka terlibat
dengannya. Desain kualitatif sering meminta orang yang paling bertanggung
jawab atas interpretasi berada di lapangan, melakukan pengamatan,
melakukan penilaian subjektif, menganalisis dan mensintesis, sambil
mewujudkan kesadaran mereka sendiri (Stake, 1995). Penting bagi peneliti
untuk memeriksa dan mengungkapkan posisi penelitinya dengan cermat.
Jika peneliti memiliki hubungan dekat atau sejarah masa lalu dengan kasus
yang sedang dipelajari, informasi ini harus dibuat transparan. Bias atau
predisposisi peneliti dapat dibuat eksplisit dalam wawancara kurung
sebelum penelitian. Dalam wawancara kurung, peneliti mengungkapkan apa
yang dia yakini dapat diungkapkan oleh studi tersebut, menurutnya apa
jawaban atas pertanyaan studi tersebut, dan potensi bias atau keyakinan
lain yang dapat memengaruhi interpretasi peneliti atas temuan studi.
Peneliti dan audiens studi kasus harus memeriksa dengan lebih hati-hati
setiap hasil yang sesuai dengan ekspektasi peneliti sebelumnya. Selain
mengungkap dan mendokumentasikan kecenderungan dan bias,
bergantung pada posisinya, peneliti juga mempertimbangkan siapa yang
terbaik untuk mengumpulkan data. Mungkin perlu melibatkan beberapa

233
PENELITIAN KUALITATIF

penyelidik. Ketika pengamat yang berbeda menemukan kesamaan, ada


kekuatan; di mana mereka berbeda, ada kebutuhan untuk penyelidikan
lebih lanjut.

Protokol dan Instrumen Penelitian

Desain dan pilihan protokol dan instrumen akan berdampak besar pada
kualitas penelitian secara keseluruhan. Misalnya, peneliti ingin memilih atau
merancang instrumen yang valid, atau mengukur apa yang hendak diukur.
Instrumen standar, seperti kuesioner atau protokol observasi, dapat
diidentifikasi dari tinjauan literatur atau sumber khusus yang melaporkan
alat penelitian. Jika instrumen yang sesuai tidak dapat diidentifikasi peneliti
mungkin perlu membuat instrumen orisinal, atau memodifikasi instrumen
yang sudah ada, untuk memenuhi kebutuhan studi. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah survei, wawancara, observasi, dan
perekaman data.

Survei dan Wawancara. Instrumen wawancara dan survei sering digunakan


dalam pekerjaan studi kasus. Pertanyaan wawancara dan survei yang baik
harus bersifat netral, bukannya memimpin atau menyiratkan jawaban.
Misalnya, “Bagaimana reaksi siswa?” jauh lebih baik daripada "Apa yang
tidak disukai siswa?" Juga, setiap pertanyaan harus menanyakan hanya
satu hal daripada banyak hal. Misalnya, "Ceritakan tentang pelatihanmu"
lebih baik daripada "Ceritakan bagaimana kamu dipilih dan dilatih".
Pertanyaan terbuka akan menghasilkan data yang lebih detail dan berguna
daripada pertanyaan yang bisa dijawab dengan ya atau tidak. Misalnya, "Hal
apa yang ingin Anda capai dengan siswa Anda?" akan menghasilkan jenis
data yang sama sekali berbeda dari "Apakah Anda merasa tujuan utama
Anda adalah untuk mengajarkan konten?" (contoh bagus dari pertanyaan
terkemuka juga). Beberapa gaya pertanyaan bahkan menghasilkan data
yang lebih kaya seperti 1). Pertanyaan hipotetis, "Misalkan saya seorang
siswa yang menolak peran tersebut, apa yang akan Anda katakan kepada
saya?"; 2). Pertanyaan devil’s advocate question (jenis pertanyaan di mana
Anda mengajukan pertanyaan kepada juri yang memaparkan argumen
pembelaan), seperti, “Beberapa orang akan mengatakan bahwa siswa tidak
boleh menjadi tutor; bagaimana Anda akan menanggapinya?”; dan 3).

234
PENELITIAN KUALITATIF

Pertanyaan yang meminta interpretasi atau spekulasi, seperti, “Bagaimana


Anda mengatakan bahwa bimbingan itu berbeda dari yang Anda harapkan?”
atau “Jika Anda adalah direkturnya, perubahan apa yang akan Anda
lakukan dalam program tersebut?”

Selain menggunakan instrumen yang valid untuk pengumpulan data,


peneliti juga menentukan bagaimana instrumen tersebut akan digunakan.
Wawancara bisa sangat terstruktur, dengan kata- kata dan urutan tertentu,
atau dilakukan seperti percakapan informal, dengan ruang untuk
fleksibilitas atau eksplorasi. Dalam kedua kasus tersebut, tujuan peneliti
adalah menggunakan pendekatan terbaik untuk mencapai tujuan studi
kasus. Urutan pertanyaan yang diajukan serta kata-kata tertentu juga dapat
berdampak pada hasil.

Setelah instrumen pengumpulan data dipilih atau dirancang, peneliti


mengujinya. Ini membantu memastikan keberhasilan dalam memperoleh
informasi yang diinginkan dan memungkinkan masalah diselesaikan
sebelum penelitian. Uji coba mungkin sesederhana berbagi instrumen
dengan rekan kerja untuk memastikan bahwa pertanyaan disusun dengan
tepat dan dipahami serta ditafsirkan sebagaimana dimaksud. Tes lapangan
melibatkan penggunaan instrumen pada peserta yang mirip dengan peserta
sebenarnya yang akan dipelajari.

Moore, (2009) mengembangkan protokol wawancara, atau panduan, untuk


studi kasus tutornya, yang mencakup instruksi serta pertanyaan. Panduan
wawancara dirancang untuk memungkinkan eksplorasi pengalaman
peserta.

Pengamatan. Rencana observasi membantu peneliti mempertimbangkan apa


yang sebenarnya harus diamati, kapan, dan untuk berapa lama. Dalam
penelitian studi kasus, peneliti mengamati dan menjelaskan rincian,
termasuk pengamatan khusus tentang konteks, lingkungan sekitar dan latar
fisik, politik, dan sosial.

Bergantung pada tujuan penelitian, pengamatan dapat memerlukan


berbagai jumlah struktur. Mungkin penelitian akan mengharuskan
pengamat melengkapi protokol atau instrumen khusus yang telah divalidasi
untuk digunakan. Contoh pendidikan dari alat observasi adalah Analisis

235
PENELITIAN KUALITATIF

Interaksi Flanders (Flanders, 1973). Protokol ini meminta pengamat untuk


menghitung dan memberi kode interaksi guru-siswa menggunakan kode
numerik yang berbeda tergantung pada apakah seorang guru menggunakan
pengaruh langsung (seperti mengajar atau memberi arahan) atau pengaruh
tidak langsung (seperti mengajukan pertanyaan, memuji, atau mendorong),
dan tergantung pada sifat pembicaraan siswa (seperti menanggapi, memulai,
atau diam.

Beberapa studi kasus membutuhkan pengamatan yang kurang terstruktur.


Misalnya, seorang pengamat yang berpengalaman mungkin memulai dengan
halaman kosong, menggambar peta dan diagram, dan mencatat apa pun
yang menurutnya perlu diperhatikan. Ini menawarkan detail lingkungan
unik yang tidak dapat diketahui sampai pengamatan dimulai.

Peneliti harus membedakan antara apa yang diamati, atau apa yang terjadi
secara objektif seperti yang mungkin dilihat orang lain, dan apa itu
interpretasi. Penting bagi peneliti untuk mencatat kesan dan pertanyaan
yang muncul selain untuk mendeskripsikan pengamatan yang lebih konkrit,
dan untuk memahami perbedaannya. Misalnya, "Dia mulai berbicara lebih
keras dari orang lain dan menunjuk jarinya saat dia berkata, 'Kamu akan
mendengar dari saya' " bersifat deskriptif; "Dia bertingkah seperti sedang
marah dan mengancam seseorang" bersifat interpretatif.

Perekaman Data. Sebelum penelitian, peneliti studi kasus juga memilih


metode untuk merekam informasi dari wawancara dan observasi. Misalnya,
apakah wawancara akan direkam, atau akankah pewawancara membuat
catatan selama atau setelah wawancara? Mungkin dia akan melakukan
keduanya. Apakah pengamatan akan direkam dengan video, atau akankah
pengamat mencatat atau menghitung secara real time? Keputusan ini dibuat
berdasarkan sifat observasi. Misalnya, jika ada banyak hal yang harus
diamati sekaligus, rekaman video, yang dapat ditinjau beberapa kali, paling
baik memfasilitasi hal ini tetapi juga memerlukan waktu tambahan. Studi
menunjukkan bahwa orang menjadi terbiasa dengan kamera dengan cepat
ketika tidak ada operator di belakangnya dan ketika orang sangat terlibat
dalam apa yang mereka lakukan (Jordan & Henderson, 1995). Jika
pengamatan lebih terarah, mungkin lebih masuk akal untuk mengamati
secara real time (pengamatan langsung). Seperti banyak penelitian yang

236
PENELITIAN KUALITATIF

menggunakan observasi langsung di mana peneliti hadir, peneliti


sebenarnya dapat berfungsi sebagai pengamat partisipan dan berinteraksi
dengan partisipan, tetapi lebih umum bagi pengamat untuk tidak
mengganggu sebanyak mungkin untuk mengurangi pengaruhnya terhadap
alam. situasi yang sedang diamati.

Melaksanakan Penelitian Studi Kasus

Setelah peneliti menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana dan kapan
mengumpulkan data, dan siapa yang akan mengumpulkan data, dan setelah
semua persetujuan yang diperlukan telah diperoleh, rencana tersebut
diterapkan. Seperti yang ditunjukkan oleh Yin, (2003) tidak ada formula
rutin untuk melakukan studi kasus. Namun, dengan penelitian studi kasus,
peneliti dapat mempelajari sesuatu di awal penelitian yang dapat
menginformasikan dan meningkatkan pendekatan yang diambil di sisa
penelitian. Penting bagi peneliti studi kasus untuk memiliki rencana tetapi
juga tetap terbuka terhadap penemuan yang tidak terduga atau tidak
terduga. Misalnya, meskipun peneliti berfokus pada penempatan kerja
dalam studi kasus kantor pengangguran, dia mungkin juga menemukan
bahwa klien ditawari cara yang lebih ekonomis untuk membeli bahan
makanan yang dibutuhkan. Ini adalah contoh dari peneliti studi kasus yang
fleksibel dalam mencari jawaban tertentu namun tetap terbuka untuk
temuan lainnya. Peneliti tidak pernah yakin bagaimana kasus itu akan
terungkap, apa yang akan dia temukan, atau apa artinya.

Melaksanakan Pengumpulan Data

Sikap seorang peneliti studi kasus selama pengumpulan data tetap menjadi
seorang penyelidik yang benar-benar ingin tahu tentang sifat kasus, selalu
mencari pemahaman dan jawaban. Peneliti menjaga tujuan dan pertanyaan
studi dalam pikiran dan berfokus pada kasus selama pengumpulan data.
Peneliti memahami bahwa dia bukan ahli dalam kasus tersebut, bahwa
partisipanlah yang memiliki informasi yang dibutuhkan. Memahami unsur-
unsur kasus dari perspektif partisipan sangat penting karena peneliti tetap
naif, terbuka, tidak mengancam, dan tidak memihak. Peneliti mengamati
dengan seksama dan berpikir secara mendalam, berusaha untuk memahami

237
PENELITIAN KUALITATIF

konteks dan isu-isu, mencari makna dalam perilaku dan pengamatan


lainnya.

Peneliti berusaha untuk memastikan validitas informasi yang dikumpulkan.


Ketika informasi terungkap, misalnya melalui wawancara, peneliti berusaha
untuk menguatkan apa yang dikatakan melalui observasi atau telaah
dokumen. Ketika satu sumber berbagi informasi, penyelidik mencari
konfirmasi dari perspektif lain. Ketika banyak sumber setuju, bukti dianggap
lebih dapat dipercaya atau valid.

Seperti pendekatan kualitatif lainnya, penelitian studi kasus seringkali


menghasilkan sejumlah besar data. Volume data yang tinggi ini
membutuhkan pengelolaan yang hati-hati dan penulisan catatan lapangan
secara teratur atau membuat jurnal dengan informasi penting, seperti
tanggal, lokasi, dan orang yang hadir pada setiap pengamatan atau
wawancara. Peneliti berusaha mempertahankan rangkaian bukti (Yin, 2003)
sehingga setiap temuan dapat ditelusuri kembali ke data yang terkumpul
dalam bentuk aslinya yang masih mentah.

Selama pengumpulan data, peneliti mendeskripsikan dan membuat catatan


tentang firasat potensial mengenai makna di balik apa yang diamati atau
dikatakan. Peneliti juga membuat catatan tentang apa yang dia pikirkan
selama pengumpulan data dan analisis awal, dalam bentuk memo tanggal
yang akhirnya menjadi bagian dari dan menginformasikan analisis dan
interpretasi. Pendekatan dua kolom adalah metode penjurnalan yang biasa
digunakan dalam penelitian studi kasus. Deskripsi dan data obyektif dicatat
dalam satu kolom, dan catatan makna potensial atau interpretasi temuan
dicatat dalam kolom kedua.

Melaksanakan Analisis Data

Dalam penelitian studi kasus, seperti dalam metodologi lain, pengumpulan


dan analisis data idealnya terjadi secara bersamaan dalam proses yang
dinamis dan interaktif. Pengumpulan data adalah bagian penting dari
proses, tetapi tidak berguna kecuali peneliti dapat memahami data.
Misalnya, dalam studi kasus program komunitas untuk ibu remaja, peneliti
akan mengumpulkan data dari peserta yang mengelola program, dan ingin

238
PENELITIAN KUALITATIF

menganalisis data awal ini dengan hati-hati untuk mendapatkan petunjuk


tentang masalah selanjutnya yang harus dikejar dan data mana sumber
untuk dipilih. Belajar dari data awal bahwa individu tertentu diminta untuk
keluar dari program seharusnya membuat peneliti studi kasus
menindaklanjuti masalah ini secara menyeluruh. Tingkat awal analisis
seringkali melibatkan pengkodean, atau pengklasifikasian, data kualitatif
dari observasi, wawancara, dan sumber lainnya. Analisis secara harfiah
berarti memisahkan sesuatu untuk memeriksanya dalam komponen
terkecilnya. Peneliti mendekonstruksi informasi dan kemudian
menyatukannya kembali dengan cara yang lebih bermakna. Dengan
membedah berbagai bagian, peneliti memberikan makna pada bagian-bagian
tersebut.

Peneliti terus-menerus membandingkan data, insiden, interaksi, atau


komentar untuk properti, seperti persamaan dan perbedaan, yang dapat
membantu mengidentifikasi kategori. Peneliti memberikan kode untuk
berbagai kategori. Merriam, (2009) memberikan contoh pengkodean dan
kategori menggunakan item makanan di toko kelontong. Dia menyarankan
untuk membandingkan setiap item makanan dengan item makanan lainnya,
sehingga menghasilkan kategori yang terkait dengan karakteristiknya.
Dengan cara ini makanan dapat diklasifikasikan ke dalam kategori dan sub
kategori. Misalnya, jeruk dapat diklasifikasikan dalam kategori buah dan
juga dalam sub kategori seperti jeruk dan rumah tangga. Kode membantu
peneliti menyortir dan mengatur data, seperti halnya folder file dapat
membantu mengatur setumpuk kertas. Ketika peneliti melihat kesamaan
antara berbagai komponen, maka komponen tersebut akan diberikan
kategori atau kode yang sama. Kode yang dihasilkan oleh peneliti harus
berhubungan dengan tujuan penelitian dan kongruen secara konseptual.
Pengkodean hanyalah satu tingkat analisis.

Seringkali pengumpulan dan analisis data mengungkapkan informasi yang


tidak dapat diantisipasi sebelum penelitian dan dapat mengubah arah
penelitian. Selama tahap awal analisis data, peneliti studi kasus membuat
catatan tentang perubahan atau penambahan terkait data baru untuk
dikumpulkan yang tidak ada dalam rencana studi awal. Peneliti mencatat
wawasan atau firasat awal, dan kemudian mengumpulkan data yang

239
PENELITIAN KUALITATIF

diperlukan untuk mengkonfirmasi atau menyangkalnya. Sifat yang terus


berkembang ini merupakan salah satu kekuatan desain penelitian studi
kasus. Salah satu cara untuk melakukan pengkodean yang disebut dengan
kode studi tutor. Sifat kode studi tutor adalah mengkodekan atau
mengklasifikasikan sifat intervensi tutor sebagai pernyataan, pertanyaan
dengan subkategori dalam atau permukaan yaitu ucapan terima kasih, atau
klarifikasi dan konfirmasi, peneliti juga mengklasifikasikan intervensi tutor
menurut apakah penekanannya pada proses, isi, atau atau masalah sosial
(Lapan, Quartaroli, & Riemer, 2012).

Gaya fasilitasi tutor ketika meminta atau mendorong yang diwawancarai


perlu direktif, sugestif, atau memberdayakan. Gaya fasilitasi direktif adalah
gaya di mana tutor memutuskan arah mana yang akan diambil orang yang
diwawancarai atau secara langsung memberi tahu kelompok atau orang
tersebut apa yang harus dilakukan (misalnya, “Cari ini,” atau “Jangan fokus
pada itu”) atau mengendalikan proses tanpa memberikan opsi atau pilihan
(misalnya, "Mengapa peneliti tidak melakukan ini saja," atau "Peneliti akan
mulai dengan Anda"). Gaya fasilitasi sugestif adalah salah satu gaya di mana
tutor menyarankan satu arah untuk diambil tetapi menggunakan bahasa
yang lebih lembut (misalnya, "Mungkin Anda bisa melakukan ini") atau
membiarkan keputusan agak terbuka (misalnya, "Kita bisa melakukannya
dengan cara ini,” atau “Apakah seseorang ingin melakukan itu?”). Gaya
fasilitasi yang memberdayakan adalah gaya di mana tutor mendorong orang
yang diwawancarai untuk membuat keputusan sendiri (misalnya,
“Bagaimana Anda ingin melakukannya?” atau “Apakah Anda tahu apa yang
harus dilakukan selanjutnya?”) atau menawarkan lebih dari satu opsi dari
mana yang harus dipilih (misalnya, “Anda dapat melakukan ini terlebih
dahulu atau melakukan itu terlebih dahulu”).

Selama analisis data, peneliti studi kasus juga melakukan upaya bersama
untuk tetap terbuka terhadap temuan yang bertentangan dengan praduga
yang teridentifikasi sebelum studi, dan dia berusaha untuk tidak
mengkonfirmasi interpretasinya sendiri. Jika tidak ada bukti sebaliknya
yang dapat ditemukan, interpretasi peneliti lebih kuat didukung.

240
PENELITIAN KUALITATIF

Analisis data mengarahkan peneliti ke temuan yang akan dilaporkan, paling


sering termasuk deskripsi konteks dan identifikasi tema atau pola yang
bermakna, dan terkadang termasuk penerapan model dan teori pada data
dan kasus, seperti yang dibahas dalam bagian berikutnya.

Melaksanakan Validitas

Taktik untuk meningkatkan validitas dan kepercayaan temuan studi kasus


dapat mencakup triangulasi pengumpulan data menggunakan berbagai
metode misalnya, mewawancarai, mengamati, dan meninjau dokumen dan
berbagai sumber misalnya, tutor, administrator dan menggunakan protokol
yang diujicobakan dan diuji lapangan untuk wawancara dan observasi.
Melakukan analisis data yang sesuai; memeriksa persiapan dan bias peneliti.
Misalnya, menentukan sejauh mana keyakinan yang terbentuk sebelumnya
oleh peneliti mungkin telah memengaruhi temuan penelitian; pengecekan
anggota, misalnya, meninjau draf temuan oleh informan kunci untuk
melihat apakah mereka menegaskan validitas laporan dan mengakui
kontribusi mereka, dan, melakukan tinjauan dan interpretasi eksternal juga
merupakan tindakan penting untuk meningkatkan validitas dan
kepercayaan temuan studi kasus. Dalam studi tutor, pengecekan anggota
digunakan untuk memastikan validitas.

Analisis Tekstual (Penelitian Studi Pustaka)

Ada banyak istilah yang digunakan untuk menjelaskan analisis tekstual.


Istilah-istilah ini meliputi tinjauan literatur, tinjauan penelitian, tinjauan
penelitian integratif, sintesis penelitian, dan meta-analisis. Buku ini
menggunakan istilah analisis tekstual. Analisis tekstual biasanya muncul
sebagai karya independen yang terperinci atau sebagai pengantar singkat
untuk laporan data primer baru. Ketika tinjauan literatur muncul secara
independen dari data baru, itu dapat melayani berbagai tujuan. Ini dapat
memiliki banyak fokus, tujuan, perspektif, strategi cakupan, organisasi, dan
audiens yang berbeda (Cooper, 1998). Misalnya, tinjauan literatur dapat
berfokus pada hasil penelitian, metode penelitian, teori, aplikasi, atau
semuanya. Tinjauan literatur dapat mencoba untuk mengintegrasikan apa
yang telah dilakukan dan dikatakan orang lain, untuk mengkritik karya

241
PENELITIAN KUALITATIF

ilmiah sebelumnya, untuk membangun jembatan antara bidang topik


terkait, untuk mengidentifikasi isu-isu sentral dalam suatu bidang, atau
semua ini.

Cakupan tinjauan literatur yang memperkenalkan studi primer baru


biasanya cukup sempit. Ini akan dibatasi pada karya-karya teoretis dan
studi empiris yang berkaitan dengan masalah spesifik yang dibahas oleh
studi baru (Cooper, 1998).

Tinjauan literatur yang menggabungkan dua kumpulan fokus dan tujuan


spesifik paling sering muncul dalam literatur ilmiah. Jenis tinjauan pustaka
yang pertama secara bergantian disebut sintesis penelitian, tinjauan
penelitian integratif, atau tinjauan penelitian. Sintesis penelitian berfokus
pada studi empiris dan berusaha meringkas penelitian sebelumnya dengan
menarik kesimpulan keseluruhan dari banyak penyelidikan terpisah yang
membahas hipotesis terkait atau identik. Sintesis penelitian berharap untuk
menyajikan keadaan pengetahuan tentang hubungan kepentingan dan
untuk menyoroti isu-isu penting yang belum terselesaikan oleh penelitian.
Dari sudut pandang pembaca, sintesis penelitian dimaksudkan untuk
menggantikan makalah-makalah sebelumnya yang telah hilang dari
pandangan di belakang bagian depan penelitian (Price, 1965) dan untuk
mengarahkan penelitian masa depan sehingga menghasilkan jumlah
maksimum yang baru informasi.

Tinjauan pustaka jenis kedua adalah tinjauan teoritis. Di sini, peninjau


berharap untuk menyajikan teori-teori yang ditawarkan untuk menjelaskan
fenomena tertentu dan membandingkannya dalam keluasan, konsistensi
internal, dan sifat prediksi mereka. Tinjauan teoretis biasanya akan berisi
deskripsi eksperimen kritis yang telah dilakukan atau disarankan, penilaian
teori mana yang paling kuat dan konsisten dengan hubungan yang
diketahui, dan kadang-kadang reformulasi atau integrasi atau keduanya
gagasan abstrak dari teori yang berbeda (Cooper, 1998).

Apa Fokus Penelitian?

Analisis tekstual melibatkan identifikasi dan interpretasi dari sekumpulan


tanda verbal atau non- verbal. Segala sesuatu yang ditemui, dari pakaian

242
PENELITIAN KUALITATIF

hingga buku hingga makanan hingga arsitektur, adalah sebuah tanda.


Sebuah tanda, menurut filsuf Charles Sanders Peirce, artinya adalah
memaksa Anda memikirkan sesuatu selain dirinya sendiri (Price, 1965).
Tinjauan literatur penelitian adalah metode yang sistematis, eksplisit, dan
dapat direproduksi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mensintesiskan kumpulan karya yang telah diselesaikan dan direkam yang
dihasilkan oleh peneliti, sarjana, dan praktisi (Fink, 2014).

Apa Peran Peneliti?

Peneliti adalah penafsir teks atau teks yang dipilih. Menurut asumsi-asumsi
analisis tekstual, ada tak terhingga banyaknya kemungkinan interpretasi
dari teks tertentu dan setiap interpretasi sama validnya sejauh ia
mencerminkan makna-makna yang dikaitkan dengan teks oleh penafsir.
Oleh karena itu, interpretasi peneliti hanyalah salah satu dari banyak
kemungkinan interpretasi yang valid dari teks tertentu. Dalam analisis
tekstual, peneliti jarang mencari interpretasi orang lain; interpretasi peneliti
sendiri adalah menonjol.

Bagaimana Metode Berfokus Pada Makna?

Vanderstoep & Johnston, (2009) menjelaskan bahwa makna adalah inti dari
analisis tekstual. Makna dapat dianalisis dari perspektif maksud peneliti,
reaksi audiens, konteks sejarah atau budaya di mana teks itu diciptakan,
atau konteks sejarah dan budaya kontemporer di mana teks itu dialami saat
ini. Dengan demikian, setiap perspektif makna kemungkinan besar akan
menghasilkan interpretasi yang berbeda terhadap sebuah teks.

Ada tiga jenis analisis tekstual yang mengambil perspektif makna yaitu
perspektif retoris, perspektif studi kritis, dan perspektif analisis wacana.
Perspektif retoris berfokus pada persuasi dan pengaruh. Asumsi yang
mendasari perspektif retoris adalah bahwa teks memiliki makna dan makna
memengaruhi orang. Para peneliti yang terlibat dalam analisis tekstual
percaya bahwa pornografi, film kekerasan, iklan, dan stereotip gender dan
ras memengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku orang. Tidak semua
peneliti setuju dengan jenis atau tingkat tertentu dari efek ini, tetapi
penelitian analisis tekstual mengasumsikan bahwa makna memiliki efek.

243
PENELITIAN KUALITATIF

Dari perspektif retoris, kita mengalami budaya melalui teks. Kita dapat
memahami tradisi kita, nilai-nilai kita, dan identitas kita hanya melalui
interpretasi teks-teks budaya (Vanderstoep & Johnston, 2009).

Perspektif kajian kritis melihat teks sebagai tempat perebutan kekuasaan.


Tertanam dalam teks budaya populer (misalnya film, televisi, musik, dan lain
sebagainya) adalah pesan tentang siapa yang berkuasa dan siapa yang tidak.
Sarjana studi kritis memeriksa teks untuk bukti penindasan terbuka dan
laten, stereotip, dan diskriminasi. Teks seringkali menampilkan satu sudut
pandang, dan sudut pandang tersebut sering mengkonstruksi dan
memperkuat kekuatan kelompok tertentu. Contohnya adalah analisis
Martha Soloman tentang laporan medis Tuskegee. Pada tahun 1930-an di
Tuskegee, Alabama, Layanan Kesehatan Masyarakat AS melakukan
percobaan medis untuk mempelajari perkembangan alami sifilis pada
populasi pria Afrika-Amerika. 399 laki-laki yang direkrut untuk penelitian
tertipu: mereka diberitahu bahwa mereka menerima pengobatan untuk
penyakit padahal sebenarnya mereka tidak menerima pengobatan. Selain
itu, mereka menolak penisilin ketika tersedia sebagai pengobatan yang
efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan
perkembangan penyakit yang lambat dan menghancurkan dari waktu ke
waktu. Intinya, untuk menyaksikan para peserta meninggal. Laporan
penelitian ini diterbitkan dalam jurnal medis antara tahun 1936 dan 1973.
Tidak ada protes dari komunitas medis mengenai etika percobaan ini
meskipun efek sifilis yang tidak diobati sudah diketahui dengan baik.

Perspektif analitik wacana/naratif berpendapat bahwa jendela untuk


memahami budaya tertentu, kelompok sosial tertentu, atau fenomena
adalah melalui analisis rinci percakapan dan cerita. Asumsi yang mendasari
analisis wacana adalah bahwa melalui komunikasi makna diciptakan dan
dipertahankan. Dua jenis khusus analisis wacana adalah analisis
percakapan dan analisis naratif.

Analisis percakapan adalah interpretasi dari percakapan yang terjadi secara


alami. Kata-kata dan komunikasi nonverbal serta perilaku (secara kolektif
disebut sebagai nonverbal) dianalisis untuk mengeksplorasi bagaimana
percakapan disusun dan fungsi apa yang disajikan oleh ucapan-ucapan
tertentu. Frankel & Beckman, (1989) melakukan analisis percakapan

244
PENELITIAN KUALITATIF

interaksi dokter-pasien. Mereka menemukan bahwa dokter menyusun


interaksi sebagai wawancara, tetapi pasien lebih cenderung menyusun
interaksi sebagai percakapan. Wawancara terdiri dari pertanyaan langsung
dengan harapan jawaban yang sangat spesifik. Sebaliknya, percakapan
dimulai dengan hal-hal umum dan basa-basi sebelum berlanjut ke tujuan
utama interaksi. Frankel dan Beckman menemukan bahwa pasien yang
menggunakan struktur percakapan masih menunggu untuk mendiskusikan
tujuan utama kunjungan mereka ketika dokter sudah pergi untuk menemui
pasien di kamar sebelah.

Analitik wacana/naratif adalah analisis penceritaan yang terjadi secara


alami. Peneliti tertarik pada bagaimana cerita itu disusun dan juga apa
fungsi cerita itu, seperti membangun komunitas, memelihara hubungan,
atau membangun identitas dan nilai-nilai kelompok. (Webster, 2002)
misalnya, mempelajari kenang-kenangan kisah hidup para lansia dan
mengidentifikasi empat fungsi yang disajikan oleh penceritaan publik ini:
persiapan kematian, pemeliharaan keintiman, pengajaran, dan koneksi.

Dimana Dilakukan penelitian?

Vanderstoep & Johnston, (2009) menjelaskan bahwa analisis tekstual


dilakukan di mana pun peneliti menemukan teks. Setiap objek atau teks
verbal atau visual yang membawa makna simbolis merupakan sumber
analisis tekstual. Pilihan pakaian teman sekamar memaksa peneliti untuk
memikirkan kepribadiannya; buku-buku di rak buku mencerminkan minat
dan identitas peneliti; bahan bangunan dan bentuk bangunan tempat
peneliti duduk mengatakan hal-hal tentang budaya, nilai, ekonomi, dan
fungsi ruang yang diantisipasi oleh pencipta bangunan. Dalam pengertian
ini, film, pidato, iklan, majalah, buku, acara televisi, patung atau tugu
peringatan, lanskap, atau video musik adalah teks yang membawa makna
interpretatif dan karenanya dapat dianalisis.

Bagaimana Melakukan Penelitian, dan Bagaimana Bentuknya


Setelah Dilakukan?
Analisis tekstual didasarkan pada dokumen tertulis yang ada atau
transkripsi data lisan. Saat peneliti bekerja dengan dokumen atau teks yang
sudah ada sebelumnya (misalnya film, pidato, laporan berita, atau video

245
PENELITIAN KUALITATIF

musik), sejumlah teknik analitik tersedia. Contoh, kritik Marxis mencari


tanda-tanda perbedaan dalam kekayaan dan kekuasaan; kritik feminis
mencari ketidaksetaraan gender; kritik yang berpusat pada budaya
mengeksplorasi interpretasi teks dari perspektif makna budaya yang
berbeda.

Ketika bekerja dengan analisis percakapan, pertanyaan penelitian lebih


difokuskan pada fungsi masing-masing ucapan, urutan ucapan, dan
bagaimana ucapan berfungsi untuk membangun realitas dan makna
tertentu. Proses menyalin wawancara dan percakapan membosankan dan
memakan waktu. Peneliti tidak hanya harus mengetik kata-kata, tetapi juga
harus merekam atau mencatat nonverbal fisik (misalnya mencondongkan
tubuh ke depan) dan isyarat paralinguistik (misalnya gagap, intonasi naik,
kenyaringan, dan lain-lain).

Laporan penelitian akhir tidak menyertakan transkripsi seluruh dokumen


atau percakapan yang dianalisis. Adalah umum bagi peneliti untuk
menyajikan satu interpretasi teks dan memberikan contoh atau kutipan
spesifik dari teks untuk mendukung interpretasi ini.

Penting juga, dalam laporan analisis tekstual, untuk memberikan gambaran


rinci tentang konteks sejarah dan budaya dari teks tersebut. Mungkin perlu
untuk menggambarkan konteks sejarah dan budaya pada saat teks itu
dibuat, serta konteks sejarah dan budaya kontemporer di mana teks itu
dianalisis. Apakah mungkin, misalnya, menganalisis teks Ibrani kuno
(Alkitab) untuk interpretasinya dalam masyarakat Amerika kontemporer?
Jacobs, (2007), menemui beberapa tantangan makan belalang, melempari
pezina, dan mengorbankan hewan di Amerika kontemporer ketika dia
mencoba untuk hidup secara eksplisit dengan aturan literal Perjanjian Lama
selama satu tahun.

Fink, (2014), menguraikan bahwa ada tujuh tahapan dalam melakukan


penelitian analisis tekstual/penelitian studi pustaka gambar 10.2:

1. Memilih pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian adalah pertanyaan


yang dinyatakan dengan tepat pertanyaan yang memandu ulasan.

2. Memilih database bibliografi atau artikel, situs Web, dan sumber


lainnya. Database bibliografi adalah kumpulan artikel, buku, dan

246
PENELITIAN KUALITATIF

laporan yang dapat menyediakan data untuk menjawab pertanyaan


penelitian. Database biasanya diakses secara online. Basis data
bibliografi yang menarik dalam tinjauan penelitian sering berisi laporan
lengkap dari studi asli. Sumber-sumber lain untuk tinjauan literatur
termasuk para ahli di bidang yang diminati, Web, dan daftar referensi
yang terdapat dalam artikel.

3. Memilih istilah pencarian. Istilah pencarian adalah kata dan frasa yang
digunakan untuk mendapatkan artikel, buku, dan laporan yang sesuai.
Peneliti mendasarkannya pada kata-kata dan konsep yang membingkai
pertanyaan penelitian dan menggunakan tata bahasa dan logika tertentu
untuk melakukan pencarian.

4. Menerapkan kriteria penyaringan praktis. Pencarian literatur awal selalu


menghasilkan banyak artikel, tetapi hanya sedikit yang relevan. Peneliti
menyaring literatur untuk mendapatkan artikel yang relevan dengan
menetapkan kriteria untuk dimasukkan dan dikeluarkan dari tinjauan.
Kriteria skrining praktis meliputi faktor-faktor seperti bahasa artikel
yang dicetak, jenis artikel (artikel jurnal, uji klinis), tanggal publikasi,
dan sumber pendanaan.

5. Menerapkan kriteria penyaringan metodologis. Kriteria metodologi


termasuk kriteria untuk mengevaluasi kualitas ilmiah.

6. Melakukan review. Tinjauan yang andal dan valid melibatkan


penggunaan formulir standar untuk mengabstraksi data dari artikel,
melatih peninjau (jika lebih dari satu) untuk melakukan abstraksi,
memantau kualitas tinjauan, dan menguji coba proses.

7. Sintesis hasil. Hasil tinjauan literatur dapat disintesis secara deskriptif.


Sintesis deskriptif adalah interpretasi temuan tinjauan berdasarkan
pengalaman pengulas dan kualitas serta isi literatur yang tersedia. Jenis
khusus dari sintesis-meta-analisis melibatkan penggunaan metode
statistik untuk menggabungkan hasil dari dua atau lebih studi.

8. Lakukan tinjauan Pustaka. Mengapa harus melakukan tinjauan


pustaka? Peneliti dapat melakukannya untuk alasan pribadi atau
intelektual atau karena perlu memahami apa yang saat ini diketahui
tentang suatu topik dan tidak dapat atau tidak ingin melakukan studi

247
PENELITIAN KUALITATIF

sendiri. Alasan praktis juga ada untuk melakukan review. Peneliti akan
diminta untuk memasukkannya dalam tesis kehormatan atau master,
proposal disertasi atau disertasi, dan untuk mendapatkan dana untuk
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi program.

Gambar 10.2
Langkah-Langkah yang Dilakukan m Melakukan Tinjauan Pustaka Penelitian
Sumber: Fink, (2014)

248
BAB 10
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Sub Capaian

1. Agar mahasiswa memahami struktur dari sebuah artikel penelitian

2. Agar mahasiswa mampu menulis Abstrak

3. Agar mahasiswa mampu menulis Pendahuluan

4. Agar mahasiswa mampu menulis Metode

5. Agar mahasiswa mampu menulis Hasil

6. Agar mahasiswa mampu menulis Pembahasan

7. Agar mahasiswa mampu menulis Kesimpulan

8. Agar mahasiswa memahami persiapan saat akan menerbitkan


manuskrip

9. Agar mahasiswa memahami cara mengirim manuskrip

10. Agar mahasiswa memahami hal teknis dalam menulis manuskrip

Pokok Bahasan

1. Struktur Artikel Penelitian

2. Menulis Abstrak

3. Menulis Pendahuluan

4. Menulis Metode

5. Menulis Hasil

6. Menulis Pembahasan/Diskusi

7. Menulis Kesimpulan

8. Persiapan Menerbitkan Manuskrip

9. Mengirim Manuskrip

249
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

10. Hal Teknis Dalam Menulis Manuskrip

Kriteria dan Bentuk Penilaian

Penguasaan materi dan ketepatan menjawab

Metode Pengajaran:

1. Pengajaran Terprogram

2. Diskusi

3. Kelompok Kerja

4. Panel

Bentuk Non-Test:

1. Pengamatan keaktifan di kelas

2. Partisipasi menjawab pertanyaan

Bentuk Tes:

1. Tes Tulis

2. Tes Lisan

3. Mempersiapkan manuskrip hingga siap di publikasi

Pendahuluan

P ublikasi ilmiah saat ini menjadi hal yang sangat penting. Mahasiswa
wajib melakukan publikasi ilmiah. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemdikbud)
menjelaskan bahwa seluruh mahasiswa (S1, S2, S3) diwajibkan untuk
memublikasikan karya ilmiahnya sebagai salah satu syarat kelulusan.

Pernyataan ini tercantum dengan nomor keputusan 152/E/T/2012 tanggal


27 Januari 2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah dituliskan bahwa:

250
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

1. Untuk lulusan program Sarjana harus menghasilkan manuskrip yang


terbit pada jurnal ilmiah

2. Untuk lulusan program Magister harus telah menghasilkan manuskrip


yang terbit pada jurnal ilmiah nasional diutamakan yang terakreditasi
Dikti.

3. Untuk lulusan program Doktor harus telah menghasilkan manuskrip


yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.

Bagi dosen, publikasi ilmiah juga menjadi keharusan. Sebagai tuntutan


dalam Beban Kerja Dosen dan juga untuk kenaikan Jabatan Akademik
Dosen. Syarat dan ketentuan serta petunjuk teknis diatur dalam peraturan
menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi nomor 20 tahun 2017 tentang
Tunjangan Profesi Dosen Dan Tunjangan Kehormatan Profesor dan Pedoman
JAD.

Sukses menerbitkan jurnal bagi seorang mahasiswa dan dosen adalah ketika
mampu menghasilkan artikel dan diakui oleh penyedia jurnal saat artikelnya
diterima dan dipublikasikan pada jurnal tertentu yang sudah diakui
keberadaannya dan jurnal telah dikutip oleh peneliti lain. Anda tidak
berhasil saat Anda menerbitkan manuskrip, tetapi tidak ada yang
mengutipnya.

Sukses menjadi penulis manuskrip ditentukan bukan oleh jumlah halaman


yang dicetak tetapi oleh pengaruhnya. Seorang peneliti yang berhasil adalah
seorang peneliti yang dapat membuat peneliti lain memahami penelitian
Anda dan menggunakannya untuk memotivasi artikel mereka. Jurnal
mengukur dirinya sendiri dengan Faktor Dampak. Pentingnya kutipan dan
faktor dampak adalah mengapa jurnal mengukur diri mereka sendiri dengan
Faktor Dampak dan mengapa faktor H berbasis kutipan menjadi lebih
penting untuk mengevaluasi masing-masing peneliti. Jika Anda memiliki 10
publikasi yang masing-masing dikutip 10 kali, Anda memiliki H 10; jika Anda
memiliki 30 manuskrip yang masing-masing dikutip 30 kali, Anda memiliki
H 30; tetapi jika Anda telah menerbitkan 100 manuskrip dan tidak ada yang
dikutip, pada faktor H Anda akan memberi nilai nol tetap.

Bab ini membahas struktur artikel penelitian, cara menulis abstrak, cara
menulis pendahuluan, cara menulis metode, cara menulis hasil, cara

251
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

menulis pembahasan/diskusi, cara menulis kesimpulan, cara persiapan


menerbitkan manuskrip, cara mengirim manuskrip, dan pemahaman hal
teknis dalam menulis manuskrip.

Struktur Artikel Penelitian

Menurut Aliotta, (2018), struktur artikel konvensional adalah Abstrak,


Pendahuluan, Teori Metode, Hasil, dan Pembahasan, Kesimpulan dan
variasinya (Gambar 11.1). Stuktur artikel ini terkadang berbeda disetiap
penyedia, itu sebabnya sebelum memasukkan sebuah artikel yang siap kirim
ke penyedia jurnal, pastikan peneliti memerhatikan “author guidelines”
(contoh lokasi “author guidelines” pada gambar 11.2) dan
memerhatikan/membaca beberapa artikel yang sudah diterbitkan sebagai
bahan panduan. Beberapa penyedia jurnal banyak yang menggunakan
variasi konvensi umum untuk kategori artikel mereka. Artikel-artikel ini
biasanya dimulai dengan bagian awal yang terstruktur yang menyajikan
sejarah karya tersebut dan alasan dibaliknya kepada beragam audiens yang
diharapkan untuk membacanya. Ini kemudian diikuti dengan laporan
singkat dari temuan dan diskusi singkat tentang materi pelajaran. Metode
seringkali hanya disajikan dalam bentuk ringkas di artikel utama, dengan
perincian lengkap tersedia di situs web yang ditautkan di penyedia jurnal.
Di situs web jurnal-jurnal ini, peneliti dapat menemukan informasi lengkap
tentang struktur yang dibutuhkan oleh jurnal-jurnal tersebut.

252
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Gambar 11.1 Struktur Manuskrip


Sumber: (Cargill & O’Connor, 2009)

Menulis Abstrak

Abstrak adalah bagian yang paling banyak dibaca dari manuskrip dan
seringkali satu-satunya yang dapat diakses sepenuhnya melalui database
dan repositori online. Abstrak memberikan ikhtisar singkat, namun
komprehensif, tentang keseluruhan penelitian sehingga peneliti dapat
dengan cepat memutuskan apakah ini relevan dengan penelitian mereka dan
apakah kemudian peneliti akan menginvestasikan waktu untuk membaca
seluruh manuskrip. Ini adalah akses terbuka penuh dan dapat dicari dari
basis data, simbol, singkatan, dan akronim. Abstrak biasanya tidak berisi
referensi, tetapi jika diperlukan, catatan bibliografi lengkap harus disediakan
langsung di abstrak daripada di akhir manuskrip (Aliotta, 2018).

253
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Abstrak menyajikan esensi dari metode, hasil, dan kesimpulan. Isi dari
Abstrak harus menyertakan latar belakang atau alasan penelitian ini
dilakukan (1-2 kalimat), metode yang digunakan (2-3 kalimat), temuan
utama (8-10 kalimat), dan kesimpulan (1 kalimat). Abstrak harus satu
paragraf singkat tetapi rinci, yang ditulis dalam kalimat lengkap, tidak
memiliki gambar atau tabel, dan tidak ada referensi, walau terkadang ada
abstrak yang mengutip referensi (Katz, 2009a). Menurut Aliotta, (2018)
mengatakan bahwa abstrak yang ditulis dengan baik akan melaporkan
pertanyaan atau masalah utama yaitu, tujuan penelitian yang menjadi
tujuan penelitian ini, garis besar metode yang digunakan, diskusi singkat
tentang hasil yang diperoleh, dan beberapa kesimpulan atau implikasi.

Pada umumnya abstrak membatasi katanya dengan memberikan jumlah


kata maksimum yaitu 250 kata, walaupun ada beberapa penyedia jurnal
membatasi lebih kecil dari 250 kata atau lebih besar dari 250 kata.

Gambar 11.2 Contoh letak “author guidelenes” pada Sebuah Jurnal


Sumber: Gadjah Mada International Journal of Business, (2022)

254
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Berikut ini ada beberapa contoh abstrak.

1. Abstrak dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Afiqoh Sari, (2019)
tentang The Effect of Corporate Life Cycle on Corporate Restructuring
adalah sebagai berikut:

This study aims to determine the effect of corporate life cycle on


restructuring decisions with governance and financial distress as
moderating variables in manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange in five years (2013-2017) and there are 480 data for the
sample. The hypotheses tested using logistic regression. The results of this
study indicate that life cycle has an effect on restructuring decisions.
Financial distress strengthen the influence of the “birth” and “mature”
stages to carry out managerial restructuring, and strengthen the “growth”
stage to carry out operational restructuring and financial restructuring.
However, financial distress does not moderate the influence of the life cycle
on asset restructuring. Governance weakens the influence of the “birth”
stage in managerial restructuring and also weakens the influence of the
“birth” and “mature” stages in financial restructuring strategies. GCG does
not moderate the effect of the life cycle on operational restructuring and
asset restructuring.

2. Abstrak dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumatrisna et al.,


(2022) tentang Threshold Effect In The Relationship Between Inflation Rate
And Economic Growth In Indonesia adalah sebagai berikut:

This paper investigated the linear and nonlinear relationships between


inflation and economic growth in Indonesia using provincial data from
1994 to 2019. The linear model revealed that inflation has a significant
negative effect on economic growth, while the nonlinear model revealed
that inflation would negatively affect economic growth only after exceeding
a threshold value of 9.59 percent. Excluding a high inflationary structural
break, we found an inflation threshold of 5.22 percent. Furthermore, we
found that the threshold of inflation rate in the eastern regions of Indonesia
was higher than that of the western regions, namely 9.64 percent and 5.75
percent, respectively. These findings have significant implications for

255
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

inflation targeting and management both at the national and regional


levels.

Template sebuah abstrak

Template sebuah abstrak tergantung pada penyedia jurnalnya. Pada


dasarnya ada dua model abstrak. Pertama, mirip dengan ringkasan dan
sangat terstruktur. Ini berkaitan dengan bagian utama dari artikel
penelitian. Model abstrak ini biasanya digunakan untuk prosiding
konferensi, seminar minat umum, atau untuk artikel jurnal yang umum.
Kedua, berfokus terutama pada satu atau dua aspek penelitian: biasanya
metode dan hasil, dan biasanya ditemukan di manuskrip teknis dan jurnal
khusus. Kedua model disajikan dalam gambar 11.3, dengan model kedua
disorot dengan tulisan berwarna merah. Walau pun kebanyakan jurnal saat
ini mereka lebih menggunakan model kedua.

Gambar 11.3
Diadaptasi dari Science Research Writing for Non-Native Speakers of English
(Glasman-Deal, 2010)

Menulis Pendahuluan

Pendahuluan yang efektif sangatlah penting. Editor dan reviewer cenderung


mencari bukti di sini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut,
apakah kontribusinya baru bagi ranah penelitian? Apakah kontribusinya
signifikan? Apakah layak untuk dipublikasikan di jurnal?

256
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Aliotta, (2018) memberikan penjelasan yang sangat detail tentang bagian


Pendahuluan. Tujuan utama dari Pendahuluan adalah untuk
mengidentifikasi masalah atau kesenjangan dalam penelitian saat ini.
Kesenjangan penelitian dapat merujuk pada beberapa aspek spesifik yang
belum pernah dibahas sebelumnya, hasil yang bertentangan dengan literatur
yang ada, jalur penyelidikan baru di bidang Anda, atau kombinasi dari
beberapa atau semua ini. Mengidentifikasi kesenjangan penelitian juga
harus mengarah pada pernyataan penelitian yang menentukan tujuan
penelitian. Pendahuluan bukanlah tempat untuk tinjauan pustaka yang
ekstensif. Namun, beberapa studi kunci harus dilaporkan secara singkat
untuk mendukung pernyataan yang dibuat tentang kesenjangan penelitian
dan relevansinya dalam konteks yang lebih luas.

Pendahuluan harus menarik minat pembaca dan membuat mereka ingin


tahu lebih banyak. Ini juga mengharuskan peneliti meluangkan waktu untuk
menilai kemungkinan latar belakang pengetahuan yang sudah dimiliki
pembaca potensial.

Aliotta, (2018) memberikan sebuah template untuk mengerjakan bagian


Pendahuluan yang diilustrasikan pada gambar 11.4 Pada dasarnya bagian
Pendahuluan terdiri dari tiga komponen utama: pembukaan,
pengembangan, dan bagian penutup. Panjang masing-masing bagian akan
tergantung pada tingkat rincian yang diberikan dan pada gilirannya
tergantung pada jenis dokumen yang ditulis. Untuk manuskrip penelitian,
masing-masing bagian ini biasanya terdiri dari beberapa paragraf; untuk
tesis, dan disertasi, masing-masing hingga beberapa halaman atau lebih.

257
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Gambar 11.4 Template Penulisan Pendahuluan


Glasman-Deal, (2010)
Weissberg & Buker dalam (Cargill & O’Connor, 2009) memberikan lima
tahapan untuk membuat bagian pendahuluan menarik. Menurut Cargill &
O’Connor, peneliti linguistik terapan telah mengidentifikasi lima tahapan
utama yang umumnya muncul dalam artikel penelitian Pendahuluan
(Gambar 11.5). Tahapan ini telah diidentifikasi melalui analisis banyak
artikel yang diterbitkan, dan variasi menarik telah ditemukan di berbagai
subdisiplin ilmu. Kelima tahapan ini tetap dapat dijadikan kerangka yang
berguna untuk melakukan penelitian tetapi cukup fleksibel untuk
dimodifikasi. Ini hanya dijadikan pola bagi peneliti dalam membuat
Pendahuluan. Terkadang, penyedia jurnal pun akan memberikan instruksi
tahapan untuk membuat Pendahuluan.

258
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Gambar 11.5 Lima Tahapan Membuat Pendahuluan


Sumber Weissberg & Buker, (1990)
Tahap 1, penulis memulai dengan pernyataan luas yang secara umum akan
diterima sebagai fakta oleh pembaca. Present tense sering digunakan untuk
pernyataan semacam ini karena salah satu fungsi present tense dalam
bahasa Inggris adalah mengungkapkan informasi yang dianggap selalu
benar. Kalimat yang ditulis dalam present perfect tense juga umum di Tahap
1, mengungkapkan apa yang telah ditemukan dalam waktu yang lama di
masa lalu dan hingga saat ini. Pernyataan-pernyataan ini termasuk atau
tidak termasuk referensi, tergantung pada bidang dan topik manuskrip.

Penulis kemudian memindahkan pemahaman pembaca dari pernyataan


umum yang luas ke satu sub-bidang bidang, dan kemudian ke topik khusus
penulis sendiri. Sebagai contoh, salah satu cara untuk memikirkan hal ini
adalah dengan memulai di negara yang dipilih dan membayangkan peneliti
berpindah dari negara tersebut (area luas tempat Pendahuluan dimulai) dan
memperbesar provinsi di negara tersebut, dan akhirnya berfokus pada kota
tertentu, yang mewakili bidang topik penelitian yang akan disajikan dalam
manuskrip.

Tahap 2 dan 3 pada bagian pendahuluan, penulis menggunakan literatur


terpilih dari bidang mereka untuk membenarkan studi mereka dan
membangun celah atau ceruk untuk pekerjaan mereka. Mereka menulis

259
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

kalimat yang didukung oleh referensi literatur yang telah mereka pilih.
Dalam konteks ini, istilah literatur mengacu pada semua artikel penelitian
yang diterbitkan, artikel ulasan, dan buku dalam bidang tertentu. Istilah ini
juga mencakup informasi yang dipublikasikan di situs web yang telah
ditinjau sejawat atau milik organisasi dengan reputasi ilmiah yang sesuai.
Penting mengolah referensi, juga dikenal sebagai kutipan. Kutipan dalam
teks, dapat digunakan di semua tahap pendahuluan. Detail referensi
tergantung pada gaya yang ditentukan oleh jurnal (Harvard, APA, Chicago,
dan lain sebagainya). Periksa instruksi (author guidelines- gambar 11.2)
untuk kontributor jurnal target untuk informasi yang diperlukan tentang
gaya referensi. Referensi ini mengacu pada daftar referensi di akhir
manuskrip, di mana rincian publikasi lengkap ditulis.

Kutipan sangat penting untuk menunjukkan bahwa peneliti mengetahui


dengan jelas penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain di wilayah
tempat penelitian, dan karena itu apa yang belum dilakukan dan perlu
dilakukan: celah yang akan diisi oleh penelitian Anda. Fungsi ini dilakukan
di Tahap 2 dan 3. Apa yang harus dilakukan di sini sebenarnya adalah
membangun argumen yang membenarkan penelitan dan menunjukkan
mengapa dan bagaimana hal itu penting.

Ada teknik menggunakan kutipan untuk mengembangkan argumen pada


bagian pendahuluan.

Di bawah ini adalah contoh bagian paragraf yang menggunakan tiga metode
kutipan yang berbeda:

1. Metode informasi menonjol, dimana fokus kalimat hanya pada informasi


yang disajikan.

Contoh kutipan:

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga


kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung (Mahawati
et al., 2018)

2. Pengarang Menonjol, di mana nama pengarang keterangan diberi


keutamaan dalam kalimat.

260
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Contoh kutipan pertama:

Komunikasi interpersonal perlu dilakukan. Seperti yang dijelaskan oleh


Ferinia, (2020) “Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dengan
diri sendiri atau monolog”.

Contoh kutipan kedua:

Organisasi yang baik adalah organisasi yang memiliki manajemen yang


baik. (Hutagalung, (2022) berpendapat bahwa manajemen organisasi
yang baik adalah manajemen tentang kepemimpinan yang selaras Itu
sebabnya, Tanjung et al., (2021) berargumentasi bahwa pada dasarnya
manajemen hanua merupakan suatu alat atau cara yang tujuannya
untuk mengatur, mengelola suatu aktivitas tertentu secara sistematis
sehingga menghasilkan keteraturan yang dapat memberikan
kemudahan dalam mencapai tujuan yang diinginkan/direncanakan.

Gaya kutipan ini juga memungkinkan penggunaan kata kerja seperti


yang “diperdebatkan”, yang memberikan pemberitahuan terlebih dahulu
kepada pembaca bahwa bagaimanapun atau beberapa kontras lainnya
akan datang, dan menunjukkan bahwa apa yang dikutip belum tentu
diterima sebagai benar oleh Anda, sebagai penulis. Namun, ada bahaya
yang melekat pada gaya pengarang yang menonjol. Jika digunakan
secara berlebihan, ini dapat membuat teks terdengar seperti daftar
kutipan, bukan argumen yang dibangun secara logis. Disarankan agar
peneliti menggunakan gaya ini dengan hemat, misalnya pada saat
mendekati secara spesifik celah yang akan dibahas pada penelitian.
Berguna juga untuk memperhatikan manuskrip yang dibaca di bidang
Anda sendiri, untuk memeriksa seberapa sering, jika ada, gaya ini
muncul.

3. Pengarang Lemah Menonjol, di mana gagasan pengarang diberi


penekanan, tetapi nama pengarang tidak muncul di bagian utama
kalimat.

261
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Contoh kutipan:

Beberapa penulis telah melaporkan bahwa kepemimpinan penting dalam


organisasisi (Hutagalung, 2022; Kashtan, 2012; Spears, 1998; Tanjung
et al., 2021). Hutagalung, (2022) mengatakan…

Metode ini memiliki referensi umum untuk penulis dalam subjek dan
lebih dari satu referensi dalam tanda kurung. Hal ini diikuti dengan
kutipan penulis terkemuka. Gaya ini dapat berguna sebagai kalimat
topik saat memulai subtopik atau baris argumen baru. Perhatikan
bahwa gaya ini membutuhkan penggunaan present perfect tense.

Penulis dapat memilih metode kutipan mereka bervariasi, disesuaikan


dengan cara peneliti menguraikan paragraf dan memajukan argumen
mereka.

Bagaimana caranya peneliti mengutip ketika peneliti tidak dapat


memperoleh referensi asli? Dalam penelitian biasanya penulis hanya
mengutip manuskrip yang benar-benar telah mereka baca. Namun, jika
peneliti tidak dapat memperoleh artikel asli dan karena itu terpaksa
bergantung pada interpretasi penulis lain atas suatu fakta atau temuan yang
ingin dikutip, maka peneliti dapat menggunakan bentuk kutipan sekunder
berikut dalam teks. Contoh: (Smith 1962, dikutip dalam Jones 2002). Dalam
kasus tersebut, hanya Jones (2002) yang muncul dalam daftar referensi.

Tahap 3 menjelaskan kesenjangan yang dapat ditulis dalam banyak cara.


Penulis sering menyajikan kesenjangan yang luas di awal pendahuluan, dan
yang lebih spesifik menjelang akhir. Adalah umum untuk menggunakan
kalimat kata kunci yang sering digunakan seperti bagaimanapun, tetap
merupakan tantangan besar, jarang, tidak dipahami dengan baik, dan saat
ini tidak jelas.

Tahap 4 penulis menetapkan ekspektasi pembaca terhadap manuskrip.


Peneliti memberi tahu m apa yang diharapkan untuk dipelajari tentang
penelitian yang dipresentasikan. Pada umumnya berupa maksud atau
tujuan penelitian yang akan dilaporkan, atau kegiatan pokok atau temuan
penelitian. Penulis memiliki fleksibilitas yang cukup besar dalam memilih
bagaimana mereka akan mengatakan Tahap 4, dan dapat menjadi pelajaran

262
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

untuk memperhatikan bagaimana hal ini dilakukan di setiap manuskrip


yang dibaca untuk penelitian.

Berikut adalah ringkasan dari proses untuk menyusun Pendahuluan. Ini


berguna setelah peneliti membuat keputusan penting tentang hasil yang
akan dimasukkan ke dalam manuskrip, dan apa artinya bagi audiens yang
akan membaca manuskrip tersebut.

1. Mulailah dengan Tahap 4. Tulis pernyataan tujuan, atau pernyataan


yang menjelaskan apa yang ingin dilakukan oleh manuskrip tersebut. Ini
biasanya merupakan bagian paling mudah dari Pendahuluan untuk
ditulis. Ini muncul di paragraf terakhir Pendahuluan, tetapi akan
berguna untuk menulisnya di awal proses penyusunan.

2. Selanjutnya merangkai narasi di Tahap 3. Tahap 3 menguraikan tentang


gap atau kebutuhan untuk peneitian selanjutnya. Ada satu atau lebih
sub-celah di tempat berbeda di Pendahuluan, serta pernyataan Tahap 3
yang mengarah ke Tahap 4. Pertimbangkan untuk memulai kalimat
Tahap 3 dengan kata-kata seperti “bagaimanapun” atau “meskipun”, dan
memasukkan kata-kata yang menunjukkan perlunya penelitian lebih
lanjut, seperti “sedikit informasi”, “sedikit penelitian”, “tidak jelas”, atau
“perlu penelitian lebih lanjut”.

3. Kemudian pikirkan bagaimana memulai Tahap 1. Pikirkan tentang


audiens yang dituju dan minat serta latar belakang pengetahuan
mereka, dan ide-ide yang telah disoroti dalam judul. Cobalah untuk
memulai dengan kata-kata dan konsep yang akan segera menarik
perhatian pembaca yang dituju.

4. Selanjutnya atur informasi yang telah dikumpulkan dari literatur ke


dalam Tahap 2. Ini adalah bagian yang sangat penting dan memerlukan
sedikit lebih lama waktu untuk menulisnya. Peneliti perlu melakukan
lebih banyak pencarian literatur, untuk memastikan telah melakukan
pekerjaan sebaik mungkin untuk menemukan pekerjaan yang relevan di
area tersebut dan studi terbaru.

263
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

5. Gabungkan tahapan menjadi Pendahuluan yang koheren. Peneliti perlu


kalimat tambahan untuk memberikan latar belakang, dan/atau
mengatur ulang kalimat atau bagian untuk mendapatkan
pengembangan logika terbaik.

Walaupun cara untuk menyusun bagian Pendahuluan telah diberikan, yang


perlu diperhatikan adalah, meskipun model yang disajikan di sini cukup
umum untuk sebagian besar disiplin ilmu, peneliti perlu memperhatikan
beberapa perbedaan dalam bidang ilmunya yang terkadang berbeda saat
menguraikan Pendahuluan (misalnya, dalam bidang yang sangat teknis,
teoretis, atau komputasional). Oleh karena itu, sangat bermanfaat pada saat
ini untuk membaca bagian Pendahuluan lainnya dalam disiplin ilmu sendiri
dan menentukan apakah pola serupa muncul. Dengan beberapa latihan,
peneliti akan segera dapat menyusun templatenya sendiri, yang secara
khusus sesuai dengan bidang penelitian.

Menulis Teori

Saat membuat manuskrip, terkadang bagian teori sudah digabungkan ke


dalam bagian Pendahuluan, tetapi ada juga yang teori berdiri sendiri di sub-
bab Tinjauan Literatur/Kajian Teori. Ungkapan tinjauan literatur digunakan
untuk menunjukkan proses dan produk (Aliotta, 2018). Proses melakukan
tinjauan literatur terdiri dari mencari semua manuskrip yang relevan dengan
studi yang dilakukan. Pencarian dimulai pada tahap yang sangat awal dan
membentuk pertanyaan penelitian yang direncanakan untuk dibahas dalam
proyek penelitian. Literatur yang dicari sudah semestinya harus up-to-date,
yaitu dari buku-buku terbaru dan jurnal-jurnal terbaru.

Tinjauan Literatur Sebagai Sebuah Proses

Pencarian literatur yang ada saat ini sangat dimudahkan dengan


ketersediaan alat canggih seperti Google Scholar dan database ekstensif
seperti Web of Knowledge, Scopus, inSPIRE, MEDLINE, dan EThOS. Ini akan
dengan cepat membantu menemukan artikel ulasan dalam disiplin ilmu.
Artikel ulasan menawarkan titik awal yang sangat baik untuk pencarian
literatur karena memberikan daftar referensi yang lengkap dan memandu
melalui perkembangan, ide, atau tren terbaru. Sumber lain termasuk

264
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

literatur non-komersial seperti skripsi/tesis/disertasi, laporan laboratorium,


prosiding konferensi dan poster serta halaman web khusus dan organisasi
profesional.

Setelah menemukan sejumlah sumber yang berpotensi relevan dengan


penelitian, maka perlu memutuskan apa yang akan dibaca dan mengapa.
Secara khusus, penting bagi peneliti untuk menetapkan ruang lingkup
pencarian sejak awal untuk menghindari kewalahan oleh banyaknya
informasi yang tersedia.

Tidak semua manuskrip sama pentingnya bagi peneliti. Mulailah dengan


hanya memindai konten untuk menemukan bagian atau kata kunci yang
menyediakan informasi yang dicari. Kemudian dilanjutkan dengan
skimming, yaitu membaca bagian-bagian teks yang memberikan gambaran
umum tentang konten. Dan terakhir, lanjutkan ke pembacaan mendalam
dari awal hingga akhir. Pastikan aktivitas terakhir ini hanya dikhususkan
untuk manuskrip yang benar-benar penting bagi penelitian.

Kajian Literatur Sebagai Produk

Tinjauan pustaka memenuhi beberapa fungsi utama, yaitu:

1. Membawa pembaca up to date dengan pengetahuan terkini tentang


suatu topik.

2. Menemukan celah dalam penelitian.

3. Memberikan justifikasi untuk melakukan studi.

4. Menunjukkan pengetahuan peneliti tentang status bidang saat ini.

5. Memberikan bukti (melalui kutipan) untuk mendukung klaim penelitian.

6. Memberi peneliti kredibilitas yang lebih besar.

Dengan demikian, tinjauan literatur memberikan konteks untuk proyek


penelitian dan meringkas studi sebelumnya sebagai dasar untuk
membangun penelitian. Tinjauan literatur tidak memiliki format standar
seperti di skripsi/tesis/disertasi. Penulisan dapat bervariasi tergantung
pada sifat studi dan/atau disiplin ilmu. Bergantung pada bidang atau topik
spesifik, tinjauan literatur akan menggunakan salah satu dari empat bentuk
yaitu tradisional, sistematis, metaanalisis, atau metasintesis.

265
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Tinjauan tradisional (atau naratif) merupakan jenis yang paling umum. Ini
memberikan ringkasan dari literatur yang dipilih sebagai latar belakang yang
komprehensif tentang topik penelitian saat ini. Tinjauan sistematis,
memberikan pendekatan yang ketat dan terdefinisi dengan baik untuk
meninjau semua literatur dalam bidang subjek tertentu. Tinjauan meta-
analisis mewakili analisis statistik pada kumpulan besar temuan kuantitatif.
Meta-sintesis terdiri dari analisis non-statistik untuk mengintegrasikan,
mengevaluasi, dan menginterpretasikan temuan dari studi kualitatif.
Biasanya, ulasan yang digunakan oleh penelitian ilmiah menggunakan tipe
pertama yaitu tinjauan tradisional, dan tipe lainnya sering digunakan dalam
ilmu sosial dan pembuatan kebijakan.

Ada lima langkah menulis kajian literatur yang baik:

1. Identifikasi pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh penelitian.


Jika pertanyaan yang berbeda ditujukan, uraikan pernyataan penelitian
yang mencakup semuanya di bawah tema umum yang memberikan
fokus untuk tulisan.

2. Uraikan masing-masing komponen pertanyaan penelitian.

3. Pertimbangkan urutan yang diperlukan untuk menyajikan informasi


kepada pembaca.

4. Petakan poin utama dari setiap paragraf dan dukung masing-masing


dengan referensi yang relevan. Teruslah merevisi urutan ide hingga
semuanya mengalir secara logis. Ingat bahwa setiap langkah dibangun
di atas pengetahuan sebelumnya.

5. Pertahankan arah penulisan yang jelas.

Menulis Metode

Dalam beberapa disiplin ilmu, kata metode dan metodologi memiliki arti yang
sangat berbeda: metode digunakan untuk menunjukkan alat, teknik, atau
proses yang digunakan dalam penelitian; sebaliknya, metodologi mengacu
pada studi tentang bagaimana penelitian dilakukan (Aliotta, 2018)

Tujuan dari bagian Metode adalah untuk memberi pembaca semua informasi
yang diperlukan sehingga memungkinkan peneliti lain mengulangi

266
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

percobaan dan mereproduksi hasil yang sama. Sekarang, peneliti mungkin


bertanya-tanya apa gunanya mengulangi percobaan yang sama dan
mendapatkan hasil yang sama? Mengapa para ilmuwan mau repot-repot
melakukan sesuatu yang telah dilakukan? Jawabannya sederhana: validasi.
Kecuali jika peneliti lain dapat secara independen memverifikasi kebenaran
hasil penelitian, tidak ada gunanya melakukan penelitian karena tidak ada
yang akan bertahan dalam ujian waktu, juga tidak akan ada perbedaan yang
ditemukan yang berpotensi mengarah pada kemajuan baru yang besar.

Aliotta, (2018) memberikan sebuah template untuk mengerjakan bagian


Metode yang diilustrasikan pada gambar 11.6 Pada dasarnya bagian Metode
terdiri dari tiga komponen:

Gambar 11.6 Template Penulisan Metode Glasman-Deal, (2010)

Menulis Hasil

Hasil adalah cerita penelitian, karena hasil menentukan isi dan struktur
keseluruhan artikel. Penting untuk menjelaskan tentang poin-poin utama
dari hasil cerita di awal proses penulisan. Untuk bergerak menuju cerita
yang jelas ini, fokuslah pada tabel dan gambar terlebih dahulu. Sortir
gambar dan tabel menjadi urutan terbaik untuk menghubungkan potongan-
potongan cerita menjadi satu. Rancang beberapa poin-poin ke dalam daftar
untuk membentuk pesan diuraikan.

267
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Hasil mengubah data menjadi pengetahuan. Penyajian data dalam


manuskrip bertujuan untuk mengilustrasikan cerita, menyajikan bukti
untuk mendukung atau menolak hipotesis, dan mencatat data dan meta
data penting. Peneliti memverifikasi, menganalisis, dan menampilkan data
untuk berbagi, membangun, dan melegitimasi pengetahuan baru. Untuk
melakukan ini secara efektif, peneliti harus menyajikan semua data yang
diperlukan dengan cara yang membuat poin terpenting menjadi paling
menonjol.

Banyak jurnal sekarang menerima data tambahan yang mendukung atau


memperluas cerita sebagai lampiran atau data online tambahan. Untuk
setiap elemen data dalam manuskrip, peneliti harus bertanya pada diri
sendiri apakah itu perlu untuk cerita manuskrip, atau tidak penting tetapi
berharga bagi mereka yang mengaksesnya di arsip online. Ingat, wasit akan
diminta untuk mengomentari apakah semua tabel dan gambar diperlukan,
dan ini akan mencakup materi tambahan.

Anjuran pertama untuk gaya penyajian data adalah lihat Instruksi untuk
Penulis (author guidelines) dari jurnal tempat peneliti ingin mengirimkan
artikel. Tidak semua author guidelines memberikan rincian tentang
penyajian data, tetapi umumnya akan memandu dalam pemformatan dan
gaya yang disukai. Sumber informasi terbaik berikutnya tentang gaya
penyajian data adalah artikel dalam edisi terbaru jurnal. Peneliti dapat
memaksimalkan peluang untuk memenuhi persyaratan jurnal dengan
menganalisis jenis data yang disajikan, pilihan gambar atau tabel, pilihan
jenis gambar, dan jumlah data yang disajikan dalam teks dan judul serta
legenda. Gunakan hasil analisis untuk menginformasikan keputusan
tentang penyajian data untuk manuskrip.

Menurut Cargill & O’Connor, (2009), saat akan menyajikan hasil, maka ada
beberapa pilihan penyajian yang perlu dipertimbangkan yaitu apakah hasil
akan disajikan dengan gambar, tabel, atau teks? Pilihan apakah akan
menggunakan gambar, tabel, atau teks bergantung pada poin atau makna
yang ingin peneliti sajikan dari data tersebut. Setiap bentuk tampilan data
memiliki kelebihan dan kekurangan. Tabel paling berguna untuk merekam
data (data mentah atau olahan); menjelaskan perhitungan atau
menunjukkan komponen data yang dihitung; menunjukkan nilai data aktual

268
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

dan presisinya; dan memungkinkan beberapa perbandingan antara elemen


dalam berbagai arah. Angka paling berguna untuk menunjukkan tren
keseluruhan atau gambar; pemahaman cerita melalui bentuk bukan angka
sebenarnya, dan memungkinkan perbandingan sederhana antara beberapa
elemen.

Dalam menulis kalimat tentang hasil, penulis yang efektif menonjolkan poin-
poin utama saja, hanya menulis kalimat tentang temuan yang paling
penting, terutama yang akan menjadi bagian dari fokus bagian Diskusi. Hasil
terkadang disajikan secara terpisah dari Pembahasan dan terkadang
digabungkan dalam satu bagian Hasil dan Pembahasan. Yang umum adalah
memisahkan bagian Hasil dan Diskusi. Kembali harus dilihat di Instruksi
untuk Penulis (author guidelines) untuk jurnal yang targetkan untuk melihat
format mana yang mereka sukai, atau periksa pilihan artikel jika author
guidelines tidak cukup eksplisit. Jika gaya terpisah digunakan, umumnya
penting untuk membatasi komentar apa pun di bagian Hasil untuk
mengatakan apa yang ditunjukkan angka, tanpa membandingkannya
dengan penelitian lainnya, atau menyarankan penjelasan. Namun,
terkadang penulis menyertakan perbandingan dengan pekerjaan
sebelumnya di bagian Hasil di mana poin yang dibuat berkaitan dengan
komponen hasil yang tidak akan dibahas secara rinci di Pembahasan (Cargill
& O’Connor, 2009).

Analisis data dan hasil biasanya menjadi satu bagian pembahasan. Menurut
Aliotta, (2018) template untuk menyusun analisis data dan hasil gambar 11.7
adalah:

269
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Gambar 11.7 Template Penulisan Hasil Glasman-Deal, (2010)


Katz, (2009b) memberikan cara lain untuk menguraikan Bagian Hasil. Ia
katakan bahwa bagian Hasil memiliki tiga bagian yaitu bagian pengamatan
umum yaitu pembahasan hasil yang dimulai dengan pengamatan panoramik
dari pengaturan penelitian.

1. Pengamatan Umum. Hasil dimulai dengan pemandangan panorama, dari


pengaturan penelitian. Saat menulis Hasil, jangan terburu-buru ke inti
data. Permudah pembaca ke dalam detail dengan terlebih dahulu
memberikan gambaran singkat tentang penelitian di pada pengamatan
umum.

2. Pengamatan Khusus. Hasil kemudian diperbesar untuk melihat fokus


pada data tentang variabel kunci, dan menyajikan data ini dalam
pengaturan yang telah dibuat selama analisis data.

3. Studi kasus. Hasil diakhiri dengan satu atau dua contoh, yang
menunjukkan detail spesifik dari pengamatan individu.

Menulis Pembahasan/Diskusi

Ada beberapa masalah penting untuk dipikirkan saat memulai membuat


draf bagian Diskusi (Cargill & O’Connor, 2009)

270
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

1. Struktur menulis Diskusi. Ada catatan penting yang perlu dibuat.


Apakah jurnal yang ditargetkan memungkinkan opsi bagian
Hasil/Diskusi gabungan, diikuti oleh Kesimpulan terpisah? Apakah
pengaturan ini sesuai dengan narasi yang telah dibuat? Apakah
penyedia jurnal mengizinkan Kesimpulan yang Diskusinya relatif
panjang? Apakah manuskrip akan mendapat manfaat dari salah
satunya? Apakah jurnal menerbitkan bagian Diskusi yang menyertakan
sub-judul? Apakah opsi ini membantu untuk memberi sinyal pesan
utama kepada pembaca?

2. Kaitkan Diskusi dengan judul manuskrip. Saat memutuskan elemen


kunci narasi manuskrip yang ditekankan dalam Diskusi, pertimbangkan
untuk menyusun ulang judul agar mencerminkannya dengan lebih jelas.
Artinya, jangan kaku dengan judul yang awal telah dibuat, karena
terkadang, seiring berjalannya hasil, ada judul yang lebih baik yang
dapat dibuat.

3. Mengaitkan Pembahasan dengan Pendahuluan. Perlu memastikan


bahwa Diskusi terhubung jelas dengan masalah yang diangkat di
Pendahuluan, bukti yang mengarah ke kesenjangan Tahap 3 atau
kesenjangan penelitian, dan pernyataan tujuan atau aktivitas utama.
Saat draf pertama Diskusi sudah siap, kembali ke Pendahuluan dan
periksa kesesuaiannya. Jika perlu, draf ulang Pendahuluan untuk
memastikan isu-isu penting dalam Diskusi juga muncul di sana, tetapi
jangan mengulangi informasi yang tidak perlu.

Ada elemen informasi untuk menyoroti pesan utama seperti yang dijelaskan
oleh Weissberg & Buker. Weissberg & Buker, (1990), memberikan input
penting saat memasukkan informasi pada Diskusi. Elemen-elemen informasi
yang umumnya disertakan dalam bagian Diskusi diberikan:

1. Referensi ke tujuan utama atau hipotesis penelitian, atau ringkasan


kegiatan utama penelitian.

2. Penyajian kembali atau review dari temuan yang paling penting,


umumnya dijelaskan dalam urutan signifikansinya, termasuk apakah
peneliti mendukung hipotesis, atau bagaimana penelitian berkontribusi
pada kegiatan utama penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian,

271
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

atau untuk memenuhi tujuan penelitian; apakah mereka setuju dengan


temuan peneliti lain.

3. Penjelasan temuan, didukung dengan referensi literatur yang relevan,


dan/atau spekulasi tentang temuan, juga didukung dengan kutipan
literatur.

4. Keterbatasan penelitian yang membatasi sejauh mana temuan dapat


digeneralisasikan di luar kondisi studi.

5. Implikasi penelitian (generalisasi dari hasil: apa hasilnya berarti dalam


konteks bidang yang lebih luas).

6. Rekomendasi untuk penelitian masa depan dan/atau aplikasi praktis.

Katz, (2009b) menyebutkan bahwa bagian diskusi harus mencakup dua hal
yaitu menyajikan ringkasan data yang jelas dan ringkas dan
menghubungkan pengamatan dengan ilmuwan lain di salah satu atau
keduanya dengan cara sertakan daftar beranotasi yang membandingkan
aspek spesifik data dengan data yang sudah ada di arsip ilmiah, dan
gunakan data terkait untuk menghasilkan proposal, generalitas, teori, atau
model.

Seringkali peneliti dibingungkan antara sub judul Diskusi dan Kesimpulan.


Aliotta, (2018) memberikan penjelasannya sebagai berikut, Diskusi adalah
tempat membandingkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian dengan
hasil para peneliti sebelumnya. Dalam pengertian ini, aspek kunci dari
bagian Diskusi adalah menghubungkan penelitian dengan penelitian
sebelumnya untuk menempatkan temuan dalam konteks yang tepat. Jadi,
bagian ini akan berisi diskusi seputar kemungkinan alasan perbedaan
antara hasil dan hasil sebelumnya; atau bahkan penjelasan mengapa
penelitian menggantikan temuan sebelumnya, baik milik Anda atau orang
lain. Diskusi juga merupakan tempat yang tepat untuk menyoroti masalah
dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan apakah, dengan
melihat ke belakang, pendekatan yang berbeda lebih cocok untuk
meningkatkan hasil saat ini Berikut adalah penuntun dalam menulis bagian
Pembahasan/Diskusi (gambar 11.7).

272
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Gambar 11.7 Template Penulisan Pembahasan/Diskusi Glasman-Deal, (2010)

Menulis Kesimpulan

Bagian Kesimpulan fokus pada implikasi hasil dalam konteks yang lebih luas
dari disiplin ilmu peneliti. Apa pencapaian terbesar dari penelitian Anda? Apa
bedanya dalam menangani pertanyaan atau kesenjangan penelitian yang
diidentifikasi dalam Pendahuluan? Dengan cara apa penelitian
memengaruhi penelitian di masa depan? Apakah ada batasan untuk
kemungkinan penerapannya? Ini adalah pertanyaan utama yang perlu
dijawab di bagian Kesimpulan manuskrip atau tesis. Beberapa penulis juga
menggunakan bagian Kesimpulan sebagai cara meringkas seluruh penelitian
yang disajikan. Hal ini tentu berguna mengingat banyak sarjana akan
membaca Kesimpulan sebelum sebagian besar manuskrip hanya untuk
menilai apakah penelitian relevan dengan proyek mereka atau tidak. Oleh
karena itu penting bahwa Kesimpulan juga memenuhi tujuan memberikan
gambaran singkat tentang keseluruhan pekerjaan (Aliotta, 2018). Berikut
adalah penuntun dalam menulis bagian Kesimpulan (gambar 11.8).

273
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Gambar 11.8 Template Penulisan Kesimpulan Glasman-Deal, (2010)

Persiapan Menerbitkan Manuskrip

Bagian ini adalah bagian yang sering tidak diperhatikan dengan teliti oleh
peneliti. Saya memiliki pengalaman buruk akibat tidak memperhatikan
panduan yang diberikan dengan teliti. Manuskrip saya telah mengembalikan
hasil review dari para reviewer di salah satu penyedia jurnal Scopus Q3,
hasil proofreading sudah saya sertakan juga. Setelah itu saya re-submit. Saya
menganggap proses re-submit sudah berjalan dengan baik dan sudah sesuai
instruksi, hingga setelah 30 hari, saya iseng login ke laman jurnal tersebut,
saya mendapati, artikel hasil revisi dan dokumen lainnya sudah masuk ke
"archieved”. Saya kaget, dan bingung, kenapa tiba-tiba masuk ke archieved?
Rupa-rupanya, ada kesalahan fatal yang telah saya buat. Ada instruksi di
laman jurnal yang menyatakan, “ketika Anda telah re-submit agar email juga
ke pihak penyelenggara jurnal memberitahukan bahwa Anda telah
melakukan proses re-submit dan itu tidak saya lakukan, karena saya tidak
baca instruksi dengan teliti. Akhirnya, saya harus mengulangi memasukkan
manuskrip ke penyedia jurnal dengan mengikuti prosesnya dari awal.

Penting untuk membaca dengan teliti setiap informasi yang ada di laman
penyedia jurnal yang dituju, karena kesalahan sedikit saja yang kita
lakukan, dapat mengakibatkan manuskrip kita ditolak.

274
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Pertimbangan Saat Memilih Jurnal Target

Memilih jurnal yang tepat untuk manuskrip akan memengaruhi peluang


diterbitkan dengan mudah dan cepat. Apakah pemilihan tempat terbit
dilakukan diakhir selesainya artikel atau diawal? Peneliti harus memikirkan
tentang penyedia jurnal yang ingin artikel terbit sejak awal penelitian dan
harus sudah membuat pilihan pada saat mulai menulis bagian Pendahuluan
dan Pembahasan artikel penelitian.

Pilihan jurnal menentukan ukuran audiens yang dapat mengakses dan


menggunakan karya peneliti serta prestise profesional dan penghargaan
yang mengalir dari publikasi tersebut. Jurnal yang tepat untuk peneliti
adalah jurnal yang mengoptimalkan kecepatan dan kemudahan publikasi,
prestise profesional yang diperoleh, dan akses untuk audiens yang
diinginkan. Faktor-faktor ini terjalin dan akan sangat membantu jika peneliti
mengembangkan rencana publikasi untuk memaksimalkan kesuksesan
publikasi. Proses peer-review penting untuk menetapkan kualitas pekerjaan,
peneliti harus mencari jurnal peer-review untuk diterbitkan jika ingin
mengembangkan profil penelitian (Katz, 2009b).

Pahami Ruang Lingkup dan Tujuan Jurnal

Biasanya Ruang Lingkup dan Tujuan ada di laman penyedia jurnal.


Lokasinya terkadang berada di sisi kanan pembaca, atau berada dibagian
atas. Istilah Ruang Lingkup dan Tujuan dalam bahasa Inggris ada Aim and
Scope, Focus and Scope atau ada istilah lain yang mirip pengertiannya.
Sebelum memasukkan artikel, perlu membaca dengan teliti Ruang Lingkup
dan Tujuan. Pastikan artikel sesuai dengan Ruang Lingkup dan Tujuan
jurnal yang dituju untuk meminimalisasi penolakan, karena jika judul
penelitian tidak sesuai dengan Ruang Lingkup dan Tujuan pasti manuskrip
akan ditolak.

Ini adalah Ruang Lingkup dan Tujuan (Focus and Scope) Jurnal Manajemen
Indonesia (JMI).

“Jurnal Manajemen Indonesia (JMI) is one of the scientific publications journal


published by School of Economics and Business, Telkom University. The
objectives of JMI is to establish an effective channel of communication between

275
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

stakeholders including academic and research institution, businesses,


governments and communities. It also aims to promote and disseminate the
research finding in the development of management theories and practices,
especially in Indonesia.

JMI welcomes empirical and theoretical articles dealing with micro, and macro
phenomena. Manuscripts that are suitable for publication in the JMI cover
domains such as business strategy and policy, entrepreneurship, Finance and
Accounting Studies, human resource management, Marketing, organizational
behavior, organizational theory, and research methods (Jurnal Manajemen
Indonesia, 2022).

Jurnal ini menerima tema penelitian yaitu Strategi dan kebijakan bisnis,
kewirausahaan, Studi Keuangan dan Akuntansi, manajemen sumber daya
manusia, Pemasaran, perilaku organisasi, teori organisasi, dan metode
penelitian. Jika artikel berjudul “Pengaruh Tax Morale Dan Rasa
Nasionalisme Terhadap Kepatuhan Pajak” maka sudah pasti akan ditolak
oleh Editor jurnal. Pahami Ruang Lingkup dan Tujuan Jurnal yang akan
dituju.

Pahami Pembaca Jurnal yang Dituju

Pemirsa jurnal sangat ditentukan oleh ruang lingkup dan tujuan jurnal,
reputasi jurnal dan sejarah penerbitan di lapangan, dan aksesibilitas jurnal
ke peneliti (misalnya, apakah APC yang ditentukan mahal, apakah jurnal
memiliki opsi Akses Terbuka (Open Access) untuk penulis, apakah
diterbitkan oleh penerbit kecil dengan distribusi terbatas?). Akses internet
ke judul jurnal, abstrak, dan homepage telah memungkinkan lebih banyak
jurnal untuk dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas. Namun, beberapa
pengguna tidak ingin membayar untuk akses ke manuskrip, sehingga jurnal
yang dibeli secara luas oleh institusi akan memiliki khalayak yang lebih luas
untuk tujuan praktis. Jurnal baru juga membutuhkan waktu untuk
mengembangkan audiens. Periksa situs web jurnal dan penerbit untuk
melihat apakah jurnal yang dipertimbangkan didistribusikan secara luas
(Cargill & O’Connor, 2009).

276
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Dampak Jurnal (Journal Impact)

Sejumlah indeks telah dikembangkan untuk memberikan informasi tentang


kecepatan relatif dan volume kutipan ke jurnal, dan indeks dapat
memberikan beberapa panduan tentang popularitas dan penggunaan jurnal.
Ukuran dampak jurnal yang paling umum digunakan adalah Faktor Dampak
Jurnal/Journal Impact Factor. Faktor Dampak Jurnal untuk tahun tertentu
adalah jumlah rata-rata artikel yang diterbitkan dalam jurnal dalam dua
tahun sebelumnya telah dikutip pada tahun itu. Indeks ini memberikan
ukuran rata-rata penggunaan artikel terbaru dalam jurnal tertentu (Cargill
& O’Connor, 2009) Rumusnya adalah sebagai berikut:

Impact Factor yang lebih tinggi menunjukkan jurnal yang lebih kritis atau
lebih bergengsi. Daftar lengkap Faktor Dampak dapat ditemukan di ISI Web
of Knowledge (Thompson Corp.), atau Schimagojr (Katz, 2009b).

Waktu Untuk Publikasi

Penting untuk memperhatikan waktu terbit sebuah jurnal agar dapat


mempersiapkan road map penulisan manuskrip. Untuk jurnal-jurnal yang
Impact factor masih rendah, dan jurnal pemula, pihak penyedia jurnal akan
mencari peminat dengan mengirim undangan publikasi melalui media sosial
(email, Whatsapp grup, dan media sosial lainnya). Pihak penyedia jurnal ingin
menerbitkan manuskrip sesegera mungkin untuk menarik penulis dan juga
ingin menerbitkan penelitian Anda segera untuk menghindari orang lain
menerbitkan karya yang sebanding sebelum Anda, serta untuk
meningkatkan catatan publikasi dan kutipan untuk promosi dan hibah. Jika
waktu rata-rata untuk publikasi sangat penting bagi Anda, Anda harus
memeriksa situs web jurnal atau terbitan terbaru untuk melihat apakah
mereka melaporkannya. Jurnal yang menerbitkan manuskrip versi online
sebelum edisi cetak memiliki waktu publikasi yang lebih singkat. Untuk
penyedia jurnal yang memiliki impact factor tinggi, biasanya mereka tidak
lagi mencari penulis manuskrip, maka peneliti harus menyiapkan waktu
yang cukup lama dalam proses review.

277
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Beberapa jurnal memungut biaya untuk menerbitkan manuskrip. Biaya


didasarkan pada biaya tetap atau jumlah halaman, atau dikenakan biaya
untuk penerbitan ilustrasi berwarna atau untuk cetak ulang. Periksa apakah
jurnal mengenakan biaya untuk setiap bagian dari proses penerbitan
sebelum mengirimkan manuskrip. Peneliti juga ingin penelitian dapat
diakses oleh berbagai pembaca yang tidak memiliki akses ke perpustakaan
atau langganan lain ke jurnal di bidang ilmu tertentu. Banyak jurnal
sekarang menawarkan untuk menyediakan Akses Terbuka (yaitu
membuatnya dapat diakses untuk diunduh gratis tanpa berlangganan
jurnal) jika peneliti membayar biaya di muka. Periksa apakah jurnal pilihan
Anda menawarkan layanan ini jika Anda ingin (atau diwajibkan oleh
institusi) untuk membayar Akses Terbuka (Cargill & O’Connor, 2009).

Mengirimkan Manuskrip

Mengirimkan manuskrip ke jurnal sama seperti sedang mengikuti


kompetisi/lomba di mana kesuksesan ditentukan oleh sekelompok juri yang
disebut reviewer yang menggunakan seperangkat kriteria seleksi yang telah
ditentukan. Peneliti dapat mengoptimalkan keberhasilan publikasi dengan
memahami dan memenuhi kriteria pemilihan jurnal. Banyak kriteria seleksi
yang terkait dengan persiapan manuskrip akan dicantumkan oleh jurnal di
situs web atau dalam edisi cetak jurnal (misalnya Instruksi untuk
Penulis/Author guidelines dan ruang lingkup atau tujuan jurnal). Kriteria
lain berkaitan dengan bagaimana sebuah manuskrip telah sesuai dengan
standar jurnal dan dapat dipahami dengan membaca jurnal serta dengan
memahami proses pengeditan dan review. Sering kali manuskrip ditolak. Itu
adalah berita gembira walau di satu sisi membuat kecewa. Biasanya
penolakan artikel tersebut disandingkan dengan hasil review para reviewers.
Jadikan hasil review itu menjadi titik tolak perbaikan pada manuskrip. Jika
perbaikan dilakukan sesuai dengan apa yang dianjurkan reviewer. Artikel
Anda menjadi lebih baik.

Memahami Proses Peer-Review

Sebuah artikel penelitian ilmiah tidak menghasilkan kebenaran atau


kepastian tetapi mendokumentasikan pengamatan/pengukuran, analisis,
dan interpretasi penulis dalam konteks penelitian sebelumnya. Kebenaran

278
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

temuan dari studi ilmiah akan dikonfirmasi oleh penelitian atau aplikasi
selanjutnya, dan dapat dikualifikasikan atau diubah seiring waktu. Proses
peer-review membantu komunitas ilmiah dalam memastikan kualitas
penelitian sebelum dipublikasikan dan sebelum dapat diperiksa dan
digunakan oleh khalayak yang lebih luas. Peer review adalah bagian dari
proses mengubah informasi menjadi pengetahuan. Korespondensi antara
penulis, peninjau, dan editor adalah bagian dari proses pengambilan makna
kolektif yang digunakan untuk menguji apakah informasi baru layak untuk
diketahui dan ditindaklanjuti. Sistem tinjauan sejawat tidak sempurna,
tetapi hal itu memberikan sejumlah kontribusi penting terhadap standar
penerbitan publikasi penelitian ilmiah manuskrip (Cargill & O’Connor,
2009).

Menurut Cargill & O’Connor, fungsi dari peer-review adalah:

1. Menegaskan bahwa hipotesis telah diuji dengan tepat dan bahwa hasil
yang dilaporkan mencerminkan bahan, metode, dan alat analisis yang
digunakan;

2. Mengkonfirmasi bahwa kekuatan dari klaim tentang hasil dan


penerapan studi adalah tepat;

3. Membantu jurnal untuk memutuskan apakah fokus, kebaruan, dan


pentingnya penelitian sesuai dengan standar jurnal;

4. Memeriksa bahwa penyajian dan gaya konten sesuai dengan konvensi


yang diterima untuk kenyamanan produksi dan pembaca; dan

5. Menyarankan penulis dan editor jurnal tentang bagaimana (dan


seringkali di mana) manuskrip dapat diperbaiki.

Wasit/reviewer penting bagi seorang editor jurnal karena mereka berperan


penting dalam menentukan kualitas manuskrip, dan dalam kebanyakan
kasus mereka melakukannya sebagai kontribusi profesional dan tanpa
bayaran. Wasit/reviewer penting bagi penulis karena mereka memberikan
pandangan kritis terhadap konten dan tulisan, dan menyoroti bagaimana
narasi dapat diklarifikasi atau disajikan dengan lebih tepat. Peer review
memberikan kesempatan agar ide, teori, metode, hasil, analisis, dan
interpretasi dipertimbangkan dan dikomentari oleh rekan profesional.

279
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Menanggapi komentar dari peer reviewer harus dilihat sebagai bagian dari
proses pengujian dan melegitimasi hasil penelitian dan maknanya (Cargill &
O’Connor, 2009).

Memahami Peran Editor

Editor bertanggung jawab menjaga reputasi dan daya saing jurnal. Editor
menggunakan reviewer untuk membantu dalam memilih manuskrip dan
memperbaikinya untuk publikasi. Editor akan membaca manuskrip dan
membuat keputusan awal apakah akan dikirim ke reviewer. Editor biasanya
akan menolak manuskrip tanpa tinjauan jika manuskrip tersebut berada di
luar ruang lingkup atau tujuan jurnal, jika bahasa atau struktur manuskrip
buruk, atau jika ada kekurangan yang jelas atau nyata dalam ilmu
pengetahuan. Manuskrip yang disiapkan dengan baik dan sesuai dengan
jurnal tidak mungkin ditolak tanpa ulasan. Peneliti dapat menggunakan
surat pengantar kontributor (contributor’s covering letter) untuk membantu
editor memutuskan bahwa manuskrip siap untuk ditinjau (Cargill &
O’Connor, 2009).

Surat Pengantar Kontributor (Contributor’s Covering Letter)

Surat pengantar yang dikirim ke editor dengan manuskrip merupakan


peluang penting untuk menjual manuskrip. Surat tersebut merupakan
kesempatan untuk menunjukkan bahwa peneliti menghargai peran editor
dan bahwa peneliti telah melakukan semua yang bisa untuk mempersiapkan
manuskrip agar memenuhi persyaratan jurnal. Maksimalkan penggunaan
surat pengantar kontributor. Peneliti dapat menggunakan surat pengantar
untuk mengungkapkan keyakinan bahwa manuskrip tersebut berada dalam
ruang lingkup jurnal. Sebutkan judul manuskrip dan nama penulis/para
penulis. Nyatakan bahwa penelitian dan manuskrip tersebut baru dan asli.
Soroti poin-poin spesifik yang memperkuat kebaruan dan signifikansi
penelitian. Sorot poin apa pun tentang manuskrip yang dapat menimbulkan
pertanyaan untuk editor, misalnya, bahwa manuskrip yang panjang
dibenarkan atau foto diperlukan untuk melaporkan temuan penting.
Mengungkapkan harapan bahwa presentasi memuaskan. Katakan bahwa
Anda menantikan komentar reviewer (Cargill & O’Connor, 2009).

280
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Memahami Peran Reviewer

Editor meminta bantuan dari dua atau lebih peneliti independen untuk
meninjau setiap manuskrip dan memeriksa kualitas, kebaruan, dan
signifikansi karya serta penyajian manuskrip. Pekerjaan ini biasanya tidak
dibayar dan dilakukan sebagai bagian dari kontribusi profesional peneliti
untuk pengembangan bidang ilmunya. Tugas reviewer adalah sebagai
berikut (Cargill & O’Connor, 2009):

1. Biasanya ahli dalam bidang umum manuskrip tetapi tidak perlu ahli
dalam bidang yang tepat dari manuskrip yang akan direview;

2. Telah menerbitkan manuskrip secara regular dan penelitiannya telah


dikutip oleh peneliti lainnya.

3. Bersedia meninjau manuskrip walau memiliki waktu terbatas.

4. memiliki preferensi dan bias mereka sendiri tentang penelitian dan


penulisan ilmiah.

Terkadang pihak jurnal dimana manuskrip penelitian sedang diajukan,


mereka meminta nominasi reviewer potensial dari Anda. Ada juga pihak
penyedia jurnal telah memiliki tim reivewer mereka dan editor yang akan
memilih melalui database kepada siapa jurnal akan dikirimkan untuk di
review. Manuskrip yang dikirim terkadang menggunakan sistem blind
reviewer yang artinya reviewer tidak mengetahui nama pembuat artikel yang
sedang direview, tetapi ada juga reviewer yang mendapatkan artikel dengan
nama peneliti. Tergantung dari kebijakan jurnal.

Reviewer akan diminta untuk membaca manuskrip dan menulis laporan


tentang kualitas karya, mencatat masalah, dan merekomendasikan
perubahan yang akan memperbaiki manuskrip. Reviewer biasanya juga
akan diminta untuk mengisi formulir evaluasi tentang kualitas manuskrip,
dan juga diminta untuk merekomendasikan apakah manuskrip tersebut
harus diterima oleh jurnal atau diterima setelah revisi. Reviewer akan
mengembalikan laporan tertulis dan formulir evaluasi mereka kepada editor,
kadang-kadang dengan anotasi pada manuskrip.

281
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Biasanya pihak jurnal telah memberikan panduan cara mereviewer yang


disertakan di email atau sudah tersedia di laman jurnal (Weissberg &
Buker, 1990)

Bagaimana Menanggapi Editor dan Reviewer

Aliotta dan Katz menjelaskan bahwa ada beberapa pemahaman yang perlu
dimengerti oleh penulis:

1. Hasil reviewer bukan berarti reviewer benar dan penulis salah, atau
sebaliknya. Hasil reviewer tergantung dari pemahaman dan persepsi
reviewer kepada manuskrip tersebut.

2. Saat Anda menanggapi hasil review, pastikan bahwa Anda melakukan


review untuk mengakomodasi reviewer dengan menanggapi komentar
mereka tanpa mengurangi pesan (cerita) dari manuskrip tersebut.

3. Selalu tunjukkan kepada editor bahwa Anda melakukan dengan usaha


yang besar, dan telah memperbaiki semua yang bisa untuk memperbaiki
manuskrip.

4. Penolakan dan kritik tidak serta merta berarti ilmunya tidak bagus atau
manuskripnya tidak ditulis dengan baik: pertimbangkan jurnal lainnya,
termasuk karya tambahan, atau menulis ulang sebagian atau seluruh
manuskrip.

Bagaimana Menghadapi Penolakan Manuskrip

Menurut Cargill & O’Connor, (2009), jika manuskrip ditolak, penting untuk
mencari tahu alasannya. Alasan penolakan akan menginformasikan
keputusan tentang bagaimana melanjutkan. Setiap peneliti berpengalaman
memiliki cerita tentang penolakan, dan akan berguna untuk mendiskusikan
penolakan dengan kolega senior atau untuk membantu melihat bahwa itu
adalah bagian alami dan perlu dari proses melegitimasi pengetahuan ilmiah.
Penulis yang sukses berhasil dalam menghadapi penolakan serta
penerimaan. Alasan mengapa manuskrip ditolak:

282
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

1. Isi manuskrip mungkin tidak sesuai dengan ruang lingkup jurnal (ini
bisa berarti terlalu terspesialisasi, fokus pada bidang subjek yang salah,
atau tidak cukup menarik bagi pembaca jurnal secara umum).

2. Ada kekurangan ilmuyang nyata dan jelas.

3. Bahasa atau struktur manuskrip buruk.

4. Jurnal berpangkat tinggi perlu mengatur ulang sebagian besar


manuskrip yang dikirimkan meskipun ulasannya positif.

5. Reviewer mungkin belum membaca atau memahami manuskrip secara


menyeluruh untuk mengapresiasinya. Rekomendasi dari reviewer
kepada editor mungkin disalahtafsirkan. Reviewer tidak dapat diprediksi
dan dapat membantu atau terkadang tidak membantu.

Bagaimana Menangani ''Penerimaan Bersyarat'' Atau ''Merevisi Dan


Mengirimkan Kembali''

Beberapa manuskrip diterima untuk diterbitkan tanpa revisi. Tingkat revisi


bervariasi dari perubahan kecil pada bahasa, referensi, atau pemformatan
hingga revisi besar yang memerlukan pengiriman ulang untuk peninjauan
baru. Di bidang di mana jurnal bersaing untuk mendapatkan bagian dari
penelitian baru dan menarik dalam suatu disiplin dan/atau bagian dari
pasar langganan, editor jurnal bertujuan untuk menerima manuskrip
berkualitas tinggi secepat mungkin dan mencetaknya tepat waktu. Ketika
ilmunya jelas menarik dan baru tetapi manuskripnya membutuhkan
pekerjaan besar sebelum dapat diterima, editor dapat menolak manuskrip
tersebut tetapi mendorong penulisan ulang dan pengiriman ulang. Jika
manuskrip memerlukan beberapa modifikasi tetapi bukan restrukturisasi
besar, penelitian tambahan, atau penulisan ulang, editor dapat menerima
manuskrip dengan syarat bahwa perubahan yang disarankan dilakukan dan
artikel dikembalikan pada tanggal yang ditentukan. Penerimaan bersyarat
ini memberi peneliti kesempatan untuk mempertimbangkan dan
menggabungkan komentar dari pengulas dan editor. Namun, tidak selalu
mudah untuk memahami atau menanggapi komentar reviewer (Cargill &
O’Connor, 2009; Katz, 2009a).

283
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Cargill & O’Connor, (2009) menjelaskan ada banyak cara untuk menangani
komentar pengulas dan peneliti akan mengembangkan strateginya sendiri.
Di sini diuraikan pendekatan yang digunakan oleh banyak penulis
berpengalaman.

1. Jangan marah atau tersinggung oleh komentar. Peninjau atau editor


mungkin salah memahami sesuatu atau mungkin telah
mengomunikasikannya dengan buruk. Berurusan dengan komentar
pengulas adalah bagian dari proses penerbitan dan tidak boleh dilihat
sebagai serangan pribadi terhadap kredibilitas sebagai seorang ilmuwan.

2. Baca komentar dan periksa manuskrip untuk memastikan peneliti


memahami apa yang diminta oleh wasit atau editor untuk dilakukan.

3. Sorot setiap komentar yang sulit ditanggapi atau tidak jelas.

4. Tunjukkan komentar yang sulit kepada rekan penulis atau kolega dan
mintalah saran mereka tentang cara menanganinya. Jika komentar
masih sulit, tidak jelas, atau mengganggu, biarkan selama beberapa hari
(tidak lebih dari seminggu) dan kembali ke alamat ketika peneliti punya
waktu untuk menyerapnya.

5. Lakukan semua perubahan kecil yang tidak memerlukan penulisan


ulang yang besar dan catatlah perubahan dalam surat kepada editor.

Berikut adalah beberapa komentar umum (dalam berupa kalimat) yang


dibuat oleh reviewer (Aliotta, 2018; Cargill & O’Connor, 2009; Katz, 2009a):

1. Tujuan penelitian tidak jelas.

2. Premis teoretis atau "mazhab pemikiran" dipertanyakan oleh reviewer

3. Metode desain atau analisis dipertanyakan

4. Peneliti diminta untuk memberikan data atau informasi tambahan yang


akan meningkatkan manuskrip.

5. Peneliti diminta untuk menghapus informasi atau diskusi

6. Kesimpulan dianggap salah, lemah, atau terlalu kuat

284
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Hal Teknis Dalam Menulis Manuskrip

Banyak hal teknis diluar yang dibahas di atas yang perlu diperhatikan saat
menulis manuskrip.

1. Judul

Judul adalah salah satu elemen terpenting dari sebuah artikel


penelitian. Seringkali, judul adalah satu-satunya dasar bagi pembaca
tertarik untuk memutuskan dalam sepersekian detik apakah penyedia
jurnal ingin menginvestasikan waktu dan upaya untuk membaca lebih
jauh atau bagi editor untuk menerima artikel tersebut untuk di review.
Idealnya, judul yang ditulis dengan baik harus menunjukkan sifat dan
tujuan penelitian, harus singkat dan akurat, dan harus mengandung
kata kunci atau konsep yang mudah dikenali oleh peneliti lainnya, tetapi
disaat yang sama harus terkesan “seksi” (yang dimaksud dengan seksi
adalah judul menggelitik orang yang membacanya untuk melihat isi
artikel) (Aliotta, 2018).

Saat menyusun Judul, buat dengan kata-kata yang menjadi ciri seluruh
artikel penelitian, karena Judul sering digunakan untuk mengindeks
artikel. Mulailah dengan membuat daftar 8–12 istilah yang menangkap
esensi resep, hasil, dan kesimpulan, dan sertakan variabel kunci yang
menjadi fokus penelitian.. Selanjutnya, atur kata-kata dari daftar
tersebut menjadi frasa lengkap. Judul itu harus merekapitulasi
Kesimpulan penelitian, harus ringkas. Batasi judul menjadi dua atau
lebih sedikit baris teks. Judul harus menyertakan kata kerja, yang harus
dalam bentuk sekarang. Temukan kata kerja aktif, dan bertujuan untuk
struktur tata bahasa Subjek–Kata kerja aktif–Objek (Katz, 2009b).

Mana yang lebih menarik judulnya: “Pengaruh Insentif Finansial, Durasi


Pengangguran, dan Kualitas Pekerjaan” atau Ketika “Keadaan Menjadi
Sulit: Pentingnya Insentif Finansial, Durasi Pengangguran, dan Kualitas
Pekerjaan”. Jika saya menjadi pembaca/editor, saya akan tertarik
dengan judul kedua.

285
MEMBUAT JURNAL ILMIAH

Mana yang lebih menarik judul “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja


Guru” atau Apakah Gaji yang Lebih Tinggi Menghasilkan Guru yang
Lebih Baik dan Hasil Siswa yang Lebih Baik?: Kompensasi dan Kinerja
menjadi Alat Ukur. Jika saya menjadi pembaca/editor, saya akan
tertarik dengan judul kedua.

2. Kata Kunci

Beberapa jurnal meminta peneliti mengikuti Abstrak dengan daftar 3–10


kata atau frasa kunci. Istilah-istilah ini akan digunakan untuk
mengindeks artikel di bawah judul standar di database besar. Oleh
karena itu, selain memilih kata kunci yang mencirikan fokus spesifik
manuskrip, sertakan beberapa istilah yang mengkategorikan manuskrip
secara lebih umum. Cantumkan kata kunci menurut abjad pada baris
terpisah setelah Abstrak (Katz, 2009b).

3. Ucapan Terima Kasih (Acknowledgments).

Saat manuskrip telah selesai, tambahkan satu catatan terakhir yaitu


Ucapan Terima Kasih. Ini adalah paragraf yang biasanya muncul setelah
Kesimpulan dan sebelum Daftar Pustaka. Dalam kalimat lengkap yang
sederhana, ini mencantumkan orang-orang dan lembaga yang
memberikan masukan, nasihat, informasi, bantuan, dan materi. Itu juga
harus mencantumkan semua sumber dukungan keuangan peneliti.
Ucapan Terima Kasih harus singkat, namun detail (Katz, 2009b).

4. Bahasa yang Tepat. Manuskrip harus menggunakan bahasa yang tepat.


Jika menggunakan bahasa Indonesia, gunakan bahasa Indonesia yang
benar. Jika menggunakan bahasa Inggris, pastikan tata bahasa benar.
Biasanya, walaupun peneliti mengerti tata bahasa Inggris, alangkah
lebih baiknya tetap menggunakan jasa seorang “Proofreader”. Bahasa
sehari-hari cenderung bermuatan emosi dan kata-kata yang tanpa
disadari adalah kata-kata tidak sesuai untuk penelitian. Karakteristik
penting dari karya ilmiah adalah kejelasan. Deskripsi harus tepat, resep
harus lengkap, data harus tepat, logika harus transparan, dan
kesimpulan harus dinyatakan dengan bersih.

286
DAFTAR PUSTAKA

Bab 1
Adler, E. S., and R. Clark. 2011. An Invitation to Social Research: How It’s Done.
4th ed. Belmont, CA: Wadsworth.
Babbie, Earl. 2010. The Practice of Social Research. Wadsworth: Cengage
Learning. Geertz, C. 1973. The Interpretations of Cultures. New York: Basic
Books.
Hornby, Albert Sydney, and Jonathan Crowther. 1995. The Advanced
Learner’s Dictionary of Current English. Oxford: Oxford University Press,
Oxford.
Kothari, C.R. 2004. Research Methodology. New Delhi: New Age International.
Kumar, Ranjit. 2019. Research Methodology: A Step-by-Step Guide for
Beginners. London: SAGE Publications Ltd.
Leavy, Patricia. 2017. Research Design. London: The Guilford Press.
Liputan 6. 2020. “Menguak Sebab Manusia Memiliki Rasa Ingin Tahu
Berlebih.” Liputan 6. 2020.
Machali, Imam. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Panduan Praktis
Merencanakan, Melaksanakan Dan Analisis Dalam Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam.
Merriam, Charles. 2011. “In Merriam-Webster.Com.” In Merriam-
Webster.Com. 2011. https://www.merriam-
webster.com/dictionary/temperance#synonyms.
Patton, M. Q. 2015. Qualitative Research and Evaluation Methods. 4th ed.
CA: SAGE Publications Ltd.
Slesinger, D., and M Stephenson. 1930. The Encyclopaedia of Social
Sciences. Vol. IX,. UK: MacMillan Publications.
Bab 2
BBC News Indonesia. 2020. “Covid-19: Kajian Kasus Di Wuhan Muncul Sejak
Akhir Agustus, China Sebut Hasil Itu ’sebagai Hal Yang Konyol.” BBC
News Indonesia. 2020.
Creswel, John W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches.
California: SAGE Publications Ltd.
Detik News. 2020. “Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kali Masuk RI?”
Detik News. 2020. https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-
sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri.
Jahoda, Marie, Morton Deutsch, and Stuart W. Cook. 1959. Research Methods
in Social Relations. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.,.

287
Kerlinger, Fred. N. 1986. Foundation of Behavioral Research. New York: Holt,
Rinehart and Winstons. Kothari, C.R. 2004. Research Methodology. New
Delhi: New Age International.
Machali, I. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Program Sttudi
Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga bersama Pustaka An-
Nur STIQ An-Nur.
Riduwan. 2014. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Silalahi, Ulber. 2015. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: Refika
Aditama.
Singh, Yoqesh Kumar. 2006. Fundamental of Research Method- Ology &
Statistics. New Delhi: New Age International.
Wikipedia. 2022. “Maut Hitam.” Wikipedia. 2022.
Wilkinson, A.M. 1991. The Scientist’s Handbook for Writing Papers and
Dissertations. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Bab 3
Babbie, Earl. 2010. The Practice of Social Research. Wadsworth: Cengage
Learning. Bacharach, S. B. 1989. “Organizational Theories: Some Criteria
for Evaluation.” Academy of
Management Review 14 (4): 496–515.
Back, James A., and Dean J. Champion. 1976. Methods and Issues in Social
Research. New York: Wiley.
Bailey, Kenneth D. 1978. Methods of Social Research. 3rd ed. New York: Free
Press.
———. 1987. Methods of Social Research. London: Free Press.
Bedeni. 2013. Kepemimpinan & Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Bernardin, H.J., & Russel. 2010. Human Resources Management. New York:
MacGraw-Hill. Bhattacherjee, Anol. 2012. Social Science Research:
Principles, Methods, And Practices. USA:
Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported
License.
Boncz, Imre, ed. 2015. Introduction to Research Methodology In THE BASICS
OF GENERAL Research Methodology K. Lampek, Zs. Horváthné Kívés.
Hungarian: Hungarian Goverment.
Cohen, Louis, Lawrence Manion, and Keith Morrison. 2007. Research
Methods in Education. New York: Routledge.
CRESWEL, JOHN W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches. California: SAGE Publications Ltd.
Daft, Richard L. 2011. The Leadership Experience. Edisi ke 6. USA:Cengage
Learning. Dougherty, J. E., and R. L. Faltzgraff. 1997. Contending
Theories of International Relation: A

288
Comprehensive Survey. 4th ed. New York: Ed Addison Weslwy Longman.
Easterby-Smith, Mark, Richard Thorpe, Paul R. Jackson, and Lena J.
Jaspersen. 2018. Management & Business Research. 6th ed. Lonodon:
SAGE Publications Ltd.
———. 2019. Management & Business Research. 6th ed. London: SAGE
Publications Ltd.
Emory, C.William. 1976. Business Research
Methods,Illinois:RichardD.Irwin,Inc.Homewood,1976.
illinois: RichardD.Irwin,Inc.
Goffman, Erving. 1961. Asylums: Essays on the Social Situation of Mental
Patients and Other Inmates. Chicago: Aldine.
———. 1963. “Stigma: Notes on the Management of a Spoiled Identity.” In.
New Jersey: Prentice Hall.
Goffman, Erving. 1974. Frame Analysis. Cambridge: Harvard Business Press.
Greener, Sue. 2008. Business Research Methods. USA: Ventus
Publishing.
Grinnell, Richard Jr. 1988. Social Work Research and Evaluation. 3rd ed.
Itasca, IL: Peacock.
Hall-Lengnick, Mark, L, and A. Hall-Lengnick, Cynthia. 2003. Human
Resource Management in Th Knowledge Economy. San Fransisco: Berret-
Koehler Publishers.
Indeed Editorial Team. 2021. “Inductive Reasoning vs. Deductive Reasoning
(With Examples).” Indeed Editorial Team. 2021.
Jackson, Sherri L. 2009. Research Methods and Statistics: A Critical Thinking
Approach. Wadsworth: Cengage Learning.
Jesson, J., L. Matheson, and F.M. Lacey. 2011. Doing Your Literature Review:
Traditional and Systematic Techniques. London: Sage.
Kerlinger, Fred. N. 1986. Foundation of Behavioral Research. New York: Holt,
Rinehart and Winstons.
Kothari, C.R. 2004. Research Methodology. New Delhi: New Age International.
Kumar, Ranjit. 2011. Research Methodology: A Step-by-Step Guide for
Beginners. 3rd ed. London: SAGE Publications Ltd.
Daft., L..R. 2011. Era Baru Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba.
Luker, K. 2008. Salsa Dancing into the Social Sciences: Research in an Age of
Info-Glut. Cambridge: Harvard University Press.
Markus, M.L. 1987. “‘Toward a Critical Mass’, Theory of Interactive Media:
Universal Access, Interdependence, and Diffusion".” Communication
Research 14 (5): 491–511.
Mitra, Suddhachit. 2020. “An Analysis of the Falsification Criterion of Karl
Popper: A Critical Review.” Tattva - Journal of Philosophy 12 (1): 1–18.
https://doi.org/10.12726/tjp.23.1.
289
Moorhead, Gregory, and Ricky W. Griffin. 2013. Perilaku Organisasi. 9th ed.
Jakarta: Salemba Empat.
Neuman, W. L. 2000. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approach. 4th ed.
Boston: Allyn and Bacon.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persaka.
Robbins, Stephen. P, and Mary. Coulter. 2007. Manajemen. Jakarta: Indeks.
Schermerhorn, J.R., J.G. Hunt, R.N. Osborn, and M Uhi-Bien. 2010.
Organizational Behavior. 12th ed. USA: Pearson Education Inc.
Schiemann, William, A. 2011. Alignment, Capability, Engagement. Jakarta:
PPM.
Shidarta. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia,.
Silalahi, Ulber. 2015. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: Refika
Aditama.
Steinfield, C.W., and J. Fulk. 1990. The Theory Imperative," in Organizations
and Communications Technology. CA: SAGE Publications Ltd.
Whetten, David A. 1989. “What Constitutes a Theoretical Contribution?” 14
(4): 490–95.
William, A. 1969. Chance’s Statistical Methods for Decision Making. illinois:
Richard D. Irwin INC. Wolcott, H. F. 1987. On Ethnographic Intent. In G.
Spindler & L. Spindler (Eds.), Interpretive
Ethnography of Education: At Home and Abroad. Hillsdale, N.J: Lawrence
Erlbaum.
Wright, D. B. 2003. “Making Friends with Your Data: Improving How Statistics
Are Conducted and Reported.” British Journal of Educational Psychology,
73: 123–36.
Bab 4
Bernardin, H. J., & Russel, J. E. A. (2013). Human Resources Manajement.
Mc GrawHill. Inc.
Black, J. A., & Champion, D. J. (1976). Methods and Issues in Social
Research. Wiley.
CresweL, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. SAGE Publications Ltd.
Fallon, M. (2016). Writing quantitative research. Sense Publishers.
Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2013). Statistics for the behavioral sciences
(9th ed.). Wadsworth.

290
Harsono, M., Manajemen, J., Ekonomi, F., Maret, U. S., & Kontrol, V. (2002).
Moderator Dalam Penelitian
Perilaku. 1–7.
Kerlinger, F. N. (1986). Foundations of Behavioral Research (3rd ed.). Holt,
Rinehart and Winston.
Kohen, M. R., & Nagel, E. (1966). An Introduction to Logic and Scientific
Methods,. Routledge & Kegan Paul.
Kumar, R. (2011). Research Methodology: a step-by-step guide for beginners
(3rd ed.). SAGE Publications Ltd.
Kumar, R. (2019). Research Methodology: a step-by-step guide for beginners.
SAGE Publications Ltd.
Saifuddin, A. (1999). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.
Singh, Y. Kumar. (2006). Fundamental of Research Method- ology &
Statistics. New Age International.
Bab 5
Adler, E. S., & Clark, R. (2011). An invitation to social research: How it’s done.
(4th ed.). Wadsworth. Babbie, E. (2010). The Practice of Social Research.
Cengage Learning.
Bhattacherjee, A. (2012). Social Science Research: Principles, Methods, And
Practices. Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0
Unported License.
Calder, J. (1979). Introduction to applied sampling. Research Methods in
Education and the Social Sciences. Open University Press.
Cochran, W. G. (1985). Sampling Techniques. Wiley Eastern Limited.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research Methods in Education.
Routledge.
Easterby-Smith, M., Thorpe, R., Jackson, P. R., & Jaspersen, L. J. (2018).
Management & Business Research (6th ed.). SAGE Publications Ltd.
Hopkins, D. (1985). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University
Press.
Kumar, R. (2011). Research Methodology: a step-by-step guide for beginners
(3rd ed.). SAGE Publications Ltd.
Kumar, R. (2019). Research Methodology: a step-by-step guide for beginners.
SAGE Publications Ltd. Leavy, P. (2017). Research Design. The Guilford
Press.
Levy, P. S., & Lemeshow, S. (1999). Sampling of Populations. A Wiley-
Interscience Publication. Morse, J. M. (2010). Sampling in grounded
theory. SAGE.
Patton, M. Q. (2015). Qualitative research and evaluation methods (4th ed.).
SAGE Publications Ltd. Riduwan. (2014). Metode dan Teknik Menyusun
Tesis. Alfabeta.
291
Singh, Y. Kumar. (2006). Fundamental of Research Method- ology & Statistics.
New Age International.
Bab 6
Barr, A. S., Robert A. Davis, & O, P. J. (1953). Educational Research And
Appraisal By Barr-
Davis-Johnson 1953 Lippincott Hc. Lippincott Hc.
Bhattacherjee, A. (2012). Social Science Research: Principles, Methods, And
Practices. Creative Commons Attribution-Noncommercial-Sharealike 3.0
Unported License.
Burns, R. B. (1997). Introduction To Research Methods (2nd Ed.). Longman
Cheshire.
Glaser, B. G., & Strauss, A. L. (1967). The Discovery Of Grounded Theory:
Strategies For Qualitative
Research. Aldine.
Goode, W. J., & Hatt, P. K. (1952). Methods In Social Research. Mcgraw-Hill.
Kothari, C. R. (2004). Research Methodology. New Age International.
Kumar, R. (2011). Research Methodology: A Step-By-Step Guide For
Beginners (3rd Ed.). Sage Publications Ltd.
Monette, D. R., Sullivan, T. J., & Dejong, C. R. (1989). Applied Social Research:
Tools For The Human
Services,. Tx, Holt, Rinehart, And Winston.
Sapsford, R., & Jupp, V. (Eds.). (2006). Data Collection And Analysis. Sage
Publications Ltd.
Bab 7
Adler, E. S., & Clark, R. (2011). An invitation to social research: How it’s done.
(4th ed.). Wadsworth. Denzin, K., N., & Lincoln, Y. S. (eds. ). (1994).
Handbook of Qualitative Research, Thousand Oaks,
CA, Sage. SAGE Publications Ltd.
Fallon, M. (2016). Writing quantitative research. Sense Publishers. Goodwin, C.
J. (2010). Research in Psycology. Wiley.
Gronlund, N. E. (1981). Constructing Achievement Test (3rd ed.). Prentice Hall,
Inc.
Kerlinger, F. N. (1986). Foundations of Behavioral Research (3rd ed.). Holt,
Rinehart and Winston. Kumar, R. (2011). Research Methodology: a step-
by-step guide for beginners (3rd ed.). SAGE
Publications Ltd.
LeCompte, M., & Preissle, J. (1993). Ethnography and Qualitative Design in
Educational Research
(2nd ed.). Academic Press.
292
Smith, H. W. (1991). Strategies of Social Research (3rd ed.). Holt, Rinehart and
Winston.
Trochim, K., W. M., & Donnelly, J. (2007). The Research Methods Knowledge
Base (3rd ed.). Thomson Custom Publishing.
Winter, G. (2000). A comparative discussion of the notion of ‘validity’ in
qualitative and quantitative research.
Bab 8
Adler, E. S., & Clark, R. (2011). An invitation to social research: How it’s done.
(4th ed.). Wadsworth. Anderson, T. W. (2003). An Introduction to
Multivariate Statistical Analysis. John Wiley.
Babbie, E. (2010). The Practice of Social Research. Cengage Learning.
Blumberg, B., Cooper, D. R., & Schindler, D. S. (2008). Business Research
Methods. MacGraw-Hill. CRESWEL, J. W. (2009). RESEARCH DESIGN:
Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. SAGE Publications Ltd.
Dancey, C. P., & Reidy, J. (2008). Statistics Without Maths for Psychology:
Using SPSS for Windows (4th ed.). Prentice Hall.
Easterby-Smith, M., Thorpe, R., Jackson, P. R., & Jaspersen, L. J. (2018).
MANAGEMENT & BUSINESS RESEARCH (6th ed.). SAGE Publications
Ltd.
Fallon, M. (2016). Writing quantitative research. Sense Publishers.
Hair, H. F., W.C, B., Babin, B. J., & Anderson, R. (2010). Mutlivariate Data
Analysis. New Jersey:Pearson Education, Inc.
Kanji, G. K. (2006). 100 Statistical Tests. (3rd ed.). SAGE Publications Ltd.
Leavy, P. (2017). Research Design. The Guilford Press.
Morris, C. (2003). Quantitative Approaches in Business Studies (6th ed.).
Financial Times Prentice Hall.
Robson, C. (2002). Real World Research (2nd ed.). Blackwell.
Saunders, M., Lewis, P., & Thornhill, A. (2019). Research Methods for
Business Students (5th ed.).
Pearson Education Limited.
Singh, Y. Kumar. (2006). Fundamental of Research Method- ology & Statistics.
New Age International.
Vogt, W. P., Vogt, E. R., Gardner, D. C., & Haeffele, L. M. (2014). Selecting
the right analyses for your data: Quantitative, qualitative, and mixed
methods. Guilford Press.
Bab 9
Anderson, I. K. (2006). The development of communication norms in an online
support group. (4th ed.). Roxbury.

293
B., Merriam. (2009). Qualitative research: A guide to design and
implementation. Jossey-Bass.
Bernard, H. R. (2005). Research methods in anthropology: Qualitative and
quantitative approaches (4th ed.). AltaMira.
Colaizzi, P. F. (1978). Psychological research as the phenomenologist views it.
In R. Vaile & M. King (Eds.), Existential phenomenological alternatives for
psychology (pp. 48-71). Oxford University Press.
Cooper, H. M. (1998). Synthesizing Research : A Guide for Literature Reviews
Applied Social Research Methods Series. Sage Publications, Inc.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design. Sage
Publications, Inc. Fetterman, D. M. (1998). Ethnography: Step by step
(2nd ed.). Sage.
Fink, A. (2014). Conducting Research Literature Reviews (4th ed.). SAGE
Publications Ltd.
Flanders, N. (1973). Basic teaching skills derived from a model of speaking
and listening. Journal of Teacher Education, 24, 24–37.
Frankel, R., & Beckman, H. (1989). Conversation and compliance with
treatment recommendations: An application of microinteractional
analysis in medicine. In Brenda Dervin et al. (Eds.), Rethinking
communication. SAGE Publications, Inc.
Geertz, C. (1973). The interpretation of cultures. Basic Books.
Giorgi, A. (ed. ). (1985). Phenomenology and psychological research. (A. Giorgi,
Ed.). Duquesne University Press.
Gluck, S. B., & Patai, D. (1991). Women’s words: The feminist practice of oral
history. (S. B. Gluck &
D. Patai, Eds.). Routledge.
Goodenough, W. H. (1970). Description and comparison in cultural
anthropology. Chicago: Aldine. Aldine.
Hammersley, M., & Atkinson, P. (1995). Ethnography: Principles in practice
(2nd ed.). Routledge. Hammersley, M., & Atkinson, P. (2007).
Ethnography (3rd ed.). Routledge.
Harris,.M. (1968). The rise of anthropological theory: A history of theories of
culture. T. Y. Crowell. Husserl, E. (1967). The thesis of the natural
standpoint and its suspension. Doubleday.
Jacobs, A. J. (2007). The year of living biblically: One man’s humble quest to
follow the Bible as literally as possible. Simon & Schuster.
Jordan, B., & Henderson, A. (1995). Interaction analysis: Foundations and
practice. Journal of the Learning Sciences, 4, 39–103.
Lapan, S. D., Quartaroli, M. T., & Frances Julia Riemer (Eds.). (2012).
Qualitative Research:An Introduction to Methods and Designs. John
Wiley & Sons, Inc.

294
LeCompte, M. D., & Schensul, J. J. (1999). Designing and conducting ethno-
graphic research. AltaMira.
LeCompte, M., & Preissle, J. (1993). Ethnography and Qualitative Design in
Educational Research (2nd ed.). Academic Press.
Lee, R. M. (2000). Unobtrusive Methods in Social Research. Open University
Press. Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic inquiry. Sage.
Lull, J. (1990). Inside family viewing: Ethnographic research on television’s
audiences. Routledge. Marshall, C., & Rossman, G. B. (2006). Designing
qualitative research (4th ed.). Sage.
Moore, T. S. (2009). The student tutor experience in a problem-based learning
course: A case study.
Unpublished doctoral dissertation. Flagstaff.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological research methods. SAGE
Publications Ltd.
Orbe, M. (2003). African-American first-generation college student
communicative experiences.
Electronic Journal of Communication, 13, 2–3.
Patton, M. Q. (2015). Qualitative research and evaluation methods (4th ed.).
SAGE Publications Ltd. Paul, E., & Hayes, K. (2002). The casualties of
casual sex: A qualitative exploration of the phenomenology of college
students’ hookups. Journal of Social & Personal Relationships, 19, 639–
661.
Pink, S. (2004). Home Truths: Changing Gender in the Sensory Home. Berg.
Polkinghorne, D. E. (1989). Phenomenological research methods. In R. S. Valle
& S. Halling (Eds.), Existential-phenomenologifial perspectives in
psychology. Plenum.
Price, D. (1965). Networks of scientific papers. Science, 149, 510–515.
Richardson, L. (1997). Fields of play: Constructing an academic life. Rutgers
University Press. Rosaldo, R. (1989). Culture and truth: The remaking of
social analysis. Beacon Press.
Seidman, I. (1998). Interviewing as qualitative research: A guide for
researchers in education and the social sciences (2nd ed.). College Press.
Sinclair, M. (2007). A guide to understanding theoretical and conceptual
frameworks. Evidence-Based Midwifery, 5, 39.
Spradley, J. P. (1980). Participant observation. Holt, Rinehart & Winston.
Stake, R. (1995). The art ofcase study research. Sage.
van Kaam, A. (1996). Existential foundations ofpsychology. Duquesne
University Press.
van Manen, M. (1990). Researching lived experience: Human science for an
action sensitive pedagogy.
State University of New York.
295
Vanderbroeck, P. (2014). Leadership Strategies for Women. Berlin Heidelberg:
Springer. Vanderstoep, S. W., & Johnston, D. D. (2009). Research
Methods For Everyday LIFE: Blending
Qualitative and Quantitative Approaches. John Wiley & Sons, Inc.
Watkins, S. C. (2001). A nation of millions: Hip-hop culture and the legacy of
Black nationalism.
Communication Review, 4, 373–398.
Webster, J. (2002). Reminiscence functions in adulthood: Age, race and family
dynamic correlates. In
J. Webster & B. Haight, (Eds.), Critical advances in reminiscence work: From
theory to application. Springer.
Whyte, W. F. (1981). Street Corner Society: The Social Structure of an Italian
Slum, (3rd ed.).
University of Chicago Press.
Winrhrop, R. H. (1991). Dictionary of concepts in cultural anthropology.
Greenwood Press.
Wolcott, H. F. (1987). On ethnographic intent. In G. Spindler & L. Spindler
(Eds.), Interpretive ethnography of education: At home and abroad.
Lawrence Erlbaum.
Wolcott, H. F. (1999). Ethnography: A way of seeing. AltaMira.
Wolfinger, N. H. (2002). On writing fieldnotes: collection strategies and
background expectancies.
Qualitative Research, 2(1), 85–95.
Yin, R. K. (2003). Case study research: Design and methods (3rd ed.). Sage.
Yousman, B. (2003). Blackophilia and blackophobia: White youth and the
consumption of rap music, and White supremacy. Communication
Theory, 13, 366–391.
Bab 10
Afiqoh Sari, N. (2019). The Effect of Corporate Life Cycle on
Corporate Restructuring.
http://journals.ums.ac.id/index.php/reaksi/index
Aliotta, M. (2018). Mastering Academic Writing in the Sciences. CRC
Press.
Cargill, M., & O’Connor, P. (2009). Writing Scientific Research Articles.
John Wiley & Sons, Ltd., Publication.
Ferinia, R. et. al. (2020). Komunikasi Bisnis. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Gadjah Mada International Journal of Business. (2022). Faculty Of
Economics And Business, Universitas Gadjah Mada.
296
Glasman-Deal, H. (2010). Science Research Writing for Non-Native
Speakers of English. Imperial College Press.
Hutagalung, S. (2022). Pemimpin Pelayan. Yayasan Kita Menulis.
Jurnal Manajemen Indonesia. (2022). Focus And Scope.
Jurnal Manajemen Indonesia.
https://journals.telkomuniversity.ac.id/ijm
Kashtan, M. (2012). Leadership, Empowerment, and Interdependence.
Acquired Spontaneity. Katz, M. J. (2009a). From Research to
Manuscript. Springer.
Katz, M. J. (2009b). From Research to Manuscript:A Guide to Scientific
Writing. USA. Kusumatrisna, A. L., Sugema, I., & Pasaribu, S. H.
(2022). Threshold Effect In The Relationship
Between Inflation Rate And Economic Growth in Indonesia. Buletin
Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 25(2), 117–132.
https://doi.org/10.21098/bemp.v25i1.1045
Mahawati, E., Yuniwati, I., Ferinia, R., Rahayu, P. P., Fani, T., Mahawati,
SEni, A. P., Yuniwati, I., Ferinia, R., Rahayu, P. P., Fani, T., Anggri Puspita
Sari, Retno Astuti Setijaningsih, Qurnia Fitriyatinur, Ayudia Popy Sesilia,
I. M., Dewi, I. K., Bahriari, S., Retno Astuti Setijaningsih, Q. F., Sesilia, A.
P., Mayasari, I., Dewi, I. K., & Bahri, S. (2018). Analisis Beban Kerja dan
Produktivitas Kerja. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Spears, L. (1998). Insights on Leadership: Service, Stewardship, Spirit,
and Servant Leadership. New York: John Wiley & Sons.
Tanjung, R., Mawati, A. T., Ferinia, R., Nugraha, N. A., Parulian, H.,
Simarmata, M., Sudarmanto, E., Hasibuan, A., Gandasari, Dyah, I. K. D.,
Purba, B., Purba, S., & Silalahi, M. (2021). Organisasi dan Manajemen.
Weissberg, R., & Buker, S. (1990). Writing Up Research: Experimental
Research Report Writing for Students of English. Prentice Hall
Regents.

297
Tentang Penulis
Dr. Rolyana Ferinia Pintauli

Penulis lahir di Bandung pada tanggal 26 Februari 1970. Rolyana


menamatkan Doktor dalam bidang Ilmu Manajemen dari
Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2016.
Penulis mengawali karirnya sebagai staf akuntansi di PT Jati Prima Perkasa dan
Rumah sakit Advent Bandung. Pernah menjadi Supervisor Akunting di PT Yala
Perkasa Internasional. Di dunia Pendidikan, penulis pernah menjadi guru bahasa
Inggris dan biologi di SMP dan SMU, dan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas
Advent Indonesia. Selain menjadi tenaga pengajar dan dosen, Rolyana juga telah
mengambil sertifikasi pelatihan sebagai berikut: AK3 TOT Sertifikat Kemnaker. AK2
TOT Sertifikat BNSP, Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) – Kemenaker,
Audit K3 – Kemenaker, Certified Human Resources Business Professional (CHRBP),
Certified Professional In Human Resources Management (CPHRM), Certified Human
Resources Management Professional (CHRMP), Certified Global Remuneration
Professional (CGRP), Certified Compensation Profesional (CCP).
Mata kuliah yang diajarnya adalah Metodologi Penelitian, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Kewirausahaan, Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
penganggaran Perusahaan. Penelitiannya telah tembus di Jurnal bereputasi Scopus
Q2, Sinta 2, Sinta 3, Sinta 4. Selain mengajar, beliau juga aktif memberikan
pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia dan menjadi
editor dan reviewer di berbagai penyedia jurnal dan Conference seperti: Journal of
Management Development (Scopus Q2), Journal of Cooperative Information Systems
(Springer, Scopus Q1), Journal of Cooperative Information Systems (Scopus, Q4),
Inderscience Publisher, Indonesian Journal of Management (Telkom University Sinta
2), Journal of Management and Business, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makasar, 6th
International Seminar & Conference on Learning Organization Telkom.

Anda mungkin juga menyukai