Penulis:
Arin Tentrem Mawati, Rosmita Sari Siregar, Ahmad Fauzi
Friska Juliana Purba, Kelly Sinaga, La Ili, Juliana
Sri Rezeki Fransiska Purba, Agung Nugroho Catur Saputro
Jessica Elfani Bermuli, H. Cecep S
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Arin Tentrem Mawati., dkk.
Strategi Pembelajaran
Yayasan Kita Menulis, 2021
xiv; 186 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-085-3
Cetakan 1, Mei 2021
I. Strategi Pembelajaran
II. Yayasan Kita Menulis
1.1 Pendahuluan
Di dalam pendidikan terjadi proses kegiatan belajar mengajar antara seorang
pendidik (guru) dan peserta didik. Proses belajar mengajar yang terjadi di
dalam kelas tentu tidak lepas dari adanya peran seorang guru, di mana peran
guru tidak bisa diganti oleh piranti elektronik semodern apapun. Hal ini,
dikarenakan bahwa dalam proses belajar mengajar di kelas, yang diinginkan
adalah bukan hanya menyampaikan bahan belajar, namun guru tersebut
mempunyai peranan sebagai pembimbing, pendidik, mediator, dan fasilitator.
Selain itu, karena urgennya sistem pembelajaran dalam meningkatkan
kemajuan siswa di dalam suatu lembaga pendidikan. Mohamad Surya dalam
Hasanah, U.,(2018), mengemukakan bahwa dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama.
Guru adalah orang yang menyampaikan informasi kepada anak didik dan
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Tugas utama guru adalah
mengajar artinya guru membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu
atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut sudah dirumuskan di dalam
kurikulum yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan proses
pembelajaran. Bagaimana melaksanakannya di dalam proses pembelajaran
atau proses belajar-mengajar supaya tujuan atau kompetensi yang diinginkan
terwujud? Persoalan pokok dalam proses pembelajaran adalah bagaimana
2 Strategi Pembelajaran
bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep serta kaitan yang sudah
diajarkan.
Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode
untuk melakukan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian
pembelajaran yaitu:
1. menyampaikan isi pembelajaran kepada pembelajar, dan
2. mengadakan informasi atau bahan-bahan yang dibutuhkan
pembelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
Dari uraian tersebut tergambar bahwa ada empat masalah utama yang sangat
penting yang bisa dan harus dijadikan dasar dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran agar sesuai dengan yang diharapkan.
8 Strategi Pembelajaran
semua materi pembelajaran. Kesalahan utama yang sering terjadi pada tahap
ini adalah menyajikan informasi sangat banyak, terutama jika sebagian besar
informasi itu tidak relevan dengan tujuan pembelajaran (Al Muchtar, dkk.
dalam Nasution, W.N., 2017). Selain itu, pendidik harus memahami dengan
baik situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Ketiga, partisipasi peserta didik. Partisipasi peserta didik sangat penting dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta
didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan
dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Nurani, dkk. dalam
Nasution, W.N., 2017).
Keempat, tes. Ada dua jenis tes atau penilaian yang biasa dilakukan oleh
kebanyakan pendidik, yaitu pretest dan posttest (Al Muchtar dalam Nasution,
W.N., 2017). Secara umum tes dimanfaatkan oleh pendidik guna mengetahui
apakah tujuan pembelajaran khusus sudah tercapai atau belum dan apakah
pengetahuan, keterampilan dan sikap sudah benar-benar dimiliki peserta didik
atau belum. Pelaksanaan tes umumnya dilakukan di akhir kegiatan
pembelajaran sesudah peserta didik melalui berbagai proses pembelajaran,
yaitu penjelasan tujuan di awal kegiatan pembelajaran, penyampaian informasi
berupa materi pembelajaran. Selain itu, pelaksanaan tes juga dilaksanakan
setelah peserta didik melaksanakan latihan atau praktik (Nurani, dkk. dalam
Nasution, W.N., 2017)
Kelima, kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan atau follow up, secara prinsip ada
kaitannya dengan hasil tes yang sudah dilaksanakan. Sebab kegiatan lanjutan
esensinya merupakan pengoptimalan hasil belajar peserta didik (Winaputra
dalam Nasution, W.N., 2017). Adapun kegiatan-kegiatan yang bisa
dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik di antaranya
yaitu: (1) Memberikan latihan atau tugas yang harus dikerjakan di rumah; (2)
Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik;
(3) Membaca materi pelajaran tertentu; (4) Memberikan motivasi dan
bimbingan belajar
Sementara itu, menurut Miarso dalam Nasution, W.N., (2017), komponen atau
unsur yang lazim terdapat dalam strategi pembelajaran antara lain adalah
tujuan umum pembelajaran, teknik, pengorganisasian kegiatan pembelajaran,
peristiwa pembelajaran, urutan belajar, penilaian, pengelolaan kegiatan
belajar/kelas, tempat/latar, dan waktu.
Bab 1 Hakikat Strategi Pembelajaran 11
kebosanan dan frustrasi para peserta didik, maka latihan harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan tidak boleh terlalu menyita waktu;
Prosedur keempat, penyajian dimulai dengan pemberian contoh dengan
disertai uraian materi dan diakhiri dengan latihan. Pada prosedur ini secara
logis peserta didik memulai kegiatan belajar dari hal-hal yang bersifat khusus
ke yang bersifat umum. Apabila peserta didik yang dihadapi baru memiliki
pengalaman sedikit dalam bidang materi yang dipelajari maka prosedur ini
dapat digunakan;
Prosedur kelima, penyajian dimulai dengan pemberian uraian materi, diikuti
dengan latihan dan diakhiri dengan penerapan apa yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari. Prosedur ini cocok sekali untuk diterapkan dalam
pembelajaran keterampilan gerak melalui penjelasan kemudian percobaan
melakukan gerak. Setelah itu, baru diikuti dengan contoh untuk
membandingkan apa yang telah ditampilkan dengan apa yang seharusnya atau
yang diprasyaratkan;
Prosedur keenam, penyajian yang dimulai dengan melakukan kesempatan
mencoba terlebih dahulu kemudian diikuti dengan contoh sebagai
perbandingan dan diakhiri dengan uraian atau kesimpulan. Prosedur ini sangat
cocok bila pendidik ingin mengembangkan kreativitas dan keberanian peserta
didik untuk mencoba idenya. Prosedur ini dapat diterapkan apabila peserta
yang dihadapi sudah cukup memiliki latar belakang dalam bidang studi
tertentu.
Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 bahwa pada tahapan kegiatan inti
menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau
tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan
(discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan (Permendikbud No. 65 Tahun 2013: 9)
2.1 Pendahuluan
Dalam meningkatkan pemahaman siswa tentunya interaksi antara guru dan
siswa sangat penting sehingga mereka dapat saling membantu. Seorang guru
harus lebih banyak memberi bantuan dan dorongan (support), serta
pengawasan atau binaan (supervisor). Permasalahan saat ini, terkadang siswa
memiliki kebebasan berpikir namun kurang berani mengungkapkan gagasan
atau pendapat alternatif di kelas. Berdasarkan pengalaman mengajar seorang
guru, untuk mencapai tujuan keberhasilan mengajar tidak lepas dari beberapa
faktor penunjang di antaranya adalah kondusifnya lingkungan belajar dan
kualitas seorang guru itu sendiri. Tidak hanya itu, mencapai tujuan
pembelajaran adalah menggunakan strategi pembelajaran yang seirama dengan
kondisi siswa, tujuan, dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan.
Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang berpusat
kepada guru (teacher oriented), guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
dan mengajak siswa untuk berpikir lebih kritis pada kegiatan diskusi yang
dilakukan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut adalah Strategi
Pembelajaran Ekspositori. Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah strategi
20 Strategi Pembelajaran
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikkan dengan ceramah.
Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran
yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan
utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat Memahaminya
dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah
diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang
sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran
secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan
akademik (academic achievement) siswa.
Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.
Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif manakala:
1. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan
yang akan dan harus dipelajari siswa (overview); biasanya bahan atau
materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti
kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu.
Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar
seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktivitas,
dan lain sebagainya. Apabila guru menginginkan agar siswa
mempunyai gaya model intelektual tertentu misalnya agar siswa bisa
mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat
mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk
dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi
pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat
dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru, misalnya
materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus.
22 Strategi Pembelajaran
Prinsip komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang
menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan)
kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan
disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai
penerima pesan.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan,
pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan. Sistem
komunikasi dikatakan efektif manakala itu dapat mudah ditangkap oleh
penerima pesan secara utuh; dan sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan
tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan
yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai
gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi.
Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa)
tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin
disampaikan.
Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat
penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan
agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa
mengganggu proses komunikasi.
Prinsip kesiapan
Dalam, teori belajar koneksionisme, "kesiapan" merupakan salah satu hukum
belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan
merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah
memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespons
setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki
kesiapan. Dapat kita tarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat
menerima informasi sebagai stimulus. yang kita berikan, terlebih dahulu kita
harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun
psikis untuk menerima pelajaran.
Seperti halnya kerja sebuah komputer setiap data yang dimasukkan akan dapat
disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file untuk menyimpan data.
Bab 2 Strategi Pembelajaran Ekspositori 25
Setiap data tidak mungkin dapat disimpan manakala belum tersedia filenya.
Oleh karena itu, sebelum kita menyampaikan informasi terlebih dahulu kita
yakinkah apakah dalam otak anak sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis
informasi yang akan disampaikan atau belum, kalau seandainya belum maka
terlebih dahulu harus kita sediakan dahulu file yang akan menampung setiap
informasi yang akan kita sampaikan
Prinsip berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat
membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga
mendorong. mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri.
yang jelas, hal ini tidak akan terjadi. Sebab, tujuan yang harus dicapai akan
menjadi faktor pengingat bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Kuasai materi pelajar dengan baik
Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak
penggunaan strategi ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna, akan
membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah
mengelola kelas; ia akan bebas bergerak; berani menatap siswa; tidak takut
dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses
pembelajaran; dan lain-lain. Sebaliknya, manakala guru kurang menguasai
materi pelajaran yang akan disampaikan, ia akan kurang percaya diri sehingga
ia akan sulit bergerak; takut melakukan kontak mata dengan siswa;
menjelaskan materi pelajaran serba tanggung dengan suara yang pelan dan
miskin ilustrasi dan. sebagainya. Akibatnya akan sulit mengatur irama dan
iklim pembelajaran. Guru akan sulit mengontrol data mengendalikan perilaku-
perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Agar guru dapat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat
dilakukan. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir. Kedua,
persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis
materi pelajaran sampai detailnya. Ketiga, buatlah garis besar materi pelajaran
yang akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar.
Kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses
penyampaian
Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah
persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat
rnengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses
penyajian materi pelajaran: Beberapa hal yang berhubungan dengan medan
yang harus dikenali di antaranya, pertama, latar belakang audiens atau siswa
yang akan menerima materi, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman
belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan. minat dan gaya
belajar siswa, dan lain sebagainya. Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut
luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun
kelengkapan ruangan itu sendiri. Pemahaman akan kondisi ruangan itu
diperlukan untuk mengatur tempat duduk dan/atau untuk menempatkan media
yang digunakan, misalnya di mana sebaiknya layar OHP atau LCD disimpan,
di mana sebaiknya gambar dipasang, dan lain sebagainya.
Bab 2 Strategi Pembelajaran Ekspositori 27
Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru
dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan
mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
langkah ini.
1. Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk
keberhasilan presentasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaan bahasa. Pertama, bahasa yang digunakan
sebaiknya bahasa yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami.
Bahasa yang komunikatif hanya mungkin muncul manakala guru
memiliki kemampuan bertutur yang baik.
30 Strategi Pembelajaran
Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat
menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
Langkah korelasi dilakukan tiada lain untuk memberikan makna terhadap
materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang
telah maupun makna meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas.
1. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran,
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
2. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
3. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu
waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
4. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran,
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
5. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
32 Strategi Pembelajaran
3.1 Pendahuluan
Dalam pembelajaran sains di kelas, guru biasanya mengajarkan ke siswanya
bagaimana menggunakan cara-cara tertentu untuk menemukan atau
membuktikan suatu konsep. Umumnya ada dua jenis pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran induktif dan pembelajaran
deduktif. Jika pembelajaran mengarahkan siswa untuk menemukan konsep,
pendekatan pembelajaran ini disebut dengan pembelajaran induktif. Sementara
itu, jika dalam pembelajaran lebih menitikberatkan kegiatan yang bertujuan
agar siswa bisa mengklarifikasi atau membuktikan konsep yang telah diketahui
sebelumnya, pendekatan pembelajaran ini disebut pembelajaran deduktif.
Ada bagian penting yang perlu menjadi perhatian guru saat melaksanakan
pembelajaran sains, yakni hakikat sains itu sendiri. Hakikat sains, seperti sains
sebagai proses, produk, maupun sekumpulan nilai perlu ditanamkan
semaksimal mungkin dalam setiap pembelajaran yang dilakukan. Guru perlu
menerapkan banyak keterampilan proses dalam pembelajaran sains, seperti:
mengamati, mengklasifikasi, menggunakan konsep hubungan ruang dan
waktu, menggunakan angka, mengukur, mengomunikasikan, membuat
36 Strategi Pembelajaran
2. Discovery teaching
Istilah discovery teaching merujuk pada model mengajar yang
digunakan guru untuk membantu siswa menemukan sesuatu, seperti
konsep atau hukum.
3. Inductive discovery
Istilah inductive discovery merupakan proses penemuan sesuatu
dengan pendekatan induktif, yaitu menggunakan metode ilmiah
dimulai dari identifikasi masalah sampai dengan menarik kesimpulan.
4. Semi-inductive discovery
Istilah semi-inductive discovery merupakan proses penemuan sesuatu
dengan pendekatan induktif, yaitu menggunakan metode ilmiah,
tetapi tidak lengkap, baik dari jumlah data yang diambil maupun
kelengkapan metode ilmiah yang digunakan.
5. Unguided or pure discovery atau discovery murni
Istilah discovery murni merupakan model pembelajaran dengan
memberikan persoalan yang harus dipecahkan sendiri oleh siswa.
Guru hanya memberikan sedikit petunjuk/bantuan.
6. Guided discovery
Istilah guided discovery merupakan model pembelajaran dengan
memberikan persoalan yang harus dipecahkan siswa dengan bantuan
dan petunjuk dari guru..
2. Menggolongkan
Siswa mengelompokkan atau memisahkan obyek/data sehingga
menjadi lebih jelas bagian yang akan diamati.
3. Memprediksi
Siswa memperkirakan penyebab terjadinya fenomena tersebut.
4. Mengukur
Siswa melakukan pengukuran terhadap fenomena yang diamati
sehingga memperoleh data yang akurat dan presisi sebagai dasar
membuat kesimpulan.
5. Mendeskripsikan
Siswa menjelaskan data yang diperoleh dari pengukuran.
6. Menyimpulkan
Siswa menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
2. Mengulas
Pada tahap ini guru mendorong siswa secara individual untuk
merefleksikan, mendeskripsikan, mengomunikasikan, dan
mempelajari pengalaman yang telah diperoleh.
3. Menyimpulkan
Pada tahap ini siswa menggunakan model dan teori untuk membuat
kesimpulan berdasarkan pengalaman belajar masa lalu dan
pengalaman belajar yang baru saja dilakukan.
4. Merencanakan
Siswa mengaplikasikan pengetahuan baru dari pengalaman yang
diperoleh (transfer learning). (Brown, 2006).
4.1 Pendahuluan
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” yang artinya usaha
dalam memenangkan sebuah pertempuran. Pada awalnya, strategi muncul
dalam lingkungan militer. Strategi digunakan untuk bisa memenangkan sebuah
pertempuran dalam medan perang. Namun, sekarang strategi tidak hanya
berada dalam lingkungan pertempuran. Seiring berkembangnya zaman,
strategi lebih dikenal dengan usaha dalam melakukan sesuatu hal.
Strategi awalnya dalam dunia militer dapat diartikan sebagai suatu rencana
untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah -
daerah tertentu untuk mencapai tujuan tindakan. Tentunya tujuannya adalah
untuk mencapai sebuah kemenangan (Gulo, 2008). Menurut Johar dan Hanum
(2021) strategi adalah suatu pola perencanaan tentang cara-cara
pendayagunaan dan penguasaan potensi dan sarana yang ada untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi suatu sasaran kegiatan. Kata pola dalam
arti ini menunjukkan bahwa dalam sebuah strategi adanya sebuah keteraturan.
Keteraturan yang akan membawa setiap apa yang dikerjakan menuju langkah
yang benar dan baik.
48 Strategi Pembelajaran
pertimbangan dan eksekusi. Oleh karena ini lah mengapa strategi menjadi
sangat penting. Pearce II dan Robinson mengatakan bahwa strategi adalah
rencana yang berskala besar yang berorientasi pada masa depan guna
berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan. Artinya, setiap
strategi yang digunakan harus bisa disesuaikan dengan seluruh kondisi
sehingga mampu menjawab permasalahan yang dihadapi. Strategi akan terus
berubah sesuai dengan kondisi perkembangan yang sedang terjadi, terutama
akibat perkembangan zaman dan objek yang sedang dikerjakan.
lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut,
maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari
pendidik dan peserta didik, di antara keduanya terjadi komunikasi yang terarah
menuju kepada target yang telah ditetapkan.
Pola pembelajaran yang terjadi saat ini sering kali masih bersifat transmisif,
yaitu siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru
atau yang ada pada buku pelajaran saja. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran ini dilakukan oleh guru dan siswa. Perilaku guru adalah
mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku
belajar tersebut tidak terlepas dari bahan pelajaran.
Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan terencana
yang mengondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar dengan
baik, sehingga kegiatan pembelajaran ini bermuara pada dua kegiatan pokok,
yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui
kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh karena itu, makna pembelajaran
merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan belajar adalah tindakan
internal dari pembelajaran.
Berawal dari pengertian pembelajaran, maka tujuan pembelajaran adalah
faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan,
maka guru memiliki pedoman dan sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah jelas dan tegas, maka langkah
dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah. Tujuan dalam pembelajaran
yang telah dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan waktu,
sarana prasarana dan kesiapan peserta didik. Sehubungan dengan hal itu, maka
seluruh kegiatan guru dan peserta didik harus diarahkan pada tercapainya
tujuan yang telah diharapkan.
Tujuan merupakan komponen yang dapat memengaruhi komponen pengajaran
lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode,
alat, sumber dan alat evaluasi. Oleh Karena itu, maka seorang guru tidak dapat
mengabaikan masalah perumusan tujuan pembelajaran apabila hendak
memprogramkan pengajarannya.
Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari
atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam
melakukan aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
dirinya. Dengan demikian, dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan belajar
52 Strategi Pembelajaran
menyenangkan bagi saya karena saya tahu bahwa itu cocok dengan kebutuhan
siswa saya dan bahwa murid saya akan menikmatinya. Perencanaan sendiri
juga menyenangkan saat saya terlibat secara dalam proses kreatif menyusun
pelajaran dan kegiatan berdasarkan apa yang terbaik untuk siswa saya. Alih-
alih merasa seperti robot yang disetir naskah naskah kurikulum matematika,
saya merasa seperti seorang guru lagi“. Guru dapat mengkreasikan buku
pegangan dalam membuat pembelajaran yang kreatif.
Manfaatkan teknologi
Sumber belajar adalah hal penting dan memiliki peranan penting dalam
pembelajaran, terlebih di saat keadaan saat ini yang mengharuskan peserta
didik untuk melakukan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan secara Online
atau daring. Dalam pemanfaatan sumber belajar setiap hal ataupun sesuatu
yang dapat dimanfaatkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran
merupakan sumber belajar pemanfaatan sumber belajar dalam kondisi belajar
Online saat ini peserta didik dituntut untuk lebih cermat lagi dalam
menggunakan dan memanfaatkan sumber belajar (Humairah dan Awaru,
2017).
Pembelajaran daring ataupun Online ini dapat memenuhi tujuan dari
pendidikan dalam pemanfaatan teknologi informasi dengan menggunakan
perangkat komputer, laptop ataupun gadget yang dapat terhubung dengan
internet, perkembangan teknologi yang semakin pesat ini memudahkan dunia
pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran walaupun di keadaan
saat ini.
Saat ini beberapa teknologi informasi yang dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran yaitu:
1. Zoom adalah salah satunya aplikasi yang dapat digunakan dengan
cara melakukan pembelajaran secara virtual. Aplikasi Zoom dapat
mempertemukan antara peserta didik dengan pengajar secara virtual
atau video sehingga proses pembelajaran dapat tersampaikan secara
baik.
2. Google Class merupakan aplikasi ruang kelas yang disediakan oleh
Google, dalam Google Classroom pengajar dapat lebih mudah
membagikan materi maupun tugas yang telah di golongkan ataupun
disusun bahkan pada Google Classroom pengajar dapat memberi
56 Strategi Pembelajaran
Buktikan pembelajaran
Pada dasarnya siswa akan sangat senang kalau mendapatkan penilaian yang
layak. Hal ini tidak terlepas dari natur manusia yang ingin mendapatkan
pengakuan yang layak. Perlu diperhatikan dalam memberikan penilaian
kepada siswa. Seperti yang sudah dilihat dalam pemberian penilaian,
sebaiknya pemberian penilaian bukan hanya sekedar angka maupun skor yang
didapatkan, akan tetapi mengarah ke pemberian penilaian dengan pemberian
masukan yang dapat membangun siswa. Misalkan dalam memberikan
penilaian akan suatu tugas yang diberikan, maka guru yang baik akan
memberikan sebuah naratif atas jawaban yang diberikan siswa, dengan begitu
maka guru memberikan bukti yang jelas atas apa yang diperoleh siswa, dan
konsep yang harus dikembangkan sebagai seorang pembelajar. Membuktikan
pembelajaran bukan hanya dalam penilaian, akan tetapi perlu ditekankan
ketika pembelajaran berlangsung, misalkan diskusi kelas, kerja kelompok,
maupun penilaian lainnya yang dapat membuat siswa memahami feedback
yang diberikan guru
Mendiskusikan nilai
Hal yang wajar bagi seorang siswa untuk mengetahui nilai yang diperoleh
berdasarkan usaha keras yang dicapainya dalam pembelajaran. Beberapa guru
mendiskusikan dan ada juga beberapa yang tidak mendiskusikan nilai kepada
siswa. Hal positif dari mendiskusikan nilai ini adalah, siswa memahami
kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran yang dilakukan. Komunikasi
yang singkat inilah yang membangun relasi yang baik antara guru dan siswa,
bahkan dapat memperkuat hubungan diantara keduanya.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan, ada kesempatan bagi siswa untuk
merefleksikan penilaian yang diberikan, dan dengan refleksi tersebut ada
dorongan yang membangun bagi siswa dalam memahami konsep penguasaan
yang diperoleh. Refleksi yang mendalam jika dilakukan oleh siswa akan
memberikan kontribusi yang positif bagi siswa itu sendiri.
Bab 5
Strategi Pembelajaran Inkuiri
5.1 Pendahuluan
Secara alami manusia memiliki natur yang selalu ingin tahu. Manusia selalu
ingin tahu tentang dirinya, sesama, dan keadaan alam di sekitarnya. Dalam
mengembangkan rasa ingin tahunya, manusia menggunakan seluruh panca
indera yang telah dikaruniakan Tuhan untuk mencari tahu tentang berbagai hal
dan pengolahannya menggunakan otak dan pikiran. Rasa ingin tahu ini
semakin berkembang seiring waktu. Keingintahuan manusia mendorongnya
untuk menemukan pengetahuan secara mandiri. Rasa ingin tahu ini mendasari
terbentuknya pengetahuan yang bermakna (meaningfull). Inilah yang
kemudian menjadi asumsi dasar dari strategi pembelajaran inkuiri (Lefudin,
2017).
Belajar pada dasarnya merupakan proses mental yang dialami oleh peserta
didik dalam rangka mengenali dan mengerti mengenai lingkungannya. Belajar
jika dipandang menurut teori belajar kognitif adalah suatu proses mental yang
dialami oleh peserta didik ketika berinteraksi dengan lingkungan dan dapat
membangun makna selama proses tersebut. Selama proses perkembangan
mental ini, siswa dapat memperoleh pengertian (insight) yang kemudian dapat
menuntun kepada perubahan perilaku dalam diri siswa. Oleh karena itu,
seorang pendidik hendaknya tidak hanya menekankan pada transfer ilmu
60 Strategi Pembelajaran
jenis dan teknik bertanya karena dengan bertanya dalam setiap tahap
inkuiri dapat mengembangkan sikap kritis siswa.
4. Prinsip Belajar untuk berpikir
Belajar adalah proses berpikir (learning how to think) yakni proses
meningkatkan kapasitas seluruh otak secara optimal.
5. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran dapat bermakna jika di dalamnya tersedia berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya.
secara terbuka. Dalam belajar segala kemungkinan dapat terjadi.
Untuk itu, peserta didik hendaknya diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan kemampuan nalar dan logika yang dia miliki.
Dengan demikian, guru hendaknya membuka ruang bagi siswa untuk
membangun hipotesis secara terbuka dan membuktikan
kebenarannya.
Banchi dan Bell (2008) seperti yang dikutip dalam Zubaidah et al. (2017),
mengklasifikasikan inkuiri dalam 4 tingkatan dari yang paling bawah sampai
yang paling atas, sebagai berikut:
1. Inkuiri konfirmasi merupakan proses inkuiri yang hasilnya sudah
diketahui sebelumnya. Pada inkuiri ini, guru memberikan rumusan
masalah serta prosedur yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Proses ini dilakukan untuk memperkuat ide atau konsep
yang telah dipelajari siswa sehingga mereka belajar untuk
mempraktikkan pengumpulan dan perekaman data.
2. Inkuiri terstruktur merupakan proses inkuiri yang pertanyaan/masalah
dan prosedurnya telah disediakan oleh guru, siswa diberikan ruang
untuk menghasilkan penjelasan yang didukung oleh bukti-bukti hasil
pengumpulan data.
3. Inkuiri terbimbing merupakan proses inkuiri di mana guru
memberikan rumusan masalah dan siswa belajar secara mandiri untuk
merancang prosedur/tahapan penyelidikan untuk menguji masalah
dan menghasilkan penyelesaian. Pada inkuiri terbimbing, siswa lebih
banyak terlibat aktif dibanding inkuiri konfirmasi dan terstruktur
karena mereka diberikan kesempatan untuk merancang prosedur
pengumpulan data sampai penarikan kesimpulan.
4. Inkuiri terbuka merupakan proses inkuiri tingkat tertinggi di mana
siswa diberikan kesempatan untuk merumuskan masalah, merancang
dan melakukan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasilnya secara
mandiri.
Bab 5 Strategi Pembelajaran Inkuiri 71
Sejalan dengan itu, Setiawan dan Royani dalam jurnal penelitiannya juga
menjabarkan beberapa tahapan dalam implementasi pembelajaran inkuiri
seperti yang disajikan dalam tabel 2 berikut:
Tabel 5.2: Tahapan Pembelajaran Inkuiri (Setiawan and Royani, 2013)
No. Fase Perilaku Guru
1 Menyajikan Membimbing peserta didik dalam
pertanyaan/masalah mengidentifikasi masalah.
2 Membuat hipotesis Membimbing peserta didik dalam
menyusun hipotesis yang relavan terhadap
masalah.
3 Merancang percobaan Membimbing peserta didik untuk
megurutkan dan melakukan Langkah-
langkap percobaan dalam menguji
hipotesis.
4 Melakukan percobaan untuk Membimbing peserta didik dalam
memperoleh informasi memperoleh informasi dari hasil
percobaan yang telah dilakukan.
5 Mengumpulkan dan Memberikan kesempatan bagia setiap
menganalisis data kelompok untuk mendiskusikan hasil
olahan data yang diperoleh.
6 Membuat kesimpulan Membimbing peserta didik dalam menarik
suatu kesimpulan terhadap penyelesaian
masalah yang ada.
74 Strategi Pembelajaran
6.1 Pendahuluan
Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam
proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai
Strategi pembelajaran yang inovatif. Ivor K. Davis mengemukakan bahwa
“salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa
hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru”
(Nurdyansyah, 2016). Strategi pembelajaran secara umum diartikan sebagai
suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pembelajar dan pembelajar
dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan (Risvirenol, 2006).
Guru dituntut dapat memilih strategi atau model pembelajaran yang dapat
membaca semangat setiap siswa untuk dapat secara aktif ikut terlibat dalam
pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkan keterampilan berpikir siswa (penalaran,
78 Strategi Pembelajaran
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki
pengalaman sebelumnya.
4. Sering juga ditemukan kesulitan yang terletak pada guru, karena guru
kesulitan dalam menjadi fasilitator dan mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka
solusi.
7.1 Pendahuluan
Guru harus mengetahui gambaran yang menyeluruh dalam membelajarkan
dan menyampaikan konsep di kelas supaya siswa dapat tetap mengingat
informasi yang diterima dan menerapkannya dalam kehidupannya. Dengan
kata lain guru harus memiliki wawasan yang luas dan utuh agar proses
kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan maksimal.
Ketidakberhasilan siswa untuk memecahkan persoalan dalam pembelajaran
dimungkinkan sebagai akibat pembelajaran yang dilaksanakan selama ini
menggunakan strategi belajar mengajar dengan cara klasikal yaitu aktivitas di
kelas didominasi oleh guru (Santoso, 2017). Bagaimana seorang guru dapat
membuka pikiran siswa agar dapat mempelajari konsep dan teknik yang akan
membuka pintu kesempatan sepanjang hayat mereka?
Pertanyaan di atas menjadi acuan agar guru dapat menggunakan strategi yang
tepat untuk menyelesaikan fenomena yang terjadi di lapangan. Kebanyakan
siswa di sekolah tidak dapat membuat hubungan antara yang mereka pelajari
dan bagaimana pengetahuan yang diperoleh dapat diaplikasikan, atau istilah ini
dikenal dengan pembelajaran secara kontekstual.
94 Strategi Pembelajaran
e. Terintegrasi;
f. Dapat digunakan sebagai feedback.
Berikut akan digambarkan dengan lebih jelas sintak atau tahapan penerapan
strategi pembelajaran kontekstual dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup
melalui tabel berikut:
Bab 7 Strategi Pembelajaran Kontekstual 105
diskusi di
depan kelas.
3 Penutup 1. Membimbing 1. Merangkum Transfering
siswa materi yang
merangkum telah
atau dipelajari.
menyimpulkan
sesuai materi. 2. Mengerjak
2. Memberikan an soal-
tes. soal tes
Berdasarkan tabel di atas dapat kita pahami bahwa pembelajaran kontekstual
menekankan konsep yang alamiah atau berhubungan dengan aspek ilmiah
(Rahmaini, 2020) seperti yang terdapat dalam kurikulum 2013 dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Berikut ini contoh penerapan pembelajaran
kontekstual yang berkaitan dengan materi pembelajaran bahasa Indonesia di
SD.
Tema V : Bangga sebagai bangsa Indonesia
Sub tema 1 : Indonesiaku, bangsa yang kaya
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar (KD)
3.3 Menguraikan isi teks paparan iklan tentang ekspor impor sebagai kegiatan
ekonomi antarbangsa dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:
• Menunjukkan jenis barang yang diekspor dan diimpor oleh
Indonesia dari teks paparan iklan.
Strategi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa Pembelajaran
Kontekstual
• Menginformasikan tema dan sub tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ”Indonesiaku, Bangsa
yang Kaya”.
• Siswa membaca teks bacaan pembuka yang Applying
berjudul “Papan Reklame Toko Mebel”. Bacaan
ini merupakan bacaan yang dipakai untuk
membuka pembelajaran yang nantinya akan
menghubungkan reklame dengan kegiatan
ekspor dan impor.
• Siswa mengaitkan isi bacaan dengan
pengalaman sehari-hari tentang reklame. Guru
menstimulus diskusi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pancingan seperti: Apa
yang kamu perhatikan pertama kali ketika kamu
melihat papan reklame?
• Siswa menuliskan jawaban mereka pada kolom
yang disediakan, kegiatan ini bisa dikerjakan
secara individual atau berpasangan dengan teman
sebangku (disesuaikan dengan kondisi kelas)
• Siswa mengamati gambar reklame atau iklan
dari majalah/koran atau media apa saja, atau dari
pengalaman mereka sehari–hari
• Siswa menyimak hal-hal yang terdapat pada
Inti iklan/reklame tersebut
• Siswa membaca struktur teks yang mereka
temukan pada iklan/reklame, baik dari segi Experimenting
warna, jenis, ukuran dll
• Kegiatan pengamatan ini dilanjutkan dengan
kegiatan yang disebut “Berotasi Mencari
Informasi” di mana siswa diberi kesempatan
untuk mencari dan bertukar informasi dengan
teman-temannya.
• Siswa mengikuti instruksi kegiatan seperti tertera
pada buku teks siswa, yaitu membuat daftar
pertanyaan yang ingin mereka tanyakan kepada
teman-temannya pada saat bertukar informasi.
• Siswa dibimbing untuk memahami instruksi
tertulis yang diberikan:
- Buatlah tabel berdasarkan pertanyaan yang
telah kamu buat. Satu pertanyaan, satu
kolom.
- Letakkanlah tabelmu di atas mejamu. Lalu,
berpindahlah ke meja yang lain. Teman
108 Strategi Pembelajaran
Strategi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa Pembelajaran
Kontekstual
dari meja yang lain juga akan berputar dan
pindah ke mejamu.
- Ketika sampai di meja pasangan lain, baca
pertanyaan pada setiap kolom, dan
jawablah.
- Lakukanlah hal yang sama beberapa kali
lagi sampai semua kelompok sudah
dikunjungi.
- Kembalilah ke tempat dudukmu dan
bacalah jawaban yang diberikan oleh
teman-temanmu.
- Rapikan dan hiasi tabelmu dan tempelkan
di dinding kelas agar dapat dibaca oleh
teman-temanmu. Cooperating
8.1 Pendahuluan
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bertujuan
untuk memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di
akhir kegiatan belajar (Purba and Situmorang, 2019; Pakpahan et al., 2020;
Purba et al., 2020). Metode pembelajaran adalah cara/ prosedur yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran (Simarmata et al., 2021).
Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu,
sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif
(Purba, Revida, et al., 2021).
Dengan kata lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru bisa sama,
tetapi teknik penyampaiannya yang berbeda-beda. Strategi pembelajaran harus
mengandung penjelasan tentang metode atau prosedur dan teknik yang
digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Artinya, metode atau
prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran (Purba, 2011; Purba, Purba, et al., 2021; Saragih et al., 2021).
Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat
digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan
tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan,
110 Strategi Pembelajaran
5. Peserta didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga (sikap
positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).
6. Dengan pelaksanaannya strategi pembelajaran afektif akan
memperkuat karakter bangsa Indonesia, apalagi apabila diterapkan
pada anak sejak dini.
9.1 Pendahuluan
Bangsa Indonesia dikenal dengan budaya gotong royong atau bekerja sama. Di
masyarakat pedesaan terutama agak pedalaman, budaya gotong royongnya
masih sangat terasa. Masyarakat masih memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap hajat orang lain. Misalnya ada tetangga yang sedang memperbaiki
rumah, maka tanpa diminta para tetangga akan berdatangan sendiri untuk
membantu, entah memberikan bantuan berupa material maupun bantuan
berupa tenaga, yang ke semuanya tanpa mengharap imbalan sedikit pun dari
yang punya hajat. Sebaliknya nanti jika tetangganya yang gantian punya hajat,
maka tetangga yang kemarin dibantu akan gantian memberikan bantuan. Itulah
gambaran masyarakat Indonesia di daerah pedesaan yang masih melestarikan
tradisi atau budaya gotong royong.
Tetapi sayang sekali, tradisi yang baik tersebut mulai luntur dan bahkan telah
hilang di masyarakat perkotaan, apalagi di kota-kota besar hampir mustahil
menemukan tradisi gotong royong tersebut. Masyarakat modern di perkotaan
lebih mengedepankan sifat individualistis dibandingkan sifat kebersamaan.
Masyarakat modern perkotaan menilai apapun dengan uang atau materi,
122 Strategi Pembelajaran
Teknik imbalan dan ganjaran yang didasari oleh teori behaviorisme atau
stimulus-respons ini banyak mewarnai sistem penilaian hasil belajar (Lie,
2002).
Secara positif, model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru bisa
memacu peserta didik untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Sedikit
cemas memang mempunyai korelasi positif dengan motivasi belajar. Namun
penting disadari bahwa model kompetisi juga memiliki dampak negatif bagi
peserta didik. Model pembelajaran kompetisi menciptakan suasana
permusuhan di kelas. Untuk bisa berhasil dalam sistem ini, seorang anak harus
mengalahkan teman-teman sekelasnya. Sering peserta didik yang berhasil
memperoleh nilai tinggi dimusuhi karena dianggap menaikkan rata-rata kelas
dan menjatuhkan teman. Anak semacam ini dicap sebagai ”tidak kompak”.
Sebaliknya, anak yang kalah dalam persaingan bisa menjadi antipati terhadap
sesama peserta didik, pendidik, sekolah, atau malah proses belajar. Predikat
sebagai orang yang kalah dalam persaingan ini bisa menjadi stigma atau luka
batin yang terus mengganggu sepanjang kehidupan seseorang. Dalam pikiran
anak didik, ditanamkan sikap ”agar aku bisa menang, orang lain harus kalah”.
Ironisnya, tidak jarang sikap semacam ini terbawa terus sesudah seseorang
lulus dari sekolah. Akibatnya, tempat kerja merupakan kelanjutan dari arena
persaingan yang diciptakan di sekolah. Padahal, untuk bisa berhasil, setiap
institusi tempat kerja harus bisa menciptakan suasana kerja sama antar
pegawainya. Keberhasilan perusahaan juga berarti keberhasilan pribadi para
pegawai (Lie, 2002).
Model pembelajaran kedua adalah model individual. Dalam model ini, peserta
didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka
sendiri. Dengan kata lain, peserta didik tidak bersaing dengan siapa-siapa,
kecuali bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman sekelas dianggap
tidak ada karena jarang ada interaksi antar peserta didik di kelas. Di Indonesia,
model pembelajaran individual belum diadopsi di jalur pendidikan formal,
kecuali di Universitas Terbuka dengan sistem modulnya. Di luar jalur
pendidikan formal, model pembelajaran individual dipakai pada paket-paket
belajar jarak jauh (distance learning) dan di pusat-pusat studi bahasa asing
yang lebih dikenal dengan nama learning center atau self-access center (Lie,
2002).
Jika kita perhatikan dengan seksama, tampaknya model pembelajaran
individual lebih menarik dibandingkan model kompetisi karena peserta didik
126 Strategi Pembelajaran
diajari belajar sesuai kemampuannya sendiri tanpa merasa punya saingan atau
musuh. Peserta didik dikondisikan untuk memaksimalkan kemampuannya
sendiri tanpa perlu takut tersaingi orang lain. Tetapi walaupun tampak tidak
ada dampak negatif dari model pembelajaran individual, jika sikap individual
tertanam dalam jiwa peserta didik, kemungkinan besar mereka akan
mengalami kesulitan untuk hidup bermasyarakat. Dalam kehidupan nyata,
mereka tidak bisa terus-menerus mengharapkan masyarakat untuk
memberikan perhatian khusus pada keunikan mereka seperti yang telah
mereka perolehi dalam pendidikan individual. Sering mereka juga dituntut
untuk bisa beradaptasi dengan situasi-situasi dalam masyarakat yang tidak
sesuai dengan kebiasaan, minat, ataupun kemampuan mereka (Lie, 2002).
Untuk mengakomodir keunggulan model pembelajaran kompetisi maupun
model individual yang keduanya berseberangan, maka ada alternatif model
pembelajaran lain yang mampu memadukan keduanya, yaitu model
pembelajaran kooperatif atau model pembelajaran gotong royong. Falsafah
yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah
falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin dalam model
kompetisi, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi
kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga,
organisasi, atau sekolah (Lie, 2002).
Anita Lie (1998) dalam Khoirul Anam (2000) mengatakan bahwa ada
beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama
dengan siswa lain.
2. Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai
perbedaan.
3. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat.
4. Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri).
5. Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif.
6. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
kepala pasti akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota (Lie, 2002).
Komunikasi antar anggota
Unsur keempat ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan peserta didik
dalam kelompok, alangkah baiknya jika pendidik terlebih dahulu mengajarkan
cara-cara berkomunikasi. Pendidik harus menyadari bahwa tidak setiap peserta
didik mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Dalam struktur
kelompok kooperatif, didesain bahwa keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka (Lie, 2002).
Evaluasi proses kelompok
Untuk memastikan terakomodirnya unsur kelima ini dalam kegiatan
pembelajaran, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu
diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran
Cooperative Learning (Lie, 2002).
10.1 Pendahuluan
Belajar pada hakikatnya merupakan sebuah proses yang terjadi di sepanjang
kehidupan setiap manusia. Di dalam satuan pembelajaran, komponen penting
yang perlu diperhatikan adalah subjek, seperti pendidik dan nara didik.
Namun, tidak hanya sampai di situ saja, karena komponen seperti media
pembelajaran dan beberapa bentuk pembelajaran seperti model, pendekatan,
strategi, metode hingga teknik pembelajaran, juga merupakan hal-hal penting
di dalam sebuah pembelajaran. Setiap pendidik, tentu mengetahui definisi
media pembelajaran dan penggunaannya.
Bermuli (2021) memaparkan bahwa media pembelajaran digunakan di dalam
pembelajaran untuk mengkomunikasikan setiap informasi dan membangun
relasi antara pendidik dan peserta didik. Komponen lainnya yang telah
disebutkan adalah bentuk-bentuk pembelajaran. Media pembelajaran dan
komponen pembelajaran memiliki perbedaan. Media pembelajaran berperan
sebagai alat perantara sedangkan komponen lainnya adalah sebuah cara untuk
menyampaikan pesan tersebut.
136 Strategi Pembelajaran
strategi erat kaitannya dengan ilmu yang berhubungan dengan jenderal atau
panglima perang dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Kusumawati &
Maruti, 2019). Jenderal ataupun panglima sama-sama memiliki pengertian
sebagai pimpinan tertinggi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, 2016). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka strategi
didefinisikan sebagai rencana atau langkah yang disusun oleh seorang
pemimpin untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu.
Seorang pendidik adalah seorang pimpinan di dalam kelas. Ibaratnya seorang
jenderal ataupun panglima, seorang pendidik harus memiliki strategi yang jitu
agar dapat meraih tujuan pembelajaran. Kusumawati dan Maruti (2019)
memaparkan bahwa strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran
yang telah disusun secara sistematis meliputi pola umum mengenai kegiatan
seorang pendidik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
pembelajaran adalah sebuah jalan yang dilakukan seorang pendidik untuk
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dan tepat (Lufri, et al., 2020).
Tujuan pembelajaran, tentu disesuaikan dengan topik pembelajarannya.
Di dalam proses mencapai tujuan pembelajaran, seorang pendidik tentu
memerlukan perencanaan, metode dan bahan-bahan lainnya sebagai basis dari
sebuah pembelajaran. Haudi (2021) menjelaskan bahwa sebuah perencanaan
yang dilakukan dan hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan metode
dan pemanfaatan sumber belajar merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
Berdasarkan paparan tersebut, strategi pembelajaran dapat dipaparkan sebagai
sebuah susunan rencana sistematis yang di dalamnya terdapat metode hingga
sumber belajar yang dibuat oleh pendidik untuk dapat mencapai keberhasilan
dan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
signifikan karena bukan hanya untuk mentransfer ilmu saja, tetapi juga untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan dari setiap anak
didiknya.
Prihantini (2020) menjelaskan bahwa pengembangan kepribadian dan
penanaman nilai-nilai dari anak didik merupakan peranan strategis dari
seorang pendidik di dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Peranan
pendidik bukan sekedar kecakapannya dalam memberikan materi di dalam
kelas. Pendidik memegang peranan strategis dalam hal teladan, bimbingan,
arahan dan pengembangan kemampuan anak didik di dalam perannya di
masyarakat (Prihantini, 2020). Kusumawati dan Maruti (2019) memaparkan
bahwa di dalam kelas, seorang pendidik memegang kontribusi yang signifikan
untuk mengaplikasikan strategi pembelajaran. Dengan demikian, sangat jelas
dikatakan bahwa pendidik memegang andil yang sangat penting di dalam
proses perkembangan dan belajar dari anak didik.
Proses belajar dilakukan seumur hidup manusia, tidak pernah berhenti dan
terus berkesinambungan. Pada perkembangan dunia saat ini, kompetensi
pendidik dalam mengembangkan kompetensi dari anak didik, yang juga
menjadi sorotan utama di dunia pendidikan. Perkembangan pendidikan
khususnya dalam hal kompetensi di era industri 4.0 ini menitikberatkan pada
tiga komponen dalam kompetensi, yaitu berpikir, bertindak dan peran serta di
tengah-tengah kehidupan (Halimatussa'diyah, 2020). Halimatussa'diyah (2020)
memaparkan bahwa berpikir secara kritis, kreatif dan dapat memecahkan
masalah termasuk bagian dari pengembangan kompetensi berpikir sedangkan
kemampuan komunikasi, kolaborasi, literasi digital dan literasi teknologi
menjadi komponen untuk bertindak; dan komponen berikutnya adalah inisiatif,
pengarahan diri sendiri (self-direction), interpretasi secara global kewajiban
sosial termasuk komponen peran serta di tengah-tengah kehidupan.
Perkembangan era dan teknologi saat ini, mendorong setiap elemen kehidupan
ikut berkembang. Saat ini, kemampuan memahami dan menggunakan
teknologi, mahir berbahasa Inggris, cakap dalam mengontekstualkan
informasi, membimbing, menjadi fasilitator, motivator, inspirator, mentor,
pengembang imajinasi dan kreativitas, nilai karakter, kemampuan bekerja
bersama tim, hingga memiliki empati diharapkan ada di dalam diri seorang
pendidik (Halimatussa'diyah, 2020). Sejalan dengan itu, Sutikno (2021)
memaparkan bahwa pendidik merupakan seorang yang berkepribadian paket
lengkap dalam artian memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan keguruan,
Bab 10 Strategi Pembelajaran Partisipatif 139
peserta didik saja, tetapi ilmu dan informasi yang dimiliki oleh setiap subjek
pembelajaran dapat dibagikan kepada satu individu ke individu lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli dan penjabaran yang diberikan, disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran partisipatif adalah strategi pembelajaran yang
mengajak setiap peserta didik untuk berpartisipasi di dalam pembelajaran,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses penilaian guna mencapai
tujuan pembelajaran.
Selain pendapat tersebut, Taufik, et al., (2014) juga menyebutkan sepuluh ciri
kegiatan pembelajaran partisipatif di dalam kelas, yaitu:
1. Seorang pendidik perlu mengondisikan dirinya sebagai seseorang
yang tidak mengetahui semua bahan ajar.
2. Peserta didik ditolong oleh pendidik untuk mengerjakan kegiatan
pembelajaran.
3. Peserta didik diberikan motivasi untuk terlibat dalam pembelajaran.
4. Memosisikan diri sebagai seorang peserta didik.
5. Menumbuhkan keinginan untuk belajar antara satu dengan yang lain.
6. Pendidik dan peserta didik bersama-sama mengupayakan suatu
keadaan yang tepat untuk pembelajaran.
7. Kegiatan belajar kelompok dikembangkan oleh pendidik.
8. Peserta didik diberikan motivasi untuk terus semangat dan
berprestasi.
Bab 10 Strategi Pembelajaran Partisipatif 145
Urutan kegiatan
Tahap perencanaan:
1. Peserta didik dan pendidik bersama-sama membaca topik
pembelajaran hari ini selama 5 menit.
148 Strategi Pembelajaran
Tahap pelaksanaan:
1. Peserta didik diingatkan kembali mengenai tujuan pembelajaran yang
telah disusun bersama.
2. Peserta didik dijelaskan mengenai topik macam-macam gaya dengan
menggunakan gambar untuk melihat perbedaan di dalam gaya
tersebut.
Tahap penilaian:
1. Peserta didik diarahkan dalam memberikan evaluasi pembelajaran
pada pertemuan ini.
2. Peserta didik diberikan waktu untuk menyampaikan evaluasi secara
tertulis dan refleksi diri yang dituliskan di dalam buku masing-
masing.
3. Pendidik dan peserta didik bersama-sama memutuskan kelompok
yang mendapatkan reward atas pencapaian hari ini.
150 Strategi Pembelajaran
Urutan kegiatan
Tahap perencanaan:
1. Peserta didik dan pendidik bersama-sama membaca topik
pembelajaran hari ini selama 5 menit.
2. Peserta didik diberikan kesempatan untuk merumuskan tujuan
pembelajaran sesuai dengan topik pembelajaran hari ini.
3. Peserta didik dan pendidik bersama-sama mengambil 3-4 poin tujuan
pembelajaran yang paling dapat dilakukan di pertemuan tersebut.
4. Berdasarkan topik dan tujuan pembelajaran, peserta didik diminta
untuk memilih satu metode pembelajaran (metode ceramah, diskusi,
demonstrasi, eksperimen atau tanya jawab) yang mereka inginkan
pada pertemuan ini dan harus disepakati bersama (karena setiap
pertemuan bisa menyepakati secara bergantian).
Tahap pelaksanaan:
1. Peserta didik diingatkan kembali mengenai tujuan pembelajaran yang
telah disusun bersama.
2. Peserta didik dijelaskan mengenai topik peredaran darah pada
manusia.
3. Peserta didik diberikan waktu untuk menonton rekaman penjelasan
yang telah diberikan oleh pendidik selama 15 menit.
4. Peserta didik dan pendidik mengadakan tanya jawab mengenai
penjelasan selama 5-10 menit.
5. Setiap peserta didik melakukan percobaan pertama, yaitu
menempelkan senter di telapak tangan dan kaki masing-masing untuk
melihat peredaran darah yang ada di bagian telapak tangan dan kaki.
152 Strategi Pembelajaran
9. Peserta didik mengisi jenis kegiatan yang diuji cobakan, yaitu duduk,
berjalan dan berlari. Kolom intensitas diisi dengan lambat, sedang
atau cepat (kecuali duduk, tidak dituliskan). Durasi kegiatan diisi
dengan 2, 5 atau 10 menit. Jumlah denyut jantung dihitung setelah
timer berhenti atau sudah mencapai waktu yang ditentukan.
10. Peserta didik ditantang untuk mendokumentasikan berdasarkan
kegiatan percobaan yang telah dilakukannya.
Bab 10 Strategi Pembelajaran Partisipatif 153
11. Peserta didik ditantang untuk menuliskan dengan cermat dan jujur
setiap hasil yang diperoleh.
12. Peserta didik membagikan hasil yang diperoleh kepada rekannya
melalui platform video call 5 menit.
Tahap penilaian:
1. Peserta didik diarahkan untuk dapat memberikan evaluasi pada
kegiatan hari ini.
2. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menyampaikan evaluasi
secara tertulis dan refleksi diri yang dituliskan di dalam buku masing-
masing.
3. Pendidik dan peserta didik bersama-sama memutuskan kelompok
yang mendapatkan reward atas pencapaian hari ini.
154 Strategi Pembelajaran
Bab 11
Strategi Pembelajaran Dalam
Peningkatan Kemampuan
Berpikir
11.1 Pendahuluan
Aktivitas peserta didik yang makin meningkat, dapat meningkatkan kualitas
proses belajar peserta didik. Peningkatan kualitas proses belajar peserta didik
akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar di kelas.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa secara bersama- sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Namun
fakta yang terlihat di lapangan pada mata pelajaran matematika khususnya,
pembelajaran masih bersifat konvensional, di mana siswa tampak pasif dan
menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru.
Proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah masih terpusat pada guru
(teacher centered). Pada waktu guru memberikan kesempatan untuk menjawab
atau bertanya, siswa bingung apa yang akan dijawab ataupun bertanya, siswa
bingung apa yang akan dijawab dan ditanyakan. Hal ini merupakan indikasi
bahwa kemampuan berpikir, pemahaman konsep matematika masih tergolong
156 Strategi Pembelajaran
Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan
pembelajaran. tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan
yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi
pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua,
penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap
tahapan proses pembelajaran dengan memperhatikan keberadaan dan aktivitas
siswa dikelas juga di luar kelas minimal mengenal sikap apalagi dikelas agar
dapat mengelola kegiatan kelas sebagai bagian manajemen kelas.
Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan
kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan
dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya
jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang
dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman
itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan tanya jawab memahami kebutuhan siswa agar dapat diketahui pada
tahapan-tahapan selanjutnya.
Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan
sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Pada aktivitas itu
berguna untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahap
berikutnya guru dapat mengetahui, memahami dan dapat memberikan
persoalan- persoalan yang dilematik yang memerlukan jawaban atau jalan
keluar. Persoalan lain yang dapat diberikan sesuai dengan tema atau topik itu
tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman
siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua.
Tahap Inkuiri
Pada tahapan inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap
inilah siswa belajar yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak
untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini
guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan.
162 Strategi Pembelajaran
Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui
proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. pada tahap ini
melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang
mereka temukan dan mereka paham sekitar topik yang dipermasalahkan.
Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan
masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar
siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk
memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan
tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan. Berdasarkan tahapan-
tahapan yang telah dijelaskan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan
agar SPPKB dapat berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru.
Adapun keunggulan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) adalah sebagai berikut:
1. SPPKB menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, artinya
peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan
cara menggali pengalamannya sendiri.
2. Dalam SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
melalui penggalian pengalaman setiap siswa.
3. Dalam SPPKB perilaku dibangun atas kesadaran diri.
4. Dalam SPPKB, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman
5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui SPPKB adalah
kemampuan berpikir melalui proses menghubungkan antara
pengalaman dengan kenyataan
6. Dalam SPPKB, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri
sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena
ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat.
7. Dalam SPPKB, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab
itu setiap peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam memaknai
hakikat pengetahuan yang dialaminya.
Bab 11 Strategi Pembelajaran Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir 163
Siti Zulaiha (2016) ‘Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
Implementasinya dalam Rencana Pembelajaran PAI MI’, Belajea: Jurnal
Pendidikan Islam, 1(01).
Suci, D. W., & Taufina. (2020). Peningkatan Pembelajaran Matematika Melalui
Strategi Berbasis Masalah di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu , 505-512.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. (2009). Media P engajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Al-Fabeta.
Sulfemi, W. B. (2019) ‘MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MIND
MAPPING BERBANTU AUDIO VISUAL DALAM
MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
IPS’, Jurnal PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia), 4(1), pp. 13–19. doi:
10.26737/jpipsi.v4i1.1204.
Sumar, W. T. and Razak, I. A. (2016) Strategi pembelajaran dalam
implementasi kurikulum berbasis soft skill. Deepublish.
Sumartina, T. S. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal
Pendidikan Matematika , 148-158.
Sunarto, W., Sumarni, W., & Suci, E. (2008). Sunarto, W., Sumarni, W., & Suci,
EHasil Belajar Kimia Siswa Dengan Model Pembelajaran Metode Think-
Pair-Share dan Metode Ekspositori. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 244-
249.
Suparno, P. (2007). " Metodelogi Pembelajaran Fisika". Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Susanti, L. (2021) ‘Strategi Pembelajaran Berbasis Motivasi’.
Susanto, A. (2016) Pengembangan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta,
Indonesia: Prenada Media Group.
Sutikno, S., (2021). Strategi Pembelajaran. Indramayu (Jawa Barat): CV. Adanu
Abimata.
Taufik, R., Hustim, R. & Nurlina, N., (2014). Penerapan Pembelajaran
Partisipatif Metode True-False Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa
Daftar Pustaka 177
Beberapa artikel sudah terpublikasi melalui jurnal nasional tak terakreditasi dan
jurnal nasional terakreditasi sinta 1- 6. Pada tahun 2019 mendapatkan Dana
Hibah untuk penelitian dosen pemula sebagai ketua peneliti.
Buku ini merupakan buku kolaborasi kelima bagi penulis di Yayasan Kita
Menulis. Semoga buku ini banyak memberikan kontruibusi dan manfaat bagi
para pembaca dan dapat menjadi inspirasi penulis lainnya.
Email : rosmitasarisiregar@gmail.com
Juliana
Lahir di Desa Gajah Kabupaten Asahan, pada 18 Juli
1990. Ia tercatat sebagai lulusan S1 dan S2
Universitas Negeri Medan (UNIMED). Wanita yang
kerap disapa Juli ini adalah puteri dari pasangan Kadir
(ayah) dan Nurlia Simanjuntak (Ibu). Juliana sudah
aktif mengajar sebagai guru di sekolah dasar (SD)
sejak tahun 2014-2019. Namun setelah tahun 2019
lalu, Juli telah berhenti mengajar di Sekolah dasar
karena hendak memokuskan pekerjaan di Perguruan
Tinggi. Tepat bulan April tahun 2019 Juli diterima
bekerja sebagai Tutor di Universitas Terbuka sampai sekarang dan diangkat
menjadi dosen tetap PGSD di Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan di
Universitas Katolik Santo Thomas Medan pada bulan Oktober 2019- Sekarang.
seorang Guru pada tahun 2013-2015. Saat ini Jessica mengajar sebagai Dosen
di Universitas Pelita Harapan, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu
Pendidikan sejak Januari 2018 hingga sekarang. Jessica juga aktif di dalam
penulisan jurnal dan buku ajar sejak tahun 2019 hingga saat ini.