ETIKA PROFESI
Membangun Profesionalisme Diri
I Ketut Widana
Gusti Ayu Oka Cahya Dewi
I Ketut Widana
2020
Buku Ajar
Buku Ajar
Penulis:
I Ketut Widana
Gusti Ayu Oka Cahya Dewi
Editor:
I Ketut Widana
Layout:
I Ketut Widana
Penerbit:
PT. Panca Terra Firma
Jl. Imam Bonjol No. 40 Bandung
Juni, 2020
BAB 1
KONSEP ETIKA PROFESI
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian etika
2. Menjelaskan pengertian profesi
3. Mengidentifikasi ciri-ciri profesi
4. Menyebutkan syarat-syarat profesi
5. Menjelaskan pengertian, ciri-ciri, dan syarat etika profesi
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menyebutkan pengertian etika
2. Menjelaskan pengertian profesi
3. Mengidentifikasikan cirri-ciri profesi
4. Menyebutkan syarat-syarat profesi
5. Menjelaskan pengertian, ciri-ciri dan syarat etika profesi
1.1 Pendahuluan
Kita sering mendengar, membaca, atau bahkan menggunakan, istilah etika di berbagai
kesempatan. Sejumlah pengamat, misalnya, menganggap bahwa banyak politisi berperilaku
tidak etis atau tidak mempertimbangkan etika lagi. Mereka menuntut perlunya para
penyelenggara negara memperhatikan etika, dan mengusulkan agar disusun suatu kode etik
bagi para anggota legislatif, dan penyelenggara lainnya, bahkan juga untuk pelaksanaan
kampanye pemilihan umum. Demikian pula, ketika menyeruak skandal-skandal keuangan
seperti kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), Hambalang, Wisma Atlet
dan lain-lain, sejumlah pihak menegaskan kembali perlunya fondasi etika dalam profesi,
berorganisasi dan dalam menjalankan bisnis. Mereka, misalnya, menyindir para pebisnis dan
profesional dengan mempertanyakan mengapa etika tidak dijadikan pegangan.
Etika dalam kehidupan keseharian adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan
dalam kehidupan keseharian. Apalagi dengan perkembangan kehidupan sosial ekonomi budaya
dan teknologi yang mendorong munculnya gejala-gejala moral yang fenomenal. Kenyataan ini
menunjukkan perhatian dan minat orang-orang terhadap etika dan seluk beluknya, terus
berkembang. Dampak langsungnya, eksistensi dan penerapan etika dalam dunia bisnis dan
profesi, terus berkembang dan semakin meningkat. Dalam dunia bisnis atau profesinal, etika
merupakan prinsip-prinsip moralitas yang mengatur dan menjadi pedoman bagi para pelaku
bisnis atau profesi. Dimulai dari ketika ia melakukan pemikiran, menciptakan, dan
mengambil berbagai keputusan dalam menjalankan bisnis atau profesinya.
Mengingat begitu pentingnya etika, hampir semua profesi yang ada saat ini memiliki
kode etika profesi yang dituangkan ke dalam bentuk peraturan tertulis. Tentu saja memiliki
sanksi sebagaimana peraturan lainnya bagi pelaku yang dianggap melanggarnya.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu
3
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan
akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia
nyata.
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
1.3 Rangkuman
1. Etika dalam kehidupan keseharian adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan
dalam kehidupan keseharian. Apalagi dengan perkembangan kehidupan sosial ekonomi
budaya dan teknologi yang mendorong munculnya gejala-gejala moral yang fenomenal.
2. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
3. Hampir semua profesi yang ada saat ini memiliki kode etika profesi yang
dituangkan ke dalam bentuk peraturan tertulis.
1.4 Tugas
Menurut pandangan Anda apakah etika itu perlu dalam kehidupan sehari-hari selain
dalam profesi?
4
1. Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
2. Bidang keteknikan pada bidang teknik mesin, seorang montir memiliki tanggung jawab
untuk memperbaiki mesin, salah satu contohnya montir mobil, montir tersebut
mengetahui apa saja kerusakan pada mesin mobil tersebut. Bagian yang rusak dari mobil
itu sebenarnya hanya ada satu bagian, namun montir tersebut berbohong dengan
mengatakan ada bagian lain yang harus diganti juga. Dia tau bahwa pelangganya tidak
begitu merti mengenai mobil, sehingga dia melakukan hal tersebut. Dengan kejadian
tersebut pelanggan tersebut terpaksa harus mengeluarkan uang banyak untuk
memperbaiki mobilnya. Ketika pelanggan tersebut pindah ke bengkel lain dan
mengetahui kenyataannya, maka pelangga itu tidak percaya lagi dengan bengkel
tersebut dan tidak akan kembali ke bengkel tersebut. Akibat pelanggaran yang
dilakukan, bengkel tersebut kehilangan satu pelanggan, kemungkinan kejadian tersebut
akan tersebar keorang lain sehingga bengkel tersebut berdampak menjadi sepi
pelanggan.
1.7 Pendahuluan
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji
atau ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan
“apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan
keahlian tertentu sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan
5
baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan
yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit
dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan keterampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya
serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah
profesi. Seorang petugas staf administrasi biasa berasal dari berbagai latar ilmu, namun tidak
demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang membutuhkan pendidikan khusus.
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian
khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Profesi merupakan
suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus memperbaharui
keterampilannya sesuai perkembangan teknologi. Secara populer sedikitnya ada dua
pengertian yang diberikan pada istilah profesi. Pertama, pekerjaan yang ditekuni dan menjadi
tumupuan hidup. Kedua, lebih dari sekedar pekerjaan, profesi adalah bidang pekerjaaan
yang dilandasi oleh pendidikan keahlian tertentu. Selain itu, profesi sering dibedakan ke dalam
dua jenis, yaitu profesi baisa dan profesi luhur. Istilah profesi dalam bab ini, sebagaimana
dapat kita pahami nanti, selain mengandung arti pekerjaan sebagai panggilan dan tumpuan
hidup dan standar yang tinggi, juga berarti pekerjaan yang bercirikan keluhuran dan
komitmen moral yang tinggi. Tegasnya, profesi memang suatu pekerjaan, tetapi berbeda
dengan pekerjaan pada umumnya. Suatu profesi dibangun dengan landasan yang bermoral
karena seorang profesional memang dituntut untuk menghasilkan standar kinerja kualitas
tinggi dan mengutamakan kepentingan publik. Karena nilai-nilai moral ini, maka
menyatakan “pencopet” adalah profesi. Tentulah tidak tepat; seorang pencopet, kerenanya,
bukanlah seorang profesional, tetapi seorang penjahat yang pada dasarnya anti moral atau
immoral.
b) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
d) Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,
kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih
dahulu ada izin khusus.
e) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
1.9 Rangkuman
2. Profesi memang suatu pekerjaan, tetapi berbeda dengan pekerjaan pada umumnya. Suatu
profesi dibangun dengan landasan yang bermoral karena seorang profesional memang
dituntut untuk menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan
kepentingan publik.
1.10 Tugas
Pada zaman saat ini kita jumpai banyak orang diberbagai ranah lingkup profesi
menyalahgunakan profesinya untuk merugikan orang lain. Menurut pendapat Anda, apa yang
menyebabkan pelanggaran kode etik sering terjadi di lingkungan kita? Berikan uraian singkat
dan jelas atas fenomena sosial tersebut di atas!
1. Profesi adalah kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu sekaligus dituntut
dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Yang termasuk dalam
profesi keteknikan yaitu insinyur dalam berbagai keteknikan ilmu seperti contoh ilmu
mesin, ilmu arsitektur, ilmu sipil, ilmu kelistrikan, dsb.
a) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
d) Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
e) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
3. Insinyur, Akuntan, Dokter, Apoteker, Pengacara, dsb.
8
BAB 2
KODE ETIK PROFESI
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian etika profesi
2. Menjelaskan pengertian kode etik profesi
3. Mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian etika profesi
2. Menjelaskan pengertian kode etik profesi
3. Menyebutkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
2.1 Pendahuluan
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan
memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi
perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan penguasaan
teknik intelektual yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Adalah hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana profesi.
Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sangatlah perlu
untuk menjaga profesi di kalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek).
Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah untuk kepentingan masyarakat dengan
menggunakan keahlian yang dimiliki. Akan tetapi tanpa disertai suatu kesadaran diri yang
tinggi, profesi dapat dengan mudahnya disalahgunakan oleh seseorang seperti pada
penyalahgunaan profesi seseorang di bidang komputer misalnya pada kasus kejahatan
komputer yang berhasil meng-copy program komersial untuk diperjualbelikan lagi tanpa ijin
dari hak pencipta atas program yang dikomersilkan itu. Sehingga perlu pemahaman atas
etika profesi dengan memahami kode etik profesi. Etika profesi adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban
penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
Profesional (seorang profesional) adalah orang yang menjalani suatu profesi, dan
karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan standar
kualitas tinggi dilandasi dengan komitmen moral yang tinggi pula. Mengingat makna profesi
dan profesional itu, maka etika profesi merupakan unsur atau dimensi yang tak terpisahkan
dari setiap profesi. Etika profesi atau etika profesional merupakan unsur sangat penting dalam
kehidupan komunitas profesi. Etika profesi merupakan pembeda utama antara para
profesional dengan orang-orang yang sekedar ahli di bidang yang mereka pilih untuk
10
ditekuni (pekerjaan). Dengan berpedoman pada nilai-nilai etis, yang antara lain digariskan
dalam kode etik profesi, para profesional meraih dan memiliki reputasi yang tinggi, dan
karena itu jasa mereka sangat dibutuhkan dan dihargai oleh masyarakat. Etika profesi
merupakan jantung harapan publik dalam kaitannya dengan tingkat kepercayaan dalam
pekerjaan yang dikategorikan dengan sebutan profesional. Masyarakat menghargai
profesi yang memegang teguh standar etika yang tinggi dan akan memandang rendah
profesi itu jika kepercayaan yang mereka berikan dikhianati. Etika profesi atau etika
profesional merupakan suatu bidang etika (sosial) terapan.
Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita,
keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan
yang sistematis.
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Menurut UU no. 8
(pokok-pokok kepegawaian), kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi
merupakan sarana untuk membantu para pelaksana seseorang sebagai seseorang yang
professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi dari kode etik profesi :
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalangan sosial).
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
11
melaporkan teman sejawat yang melakukan. Tetapi dengan perilaku semacam itu
solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan
demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan
lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan
kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan
dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma
ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam
etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis
secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar
dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
professional. Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :
a. Pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
b. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai
bidang.
Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan
yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, dan peranan tenaga ahli profesi
yang didefinisikan dalam suatu negara tidak sama. Adapun yang menjadi tujuan pokok dari
rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah :
a. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien,
institusi, dan masyarakat pada umumnya.
b. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang
harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam
pekerjaan.
c. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan
fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari
anggota-anggota tertentu.
13
2.3 Rangkuman
1. Profesional (seorang profesional) adalah orang yang menjalani suatu profesi, dan
karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan standar
kualitas tinggi.
2. Fungsi dari kode etik profesi adalah sebagai : 1. Pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan; 2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan dan; 3. Mencegah campur tangan pihak di
luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika
profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang.
2.4 Tugas
Menurut pendapat Anda mengapa kode etik profesi itu perlu? Jelaskan dengan kata-kata
Anda sendiri secara ringkas dan tepat!
1. Etika profesi adalah suatu sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan
profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keadilan sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajiban.
2. Kode etika profesi adalah suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan
terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalangan sosial).
2.7 Pendahuluan
Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang menduduki posisi yang
disebut profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para profesional dalam
menjalani dan memberikan jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Sebagai bidang
etika terapan, etika profesi pada dasarnya berkaitan dengan penerapan standar moral atau
prinsip-prinsip moral tertentu yang disepakati untuk dijadikan sebagai nilai-nilai dan panduan
bersama oleh para anggota profesi. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan profesi, etika
meliputi norma-norma yang mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita (luhur) ke dalam
praktik sehari-hari para profesional dalam menjalankan profesi mereka. Norma-norma ini
biasanya dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik (code of ethics) atau kode
(aturan) perilaku (code of conducts) profesi yang bersangkutan.
Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja (work ethics atau occupational ethics)
yang mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak
disebut profesi (non-profesional) non-propfesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan
dianggap kurang memiliki otonomi dan kekuasaan atau kemampuan profesional. Namun
demikian, ada sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral untuk
mengeluarkan etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu berbeda
jenisnya kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari pekerjaan mereka.
Pertimbangan utamanya adalah bahwa orang pada umumnya tidak terlampau
mengkhawatirkan terjadinya “perampasan” atau “pengambilalihan” pekerjaan, melainkan
mengkhawatirkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan kekuasaan atau keahlian. Misalnya,
masyarakat tidak atau kurang mengkhawatirkan bahwa tukang daging akan mengambil alih
pekerjaan penjahit, atau sebaliknya, penjahit akan mengambil alih pekerjaan mereka hanya
demi kepentingan mereka sendiri.
Perbedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat aktivitas
para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan adalah berbeda dengan pekerja lain
pada umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan atau
pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang membedakannya dari
16
pekerja non-profesional. Tentu standar profesionalisme dan etika untuk para profesional adalah
jauh lebih tinggi dibandingkan terhadap nonprofesional. Namun demikian tetap perlu diingat,
meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja, kerangka dan prinsip-prinsip yang dicakup
etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai etika kerja. Ini terutama karena etika profesi
mencakup prinsip-prinsip umum etika yang, sebagaimana prinsip-prinsip itu diberlakukan pada
kehidupan profesi, dapat diterapkan pada bidang pekerjaan atau kehidupan yang lain.
bagian-bagian dari kode etik dapat terasa saling bertentangan ataupun dengan kode etik lain.
Kita harus menggunakan keputusan yang etis untuk bertindak sesuai dengan semangat kode
etik profesi. Kode etik yang baik menggariskan dengan jelas prinsip-prinsip mendasar yang butuh
pemikiran, bukan kepatuhan membabi-buta.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian
dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas
dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi
itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi
dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di
sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan
keahlian. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semua
dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai
idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.
2.9 Rangkuman
1. Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan
yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, dan peranan tenaga ahli
profesi yang didefinisikan dalam suatu negara tidak sama.
2.10 Tugas
Menurut pandangan Anda jika suatu profesi dijalankan tanpa adanya etika profesi maka apa
yang akan terjadi?
1. Urgensi etika profesi adalah untuk pengaturan diri dari profesi yang bersangkutan,
dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar.
2. Yang harus membuat kode etik profesi adalah profesi itu sendiri yang terdiri atas kelompok
profesi itu sendiri.
3. Orang yang melanggar kode etik profesi tentunya akan dipidana menurut aturan atau
undang-undang yang berlaku.
4. Alasannya karena yang pertama tidak ingin menjatuhkan teman sejawat atau seprofesi dan
merasa malu jika profesi tersebut namanya menjadi tercoreng di mata masyarakat.
5. Berbeda, para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan atau
pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang
membedakannya dari pekerja non-profesional.
6. Agar tidak ada yang mengikatnya dalam mencari uang dan tanpa adanya pedoman-
pedoman khusus yang mengikat sehingga memudahkan mereka mendapatkan
penghasilan yang melimpah, contohnya seperti hacker.
19
BAB 3
ETIKA PROFESI AHLI MADYA TEKNIK
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan etika profesi bagi ahli madya teknik
2. Menjelaskan tanggung jawab moral dan sosial seorang ahli madya
teknik
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan etika profesi bagi ahli madya teknik
2. Menyebutkan tanggung jawab moral dan sosial seorang ahli madya
teknik
3.1 Pendahuluan
Profesi Ahli Madya Teknik atau Insinyur dan Sarjana Teknik merupakan profesi yang
tidak main-main. Di tangannya-lah segala permasalahan teknik dibahas dan dicarikan solusi. Sulit
dibayangkan jika sebuah bangunan tinggi tidak dirancang oleh insinyur atau operasionalisasi
mesin-mesin di pabrik tidak dikomando oleh Ahli Madya Teknik atau Insinyur. Dibandingkan
dengan profesi-profesi lain seperti dokter maupun pengacara, maka profesi keinsinyuran termasuk
yang paling ketinggalan di dalam membicarakan maupun merumuskan etika profesi-nya dalam
sebuah kode etik insinyur atau Ahli Madya Teknik (the code of ethics of engineers).
3.2.1 Prinsip, Peranan Etika Profesi, dan Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi
Terdapat beberapa prinsip yang melekat dengan etika profesi di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Tanggung jawab.
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya dan
tangggung jawab terhadap dampak dari pekerjaan itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
c. Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan
dalam menjalankan profesinya, tetapi dibatasi tanggungjawab dan komitmen
profesionalnya sehingga tidak mengganggu kepentingan umum.
d. Prinsip integritas moral yang tinggi.
Komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi.
21
a. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
b. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu
kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
c. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para
anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal
adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik
super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat kurang mampu tidak mungkin
menjamahnya.
e. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan
f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri
g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya.
h. Tidak adanya kesadaran etis dan moralitas di antara para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya.
3.3. Rangkuman
1. Dibandingkan dengan profesi-profesi lain seperti dokter maupun pengacara, maka profesi
keinsinyuran termasuk yang paling ketinggalan di dalam membicarakan maupun
merumuskan etika profesi-nya dalam sebuah kode etik insinyur atau Ahli Madya Teknik
(the code of ethics of engineers).
2. Beberapa prinsip yang melekat dengan etika profesi adalah : 1. Tanggung jawab; 2.
Keadilan; 3. Otonomi dan 4. Prinsip integritas moral yang tinggi.
3.4 Tugas
Jelaskan menurut pedapat Anda sendiri mengapa pelanggaran kode etik profesi bisa terjadi
bahkan sering terjadi di masa saat ini?
1. Mengapa profesi ahli madya teknik perlu sebuah kode etik profesi?
2. Mengapa ikatan profesi bidang kedokteran dan pengacara dikatakan memiliki kode etik
profesi yang lebih lengkap dan ditaati oleh anggotanya?
3. Sebutkan beberapa prinsip yang melekat dengan etika profesi!
4. Apa yang dimaksud dengan prinsip keadilan pada etika profesi?
5. Apa peranan etika dalam profesi?
6. Apa penyebab pelanggaran kode etik profesi?
23
1. Agar para ahli madya teknik kedepannya tidak menjadi orang yang merugikan
masyarakat, dan perlu kita sadari bersama bahwa profesi ini merupakan suatu profesi
yang tidak kalah hebatnya dengan profesi lainnya sehingga perlu adanya kode etik agar
dapat meningkatkan mutu dan layanan profesi.
2. Karena profesi tersebut berurusan dengan masalah yang sangat riskan yaitu menyangkut
kehidupan manusia dan hukum bagi manusia itu sendiri, jadi perlu profesi tersebut
menjaga harkat dan martabatnya di hadapan publik.
3. Prinsip tanggung jawab, keadilan, otonomi, dan integritas moral.
4. Prinsip keadilan yaitu mampu menjalankan profesi tanpa merugikan orang lainnya,
khususnya orang yang berkaitan dengan profesi tersebut.
5. Membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral, dapat membantu
membedakan mana yang boleh diubah dan mana yang tidak boleh diubah, mampu
menentukan pendapat dan dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
6. Penyebab pelanggaran kode etik profesi
• Organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan dalam suatu kode etik.
• Minimnya pengetahuan masyarakat tentang substansi kode etik profesi dan juga
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri
• Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur masing-masing profesi.
• Kesadaran yang tidak etis dan moralitas diantara para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur masing-masing profesi
3.7 Pendahuluan
Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat,
susila atau tidak susila. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya
atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi
pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa, dari semasih berupa angan-angan, cita-
24
3.9 Rangkuman
1. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, good-will.
3.10 Tugas
Menurut pandangan Anda apakah dalam menjalankan profesi perlu mengikuti kata hati?
Jika iya mengapa demikian dan jika tidak apa yang mendasari pendapat Anda? Jelaskan dengan
kata-kata sederhana.
25
1. Yang dimaksud sistem penilaian etika adalah: Tingkat pertama, semasih belum lahir
menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati dan niat. Tingkat kedua,
setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti. Tingkat ketiga, akibat atau hasil
perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
26
BAB 4
ISU-ISU SEPUTAR ETIKA PROFESI
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan maksud mal praktik dalam birokrasi pelayanan publik
2. Mendefinisikan arti kata korupsi dan penyebab perilaku korup
3. Menjelaskan akibat terjadinya benturan kepentingan dalam etika
profesi
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan maksud mal praktik dalam birokrasi pelayanan publik
2. Menjelaskan arti kata korupsi dan penyebab perilaku korup
3. Menjelaskan akibat terjadinya benturan kepentingan dalam etika
profesi
4.1 Pendahuluan
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis isu-isu seputar etika profesi diantaranya seperti
mal praktik dalam birokrasi pelayanan publik. Mal-praktik telah menjadi isu yang sering
didengar di Indonesia. Mal-praktik dalam birokrasi atau mal-administrasi pada dasarnya adalah
praktik administrasi yang menyimpang dari etika administrasi dan sekaligus menggagalkan
pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya, isu yang tidak kalah penting lainnya yaitu korupsi.
Korupsi merupakan isu etika yang banyak disoroti di berbagai penjuru dunia. Korupsi sering
terjadi di hampir semua negara, namun di negara-negara berkembang termasuk Indonesia,
korupsi sangat merajalela bahkan ditengarai telah menjadi budaya. Isu etika penting lainnya
yang bersangkut paut dengan birokrasi dan pelaku pelayanan publik adalah benturan
kepentingan (conflict of interest). Benturan kepentingan ini tidak harus berarti korupsi, tetapi
sangat membahayakan karena merupakan pintu menuju korupsi.
Dalam konteks pelayanan publik atau birokrasi, mal administrasi adalah masalah
etika karena menyimpang atau bahkan melanggar nilai-nilai atau prinsip-prinsip etika yang
seharusnya dijunjung tinggi. Penyimpangan etika ini dapat mengambil banyak bentuk antra lain,
ketidakjujuran, perilaku tercela, pengabaian atau pelanggaran hukum, favoritisme,
perlakuan tidak adil, pemborosan dan penggelapan dana, menutup-nutupi kesalahan, dan
kegagalan dalam berinisiatif.
Ketidakjujuran banyak terjadi dalam lingkungan birokrasi contohnya pelayanan yang
dibuat menjadi lebih cepat dari biasanya karena telah menerima “imbalan”. Perbuatan tercela
yang dilakukan oleh aparatur negara mungkin tidak melanggar hukum tapi menurut standar
etika perbuatan tersebut tidak patut, contohnya mendahulukan pejabat daripada orang biasa
padahal orang tersebut mengantre lebih dahulu. Pengabaian atau pelanggaran hukum mudah
28
dijumpai di lingkungan birokrasi. Banyak pegawai yang mengetahui bahwa barang-barang dinas
tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi namun mereka dengan sengaja
menggunakan barang tersebut, misalnya kendaraan dinas untuk keperluan keluarga tanpa melalui
proses perijinan yang ditetapkan.
Favoritisme lazimnya berkaitan dengan ketidakobjektifan aparatur pemerintah dalam
menafsirkan hukum atau peraturan. Dalam hal ini, aparatur pemerintah dalam menafsirkan
hukum atau peraturan. Dalam hal ini, aparatur tersebut tetap mengikuti ketentuan hukum yang
berlaku, tetapi hukum yang berlaku tersebut ditafsirkan sesuai dengan kepentingannya
sendiri atu demi keuntungan pribadi. Perlakuan tidak adil acap terjadi baik terhadap
pegawai, maupun terhadap warga masyarakat yang menjadi pelanggan. Sebagi contoh, seorang
atasan dalam suatu instansi, karena merasa senang dengan seseorang di bawahnya, atasan
tersebut memperlakukan bawahannya secara berbeda dibandingkan dengan bawahan lainnya
termasuk misalnya dalan hal pengusulan untuk promosi. Pemborosan dan inefisiensi juga
sering terjadi di birokrasi. Banyak terjadi bahwa harga barang atau jasa yang dibeli jauh lebih
tinggi daripada harga wajarnya. Dalam banyak hal, pemborosan atau inefisiensi sejenis ini
bersangkut paut dengan penggelembungan harga (mark-up). Selain itu, tidak sulit
menemukan pegawai yang menggunakan barang-barang atau sarana lebih banyak dari yang
diperlukan. Ini umumnya terjadi karena kurang atau tiadanya rasa memiliki dan tanggung
jawab sebagaimana diharapkan oleh masyarakat yang memberikan kepercayaan kepada mereka
untuk mengelola sumberdaya publik untuk sebesar-besarnya kepentingan publik.
Bentuk lain mal-administrasi adalah kegagalan menunjukkan inisiatif, seperti
ketidakberanian mengambil tindakan yang diperlukan padahal memiliki kewenangan untuk itu,
ketidakmampuan memberikan usulan-usulan yang berguna. Banyak pejabat yang tidak berani
mengambil keputusan dengan alasan menunggu adanya petunjuk pelaksanaan atau petujuk
kriteria. Banyak uang dihabiskan untuk perjalanan dinas, semata-mata untuk minta petunjuk ke
pusat. Memang tidak semuanya murni minta petunjuk, banyak di antara pejabat tersebut
sesungguhnya hanya jalan-jalan. Walau jalan-jalan, dana yang dihabiskan ternyata cukup besar.
Pejabat memanfaatkan selisih uang yang didapatkan dari kantor dengan kenyataan pengeluaran di
luar daerah. Angka selisih ini akan menjadi banyak jika disiasati dengan beberapa cara, seperti :
perjalanan pesawat diganti dengan bis atau kereta api. Tentu pejabat tersebut perlu membawa bukti
tiket pesawat, dan itu tidak sulit didapat. Perjalanan dinas 2 hari dicatat dalam pembukuan kantor
4 hari, seminar 2 hari dimamfatkan menjadi 1 hari. Ongkos taksi dari bandara bisa menjadi ongkos
angkot dan sejuta strategi dilakukan yang bertujuan untuk menggelembungkan pundi-pundi kocek
buku tabungan.
29
2. Korupsi
Secara ekonomi dan politik, korupsi ini dinilai memiliki dampak luar biasa karena
menghambat pertumbuhan atau kemajuan ekonomi dan demokrasi negara yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, pada saat ini gerakan memberantas korupsi bergaung di mana-mana, dan
Indonesia sendiri sebenarnya telah membangun kerangka atau sistem hukum dan kelembagaan
untuk memberantas korupsi, walaupun banyak pihak yang masih skeptis. Terakhir, lembaga
independen anti korupsi, yakni Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) telah dibentuk dan telah
memulai menjalankan tugasnya.
Korupsi sebenarnya bukan monopoli pegawai negeri atau pejabat publik, namun
tindak korupsi ini lebih menonjol dikaitkan dengan jabatan negeri atau publik (negara).
Mengingat dampak buruknya yang dipandang luar biasa terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
suatu negara, masalah korupsi ini telah dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga menjadi
permasalahan hukum. Pada saat ini diakui bahwa pola korupsi adalah sangat beragam dari satu
negara ke negara lain. Namun dari sudut pandang etika, korupsi dalam konteks birokrasi atau
administrasi publik, korupsi dapat didefinisikan sebagai penggunaan jabatan, posisi, fasilitas
atau sumberdaya publik untuk kepentingan pribadi. Jadi, korupsi pada dasarnya merupakan
pelanggaran, jika bukan pengkhianatan, terhadap kepercayaan publik yang diberikan kepada
pegawai atau pejabat publik. Dengan perkataan lain, pejabat publik yang telah diserahi
kepercayaan untuk mengelola sumberdaya publik dan seharusnya memberikan jaminan
bahwa mereka bekerja demi kepentingan publik yang ternyata membelokkannya demi
kepentingan diri sendiri. Keuntungan atau kepentingan pribadi tersebut tidak terbatas pada
kepentingan atau keuntungan keuangan (finansial), tetapi meliputi juga semua jenis manfaat
sekalipun tidak secara langsung berkaitan dengan diri pegawai/pejabat yang bersangkutan.
Dengan definisi yang luas tersebut, maka sebenarnya banyak sekali tindakan atau
keputusan pegawai negeri/pejabat publik yang dapat dikategorikan sebagai korupsi.
Perbuatan-perbuatan seperti pembelian atau pembayaran fiktif dan penggelembungan harga,
penerimaan suap atau uang pelicin, pemungutan liar (tidak sah), mangkir kerja, dan
penerima hadiah atau sumbangan dapat dikategorikan sebagai korupsi, karena perbuatan-
perbuatan tersebut berkaitan erat dengan kewenangan atau kedudukan/jabatan pelaku yang
bersangkutan dan keuntungan atau kepentingan pegawai/pejabat (termasuk keluarga dan
kawan). Perbuatan-perbuatan ini melanggar sumpah dan janji pegawai negeri dan sekaligus
melanggar prinsip-prinsip etika seperti kejujuran, keadilan, objektivitas, dan legalitas.
Dari sudut pandang hukum dalam UU tentang Tindak Pidana Korupsi (UU No. 3/1971
30
yang diubah dengan UU NO. 31/1999), korupsi merupakan tindak pidana yang diartikan sebagai
perbuatan melawan hukum, memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi, yang dapat
merugikan negara atau perekonomian negara (Pasal 2). Jadi, secara hukum suatu tindakan
dapat dikategorikan sebagai korupsi jika memenuhi tiga kondisi :
a. Melawan hukum
b. Menguntungkan diri sendiri
c. Merugikan negara atau perekonomian negara
Selain itu, sesuai dalam pasal 3 termasuk sebagai korupsi adalah
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada karena jabatan atau
kedudukan yang dimaksudkan untuk menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi,
dan perbautan tersebut merugikan keuangan negara atau negara. Definisi menurut hukum ini
lebih spesifik dibandingkan dengan definisi menurut etika, yaitu dengan memasukkan kriteria
memperkaya diri sendiri dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Kriteria ini dalam kasus-kasus tertentu banyak digunakan oleh koruptor untuk mengelak dari
kejahatan.
Dengan kriteria tersebut, seorang pegawai bisa mengatakan bahwa ia tidak melakukan
korupsi ketika menggunakan mobil dinas untuk perjalanan dalam rangka urusan
pribadi/keluarga, menggunakan telepon kantor untuk urusan keluarga, karena perbuatan-
perbuatan tersebut tidak memperkaya dirinya atau tidak mengganggu perekonomian negara.
Demikian pula, menggunakan waktu kerja untuk jalan-jalan di mall, datang terlambat di kantor,
dan sejenisnya bukan korupsi melainkan perbuatan yang wajar-wajar saja. Ditinjau dari prinsip
etika utilitarian, boleh jadi konsekuensi (kerugian) dari perbuatan-perbuatan tersebut tidak
signifikan dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang jika terus-menerus terjadi
(perbuatan yang menjadi kebiasaan) konsekuensi buruk tersebut akan sangat mempengaruhi
instansi yang bersangkutan. Sementara itu dari sudut pandang etika kewajiban, jelas bahwa
perbuatan-perbuatan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai (etika) yang seharusnya dipatuhi
dan dijunjung tinggi, seperti loyalitas, tanggung jawab, efisiensi, dan kejujuran. Dalam
perdebatan mengenai korupsi dan perumusan strategi pencegahan dan pemberantasannya,
diakui bahwa korupsi ini bukan penyakit musiman atau bersifat sementara, tetapi dampak
buruknya dapat dirasakan di mana-mana. Dengan makin intensif dan berkembangnya interaksi
sektor swasta dengan sektor publik, berbagai bentuk korupsi ditengarai tumbuh subur.
Korupsi sering disandingkan dengan kolusi dan nepotisme sehingga terkenal dengan
istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kolusi seperti halnya definisi yang digunakan
dalam UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang Bersih dan Bebas dari
31
Korupsi, Kolusi ,dan Nepotisme mengacu kepada permufakatan atau kerjasama (secara
melawan hukum) dengan sesama pegawai/pejabat publik atau dengan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara. Sementara itu nepotisme adalah setiap
perbuatan oleh pegawai/pejabat publik (secara melawan hukum) yang menguntungkan
kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam konteks birokrasi publik, kolusi dan nepotisme merupakan dua bentuk pelanggaran etika
pelayanan publik, dan sebenarnya keduanya dipandang sebagai bentuk-bentuk dari tindak
korupsi itu sendiri atau sebagai bagian dari tindak korupsi.
3. Benturan Kepentingan
yang sah sekalipun, jika kepentingan-kepentingan tersebut dapat secara layak dianggap akan
mempengaruhi secara negatif kinerja pejabat publik yang bersangkutan. Jadi kepentingan
pribadi apa pun, yang berpotensi untuk mempengaruhi secara negatif kinerja pejabat publik
yang bersangkutan adalah relevan untuk mendefinisikan benturan kepentingan ini.
Benturan kepentingan ini perlu mendapatkan perhatian, perlu dikelola dan
diselesaikan dengan tepat. Tanpa pengelolaan yang tepat benturan kepentingan ini berpotensi
untuk menggerogoti kelangsungan pemerintahan yang demokratis karena :
a. Melemahkan kepatuhan para pejabat publik teradap nilai-nilai legitimasi,
imparsialitas, dan keadilan dalam pengambilan keputusan publik.
b. Mendistorsi aturan hukum, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, mekanisme
pasar, dan alokasi sumberdaya publik.
Beberapa contoh benturan kepentingan adalah sebagai berikut. Misalnya Si A adalah
kader partai tertentu yang ditempatkan sebagai Menteri B. Sebagai kader partai maka dia harus
loyal kepada partai. Jika partai memerlukan dana, maka kader partai yang memiliki posisi basah
harus membantu. Salah satu jalan untuk membantu partai tanpa harus memberi uang cash
adalah dengan memberikan proyek-proyek di kementerian. Saat tender, maka Pak Menteri
harus dengan sekuat tenaga membantu memenangkan peserta tender yang berasal dari
partainya. Contoh lain, Pak Wayan adalah Dosen Penguji untuk mahasiswa bernama Ketut.
Orang tuanya Ketut adalah saudara misan Pak Wayan. Ketika ujian Pak Wayan terpaksa
memberi nilai A pada Ketut walau penguji lainnya memberi nilai C.
4.3 Rangkuman
1. Terdapat berbagai jenis isu-isu seputar etika profesi diantaranya seperti mal praktik
dalam birokrasi pelayanan publik.
2. Korupsi merupakan isu etika yang banyak disoroti di berbagai penjuru dunia.
3. Isu etika penting lainnya yang bersangkut paut dengan birokrasi dan pelaku pelayanan
publik adalah benturan kepentingan (conflict of interest).
4.4 Tugas
Berikan contoh-contoh nyata di lingkungan Anda perilaku korupsi yang kerap kali
dilakukan orang-orang!
33
4.7 Pendahuluan
Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang
terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan terkadang sangat jauh dari kenyataan.
Memungkinkan para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan mengabaikan
idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi bisa menjadi pajangan tulisan berbingkai. Kode
etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi keras
karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional.
Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen
dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga
menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti dengan
harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari yayasan yang tak mungkin
membayar properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam dokumen pengadilan apa
yang disebut dengan “skema Ponzi” setelah kasus peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan
diduga mengambil uang dari investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk
menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini akhirnya terurai,
mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan Andersen. Akhirnya,
yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan kebangkrutan pada tahun 1999.
Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan pemalsuan
dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dalam sebuah pernyataannya di tahun 2000,
Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela keakuratan dengan opininya
tentang audit. Namun setelah dua tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa Andersen
sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang
akhirnya perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan
pemegang saham pada tahun 2002.
b. Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat
kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari
investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh
Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melalui strategi penipuan akuntansi, seperti
pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan
dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang
tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”, di mana menggembungkan pesanan bulan
depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam
kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada
Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan
kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta.
Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan
dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan
kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.
35
c. Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan
mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan
diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun.
Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang menyarankan
bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”.
Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan
disajikan kepada Waste anagement. Namun pimpinan Waste Management menolak
mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu untuk
melakukan penipuan masa depan.
Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste Management dan
$7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan perjanjian untuk tidak melakukan laporan
palsu di masa mendatang atau izin usahanya akan dicabut - suatu persetujuan yang kemudian
memutuskan hubungannya dengan Enron.
d. Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu
klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen perusahaan
minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian
sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut. Departemen Kehakiman AS memulai
melakukan penyelidikan kriminal pada 2002 yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh.
Perusahaan audit akhirnya mengakui telah menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan
audit Enron yang menghambat putusan.
Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan
Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi.Banyak pihak yang
menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan.Dia menginstruksikan David
Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening Enron, untuk menghapus namanya
dari memo yang bisa memberatkannya.
Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat peradilan,
menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana.Perusahaan setuju untuk
menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan
bisnisnya.
36
e. Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul
ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar. Harga
sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum yang
mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom dan
berikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah
memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal
menemukan penyimpangan yang ada.
4.9 Rangkuman
4.10 Tugas
Berikan contoh-contoh nyata pelanggaran etika profesi yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari!
1. Apa sajakah contoh pelanggaran etika profesi dalam ruang lingkup profesi teknik
mesin?
1. Contoh pelanggaran etika profesi dalam ruang lingkup keteknik mesinan yaitu:
• Pada pelaksanaan produksi dalam plant suatu pabrikan kendaraan banyak yang
terjadi mengabaikan keselamatan para operator produksi dimana pihak dari pabrikan
manufactur atau otomotif lebih mementingkan kuantitas produk yang dihasilkan dari
pada keselamatan para karyawannya dalam kegiatan produksinya, hal ini karena
permintaan pasar akan kendaraan semakin bertambah, hal ini tidak menutup
kemungkinan barang yang dihasilkan tidak sesuai dengan rencana, dan sering sekali
terjadi kesalahan dalam komponen-komponen produknya, sebagai contoh komponen
suspensi, bahan bakar, kelistrikan yang dapat membahayakan konsumen pada
khususnya, hal ini kita harapkan bisa diperbaiki oleh semua pihak dan pemerintah
dalam hal ini dapat turun tangan dalam menyelesaikan masalah ini.
• Jatuhnya pesawat super jet 100 sukhoi rusia yang terjatuh di sekitar gunung salak
Jawa Barat dalam proses trial dan promosi sesi 2, hal ini kita tidak membahas
banyaknya korban yang jatuh dalam musibah ini melainkan sebab apa yang bisa hal
ini bisa terjatuh , mengingat pesawat ini bisa dikatan pesawat penumpang yang
cukup modern dan terbaru pada teknologinya , banyak polemik atau opini tentang
penyebab ini semua,salah satunya tentang sinyal telepon genggam atau handphone
yang aktif ketika posisi pesawat dalam penerbangan, ada juga yang beranggapan
human error yang terjadi, apapun yang terjadi hal ini bisa kita ambil kesimpulan
yaitu pelanggaran dalam etika profesi baik bidang enginering maupun bidang
pelaksanaan, karena bagian enginering kurang memberi hal-hal yang tidak boleh
dilakukan oleh para penumpang atau awak pesawat dalam penerbangan karena bisa
terjadi gangguan pada pesawat yang berakibatkan fatal, hal-hal kecil seperti ini harus
38
bisa lebih diperhatikan agar kejadian yang banyak merenggut korban ini tidak
terulang kembali.
39
BAB 5
TEORI DAN SEJARAH ETIKA
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian etika
2. Menjelaskan teori-teori etika (Teleologi, Deontologi, Etika
Keutamaan)
3. Menjelaskan konsep hak, kewajiban, keadilan dan kepedulian
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian etika
2. Menjelaskan teori-teori etika (Teleologi, Deontologi, Etika
Keutamaan)
3. Menjelaskan konsep hak, kewajiban, keadilan dan kepedulian
5.1 Pendahuluan
Etika timbul dari kebiasaan dan secara umum pegertian etika ada beragam antara lain
yaitu semangat khas kelompok tertentu, misalnya ethos kerja, kode etik kelompok profesi.
Selain itu, norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu mengenai
perbuatan yang baik dan benar juga merupakan pengertian dari etika. Studi tentang prinsip-prinsip
perilaku baik dan benar sebagai falsafat moral merupakan pengertian lain dari etika yang lebih
spesifik. Di sisi lain etika juga sebagai refleksi kritis dan rasional tentang norma-norma yang
terwujud dalam perilaku hidup manusia. Dan ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia merupakan pengertian etika
lebih dalam.
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethikos, yang berarti timbul dari kebiasaan. Etika
memiliki banyak makna antara lain :
1. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
2. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan, dan perilaku orang-orang dari
lingkungan budaya tertentu.
3. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika
berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspektasi) profesi dan
masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah
satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa
profesi secara wajar, jujur, adil, profesional, dan terhormat.
4. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan
tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan
staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir
41
5. Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk
diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan
buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif
(studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Meta-Etika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu
tindakan atau peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang
dibahas dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
Etika terapan memberi pemahaman tentang spektrum bidang terapan etika sekaligus
menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis. Berbagai bidang terapan
di antaranya adalah bidang kesehatan, tanggung-jawab sosial perusahaan atau yang
biasa dikenal dengan istilah Inggris Corporate Social Responsibility (CSR),
pengolahan tanah, dan masih banyak lainnya.
Istilah etika pertama kali dipakai oleh orang Yunani, yaitu dalam
pengajaran Socrates (470-399 SM).
Menurut Sokrates, objek utama dari aktivitas manusia adalah kebahagiaan, dan sarana
yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan. Karena semua orang selalu mencari
kebahagiaan, tidak ada orang yang sengaja korup. Segala kejahatan muncul dari kebodohan,
dan kebajikan adalah kehati-hatian. Oleh karena itu kebajikan bisa diberikan lewat instruksi.
Murid Socrates, Plato (427-347 SM) menyatakan bahwa summum bonum terdiri atas imitasi
sempurna dari Tuhan, baik yang mutlak, tiruan yang tidak dapat diwujudkan sepenuhnya
dalam hidup ini. Kebajikan memungkinkan manusia untuk memerintah sesuai keinginannya,
karena ia harus benar, sesuai dengan perintah akal budi, dan dengan bertindak demikian ia
menjadi seperti Tuhan. Tetapi Plato berbeda dari Socrates, ia tidak menganggap kebajikan
terdiri dari kebijaksanaan saja, tetapi juga keadilan, kesederhanaan, dan ketabahan. Kebajikan
merupakan harmoni yang tepat dari kegiatan manusia.
Paganisme kuno tidak pernah memiliki konsep yang jelas dan pasti tentang hubungan
antara Tuhan dan dunia, kesatuan umat manusia, nasib manusia, serta sifat dan makna dari
hukum moral. Kristen menjelaskan penuh pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang sejenis.
Seperti Santo Paulus mengajarkan (Roma, ii, 24 persegi), Tuhan telah menulis hukum
moral di hati semua orang, bahkan yang berada di luar pengaruh Wahyu Kristen; hukum ini
memanifestasikan dirinya dalam hati nurani setiap orang dan adalah norma yang menurut seluruh
umat manusia akan dinilai pada hari perhitungan.
Sebuah garis tajam pemisahan antara filsafat dan teologi, dan khususnya
antara etika dan teologi moral, pertama kali bertemu dengan dalam karya-karya
terpelajar besar Abad Pertengahan, khususnya Albert (1193-1280) Besar, Thomas
Aquinas (1225 -1274), Bonaventura (1221-1274), dan Duns Scotus (1274-1308).
5.3 Rangkuman
1. Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethikos, berarti timbul dari kebiasaan.
2. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif
(studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
3. Teori etika dimaksudkan untuk memperoleh kemudahan dalam mengupas persoalan etika
dan sebagai panduan untuk menentukan benar atau salahnya suatu tindakan, keputusan dan
kebijakan.
5.4 Tugas
Jelaskan pengertian etika menurut Anda dengan menggunakan kata-kata sendiri tetapi
berdasakan teori yang ada!
1. Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethikos, yang berarti timbul dari kebiasaan.
3. Sejarah etika:
5.7 Pendahuluan
Etika adalah salah satu cabang cabang psikologi dari filsafat yang mempelajari
mengenai pandangan dan juga permasalahan yang berkaitan dengan kesusilaan sehingga
banyak orang yang menggunakan istilah filsafat etika, filsafat susila atau filsafat moral
sehingga bisa dikatakan jika etika merupakan penyelidikan filosofis tentang kewajiban manusia
mengenai hal baik dan buruk. Etika sendiri tidak mengulas tentang manusia namun mengulas
tentang bagaimana seharusnya manusia bisa berlaku dengan benar. Etika juga merupakan
filsafat praktis manusia yang merupakan cabang dari aksiologi yakni ilmu mengenai nilai
pencarian salah atau benar yang dalam pengerian lain dinamakan dengan moral dan imoral.
kebijakan.
1. Teori Teleleologi.
Teori teleleologi disebut juga teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral
suatu tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan tersebut. Benar atau
salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan tersebut. Maka, yang
menyebabkan tindakan itu benar atau salah adalah bukan tindakan itu sendiri melainkan akibat
dari tindakan tersebut. Akibat dalam hal ini adalah konsekuensi baik. Oleh karena itu,
kebaikan merupakan konsep fundamental dalam teori teleleologi.
2. Teori Deontologi.
Menurut Teori Deontologi perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat
bagi kita sendiri atau orang lain tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu sendiri atau kaidah
yang diikuti untuk berbuat.
a. Deontologi Tindakan
Menurut teori ini, bila seseorang dihadapkan pada situasi di mana harus mengambil
keputusan, seseorang harus segera memahami apa yang harus dilakukan tanpa
mendasarkan pada peraturan atau pedoman.
b. Deontologi Kaidah
Suatu tindakan benar atau salah karena kesesuaian atau tidak sesuainya dengan suatu
prinsip moral yang benar.
c. Deontologi Monistik
Teori ini mendukung suatu kaidah umum seperti “the golden rule” sebagi prinsip
moral tertinggi yang menjadi dasar untuk menurunkan kaidah atau prinsipprinsip moral
lainnya.
d. Deontologi Pluralistik
Teori ini dikemukakan oleh William David Ross yang mengidentifikasi tujuh
kewajiban moral pada pandangan pertama (prime face). Teori deontologi sebenarnya
sudah ada sejak periode filsafat Yunani Kuno, tetapi baru mulai diberi perhatian
setelah diberi penjelasan dan pendasaran logis oleh filsuf Jerman yaitu Immanuel
Kant. Kata deon berasal dari Yunani yang artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan
bahwa teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan
46
5.9 Rangkuman
Teori etika yang merupakan disiplin ilmu dengan kajian kritis mengenai adat
kebiasaan, nilai dan juga perilaku norma manusia yang dianggap baik dan tidak baik masih
sering ditemukan banyak teori yang berusaha untuk memberi penjelasan mengenai sebuah
tindakan, macam macam sifat manusia dan juga objek perilaku yang sama namun dari sudut
pandang yang berbeda.
5.10 Tugas
Coba jelaskan secara singkat perbedaan teori teleleologi dan deontologi beserta
contohnya!
a. Teori Teleleologi.
b. Teori Deontologi
BAB 6
PELAYANAN PUBLIK
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan peranan dan kebijakan pelayanan publik
2. Menjelaskan etika pelayanan publik dan permasalahan pelayanan
publik di Indonesia
3. Memberi contoh-contoh pelayanan publik dalam kehidupan sehari-
hari
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan peranan dan kebijakan pelayanan publik
2. Menjelaskan etika pelayanan publik dan permasalahan pelayanan
publik di Indonesia
3. Memberi contoh-contoh pelayanan publik dalam kehidupan sehari-
hari
6.1 Pendahuluan
1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat adalah semua penyediaan
barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit
swasta, PTS, maupun perusahaan pengangkutan.
2. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi publik yang bersifat primer
adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara sehingga klien/pengguna mau tidak mau
harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara,
dan pelayanan perizinan.
1. Efektif
Lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran.
2. Sederhana
Prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, dan tidak
berbelit-belit.
3. Transparan
Adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur, persyaratan, dan pejabat yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan publik tersebut.
4. Efisien
5. Keterbukaan
6. Ketepatan waktu
a. Kelembagaan (organisasi)
50
Disadari sepenuhnya, kondisi birokrasi pemerintahan saat ini masih belum seperti yang
dicita-citakan, yang antara lain diindikasikan dengan :
a. Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) masih berlangsung hingga saat ini.
b. Tingkat kualitas pelayanan publik yang belum mampu memenuhi harapan publik.
Etika pelayanan publik merupakan bidang etika terapan atau etika praktis.
Dengan demikian, seperti halnya etika bisnis, etikan pelayanan publik tidak berkaitan
dengan perumusan standar-standar etika baru, tetapi berkaitan dengan penggunaan
atau penerapan standar-standar etika yang telah ada. Tegasnya, etika pelayanan
publik berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip atau standar-standar moral dalam
menjalankan tanggung jawab peran aparatur birokrasi pemerintahan dalam
menyelenggarakan pelayanan bagi kepentingan publik. Fokus utama dalam etika
pelayanan publik adalah apakah aparatur pelayanan publik, pegawai negeri, atau
birokrasi telah mengambil keputusan dan berperilaku yang dapat dibenarkan dari
51
sudut pandang etika. Karena etika bersangkut paut dengan bagaimana agar
manusia mencapai kehidupan yang baik, maka penerapan etika dalam konteks
pelayanan publik dimaksudkan agar pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur
birokrasi benar-benar memenuhi harapan masyarakat tersebut.
6.3 Rangkuman
6.4 Tugas
Etika berhubungan dengan bagaimana agar manusia mencapai kehidupan yang baik,
maka penerapan etika dalam konteks pelayanan publik dimaksudkan agar pelayanan kepada
masyarakat oleh aparatur birokrasi benar-benar memenuhi harapan masyarakat tersebut. Menurut
pandangan Anda bagaimanakah pelayanan publik dimasa saat ini?
6.7 Pendahuluan
Pelayanan itu sebenarnya adalah abdinya masyarakat dan abdinya neraga, dan pelayan
itu sendiri harus mempunyai etika, karena dengan adanya etika orang tersebut bisa mengetahui
mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan administrasi adalah konkret dan harus
mewujudkan apa yang diinginkan, berbicara etika dalam administrasi adalah bagaimana
mengaitkan keduanya, mengenai tentang gagasan-gagasan dasar etika mewujudkan yang baik
dan menghindari yang buruk, pelayanan publik itu mempunyai sebuah sasaran untuk
membentuk perilalu dan pola fikir dari seseorang aparatur negara yang memahami tugas dan
fungsi segai abdi dari masyarakat dan abdi negara sehingga mampu mencapai Good
Govemmennt (Pemerintahan Yang Baik) sebagai proses pencapai tujuan negara yaitu
bagaimana negara itu bisa maju dan sejahtera karena tugas utama dari pelayanan itu sendiri
adalah menjalankan tugas umum pemerintahan dan tugas umum pembagunan untuk kesejah
teraan masyarakat.
1. Reformasi Birokrasi
Apa yang terlintas dalam benak kita apabila mendengar kata birokrasi. Pastilah yang
terlintas adalah prosedur-prosedur yang berbelit, suap terhadap oknum aparat pemerintah,
53
pelayanan publik yang rumit dan membingungkan, pejabat pemerintah dengan kekayaan yang
tidak masuk akal dan pemikiranpemikiran negatif lainnya terhadap instansi dan pejabat
pemerintah. Hal itu memang tidak sepenuhnya salah dan memang terjadi di pemerintahan.
Pemerintah pun tidak tinggall diam, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik pemerintah
melakukan reformasi birokrasi terhadap instansi-instansi pemerintahan. Kementerian Keuangan
Replubik Indonesia yang pertama kali menjalankan reformasi birokrasi di Indonesia.
Birokrasi, merupakan pemikiran dari Max Weber (1864-1920) seorang ahli sosiolog
Jerman yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang ditetapkan dengan ketat untuk
mengatur peraturan dan wewenang dengan jelas. Menurutnya organisasi ideal pastilah sebuah
birokrasi yang aktivitas dan tujuannya dipikirkan secara rasional dan pembagian tugas dari
para karyawannya dinyatakan dengan jelas. Weber yakin bahwa kompetensi teknik harus
ditekankan dan evaluasi prestasi kerja didasarkan pada keunggulan, organisasi apapun yang
mempunyai orientasi pada sasaran yang terdiri dari beberapa ribu individu pasti memerlukan
pengendalian seluruh aktivitasnya. Secara pribadi, pegawai ,dan pejabat bebas, tetapi
dibatasi oleh jabatannya yang disusun berdasarkan hierarki, keatas, kebawah maupun
kesamping. Pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, memiliki jenjang karier yang
pasti, mendahulukan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi dan memperoleh
imbalan yang setara.
Cara-cara yang diperlukan untuk memberikan pelayanan publik yang profesional adalah
sebagai berikut.
Tuntutan masyarakat saat ini terhadap pelayanan publik yang berkualitas akan
semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat ditentukan oleh
kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas sehingga
mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat diajukan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik. Standar
pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk
menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar
perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara
pelayanan.
a. Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadi hal-hal
tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu
berhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya.Oleh karena itu
proses pelayanan dapat berjalan terus.
f. Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan
diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses pelayanan
55
tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat dalam
proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tangungjawab yang jelas.
6.9 Rangkuman
Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh
adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah) dengan ciri
sebagai berikut. 1 Efektif; 2. Sederhana; 3. Transparan; 4. Efisien; 5 Keterbukaan dan 6.
Ketepatan waktu.
6.10 Tugas
Jika dikemudian hari Anda menjadi pelayan publik, bagaimana cara Anda menjadi
pelayan publik yang baik? Jelaskan secara singkat dan padat pendapat Anda tersebut disertai
alasan-alasan logis!
56
1. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana ke luar dari dilema berikut ini. Anda
seorang kontraktor yang mengambil pekerjaan dari kantor-kantor pemerintah. Ketika
menjelang pengumuman pemenang tender dilakukan terjadi kasak-kusuk yang
mengharuskan Anda mengambil tindakan. Mau jujur dengan risiko kemungkinan
menang sangat tipis atau ikut dalam gelombang kasak-kusuk yang dapat menyebabkan
Anda masuk penjara. Di mana posisi Anda?
2. Diskusikan dengan teman-teman Anda. Bagaimana sikap Anda jika sebagai petugas
ULP (Unit Layanan Pengadaan) di suatu instansi Anda mengalami situasi seperti
berikut. Menjelang evaluasi pemenang tender, bos PT. A menelepon Anda bahwa
sejumlah uang telah dikirim ke rekening Anda. Sang Bos minta agar perusahaannya
dimenangkan. Bagaimana sikap Anda?
1. Posisi saya berada pada mau jujur dengan resiko kemungkinan menang sangat tipis
karena memegang teguh pada prinsip-prinsip kode etik profesi.
2. Sikap saya adalah jika Sang Bos berkompeten untuk menang maka akan dipilih dan
uang yang sudah dikirim akan dikembalikan lagi, jika sebenarnya Sang Bos kalah maka
uang yang dikirim juga akan dikembalikan.
57
BAB 7
IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan implementasi etika profesi pada ditjen pajak
2. Menjelaskan implementasi etika profesi pada ditjen Bea dan Cukai
3. Menjelaskan implementasi etika profesi pada Kementerian
Keuangan
4. Menjelaskan implementasi etika profesi pada Kolegium Ergonomi
5. Menjelaskan perbedaan di antara etika profesi yang ada
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan implementasi etika profesi pada ditjen pajak
2. Menjelaskan implementasi etika profesi pada ditjen Bea dan Cukai
3. Menjelaskan implementasi etika profesi pada Kementerian
Keuangan
4. Menjelaskan implementasi etika profesi pada Kolegium Ergonomi
5. Menjelaskan perbedaan di antara etika profesi yang ada
7.1 Pendahuluan
Kode Etik adalah standar integritas yang diharapkan dari seorang pegawai
dilingkungan Ditjen Pajak, Bea Cukai, dan Kementerian Keuangan yang juga merupakan
standar perilaku yang diharapkan dalam rangka pelaksanaan tugas sehari-hari. Setiap pegawai
yang berada di lingkungan tersebut wajib taat dan patuh pada setiap keputusan atau undang-
undang yang telah ditetapkan.
Kode Etik Pegawai DJP yang tertuang di dalam Keputusan Menkeu Nomor
222/KMK.03/2002 dan Nomor 382/KMK.03/2002 mengatur tentang kewajiban dan larangan
pegawai DJP dalam menjalankan tugas melayani masyarakat Wajib Pajak
a. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain dalam
menjalankan tugas.
b. Bersikap jujur dan lugas, bekerja secara efisien dan profesional, serta dapat dipercaya
dalam melaksanakan tugas.
d. Memberikan informasi yang jelas, lengkap, dan benar kepada Wajib Pajak mengenai
hak dan kewajibannya.
e. Berpenampilan dan berbusana sesuai dengan tuntutan tugas pada Direktorat Jenderal
Pajak.
f. Bersikap sopan dan terbuka dalam berhubungan dengan Wajib Pajak serta
59
g. Bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan atau partai politik serta tidak
diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak.
l. Mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap, jelas
dan menandatanganinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
m. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya dan tidak mempunyai tunggakan
pajak.
r. Mengamankan informasi dan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak dengan
cara : a. Mengamankan file atau berkas; b. Mengamankan password komputer dan tidak
membocorkan kepada pegawai dan pihak lain yang tidak berhak; c. Memusnahkan
dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan prosedur yang berlaku; d. Tidak
mengijinkan orang yang tidak berhak berada dalam ruangan kerja.
Larangan Pegawai :
b. Menggunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung dan fasilitas
kantor untuk kepentingan diri sendiri maupun pihak ketiga lainnya.
d. Menerima kunjungan Wajib Pajak dalam rangka urusan dinas di luar kantor.
g. Menggandakan sistem dan atau program aplikasi komputer milik Direktorat Jenderal
Pajak di luar kepentingan dinas.
h. Menyampaikan informasi perpajakan kepada Pihak Ketiga kecuali bagi pegawai yang
berwenang.
i. Membantu, melindungi, bekerja sama, menyuruh, atau memberi kesempatan pihak lain
untuk melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
j. Melakukan kesempatan dengan Wajib Pajak yang merugikan Negara dengan sengaja
dalam pelaksanaan tugas.
k. Mengkonsumsi minuman keras yang dapat merusak citra dan martabat pegawai.
1. Prinsip Dasar
Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
61
Semua pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukal (DJBC), yang selanjutnya
disebut pegawai, wajib : Mengangkat dan mentaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan
sumpah/ janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undengan yang berlaku.
a. Saling menghormati antara sesama warga negara yang berbeda agama / kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
c. Menghindari diri untuk melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau
martabat negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil.
d. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara.
j. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya.
q. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap sesama
pegawai negeri sipil dan atasan.
62
Semua pegawai harus tunduk dan patuh pada undang-undang dan ketentuan formal
yang berlaku. Hal ini berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, yang berkaitan
dengan peraturan perundang-undangan yang ditegakan oleh Bea dan Cukai, atau peraturan
perundang-undangan dimana Bea dan Cukai mempunyal kepentingan di dalamnya dapat
dianggap sebagai pelanggaran yang serius/parah yang dapat mencemarkan nama baik institusi
DJBC. Oleh sebab itu pegawai wajib :
b. Menghindari untuk melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak
yang dilayani dan / atau pihak lainnya.
c. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
masyarakat namun tegas, responsif, transparan dan profesional sesuai ketentuan yang
berlaku.
63
Setiap pegawai harus sadar sepenuhnya tentang perlunya membangun citra yang positif
tentang kinerja, perilaku dan integritas pegawai. Dalam melayani masyarakat seringkali tidak
terhindarkan adanya masukan dalam bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan yang
berasal dari masyarakat, rekan sekerja maupun pihak terkait lainnya terhadap kinerja dan
perilaku pegawai. Menghadapi hal demikian, pegawal wajib untuk bersikap :
a. Membuka diri, menunjukan sikap simpatik dan bersedia menampung berbagai bentuk kritik,
protes, keluhan dan keberatan tersebut.
b. Menyelidiki duduk masalah dan kemudian menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tersebut.
c. Menyelesaikan masalah secara cepat dan obyektif serta mengacu kepada ketentuan yang
berlaku.
d. Menyelenggarakan upaya pencegahan agar masalah yang serupa tidak terulang di kemudian
hari.
C. Kegiatan Politik
Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas
sebagaimana tersebut di atas, maka pegawai wajib :
a. Bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Menghindari untuk bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi pernerintah.
E. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan dapat timbul dari pegawai yang berurusan dengan, atau dari
pegawai yang keputusannya dibuat untuk, orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi.
Oleh sebab itu pegawai wajib :
a. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta
menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan
golongan, diri sendiri atau pihak lain.
b. Menghindari melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara.
c. Menghindari melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.
f. Menghindari melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat
Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.
b. Menghindari diri menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa ijin
pemerintah.
Barang dan jasa dinas adalah aset institusi untuk mendukung pelaksanaan tugas
penegakan hukum. Kecuali jika diberi wewenang secara khusus, penggunaan sumber daya atau
jasa dinas untuk kepentingan atau keuntungan pribadi sangat dilarang, Oleh sebab itu setiap
pegawai wajib :
7. Lingkungan Kerja
Suasana tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi dan gangguan akan
dapat meningkatkan gairah bekerja sehingga tujuan individu dan organisasi akan lebih cepat
tercapai. Oleh sebab itu pegawai wajib :
b. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya.
c. Menghindari diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan
maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam
maupun di luar lingkungan kerjanya;
Setiap pegawai harus menyadari dan mentaati dengan sungquh-sunqguh mengenai semua
ketentuan mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undangundang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Segala bentuk
tindakan korupsi sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut akan dikenakan
sanksi pidana dengan maksimal hukuman yang dapat berupa pidana mati. Bagi pegawai
yang menjadi penyelenggara negara yang meliputi jabatan-jabatan sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus menyadari dan mentaati dengan
sungguh-sungguh mengenai kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 undang-
undang tersebut, yaitu :
f. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan
perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni,
maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun
67
g. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta
dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang beriaku.
Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap ketentuan pasal tersebut di atas akan
dikenakan sanksi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20, 21 dan 22 Undang-undang Nomor
26 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme.
Pasal 1
(1) Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Inspektorat
Jenderal Kementerian Keuangan, termasuk pegawai/pejabat/pihak lain yang diperbantukan
pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
(2) Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, untuk selanjutnya
disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang terdiri dari kewajiban dan larangan
dalam melaksanakan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan serta
pergaulan hidup sehari-hari.
(3) Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang
selanjutnya disebut Majelis Kode Etik adalah pejabat di lingkungan Inspektorat
Jenderal Kementerian Keuangan yang ditunjuk oleh Inspektur Jenderal yang bertugas
memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik.
(4) Pejabat yang berwenang adalah Inspektur Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk.
(7) Sanksi moral adalah kewajiban menyampaikan permohonan maaf dan pernyataan
penyesalan secara lisan dan/atau tertulis.
68
Pasal 2
d. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; dan
Pasal 3
Setiap pegawai harus menjunjung tinggi nilai-nilai dasar pribadi sebagai berikut :
1. Integrity (Integritas) : mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan,
kesamaan, pemikiran, ucapan, dan perilaku serta disiplin dan taat pada peraturan
dalam bekerja/bertindak.
4. Ethics (Etika) : memiliki etika, moral dan sopan santun dalam menjalankan
segala aktivitas. Kemampuan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan,
kelakuan, sifat, dan perangai yang dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau
tidak layak, patut maupun tidak patut.
69
Pasal 4
f. Menjaga kerahasiaan data dan informasi, baik yang diperoleh dalam pelaksanaan
tugas maupun milik organisasi.
j. Mematuhi tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor, dan
memanfaatkan jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Meminta atau menerima pemberian dari siapapun dan dalam bentuk apapun
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kebijakan organisasi,
dan sumpah pegawai negeri sipil/jabatan.
c. Memanfaatkan data dan informasi dinas untuk kepentingan pribadi atau golongan.
70
e. Melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik/merusak citra dan martabat
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
i. Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan di luar kedinasan tanpa ijin dari
atasan.
Pasal 5
Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan pelanggaran kode etik.
Pasal 6
(1) Pegawai yang melakukan pelanggaran Kode Etik dikenakan sanksi, yaitu:
a. Sanksi moral; dan
(2) Pengenaan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan
secara tertutup atau terbuka.
Pasal 7
(1) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a ditetapkan dengan surat
keputusan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan keputusan Majelis Kode Etik dengan
memuat pelanggaran Kode Etik yang dilakukan.
71
(2) Pengenaan sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
disampaikan oleh Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh
pegawai yang bersangkutan dan Pejabat lain yang terkait.
(3) Pengenaan sanksi moral secara tertutup berlaku sejak tanggal penyampaian pengenaan
sanksi moral oleh Pejabat yang berwenang kepada pegawai yang bersangkutan.
(4) Pengenaan sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2),
disampaikan oleh Pejabat yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk melalui:
b. upacara bendera;
c. papan pengumuman;
(5) Pengenaan sanksi moral yang disampaikan secara terbuka melalui forum pertemuan resmi
pegawai, upacara bendera atau forum lain disampaikan sebanyak 1 (satu) kali, dan berlaku
sejak tanggal disampaikan oleh Pejabat yang berwenang kepada pegawai yang
bersangkutan.
(6) Pengenaan sanksi moral yang disampaikan secara terbuka melalui papan pengumuman atau
media massa harus sudah diumumkan/dimuat paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal
ditetapkannya surat keputusan pengenaan sanksi moral.
(7) Dalam hal pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak hadir tanpa alasan yang sah pada
waktu penyampaian keputusan sanksi moral, maka dianggap telah menerima keputusan
sanksi moral tersebut.
(8) Sanksi moral dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak keputusan sanksi moral
disampaikan.
(9) Dalam hal pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak melaksanakan sanksi moral dapat
dijatuhi hukuman disiplin ringan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.
72
Pasal 8
(1) Inspektur Jenderal menetapkan pembentukan Majelis Kode Etik untuk memeriksa
pegawai yang memangku jabatan struktural Eselon III, Eselon IV, pejabat fungsional
tertentu, dan pejabat fungsional umum di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan yang diduga melakukan pelanggaran kode etik.
(2) Inspektur Jenderal dapat mendelegasikan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) kepada serendah-rendahnya Pejabat Eselon II.
Pasal 9
(1) Majelis Kode Etik dibentuk paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya pengaduan
dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik.
(4) Jabatan Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan Pegawai yang
diduga melakukan pelanggaran Kode Etik.
Pasal 10
(1) Majelis Kode Etik melakukan pemanggilan secara tertulis kepada pegawai yang diduga
melakukan pelanggaran Kode Etik.
(2) Apabila Pegawai dimaksud tidak memenuhi panggilan, dilakukan pemanggilan kedua
dengan jangka waktu 5 (lima) hari kerja.
(3) Dalam hal Pegawai tidak bersedia memenuhi panggilan kedua dari Majelis Kode Etik
tanpa alasan yang sah, dianggap melanggar Kode Etik, sehingga Majelis Kode Etik
merekomendasikan agar Pegawai yang bersangkutan dikenakan sanksi moral dan
hukuman disiplin ringan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 karena
tidak memenuhi kewajiban kedinasan.
(4) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa dan memberi kesempatan
73
(7) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak tercapai,
keputusan diambil secara suara terbanyak.
(8) Dalam hal suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak tercapai, Ketua
Majelis Kode Etik wajib mengambil keputusan.
(9) Majelis Kode Etik harus sudah membuat keputusan paling lambat 30 hari kerja sejak
pembentukan Majelis Kode Etik.
Pasal 11
(1) Majelis Kode Etik wajib menyampaikan keputusan Majelis Kode Etik kepada Pejabat
yang berwenang memberikan sanksi moral dengan menggunakan formulir Laporan Hasil
Pemeriksaan Majelis Kode Etik sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan
Menteri Keuangan ini.
(2) Dalam hal keputusan Majelis Kode Etik menyangkut sanksi pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a dan huruf b
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, Majelis Kode Etik menyampaikan Laporan
Hasil Pemeriksaan kepada Atasan langsung Pegawai untuk diteruskan secara hirarki
kepada Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin guna pemeriksaan lebih
lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
(3) Dalam hal keputusan Majelis Kode Etik menyangkut sanksi pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980, Majelis Kode Etik menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan
kepada Atasan langsung Pegawai untuk diteruskan secara hirarki kepada Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan guna pemeriksaan lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Keputusan Majelis Kode Etik sudah harus disampaikan kepada Pejabat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja
sejak tanggal keputusan Majelis Kode Etik.
74
(5) Apabila berdasarkan pemeriksaan Majelis Kode Etik, Pegawai yang diduga melakukan
pelanggaran Kode Etik terbukti tidak bersalah, Majelis Kode Etik menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Atasan langsung Pegawai yang bersangkutan selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja sejak tanggal keputusan Majelis Kode Etik.
Pasal 12
a. Pengaduan tertulis.
b. Temuan Atasan.
(2) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik dapat
menyampaikan pengaduan kepada Inspektur/Kepala Bagian/Kepala Subbagian (pimpinan
unit kerja) pegawai yang diduga melakukan pelanggaran.
(3) Pengaduan secara tertulis disampaikan dengan menyebutkan dugaan pelanggaran yang
dilakukan, bukti-bukti dan identitas pelapor.
(4) Pengaduan tertulis yang disampaikan tanpa disertai identitas pelapor, tidak dipertimbangkan
untuk diteliti.
(5) Inspektur/Kepala Bagian yang menerima pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib meneliti pengaduan tersebut dan menjaga kerahasiaan identitas pelapor.
(6) Pimpinan unit kerja yang mengetahui adanya dugaan pelanggaran Kode Etik wajib
meneliti dugaan pelanggaran tersebut.
(7) Dalam melakukan penelitian atas dugaan pelanggaran Kode Etik, Atasan langsung
Pegawai secara hirarki wajib meneruskan kepada Pejabat yang berwenang membentuk
Majelis Kode Etik.
Pasal 13
Pimpinan unit kerja yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dianggap melakukan pelanggaran Kode Etik dan
dikenakan sanksi moral.
75
Pasal 14
(1) Inspektur Jenderal, terhadap pegawai yang memangku jabatan struktural Eselon II,
Eselon III, Eselon IV, Pejabat Fungsional Tertentu dan Pejabat Fungsional Umum di
lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
(3) Kepala Bagian, terhadap Pejabat Eselon IV dan Pejabat Fungsional Umum dalam
lingkungan masing-masing.
Pasal 15
Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral wajib memberikan sanksi
moral dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan
Menteri Keuangan ini, selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya keputusan
Majelis Kode Etik.
BAB IX LAIN-LAIN
Pasal 16
(1) Dalam hal terjadi dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Pejabat Eselon I atau Pejabat
Eselon II, pemeriksaan dilakukan oleh Majelis Kehormatan Kode Etik tingkat Kementerian
Keuangan.
BAB X PENUTUP
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
7.3 Rangkuman
Berdasarkan panduan etika profesi yang diberlakukan pada berbagai departemen dapat
ditarik suatu benang merah berupa kesimpulan bahwa etika profesi adalah sesuatu yang sangat
penting. Panduan tersebut menjadi semacam peraturan penting yang mengikat ke dalam.
7.4 Tugas
Jelaskan pendapat Anda mengapa etika profesi pada Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai dan
Kementerian Keuangan perlu ditetapkan?
1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain dalam
menjalankan tugas, bersikap jujur dan lugas, bekerja secara efisien dan profesional, serta
dapat dipercaya dalam melaksanakan tugas, memberikan pelayanan perpajakan kepada
77
3. Yang dimaksud kode etik pada Ditjen Bea dan Cukai adalah pedoman sikap, tingkah laku,
dan perbuatan pegawai di Ditjen Bea dan Cukai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
organisasi serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.
7.7 Pendahuluan
Telah kita ketahui bersama bahwa kode Etik merupakan standar integritas yang
diharapkan dari seorang pegawai di lingkungan kerja yang tidak hanya pada Ditjen Pajak, Bea
Cukai, dan Kementerian Keuangan melaikan juga pada Kolegeum Ergonomi yang nantinya
menjadi standar perilaku yang diharapkan dalam rangka pelaksanaan tugas sehari-hari. Setiap
pegawai yang berada di lingkungan tersebut wajib taat dan patuh pada setiap keputusan atau
undang-undang yang telah ditetapkan.
Pasal 1
d. Seorang ergonom tidak boleh, tanpa persetujuan eksplisit dari individu yang
bersangkutan, berkomunikasi atau menggunakan informasi pribadi yang
diperoleh selama penelitian yang dilakukan secara rahasia, untuk hal-hal lain di
luar kontrak atau perjanjian.
a. Data yang dikumpulkan selama tugas harus disimpan minimal satu tahun.
(3) Integritas
d. Memberi informasi kepada klien dengan cara yang tepat jika ada kesalahan atau
error yang telah dibuat.
e. Membuat rekomendasi dan saran dengan etikad baik dan melakukan upaya yang
wajar untuk memastikan bahwa rekomendasi tersebut layak dan dapat
dijalankan.
c. Seorang ergonom akan bertindak untuk kepentingan klien secara umum dalam
melaksanakan semua pekerjaan. Seorang ergonom harus menghindari siatuasi
di mana ada konflik kepentingan atau harus memberikan pengungkapan penuh
79
d. Seorang ergonom tidak akan bekerja pada proyek yang sama untuk dua atau
lebih klien yang memiliki kepentingan bersaing.
Pasal 2
b. Publisitas :
Pasal 3
(1) Seorang ergonom harus selalu mencari cara untuk meningkatkan kompetensinya.
(2) Seorang ergonom akan memberikan kontribusi bagi perkembangan profesi ergonomi
sebanyak mungkin, misalnya :
Pasal 4
(1) Sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibannya kepada orang lain, seorang ergonom
harus bertindak untuk kepentingan klien dan dalam batas-batas kontrak atau perjanjian.
(2) Seorang ergonom wajib menyediakan informasi yang jelas kepada klien.
Pasal 5
(1) Saat seorang ergonom berhadapan dengan perbuatan salah dalam lingkup koleganya,
dia harus mencoba mengatasi masalah tersebut langsung dengan pihak yang
berkepentingan. Jika masalah tidak dapat diselesaikan melalui diskusi, dia harus
menyerahkan masalah tersebut kepada pimpinan kolegium.\
(2) Apabila ada perbedaan pendapat, seorang ergonom harus menghindari perbuatan atau
perkataan yang dapat merusak reputasi kolegium.
7.9 Rangkuman
Peranan kolegium atau persatuan para sahabat sangat penting dirintis di antara para
alumni ahli madya teknik agar profesi ini memiliki posisi tawar yang lebih baik.
7.10 Tugas
1. Diskusikan dengan teman-teman anda. Bagaimana sikap anda jika sebagai pegawai
negeri anda menemui pelanggaran etika profesi yang dilakukan kawan sejawat atau
kolega?
2. Kalau ada seseorang yang mau mempelopori berdirinya asosiasi ahli madya teknik
seluruh indonesia, apakah anda mau menjadi anggota? Apa kira-kira yang dapat anda
sumbangkan untuk organisasi ini?
1. Segera akan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang karena
menyangkut kepentingan masyarakat luas.
2. Jelas saya mau menjadi anggotanya karena akan merasa bangga jika profesinya diakui
dan ada pedoman-pedoma yang bisa ditaati. Akan menyumbangkan ide-ide dan
pemikiran untuk menjadikan wadah ini menjadi lebih baik kedepannya.
82
BAB 8
ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK PROFESI
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan anggaran dasar persatuan insinyur Indonesia
2. Menjelaskan anggaran rumah tangga persatuan insinyur Indonesia
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan anggaran dasar persatuan insinyur Indonesia
2. Menjelaskan anggaran rumah tangga persatuan insinyur Indonesia
8.1 Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah dapat dikembangkan melalui upaya terus
menerus baik secara perorangan, kelompok, kerja sama antar kelompok, ataupun antar bangsa.
Sesungguhnya pembangunan nasional adalah upaya segenap bangsa Indonesia yang
dilaksanakan secara konsisten, berkesinambungan, dan berkelanjutan, serta terus menerus
meningkat. menuju tercapainya masyarakat adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Insinyur Indonesia sebagai insan dunia ikut bertanggung jawab untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui peningkatan kemampuan sumber
daya manusia agar tangguh, handal dan dapat dipercaya, juga turut mengambil peran strategis
yang menentukan arah pembangunan nasional melalui peningkatan kemampuan profesional
insinyur dalam memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi, aneka matra keterampilan,
kesantunan dan ketaatan etika serta etos kerja, dalam melaksanakan kewajiban pekerjaan
keinsinyuran untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Insinyur
Yang dimaksud dengan Insinyur adalah Sebutan/Gelar Profesi bagi seorang yang telah
memiliki gelar akademik sebagai sarjana teknik, sarjana pertanian dan atau sarjana teknik
terapan, lulusan Program Studi Teknik terkait yang telah terakreditasi oleh lembaga akreditasi
perguruan tinggi yang berwenang, dan telah terdaftar sebagai Anggota Persatuan Insinyur
Indonesia.
84
BAB III
AZAS, TUJUAN, FUNGSI DAN TUGAS POKOK
Pasal 5
Azas
Azas PII adalah profesionalisme dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan
berpegang pada iman dan takwa serta tidak bertentangan dengan ideologi dan dasar negara.
Pasal 6
Tujuan
Tujuan PII adalah:
1. Menjadi organisasi profesi keinsinyuran secara nasional yang memiliki kesetaraan dan
diakui internasional.
2. Memupuk profesionalisme korsa Insinyur Indonesia, meningkatkan jiwa serta
semangat persatuan nasional dalam mendarma baktikan kompetensinya kepada
kepentingan bangsa dan negara melalui peningkatan nilai tambah perwujudan cita - cita
bangsa.
3. Meningkatkan kepedulian dan tanggap profesional terhadap permasalahan, tantangan,
serta peluang pembangunan daerah/nasional melalui optimasi pemberdayaan
kompetensi professional secara integratif.
4. Mendorong profesionalisme dalam penguasaan, pengembangan, pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
umat manusia pada umumnya dan khususnya rakyat Indonesia.
Pasal 7
Fungsi dan Tugas Pokok
Fungsi PII adalah organisasi profesi yang merupakan wadah berhimpunnya para Insinyur
Indonesia, untuk secara bersama meningkatkan kemanfaatannya bagi bangsa dan negara, serta
penguasaan, pengembangan serta pemberdayaan iptek dan kompetensi, untuk nilai tambah
kesejahteraan umat manusia pada umumnya, khususnya rakyat Indonesia dengan tugas pokok
:
1. Meningkatkan peran dan tanggung jawab profesional profesi Insinyur Indonesia dalam
pembangunan daerah, nasional, regional dan internasional.
85
BAB IV
KODE ETIK
Pasal 8
Kode Etik
PII memiliki Kode Etik yang menjadi landasan dasar bagi sikap dan tata-laku setiap insinyur
Indonesia, sebagaimana terlampir.
BAB V
WARGA DAN KEANGGOTAAN
Pasal 9
Warga dan Keanggotaan
3. Anggota Mahasiswa
Pasal 10
Hak dan Kewajiban Warga
Pasal 11
Berakhirnya Keanggotaan
BAB VI ORGANISASI
Pasal 12
Bentuk
PII organisasi profesi yang berbentuk perkumpulan yang terbuka dengan jaringan pusat dan
cabang.
Pasal 13
Sifat PII adalah organisasi profesi bersifat nasional, independen, mandiri, non partai politik
dan nirlaba.
87
Pasal 18
Majelis Kehormatan Insinyur
Pasal 21
Pasal 26
1. Forum Anggota Muda (FAM) adalah forum yang dibentuk untuk mewadahi warga baru
PII (kategori Anggota Biasa), berusia maksimum 35 tahun untuk kepentingan
pembinaan dan kaderisasi anggota baru.
2. Pengesahan kepengurusan Forum Anggota Muda (FAM) dilakukan sebagai berikut :1.
FAM tingkat Pusat disahkan oleh Pengurus Pusat, 2. FAM tingkat Cabang disahkan
oleh Pengurus Cabang, 3. FAM di lingkungan BK/BKT disahkan oleh Pengurus
BK/BKT.
3. Forum Anggota Muda (FAM) memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan
kegiatan/aktivitas sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pengurus setempat.
4. Semua kegiatan Forum Anggota Muda harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan
ke Pengurus yang mengesahkannya.
BAB VII
Pasal 29
Pasal 30
Kongres
1. Kongres adalah lembaga musyawarah tertinggi organisasi PII yang dihadiri oleh :
1. Peserta Kongres, yang terdiri dari :
1. Pengurus Pusat,
2. Utusan Cabang,
90
2. Peninjau Kongres yang terdiri dari undangan Pengurus Pusat, Anggota Dewan Insinyur,
Anggota Majelis Insinyur, Anggota Pengurus Pusat, dan Anggota PII.
3. Kongres diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun oleh Pengurus Pusat.
4. Kongres memiliki kewenangan dan kewajiban: :
1. Menetapkan perubahan AD dan ART PII,
2. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat,
3. Menetapkan Garis-garis Besar Program Kerja PII,
4. Memberhentikan dan mengangkat Ketua Umum,
5. Memilih dan mengangkat seorang Wakil Ketua Umum , yang akan menjadi
Ketua Umum pada masa bakti 3 (tiga) tahun mendatang,
6. Mengangkat Anggota Majelis Kehormatan Insinyur,
7. Memilih dan mengangkat Anggota Dewan Insinyur,
8. Mengubah dan Menetapkan pedoman pokok dan kebijakan organisasi,
9. Menetapkan tempat penyelenggaraan kongres berikutnya.
5. Ketentuan mengenai hak suara dalam pemilihan adalah sebagai berikut :
1. Pengurus pusat sebagai peserta kongres memiliki 5 (lima) suara,
2. Setiap Cabang, masing-masing memiliki 1(satu) suara,
3. Setiap BK dan BKT masing-masing memiliki 1(satu) suara,
4. Peninjau Kongres tidak memiliki hak suara.
5. Setiap Peserta dan Peninjau dalam kongres mempunyai hak untuk menyampaikan
pendapat/usulan dan tanggapan.
6. Tata cara pelaksanan kongres diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 31
1. Kongres Luar Biasa hanya dapat diadakan atas penetapan Sidang Dewan Insinyur
berdasarkan permohonan tertulis dari :
1. Pengurus Pusat, atau
91
2. Pengurus Cabang atau Pengurus BK/BKT dan masing-masing didukung oleh sekurang-
kurangnya 1/2 dari jumlah Cabang atau BK / BKT.
2. Kongres Luar Biasa dianggap sah bilamana dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per
tiga) jumlah perwakilan yang sah dari Cabang dan BK / BKT.
3. Ketetapan-ketetapan lain yang berlaku untuk Kongres juga berlaku untuk Kongres
Luar Biasa.
Pasal 32
Pasal 33
3. Ketua-Ketua Bidang,
4. Dewan Pakar.
2. Rapat pengurus lengkap berwenang untuk :
1. Mengadakan evaluasi kegiatan-kegiatan dan menetapkan tindak lanjut program
organisasi,
2. Menetapkan kebijaksanan yang bersifat strategis untuk menjalankan fungsi dan peran
organisasi,
3. Membahas masalah-masalah aktual dalam pembangunan nasional yang berkaitan
dengan fungsi dan peran Insinyur,
4. Mengambil keputusan dalam rangka menangapi permasalahan yang berkaitan
dengan tanggung jawab profesi keinsinyuran baik yang berskala Nasional, regional
dan internasional,
5. Menetapkan bentuk-bentuk kerjasama dengan instansi/lembaga terkait dalam rangka
pelaksanaan program.
3. Rapat pengurus lengkap dipimpin oleh Ketua Umum dan atau wakil yang ditunjuk secara
tertulis oleh Ketua Umum didampingi oleh Sekretaris Jenderal.
4. Rapat pengurus Harian diadakan sekurang-kurangnya 1(Satu) bulan sekali dan dihadiri oleh:
1. Rapat pengurus lengkap/Rapat Pleno Pengurus diadakan sekurang-
kurangnya 2(bulan) sekali dan dihadiri oleh :
1. Ketua Umum,
2. Wakil Ketua Umum,
3. Sekretaris Jenderal,
4. Wakil sekertaris jenderal,
5. Bendahara Umum,
6. Wakil Bendahara Umum,
7. Ketua-Ketua Bidang.
2. Rapat pengurus Harian berwenang untuk :
1. Menetapkan kebijaksanaan, langkah – langkah /tindakan yang akan dijalankan serta
cara untuk mencapainya,
2. Mengadakan penilaian dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh masing-masing bidang/seksi,
3. Menyiapkan konsep-konsep yang diperlukan dalam mendukung percepatan
pencapaian visi & misi organisasi
93
3. Rapat pengurus lengkap dipimpin oleh Ketua Umum dan atau wakil yang ditunjuk
secara tertulis oleh Ketua Umum didampingi oleh Sekretaris Jenderal.
4. Rapat koodinasi.
5. Rapat Tim.
Pasal 34
Pasal 35
1. Rapat Anggota Cabang PII adalah lembaga musyawarah tertinggi organisasi PII di tingkat
Cabang yang dihadiri oleh:
1. Anggota Cabang
2. Undangan sebagai peninjau.
2. Rapat Anggota Cabang diselenggarakan paling sedikit sekali dalam 3 (tiga) tahun dan
diselenggarakan oleh Pengurus Cabang.
3. Rapat Anggota Cabang memiliki kewenangan dan kewajiban :
1. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang,
2. Menetapkan Garis-garis Besar Program Cabang,
3. Memberhentikan dan mengangkat Ketua Cabang.
4. Ketentuan mengenai hak suara adalah sebagai berikut:
4. Peserta Rapat Anggota Cabang masing-masing memiliki 1 (satu) suara.
5. Peninjau Rapat Anggota Cabang tidak memiliki hak suara.
8.3 Rangkuman
1. Insinyur adalah Sebutan atau gelar Profesi bagi seorang yang telah memiliki gelar
akademik sebagai sarjana teknik, sarjana pertanian dan atau sarjana teknik terapan,
lulusan Program Studi Teknik terkait yang telah terakreditasi oleh lembaga akreditasi
perguruan tinggi yang berwenang, dan telah terdaftar sebagai Anggota Persatuan
Insinyur Indonesia.
2. Fungsi organisasi profesi yaitu sebagai wadah berhimpunnya para Insinyur Indonesia,
untuk secara bersama meningkatkan kemanfaatannya bagi bangsa dan Negara.
8.4 Tugas
1. Insinyur adalah sebutan atau gelar profesi bagi seorang yang telah memiliki gelar
akademik sebagai sarjana teknik, sarjana pertanian dan atau sarjana teknik terapan
2. Fungsi organisasi profesi yaitu sebagai wadah berhimpunnya para Insinyur Indonesia,
untuk secara bersama meningkatkan kemanfaatannya bagi bangsa dan Negara.
3. Tugas pokok organisasi profesi meliputi:
a. Meningkatkan peran dan tanggung jawab profesional profesi Insinyur Indonesia
dalam pembangunan daerah, nasional, regional dan internasional.
b. Meningkatkan kompetensi professional Insinyur Indonesia berdaya saing
internasional yang mampu menjawab tantangan dalam kancah lokal, nasional,
regional dan internasional.
c. Menyelenggarakan kegiatan advokasi dan edukasi profesi keinsinyuran.
d. Membina dan mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong terciptanya iklim
untuk tumbuh dan berkembangnya profesi insinyur Indonesia.
e. Membangun wahana pengembangan dan Pembinaan Kompetensi Profesi
Keinsinyuran Indonesia yang diakui dunia internasional dengan menyelenggarakan
Program Pengembangan kompetensi Profesi Insinyur secara konsisten dan
berkelanjutan.
8.7 Pendahuluan
Insinyur Indonesia merasa perlu untuk menghimpun diri dalam suatu organisasi
profesi, agar dapat meningkatkan darma baktinya kepada bangsa dan negara secara terarah,
terpadu, dan berkesinambungan. Jadi, dapat diambil makna bahwa Insinyur adalah orang yang
melakukan rekayasa teknonologi dengan menggunakan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
nilai tambah atau daya guna atau pelestarian demi kesejaahteraan umat manusia. Maka yang
selalu menjadi tujuan seorang Insinyur bagi pembangunan bangsanya adalah meningkatkan
daya saing demi tercapainya kesejahteraan rakyat. Dengan latar belakang tersebut serta
didorong oleh keinginan luhur untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan aspirasi profesi yang
santun, beretika dan agar terjadi satu pemahaman serta pelaksanaan, maka didirikanlah
96
Persatuan Insinyur Indonesia, dengan disertai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tersebut akan ditampilkan
sebagian yang hanya membahas unsur berhubungan dengan etika bagi PII.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Umum
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pelengkap dari Anggaran Dasar PII dan karenanya
hal-hal yang sudah dijelaskan pada Anggaran Dasar, tidak diulang didalam Anggaran Rumah
Tangga, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar PII.
BAB II
KODE ETIK Pasal 2
Penyusunan dan Pengesahan
1. Kode Etik disahkan serta dinyatakan berlaku oleh Kongres/Kongres luar Biasa.
2. Penyempurnaan serta perubahan Kode Etik hanya dapat dilakukan oleh Kongres/Kongres
Luar Biasa dengan ketentuan bahwa Acara tersebut telah ditetapkan oleh Kongres dan atau
Rapat Kerja Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) dan atau permintaan 2/3 (dua pertiga)
jumlah peserta kongres dengan persetujuan dewan Insinyur.
BAB III
AZAS, TUJUAN, FUNGSI DAN TUGAS POKOK
Pasal 3
Pasal 4
10. Setiap warga berkewajiban untuk menjunjung tinggi etika profesi dan nilai-nilai moral
dalam menjalankan profesinya.
11. Setiap warga berkewajiban menjunjung tinggi dan mematuhi Norma, Standar,
Peraturan dan Manual kerja ke insinyuran.
Pasal 5
Persyaratan Keanggotaan
1. Untuk menjadi Anggota Biasa, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan menjadi anggota biasa PII dengan mengisi dan melengkapi
formulir aplikasi keanggotaan melalui biro keanggotaan
2. Menyerahkan fotocopy Ijazah dari Perguruan Tinggi Teknik dan Pertanian, yang sudah
dilegalisir oleh instansi yang berwenang.
3. Surat dukungan keanggotaan (referensi keanggotaan) bagi calon anggota dengan
pengalaman > 5 tahun dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota PII dengan
kualifikasi IPM.
4. Bagi calon anggota dengan pengalaman < 5 tahun, wajib mengikuti Program
Pembinaan Profesi Insinyur.
5. Membayar uang pangkal dan Iuran bulanan anggota PII pada Biro Keanggotaan
2. Untuk menjadi Anggota Luar Biasa, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Mengajukan permohonan menjadi anggota biasa PII dengan mengisi dan melengkapi
formulir aplikasi keanggotaan melalui biro keanggotaan.
2. Menyerahkan fotocopy Ijazah dari Perguruan Tinggi Teknik dan Pertanian, yang sudah
dilegalisir oleh instansi yang berwenang
3. Surat dukungan keanggotaan (Referensi keanggotaan) dari sekurang- kurangnya 5
(lima) orang anggota PII dengan kualifikasi IPM.
4. Lulus seleksi Penyetaraan yang dilaksanakan oleh BK/BKT yang sesuai dengan bidang
kejuruaannya.
5. Membayar uang pangkal dan Iuran bulanan anggota PII pada Biro Keanggotaan.
3. Untuk menjadi Anggota Mahasiswa, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Pemohon harus sudah menyelesaikan 120 SKS dari kurikulum pendidikan S1 yang
diikuti dari perguruan tinggi yang telah terakreditasi oleh lembaga yang berwewenang.
99
Pasal 6
Pasal 7
3. Sarjana Teknik atau Pertanian Warga Negara Asing yang sudah diterima oleh BK/BKT wajib
memenuhi persyaratan Biro Keanggotaan untuk selanjutnya dapat mengikuti program
sertifikasi PII.
4. Sarjana Teknik atau Pertanian Warga Negara Asing yang sudah diterima oleh BK/BKT wajib
memenuhi persyaratan Biro Keanggotaan untuk selanjutnya dapat mengikuti program
sertifikasi PII.
5. Kesetaraan Insinyur Profesional yang diakui oleh PII ditentukan oleh Majelis
Insinyur.
6. Anggota Mitra Profesi dapat mengikuti program Insinyur professional PII dengan
mengajukan permohonan pada BK/BKT yang diikutinya
7. Setiap Mitra Profesi berkewajiban membayar uang Pangkal dan Iuran bulanan pada
Biro Keanggotaan yang besarnya ditetapkan oleh pengurus pusat.
Pasal 8
Tata Cara Pendaftaran Anggota
1. Permohonan menjadi anggota diajukan dengan mengisi dan melengkapi Formulir
Permohonan Aplikasi keanggotaan yang disediakan oleh Pengurus PII setempat.
2. Formulir yang telah diisi berikut lampirannya sebagaimana disebutkan dalam syarat
keanggotaan diserahkan kepada Pengurus setempat untuk selanjutnya diteruskan ke
Biro Keanggotaan Pengurus Pusat PII, untuk diproses lebih lanjut.
3. Biro Keanggotaan melakukan klarifikasi data keanggotaan sesuai dengan persyaratan
keanggotaan.
4. Keputusan penerimaan dinyatakan dalam waktu tidak lebih dari 2 (dua) bulan dengan
pengiriman Kartu Tanda Anggota (KTA) kepada alamat bersangkutan.
5. Kartu anggota (KTA) berikut nomor anggota PII dikeluarkan oleh Biro Keanggotaan.
6. Biro Keanggotaan Berkewajiban untuk segera mungkin menyampaikan data anggota
baru ke Cabang dan BK/BKT yang bersangkutan.
Pasal 9
Keanggotaan pada Cabang dan BK / BKT
1. Data administrasi keanggotaan pada Cabang hanya ada 1(satu), yang didasarkan pada
daerah tempat tinggal (Domisili) anggota yang bersangkutan atau daerah kerja.
101
2. Data administrasi keanggotaan pada BK/BKT dapat lebih dari 1(Satu) yang didasarkan
pada bidang kesarjanaan yang dimiliki atau bidang keahlian yang ditekuni, dan dengan
tetap mentaati persyaratan keanggotaan lainnya.
3. Pengurus cabang dan BK/BKT akan mendapatkan data base keanggotaan secara
otomatis dari Biro Keanggotaan.
4. Pengurus Cabang dan BK/BKT berkewajiban untuk memberikan pelayanan
semaksimal mungkin kepada anggota, khususnya untuk peningkatan kompetensi
profesional dibidangnya.
Pasal 10
Berakhirnya Keanggotaan/Kewargaan
1. Hal-hal yang mengakibatkan gugurnya hak keanggotaan warga :
1. Melanggar kode etik organisasi.
2. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi serta bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik PII.
3. Kegagalan dalam menjalankan profesinya, yang ditetapkan berdasarkan sidang Majelis
Insinyur.
4. Melakukan tindakan pidana dan telah memiliki kepastian hukum yang tetap.
5. Tidak memenuhi kewajiban sebagai anggota/Warga PII.
2. Bilamana terjadi pembubaran suatu perusahaan atau Organisasi yang merupakan
Organisasi Mitra PII maka keanggotaanya sebagai warga PII dinyatakan berakhir.
3. Pemberhentian status keanggotaan dari warga PII, ditetapkan di Kongres PII
berdasarkan usulan dan pertimbangan dari Majelis Insinyur PII.
4. Seorang Anggota/Warga yang berniat akan mengakhiri Keanggotaannya/Kewargaannya dari
PII harus memberitahukan dengan mengajukan surat pengunduran diri kepada Pengurus
Pusat, sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya, kecuali Anggota Kehormatan.
Pasal 11
Tata Cara Pemberhentian Keanggotaan
1. Berakhirnya keanggotaan karena pelanggaran sebagaimana disebutkan pada pasal 10
diatas, diputuskan oleh Pengurus Pusat atas rekomendasi Majelis Insinyur.
2. Usulan pemberhentian anggota/warga diusulkan secara tertulis oleh Pengurus Pusat,
Pengurus Cabang atau Pengurus BK/BKT ke Majelis Insinyur, selanjutnya bersidang
102
3. Utusan BK/BKT dan Cabang didalam Dewan Insinyur adalah Ketua BK/BKT atau Wakil
Ketua BK/BKT atau Cabang atau anggota BK/BKT dan Cabang yang ditunjuk dengan
mandat tertulis dari pengurus BK/BKT dan Pengurus Cabang.
4. Utusan organisasi Mitra didalam Dewan Insinyur adalah anggota PII yang ditunjuk oleh
Organisasi Mitra yang bersangkutan untuk mewakilinya.
5. Anggota Perorangan, adalah Tokoh Masyarakat anggota PII yang diusulkan oleh pengurus
pusat dan ditetapkan oleh Kongres untuk mewakili suatu lingkungan/kelompok yang ikut
menentukan pemberdayaan teknologi, pengembangan profesi Insinyur didalam
masyarakat, serta telah memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap
perkembangan PII.
6. Masa berlaku keanggotaan Dewan Insinyur adalah sesuai dengan masa periode pengurus
pusat, dan waktu pertukaran keanggotaan karena habisnya masa berlaku agar diatur supaya
tidak terjadi secara bersamaan dengan pertukaran keanggotaan lainnya.
7. Pergantian Anggota Dewan Insinyur utusan Cabang/BK/BKT/Organisasi Mitra ditentukan
oleh Cabang/BK/BKT/Organisasi Mitra yang bersangkutan.
8. Pergantian Anggota Perseorangan ditentukan oleh Dewan Insinyur.
9. Semua pembiayaan yang berkaitan dengan kegiatan Dewan Insinyur menjadi beban
Pengurus Pusat.
10. Keanggotaan Dewan Insinyur berakhir karena :
1. Habis masa berlakunya
2. Cabang/BK/BKT/Organisasi Mitra dalam keadaan tidak aktif atau dibubarkan.
3. Dinyatakan oleh Dewan Insinyur bahwa yang bersangkutan tidak dapat
memenuhi tujuan dalam kedudukannya sebagai Anggota Dewan Insinyur.
4. Meninggal Dunia.
Pasal 13
Penyelenggaraan Sidang Dewan Insinyur
1. Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal penyelenggaraan sidang Anggota Dewan
Insinyur sudah diberi tahu mengenai rencana tanggal penyelenggaraan beserta
agendanya.
2. Undangan Sidang dikeluarkan setelah ada kepastian akan kehadiran Ketua Dewan
Insinyur, Utusan Pengurus Pusat dan harus sudah dikirimkan pada anggota Dewan
paling lambat 1 (satu) minggu sebelum sidang dilaksanakan.
3. Kourum dinyatakan tercapai bila lebih dari setengah dari Anggota Dewan Hadir,
dengan utusan Cabang dan/ atau BK/BKT mencapai lebih dari setengah yang hadir.
104
Pasal 14
Pengambilan Keputusan
1. Ketua Sidang Dewan Insinyur berwenang untuk memintakan keterangan dari setiap
anggota sidang guna memperjelas materi sidang bilamana diperlukan.
2. Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3. Apabila tidak dapat dicapai kata sepakat maka Ketua Sidang Dewan Insinyur dapat
menentukan pendapat Sidang melalui penentuan jumlah suara. Untuk hal tersebut
maka:
1. Utusan Cabang, BK dan BKT masing-masing mempunyai satu Suara.
2. Anggota Perorangan, Wakil Organisasi Mitra dan Utusan Pengurus Pusat tidak
mempunyai suara.
BAB V
MAJELIS KEHORMATAN INSINYUR
Pasal 15
Tugas & Wewenang
1. Majelis Insinyur bertugas untuk memberikan nasehat dan pertimbangan pada Pengurus
Pusat, baik diminta maupun tidak dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan etika
profesi serta tata laku anggota.
2. Majelis Insinyur mempunyai kewenangan menetapkan berbagai keputusan yang terkait
pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Keprofesian warga PII, sedangkan pelaksanaan
Keputusan tersebut dilakukan oleh Pengurus Pusat.
3. Majelis Insinyur mempunyai wewenang untuk mengusulkan pada Pengurus Pusat,
tindakan yang perlu diambil Pengurus Pusat dalam masalah pelaksanaan Etika Profesi
bagi anggota dalam menjalankan profesinya.
4. Majelis Insinyur mempunyai kewajiban dan wewenang melakukan tindakan yang
dianggap perlu dalam rangka memeriksa dan meneliti laporan pelanggaran Kode Etik
dan Tata Laku Keprofesian.
5. Majelis Insinyur menyusun Petunjuk Pelaksanaan tentang tugas dan tatacara
pelaksanaan Kode Etik dan Tata Laku Keprofesian, yang berlaku bagi warga PII.
6. Semua Pembiayaan untuk kegiatan Majelis Insinyur dibebankan kepada Pengurus
Pusat.
7. Majelis Insinyur mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya kepada Kongres
atau Kongres Luar Biasa pada akhir masa baktinya.
105
Pasal 16
Keanggotaan
1. Anggota Majelis Insinyur ditetapkan di kongres atas usulan BK/BKT. Masing-masing
BK/BKT mengusulkan 2 (dua) orang untuk diusulkan menjadi anggota.
2. Susunan Majelis Insinyur terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, sekurang-
kurangnya seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap
Anggota serta beberapa Anggota.
3. Pergantian Anggota Majelis Insinyur ditentukan oleh BK/BKT yang bersangkutan.
4. Keanggotaan Majelis Insinyur berakhir karena :
1. Habis masa berlakunya.
2. Dinyatakan oleh Majelis Insinyur bahwa yang bersangkutan tidak dapat memenuhi
tujuan dalam kedudukannya sebagai Anggota Majelis Insinyur.
3. Mengundurkan diri.
4. Meninggal dunia.
Pasal 17
Sidang Majelis Insinyur
1. Majelis Insinyur menyelenggarakan berdasarkan laporan/pengaduan yang diajukan
oleh pengurus pusat sehubungan dengan adanya pelanggaran kode etik dan tata laku
profesi.
2. Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal penyelenggaraan sidang, anggota Majelis
Insinyur sudah diberi tahu mengenai rencana tanggal penyelenggaraan beserta
agendanya.
3. Sidang Majelis Insinyur bersifat tertutup dan rahasia, kecuali bilamana ditentukan atau
diputuskan lain oleh sidang tersebut.
4. Majelis Insinyur mempunyai kewenangan sebagai lembaga banding untuk
menyelesaikan kasus :
1. Karena adanya pihak yang tidak dapat menerima keputusan yang terkait
pelanggaran Kode Etik dan Tata Laku Keprofesian.
2. Kegagalan dalam menjalankan tugas profesinya.
3. Keberatan anggota terhadap kualifikasi kompetensi profesional.
106
Pasal 24
Pengembangan Profesi
1. Program Pengembangan Profesi PII terdiri dari program utama :
1. Program Pembinaan Profesi Insinyur yaitu program pendidikan guna memberikan
pengetahuan yang diperlukan dalam menjalankan profesi keinsinyuran, yang umumnya
tidak diberikan pada jalur pendidikan formal yang telah dilalui.
2. Program Pengembangan Profesi Berkelanjutan; yaitu program pendidikan yang
bertujuan untuk mengembangkan Kemampuan Profesional para anggota PII dalam
mengikuti perkembangan teknologi dan pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.
3. Program Pendidikan Keinsinyuran lainnya yang dibentuk dari waktu-kewaktu
berdasarkan kebutuhan, berupa workshop, pelatihan, diskusi dan ceramah umum
mengenai pembinaan dan pengembangan kompetensi keinsinyuran.
2. Kurikulum, materi, metode dan tata cara penyelenggaraan dari program profesi disusun oleh
Komite atau tim yang dibentuk oleh pengurus pusat untuk maksud tersebut.
3. Program Pembinaan Profesi Insinyur wajib diikuti oleh setiap anggota PII dengan
pengalaman kerja profesional kurang dari 5 tahun, Program tersebut diberikan pada awal
keanggotaan dan menjadi syarat dari Keanggotaan PII.
4. Program Pembinaan Profesi Insinyur dilaksanakan oleh PII c/q Biro Keanggotaan ataupun
lembaga yang ditunjuk PII untuk melaksanankannya.
5. Program Pengembangan Profesi Berkelanjutan terdiri dari; Rangkaian kegiatan Pendidikan,
seminar atau bentuk lainnya yang sejenis, yang terus menerus berkembang dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
6. Program Pengembangan Profesi Berkelanjutan dapat dilaksanakan oleh pengurus pusat,
BK/BKT atau lembaga yang program Pendidikannya telah terakreditasi oleh PII.
7. Setiap anggota PII peserta Program Pengembangan Profesi Berkelanjutan, dapat
menggunakan nilai yang diperoleh dari Program ini sebagai nilai/kredit point untuk
evaluasi didalam program Insinyur Profesional PII.
8. Semua kegiatan program pembinaan profesi yang diselenggarakan harus dengan
sepengetahuan pengurus pusat.
9. Seluruh penerimaan keuangan dalam rangka penyelenggaraan prgram pembinaan profesi
harus dilaporkan ke Pengurus Pusat.
107
Pasal 25
Sertifikasi
1. Yang dapat melaksanakan Proses Sertifikasi adalah BK/BKT dan Organisasi Mitra
Asosiasi Profesi.
2. BK/BKT melaksanakan penilaian untuk sertifikasi Insinyur Profesional menurut bidang
disiplinnya.
3. Organisasi Mitra Asosiasi Profesi hanya melaksanakan penilaian sertifikasi Insinyur
Profesional sesuai dengan spesialisasi bidang profesi pada asosiasi Profesi tersebut.
4. BK/BKT dan Organisasi Mitra Asosiasi Profesi berkewajiban untuk membentuk
Majelis Penilai, yang akan melaksanakan sertifikasi keahlian Insinyur Profesional.
Pasal 26
Persyaratan Majelis Penilai
1. Anggota Majelis Penilai adalah Insinyur Profesional Madya anggota BK/BKT atau
Organisasi Mitra Asosiasi Profesi yang :
1. Sangat kompeten dalam bidangnya.
2. Bermartabat.
3. Mandiri.
4. Memiliki integritas yang tinggi untuk mengembangkan Program Sertifikasi Insinyur
Profesional.
5. Telah mengikuti penataran Majelis Penilai.
2. Anggota Majelis Penilai dari BK/Organisasi Mitra Asosiasi Profesi yang baru dibentuk
dapat dipilih dari anggota BK/Organisai Mitra Assosiasi Profesi yang bersangkutan yang :
1. Dapat memenuhi Kriteria pada pasal 1 (satu) diatas dengan baik dan tanpa diragukan.
2. Diakui oleh Majelis Penilai BK yang sudah pernah melakukan penilaian dan
mempunyai keterkaitan ilmu pengetahuan dengan BK/Organisasi Mitra Assosiasi
Profesi yang baru tersebut.
3. Majelis Penilai harus terdiri dari Anggota-anggota Majelis yang secara bersama- sama
mencakup kompetensi pada:
1. Bidang Pengetahuan dan spesialisasi yang dicakup oleh BK yang bersangkutan.
2. Bidang-bidang pekerjaan utama yang ada pada bidang yang dicakup oleh BK yang
bersangkutan.
108
3. Bidang Sertifikasi secara Umum dan sertifikasi Insinyur Profesional PII secara
Khusus.
4. Organisasi Majelis Penilai terdiri paling sedikit dari Ketua dan Sekretaris, yang
dipilih oleh majelis itu sendiri dan diajukan oleh BK kepada Pengurus Pusat untuk
pengesahannya.
5. Pada awal masa bakti, setiap Kepengurusan BK harus mengajukan susunan dan
Anggota Majelis Penilai yang baru.
Pasal 27
Insinyur Profesional
1. Insinyur Profesional adalah Anggota atau Mitra Profesi PII yang :
1. Mematuhi dan mengamalkan Kode Etik Insinyur Indonesia.
2. Memenuhi Baku kemampuan yang ditetapkan bagi keahlian profesionalnya masing-
masing.
3. Selalu memutakhirkan kompetensi dirinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Tingkat Insinyur Profesional yang disertifikasi oleh PII adalah :
1. Insinyur Profesional Pratama (IPP).
2. Insinyur Profesional Madya (IPM).
3. Insinyur Profesional Utama (IPU).
3. Insinyur Profesional Pratama (IPP) adalah anggota Biasa atau Mitra Profesi PII yang telah
memiliki pengalaman professional paling sedikit 3 (tiga) tahun dan dinilai mampu
melaksanakan pekerjaan profesi keinsinyuran secara mandiri dalam lingkup keahliannya.
4. Insinyur Profesional Madya (IPM) adalah Anggota Biasa atau Mitra Profesi PII yang telah
memiliki pengalaman professional paling sdikit telah 5 (lima) tahun menjadi IP dan dinilai
mampu melaksanakan pekerjaan profesi keinsinyuran secara mandiri dalam linkup
keahliannya.
5. Insinyur Profesional Utama (IPU) adalah Insinyur Profesional Madya atau Mitra Profesi PII
yang telah memiliki pengalaman professional paling sedikit telah 8 (delapan) tahun
menjadi IPM dan :
1. Secara berkesinambungan memegang tanggung jawab yang besar dalam perancangan
atau pelaksanaan proyek-proyek yang penting, dan
2. Memiliki kwalifikasi pendidikan yang tinggi dan telah memberikan sumbangan yang
besar pada ilmu pengetahuan atau teknologi, dan
109
Pasal 28
Tata Cara Sertifikasi
1. Yang berhak mengikuti program Sistem Sertifikasi Insinyur Profesional PII
adalah :
1. Anggota PII.
2. Mitra Profesi.
2. Anggota PII atau Mitra Profesi yang akan mengikuti program sertifikasi harus mengisi
Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) secara lengkap dan benar kemudian
diajukan ke BK atau Organisasi Mitra yang telah terakreditasi melalui Biro Sertifikasi PII.
3. Biro Sertifikasi akan mengecek kelengkapan data dan keabsahannya , untuk selanjutnya
disampaikan ke BK/BKT atau Organisasi Mitra. Dokumen yang tidak memenuhi syarat
segera dikembalikan ke yang bersangkutan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sejak
dokumen diterima di Biro Sertifikasi.
4. Mitra Profesi wajib menyerahkan fotocopy sertifikat profesi keinsinyuran dari Negara
asalnya beserta ijazah kesarjanaan bidang yang sesuai dengan sertifikatnya, dengan
menunjukan dokumen aslinya.
5. Dokumen Aplikasi Insinyur Profesional yang diterima oleh BK/BKT atau Organisasi Mitra
akan diproses dan disidangkan oleh Majelis Penilai .Bagi anggota yang memenuhi syarat
untuk memperoleh IPM atau IPU akan diundang oleh BK/BKT untuk mengikuti proses
wawancara langsung dengan Majelis Penilai. Penetapan waktu dan tempat wawancara
ditetapkan oleh Majelis Penilai.
6. Hasil proses sertifikasi yang dilakukan di BK/BKT akan dibuatkan berita acara yang akan
merupakan lampiran keputusan Majelis Penilai BK/BKT. Keputusan Majelis Penilai
BK/BKT berisi Penetapan kualifikasi sertifikasi insinyur profesional PII.
7. Surat Keputusan Majelis Penilai BK/BKT disampaikan ke Pengurus Pusat melalui Biro
sertifikasi untuk dibuatkan Sertifikat Insinyur Professional PII.
8. Sertifikat Insinyur Profesional PII ditanda tangani oleh Ketua Umum PII dan Ketua
BK/BKT.
9. Pencetakan dan penomoran sertifikat dilakukan oleh Biro sertifikasi.
10. Proses Sertifikasi Insinyur profesional bagi anggota memerlukan waktu selambat- lambat
30(Tiga puluh) hari sejak diterimanya dokumen FAIP di Biro sertifikasi.
110
11. Lembar Sertifikat Insinyur Profesional PII dicetak secara khusus untuk menghindari
terjadinya pemalsuan.
12. Berkas Asli Dokumen FAIP anggota disimpan di BK/BKT sedangkan program data base
sertifikasi anggota dan copy dokumen FAIP oleh Biro sertifikasi.
13. Penyerahan Sertifikasi Insinyur Profesional kepada yang bersangkutan dilakukan setelah
adanya pelunasan biaya sertifikasi.
14. Besarnya Biaya Sertifikasi ditetapkan oleh Pengurus Pusat atas Usulan Majelis Penilai
BK/BKT dan Biro Sertifikasi.
15. Surat Rekomendasi untuk registrasi sertifikasi ke instansi yang berwewenang dibuat oleh
Biro sertifikasi.
Pasal 29
Masa Berlaku Sertifikasi
1. Sertifikat Insinyur Profesional berlaku :
1. Selama lima tahun dari sejak tanggal dikeluarkannya atau,
2. Sampai pada pembatalan Sertifikat Insinyur Profesional tersebut karena Pelanggaran
Kode Etik PII yang dinyatakan oleh majelis Insinyur atau,
3. Pada saat berakhirnya masa berlaku keanggotaan/kewargaan yang berkaitan dengan
sertifikasi Insinyur Profesional.
2. Sertifikasi Insinyur Profesional dapat diperpanjang bila:
1. Telah dinyatakan oleh Majelis Penilai yang terkait bahwa syarat Pengembangan Profesi
Berkelanjutan yang disyaratkan PII untuk jangka waktu 5(lima) tahun terakhir telah
terpenuhi, dan
2. Menyelesaikan persyaratan Administrasi pendaftaran ulang sertifikasi pada Pengurus
BK atau Organisasi Mitra Asosiasi Profesi yang telah memenuhi syarat.
Pasal 35
Forum Anggota Muda (FAM)
1. Pembentukan Forum Anggota Muda (FAM) ditingkat pusat harus disahkan oleh
Pengurus Pusat.
2. Pembentukan Forum Anggota Muda (FAM) ditingkat BK/BKT harus disahkan oleh
Pengurus BK/BKT.
3. Pembentukan Forum Anggota Muda (FAM) ditingkat cabang harus disahkan oleh
Pengurus Cabang.
111
4. Temu Nasional adalah forum pertemuan nasional anggota FAM yang diselenggarakan
1 (satu) tahun sekali untuk membahas program kerja dan kepengurusan FAM.
5. Kepengurusan FAM dibentuk dan disusun berdasarkan keputusan yang ditetapkan
dalam Temu Nasional FAM.
6. Pembiayaan kegiatan FAM diupayakan secara mandiri dan bantuan dari pengurus PII
setempat.
Pasal 38
Pemimpin Sidang, Acara, dan Tata Tertib Sidang
1. Pemimpin Sidang Pleno I pada Kongres adalah Ketua Dewan Insinyur, didampingi oleh
Ketua Umum dan Ketua Panitia Pengarah kongres.
2. Acara dan tata tertib sidang harus disahkan oleh sidang Pleno I( Pertama) Kongres.
3. Pemimpin Sidang pada Kongres dipilih oleh sidang Pleno I (Pertama) yang dipimpin
Ketua Dewan Insinyur.
4. Pemimpin Sidang Kongres terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota, sekurang-
kurangnya seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap
Anggota, dan 2 (dua) orang Anggota lainnya.
5. Rancangan acara dan tata tertib dan materi Kongres sudah harus dikirim ke Pengurus
Cabang, BK/BKT dan warga PII lainnya selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari
sebelum penyelenggaraan Kongres.
8.9 Rangkuman
1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pelengkap dari Anggaran Dasar PII dan
karenanya hal-hal yang sudah dijelaskan pada Anggaran Dasar tidak diulang didalam
Anggaran Rumah Tangga, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran
Dasar PII.
2. Tingkat Insinyur Profesional yang disertifikasi oleh PII adalah :
1. Insinyur Profesional Pratama (IPP).
2. Insinyur Profesional Madya (IPM).
3. Insinyur Profesional Utama (IPU).
112
8.10 Tugas
setelah melalui penelitian yang dilakukan oleh Panitia yang khusus dibentuk
untuk maksud itu.
c. Masa berlaku keanggotaan Anggota Kehormatan adalah seumur hidup, mulai
sejak ditetapkan oleh kongres.
4. Isi pasal 8 PII yaitu mengeai tata cara pendaftaran anggota PII.
5. Hal-hal yang mengakibatkn gugurnya hak keanggotaan anggota yaitu:
a. Melanggar kode etik organisasi.
b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi serta bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik PII.
c. Kegagalan dalam menjalankan profesinya, yang ditetapkan berdasarkan sidang
Majelis Insinyur.
d. Melakukan tindakan pidana dan telah memiliki kepastian hukum yang tetap.
e. Tidak memenuhi kewajiban sebagai anggota/Warga PII.
114
BAB 9
STANDAR TEKNIK HASIL PRODUKSI
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan penggunaan standar teknik
2. Menjabarkan standar-standar teknik yang sering digunakan
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan penggunaan standar teknik
2. Menjabarkan standar-standar teknik yang sering digunakan
9.1 Pendahuluan
Standar teknik adalah serangkaian eksplisit persyaratan yang harus dipenuhi oleh
bahan, produk, atau layanan. Jika bahan, produk atau jasa gagal memenuhi satu atau lebih dari
spesifikasi yang berlaku, mungkin akan disebut sebagai berada di luar spesifikasi . Sebuah
standard teknik dapat dikembangkan secara pribadi, misalnya oleh suatu perusahaan, badan
pengawas, militer, dan lainnya, hal ini biasanya di bawah payung suatu sistem manajemen
mutu. Mereka juga dapat dikembangkan dengan standar organisasi yang sering memiliki lebih
beragam input dan biasanya mengembangkan sukarela standar: hal ini bisa menjadi wajib jika
diadopsi oleh suatu pemerintahan, kontrak bisnis, dan yang lain.
Dalam rekayasa, manufaktur, dan bisnis, sangat penting bagi pemasok, pembeli, dan
pengguna bahan, produk, atau layanan untuk memahami dan menyetujui semua persyaratan.
Standard teknik adalah jenis sebuah standar yang sering dirujuk oleh suatu kontrak atau
dokumen pengadaan. Hal ini menyediakan rincian yang diperlukan tentang persyaratan
khusus. Standard teknik dapat ditulis oleh instansi pemerintah, organisasi standar (ASTM,
ISO, CEN, dan lainnya), asosiasi perdagangan, perusahaan, dan lain-lain.
1. SNI
Salah satu contoh standart teknik adalah SNI (Standart Nasional Indonesia). SNI
adalah satu-satunya standart yang berlaku secara nasional di Indonesia, dimana semua
produk atau tata tertib pekerjaan harus memenuhi standart SNI ini.
2. ISSN
ISSN adalah nomor denan 8 digit, termasuk digit cek, dan diketahui oleh ISSN yang
diberikan kepada sumberdaya berlanjut oleh jaringan ISSN.
3. ASME (AmericanSociety of Mechanical Engineer)
regional seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan yang ditetapkan
oleh Uni Eropa (UE), yang telah memfasilitasi merger internasional melalui penurunan
tarif pada impor. Perusahaan yang terlibat dalam konsolidasi ini, digunakan untuk menjual
hanya satu pasar, sekarang menemukan diri mereka jual ke pasar global.
4. ANSI (American National Standards Institute)
Sebagai suara standar AS dan sistem penilaian kesesuaian, American National
Standards Institute (ANSI) memberdayakan anggotanya dan konstituen untuk memperkuat
posisi pasar AS dalam ekonomi global sambil membantu untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan konsumen dan perlindungan dari lingkungan.
5. ASTM (American Societyfor Testingand Materials)
ASTM International, sebelumnya dikenal sebagai American Society untuk Pengujian
dan Material (ASTM), adalah pemimpin global yang diakui dalam pengembangan dan
pengiriman standar internasional konsensus sukarela.
6. TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association)
The Tubular Exchanger Manufacturers Association, Inc (TEMA) adalah asosiasi
perdagangan dari produsen terkemuka shell dan penukar panas tabung, yang telah merintis
penelitian dan pengembangan penukar panas selama lebih dari enam puluh tahun.Standar
TEMA dan perangkat lunak telah mencapai penerimaan di seluruh dunia sebagai otoritas
pada desain shell dan tube penukar panas mekanik.TEMA adalah organisasi progresif
dengan mata ke masa depan. Anggota pasar sadar dan secara aktif terlibat, pertemuan
beberapa kali setahun untuk mendiskusikan tren terkini dalam desain dan manufaktur.
7. JIS (Japanese Industrial Standards)
Japanese Industrial Standar (JIS) menentukan standar yang digunakan untuk
kegiatan industri di Jepang. Proses standardisasi dikoordinasikan oleh Komite Standar
Industri Jepang dan dipublikasikan melalui Jepang Standards Association.
8. DIN (Deutsches Institut fur Normung)
DIN, Institut Jerman untuk Standardisasi, menawarkan stakeholder platform untuk
pengembangan standar sebagai layanan untuk industri, negara dan masyarakat secara
keseluruhan. Sebuah organisasi nirlaba terdaftar, DIN telah berbasis di Berlin sejak tahun
1917.DIN tugas utama adalah untuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan
untuk mengembangkan standar berbasis konsensus yang memenuhi persyaratan pasar.
117
9. BSI
BSI Standar adalah Inggris Badan Standar Nasional (NSB) dan merupakan pertama
di dunia. Ia mewakili kepentingan Inggris ekonomi dan sosial di semua organisasi
standar Eropa dan internasional dan melalui pengembangan solusi informasi bisnis untuk
organisasi Inggris dari semua ukuran dan sektor. BSI Standar bekerja dengan industri
manufaktur dan jasa, bisnis, pemerintah dan konsumen untuk memfasilitasi produksi
standar Inggris, Eropa dan internasional. Bagian dari BSI Group, BSI Standar memiliki
hubungan kerja yang erat dengan pemerintah Inggris, terutama melalui Departemen Inggris
untuk Bisnis, Inovasi dan Keterampilan (BIS). BSI Standar adalah nirlaba
mendistribusikan organisasi, yang berarti bahwa setiap keuntungan yang diinvestasikan
kembali ke dalam layanan yang disediakan.
9.3 Rangkuman
1. Standar teknik adalah serangkaian eksplisit persyaratan yang harus dipenuhi oleh
bahan, produk, atau layanan.
2. Standard teknik dapat ditulis oleh instansi pemerintah, organisasi standar (ASTM, ISO,
CEN, dan lainnya), asosiasi perdagangan, perusahaan, dan lain-lain.
9.4 Tugas
Menurut pandangan Anda jika suatu bahan, produk atau jasa gagal memenuhi satu atau
lebih dari spesifikasi yang berlaku maka produk tersebut akan bagaimana? Jelaskan dengan
kata-kata Anda sendiri!
1. Standar teknik adalah jenis sebuah standar yang sering dirujuk oleh suatu kontrak atau
dokumen pengadaan.
118
9.7 Pendahuluan
Dalam rekayasa, manufaktur, dan bisnis, sangat penting bagi pemasok, pembeli,
dan pengguna bahan, produk, atau layanan untuk memahami dan menyetujui semua
persyaratan. Standard teknik adalah jenis sebuah standar yang sering dirujuk oleh suatu
kontrak atau dokumen pengadaan. Ini menyediakan rincian yang diperlukan tentang
persyaratan khusus. Standard teknik dapat ditulis oleh instansi pemerintah, organisasi standar
(ASTM, ISO, CEN, dll), asosiasi perdagangan, perusahaan, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa standar-standar teknik yang digunakan secara luas dalam bidang
perteknikan :
Standar Kepanjangan Penjelasan
ASME American Society of Lembaga profesional yang memajukan sains,
Mechanical Engineers pelatihan perteknikan dan mengumpulkan segala
aspek sains diseluruh dunia baik pelatihan
engineer, penelitian dan penetapan standar teknik.
9.9 Rangkuman
1. Berikut ini beberapa standar-standar teknik yang digunakan secara luas dalam
bidang perteknikan, yaitu: ASME, ANSI, ASTM, ECMA, ITU-R, FCC, ISO, dan
IETF.
9.10 Tugas
Menurut pendapat Saudara, jika standar-standar teknik tidak ditetapkan, maka apa
yang akan terjadi?
BAB 10
STANDAR MANAJEMEN ISO
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan hubungan ISO 9001 dengan ISO 9004
2. Menjelaskan manajemen mutu
3. Menjelaskan sistem manajemen produksi
4. Menjabarkan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan hubungan ISO 9001 dengan ISO 9004
2. Menjelaskan manajemen mutu
3. Menjelaskan sistem manajemen produksi
4. Menjabarkan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
10.1 Pendahuluan
Adopsi sistem manajemen mutu hendaknya suatu keputusan strategis dalam suatu
organisasi. Desain dan implementasi sistem manajemen mutu organisasi juga dipengaruhi
oleh: lingkungan organisasi sendiri, perubahan dalam lingkungan tersebut, dan resiko yang
terkait dengan lingkungan tersebut; kebutuhan yang berbeda; sasaran khusus; produk yang
disediakan; proses yang dikerjakan; ukuran dan struktur organisasi.
Bukan merupakan maksud dari Standar Internasional ini mengisyaratkan
keseragaman dalam struktur sistem manajemen mutu atau keseragaman dokumentasi.
Persyaratan sistem manajemen mutu yang ditentukan dalam Standar ini melengkapi
persyaratan untuk produk. Informasi bertanda “CATATAN” adalah untuk memandu dalam
pemahaman dan penjelasan persyaratan yang bersangkutan. Standar Internasional ini dapat
digunakan oleh pihak internal dan eksternal termasuk lembaga sertifikasi untuk menilai
kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan, regulasi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk produk dan persyaratan organisasi sendiri. Dasar-
dasar manajemen mutu yang dinyatakan dalam SNI ISO 9001 dan SNI ISO 9004 telah
dipertimbangkan dalam pengembangan Standar ini.
Standar ini menyarankan adopsi pendekatan proses saat menyusun,
mengimplementasikan dan memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu, untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan pelanggan. Agar dapat
berfungsi secara efektif organisasi harus menetapkan dan mengelola sejumlah kegiatan yang
saling berhubungan. Kegiatan atau sejumlah kegiatan yang menggunakan sumberdaya dan
dikelola sedemikian rupa sehingga memudahkan transformasi masukan menjadi luaran yang
dapat dipertimbangkan sebagai suatu proses. Penerapan sistem proses dalam suatu organisasi
bersamaan dengan identifikasi dan interaksi proses tersebut dan manajemennya untuk
menghasilkan keluaran yang diinginkan dan dapat dipertimbangkan sebagai “pendekatan
proses”. Keunggulan pendekatan proses adalah kendali terus-menerus yang diberikannya
terhadap hubungan antara proses-proses secara individu yang ada dalam sistem proses,
maupun kombinasi dan interaksi diantara proses-proses tersebut.
123
10.3 Rangkuman
10.4 Tugas
1. Hubungan ISO 9001 dengan ISO 9004 adalah SNI ISO 9001 menentukan persyaratan
sistem manajemen mutu yang dapat dipakai untuk aplikasi internal oleh organisasi,
atau untuk sertifikasi, atau untuk tujuan kontrak. Sedangkan ISO 9004 memberikan
panduan untuk manajemen dalam mencapai kesuksesan yang berkelanjutan bagi
127
organisasi untuk setiap organisasi dalam lingkungan yang kompleks, penuh tantangan
dan selalu berubah.
2. Kewajiban organisasi 9004 adalah:
• Menentukan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan aplikasinya
di seluruh organisasi,
• Menetapkan urutan dan interaksi proses-proses tersebut,
• Menetapkan kriteria dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa baik
operasi maupun kendali proses-proses tersebut efektif,
• Memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk
mendukung operasi dan pemantauan proses-proses tersebut,
10.7 Pendahuluan
Manajemen Produksi yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan atau koordinasi kegiatan orang lain. Kegiatan tersebut berguna
untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya.
A. Pengertian
Produksi
128
B. Proses Produksi
Proses Produksi adalah cara atau metode untuk menciptakan atau menambah guna
suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber yang ada.
Macam – Macam Wujud Proses Produksi:
a. Proses kimia: proses produksi yang menggunakan sifat kimia.
b. Proses perubahan bentuk: proses produksi dengan merubah bentuk.
c. Proses asembling: proses produksi menggabungkan komponen-komponen mejadi
produk akhir.
d. Proses transportasi: proses produksi menciptakan perpindahan barang.
e. Proses penciptaan jasa-jasa administrasi: proses produksi berupa penyiapan data
informasi yang diperlukan.
G. Lokasi dan Layout Pabrik Lokasi merupakan letak dimana produksi itu berada. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pabrik adalah sebagai berikut:
1. Dekat dengan pasar
2. Dekat dengan bahan baku
3. Ongkos transportasi
4. Penyediaan tenaga kerja
5. Penyediaa sumber tenaga
6. Lingkungan sekitar
7. Iklim Lokasi dan lay out pabrik perlu diperhatikan karena pada lokasi
tersebut, perusahaan dan pabrik akan melakukan kegiatan operasionalnya.
Dalam penentuan lokasi perusahaan, dapat juga berdasarkan pada faktor lain,
seperti faktor ekonomi yang bertujuan untuk efisiensi produk, jarak angkut yang minimum,
fleksibelitas ruangan dan lay out, kemungkinan perluasan di waktu yang akan datang,
pemaksimuman ruang dan layout, serta keamanan penyimpanan barang jadi, setengah jadi,
dan mentah.
131
a. Prinsip Dasar
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan
b. Elemen
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
2. Pendokumentasian strategi
3. Peninjauan ulang desain dan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
133
2. Tinjauan awal K3
a. identifikasi kondisi dan sumber bahaya
b. pengetahuan dan peraturan perundangan K3
c. membandingkan penerapan
d. meninjau sebab akibat
e. efisiensi dan efektifitas system
b. Perencanaan
1. Manajemen Resiko
2. Peraturan perundangan
3. Tujuan dan sasaran :
a. dapat diukur
b. indikator pengukuran
c. sasaran pencapaian
d. jangka waktu pencapaian
4. Indikator Kinerja
5. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung
134
D. Penerapan
1. Jaminan kemampuan
a. SDM, sarana dan dana b. integrasi
c. tanggung jawab dan tanggung gugat
d. konsultansi, motivasi dan kesadaran
e. pelatihan dan kompetensi kerja
2. Kegiatan pendukung
a. komunikasi
b. pelaporan
c. pendokumentasian
d. pengendalian dokumen
e. pencatatan dan manajemen informasi
Permasalahan lingkungan semakin populer pada dekade terakhir ini. Hal tersebut
diawali dengan makin kompleksnya pembangunan industri dan sektor lainnya sehingga
menimbulkan dampak yang lebih luas dan bervariasi. Disisi lain kesadaran masyarakat
semakin tinggi akan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan yang diimbangi dengan
pengenalan berbagai perangkat pengendalian lingkungan dan peraturan mengenai lingkungan
oleh pemerintah. Dengan dialaminya krisis lingkungan dan energi, serta didorong oleh
meningkatnya tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban yang lebih besar.
Kebutuhan dunia akan ketertiban dan keakuratan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang
135
14000 pertama kali dicetuskan sebagai hasil dari putaran Uruguay (negosiasi GATT) dan
konferensi tingkat tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Pada saat itu GATT
menetapkan pada masalah pengurangan “non-tarrif barriers to trade”, KTT Bumi
menghasilkan komitmen untuk perlindungan lingkungan di seluruh dunia. Untuk
mencegah TBT (Technical Barriers to Trade) karena hal tersebut ditakuti dapat
menimbulkan proteksionisme dan diskriminasi dagang, maka WTO (World Trade
Organization) menetapkan bahwa aspek lingkungan boleh dimasukkan ke dalam
persyaratan dagang asalkan memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Harus transparan dan berdasarkan data ilmiah
2. Non diskriminasi
3. Mengikuti standar internasional
Bagian ketiga inilah yang turut mendorong berkembangnya standar internasional
tentang lingkungan yang menuju kepada terciptanya ISO 14000. Termasuk didalamnya
standar pengaturan lingkungan seperti ekolabel (Environmental Labelling) yang dikenal
sejak 1992/1993, bahkan di Jerman sudah ada sejak 1977. Ekolabel adalah sertifikasi atas
produk yang dibuat secara akrab lingkungan, yaitu tidak mencemarkan dan tidak merusak
lingkungan, juga harus secara berkelanjutan. Dari suatu survey yang dilakukan BAPEDAL,
ternyata bahwa pada tahun 1994, 74 % ekspor Indonesia ditujukan kepada 14 negara yang
sudah mempunyai program ekolabel. Bahkan untuk produk hutan dan kehutanan ada
komitmen Indonesia pada ITTO bahwa sebelum tahun 2000 Indonesia sudah harus
mempunyai sistem ekolabel; kalau tidak maka hasil kehutanan Indonesia tidak akan laku
di pasar anggota ITTO terutama di Eropa.
Dari uraian tersebut di atas nyata bahwa perdagangan dunia sekarang dipengaruhi
oleh unsur-unsur standarisasi lingkungan. Setelah ISO seri 9000 diterima secara luas dan
meningkatnya perkembangan standar bidang lingkungan di seluruh dunia, ISO 14000
diidentifikasikan perlu dibuat dan diterapkan untuk :
1. Mendorong penggunaan pendekatan yang umum digunakan dalam manajemen
untuk diterapkan dalam manajemen lingkungan
2. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk dapat mencapai kinerja lingkungan
yang lebih baik
3. Memfasilitasi perdagangan dan menghilangkan hambatan dalam perdagangan.
137
Untuk mencapai tujuan tersebut dibentuk SAGE (Startegic Advisory Group on the
Environment). Kemudian TC 207 (Komisi Teknis) pada tahun 1993 dibentuk oleh
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO). Komisi ini terdiri dari berbagai negara
dan bertugas merumuskan konsep standar internasional di bidang lingkungan. Adapun
pembagian tugasnya adalah sbb. :
a. Sub komisi yang menangani Environmental Management System (Sistem
pengelolaan Lingkungan dan sumberdaya alam),
b. Sub komisi yang menangani Environmental Auditing (Audit Lingkungan),
c. Sub komisi yang menangani Environmental Labelling (Label Lingkungan),
d. Sub komisi yang menangani Environmental Performance Evaluating (Evaluasi
Kinerja Lingkungan),
e. Sub komisi yang menangani Life Cycle Analysis (Analisis Daur Hidup),
f. Sub komisi yang menangani Environemental aspect in Product Standard (Aspek
Lingkungan dalam Bakumutu Produk),
g. Sub komisi yang bertugas menyusun Term and Definitions (Istilah dan Definisi) ISO
seri 14000 terdiri dari beberapa seri yaitu: ISO seri 14000-14009 tentang
Environmental Manajemen Sistem (EMS) atau Sistem Manajemen Lingkungan. Dari
138
seluruh seri ISO 14000, ISO 14001 tentang sistem manajemen lingkungan adalah seri
yang paling banyak dikenal karena sertifikasi ISO 14000 sebenarnya adalah sertifikasi
untuk ISO 14001 ini. Ada 3 komponen besar dalam ISO 14001 yaitu program
lingkungan tertulis; pendidikan dan pelatihan; dan pengetahuan mengenai peraturan
perundang-undangan lokal dan nasional.
h. ISO seri 14010-14019 tentang Environmental Auditing (Audit Lingkungan). ISO seri
ini merupakan suatu alat (tools) dalam penerapan sistem manajemen lingkungan, jadi
tidak memerlukan sertifikasi. Audit lingkungan mirip dengan medical check up yaitu
evaluasi secara rutin mengenai kondisi suatu perusahaan. Audit lingkungan dapat
dilakukan oleh intern perusahaan (internal audit) maupun oleh pihak luar (eksternal
audit). Untuk audit sistem manajemen lingkungan seorang auditor harus memenuhi
kriteria auditor seperti yang ditetapkan dalam ISO 14012.
i. ISO seri 14020-14029 tentang Environmental Labelling (Ekolabel). ISO seri ini juga
dimaksudkan untuk sertifikasi, tetapi yang disertifikasi adalah produknya sedangkan
EMS yang disertifikasi adalah sistemya. Jadi suatu perusahaan yang sudah mendapat
sertifikat ISO 14001, bila diperlukan maka dapat juga mengusulkan untuk memperoleh
ekolabeling. Yang mana yang akan didahulukan untuk perolehannya tergantung dari
permintaan pasar.
j. ISO seri 14030-14039 tentang Environmental Performance Evaluation (EPE) atau
Evaluasi Kinerja Lingkungan. Environmental Performance Evaluation diukur dengan
mengkuantifikasi dampak kegiatan terhadap lingkungan. Hal-hal tersebut dapat
diidentifikasi secara dini dengan menginventarisasi dampak seperti emisi udara,
effluen limbah cair, dan sebagainya. Penetapan baseline dari hasil inventarisasi,
perusahaan kemudian mengidentifikasi indikator adanya peningkatan kinerja.
k. ISO seri 154040-14049 tentang Life Cycle Assessment (LCA) atau Analisis Daur
Hidup Produk. LCA juga merupakan suatu alat, jadi standar ini tidak dimaksudkan
untuk sertifikasi. Setiap produk mempunyai siklus hidup yaitu : lahir (fabrikasi), hidup
(dioperasikan) dan mati (dibuang).
l. ISO 14050 tentang Term and Definition. Dalam dokumen ini terdapat definisi-definisi
yang digunakan dalam ISO seri 14000. Standar ISO seri 14000 yang telah ditetapkan
menjadi standar internasional adalah ISO 14001, 14004, 14010, 14011, 14012 dan
ISO 14040. Indonesia pada saat ini telah mengadopsi Standar ISO 14001, 14002,
14010, 14011 dan 14012 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengertian
tentang masing-masing standar dan istilah yang di dalam ISO 14000 akan sangat
139
membantu pemahaman tentang konsep ISO seri 14000. Adapun beberapa pengertian
dasar adalah sebagai berikut:
1. Environmental Management System: Bagian dari keseluruhan system manajemen
yang termasuk didalamnya struktur organisasi, aktifitas perencanaan, tanggung
jawab, praktek, prosedur-prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijaksanaan lingkungan.
2. Continual Improvement: Proses peningkatan atau perbaikan sistem pengelolaan
lingkungan untuk mencapai / memperbaiki kinerja lingkungan secara keseluruhan
dan sejalan dengan kebijaksanaan lingkungan dari suatu organisasi.
3. Environment : Lingkungan sekitar operasi suatu perusahaan, termasuk udara, air,
tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan hubungannya satu dengan
lainnya.
4. Environmental Aspect : Elemen dari suatu kegiatan organisasi, produk atau jasa
yang dapat berinteraksi dengan lingkungan.
5. Environmental Impact : Perubahan terhadap lingkungan, menguntungkan atau
merugikan, secara keseluruhan ataupun sebagian yang dihasilkan dari kegiatan suatu
organisasi, produk dan jasa.
6. EMS Audit : Proses verifikasi yang sistimatis dan terdokumentasi yang secara
obyektif menentukan dan mengevaluasi bukti audit untuk menentukan apakah suatu
sistem pengelolaan lingkungan suatu organisasi telah sesuai dengan kriteria EMS
audit dan mengkomunikasikan hasil dari proses ini kepada klien.
7. Organisasi :Perusahaan, korporasi, firma, usaha, atau institusi atau secara bagian
ataupun kombinasi, swasta ataupun milik publik, yang memiliki fungsi dan
administrasi
8. Kriteria audit EMS : Kebijaksanaan, hal praktis, prosedur-prosedur atau persyaratan
seperti yang tercantum dalam ISO 14000 dan jika tersedia, berbagai tambahan
persyaratan EMS yang dibandingkan dengan hasil pengumpulan bukti audit oleh
auditor tentang sistem pengelolaan lingkungan (EMS) suatu organisasi.
9. Environmental label/declaration : Klaim yang mengindikasikan atribut lingkungan
dari suatu produk atau jasa yang dapat berupa pernyataan, symbols, atau grafik
pada produk atau label paket, literatur produk, buletin teknis, iklan, publikasi, dsb.
140
Penerapan ISO 14000 adalah pendekatan sistem, jadi dengan menerapkan standard
tersebut berarti kita memperbaiki sistem. Secara umum kalau suatu perusahaan mempunyai
sistem manajemen lingkungan yang baik, maka otomatis kinerja perusahaannya juga akan
bertambah baik. Untuk menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan sebetulnya kita tidak
perlu memulainya dari awal, tetapi dapat dimulai dengan memperbaiki dan
mengintegrasikan program-program lingkungan yang sudah ada. Organisai atau
perusahaan yang akan menerapkan sistem manajemen lingkungan perlu mempersiapkan
hal-hal sebagai berikut :
141
1. Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan. ISO 14001 tidak mengatur standar mengenai cara
melakukan idenfikasi dan penilaian aspek dan dampak lingkungan, untuk melakukan
penilaian aspek dan dampak lingkungan ini diserahkan kepada pemrakarsanya sendiri.
2. Kebijakan Lingkungan. Kebijakan lingkungan suatu perusahaan dibuat berdasarkan
aspek lingkungan yang didentifikasi.
3. Tujuan dan Sasaran Lingkungan. Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14000 harus
menentukan tujuan dan sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat
juga harus sesuai dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran
lingkungan. Suatu perusahaan harus menetukan batasan waktunya.
4. Program-program lingkungan. Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya
dibuat secara realistis dan logis dan sebaiknya membuat program yang mungkin untuk
dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang membuat program
lingkungan melebihi kemampuannya, maka akan merugikan perusahaan itu sendiri,
karena program-program ini akan dichek secara berkala dalam suatu audit.
5. Audit dan evaluasi program. Program-program lingkungan yang sudah dibuat tersebut
di atas akan di cek secara berkala malalui program audit lingkungan. Dalam audit
lingkungan semua program yang sudah dituliskan dicek dan dilihat di lapangan apakah
program yang dibuat dilaksanakan atau tidak. Program-program yang belum
dilaksanakan akan dipertanyakan alasan-alasannya mengapa program yang telah dibuat
tidakdapat dilaksanakan. Disamping itu dalam audit lingkungan akan diketahui
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan kegiatan.
6. Perbaikan manajemen secara berkesinambungan. Tindakan perbaikan secara
berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, apabila dalam suatu
audit diketahui adanya penyimpangan. Karena penyimpangan yang terjadi dapat
membahayakan bagi perusahaan itu sendiri. Jadi tindakan perbaikan yang secara
berkesinambungan ini adalah merupakan jiwa dari ISO 14000 itu yaitu dalam ISO
14001 ada suatu pernyataan “continual improvement”.
ISO 14000 bukanlah dominasi dari perusahaan-perusahaan besar saja, standar ISO
14000 bersifat sangat fleksibel, dapat diterapkan di berbagai junis dan skala kegiatan.
Sebagian besar masyarakat industri masih menganggap bahwa mengelola lingkungan
hanyalah pemborosan dan penambahan modal saja. Hal ini mungkin yang bersangkutan
142
belum memahami sepenuhnya sistem ISO tersebut. Mungkin dalam hal ini yang
bersangkutan hanya mendapatkan informasi bahwa untuk sertifikasi ISO memerlukan
biaya yang besar, karena harus membayar konsultan dan lembaga sertifikasinya. Padahal
penerapan sistem dapat dimulai dan dilakukan oleh sumberdaya yang ada dengan
memberikan pelatihan-pelatihan. Seperti telah disinggung di atas bahwa penerapan sistem
bukanlah semata-mata untuk mendapatkan sertifikat, tujuan utamanya adalah untuk dapat
memperbaiki system dan mendapatkan keuntungan baik secara finansial maupun bagi
lingkungan itu sendiri.
Setiap organisasi, tanpa batasan bidang kegiatan, jenis kegiatan, dan status
organisasi, dapat mengimplementasikan Sistem Manajemen Lingkungan tersebut untuk
mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik secara sistematis. Implementasi tersebut bersifat
sukarela dan berperan sebagai alat manajemen untuk mengelola organisasi masing- masing.
144
Sambutan ISO seri 14000 di Indonesia sangat baik, tak kurang dari 85 industri yang
telah sukarela menerapkan SML (ISO 14000) dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dari
85 industri tersebut, tercatat sudah 26 industri yang telah memperoleh sertifikat ISO 14000.
Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem, jadi dengan menerapkan standard tersebut
berarti kita memperbaiki sistem. Sertifikasi atas ISO 14000 mempunyai arti bahwa sistem
manajemen lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah
memenuhi persayaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14000. Terdapat
tiga jenis sertifikasi, yaitu :
1. Sertifikasi jenis I atau sertifikasi pihak ketiga
2. Sertifikasi jenis II atau pernyataan diri
3. Sertifikasi jenis III atau sertifikasi pihak kedua
Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO 14000 adalah:
1. Perlindungan Lingkungan. SML 14000 memungkinkan manusia dan lingkungan
hidup tetap eksis dengan kondisi yang baik
2. Manajemen Lingkungan yang lebih baik. Standar SML 14000 memberikan
perusahaan kerangka menuju manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan
diandalkan.
3. Mempertinggi daya saing. Mempertinggi peluang untuk berusaha dan bersaing
dalam pasar bebas dalam era globalisasi.
4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SML ISO 14000
menjamin perusahaan yang memilikinya memenuhi perundang-undangan yang
berlaku karena ada dokumen yang tertulis.
5. Penerapan sistem menajemen yang efektif. Standar ISO 14000 menanggung
berbagai teknik manajemen yang baik, yang meliputi manajemen personel, akuntasi,
pengendalian pemasok, pengendalian dokumen, dan lain- lain yang diperlukan
6. Pengurangan Biaya. Selain mempermudah jalan untuk memenuhi persyaratan
konsumen tanpa harus repot memenuhinya kembali, juga dapat mengurangi
pemakaian bahan kimia maupun limbah dan B3 yang harus diproses kembali.
Seperti juga pada prinsip penerapan sistem mutu ISO 9000. yaitu lakukanlah secara
benar dan baik pada kesempatan pertama.
146
7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik. Sebagian terbesar prosedur yang ada pada
ISO 14000 mensyaratkan tindakan yang proaktif. Setiap tindakan proaktif terhadap
lingkungan ini akan meningkatkan citra perusahaan dalam hal lingkungan terhadap
masyarakat.
8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik. Terkait dengan hubungan
mayarakat yang lebih baik adalah kepercayaan dan kepuasan langganan. Bila
perusahaan telah memperoleh sertifikat ISO 14000, pelanggan akan lebih merasa
aman karena adanya perlindungan lingkungan.
Kendala yang ada dalam penerapan ISO 14000 adalah sebagai berikut:
1. Program sebaik apapun tidak akan berhasil secara baik apabila karyawan tidak
mengetahui SML yang diterapkan oleh perusahaan. Sehingga diperlukan
pendidikan dan latihan bagi mereka.
2. SML juga merupakan komitmen pentaatan perusahaan terhadap perundangan yang
berlaku, sehingga mutlak diperlukan pengetahuan mengenai perundangundangan
bagi perusahaan yang menerapkan ISO 14000.
3. Khusus di Indonesia permasalah yang menjadi kendala dalam penerapan SML
adalah:
a. Kurangnya informasi mengenai standar ISO 14000
b. Kurangnya SDM yang memahami dan dapat menerapkan standar ISO 14000
c. Kurangnya sumberdaya keuangan untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan
menerapkan SML dan anggapan mengelola lingkungan hanya pemborosan
serta pengeluaran ekstra.
10. 9 Rangkuman
10.10 Tugas
Coba Anda bayangkan jika dalam suatu perusahaan tidak ada penerapan K3, jelaskan
secara singkat dan jelas jika hal tersebut terjadi!
1. Manajemen produksi adalah manajemen Produksi yaitu kegiatan atau usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau koordinasi kegiatan
orang lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi pabrik adalah:
1. Dekat dengan pasar
2. Dekat dengan bahan baku
3. Ongkos transportasi
4. Penyediaan tenaga kerja
148
BAB 11
HAK CIPTA
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan istilah-istilah dalam hak cipta
2. Menjabarkan undang-undang hak cipta
3. Menjelaskan prosedur pendaftaran hak cipta
4. Menjelaskan sanksi hukum hak cipta
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan istilah-istilah dalam hak cipta
2. Menjabarkan undang-undang hak cipta
3. Menjelaskan prosedur pendaftaran hak cipta
4. Menjelaskan sanksi hukum hak cipta
11.1 Pendahuluan
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Berdasarkan rumusan pasal 1 UHC Indonesia). Hal ini menunjukkan bahwa hak
cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang
disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh menggunakan hak cipta dan ia
dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang menggangu atau yang
menggunakannya tidak dengan cara yangdiperkenankan oleh aturan hukum.
3. Ciptaan
Hasil setiap karya Pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
1982. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai upaya pemerintah untuk rombak sistem hukum
yang ditinggalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada suatu sistem hukum yang dijiwai
falsafah Negara Indonesia, yaitu Pancasila. Pekerjaan membuat satu perangkat materi hukum
yang sesuai dengan hukum yang dicitacitakan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Undang-
Undang hak cipta 1982 yang diperbaharui dengan UU No. 7 Tahun 1987 dan diperbaharui lagi
dengan UU No. 12 Tahun 1997, terakhir dengan UU No. 19 Tahun 2002. Batasan tentang apa
saja yang dilindungi sebagai hak cipta, dijelaskan pada rumusan pasal 12 Undang-Undang Hak
Cipta (UHC) Indonesia yaitu sebagai berikut.
Ayat 1
Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:
a) Buku, program komputer, pamflet, susuan perwajahan (lay out), karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain.
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
d) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
e) Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim.
f) Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.
g) Arsitektur.
h) Peta.
i) Seni batik.
j) Fotografi.
k) Sinematografi.
l) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lainnya dari hasil
pengalihwujudan.
Ayat 2
Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai ciptaan tersendiri,
dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli.
152
Ayat 3
Dalam lindungan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) termasuk juga
semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk
kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa yang dilindungi oleh UHC adalah yang
termasuk dalam karya ilmu pengetahuan, kesenian, kesustraan. Sedangkan yang termasuk
dalam cakupan hak kekayaan perindustrian tidak termasuk dalam rumusan pasal tersebut,
meskipun yang disebutkan terakhir ini juga merupakan kekayaan immateril. Satu hal yang
dicermati adalah yang dilindungi dalam hak cipta ini yaitu haknya, bukan benda yang
merupakan perwujudan dari hak tersebut.
11.3 Rangkuman
Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa selain pencipta maka
orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptanya. Hak itu muncul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Hak cipta tidak dapat dilakukan dengan cara
penyerahan nyata karena ia mempunyai sifat manunggal dengan penciptanya dan bersifat
tidak berwujud videnya penjelasan pasal 4 ayat 1 UHC Indonesia.
11.4 Tugas
Coba jelaskan pandangan Saudara jika dalam suatu produk apalagi produk yang
berharga tidak terdapat hak ciptanya!
1. Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Melindungi tentang ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
153
11.7 Pendahuluan
Permohonan pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU 19/2002 pasal 37 ayat 2).
Penjelasan prosedur dan formulir pendaftaran hak cipta dapat diperoleh di kantor maupun
[http://www.dgip.go.id/article/archive/9/ situs web] Ditjen HKI. “Daftar Umum Ciptaan”
yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen HKI dan dapat dilihat oleh
setiap orang tanpa dikenai biaya.
Permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada Menteri Kehakiman melalui
Derektorat Jendral HAKI dengan surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa Indonesia di atas
kertas polio berganda. dalam surat permohonan itu tertera:
a) Nama, kewarganegaraan, dan alamat pencipta.
b) Nama, kewarganegaraan, dan alamat pemegang hak cipta. c) Nama, kewarganegaraan,
dan alamat kuasa.
d) Jenis dan judul ciptaan.
e) Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali.
f) Uraian ciptaan rangkap tiga.
Apabila surat permohonan pendaftaran ciptaan telah memenuhi syarat-syarat
tersebut, ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya didaftarkan oleh Direktorat Hak
154
Cipta, Paten, dan Merek dalam daftar umum ciptaan dengan menerbitkan surat
pendaftaraan ciptaa dalam rangkap 2. Kedua lembaran tersebut ditandatangi oleh Direktur
Jendral HAKI atau pejabat yang ditunjuk, sebagai bukti pendaftaran, sedangkan lembar
kedua surat pendaftaran ciptaan tersebut beserta surat permohonan pendaftaran ciptaan
dikirim kepada pemohon dan lembar pertama disimpan di Kantor Direktorat Jendral HAKI.
Jangka waktu perlindungan ciptaan dan jenis atau kreasi yang dihasilkan dapat
diatur sebagai berikut:
a) Ciptaan buku, ceramah, alat peraga, lagu, drama, tari, seni rupa, arsitektur, peta, seni
batik terjemahan, tafsir, saduran, berlaku selama hidup Pencipta ditambah 50 tahun setelah
Pencipta meninggal dunia.
b) Ciptaan program komputer, sinematografi, fotografi, database, karya hasil
pengalihwujudan berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
c) Ciptaan atas karya susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan, berlaku selama
25 tahun sejak pertama kali diterbitkan.
d) Ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 tahun sejak
pertama kali diumumkan.
e) Ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh Negara berdasarkan : Ketentuan Pasal
10 Ayat (2) huruf b, berlaku tanpa batas.
Sebagai uraian yang berkaitan dicontohkan kembali dalam beberapa pasal dan
ayat dari undang –undang hak cipta, diantaranya:
c. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer
yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Pasal 30:
Segala peraturan mengenai hak cipta tentunya telah termuat secara lengkap dalam
undang-undang tersebut, salah satu buku yang khusus memuat tentang hukum hak cipta
diperlihatkan dibawah ini.
Dalam kasus pelanggaran terhadap hak cipta, akan diberikan contoh kasus
pelanggaran hak cipta diantaranya yang terjadi di Jakarta, cuplikan kasusnya sebagai
berikut:- Perseteruan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dengan restoran cepat saji
157
A&W menyeret nama penyanyi kondang Glenn Fredly. Glenn yang lagunya ikut diputar
oleh restoran A&W tanpa izin akan menjadi saksi kasus tersebut. "Nama Glenn sudah ada
di dalam BAP, dia akan jadi saksi di pengadilan nanti," jelas Mahendradatta selaku kuasa
hukum YKCI di Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, kawasan Kebayoran Baru, Kamis
(9/11/2006).
Selaku pemegang kuasa yang sah dari 2500 pencipta lagu, YKCI pada Senin
(20/3/2006) melaporkan A&W Family Restaurant ke Polres Metro Jakarta Selatan. Oleh
YKCI, restoran cepat saji tersebut dianggap telah memutar lagu-lagu penyanyi Indonesia
maupun mancanegera tanpa seizin si pencipta lagu. Selain Glenn, mereka yang juga ikut
dirugikan A&W diantaranya Radja, Tito Sumarsono dan Andre Hehanusa. YKCI menduga
pelanggaran yang dilakukan A&W tersebut telah berlangsung selama delapan tahun yaitu
sejak 1998-2006. A&W dianggap melanggar pasal 72 Undang-undang No. 19 tahun 2002
tentang Hak Cipta. Jika diketahui bersalah, Direktur A&W Zaina Siman yang menjadi
tersangka kasus ini, diancam 7 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar.
Pada Kamis (9/11/2006) ini kasus perseteruan A&W dengan YKCI sudah sampai
pada tahap penyerahan bukti ke Kejaksaan Negeri Jakara Selatan. Sejumlah pengurus
YKCI dan kuasa hukum yayasan tersebut ikut datang untuk membuktikan kalau kasus
pelanggaran hak cipta ini memang serius ditangani mereka.
Menurut Mahendradatta, bukti yang diserahkan adalah seperangkat komputer dan
daftar lagu-lagu yang diputar tanpa izin Sebenarnya sebelum akhirnya melaporkan A&W
ke Polres Jakarta Selatan, YKCI sudah telebih dahulu menyarankan pada A&W untuk
mentaati UU No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Sayangnya saran YKCI tersebut
dianggap angin lalu oleh restoran franchise asal Amerika Serikat itu. "Tadinya tidak
menentang. Tapi kemudian mereka diberi informasi oleh sekelompok produser kalau
pencipta lagu itu sudah tidak punya hak apa-apa. Padahal itu salah," jelas Mahendradatta.
Restoran A&W dilanjutkan Mahendradatta hanyalah salah satu contoh dari banyaknya
pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia. Sebenarnya masih ada sejumlah restoran
lain dan hotel yang melakukan kesalahan sama seperti A&W.
11.9 Rangkuman
Ciptaan yang dilindungi hak cipta di Indonesia dapat mencakup misalnya buku,
program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan,ceramah,
kuliah, pidato, alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
158
pengetahuan, lagu atau musik dengan atau tanpa teks, drama,drama musikal, tari,
koreografi, pewayangan, pantomim, seni rupa dalam segala bentuk (seperti seni lukis,
gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan),
arsitektur, peta, seni batik (dan karya tradisional lainnya seperti seni songket dan seni ikat),
fotografi, sinematografi, dan tidak termasuk desain industri (yang dilindungi sebagai
kekayaan intelektual tersendiri). Ciptaan hasil pengalihwujudan seperti terjemahan, tafsir,
saduran, bunga rampai (misalnya buku yang berisi kumpulan karya tulis, himpunan lagu
yang direkam dalam satu media, serta komposisi berbagai karya tari pilihan), dan database
dilindungi sebagai ciptaan tersendiri tanpa mengurangi hak cipta atas ciptaan asli (UU
19/2002 pasal 12).
11.10 Tugas
Jika dalam kehidupan ini ada banyak pelanggaran HAK CIPTA maka apa yang akan
terjadi? Jelaskan pendapat Saudara mengenai keadaan tersebut!
1. Apa saja isi surat permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada Menteri Kehakiman?
BAB 12
SISTEM KONTRAK KERJA, PENDIRIAN DAN PENGADAAN
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan mengenai perekrutan tenaga kerja dan seleksi tenaga
kerja
2. Menjelaskan mengenai sistem penempatan kerja
3. Menjelaskan prosedur pengadaan barang dan jasa, kontrak bisnis,
dan pakta integritas
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan mengenai perekrutan tenaga kerja dan seleksi tenaga
kerja
2. Menjelaskan mengenai sistem penempatan kerja
3. Menjelaskan prosedur pengadaan barang dan jasa, kontrak bisnis,
dan pakta integritas
12.1 Pendahuluan
Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
yang dibutuhkan dan cara memenuhinya. Penentuan kuantitas dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu time motion study dan peramalan tenaga kerja. Sedangkan penentuan kualitas
dapat dilakukan dengan Job Analysis. Job Analysis terbagi menjadi dua, yaitu Job
Description dan Job Specification atau Job Requirement. Tujuan Job Analysis bagi
perusahaan yang sudah lama berdiri yaitu untuk reorganisasi, penggantian pegawai, dan
penerimaan pegawai baru.
12.3 Rangkuman
• Perekrutan tenaga kerja diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber internal dan sumber
eksternal.
• Sumber internal yaitu merekrut tenaga kerja baru dari rekomendasi karyawan lama
dan nepotisme, berdasarkan sistem kekeluargaan, misalnya mempekerjakan anak,
adik, dan sebagainya.
• Sumber eksternal yaitu menarik tenaga kerja baru dari lembaga tenaga kerja, lembaga
pendidikan, ataupun dari advertising, yaitu media cetak dan internet.
12.4 Tugas
Menurut pendapat Anda manakah yang lebih baik merekrut tenaga kerja dari sumber
internal atau eksternal? Jelaskan alasan Anda memilih jawaban tersebut!
1. Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan dan cara memenuhinya.
2. Keuntungan merekrut tenaga kerja dari sumber internal yaitu: lowongan cepat terisi, tenaga
kerja cepat menyesuaikan diri, dan semangat kerja meningkat.
3. Tujuan merekrut tenaga kerja dari sumber internal yaitu: untuk meningkatkan semangat,
menjaga kesetiaan, memberi motivasi, dan memberi penghargaan atas prestasi.
4. Kelemahan merekrut tenaga kerja dari sumber eksternal yaitu: membutuhkan proses yang
lama, biaya yang cukup besar, dan rasa tidak senang dari pegawai lama.
5. Penempatan tenaga kerja adalah proses penentuan jabatan seseorang yang disesuaikan
antara kualifikasi yang bersangkutan dengan job specification-nya.
12.7 Pendahuluan
Keppres No. 80/2003 mengatur tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa dan
terdapat beberapa metode pemilihan serta sistem penilaian kompetensi penyedia barang
dan jasa baik secara umum maupun langsung. Terdapat pula pakta integritas yang
merupakan suatu bentuk kesepakatan tertulis mengenai tranparansi dan pemberantasan
korupsi dalam pengadaan barang dan jasa barang publik melalui dokumen-dokumen yang
terkait, yang ditandatangani kedua belah pihak, baik sektor publik maupun penawar dari
pihak swasta.
163
Berdasarkan Keppres No. 80/2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
terdapat beberapa metode pemilihan serta sistem penilaian kompetensi penyedia barang
dan jasa. secara umum jenis-jenis metode pemilihan penyedia barang dan jasa, yang antara
lain:
b. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas dilakukan, jika pelelangan umum sulit dilaksanakan karena
penyedia barang/jasa yang mampu mengerjakan diyakini terbatas dan pekerjaannya
kompleks, maka dilakukan pelelangan terbatas. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang
memerlukan teknologi tinggi atau mempunyai resiko tinggi atau yang menggunakan
peralatan yang didesain khusus atau bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh
miliar rupiah). Pelelangan terbatas diumumkan secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini
mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi
kualifikasi.
c. Pemilihan Langsung
d. Penunjukan Langsung
Perjanjian itu sendiri meliputi perjanjian yang bentuknya tertulis (kontrak) dan perjanjian
lisan. Dari uraian singkat tersebut terlihat bahwa kontrak dengan perikatan memiliki kaitan,
yaitu bahwa kontrak merupakan salah satu sumber dari perikatan.
12.9 Rangkuman
• Keppres No. 80/2003 mengatur tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa.
• Pelaksanaan dari Pakta Integritas dipantau dan diawasi baik oleh organisasi
masyarakat madani maupun oleh suatu badan independen dari pemerintah atau swasta
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tersebut atau yang memang sudah ada dan
tidak terkait dalam proses pengadaan barang dan jasa itu.
• Komponen penting lainnya dalam pakta ini adalah mekanisme resolusi konflik melalui
arbitrasi dan sejumlah sanksi yang sebelumnya telah diumumkan atas pelanggaran
terhadap peraturan yang telah disepakati yang berlaku bagi kedua belah pihak.
166
12.10 Tugas
Menurut pendapat Anda apakah kontrak bisnis itu penting atau tidak? Jelaskan
pandangan Anda secara rinci!
:
167
BAB 13
PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian penyelesaian masalah
2. Menjelaskan proses penyelesaian masalah
Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian penyelesaian masalah.
2. Menjelaskan proses penyelesaian masalah
13.1 Pendahuluan
Perkataan ”masalah” merujuk kepada suatu keadaan, situasi atau pengalaman yang
boleh memberi kesan kepada ketidakseimbangan seseorang individu dari aspek emosi,
pemikiran, tindakan dan adakalanya fizikal (Compton, Gallaway & Cournoyer, 2005).
Kehadiran masalah turut secara langsung boleh menolak atau memotivasikan seseorang
individu untuk bergerak ke hadapan terutamanya dari aspek pemikiran dan tindakan yang
boleh memberi jalan penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi. Dengan kata lain,
kehadiran masalah selain memberi tekanan kepada individu, ia turut mendorong individu
untuk mencoba segala-upaya menggunakan kekuatan peribadi ke arah mencari jalan
penyelesaian masalah tersebut.
seseorang individu mudah mengetahui sama ada penyelesaian itu betul atau salah. Tetapi
bagi masalah yang rumit, ia memerlukan penaakulan dan analisis yang logik. Oleh yang
demikian di dalam buku “The Conditions of Learning“ (3nd.ed), Gagne membincangkan
tentang peranan guru diperluaskan dalam mendidik pelajar menyelesaikan masalah
(Gagne, R.M. 1977). Di dalam perkara ini ini masalah juga perlu dikenalpasti dan dalam
situasi tertentu perlu ada matlamat untuk menyelesaikan. Perlu ada keinginan untuk
mencari titik kesudahan dan mempunyai laluan untuk mencapai matlamat yang diidamkan.
Pakar yang menyelesaikan masalah selalunya menentukan “subgoal/matlamat kecil
apabila dia bergerak untuk penyelesaian terakhir (Schunk 1991).
13.3 Rangkuman
13.4 Tugas
1. Penyelesaian masalah merupakan suatu proses untuk mencari jalan keluar atau
penyelesaian masalah yang ada dan tentunya dengan segala usaha yang Anda miliki.
170
13.7 Pendahuluan
1.Tahap Permulaan
a. Persediaan Diri
Tahap permulaan ini melibatkan aspek persediaan diri sebagai mentor, proses
pembentukan rapo dengan klien dan proses pemahaman permasalahan klien dengan
sebaik mungkin. Persediaan diri melibatkan kesediaan mentor untuk memahami dan
jelas akan peranan dan tanggungjawab yang perlu dipikul dalam memberikan proses
pertolongan kepada klien. Persiapan diri perlulah ditumpukan kepada aspek mental,
emosi dan tindakan. Dari aspek mental, mentor perlu bersedia memikirkan permasalahan
klien dengan sebaik-baiknya. Dari aspek emosi pula, mentor perlu bersedia mengawal
emosi yang boleh mempengaruhi tindakan dan peranan mereka sebagai pemberi
pertolongan. Seterusnya dari aspek tindakan pula, mentor perlu bersedia membantu
klien membentuk rancangan tindakan ke arah penyelesaian masalah dengan penuh
rasional, jelas dan boleh dicapai. Jelasnya, mentor perlu mempunyai pengetahuan,
kemahiran dan berpegang kepada nilai serta etika tertentu sebelum membentuk
perhubungan profesional dengan klien.
b. Perhubungan Rapo
Untuk mencapai penyelesaian masalah yang berkesan, individu yang berperanan
sebagai pemberi pertolongan (mentor, pekerja sosial atau kaunselor) perlu mengupayakan
membentuk hubungan rapo (rapport) dengan klien yang memerlukan pertolongan.
Perhubungan rapo ini penting kerana ia memberi peluang kepada mentor untuk mengenali
diri dan masalah klien mereka dengan lebih mendalam lagi. Di pihak klien pula,
pembentukan hubungan rapo memberi peluang kepada klien memahami peranan mentor
dengan lebih baik lagi. Di peringkat rapo ini juga, klien berpeluang menilai peribadi mentor
dengan lebih mendalam seperti sejauhmana mentor tersebut boleh dipercayai terutamanya
keupayaannya untuk berpegang kepada isu-isu kerahsiaan. Perkara ini penting kerana
pembentukan kepercayaan terhadap mentor dapat memastikan keterusan satu-satu proses
pertolongan. Perhubungan rapo turut memberi ruang kesedaran kepada kedua-dua pihak
iaitu klien dan mentor akan usahasama yang diperlukan (collaborative effort) bagi
memastikan keberkesanan proses penyelesaian masalah. Dengan kata lain, kedua-dua klien
dan mentor dapat menyediakan diri menggabungkan pengetahuan dan pengalaman mereka
dalam pembentukan “partnership” yang boleh menyumbang kepada kebaikan mereka yang
memerlukan pertolongan (klien). Pembentukan rapo yang baik sudah semestinya
172
memerlukan mentor menunjukkan sikap yang positif seperti menerima klien dengan
permasalahan mereka secara pemikiran terbuka. Ini kerana permasalahan yang dibawa
klien adakalanya mudah ditangani dan terdapat juga yang sukar ditangani di mana
adakalanya melibatkan maruah dan keupayaan klien tersebut. Mewujudkan rapo juga
memerlukan mentor mengaplikasikan kemahiran-kemahiran tertentu seperti menunjukkan
sikap yang boleh menarik minat klien untuk meneruskan proses pertolongan yang
dikehendaki. Antara kemahiran yang diperlukan meliputi kemahiran mentor untuk
mendengar luahan perasaan klien, berkomunikasi secara berkesan (jelas dan tepat),
mengeluarkan komen-komen secara verbal yang bersesuaian, menunjukkan sikap empati
dan menunjukkan aspek non-verbal yang bersesuaian seperti penggunaan eye-contact,
menunjukkan air muka yang berminat dan sebagainya. Dengan adanya perhubungan rapo
yang baik antara mentor dan klien akan dapat membantu menyediakan suasana yang selesa
kepada klien dan seterusnya bersedia untuk berkongsi masalah. Seterusnya hubungan
rapo yang baik akan memudahkan mentor mencungkil maklumat-maklumat awal dalam
memahami masalah klien dengan lebih mendalam lagi. Di tahap permulaan inilah mentor
akan berusaha mengumpul seberapa banyak maklumat relevan dengan masalah klien
dengan penuh kesabaran, prihatin dan penuh empati. Keseluruhannya, tahap permulaan ini
memerlukan sebanyak sekurang-kurangnya tiga (3) atau empat (4) sesi pertama untuk
memahami diri dan situasi permasalahan klien dengan lebih berkesan lagi.
2. Tahap Pertengahan
a. Penentuan Situasi
Tahap pertengahan pula menfokus kepada aspek penentuan situasi yaitu cuba
menentukan situasi permasalahan sebenar klien dengan tepat, pembentukan rancangan-
rancangan tindakan atau intervensi yang boleh digunakan untuk tujuan penyelesaian
permasalahan, dan tahap implementasi rancangan tindakan yang telah disusun. Peringkat
penentuan situasi ini merupakan satu proses di mana mentor akan cuba memahami masalah
yang dikemukakan oleh klien, mentafsir dan seterusnya menentukan masalah atau situasi
utama klien. Mentor akan mengumpul maklumat atau data-data yang relevan dengan
permasalahan klien dengan lebih aktif lagi melalui temubual dan pemerhatian yang
dilakukan bersama klien. Kejelasan permasalahan klien perlu ditentukan dalam peringkat
penentuan situasi ini seperti memahami apakah masalah tersebut; sejauhmana ia
mengganggu klien (perasaan dan pemikiran klien); konteks keseriusan masalah tersebut
dalam kehidupan seharian klien; punca kepada masalah itu; sebarang tindakan yang pernah
173
diambil dan hasil dari tindakan tersebut; ciri-ciri dan aspek perkembangan sistem klien dan
lain-lain sistem di mana klien berfungsi; memahami sistem-sistem sosial dan system
persekitaran yang memberi impak kepada masalah tersebut; dan akhirnya hasil yang
diharapkan klien dari proses pertolongan tersebut. Di samping itu, peringkat penentuan
situasi turut memberi mentor peluang mengukuhkan lagi persepsi sedia ada terhadap
kekuatan (keupayaan diri, motivasi) dan kelemahan (limitasi diri) klien serta bentuk-
bentuk sokongan yang ada di sekeliling klien. Seterusnya menerusi maklumat tersebut,
mentor kemudiannya membentuk pemahaman dan melakukan penafsiran ke atas situasi
permasalahan klien. Apabila penentuan situasi telah dibentuk oleh mentor, maka penting
untuk mentor membincangkan semula dengan klien. Tujuan perbincangan ini adalah untuk
memastikan kebenaran masalah sebenar klien yang difahami mentor dan sekaligus
memberikan mesej kepada klien akan penglibatan mereka dalam proses penyelesaian
masalah tersebut. Proses penentuan situasi ini amat penting kerana seboleh mungkin
mentor perlu melibatkan klien dalam penentuan situasi masalah bagi menggalakkan sifat
komitmen dan tanggungjawab klien dalam usaha penyelesaian masalah mereka sendiri.
Cara ini juga dapat memelihara mentor dari dipersalahkan sekiranya penyelesaian masalah
tidak dicapai.
3.Tahap
Penamatan
a. Penilaian Rancangan Tindakan / Intervensi
Tahap penamatan ini akan menjurus khusus di mana mentor berperanan menilai
semula rancangan tindakan atau intervensi yang telah dilalui oleh klien. Penilaian
termasuklah melihat sejauhmana klien berjaya melalui intervensi yang diberikan, kekuatan
dan limitasi intervensi tersebut ke arah penyelesaian masalah, perubahan yang dialami oleh
klien, serta sejauhmana menilai kecekapan dan keberkesanan perkhidmatan pertolongan
yang telah diberikan oleh mentor. Proses penilaian ini penting kerana ia akan menentukan
sama ada proses pertolongan ke atas klien wajar diteruskan atau tidak. Penilaian turut
membantu mentor menilai tahap pergantungan klien tersebut pada perhubungan
pertolongan yang telah dibentuk dan permasalahan yang dihadapi. Di sini, mentor perlu
berkemahiran menilai perkembangan atau kefungsian klien dengan baik, tepat, dan
berkesan.
b. Penamatan
Penilaian yang berkesan dari pihak mentor akan dapat menentukan keberkesanan
proses pertolongan yang telah diberikan kepada klien. Sekiranya terdapat perubahan pada
diri klien atau klien berupaya berfungsi dengan lebih baik selepas menerima pertolongan
maka penamatan boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tiada sebarang perubahan, kedua-dua
mentor dan klien boleh memikirkan rancangan tindakan seterusnya untuk tujuan
penyelesaian masalah. Dengan kata lain, pengukur penamatan dalam proses pertolongan
175
banyak bergantung kepada pengesahan kefungsiaan sosial klien. Dengan adanya proses
penamatan, pergantungan klien terhadap mentor akan dapat ditamatkan. Walau
bagaimanapun, mentor perlu berkemahiran menjalankan proses penamatan. Perkara ini
penting kerana terdapat klien yang mungkin tidak boleh menerima proses penamatan ini
dengan baik seperti melihat penamatan perkhidmatan pertolongan sebagai satu pengalaman
atau perasaan ditolak (sense of rejection or abandonment). Oleh itu menjadi
tanggungjawab mentor memberi masa yang secukupnya kepada klien atau menyediakan
klien dengan proses penamatan.
13.9 Rangkuman
13.10 Tugas
Menurut pendapat Anda apakah dalah suatu penyelesaian masalah akan selalu
menemukan titik terang? Jelaskan pendapat Anda!
1. Tahap penamatan:
a. Penilaian Rancangan Tindakan atau Intervensi: tahap penamatan ini akan menjurus
khusus di mana mentor berperanan menilai semula rancangan tindakan atau
intervensi yang telah dilalui oleh klien.
b. Penamatan: pengukur penamatan dalam proses pertolongan banyak bergantung
kepada pengesahan kefungsiaan sosial klien.
176
DAFTAR PUSTAKA
Andrias Harefa dan Eben Ezer Siadari. 2008. The Ciputra Way : Praktik Terbaik Menjadi
Entrepreneur Sejati. 10th Edition. Jakarta : Elexmedia Computindo.
Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Forklor di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010
Bennett, F. Lawrence. The Management of Engineering: Human, Quality, Organizational,
Legal, and Ethical Aspects of Professional Practice. New York: John Wiley & Sons,
Inc., 1996.
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Ciputra. 2008. Quantum Leap : Bagaimana Entrepreneurship Dapat Mengubah Masa Depan
dan Masa Depan Bangsa. Jakarta : Elexmedia Computindo.
Ditjen Bea Cukai. 2002. Kode Etik dan Perilaku Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai –
Lampiran Keputusan No. 04/BC/2002. Jakarta : Ditjen Bea dan Cukai.
Ditjen Pajak. 2002. Kewajiban dan Larangan Pegawai DJP - Keputusan Menkeu Nomor
222/KMK.03/2002 dan Nomor 382/KMK.03/2002. Jakarta : Ditjen Pajak.
Fleddermann, Charles B. Engineering Ethics. Upper Saddle River, NJ. : Prentice Hall –
Engineering Source, 1999.
Holt, Rinehart and Winston. Environmental Psychology (Second Editon). 2000 New York:
Inc.
Menteri Keuangan RI. 2010. Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
RI. Jakarta : Departemen Keuangan.
PNB. 2013. Buku Pedoman Pendidikan Politeknik Negeri Bali. Denpasar : Percetakan
Politeknik Negeri Bali.
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan
DimensiHukumnya di Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2003
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995)
Susanti, Febriana W. dan Sujiyanti. 2009. Mencetak Anak Juara. Jogjakarta : Katahati.
Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi Era
Global, Cetakan I, (Riau: UIR Press, 2001), hlm. 20.
Tim Indonesia Design Power-Departemen Perdagangan RI, Buku 3, Program Kerja
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2010 Departemen Perdagangan,
Jakarta:Departemen Perdagangan RI, 2008
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Whitbeck, Caroline. Ethics in Engineering Practice and Research. Cambridge : Cambridge
University Press, 1998.
177