Kemunculan Bersebab
27
Keterbebasan Bersebab
46
Sabda Buddha
Aneka Tradisi
Saya rasa, sabda ini merangkum apa yang terjadi pada sebagian
besar ranah Buddhis. Orang seringnya tidak tertarik untuk mencoba
8 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Alasan Sejarah
harus bergantung kepada para bhikkhu atau bhikkhuni yang ahli ini
agar bisa memahami sutta.
Ajaran kemudian disaring dan ditafsirkan oleh para guru ini. Inilah
salah satu penyebab beragam tradisi berkembang seiring waktu:
guru-guru tertentu yang meneruskan dan menafsirkan sabda Buddha
kepada Anda. Orang-orang menjadi bergantung kepada para guru ini
dan mereka menggunakan ajaran para guru ini sebagai pedoman cara
menjalani jalan Buddhis. Inilah masalah yang berdampak besar.
Bagi Anda yang sudah membaca berbagai sutta, Anda mungkin tahu
bahwa Buddha sendiri mengatakan bahwa Dhamma semestinya
diajarkan dalam bahasa penduduk setempat. (MN 139)
Hal ini berlaku di Sri Lanka dan juga di Thailand. Bahkan terjemahan ke
dalam bahasa Inggris terkadang sengaja dibuat dalam cara yang kuno,
karena menganggap bahwa cara ini memberikan nuansa lebih baku
dan berwenang terhadap naskahnya. Namun membaca sutta bahasa
Inggris zaman Victoria akan menciptakan jarak antara pembaca
dengan isi naskah, sehingga pembaca mudah merasa terasing.
Hal ini patut disayangkan karena bukan begitu cara Buddha mengajar.
Buddha menggunakan bahasa yang populer pada saat itu, dan pesan-
Nya saat itu pasti bisa langsung masuk ke hati para pendengar-Nya.
Ketika hal ini terjadi, orang-orang merasa sangat kecewa, dan kadang
bahkan kehilangan keyakinan terhadap Buddhisme. Alih-alih melihat
gambaran lebih besarnya, mereka malah menolak dan membuang
keseluruhan ajaran. Mereka pikir Buddhisme itu ternoda. Mereka
pikir ajaran ini tidak bagus. Inilah yang bisa terjadi kalau Anda
bergantung kepada guru atau berbagai guru alih-alih mengandalkan
Buddha sendiri.
Kadang, bisa saja kejadiannya tidak seburuk itu, namun yang seorang
guru ajarkan mungkin tidak selaras dengan yang diajarkan Buddha.
Guru seperti itu tidak menunjukkan jalan Buddha kepada Anda.
Misalnya, mereka tidak membawa Anda pada keadaan damai dan
penuh kebahagiaan yang disabdakan Buddha sebagai sesuatu yang
tersedia dan perlu. Atau mereka tidak membawa Anda ke tujuan yang
sama seperti yang dibicarakan Buddha. Masalahnya, hal ini kerap kali
cukup halus, sulit terlihat, dan sulit diketahui apakah guru tertentu
mengajarkan jalan yang benar. Satu-satunya cara Anda bisa tahu
adalah dengan kembali ke sabda Buddha dan menggunakannya sebagai
standar Anda. Sabda Buddha seharusnya senantiasa menjadi rujukan
pamungkas untuk mengetahui apakah seseorang mengajarkan jalan
yang benar.
Pernaungan Kita
Pada akhirnya, satu-satunya orang yang kita bisa yakin sudah cerah,
yang sempurna memahami Buddhisme, adalah Buddha sendiri.
Jika Buddha belum cerah, maka yang disebut Buddhisme tak lagi
memiliki fondasi kukuh dan hanya akan runtuh. Semua guru
Dhamma sepanjang sejarah Buddhisme bergantung kepada asumsi
bahwa Buddha merealisasi kecerahan. Jika Buddha tidak merealisasi
kecerahan, maka ajaran mereka pun akan menjadi tidak bermakna.
Karena segala hal dalam ajaran Buddha menunjuk kembali kepada
Buddha dan karena keyakinan akan kecerahan Buddha itu penting,
maka di situlah semestinya kita menaruh keyakinan kita. Inilah alasan
lain mengapa kita harus membaca ajaran-Nya dan mengapa tiap hal
15 Manfaat Membaca Sutta
Interaksi antara tradisi kuno dan teladan hidup ini adalah aspek
Buddhisme yang saya temukan sangat hebat. Di satu sisi, kita memiliki
tradisi sejak dua ribu lima ratus tahun, yang sudah teruji berkali-
kali. Ada sesuatu yang menakjubkan mengenai fakta bahwa kita bisa
membaca sutta kuno ini namun masih merasakan suatu keakraban
terhadapnya. Sutta ini tak lekang waktu dan tak tergantung dari
budaya dalam maknanya yang sangat mendalam. Bagi saya, itulah
satu kaki yang menyokong bangunan bernama Buddhisme ini.
Contoh Praktis
Saya ingin menunjukkan bagaimana hal ini bisa bekerja dalam praktik
nyata. Guru saya, Ajahn Brahm, sering menggunakan cerita untuk
menjelaskan hakikat latihan meditasi.
Seandainya ada gunung yang tinggi tak jauh dari desa atau
kota. Dua sahabat beriringan mendekati gunung itu. Yang satu
mendaki hingga ke puncak, yang lainnya tetap di kaki gunung.
Kemudian yang di kaki gunung bertanya kepada sahabatnya di
puncak: ‘Apa yang kamu lihat dari puncak gunung?’
Bagi saya, kesamaan antara kiasan dari sutta dengan cerita Ajahn
Brahm sangatlah bermakna. Saya tidak tahu apakah Ajahn Brahm
pertama-tama membaca sutta ini dan kemudian di bawah-sadarnya
menerapkannya ke pengajarannya sendiri, atau apakah ceritanya
kebetulan serupa dengan yang ada dalam sutta. Pesannya adalah
cerita itu mendapatkan kewenangan dan makna penting saat Anda
melihat bahwa itu berasal dari Buddha. Dan ketika Anda melihat
ungkapan seorang guru begitu dekat dengan sabda Buddha, rasa
hormat Anda terhadap guru itu akan meningkat dengan sangat besar.
Dengan cara inilah sutta memberi kita panduan tentang siapa yang
sudah memahami Dhamma dan siapa yang belum.
Jadi bagaimana kita tahu bahwa sutta itu memang berasal dari
perkataan Buddha? Ini adalah pertanyaan penting, karena keyakinan
kita pada sutta bergantung dari jawaban atas pertanyaan ini. Selama
sekitar 150 tahun terakhir, ada banyak riset telah dilakukan, terutama
di kalangan akademisi, yang membuat kita mampu menjawab
pertanyaan ini dengan cukup tepat.
Penting untuk menanggapi riset seperti ini dengan serius karena jika
sabda Buddha sama pentingnya dengan yang hendak saya sampaikan,
maka kita perlu memperjelas sedapat mungkin mengenai di mana
sabda Buddha bisa ditemukan. Kita sesungguhnya tidak bisa lagi
mengelabui diri kita dan berpura-pura bahwa suatu ajaran adalah
sabda Buddha, padahal kenyataannya bukan. Saya akan meringkas
hasil riset itu untuk Anda.
20 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Hasil penting lainnya dari riset ini adalah ajaran yang sama dalam
sumber yang beragam, terutama Mandarin dan Pāḷi, umumnya bisa
21 Manfaat Membaca Sutta
dianggap sebagai yang paling asli. Ini karena apa pun ajaran yang
sama, pasti sudah ada sebelum berbagai aliran itu berpisah jalan. Di
sisi lain, ajaran yang hanya ada pada satu aliran, namun tidak ada di
aliran lainnya, kemungkinan besar muncul setelah aliran itu berpisah.
Maka sekali lagi, mudah sekali untuk memutuskan yang mana yang
sabda Buddha dan yang mana yang harus kita sikapi dengan hati-hati.
Riset ini juga menunjukkan bahwa ajaran yang Anda temukan dalam
Kanon Pāḷi pada umumnya adalah ajaran tersedia saat ini yang paling
terpercaya dan asli. Kadang, Anda bisa menggunakan sutta yang
ditemukan dalam bahasa Mandarin untuk mengoreksi kesalahan yang
telah menyusup ke dalam versi Pāḷi. Namun pada umumnya, empat
Nikāya utama dari Kanon Pāḷi—Dīgha Nikāya (DN), Majjhima Nikāya
(MN), Saṁyutta Nikāya (SN), dan Aṅguttara Nikāya (AN)—adalah tempat
Anda menemukan sabda Buddha. Ini bukan masalah keyakinan,
melainkan fakta yang sudah dibuktikan.
Seiring Anda membaca dan belajar dari sutta, Anda mulai memperoleh
sensasi kemandirian, sensasi hakikat diri Anda sendiri. Anda mulai
mendapatkan sensasi Dhamma dan mampu membuat penilaian Anda
sendiri mengenai ajaran itu. Anda memperoleh kadar kemandirian
dalam Buddhisme, dan itu adalah rasa yang sangat menguatkan.
Anda merasakan hubungan langsung dengan Buddha dan Anda kini
berwenang dan bertanggung jawab atas latihan Anda sendiri.
Kadang orang pikir sutta itu begitu tinggi hingga mereka meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memahaminya. Tetapi
sesungguhnya, sutta itu tidaklah sulit dipahami—sutta ditujukan
untuk orang biasa. Orang-orang yang menjadi bhikkhu dan bhikkhuni
pada zaman Buddha tidaklah berbeda dibanding Anda dan saya.
Dan orang-orang biasa inilah yang merealisasi sāmadhi dan tataran
kecerahan dengan bimbingan Buddha. Jika mereka bisa paham,
demikian pula kita!
Sutta pada umumnya berisi ajaran sederhana dan praktis yang kerap
dapat diterapkan secara langsung dalam hidup Anda. Sering pula, sutta
menggugah, dengan kiasan indah dan kadang cerita, seperti kiasan
gunung yang disebut di atas. Sutta memuat banyak sekali kiasan yang
menjadikan ajaran menjadi hidup dan menambah kekuatan ajaran.
Kiasan membuat Anda merasa terinspirasi dan menggugah perasaan
Anda. Kiasan memberi Anda pemahaman yang lebih baik akan ajaran
yang lebih teoretis, dan bisa menjadi sumber sukacita besar.
Saat Anda telah memiliki landasan pada sutta, Anda menemukan pula
bahwa pengalaman mendengarkan ceramah guru zaman modern
sudah berubah. Anda memahami ajaran mereka dengan cara yang
sepenuhnya baru. Anda mampu melihat bagaimana pesan mereka
cocok dengan konteks ajaran Buddha yang lebih besar. Tiap hal
menjadi lebih jelas dan keduanya saling menyokong.
24 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Begitu Anda merasa cukup nyaman dengan isi utama sutta-sutta ini,
Anda bisa langsung mengakses sutta dalam bentuk tradisionalnya.
Saya pribadi merasa bahwa Majjhima Nikāya, Pembabaran Menengah
Buddha, adalah kitab yang baik untuk memulai. Himpunan ini memuat
kisaran ajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling
agung. Ingat bahwa Anda tidak harus membacanya dari awal sampai
tuntas. Alih-alih, sekadar membalik-balik halaman dan membaca apa
pun yang menginspirasi Anda pada saat itu acap kali lebih baik.
Untuk mengakhiri, saya akan memberi Anda satu kiasan lagi dari
sutta, kiasan ini memancing perenungan sekaligus penuh makna.
Kiasan ini juga mengenai gunung. Ada sesuatu yang megah mengenai
gunung: mereka indah pada skala yang sangat besar, dan sering
membangkitkan rasa terpukau dan takjub. Anda bisa menyadari
sendiri mengapa gunung menjadi kiasan yang kuat.
Raja Pasenadi Kosala, salah satu raja paling berkuasa pada masa itu:
‘Lalu, orang kedua datang menemui Anda dari barat, lalu yang
ketiga dari utara, dan yang keempat dari selatan, lalu mereka
memberi tahu Anda hal yang sama. Jika, Raja Agung, bahaya
besar seperti itu muncul, kehancuran mengerikan dari hidup
manusia, keberadaan manusia yang begitu sulit diperoleh ini,
maka apa yang perlu diperbuat?”
Saya suka sutta ini. Sutta ini mengundang pemikiran dan sangat kuat.
Ketika membaca sutta ini, muncul rasa kemendesakan dalam diri
saya, desakan untuk memusatkan pada hal yang benar-benar penting
dalam hidup. Kita cenderung berlarian ke sana-sini, tiada henti
melakukan berbagai hal, namun tujuan akhir kita senantiasa sama:
pelapukan dan kematian. Mengapa kita dengan gegabah bergegas
menuju kuburan kita? Bagaimana cara terbaik kita menjalani waktu
kita sebelum semuanya terlambat?
Walaupun kiasan ini kuat sekali berkesan bagi saya, namun bagi
Anda mungkin saja berbeda. Bacalah sutta itu sendiri dan temukan
isi yang menginspirasi Anda. Sutta-sutta adalah gudang harta karun
kebijaksanaan, namun harta karun yang cuma terpendam tidak ada
gunanya bagi siapa pun.
27 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
2
Kemunculan Bersebab
***
Yang pertama dari dua belas faktor itu biasanya dikenal sebagai
ketaktahuan (avijjā). Ketaktahuan merujuk ke adanya penyimpangan
30 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Saat Anda memiliki batin dan badan, maka Anda juga memiliki faktor
yang kelima, yaitu enam indra (saḷāyatana). Semua pengalaman
terjadi melalui enam indra ini, sehingga indra mengizinkan kita
untuk “berkontak” dengan dunia. Maka, kontak (phassa) adalah
faktor yang keenam.
Bagian paling mendasar yang yang kita alami melalui enam indra adalah
perasaan (vedanā). Perasaan menjadi faktor ketujuh Kemunculan
Bersebab. Pengalaman kita biasanya antara menyenangkan atau tidak
menyenangkan, dan jelas sekali kita ingin perasaan menyenangkan
bertahan lama dan perasaan tak menyenangkan segera hilang. Kita
memiliki hasrat terhadap pengalaman yang menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan.
Salah satu hal yang penting untuk dipahami mengenai urutan dua
belas faktor ini adalah tiap faktor berkembang dari faktor sebelumnya
dan bergantung kepada faktor sebelumnya agar bisa muncul. Justru
karena hubungan saling bergantung di antara rantainya inilah maka
rangkaian ini disebut Kemunculan Bersebab. Ambil contoh kedua
faktor terakhir. Untuk mengalami pelapukan, kematian, dan duka,
pertama-tama Anda harus terlahir. Kelahiran adalah prasyarat agar
Anda bisa mengalami duka dalam hidup; jika Anda tidak terlahir,
Anda tidak akan berduka. Sama pula, tiap dari dua belas rantai ini,
dimulai dari ketaktahuan dan berakhir dengan duka, merupakan
faktor yang diperlukan agar faktor berikutnya bisa muncul. Ini adalah
aspek penting Kemunculan Bersebab, dan begitu Anda memahami hal
32 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Kadang Anda bisa melihat pola yang sama dalam kegiatan sederhana
seperti berbelanja. Mungkin Anda melihat barang di toko yang begitu
menarik, sampai tak tertahankan, lalu suatu hasrat yang begitu kuat
muncul sehingga Anda merasa harus membelinya. Kemudian, saat
Anda terbebas dari cengkeraman nafsu, Anda menyadari bahwa
tindakan Anda tadi adalah kesalahan, bahwa sesungguhnya Anda
tidak memerlukan barang tadi.
sampai harinya tiba tatkala rintangan batin itu untuk sementara sirna
sepenuhnya, batin jadi murni dan cerah. Karena lima rintangan batin
merupakan penyokong utama kegelapan batin, begitu lima rintangan
batin sepenuhnya tidak ada, maka penopang kegelapan batin itu
disingkirkan. Karena tak lagi ditopang, maka kegelapan batin menjadi
lemah pada tahap ini, sehingga memungkinkan untuk dilenyapkan
secara tuntas. Itulah alasannya keadaan meditasi mendalam di mana
lima rintangan batin sepenuhnya ditinggalkan menjadi landasan yang
begitu kuat untuk memperoleh wawasan mendalam dan memahami
segalanya sebagaimana adanya, yaitu, melenyapkan kegelapan batin.
2 Buddha juga membicarakan mengenai perasaan netral, namun dalam bahasan ini
perasaan netral tak disebutkan.
40 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
3 Kesadaran tak “perlu” pergi ke mana pun, namun bisa memasuki rahim atau
terlahir ulang melalui proses fisik lainnya.
42 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Kini Anda bisa melihat bagaimana cara kerja seluruh proses ini. Karena
kita mendamba, kita menerapkan strategi untuk memuaskan nafsu;
karena strategi ini, kita cenderung hidup dengan cara tertentu; karena
kita hidup dengan cara tertentu, kesadaran kita dimapankan dalam
cara itu dan kita terlahir ulang sesuai dengan cara hidup itu; karena
kita terlahir ulang, kita menderita, menua, dan meninggal sesuai
dengan kehidupan baru tadi. Penggerak utama inilah mekanisme
yang terus menggerakkan saṁsāra. Kalau begitu, apa hubungan
antara kegelapan batin—akar penyebab Kemunculan Bersebab—
dengan penggerak utama ini? Kegelapan batin adalah alasan mengapa
kita mendamba akibat menanggapi perasaan menyenangkan dan
tidak menyenangkan. Kita memiliki nafsu karena kita pikir kita
bisa menguasai perasaan dengan mengendalikan lingkungan kita;
kita pikir entah bagaimana kita bisa membuat hal-hal cocok dengan
keinginan kita.
Bagi sebagian besar orang, akhir dari segala kelahiran ulang mungkin
kelihatan seperti cita-cita yang nun jauh di sana. Namun kita harus
ingat bahwa, kendati kita tidak mencapai berakhir sempurnanya
kelahiran ulang, berkurangnya kegelapan batin adalah berkurangnya
Duka yang kita hadapi dalam tiap keberadaan kita sebagai manusia itu
tidaklah begitu penting; masalah sejatinya ada di lingkaran kelahiran
dan kematian berulang yang potensinya tiada akhir. Begitu kita
memahami hakikat sejati duka, dan dengan kuat menyadari fakta
bahwa Kemunculan Bersebab menjelaskan asal mula duka, maka kita
dengan jernih akan melihat bahwa kelahiran ulang tak terpisahkan
dari Kemunculan Bersebab. Maka, yang perlu kita lakukan saat itu
adalah menjalani Jalan Delapan Faktor Suciwan untuk melenyapkan
kegelapan batin. Dengan menyingkirkan kegelapan batin maka kita
mengakhiri segala kelahiran ulang mendatang. Ketika tidak ada lagi
kelahiran ulang, duka akan berhenti selamanya.
46 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
3
Keterbebasan Bersebab
Jika diri tidak ada, maka siapa yang melakukan meditasi dan
merealisasi kecerahan? Jawaban pertanyaan ini bisa ditemukan dalam
ajaran seperti Upanisā Sutta, yang diajarkan Buddha dan dijelaskan di
sini oleh Bhikkhu Brahmāli.
Banyak bagian dari rangkaian peristiwa batin ini adalah keadaan yang
nikmat: kegembiraan (pāmojja), kegiuran (pīti) dan kebahagiaan (sukha).
Tak ada orang yang merealisasi kecerahan, sama halnya tidak ada
pohon mangga yang menjadi buah mangga yang manis dan lezat.
Kecerahan adalah akhir dari proses tanpa-diri, yang diuraikan dengan
baik oleh Buddha dalam sutta ini.
Mega Mettā,
Ajahn Brahm
Perth, Desember 2012
***
Gagasan ini sangatlah kuat dan penuh daya. Gagasan ini memberikan
suatu rasa, “Ya, betul!”, bahwa tentu saja jawabannya ada di tempat
lain karena Anda sudah berusaha seumur hidup untuk menemukan
kebahagiaan melalui dhamma duniawi namun Anda masih saja
menderita. Dengan kata lain, itulah tragedi umat manusia: kita
semua menginginkan kebahagiaan, namun kita biasanya mencarinya
di tempat yang salah. Alih-alih kita malah menuai duka. Saat Anda
memahami bahwa ada masalah dan kemudian menemukan ajaran
yang menjanjikan solusi bagi Anda dengan cara yang realistik, maka
50 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Keyakinan adalah hal yang indah. Anda merasa aman karena Anda
memiliki ajaran yang menunjukkan kepada Anda bahwa solusi
terhadap masalah yang merundung Anda. Dikatakan dalam sutta
bahwa orang yang tanpa keyakinan, tanpa pernaungan, itu seperti
orang yang menyeberangi gurun. Kecuali ia bisa menemukan jalan
melintasi gurun, ia pada akhirnya akan ditaklukkan oleh kekuatan
alam—panas, kekurangan air, dan semua masalah kehidupan di
gurun. Namun orang yang memiliki keyakinan itu seperti orang yang
telah menyeberangi gurun (MN 39).
Perenungan seperti itu adalah salah satu aspek paling kuat dari
Dhamma dan cara paling bagus untuk mengatasi keadaan batin yang
tidak piawai. Jika Anda ingin mengubah pola pikir Anda, kebijaksanaan
adalah jalannya, bukan kekuatan tekad.
Pada titik tertentu dalam proses ini, pīti, kegiuran mulai muncul. Pīti
adalah perasaan nikmat, sering kali disertai unsur fisiknya. Ini bisa
dialami sebagai gelombang kenikmatan yang mengalir di sekujur
tubuh. Ini sesungguhnya hanyalah makin pekatnya kegembiraan
yang kita miliki sebelumnya. Apa yang kita alami di sini adalah
permulaan dari kenikmatan murni batin, kebahagiaan spiritual.
Setelah meditasi, adalah layak untuk merenungi kualitas perasaan itu
dan bagaimana perbedaannya dibanding kenikmatan indriawi. Anda
akan memerhatikan bahwa pīti adalah hasil dari kemurnian batin,
terutama tidak adanya kemarahan dan nafsu yang kuat.
Setelah Anda bangkit dari samādhi, batin Anda murni dan kuat. Karena
kemurnian itu, Anda mengetahui dan melihat selaras dengan realitas,
yathā-bhūta-ñāṇa-dassana. Melihat segalanya sebagaimana adanya
hanya dapat terjadi setelah samādhi, karena hanya dengan samādhi
barulah rintangan batin—pengotor yang melencengkan proses batin
kita—biasa diatasi dengan sempurna. Lebih lanjut, hanya dengan
jhāna barulah rintangan batin ditinggalkan dengan mantap (MN 68).
Inilah salah satu alasan utama mengapa jhāna sangat menunjang
untuk melihat segalanya sebagaimana adanya.
Ajaran ini sangatlah mendalam. Meski ajaran ini mungkin sulit untuk
kita pahami, saya yakin penting untuk mengetahui keseluruhan
gambar besarnya, untuk mengetahui ke arah mana semua hal ini,
untuk mendapatkan sekilas pandang aspek ajaran Buddha yang lebih
mendalam. Dalam pengalaman saya, sekilas pandang seperti itu
sangatlah memperkuat dan mendorong latihan.
Ini adalah proses bertahap dan tiap langkah di jalan ini membawa
pahalanya sendiri. Jika Anda menginginkan kebahagiaan dan
kecukupan hati yang sejati, inilah satu-satunya jalan.
65 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
4
Mengapa Samatha dan Vipassanā
Tak Bisa Dipisahkan
Pendahuluan
Sabda Buddha
Samatha (ketenangan)
Ketenangan adalah hal yang relatif. Anda pikir sudah tenang setelah
meditasi, namun kala Anda menjadi lebih tenang dan menilik meditasi
sebelumnya, Anda akan berpikir, “Hei, tadi itu tidak tenang sama
sekali; tadi itu gelisah!” Kemudian Anda menjadi makin tenang lagi
dan sekali lagi Anda menilik tingkat ketenangan sebelumnya, “Yang
tadi itu juga bukan sangat tenang.” Seiring Anda meneruskan seperti
ini, setahap demi setahap, Anda mulai memperoleh suatu perspektif
mengenai kehidupan. Makin damai Anda, makin Anda memahami
apa itu duka dan apa itu hakikat kehidupan. Pada akhirnya, Anda
membawa ketenangan dan kedamaian itu ke tingkat yang sangat
mendalam. Inilah samatha itu.
69 Mengapa Samatha dan Vipassanā Tak Bisa Dipisahkan
Inilah bagian yang sangat penting dari jalan spiritual. Makin besar
penyadaran yang Anda miliki mengenai yang berlangsung dalam
batin, makin besar kemampuan Anda untuk menghadapinya.
Anda mampu mengubah pencerapan, cara berpikir, dan memandu
kehidupan Anda ke arah yang baru: menuju sifat yang lebih piawai,
menuju hal yang menciptakan kebahagiaan dalam hidup Anda, alih-
alih menderita. Seiring Anda berkembang di jalan ini, melihat jernih
makin lama menjadi makin murni. Makin dalam ketenangan dan
meditasinya, makin kuat melihat jernih dan pemilahan bijak Anda,
dan makin besar kemampuan Anda untuk mengarahkan batin ke arah
yang benar.
Misalnya, saat Anda melakukan meditasi mettā lalu Anda duduk dan
berkata, “Semoga semua makhluk bahagia dan sejahtera,” Anda
71 Mengapa Samatha dan Vipassanā Tak Bisa Dipisahkan
tahu mengapa persepsi itu, perasaan indah itu, muncul dalam batin
Anda. Anda bisa melihat dengan pengalaman Anda sendiri bahwa itu
muncul dalam batin karena Anda melihat kebaikan dan sifat positif
pada orang di sekitar Anda.
Nafsu
Anda bisa melihat bahwa kapan pun Anda memiliki nafsu, Anda
memiliki kepentingan terselubung pada hal yang Anda ingini. Anda
melihat objek itu dengan cara tertentu: Anda melihat aspeknya
yang indah. Namun melihat sesuatu dengan cara tertentu adalah
cara melihat dunia dengan berat sebelah. Dan berat sebelah adalah
lawan dari melihat jernih. Pandangan yang berat sebelah itu tidaklah
terbebas, dan melibatkan adanya pemelintiran pandangan. Anda
tidak berdiri di belakang dan melihat segalanya sebagaimana adanya.
Saya lahir di Norwegia, dan jika Anda lahir di Norwegia, Anda akan
menyukai makanan tertentu. Beberapa makanan yang saya anggap
lezat mungkin akan menjijikkan bagi Anda. Anda akan terheran-
heran bagaimana mungkin ada orang yang bisa menyantap itu. Inilah
pengondisian budaya. Ini pun berlaku bagi budaya apa saja. Orang
73 Mengapa Samatha dan Vipassanā Tak Bisa Dipisahkan
yang lahir di Sri Lanka membawa hidangan Sri Lanka, seperti kari, ke
wihara kami, dan orang dari latar belakang Tionghoa akan membawa
hidangan Tiongkok. Demikianlah kita terkondisi oleh latar belakang
kita, dan yang kita sukai dan ingini di dunia ini terkondisi. Kita memiliki
kebiasaan dan pandangan mengenai hal-hal dan itu membawa pada
nafsu tertentu. Kita sepenuhnya berat sebelah mengenai hal-hal di
dunia ini. Kita tidak melihat jernih.
Nah, pesan yang ingin disampaikan di sini adalah: nafsu itu adalah
masalahnya dan nafsu itu pada hakikatnya berat sebelah. Ketika Anda
mendamba, Anda mulai mencari perolehan—Anda mulai menjalin
hubungan, pertemanan, mengambil kepemilikan, status. Akibatnya,
Anda melekati. Kelekatan pun pada hakikatnya berat sebelah. Jika
Anda punya anak, Anda peduli mengenai perilaku mereka. Kita
sering merasa kesal jika anak kita bersikap buruk di depan orang
lain. Anda kesal karena anak Anda begitu dekat dengan Anda, seolah
mereka sesungguhnya menjadi bagian dari Anda. Anda memiliki
kepentingan yang mengakar kuat pada cara anak Anda berperilaku.
Anda itu sangat berat sebelah. Sehingga kotoran batin —keinginan,
kelekatan, dan semacamnya—memberi kita kecondongan tertentu
dan memengaruhi cara pandang kita. Anda tak bisa melihat hal-hal
dengan jernih bila Anda memiliki kelekatan dan keinginan.
Apa dampak hal itu? Itu berarti vipassanā tidak mungkin terjadi dalam
situasi itu dan ini menunjukkan kepada kita mengapa kemurnian
batin itu begitu penting.
Kemarahan
memelintir pikiran Anda, dan Anda dibawa ke arah yang tidak piawai.
Anda melakukan sesuatu yang seharusnya tidak Anda lakukan kalau
batin Anda lebih jernih. Akibatnya, setelah melakukannya, Anda
merasa bersalah.
Kemurnian
Jadi inilah alasan vipassanā, melihat jernih, hanya bisa terjadi pada
batin yang murni. Ketika Anda mengurangi kotoran batin, kualitas
batin yang indah akan muncul dengan sendirinya—keramahan,
kewelasan—dan makin besar kejernihan yang Anda alami. Anda mulai
melihat dunia lebih selaras dengan realitas.
Jika Anda melihat sisi lain dari koin yang sama, pada samatha—
ketenangan, kedamaian, keheningan—Anda menyadari bahwa itu
pun berasal dari kemurnian. Apakah yang mencabut Anda dari
kedamaian? Apakah yang mencabut Anda dari keheningan? Kerap
kali penyebabnya adalah nafsu. Anda mendambakan sesuatu, lalu
batin Anda tersita dengan cara memenuhi hasrat tersebut. Kemudian
Anda condong memikirkan masa depan. Atau Anda mungkin kesal
mengenai sesuatu. Niat buruk biasanya mengenai sesuatu yang
telah terjadi pada masa lalu, sehingga batin Anda tersita dengan hal
76 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
tersebut. Batin Anda berkeliaran, dan Anda merasa gelisah dan resah.
Inilah kebalikan dari samatha, ketenangan.
Seiring Anda memurnikan diri dari kotoran batin ini, maka batin
menjadi lebih tak terusik dan condong menetap pada momen
kini. Batin menjadi tenang. Ini berarti kemurnian pun merupakan
penyebab samatha, dan itu berarti samatha dan vipassanā memiliki
sumber yang sama.
Akibat yang paling penting adalah kita mengakui bahwa kita mesti
menempatkan penekanan yang kuat pada kemurnian dalam kehidupan.
Kita secara rutin merenungi cara kita bisa mengurangi kotoran batin
dan cara kita bisa menjadi lebih murni sebagai manusia. Seiring kita
menjalani ini, samatha dan vipassanā muncul bersama-sama.
dan vipassanā diperkuat? Titik awal yang sangat jelas adalah cukup
memiliki kebaikan hati, lembut, bajik, dan tidak melupakan aspek
batin dari hal-hal ini. Lakukan yang baik dan hindari yang buruk.
Kembangkan cinta kasih dan kewelasan sedikit demi sedikit. Ingat
bahwa sīla merupakan landasan praktik meditasi apa pun serta
latihan Buddhis apa pun. Kita akan menemui hal ini berulang kali
disebutkan dalam pembabaran Buddha. Makin Anda jelas mengenai
hal ini, makin besar prioritas yang Anda berikan kepada kemurnian
dalam kehidupan Anda. Hanya begitu Anda telah meleburkan
sempurna semua aspek sīla dalam keseharian, barulah kemurnian itu
menjadi daya yang mengangkat meditasi Anda, membawa samatha
dan vipassanā ke tataran lebih tinggi. Saat kemurnian dikembangkan
dengan komitmen penuh dan ketekunan, saat itu tidak ada lagi batas
jarak yang bisa Anda tempuh dalam jalan Buddhis.
Saya akan ceritakan di sini kisah kebaikan hati indah yang saya dengar
78 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
Kisah lainnya yang saya dengar baru-baru ini adalah tentang salah
seorang bhikkhu di wihara kami. Bhikkhu ini sedang berusaha
memperpanjang paspornya. Ia bolak-balik ke kantor pos dan karena
berbagai alasan, ia mengalami kesulitan mendapatkan paspornya.
Pada akhirnya, kelihatannya semuanya akan lancar, namun ketika
ia memberi cek ke penjaga loketnya untuk membayar semua jasa
itu, ia diberi tahu, “Maaf, kami tidak menerima cek.” Sekali lagi
ia terjebak dalam situasi tanpa jalan keluar. Tapi saat itu, sesuatu
yang mengagumkan terjadi. Pria yang menjaga loket itu—cuma
orang Australia biasa, bukan umat Buddha, dan mungkin sekali
tidak mengerti ajaran Buddha—berkata, “Saya akan bayari dahulu
dengan uang saya, lalu Anda bisa mengganti uang saya nanti.” Jumlah
tagihannya mencapai $250! Penjaga loket itu tidak akan tahu apakah
ia bakal bertemu bhikkhu ini lagi. Dari sudut pandangnya, itu tidak
beda dengan sekadar memberikan uang itu cuma-cuma. Betapa
menakjubkan untuk dilakukan. Maka, inilah contoh lain kebaikan
hati luar biasa yang dilakukan orang biasa. Dan tentu saja, orang itu
mendapatkan uangnya kembali. Bhikkhu biasanya sangat jujur!
Tidak masalah apa yang Anda lakukan. Entah Anda mengamati napas
atau melakukan meditasi pemancaran cinta kasih, atau sekadar
duduk dan menikmati kedamaian, atau merenungi objek tertentu,
semua itu sebenarnya tidak jadi soal. Yang penting adalah Anda
memurnikan diri, karena inilah tujuan sejati meditasi. Jangan berpikir,
“Metode meditasi apa yang harus kulakukan?” alih-alih berpikirlah,
“Bagaimana cara memurnikan batinku sendiri?”
81 Mengapa Samatha dan Vipassanā Tak Bisa Dipisahkan
1. Perenungan pelapukan
Anda mungkin pikir ini sudah jelas, tapi sering sekali kita
melupakannya. Karena kita lupa, kita salah menempatkan prioritas:
82 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
kita melakukan hal-hal dalam hidup yang tidak bermanfaat atau kita
sesali setelah melakukannya. Perenungan usia tua yang sederhana
ini cenderung menjernihkan batin dari omong kosong dan kita
menggunakan waktu kita yang tersisa dengan jauh lebih baik.
2. Perenungan sakit
Di mana ada sehat di sana juga pasti ada sakit. Sehat dan sakit hanya
saling berputar dan bergantian. Ketika Anda punya yang satu, maka
Anda juga punya yang lainnya. Inilah sebabnya Ajahn Brahm, guru
saya, mengatakan bahwa saat Anda sakit dan pergi ke dokter, Anda
harus mengatakan, “Dokter, ada sesuatu yang beres dengan saya; saya
sakit hari ini,” alih-alih mengatakan, “Dokter, ada yang tidak beres
dengan saya hari ini.” Ketika Anda memahami bahwa sakit dan sehat
adalah kedua sisi yang berlawanan dari realitas yang sama, Anda tidak
mengizinkan diri menjadi lupa daratan saat Anda sehat dan kuat.
Anda mengingatkan diri bahwa sehat dengan mudah bisa menjadi
sakit. Sekali lagi, hal ini membantu Anda menjaga batin yang jernih,
dan memanfaatkan hidup Anda dengan piawai.
3. Perenungan kematian
Kita pikir kita tahu bahwa kita akan meninggal, tetapi sebagian
besar dari rasa tahu ini adalah khayalan. Kita cenderung memikirkan
83 Mengapa Samatha dan Vipassanā Tak Bisa Dipisahkan
Tiap hal yang Anda miliki dalam hidup ini hanyalah objek yang
dipinjam. Anda pasti akan meninggalkan segalanya ketika Anda
meninggal. Seberapa besar nafsu dan kelekatan yang akan Anda miliki
terhadap barang pinjaman? Apakah Anda akan melekati dengan erat
hal-hal yang Anda tahu harus dikembalikan, diberikan kembali ke
alam? Jika Anda menyewa rumah, seberapa melekatkah Anda dengan
85 Mengapa Samatha dan Vipassanā Tak Bisa Dipisahkan
Saat Anda mengingat hal itu, Anda menjadi tenang dan lebih
tenteram. Anda Tidak melekati sebanyak dahulu dan nafsu mulai
memudar. Sekali lagi, Anda memurnikan batin sendiri. Anda memiliki
lebih banyak samatha dan vipassanā, dan hidup Anda bergerak ke arah
yang baik.
Cobalah melihat hubungan itu dalam hidup Anda. Saat Anda melihat
hubungan antara tindakan dan hasilnya, maka wawasan itu akan
memberi Anda motivasi yang kuat dan sangat memudahkan Anda
melakukan yang benar dan menghindari hal-hal yang membebani
Anda. Ini sekadar beberapa renungan mengenai cara mendapatkan
kemurnian dalam kehidupan Anda. Ketika digunakan dengan benar,
mereka memberi Anda panduan dalam kehidupan sehari-hari. Saat
kemungkinan terjadinya kematian senantiasa ada dalam batin, Anda
jauh lebih hati-hati dalam cara Anda berurusan dengan hampir segala
88 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
sesuatu. Hal ini menjadi suar untuk membantu Anda mengarungi arus
kehidupan manusia yang berbahaya. Ini membuat Anda mampu keluar
dari segala kebiasaan batin yang sempit dan negatif yang telah Anda
kumpulkan selama berbagai masa kehidupan. Dengan cara ini, maka
perenungan ini menjadi suatu daya kebajikan di dunia ini. Mereka
membantu kita menjadi berkah bagi diri sendiri, serta menjadi berkah
bagi semua orang di sekitar kita.
Kesimpulannya …
Lalu Anda bisa merasa sendiri bahwa ini pastilah benar. Ketika Anda
hening, Anda melihat lebih bening, dan saat Anda melihat dengan
bening, Anda menjadi hening. Karena itulah samatha dan vipassanā tak
bisa dipisahkan dan harus selalu bersama-sama.
89 MURNIKAN BATINMU SENDIRI
5
Satipaṭṭhāna dan Samādhi
Pendahuluan
rintangan batin halus. (33) Ini merupakan bagian dari jalan yang
membawa menuju samādhi. Tahapan kedua satipaṭṭhāna di sini
dicirikan dengan: keinginan indriawi sudah ditinggalkan, ada hal
yang menyiratkan bahwa samādhi telah diperoleh. (34)
Kesimpulan
Rujukan
AN: Aṅguttara Nikāya. Rujukan adalah nomor bab (nipāta) lalu nomor
sutta seperti dalam terjemahan Bhikkhu Bodhi.
DN: Dīgha Nikāya. Rujukan adalah nomor sutta, nomor bagian (hanya
untuk beberapa sutta), dan paragraf seperti dalam terjemahan
Maurice Walshe.
MN: Majjhima Nikāya. Rujukan adalah nomor sutta dan paragraf seperti
dalam terjemahan Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi.
SN: Saṁyutta Nikāya. Rujukan adalah nomor bab (saṁyutta) lalu nomor
sutta seperti dalam terjemahan Bhikkhu Bodhi.
Catatan
(3) Kapan pun kata samādhi muncul sendiri dalam sutta, kata ini
hampir selalu mengikutsertakan empat jhāna. Lebih lanjut, meski jenis
samādhi lainnya disebutkan dalam Kanon Pāḷi, sejauh ini jenis samādhi
yang paling umum adalah empat jhāna. Demikianlah, dalam tulisan
99 Satipaṭṭhāna dan Samādhi
(4) Tiga syair empat baris pertama dalam Ānāpānasati Sutta biasanya
dipahami (termasuk juga oleh Kitab Komentar) sebagai praktik
samādhi. Lebih lanjut, sutta memuat frasa seperti ānāpānasati-samādhi,
“pengheningan melalui penyadaran napas”, misalnya di SN 54.7.
(9) Idha bho bhikkhu ajjhattaṁ kāye kāyānupassī viharati ātāpī sampajāno
satimā vineyya loke abhijjhā domanassaṁ. Ajjhattaṁ kāye kāyānupassī …
vedanāsu vedanānupassī … citte cittānupassī … dhammesu dhammānupassī
viharanto tattha sammā samādhiyati sammā vippasīdati. DN 18.26 Terpusat
dengan benar, sammā-samādhiyati, merujuk ke berbagai jhāna.
Yato kho te, bhikkhu, ayaṁ samādhi evaṁ bhāvito hoti bahulīkato, tato
tvaṁ, bhikkhu, imaṁ samādhiṁ savitakkasavicārampi bhāveyyāsi,
avitakkavicāramattampi bhāveyyāsi, avitakkaavicārampi bhāveyyāsi,
sappītikampi bhāveyyāsi, nippītikampi bhāveyyāsi, sātasahagatampi
bhāveyyāsi, upekkhāsahagatampi bhāveyyāsi. AN 8.63
(19) Berbagai sifat yang tercantum di bawah ini adalah ciri khas
berbagai jhāna, lihat misalnya MN 51.20-23. Samādhi dengan penerapan
awal dan sinambung adalah jhāna pertama. Samādhi tanpa penerapan
awal namun dengan penerapan sinambung jarang disebutkan dalam
sutta dan ini adalah keadaan di antara jhāna pertama dengan kedua.
Samādhi tanpa penerapan awal dan sinambung adalah jhāna kedua
atau di atasnya. Samādhi tanpa kegiuran merujuk ke jhāna ketiga dan
di atasnya, demikian juga dengan samādhi disertai kelegaan; kelegaan
(sāta) di sini adalah padanan kebahagiaan (sukha). Samādhi dengan
ketenangseimbangan merujuk ke jhāna keempat dan keadaan yang
melampauinya. Empat jhāna yang dimaksud di sini juga didukung
oleh Kitab Komentar; lihat Aṅguttara Nikāya Commentary vol.IV,
hal.142, l. 9-22.
Sa kho so, bhikkhave, paṇḍito byatto kusalo bhikkhu lābhī ceva hoti diṭṭheva
dhamme sukhavihārānaṁ, lābhī hoti satisampajaññassa. SN 47.8
(28) I. Berbagai istilah yang menandakan samādhi adalah kata sifat dari
105 Satipaṭṭhāna dan Samādhi
kāyānupassino. Makna hal ini adalah karena itu seorang mesti berdiam
merenungi tubuh (dan seterusnya) setelah kualitas ini, yaitu samādhi,
ditegakkan.
(31) Yaitu lima khandha, uraian standar dalam sutta tentang makhluk
hidup.
Sama pula, dalam naskah pada catatan 27, satimā vineyya loke abhijjhā-
domanassaṁ telah digantikan dengan serangkaian istilah yang
mencirikan samādhi. Karena itu, tampaknya mungkin bahwa kedua
kutipan naskah ini merujuk ke jenis satipaṭṭhāna setelah samadhi yang
sama. Juga ada dalam kutipan naskah ini, tidak ada tulisan berikutnya
mengenai jhāna, dan latihan langsung menuju jhāna kedua. Ini
menyiratkan bahwa jhāna pertama di sini dimasukkan dalam praktik
satipaṭṭhāna. Sekali lagi, ini merujuk ke satipaṭṭhāna setelah samadhi.
4900333833
YAYASAN EHIPASSIKO
085888503388
ehipassikofoundation
www.ehipassiko.or.id