0
Dharmaning Ksatrya Dalem Amangku Bhumi
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perubahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Penerbit:
PT. Japa Widya Duta
Jl. Sedap Malam No. 16, Sanur Kaja, Denpasar
Telp. 0819 - 1300 - 8000
Salam Hormat
Penulis:
dr. I Gusti Ngurah Putera Eka Santhosa
Penyunting:
dr. Ni Putu Dewi Indriyani,M.Biomed,Sp.PD
Om Swastyastu
I
Penulis tidak saja menunjukkan bahwa ajaran leluhur kita di
Bali, masih relevan untuk dipelajari, namun berani memberi
jawaban tegas atas ambiguitas seputar dunia leyak, yang
tidak jarang menjadi kambing hitam atas suatu musibah yang
dialami manusia Bali.
Om Shanti-Shanti-Shanti Om
III
Penulis bersama istri dan anak-anak
IV
Penulis bersama pengurus pusat Pasemetonan Ageng Trah Shri Arya Sentong
FBpage @ekasanthosa,
IG @ekasanthosa,
Email : ekasanthosa@gmail.com
Web. : www.ekasanthosa.com
Kata Pengantar I
Ucapan Terima Kasih III
Daftar Isi VI
Prolog VII
Bagian I
Bab I : Setiap Rumah Adalah Sekolah
Bab II : Bahasa Hati
Bab III : Niti Shastra dalam Kehidupan
Bagian II
Bab IV : Mengenal Leyak
Bab V : Ilmu Hitam VS Ilmu Putih
Bab VI : Pesan Dari Lemah Tulis
Bagian III
Bab VII : Psikodinamika Leyak
Bab VIII : Teknik Pelepasan
Bab IX : Meditasi Tantra
Penutup
VI
PROLOG
VII
Dilain hal, Kakawin Nitisastra ternyata dapat dipandang
sebagai model pola asuh anak menurut perspektif
budaya Bali. Dimana proses perlakuan anak dianggap
sebagai kewajiban agama di samping kewajiban biologis.
Hak anak yang dijelaskan dalam teks Kakawin Nitisastra
meliputi hak anak untuk tumbuh dan berkembang, hak
untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan
perhatian, kasih sayang, dan perlindungan dari berbagai
tindakan kekerasan.
VIII
I Gusti Ngurah Putra AS, Dalang Senior dari Jro Bebalang Perean sedang
menuturkan kisah wayang kepada penulis
XI
I Gusti Ngurah Windya ,Penari Topeng Tugek Carangsari dari Jro Dauh Bebalang
Carangsari sedang menuturkan kisah topeng kepada penulis
XII
Di dalam konsep "Society 5.0" ini, manusia akan
berperan lebih besar dengan mentransformasi big data
menjadi suatu kearifan baru yang pada akhirnya
meningkatkan kemampuan manusia untuk membuka
peluang -peluang bagi kemanusian demi tercapainya
kehidupan bermakna.
XIV
Bagian II : Menjawab pertanyaan tentang Leyak;
bagaimana serta psokodinamika ilmu ini
bekerja, serta pelbagai mitos dan fakta
tentang leyak
Demikianlah Adanya
XV
BAGIAN I
Orang yang terkemuka harus bisa mengambil hati dan menyenangkan hati
orang; jika berkumpul dengan wanita, harus dapat mempergunakan
perkataan-perkataan manis yang menimbulkan rasa cinta; jika berkumul
dengan pendeta, harus dapat membicarakan pelajaran-pelajaran yang baik;
jika berhadapan dengan musuh, harus dapat mengucapkan kata-kata yang
menunjukkan keberaniannya seperti seekor singa.
Lahir dari keluarga yang mewarisi gelar “I Gusti Ngurah”
penulis aggap sebagai sebuah siksa dunia. Kenapa
demikian? Memegang tradisi sebagai anak pertama Ajik
diwajibkan menjadi contoh untuk adik-adik dengan
menikah dengan sesama wangsa yang akhirnya berujung
pada perpisahan. Namun garis tangan berkata lain,
menempuh pendidikan di Malang pada sekolah keguruan,
Ajik dan Ibu bertemu dengan latar belakang yang sama.
Sama-sama lari dari sistem perjodohan. Keduanya telah
memiliki putri dan sampai saat ini menjadi kakak yang
sangat baik dan menyenangkan.
3
Saat tuduhan datang kepada istrinya, Ajik tidak
membantah apalagi menyangga, Ia mengumpulkan
informasi dan bukti dan kemudian menayakan langsung.
Ajik mengajarkan kepada penulis saat itu, ”Kita diberikan
dua telinga, dua mata, dan satu mulut, usahakan mendengar dari
dua sisi berbeda, dua sudut pandang yang berbeda sebelum
mengambil kesimpulan”
4
Begini saja, coba kamu sebutkan siapa saja yang bilang
demikian, jika nanti memang istri saya salah, saya sendiri
yang akan minta maaf).
Saat itu saya fikir bisa saja Ajik membawa kasus ini ke
ranah hukum dengan tuduhan pencemaran nama baik
dan percobaan pembunuhan namun sama sekali tidak
dilakukan, malah diselesaikan dengan perundingan.
S e b e s a r- b e s a r n ya m a s a l a h j i k a m a s i h
memungkinkan, selesaikanlah dengan cara
musyawarah dan saling memaafkan.
5
Memberi banyak & menerima banyak
6
Beliau mengajarkan bagaimana memberi banyak dan
menerima banyak bukan dengan teori belaka, namun
dengan integritas yang diperagakan dalam sikap sehari-
hari, sehingga bila penulis simpulkan ada beberapa
pembelajaran yang dapat penulis dapatkan dari Ajik
sebagai seorang pengusaha, yakni;
8
Dari pengamalan ilmu membuat “kapal” itu, ada
beberapa hal yang selalu diingatkan Kakek Dalang dalam
menjalankan swadarma sebagai pelajar saat itu, yakni;
9
BAB II
Bahasa hati
Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh
hutan. Jika singa dengan hutan berselisih, mereka marah, lalu
singa itu meninggalkan hutan. Hutannya dirusak binasakan
orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang. Singa
yang lari bersembunyi di dalam curah, di tengah-tengah ladang,
diserbu orang dan dibinasakan.
Pendidikan keluarga kini berlanjut di Surabaya, dimana
Kakek Dilla yang merantau sejak tahun 80-an ke kota
perjuangan ini, berjodoh dengan Keluarga Silat Nasional
Perisasi Diri. Saat penulis bertemu, Beliau menyandang
gelar Pendekar Historis dengan subspesialis kerohanian,
yang dimandatkan langsung oleh Guru besar, RMS
Dirjoatmojo.
11
Peragaan gerak silat dengan senjata toya
Isi Kosong
Ada Tiada
Merah Putih
Sekala Niskala
Purusa Predana
Awal Akhir
Kuat Lemah
Dst Dst
16
Sehingga dalam pertarungan di matras kehidupan nyata,
Beliau mengingatkan untuk selalu menjaga hati, agar
senantiasa penuh dengan cinta kasih. Dan memang
kenyataannya hal ini sangat efektik dalam
menyelesaikan pelbagai tantangan yang
penulis hadapi.
MEMBANGUN KELUARGA
24
Pengarahan dari Dewan Pembina, Bapak I Gusti Ngurah Alit Yuda di
kediamannya di Carangsari
26
Pada periode kedua, Paiketan telah usai melakukan konsolidasi
ke dalam, walau belum 100%, oleh karena beberapa semeton
belum dalam move on dengan masa lalunya. Paiketan
mengembangkan Pasemetonan lebih luas, kepada para Arya
lainnya. Dalam Mahasabha kedua, komunikasi antar Trah
dilakukan dan ditempat yang sama hampir seluruh Puri di Bali
datang dalam Mahasabha II Pasemetonan Ageng Trah Shri
Arya Sentong. Banyak hal telah dilakukan Pasemetonan Ageng,
salah satunya adalah memfasilitasi semeton yang sedang
mengalami kesusahan di Singapura. Hal inilah yang kemudian
menjadi kisah menarik selanjutnya.
27
KISAH TERSEMBUNYI DI BALIK KEMBALINYA IBU
PUSPITAWATI KE PANGKUAN IBU PERTIWI
28
Belum setengah hari, KBRI memberi informasi bahwa
Jenazah sudah dapat dipulangkan dini hari nanti. Hingga
pagi hari sampai di Pulau Bali https://bit.ly/2YifHqd
4 Desember 2019, KBRI, Kadisnaker Provinsi Bali,
BP3TKI, dr. Laksmi Duarsa, Sp.KK, jajaran Garda Puri
Sejebag Tabanan (GPST) dibawah koordinasi A.A Ngurah
Panji Astika. Pengurus Pusat Pesemetonan Ageng Trah
Shri Arya Sentong dan keluarga Jro Tinungan menyambut
kedatangan jenazah tiba di pangkuan Ibu Pertiwi. https://
youtu.be/EFdaELrF1qw
Dihari yang sama, langsung dilaksanakan upacara
"mekingsan ring gni" disaksikan oleh semeton
Br.Tinungan hingga selesai petang hari 19.00 Wita.
5 Desember 2019, sebagai pengampu keluarga, kami soan
ke Ibu Putri di Jayasabha. Kami mengucapkan terima
kasih dengan menghaturkan sepucuk puisi dengan judul
"SURAT UNTUK IBU PERI" begini narasinya :
29
SEBUAH PUISI UNTUK IBU PERI
32
BAGIAN II
Bagian II & III buku ini akan dibagikan dalam versi cetak, yang
rencananya di laouncing akhir Januari 2020.
Pada bagian ketiga penulis, atas izin Kak Mangku Teja,
membagikan metode sederhana teknik Pelepasan Tradisional
untuk digunakan dalam menangkal hal-hal buruk yang
diasumsikan berasal dari praktek Leyak.