1
KELAHI RAN UL ANG
2
KELAHI RAN UL ANG
1
Judul Asal 1. Does Rebirth Make Sense?
2. Excerpts from The Buddha and His Teachings
3. The Truth of Rebirth and Why It Matters in Buddhist Practice
4. Rebirth as Doctrine and Experience
Penulis 1. Bhikkhu Bodhi
2. Bhikkhu Nārada
3. Bhikkhu Ṭhānissaro
4. Francis Story
SENARAI ISI
Para Penulis 5
3
BAGIAN 4: STUDI KASUS DAN BUKTI KELAHIRAN ULANG 191
Jenis Kasus Kelahiran Ulang 192
Kasus Warnasiri Adikari di Sri Lanka 196
Kasus Disna Samarasinghe di Sri Lanka 209
Kasus Sersan Thiang San Kia di Thailand 233
Metamorfosis Seorang Ibu 240
Kelahiran Ulang Atau Perasukan? 253
Apa yang Terjadi Selama Kelahiran Ulang 263
Serba-serbi Kasus Ingatan Kelahiran Ulang 276
Kasus Memori Kelahiran Ulang Melalui Hipnosis Regresi 304
4
KELAHI RAN UL ANG
PARA PENULIS
Bhikkhu Bodhi (Jeffrey Block), Ph.D., lahir 14 Desember 1944, adalah
bhikkhu Amerika dan cendekiawan Pāḷi. Setelah menamatkan studi
universitasnya dalam bidang filosofi di Claremont Graduate School,
ia pergi ke Sri Lanka, tempat ia menerima penahbisan penuh pada
tahun 1973 di bawah bimbingan mendiang Bhikkhu Ānanda Maitreya.
Ia melayani sebagai penyunting Buddhist Publication Society (Sri
Lanka) sejak 1984-1988 dan menjadi presidennya sejak tahun 1988.
Terjemahan Majjhima Nikāya atau The Middle Length Discourses of the
Buddha (Somerville: Wisdom Publications, 1995), lalu The Connected
Discourses of the Buddha: A New Translation of the Saṁyutta Nikāya
(2000, Wisdom Publications),The Numerical Discourses of the Buddha: A
Translation of the Aṅguttara Nikāya (2012, Wisdom Publications), dan In
the Buddha’s Words: An Anthology of Discourses from the Pāḷi Canon (2005,
Wisdom Publications) sangat disegani cendekiawan dan praktisi
Buddhis di seluruh dunia. Ia kini adalah Presiden Saṅgha Council of
Bodhi Monastery (USA) dan Ketua Yin Shun Foundation.
5
KELAHI RAN UL ANG
6
KELAHI RAN UL ANG
Dr. Ian Stevenson lahir di Montreal, Kanada, tahun 1918 dan menerima
latihan medisnya di berbagai institusi di Kanada dan Amerika Serikat.
Ia adalah profesor dan Ketua Fakultas Psikiatri di University of
Virginia School of Medicine, dan menjabat sebagai Carlson Professor
of Psychiatry dan Direktur Divisi Parapsikologi di University of
Virginia School of Medicine. Profesor Stevenson memiliki minat
hampir seumur hidupnya dalam parapsikologi dan telah aktif terlibat
dalam riset di bidang ini sejak 1957, mengkhususkan diri dalam kasus
kelahiran ulang. Ia telah melakukan banyak perjalanan ke lapangan
untuk menyelidiki kasus seperti itu di Asia dan bagian dunia yang
lainnya. Ia sering ditemani dalam perjalanan seperti itu oleh Francis
Story sampai kematian Francis tahun 1971. Karyanya yang diterbitkan
7
KELAHI RAN UL ANG
8
KELAHI RAN UL ANG
BAGIAN SATU
Bhikkhu Bodhi
9
KELAHI RAN UL ANG
Sekilas pandang sutta Pāḷi akan menunjukkan bahwa tak satu pun
pernyataan ini yang memiliki bukti. Ajaran tentang kelahiran ulang
10
KELAHI RAN UL ANG
bermunculan hampir di mana saja dalam kitab suci, dan terpaut erat
dengan sehimpunan doktrin lainnya sehingga menyingkirkan ajaran
ini akan jelas membuat Dhamma menjadi compang-camping. Lebih
lanjut, ketika sutta membahas mengenai kelahiran ulang ke dalam
lima alam—neraka, alam binatang, alam hantu, alam manusia, dan
surga—sutta tak pernah menyiratkan bahwa istilah ini bermakna
simbolis. Sebaliknya, sutta bahkan menyatakan bahwa kelahiran
ulang terjadi “dengan hancurnya tubuh, setelah kematian”, yang
dengan jelas menyiratkan sutta menghendaki agar gagasan kelahiran
ulang diterima secara harfiah.
11
KELAHI RAN UL ANG
moral, perbuatan kita yang bajik dan tidak bajik, memiliki kekuatan
hakiki untuk menghasilkan buah sehubungan dengan kualitas moral
perbuatan itu. Jika ditilik bersama, ajaran ganda mengenai kelahiran
ulang dan karma menunjukkan adanya prinsip keseimbangan moral
yang diraih antara perbuatan kita dengan kualitas hidup yang
kita rasakan, seperti perbuatan bajik secara moral membawa hasil
yang menyenangkan, perbuatan jahat menghasilkan yang tidak
menyenangkan.
12
KELAHI RAN UL ANG
13
KELAHI RAN UL ANG
14
KELAHI RAN UL ANG
Ajaran karma dan kelahiran ulang memiliki makna penting etis yang
lebih dalam daripada sekadar anjuran sederhana untuk tanggung
jawab moral. Ajaran ini menunjukkan bahwa tidak hanya kehidupan
pribadi kita dibentuk oleh karma lampau kita sendiri, namun juga
kita hidup di semesta yang memiliki makna etis. Jika dihubungkan,
ajaran ini membuat semesta suatu kosmos, suatu tatanan, terpadu,
15
KELAHI RAN UL ANG
16
KELAHI RAN UL ANG
17
KELAHI RAN UL ANG
Akan tetapi, dari sudut pandang Buddhis, kesadaran dan dunia hadir
bersama dalam hubungan penciptaan yang saling membutuhkan
dengan setara. Sama seperti tidak mungkin ada kesadaran tanpa tubuh
sebagai penyokong fisiknya dan dunia sebagai lingkup cerapnya,
demikian juga tidak ada organisme fisik dan tidak ada dunia tanpa
sejenis kesadaran yang menyusun mereka sebagai organisme dan
dunia. Meski untuk sementara tiada batin atau pun materi yang bisa
dianggap mendahului yang lainnya, namun demi kepentingan praktis,
Buddha mengatakan bahwa batin adalah pendahulu. Batin adalah
pendahulunya, bukan dalam artian batin muncul sebelum tubuh atau
bisa eksis secara mandiri dari tataran fisik, namun dalam artian badan
dan dunia tempat kita ada mencerminkan aktivitas batin kita.
18
KELAHI RAN UL ANG
19
KELAHI RAN UL ANG
Saat kita menjumpai kondisi luar yang cocok, benih karma yang
tersimpan dalam arus keberlangsungan batin, bangkit dari kondisi
laten dan berbuah. Fungsi terpenting yang dilakukan karma adalah
menghasilkan kelahiran ulang di alam yang sesuai, alam yang
menyediakan ladang bagi karma untuk mengeluarkan potensinya
yang tersimpan. Jembatan antara kehidupan lalu dan yang baru,
seperti yang kita sebut di atas, adalah arus kesadaran yang berevolusi.
Dalam arus kesadaran inilah karma tercipta melalui aktivitas
perniatan; adalah arus kesadaran yang terus mengalir, yang samalah,
yang membawa energi karma menuju keberadaan baru; dan sekali
lagi arus kesadaran ini pula yang mengalami buahnya. Dapat dinalar,
di tataran terdalam, seluruh arus kesadaran individu tergabung
dalam suatu matriks yang maha melingkupi, sedemikian hingga,
di bawah permukaan peristiwa, penumpukan karma terpisah dari
semua makhluk saling-silang, menimpa, dan menyatu. Hipotesis ini—
meski spekulatif—akan membantu menjelaskan kebetulan aneh yang
kadang kita temui, yang membuat lubang dalam asumsi-asumsi kita
mengenai tataran rasional.
20
KELAHI RAN UL ANG
21
KELAHI RAN UL ANG
22
KELAHI RAN UL ANG
BAGIAN DUA
Bhikkhu Nārada
23
KELAHI RAN UL ANG
24
KELAHI RAN UL ANG
25
KELAHI RAN UL ANG
Dari sudut pandang ilmiah, kita mutlak lahir dari orangtua. Dengan
demikian, maka kehidupan mengembangbiakkan kehidupan.
Mengenai asal mula protoplasma pertama kehidupan, atau “koloid”
(apa pun nama yang akan kita sebut), para ilmuwan mengatakan
tidak tahu.
26
KELAHI RAN UL ANG
yang cocok terlahir dalam rahim yang itu. Istilah ini hanya digunakan
dalam hubungan ini, dan tidak boleh dikelirukan dengan suatu jiwa
yang tetap.
Agar suatu makhluk terlahir di sini, suatu makhluk harus mati di tempat
lain. Kelahiran suatu makhluk—yang secara ketat berarti pemunculan
gugus-gugus kehidupan (khandhanaṁ patubhāvo), atau fenomena
badan-batin dalam kehidupan ini, berkaitan dengan kematian suatu
makhluk dalam kehidupan lampau; sama seperti dalam contoh sehari-
hari, terbitnya matahari di tempat lain. Pernyataan misterius ini bisa
lebih mudah dipahami dengan membayangkan kehidupan sebagai
gelombang dan bukan sebagai garis lurus. Kelahiran dan kematian
hanyalah dua tahap dari proses yang sama. Kelahiran mendahului
kematian, dan kematian, di lain pihak, mendahului kelahiran.
Pergantian sinambung kelahiran dan kematian sehubungan dengan
tiap arus kehidupan individu menyusun apa yang secara teknis
disebut sebagai saṁsāra—pengembaraan terus-menerus.
27
KELAHI RAN UL ANG
28
KELAHI RAN UL ANG
29
KELAHI RAN UL ANG
30
KELAHI RAN UL ANG
31
KELAHI RAN UL ANG
9 Kasus Shanti Devi di India merupakan contoh yang tegas. Lihat The Bosat, vol. xiii,
No. 2, hal. 27.
10 William W. Atkinson dan E.D. Walter, Reincarnation and the Law of Kamma.
11 Psalms of the Brethren (Theragāthā) memberikan kisah menarik mengenai seorang
brahmana bernama Vaṅgīsa, yang mendapat kehormatan sebagai guru dengan
mengetuk tengkorak dengan kuku jarinya dan bisa mengetahui ke mana empunya
tengkorak itu terlahir ulang.
Beberapa tokoh kadang menampilkan kepribadian berbeda selama rentang
kehidupan mereka. Profesor James mengutip beberapa kasus menakjubkan dalam
bukunya Principles of Psychology. Lihat F. W. H. Myers, Human Personality and Its
Survival of Bodily Death. Kitab Visuddhi Magga menyebutkan peristiwa menarik
seorang dewa merasuki tubuh seorang siswa perumah tangga. Lihat The Path of
Purity, bagian i, hal. 48.
Penulis sendiri telah bertemu orang-orang yang penghidupannya sebagai
medium makhluk tak kasat untuk menyampaikan pikiran mereka serta orang-
orang lainnya yang sesungguhnya dirasuki makhluk gaib jahat. Dalam keadaan
terhipnosis ini mereka bicara dan melakukan hal-hal yang biasanya benar-benar
tidak mereka ketahui dan setelahnya tidak bisa mereka ingat.
12 Lihat Many Mansions dan The World Within oleh Gina Cerminara.
32
KELAHI RAN UL ANG
13 Pengalaman seperti demikian yang membuat Sir Walter Scott ke suatu sensasi
kelahiran ulang. Biografernya, Lockhart, mengutip dalam bukunya Life of Scott,
kutipan berikut dalam buku harian Scott pada tanggal 17 Februari 1828.
“Aku tidak bisa tahu, aku yakin, apakah ini berharga untuk dicatat, bahwa
kemarin saat makan malam, aku anehnya merasa dihantui oleh apa yang kusebut
rasa bahwa aku pernah hidup sebelumnya, yaitu gagasan kabur bahwa tiada hal
yang terjadi yang diucapkan untuk pertama kalinya, bahwa topik yang sama
pernah didiskusikan dan orang-orang pernah menyatakan pendapat yang sama
mengenai hal itu. Sensasi itu begitu kuat sehingga menyerupai apa yang disebut
fatamorgana di gurun dan halusinasi serangan panas di atas kapal.”
Bulwer Lytton menjabarkan pengalaman misterius ini sebagai sejenis memori
batin dan spiritual aneh yang sering mengingatkan kita ke tempat dan orang
yang belum pernah kita temui sebelumnya, dan yang kaum pengikut Plato yang
tegaskan sebagai kesadaran yang belum padam dan masih hidup dari kehidupan
sebelumnya.” H.M. Kitchener, The Theory of Reincarnation, hal. 7.
Penulis juga telah menemui beberapa orang yang mengingat kepingan kehidupan
lampau mereka dan juga seorang dokter terkenal di Eropa yang menghipnosis
orang-orang dan membuat pasiennya menguraikan kehidupan lampau mereka.
33
KELAHI RAN UL ANG
Di sana muncul di dunia ini tokoh-tokoh yang sangat maju, dan yang
sempurna seperti para Buddha. Mungkinkah mereka berkembang
tiba-tiba? Mungkinkah mereka produk satu kehidupan saja?
34
KELAHI RAN UL ANG
Jika kita meyakini keberadaan masa kini dan masa depan, maka
logis untuk meyakini keberadaan suatu masa lalu. Jika ada alasan
meyakini bahwa kita telah eksis pada masa lalu, maka pasti tidak ada
alasan untuk tidak memercayai bahwa kita akan terus hidup setelah
35
KELAHI RAN UL ANG
Kita terlahir ke dalam kondisi yang kita ciptakan sendiri. Jika, alih-
alih kebaikan yang kita jalani, kita dipaksa menjalani kehidupan yang
malang, maka itu disebabkan karma buruk lampau kita. Jika, walau
kejahatan yang kita lakukan, kita menang, itu juga disebabkan karma
baik lampau kita. Perbuatan baik dan buruk sekarang, akan tetapi,
menghasilkan pengaruhnya kelak pada kesempatan paling dini.
15 “Kita mulai melihat masa kini sebagai anak masa lalu dan sebagai orangtua masa
depan.” T.H. Huxley.
16 Addison.
36
KELAHI RAN UL ANG
37
KELAHI RAN UL ANG
Lalu, dalam artian lain, kita tidak mutlak apa kita sebelumnya,
dan kita tidak akan mutlak karena apa kita sekarang.
14. Mereka menjelaskan penyebab kematian dini dan perubahan
kemujuran mendadak.
15. Di atas segalanya, mereka menjelaskan pemunculan guru spiritual
yang sempurna, mahatahu, seperti para Buddha, yang memiliki
karakteristik fisik, batin, dan intelektual yang tiada banding.
“Tiada Tuhan tiada Brahma yang bisa ditemukan, apa pun mengenai roda
kehidupan ini, hanya fenomena polos yang bergulir, semuanya tergantung
pada kondisi.”
—Visuddhi Magga
38
KELAHI RAN UL ANG
B. Jika tidak ada B, tidak ada C. Dengan kata lain—”Karena ini, maka
itu; ini tidak ada, itu tidak ada.” (imasmiṁ sati, idaṁ hoti; imasmiṁ asati,
idaṁ na hoti.)
39
KELAHI RAN UL ANG
Ketaktahuan mengenai masa lalu, masa depan, masa lalu dan masa
depan, dan terhadap “Musabab Yang Saling Bergantung” juga
dianggap sebagai avijjā. Bergantung pada ketaktahuan, muncullah
bentukan terkondisi (saṅkhārā).
19 Hal. 14
40
KELAHI RAN UL ANG
41
KELAHI RAN UL ANG
kesadaran ini, tersimpan potensi semua kesan masa lalu, sifat, dan
kecenderungan arus-kesadaran individu tersebut.
20 “Bercahaya kesadaran ini,” (pabhassaraṁ idaṁ cittaṁ) kata Buddha dalam Aṅguttara
Nikāya vol. 1, hal. 10. Menurut komentator, Buddha merujuk pada kesadaran-
kelahiran-ulang.
21 Dalam kasus Hasil Tanpa Akar (Ahetuka-vipāka).
22 Dalam kasus Hasil Dengan Akar (Sahetukavipāka).
42
KELAHI RAN UL ANG
43
KELAHI RAN UL ANG
44
KELAHI RAN UL ANG
45
KELAHI RAN UL ANG
Ada enam macam nafsu yang terkait dengan enam objek indra
seperti wujud, suara, dan seterusnya. Menjadi dua belas macam nafsu
saat digolongkan sebagai internal dan eksternal. Dianggap sebagai 36
jenis nafsu saat dipandang sebagai nafsu masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Saat dikalikan dengan tiga jenis nafsu di atas, menjadi
108 jenis nafsu.
46
KELAHI RAN UL ANG
47
KELAHI RAN UL ANG
Karena itulah organ indra tidak bisa muncul tanpa badan dan batin.
Batin berasal dari kesadaran-kelahiran-ulang, terkondisi oleh
aktivitas, karena ketaktahuan akan sebagaimana mereka adanya.
48
KELAHI RAN UL ANG
Dua faktor pertama dari dua belas faktor ini menyangkut masa lalu,
delapan berikutnya menyangkut masa kini, dan dua yang terakhir
menyangkut masa depan. Dari semuanya, aktivitas moral dan tak
bermoral (saṅkhārā) dan aksi atau kemenjadian (bhava) dianggap
sebagai karma. Ketaktahuan (avijjā), nafsu (tanhā), dan kemelekatan
(upādāna) dianggap sebagai hasrat atau kotoran batin (kilesa);
kesadaran-kelahiran-ulang (patisandhi-viññāna), badan dan batin
(nāma-rūpa), landasan indra (salāyatana), kontak (phassa), perasaan
(vedanā), kelahiran (jāti), pelapukan dan kematian (jarāmaranā)
dianggap sebagai buah (vipāka).
49
KELAHI RAN UL ANG
adalah lima musabab masa lalu, mengondisikan lima buah pada masa
kini (phala)—yaitu kesadaran-kelahiran-ulang, badan dan batin,
landasan indra, kontak, dan perasaan. Sama pula, nafsu, kemelekatan,
karma, ketaktahuan, dan bentukan saat kini mengondisikan lima
pengaruh masa depan di atas.
Proses sebab dan akibat ini berlanjut tanpa akhir. Permulaan proses ini
tidak bisa ditentukan karena mustahil memikirkan suatu waktu ketika
arus kesadaran ini tidak diliputi ketaktahuan. Namun kala ketaktahuan
ini digantikan oleh kebijaksanaan dan arus-kesadaran merealisasi
unsur Nibbāna, hanya saat itulah proses kelahiran ulang berhenti.
50
KELAHI RAN UL ANG
Ini sering terjadi pada makhluk yang lahir di alam menderita (apāya)
namun terjadi juga di alam lainnya.
51
KELAHI RAN UL ANG
Klasifikasi luas ini meliputi semua makhluk. Burung dan ular yang
lahir dari telur termasuk jenis pertama. Makhluk terlahir dari rahim
meliputi semua manusia, beberapa dewa yang menghuni bumi, dan
sebagian binatang yang terkandung dalam rahim ibu.
52
KELAHI RAN UL ANG
ALAM-ALAM KEHIDUPAN
53
KELAHI RAN UL ANG
Adalah karma kita yang menentukan sifat atau wujud materi kita yang
bermacam-macam sesuai dengan kepiawaian atau ketakpiawaian
perbuatan kita.
54
KELAHI RAN UL ANG
55
KELAHI RAN UL ANG
yang serupa dengan kaum peta. Mereka dikenal sebagai makhluk yang
melawan para dewa.
Setelah empat alam tak bahagia (duggati) ada tujuh alam bahagia
(sugati), yaitu:
28 Harfiahnya mereka yang memiliki batin yang luhur atau berkembang (mano
ussannaṁ etasaṁ). Padanan Saṅskerta manussa adalah manushya yang berarti
”putra Manu”. Mereka disebut demikian karena mereka menjadi beradab berkat
Manu, sang petapa.
29 Kitab Buddhis Tiongkok menyatakan bahwa pada empat sisi alam ini terdapat tiga
puluh dua surga (32) dan surga tengahnya adalah tempat Raja Sakka berdiam.
Panduan Menuju Kebuddhaan.
56
KELAHI RAN UL ANG
Enam yang terakhir ini adalah alam dewa yang wujud fisiknya lebih
halus dan murni daripada manusia dan tak kasat mata. Makhluk
surgawi pun rentan terhadap kematian seperti semua makhluk hidup.
Dalam beberapa hal seperti tubuh, tempat tinggal dan makanan mereka
mengungguli manusia, namun pada prinsipnya tidak mengungguli
manusia dalam kebijaksanaan. Mereka terlahir spontan, tampak
seperti pemuda atau gadis berusia lima belas atau enam belas tahun.
Lebih unggul dibanding alam indra adalah alam brahma atau rūpaloka
57
KELAHI RAN UL ANG
Rūpaloka terdiri dari enam belas alam sesuai dengan jhāna atau
penyerapan meditatif yang dikembangkan. Alam-alamnya adalah
sebagai berikut:
Yang tertinggi dari tiga alam pertama adalah Mahā Brahma. Disebut
demikian karena penghuni alam ini mengungguli yang lainnya dalam
kebahagiaan, keindahan, dan batas usia sesuai dengan kebajikan
intrinsik pengembangan batin mereka.
58
KELAHI RAN UL ANG
i. Aviha—Alam Mapan.
ii. Atappa—Alam Hening.
iii. Sudassa—Alam Indah.
iv. Sudassi—Alam Wawasan Jernih.
v. Akanittha—Alam Tertinggi.
Keadaan seperti itu hampir tak terbayang oleh kita, namun mungkin
banyak hal yang tak terbayang sesungguhnya adalah fakta nyata.
59
KELAHI RAN UL ANG
Ada empat alam lain yang disebut arūpaloka yang benar-benar tak
memiliki materi atau tubuh. Umat Buddha memercayai bahwa ada alam
di mana hanya ada batin tanpa materi. “Sama seperti dimungkinkan
suatu batang besi melayang di udara karena telah dilempar di sana,
dan tetap ada di sana selama masih memiliki momentum yang belum
dihabiskan, demikian pula makhluk tanpa-wujud muncul karena
dilemparkan ke tataran itu oleh kekuatan batin yang perkasa, dan
berada di sana sampai momentumnya habis. Ini adalah pemisahan
sementara badan dan batin, yang biasanya eksis bersama-sama.”30
30 Kassapa Thera.
31 Untuk rincian dan jangka kehidupan berbagai alam lihat Buku A Manual of
Abhidhamma oleh Nārada Thera, hal. 234—246.
60
KELAHI RAN UL ANG
“Tumpukan belulang (semua jasad) seseorang yang telah hidup satu kalpa
saja, akan setinggi gunung. Demikian sabda petapa agung.”
—Itivuttaka
Bagi orang menjelang ajal pada tahapan kritis ini, menurut filosofi
Abhidhamma, mengalami suatu kamma, kamma nimitta, atau gati nimitta.
Jika tidak ada “kamma tepat saat kematian: suatu tindakan kebiasaan
yang baik atau buruk (ācinna kamma) muncul, seperti menyembuhkan
orang sakit dalam kasus dokter yang baik, mengajar Dhamma bagi
bhikkhu yang baik, atau mencuri dalam kasus seorang pencuri. Jika
tidak memperoleh ini, maka beberapa perbuatan baik atau buruk
remeh (katattā kamma) menjadi objek proses pikiran menjelang ajal.
61
KELAHI RAN UL ANG
62
KELAHI RAN UL ANG
63
KELAHI RAN UL ANG
Sama seperti suatu bagian roda hanya menyentuh tanah pada satu
titik, demikian pula, tegasnya, kita hidup hanya untuk satu momen
pikiran. Kita selalu berada pada momen kini, dan momen kini itu
senantiasa tergelincir ke masa lalu yang tak bisa diubah lagi. Tiap
kesadaran sementara dari proses kehidupan yang senantiasa berubah
ini, saat berlalu, menghantarkan seluruh energinya, seluruh kesan
yang tercatat tanpa bisa terhapus kepadanya, ke penerusnya. Tiap
kesadaran baru, karena itu, terdiri dari potensi pendahulunya dengan
tambahan lagi.
64
KELAHI RAN UL ANG
“Makhluk baru ini yang merupakan perwujudan arus energi kamma saat
kini tidaklah sama dengan, dan tidak memiliki identitas yang sama, dengan
yang sebelumnya—gugus yang menyusunnya berbeda dari, dan tidak
memiliki identitas bersama, dengan yang menyusun pendahulunya. Namun
itu bukan makhluk yang benar-benar berbeda karena memiliki arus energi
kamma yang sama, meski mungkin mengalami perubahan sekadar dengan
perwujudan itu sendiri, yang membuat keberadaannya diketahui dalam
dunia pencerapan indra sebagai mahluk yang baru.”36
36 Bhikkhu Silācāra.
65
KELAHI RAN UL ANG
Kesinambungan arus ini, saat kematian, tak tersela oleh waktu dan
tak ada celah dalam arus kesadaran itu. Kelahiran ulang terjadi
langsung, tak peduli tempat kelahirannya, sama seperti gelombang
elektromagnet saat dipancarkan ke ruang, segera direproduksi di
pesawat radio penerima. Kelahiran ulang arus batin juga seketika
dan tidak meninggalkan ruang apa pun untuk keadaan antara38
(antarabhava). Ajaran Buddhisme murni tidak menyokong keyakinan
bahwa arus batin orang yang meninggal berdiam dalam keadaan
sementara sampai menemukan tempat yang sesuai untuk “kelahiran
ulangnya”.
66
KELAHI RAN UL ANG
Pertanyaan mungkin muncul: apakah sel sperma dan sel telur selalu
siap, menunggu untuk mengambil kesadaran kelahiran ulang?
67
KELAHI RAN UL ANG
Jika yang kekal pasti harus tetap sama tanpa perubahan apa pun.
Jika jiwa yang semestinya merupakan esensi manusia itu kekal, tidak
mungkin ada pemunculan atau pelenyapan. Tidak pula kita bisa
menjelaskan mengapa “berbagai jiwa begitu beragam sedari awal.”
40 “Ada sekitar 1.000.000 tata surya di Galaksi Bima Sakti tempat kehidupan mungkin
eksis.”Lihat Fred Hoyle, The Nature of the Universe, hal. 87—89.
68
KELAHI RAN UL ANG
Psikologi baru mulai menjadi ilmiah. Dalam kondisi ilmu psikologi saat ini,
keyakinan akan keabadian tidak bisa mendapatkan dukungan dari ilmu
pengetahuan.”(Religion and Science, hal. 132.)
“Bukti teologis ini bahwa suatu pencipta pribadi meniupkan jiwa abadi (yang
pada umumnya dianggap sebagai bagian Jiwa Kudus) ke manusia adalah
mitos belaka. Bukti kosmologis bahwa “tatanan moral dunia” menuntut
jangka waktu kekal bagi jiwa manusia adalah dogma tanpa dasar. Bukti
teologis bahwa “takdir lebih tinggi” manusia melibatkan penyempurnaan
jiwanya yang cacat dan tak membumi melampaui kuburnya—berlandaskan
pandangan pemanusiaan yang keliru. Bukti moral—bahwa ketaksempurnaan
dan keinginan tak terpuaskan dari keberadaan di bumi harus dipenuhi oleh
“keadilan pembalas” di sisi keabadian—tidak lain hanyalah keinginan angan-
angan. Bukti etnologis—bahwa keyakinan akan keabadian, seperti keyakinan
akan Tuhan, merupakan kebenaran hakiki, yang umum bagi semua umat
manusia—sesungguhnya adalah kekeliruan. Bukti ontologis—bahwa jiwa,
karena merupakan entitas sederhana, tanpa materi, tak terbagi, tidak bisa
terlibat dalam penodaan kematian—didasari sepenuhnya oleh pandangan
keliru mengenai fenomena batin adalah kekeliruan spiritual. Semua ini
beserta “bukti athanatisme” yang serupa sedang berada dalam keadaan
bahaya. Mereka jelas dianulir kritik ilmiah selama beberapa dasawarsa
terakhir.”
Jika tidak ada hal dalam wujud roh atau jiwa yang berpindah dalam
kehidupan ini ke kehidupan lain, apakah yang terlahir ulang itu? Dalam
pertanyaan ini diasumsikan bahwa ada sesuatu yang terlahir ulang.
69
KELAHI RAN UL ANG
Beberapa abad yang lalu ada pendapat “Cogito, ergo sum” (Aku
berpikir, maka aku ada). Memang benar, namun pertama-tama harus
dibuktikan bahwa ada suatu “aku” yang berpikir.
“Nyata bahwa ada berbagai alasan mengapa saya orang yang sama
seperti diri saya kemarin, dan, mengambil contoh lebih nyata lagi,
jika saya bersamaan melihat dan mendengar seseorang bicara, ada
kesan bahwa saya yang melihat adalah saya yang mendengar.”42
Sampai akhir-akhir ini para ilmuwan meyakini suatu atom yang tak
terbagi dan tak bisa hancur, “Untuk alasan yang cukup memadai,
ahli fisika telah mengurai atom ini menjadi serangkaian peristiwa;
untuk alasan yang sama baik pula para psikolog menemukan bahwa
batin tak memiliki identitas dari hal tunggal yang sinambung namun
serangkaian kejadian yang terpaut bersama oleh suatu hubungan
akrab. Maka pertanyaan mengenai keabadian, telah menjadi
pertanyaan apakah hubungan akrab ini ada dan terhubung dengan
peristiwa lain yang terjadi setelah tubuh itu meninggal.”43
70
KELAHI RAN UL ANG
“Materi telah luruh di hadapan mata kita. Materi tak lagi padat; materi tak
lagi ajek; materi tak lagi ditentukan hukum yang wajib; dan lebih penting
dari semua itu, materi tidak lagi diketahui.”
“Ada sebagian filsuf yang membayangkan kita dalam tiap momen secara
intim menyadari apa yang kita sebut diri kita: bahwa kita merasakan
keberadaannya dan kesinambungannya dalam eksistensi dan yakin,
melampaui demonstrasi suatu bukti, baik identitasnya yang sempurna serta
kesederhanaannya. Bagi saya sendiri, saat saya masuk dengan paling dekat
ke apa yang saya sebut diri saya, saya selalu terbentur pencerapan tertentu
atau lainnya—seperti panas atau dingin, terang atau teduh, cinta atau benci,
derita atau nikmat. Saya tak pernah bisa menemukan diri saya kapan pun
tanpa suatu pencerapan, dan tak pernah bisa mengamati apa pun selain
pencerapan….”44
Bergson mengatakan:
“Semua kesadaran adalah keberadaan waktu; dan keadaan sadar bukanlah
71
KELAHI RAN UL ANG
keadaan yang bertahan tanpa berubah. Itu adalah perubahan tanpa henti;
tatkala perubahan berhenti, kesadaran berhenti; kesadaran itu sendiri tiada
lain adalah perubahan.”
“Diriku ini adalah gugus empiris hal-hal yang diketahui secara objektif.
Aku yang mengetahui mereka tidak mungkin merupakan gugus itu sendiri,
atau pun demi tujuan psikologis perlu dianggap sebagai entitas metafisika
tak berubah seperti jiwa, atau prinsip seperti ego murni yang berada di
luar waktu. Diriku adalah suatu pikiran, yang tiap momennya berbeda
dari momen terakhir, namun terkait dengan sebelumnya, bersama dengan
semua yang kesadaran baru tadi anggap sebagai miliknya. Seluruh fakta
eksperimental menunjukkan penggambaran ini, tak terbebani hipotesis apa
pun selain keberadaan pikiran atau kondisi batin yang berlalu.”46
72
KELAHI RAN UL ANG
Dan inilah gaung kata-kata Buddha dari 2.500 tahun yang lalu di
lembah Sungai Gangga. Buddhisme, mengajarkan psikologi tanpa
psikis, menyatakan makhluk hidup sebagai badan dan batin (nāma-
rūpa) yang senantiasa berada dalam pergerakan sinambung.
Pada zaman kuno, orang bijak India pun memercayai suatu atom
yang tak dapat terbagi yang mereka sebut Paramānu. Menurut
keyakinan kuno:
Āpo adalah unsur kohesi, perekat. Tidak seperti pathavi, unsur ini
tak kasat mata. Inilah unsur yang membuat atom-atom materi yang
tersebar menyatu dan memberi kita gagasan suatu tubuh. Saat tubuh
padat dicairkan, unsur ini menjadi makin menonjol dalam cairan
yang muncul. Unsur ini ditemukan bahkan dalam partikel renik kala
tubuh padat dihancurkan menjadi debu. Unsur pemuluran dan kohesi
73
KELAHI RAN UL ANG
saling terkait erat dalam hal saat kohesi berhenti, pemuluran lenyap.
Tejo adalah unsur panas. Dingin juga merupakan wujud tejo. Baik
panas dan dingin termasuk dalam tejo karena mereka memiliki
kekuatan untuk mematangkan tubuh, atau dengan kata lain, energi
kebugaran. Pemeliharaan dan kelapukan disebabkan unsur ini. Tidak
seperti tiga unsur materi lainnya, unsur ini juga disebut utu, kekuatan
untuk meregenerasi dirinya sendiri.
Empat ini adalah unsur materi mendasar yang pasti tergabung dari
empat turunannya, yaitu warna (vanna), bau (gandha), rasa (rasa), dan
unsur gizi (ojā).
47 Para komentator mengatakan bahwa rentang waktu atau satu momen pikiran
bahkan lebih kecil dari sepersejuta waktu yang dibutuhkan oleh sekilatan petir.
74
KELAHI RAN UL ANG
dari lima puluh dua kondisi batin. Perasaan atau sensasi (vedanā)
adalah satu jenis, pencerapan (saññā) adalah satu lagi. Lima puluh
jenis lainnya secara kolektif disebut sebagai pemikiran (saṅkhārā),
suatu terjemahan yang tidak secara penuh menyampaikan makna
istilah Pāḷi ini. Dari mereka, kehendak atau cetanā adalah faktor paling
penting. Semua keadaan batin ini muncul dalam kesadaran (Viññāna).
75
KELAHI RAN UL ANG
Kita tak bisa mengatakan bahwa wangi suatu bunga bergantung pada
76
KELAHI RAN UL ANG
kelopak atau pada putik atau warnanya, namun wanginya ada dalam
bunganya. Sama pula, individualitas adalah kombinasi seluruh lima
gugus. Seluruh proses fenomena badan-batin ini yang senantiasa
muncul dan lenyap, kadang disebut, dalam istilah sehari-hari, sebagai
diri atau attā oleh Buddha; namun itu adalah suatu proses, dan bukan
identitas seperti yang disebut.
Bagaimana kelahiran ulang itu bisa terjadi tanpa adanya jiwa yang
terlahir ulang? Kelahiran, menurut ajaran Buddha, adalah pemunculan
khanda, gugus atau kelompok (khandhānam pātubhāvo). Sama seperti
pemunculan kondisi fisik terkondisi oleh kondisi sebelumnya sebagai
penyebabnya, demikian pula penampakan fenomena badan-batin ini
terkondisi oleh musabab sebelum kelahirannya. Proses kemenjadian
saat ini adalah hasil nafsu untuk menjadi dalam kelahiran lampaunya,
dan nafsu naluriah saat kini mengondisikan kehidupan dalam kelahiran
mendatang. Karena proses satu masa kehidupan dimungkinkan tanpa
adanya entitas permanen yang berpindah dari satu momen pikiran ke
momen pikiran lainnya, demikian pula serangkaian proses kehidupan
77
KELAHI RAN UL ANG
78
KELAHI RAN UL ANG
“Sama halnya pula, Baginda, kelahiran ulang terjadi tanpa apa pun yang
berpindah.”
79
KELAHI RAN UL ANG
80
KELAHI RAN UL ANG
Apakah si pelaku aksi ataukah orang lain yang akan menuai hasilnya dalam
kelahiran berikutnya?51
51 Lihat Pertanyaan Milinda, bagian I, hal. 111 dan Dr. Dahlke, Buddhism and Science,
hal. 64.
81
KELAHI RAN UL ANG
Jika tidak ada jiwa, bagaimana bisa ada tanggung jawab moral?52
Sebagian mungkin keberatan bahwa dalam kasus ini tidak ada ingatan
karena adanya kematian yang memutusnya. Namun, apakah identitas
82
KELAHI RAN UL ANG
Tentu saja, tidak ada, jika kita diperintah dan diadili oleh Tuhan yang
memberi imbalan dan menghukum kita. Umat Buddha memercayai
hukum karma yang adil dan rasional yang bekerja secara otomatis dan
umat Buddha bicara dalam istilah sebab dan akibat alih-alih imbalan
dan hukuman.
83
KELAHI RAN UL ANG
Sama seperti arus listrik bisa mewujud dalam bentuk cahaya, panas,
dan gerakan berturut-turut—kita tidak harus berkembang dari
wujud lain—jadi energi karma ini bisa mewujudkan dirinya dalam
bentuk sesosok dewa, manusia, binatang, atau makhluk lain, satu
wujud tidak memiliki hubungan fisik dengan lainnya. Karma kitalah
yang menentukan sifat wujud materi kita, yang bervariasi menurut
84
KELAHI RAN UL ANG
Tidak ada yang aneh dengan perilaku salah ini. Itu hanya ungkapan
bagian tersembunyi dari diri yang rumit ini. Inilah alasan mengapa
orang-orang yang biasanya memiliki niat luhur kadang tergoda
melakukan satu hal yang tak disangka-sangka mengenai diri mereka.
85
KELAHI RAN UL ANG
sifat rumit manusia. Masa lalu kita yang terdekat bukanlah selalu
merupakan pertanda sejati masa depan kita berikutnya. Tiap momen
kita menciptakan karma baru. Dalam satu arti, kita yang sekarang
bukan mutlak apa kita yang dahulu, dan kita tidak akan menjadi
kita yang sekarang. Ia yang kemarin penjahat bisa menjadi suciwan
hari ini, dan yang hari ini muliawan bisa berubah menjadi penjahat
menyedihkan esoknya. Kita dengan aman dan benar bisa dihakimi
oleh momen saat kini yang abadi. Hari ini kita menabur benih masa
depan. Pada momen ini, kita mungkin memainkan peran seorang
yang brutal dan menciptakan neraka kita sendiri, atau di sisi lain,
memainkan peran manusia super dan menciptakan surga kita sendiri.
Tiap momen pikiran kini mengondisikan momen pikiran berikutnya.
Kelahiran berikutnya pun, menurut filosofi Buddhis, ditentukan oleh
proses pikiran terakhir yang kita alami dalam kehidupan ini.
Kini, jika orang yang jelang ajal memegang hasrat atau gagasan rendah,
atau mengalami suatu pikiran, atau melakukan aksi yang pantas
bagi binatang, maka karma buruknya akan mengondisikannya ke
kelahiran dalam wujud binatang. Kekuatan karma yang mewujudkan
dirinya sendiri dalam wujud manusia akan mewujudkan dirinya
dalam wujud binatang. Ini tidak menyiratkan bahwa karena itu
semua kecenderungan karma baik lampaunya hilang. Kecenderungan
ini tidur diam mencari kesempatan untuk bangkit ke permukaan.
Itu adalah karma yang begitu baik sehingga kelak menghasilkan
kelahiran sebagai manusia.
86
KELAHI RAN UL ANG
Pada salah satu kejadian, dua petapa bernama Punna dan Seniya
yang menjalani pertapaan kerbau dan anjing menemui Buddha dan
bertanya kepada-Nya mengenai nasib mendatang mereka.
Buddha menjawab:
87
KELAHI RAN UL ANG
88
KELAHI RAN UL ANG
Kapan kita datang, ke mana kita akan pergi, dan kapan kita akan
pergi, kita tidak tahu. Kenyataan bahwa kita akan pergi, kita tahu
dengan pasti.
Kita bertemu dan berpisah namun kita mungkin bertemu lagi tanpa
saling mengetahui. Karena jarang kita menemukan makhluk yang,
selama pengembaraan kita, belum pernah suatu waktu menjadi ibu,
ayah, saudara, putra, atau putri kita.
89
KELAHI RAN UL ANG
Kita begitu terpaut erat selama pengelanaan kita dalam saṁsāra. Tak
terhingga kehidupan telah kita jalani dan tak terhingga duka kita terima
selama masa tak terbatas yang sedemikian, sehingga Buddha berkata,
“Tulang satu orang yang berkelana dalam saṁsāra akan menjadi penanda,
gundukan, tumpukan setinggi Gunung Vepulla, seandainya ada yang
mengumpulkan belulang ini dan belulangnya tidak hancur.”
“Telah lama kalian menderita kematian ayah dan ibu, kematian putra, putri,
saudara dan saudari, dan selagi kalian berduka seperti itu, kalian telah
meneteskan air mata sepanjang jalan ini, lebih dari air di empat samudra.”
“Telah lama darah kalian mengalir karena kehilangan kepala kalian saat
terlahir sebagai kerbau, sapi, kambing jantan, betina, dan lain-lain.”
“Telah lama kalian tertangkap sebagai pencuri atau pembegal atau pezina,
dan melalui dipenggalnya kepala kalian, sesungguhnya jauh lebih banyak
darah mengalir di jalan ini daripada air di empat samudra.”
90
KELAHI RAN UL ANG
cukup lama untuk berpaling dan membebaskan diri kalian dari seluruh
wujud keberadaan.”55
Bhagavad Gitā:
“Kala manusia melepaskan pakaiannya yang usang, mengenakan
yang baru, demikian pula yang berdiam dalam tubuh, menanggalkan
tubuh usangnya, memasuki tubuh lainnya yang baru.”
“Karena kematian telah pasti bagi yang terlahir, dan kelahiran telah
pasti bagi yang mati.”
Herodotus:
“Mesir mengeluarkan teori bahwa jiwa manusia tidak bisa hancur,
dan bahwa tempat di mana tubuh siapa pun meninggal, tubuh itu
memasuki makhluk lainnya yang siap menerimanya.”
Pythagoras:
“Semua memiliki jiwa, semua adalah jiwa, berkelana dalam dunia
organik dan mematuhi hukum atau kehendak abadi.”
Plato:
57 i. 127.
92
KELAHI RAN UL ANG
“Jiwa lebih tua dari tubuh. Jiwa terus-menerus terlahir ulang lagi ke
dalam kehidupan ini.”
Schopenhauer:
“Kita menemukan doktrin Metempsychosis58, yang muncul dari zaman
paling awal dan mulia peradaban manusia, selalu menyebar luas
di bumi seperti keyakinan mayoritas besar umat manusia, tidak,
sesungguhnya seperti ajaran semua agama, dengan perkecualian
Yahudi dan dua agama yang telah muncul darinya dalam wujud
paling halus, namun, paling mendekati kebenaran yang telah
disebutkan dalam ajaran Buddha. Sesuai dengan itu, selagi umat
Kristiani menghibur diri dengan pikiran bertemu di dunia lain tempat
seseorang meraih kembali kepribadian penuhnya dan mengetahui
dirinya seketika, dalam agama-agama lain ini, pertemuan itu telah
dan sedang terjadi meski tak diketahui. Dalam laju kelahiran demi
58 Kelahiran ulang.
93
KELAHI RAN UL ANG
“Seperti yang telah diajarkan dalam Kitab Veda, seperti juga dalam
semua kitab suci India, metempsychosis juga dikenal sebagai inti ajaran
Brahmanisme dan Buddhisme. Sesuai dengannya ajaran ini berjaya
pada zaman sekarang di seluruh Asia yang bukan Islam, demikianlah
di antara lebih dari separuh umat manusia, sebagai keyakinan paling
teguh dan suatu pengaruh praktik yang luar biasa kuat. Ada juga
keyakinan orang Mesir yang diterima dengan antusias oleh Orpheus,
Pythagoras, dan Plato. Kaum Pythagorean, akan tetapi, terutama
memeluknya. Itu juga diajarkan dalam misteri orang Yunani yang tak
disangkal lagi ada dalam buku kesembilan Hukum Plato.”
Hume:
“Metempsychosis adalah satu-satunya sistem keabadian yang layak
didengar filosofi.”
Disraeli:
“Tiada sistem yang begitu sederhana, dan begitu tidak memuakkan
pemahaman kita selain metempsychosis. Derita dan kenikmatan
94
KELAHI RAN UL ANG
hidup ini dengan sistem ini dianggap sebagai tebusan atau hukuman
perbuatan kita dalam keadaan lain.”
Dante:
“Dan kemudian, Nak, yang melalui bobot fanamu akan kembali lagi
ke bawah.”
Emerson:
“Kita harus menyimpulkan takdir kita dari awal kita terdorong oleh
naluri untuk memiliki tak terhitung banyaknya pengalaman yang tak
memiliki nilai yang kasat mata, dan yang mungkin telah kita terima
selama banyak kehidupan sebelum kita akan menggabungkan atau
melenyapkannya.”
Lessing:
“Mengapa tidak saya kembali lagi sesering yang saya mampu untuk
memperoleh pengetahuan baru, pengalaman baru? Apakah saya
membawa pergi begitu banyak dari satu kehidupan sehingga tidak
ada kehidupan lain untuk membayar susah payah untuk kembali?”
Huxley:
“Seperti doktrin evolusi itu sendiri, kelahiran ulang memiliki akarnya
dalam lingkup realitas.”
“Pengalaman setiap hari mengakrabkan kita dengan kenyataan
yang tergolong di bawah yang disebut faktor keturunan. Setiap dari
kita memiliki pertanda nyata orangtuanya bahkan mungkin dalam
hubungan lebih jauh. Lebih khusus lagi, seluruh kecenderungan
untuk bertindak dengan cara tertentu, yang kita sebut karakter,
sering kali bisa dilacak melalui serangkaian leluhur dan silsilahnya.
Jadi kita bisa mengatakan dengan benar bahwa karakter ini, hakikat
moral dan intelektual seseorang bisa dibuktikan diturunkan dari satu
95
KELAHI RAN UL ANG
Tennyson:
“Atau, jika melalui kelahiran lebih rendah aku datang,
semua pengalaman lampau menjadi,
terkonsolidasi dalam batin dan badan.
Aku mungkin melupakan nasibku dahulu yang lebih lemah:
karena bukankah pada usia tahun pertama
kita melupakan gema kenangan masa lalu.”
Wordsworth:
“Kelahiran kita tidak lain tidur dan lupa,
jiwa yang muncul bersama dengan kita,
bintang kehidupan kita,
memiliki tempat terbenam yang lain,
dan muncul darinya setelah itu:
tidak dalam kelupaan penuh
dan tidak pula dalam kepolosan sempurna.”
96
KELAHI RAN UL ANG
Shelley:
“Jika tidak ada alasan untuk menyangka bahwa kita telah ada sebelum
periode tempat kehidupan kita tampak nyata dimulai, maka tidak
ada alasan untuk menyangka bahwa kita akan terus eksis setelah
kehidupan kita yang sekarang berhenti.”
97
KELAHI RAN UL ANG
Keberadaan Sebelumnya
“Aku membaringkan diriku di tepian
dan mengimpikan ruang kecil;
aku mendengar ombak besar memecah dan meraung;
matahari menerpa wajahku.
Tanganku diam dan jariku cokelat,
bermain dengan kerikil abu-abu;
ombak datang, ombak menyurut;
dengan paling menggelegar dan riang.
Kerikilnya halus dan bundar,
dan kehangatan di tanganku;
seperti orang-orang kecil
yang kutemukan duduk di pasir.
Butiran pasir begitu kecil menyilaukan,
98
KELAHI RAN UL ANG
99
KELAHI RAN UL ANG
100
KELAHI RAN UL ANG
BAGIAN TIGA
Bhikkhu Ṭhānissaro
101
KELAHI RAN UL ANG
102
KELAHI RAN UL ANG
103
KELAHI RAN UL ANG
104
KELAHI RAN UL ANG
105
KELAHI RAN UL ANG
Bagi sebagian orang yang merasa teriritasi atau muak oleh tuntutan
iman agama Barat, ada penghalang tambahan bahwa ajaran kelahiran
ulang adalah sesuatu yang—bagi yang belum cerah—harus diterima
sebagai iman. Mereka lebih menyukai ajaran Buddha yang tidak
membuat tuntutan iman apa pun, memusatkan perhatiannya hanya
pada manfaat yang bisa dihadirkannya dalam kehidupan ini.
Jadi bagi banyak orang Barat yang telah menerima keuntungan dari
wawasan psikologis dan sarana meditasi Buddha, pertanyaan muncul:
bisakah kita menanggalkan sebutan apa pun mengenai kelahiran
ulang dari ajaran Buddha dan masih mendapat manfaat penuh ajaran-
Nya? Dengan kata lain, bisakah kita meluruhkan pandangan dunia
Buddha sambil mempertahankan aspek psikologi-Nya dan masih bisa
merealisasi segala yang ditawarkan ajaran ini?
Kita di Barat telah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19, banyak kaum Romantik Eropa dan
Transendentalis Amerika menemukan bahwa mereka tidak bisa
menerima pandangan dunia dalam Injil karena mereka terlahir dalam
zaman penemuan ilmiah baru—yang memiliki kedalaman waktu
geologis dan kedalaman ruang astronomis—yang membuat pandangan
106
KELAHI RAN UL ANG
Versi lebih kuat dari argumen ini berpegang bahwa ajaran kelahiran
ulang bukan sekadar tak relevan dengan esensi ajaran Buddha; namun
sesungguhnya malah bertolak belakang. Sama seperti semua pemikir
besar memiliki kelemahannya, Ia—atau siapa pun, dalam proses
penghimpunan Kanon Pāḷi, meletakkan ajaran kelahiran ulang ke
mulut Buddha—tak menyadari bahwa asumsi budaya-Nya mengenai
karma, kelahiran ulang, dan identitas diri bertentangan dengan
ajaran utamanya mengenai tanpa-inti-diri dan Empat Kebenaran
Suciwan. Maka kini saat kita tak lagi memegang asumsi itu—dan
telah menggantikannya dengan gagasan yang lebih andal dan ilmiah
mengenai perbuatan manusia dan metafisika identitas diri—kita
berada dalam posisi yang lebih baik untuk menanggalkan gagasan
kelahiran ulang dan membentuk ulang tradisi Buddhis supaya bisa
memusatkan dengan lebih jelas ke wawasan utama Buddha dan tujuan
utama ajaran-Nya: mengakhiri duka di sini dan kini.
Ironi pendapat ini adalah, saat kita memeriksa pendapat ini terhadap
bukti sejarah yang aktual, kita menemukan semuanya terbalik. Fakta
nyatanya adalah sebagai berikut:
108
KELAHI RAN UL ANG
Apa makna hal ini dalam praktik adalah tak peduli seberapa banyak
Anda mengamati peristiwa Musabab Yang Saling Bergantung pada
momen kini, jika Anda tak menghargai potensinya untuk mengasup
satu sama lain tanpa hingga, Anda tidak memahaminya dengan
penuh. Dan jika Anda tidak memahaminya dengan penuh, Anda tak
bisa mendapatkan keterbebasan penuh darinya.
110
KELAHI RAN UL ANG
KONTROVERSI KUNO
112
KELAHI RAN UL ANG
“Manusia terdiri dari empat unsur utama. Pada kematian, unsur tanah
(dalam tubuh) kembali dan bergabung dengan unsur tanah (di luar).
Api kembali dan bergabung dengan unsur api di luar. Cairan kembali
dan bergabung dengan unsur cair di luar. Angin kembali dan bergabung
dengan unsur angin di luar. Indra-indra terberai ke ruang. Empat
orang, dengan keranda mayat sebagai yang kelima, membawa mayat
itu. Puji-pujiannya hanya berbunyi sampai sejauh pekuburan. Belulang
berubah menjadi warna burung merpati. Persembahan berakhir dalam
abu. Kedermawanan diajarkan para dungu. Kata-kata mereka yang
bicara mengenai keberadaan setelah kematian itu obrolan palsu dan
kosong. Dengan terurainya tubuh, orang bijak dan dungu sama saja
musnah, hancur. Mereka tidak ada lagi setelah kematian.
—DN 2
113
KELAHI RAN UL ANG
114
KELAHI RAN UL ANG
115
KELAHI RAN UL ANG
116
KELAHI RAN UL ANG
Jadi jelas bahwa saat mendiskusikan kelahiran ulang, kedua pihak isu
ini merasa terpanggil untuk mengambil posisi dalam dua isu. Yang
pertama adalah hakikat apa kepribadian itu, dan dari sana, suatu
penjelasan bagaimana orang itu musnah atau tidak musnah pada saat
kematian. Dengan kata lain, kedua sisi mengasumsikan bahwa mereka
harus menjelaskan posisi mereka dengan berpegang pada metafisika
suatu identitas diri.
117
KELAHI RAN UL ANG
“‘Jika ada alam setelah kematian, jika ada buah perbuatan bajik dan
buruk, maka inilah landasan yang pada saat terurainya tubuh, setelah
kematian, aku akan muncul kembali di tempat tujuan yang baik, di
alam surga.’ Inilah jaminan pertama yang ia peroleh.
‘Namun jika tak ada alam setelah kematian, jika tidak ada buah
perbuatan yang bajik dan buruk, maka dalam kehidupan ini aku
menjaga diriku dengan tenteram—bebas dari permusuhan, bebas dari
niat buruk, bebas dari masalah.’ Inilah jaminan kedua yang ia peroleh.
‘Jika kejahatan dilakukan melalui perbuatan, namun aku tak
menghendaki hal buruk bagi siapa pun. Setelah tidak melakukan
perbuatan buruk, dari mana derita akan menyentuhku?’ Inilah
jaminan ketiga yang ia peroleh.
‘Namun jika tidak ada kejahatan yang dilakukan melalui perbuatan,
maka aku bisa memastikan diriku murni dalam kedua sisi.’ Inilah
jaminan keempat yang ia peroleh.”
—AN 3:65
118
KELAHI RAN UL ANG
Ini berarti kita tak bisa sekadar menganggap bahwa ajaran Buddha
mengenai karma dan kelahiran ulang sekadar ampas sisa kebudayaan-
Nya yang tak bisa dicerna. Dalam mengajar kelahiran ulang, Ia secara
sadar membahas masalah yang sedang diperdebatkan dengan panas,
dalam budaya yang mengharapkan-Nya untuk membabarkan dengan
jelas penjelasan-Nya bagaimana dan mengapa kelahiran ulang itu
terjadi atau tidak terjadi.
119
KELAHI RAN UL ANG
“Inilah pengetahuan sejati pertama yang diraih oleh Saya pada waktu
jaga pertama malam itu. Ketaktahuan tersingkir dan pengetahuan
sejati muncul, kegelapan tersingkir dan cahaya muncul, seperti yang
dialami ia yang tekun, sungguh-sungguh, dan teguh.”
—MN 19
120
KELAHI RAN UL ANG
“Inilah pengetahuan sejati kedua yang diraih oleh Saya pada waktu
jaga kedua malam itu. Ketaktahuan tersingkir dan pengetahuan
sejati muncul, kegelapan tersingkir dan cahaya muncul, seperti yang
dialami ia yang tekun, sungguh-sungguh, dan teguh.”
—MN 19
121
KELAHI RAN UL ANG
122
KELAHI RAN UL ANG
telah dijalani, apa yang harus dituntaskan telah tuntas, tiada lagi
pemunculan dalam kondisi keberadaan apa pun.’”
123
KELAHI RAN UL ANG
124
KELAHI RAN UL ANG
126
KELAHI RAN UL ANG
128
KELAHI RAN UL ANG
“Jadi kepala desa, saat para petapa dan brahmana yang berpegang
pada doktrin dan pandangan seperti ini mengatakan, ‘Semua yang
membunuh makhluk hidup … mengalami duka dan derita di sini dan
kini,’ apakah mereka bicara dengan benar atau salah?”
“Dan mereka yang membual dusta kosong: apa mereka bermoral atau
tak bermoral?”
“Dan mereka yang tak bermoral dan bersifat buruk, apakah mereka
berlatih dengan benar atau salah?”
129
KELAHI RAN UL ANG
“Tidak, Bhante.”
—SN 42:13
130
KELAHI RAN UL ANG
131
KELAHI RAN UL ANG
132
KELAHI RAN UL ANG
tingkat jujur, namun tidak jujur dalam berpikir bahwa hanya itu
semua yang perlu dikatakan, karena sikap itu mengabaikan kenyataan
bahwa Anda harus membuat asumsi mengenai kemungkinan hasil
tindakan Anda tiap kali Anda bertindak.
Ini seperti memiliki uang: tak peduli apa yang Anda lakukan
dengan uang—menghabiskannya, menanamkannya, atau hanya
menyimpannya—Anda secara tersirat membuat taruhan bagaimana
cara terbaik menggunakannya sekarang dan pada masa depan.
Strategi penanaman uang Anda tidak akan berhenti dengan, “Saya
tidak tahu.” Jika Anda memiliki kebijaksanaan sedikit pun, Anda
harus mempertimbangkan kemungkinan masa depan dan mencoba
peruntungan Anda dengan apa yang tampaknya cara teraman dan
terproduktif untuk memanfaatkan sumber daya yang Anda miliki.
133
KELAHI RAN UL ANG
“Mengenai ini, orang bijak akan merenungi demikian, ‘Jika ada alam
lain, maka orang ini—dengan terurainya tubuh, setelah kematian—
akan terlahir ulang di tempat yang baik, di alam surgawi. Sekalipun
kita tidak membicarakan alam berikutnya, dan tidak ada pernyataan
benar dari para petapa dan brahmana yang dihormati itu, orang ini
masih akan dipuji di sini dan kini oleh orang bijak sebagai orang dengan
kebiasaan baik dan pandangan benar: orang yang menganut ajaran
134
KELAHI RAN UL ANG
135
KELAHI RAN UL ANG
KEBENARAN SUCIWAN
TENTANG KELAHIRAN ULANG
136
KELAHI RAN UL ANG
137
KELAHI RAN UL ANG
138
KELAHI RAN UL ANG
Pokok ini terutama jelas saat kita menilik kisah Buddha sendiri
bagaimana Ia menyelidiki musabab duka setelah melihat, dalam dua
pengetahuan pertama-Nya, duka yang disebabkan kelahiran ulang.
Ia menilik musabab kelahiran dan melacaknya dalam-dalam sampai
ke batin:
“Para bhikkhu, lalu tebersit dalam benak Saya: ‘Kapankah jika sesuatu
itu ada akan timbul penuaan dan kematian? Terkondisi oleh apakah
penuaan dan kematian itu? Lalu, para bhikkhu, melalui perhatian
saksama, timbullah dalam diri Saya terobosan melalui kebijaksanaan:
‘Tatkala ada kelahiran, timbullah penuaan dan kematian; penuaan
dan kematian terkondisi oleh kelahiran.’”
“Para bhikkhu, lalu tebersit dalam benak Saya: ‘Kapankah jika sesuatu
139
KELAHI RAN UL ANG
“Para bhikkhu, lalu tebersit dalam benak Saya: ‘Kapankah jika sesuatu
itu ada akan timbul kesadaran? Terkondisi oleh apakah kesadaran itu?
Lalu, para bhikkhu, melalui perhatian saksama, timbullah dalam diri
Saya terobosan melalui kebijaksanaan: ‘Tatkala ada batin-dan-badan,
timbullah kesadaran; kesadaran terkondisi oleh batin-dan-badan.’”
“Lalu, para bhikkhu, tebersit dalam benak Saya: ‘Kesadaran ini kembali
lagi; kesadaran ini tidak melampaui batin-dan-badan. Sejauh inilah
sesosok makhluk bisa terlahir, menua, dan mati, lenyap dan terlahir
ulang, dengan kata lain, saat terdapat kesadaran dengan batin-dan-
badan sebagai kondisinya, dan batin-dan-badan dengan kesadaran
sebagai kondisinya.21 Dengan batin-dan-badan sebagai kondisinya,
timbullah enam landasan indra; dengan enam landasan indra sebagai
kondisinya, timbullah kontak …. Demikianlah sumber keseluruhan
penderitaan ini.’”
140
KELAHI RAN UL ANG
“Tebersit dalam benak Saya: ‘Kapankah jika sesuatu itu tak ada maka
tak akan ada kelahiran? … kehidupan? … kemelekatan? … nafsu? …
perasaan? … kontak? … enam landasan indra? … batin-dan-badan?
Dengan terhentinya apakah, maka terhentilah batin-dan-badan?’
Lalu, para bhikkhu, melalui perhatian saksama, timbullah dalam
diri Saya terobosan melalui kebijaksanaan: ‘Tatkala tiada kesadaran,
batin-dan-badan tak akan muncul; dengan terhentinya kesadaran,
terhentilah batin-dan-badan.’”
“Tebersit dalam benak Saya: ‘Kapankah jika sesuatu itu tak ada maka
tak akan ada kesadaran? Dengan terhentinya apakah, maka terhentilah
kesadaran?’ Lalu, para bhikkhu, melalui perhatian saksama, timbullah
dalam diri Saya terobosan melalui kebijaksanaan: ‘Tatkala tiada batin-
dan-badan, kesadaran tak akan muncul; dengan terhentinya batin-
dan-badan, terhentilah kesadaran.’”
141
KELAHI RAN UL ANG
143
KELAHI RAN UL ANG
144
KELAHI RAN UL ANG
145
KELAHI RAN UL ANG
Ketika hal ini dikatakan, ada bhikkhu berkata kepada Bhagavā, “Yang
mana yang lahir, Bhante, dan milik siapa yang lahir [atau: apa yang
lahir]?”
146
KELAHI RAN UL ANG
bertanya, ‘Yang mana yang lahir, Bhante, dan milik siapa yang lahir?’
dan jika seseorang hendak mengatakan, ‘Kelahiran itu satu hal, dan
kelahiran itu adalah hal atau orang lain,’ keduanya akan memiliki
makna yang sama, sekalipun kata-katanya berbeda. Tatkala ada
pandangan bahwa jiwa sama dengan tubuh, tidak ada menjalani
kehidupan suci. Lalu saat ada pandangan bahwa jiwa adalah satu hal
dan tubuh adalah lain lagi, maka tidak ada yang menjalani kehidupan
suci. Menghindari dua ekstrem ini, Tathāgata mengajarkan Dhamma
melalui Jalan Madya: dari kemenjadian sebagai kondisinya muncul
kelahiran.”
—SN 12:35
147
KELAHI RAN UL ANG
148
KELAHI RAN UL ANG
149
KELAHI RAN UL ANG
kepadatan]),
enam landasan indra (termasuk batin sebagai yang keenam),
kontak (pada enam landasan indra),
perasaan (suka, duka, atau bukan suka bukan duka, berdasarkan
kontak itu),
nafsu (akan kenikmatan indriawi, untuk menjadi, atau untuk lenyap),
kemelekatan (pada kenikmatan indriawi, kebiasaan dan ritual,
pandangan, dan paham diri),
kemenjadian (asumsi suatu identitas di suatu alam pengalaman
tertentu dalam lingkup nafsu indra, alam wujud halus, atau wujud
tanpa bentuk), dan
kelahiran (ke dalam identitas itu)
—diikuti oleh duka pelapukan, kesakitan, dan kematian.
Bagaimana pun, untuk momen kini, kita bisa memusatkan pada salah
satu ciri paling menonjol Musabab Yang Saling Bergantung: ketiadaan
konteks luarnya. Musabab Yang Saling Bergantung menghindari
rujukan akan keberadaan atau ketiadaan diri atau dunia di sekitar
proses yang dijabarkannya. Alih-alih, ini membentuk konteks untuk
memahami “diri” dan “alam-alam”. Dengan kata lain, rumusan ini
menunjukkan bagaimana gagasan seperti konteks metafisika tercipta
dan terlekati, dan apa yang terjadi sebagai hasilnya. Terutama,
150
KELAHI RAN UL ANG
151
KELAHI RAN UL ANG
Jadi jika Anda ingin mendapatkan manfaat terbaik dari Musabab Yang
Saling Bergantung, maka alih-alih memandang Musabab Yang Saling
Bergantung terjadi dalam konteks diri dan dunia, Anda akan lebih
mendapat manfaat dengan memandang bahwa gagasan mengenai diri
dan dunia itu terjadi dalam lingkup Musabab Yang Saling Bergantung.
“Namun, Bhante Gotama, saat api tersapu angin dan pergi jauh,
kepada apa Anda menggolongkan kemelekatan/asupannya?”
“Vaccha, saat api tersapu oleh angin dan pergi jauh, Saya menyebutnya
terasup angin, karena angin adalah kemelekatan/asupannya saat itu.”
153
KELAHI RAN UL ANG
“Dan saat suatu makhluk melepas tubuhnya dan belum terlahir lagi di
tubuh lain, apa yang Anda sebut sebagai kemelekatan/asupannya?”
154
KELAHI RAN UL ANG
155
KELAHI RAN UL ANG
Ada hubungan rumit antara nafsu dan nutrisi yang menyokong proses
ini, Di satu sisi, nafsu harus secara aktif ada sebelum kesadaran bisa
mendarat pada apa pun wujud nutrisinya. Namun di sisi lain, jika tidak
ada nafsu dari masa lalu, tidak ada wujud nutrisi ini yang bahkan ada:
Karena proses ini bersifat swadaya, maka upaya apa pun untuk bisa
menera mereka pasti rumit. Salah satu keluhan utama mengenai
Musabab Yang Saling Bergantung adalah bahwa ini luar biasa
rumit. Namun, ini seperti mengeluhkan kerumitan peta kota yang
156
KELAHI RAN UL ANG
Kita bisa melihat ini dengan jelas dalam dua model utama Musabab
Yang Saling Bergantung yang menggambarkan pola swadaya
kesadaran dalam menghasilkan makanannya yang bisa terus
dikonsumsinya sendiri. Pola ini paling menonjol dalam model
yang merunut kembali musabab kelahiran sampai ke sebab saling
bergantung antara kesadaran pada satu sisi, dan nāma-rūpa—dimensi
batin dan badan dari pengalaman—di sisi lain.
157
KELAHI RAN UL ANG
—SN 12:67
159
KELAHI RAN UL ANG
163
KELAHI RAN UL ANG
makanan dan air untuk proses kelahiran ulang bisa dialami langsung,
namun juga proses-proses ini merupakan konsekuensi pilihan yang
dibuat dalam batin: aktivitas disengaja bentukan batin yang dilandasi
ketaktahuan. Dengan cara ini, maka model ini menunjukkan adanya
kemungkinan bahwa duka kelahiran ulang bisa diakhiri dengan
pilihan: memilih mengembangkan perhatian yang sesuai—yaitu
pandangan benar menyangkut Empat Kebenaran Suciwan—yang
mengakhiri nafsu dan ketaktahuan. Dengan cara itu, alih-alih
terbelit dalam upaya menghancurkan kondisi yang memungkinkan
kelahiran—yang akan mengakibatkan munculnya penghancuran
identitas, yang malah hanya melanjutkan proses kemenjadian—Anda
sekadar memilih memotong asupan proses itu, mengizinkan proses
itu berakhir sendiri.
164
KELAHI RAN UL ANG
“Bumi raya jauh lebih besar, Bhante. Sepernik debu yang Bhagavā
165
KELAHI RAN UL ANG
pungut di ujung kuku jari tidak ada apa-apanya. Itu bahkan tidak
dihitung. Tidak bisa dibandingkan. Itu bahkan bukan pecahan,
sepernik debu yang Bhagavā pungut di ujung kuku jari, bila
dibandingkan dengan bumi raya.”
166
KELAHI RAN UL ANG
167
KELAHI RAN UL ANG
lenyapnya duka.’”
—SN 56:35
168
KELAHI RAN UL ANG
169
KELAHI RAN UL ANG
Saat ini dikatakan, salah satu bhikkhu berkata kepada Bhagavā, “Oh,
betapa kegelapan yang sangat besar! Betapa kegelapan yang sangat
besar! Adakah kegelapan lain yang lebih besar dan menakutkan
daripada itu?”
Seperti yang telah kita simak dalam bab tiga, suatu sudut pandang
banyak kehidupan membantu Anda tetap berada di wilayah kesusilaan,
suatu pokok yang berlaku ke faktor jalan berupa perkataan benar,
perbuatan benar, dan penghidupan benar. Prinsip yang sama juga
berlaku bagi faktor-faktor yang lebih terkait langsung ke meditasi.
Ini bisa digambarkan dengan dua contoh dari strategi dua-langkah
Buddha untuk mengembangkan kemuakan akan kemelekatan dan
nafsu.
171
KELAHI RAN UL ANG
Hanya saat Anda bisa melihat nafsu indriawi dalam pemaknaan ini
Anda baru benar-benar siap mengikuti jalan untuk sepenuhnya
memotong nafsu indriawi yang berfungsi sebagai salah satu musabab
duka dan derita. Akan tetapi, bahkan pemahaman ini pun tidak
cukup untuk mencabut nafsu indriawi. Batin memerlukan sumber
kenikmatan yang lain untuk mengasupnya dalam jalan. Kenikmatan
ini disediakan oleh jhāna, faktor jalan pengheningan benar.
173
KELAHI RAN UL ANG
174
KELAHI RAN UL ANG
Ini juga tempat kita bisa melihat paling jelas mengapa Buddha
mendiskusikan semua faktor yang membawa menuju kelahiran ulang
sebagai proses. Jika Anda melihat pada esensi batin atau landasan
keberadaan dunia, maka akan terlalu mudah—saat mencapai tataran
jhāna—untuk mengelirukan bahwa inilah yang Anda cari-cari.
Akan tetapi, ini hanya akan membawa menuju ketidaktahuan dan
kemelekatan lebih lanjut. Namun jika Anda memandang jhāna sebagai
hasil perbuatan dan proses, maka saat Anda mencapai tataran ini,
Anda akan lebih mudah mengembangkan ketanpa-nafsuan akan jhāna
tanpa merasa kehilangan suatu hal yang hakiki.
175
KELAHI RAN UL ANG
“Di mana tidak ada nafsu akan nutrisi makanan jasmani, di mana tiada
kegembiraan, tiada nafsu, maka kesadaran tak mendarat di sana atau
bertambah. Di mana kesadaran tidak mendarat atau bertambah, maka
tidak ada turunnya badan dan batin. Di mana tidak ada turunnya badan
dan batin, tidak ada pertumbuhan bentukan batin. Di mana tidak ada
pertumbuhan bentukan batin, tidak ada dihasilkannya kemenjadian
lebih lanjut pada masa depan. Di mana tidak ada dihasilkannya
kemenjadian lebih lanjut pada masa depan, maka tidak ada kelahiran,
pelapukan, dan kematian mendatang. Saya beritahu kalian, hal itu tak
memiliki penderitaan, kesusahan, kesulitan.”
176
KELAHI RAN UL ANG
Yang tersisa adalah suatu dimensi yang bebas dari kelahiran dan
kematian.
177
KELAHI RAN UL ANG
“Sama seperti jika ada rumah beratap atau aula beratap yang memiliki
jendela di utara, selatan, atau timur. Saat matahari terbit, dan cahaya
masuk melalui jendela, di mana cahayanya mendarat?”
“Di tembok sebelah barat, Bhante.”
“Lalu jika tidak ada tembok sebelah barat, di mana cahaya itu
mendarat?”
“Di tanah, Bhante.”
“Lalu jika tidak ada permukaan tanah, di mana cahaya itu mendarat?”
“Di air, Bhante.”
“Dan jika tidak ada air, di mana cahaya itu mendarat?”
“Cahaya itu tidak mendarat, Bhante.”
“Sama pula, tempat tidak ada nafsu akan nutrisi makanan fisik …
kontak … perniatan batin … kesadaran, tempat tiada kegembiraan,
tiada nafsu, maka kesadaran tak mendarat di sana atau bertambah.
Tempat kesadaran tidak mendarat atau bertambah, maka tidak
ada turunnya badan dan batin. Tempat tidak turunnya badan dan
batin, tidak ada pertumbuhan bentukan batin. Tempat tidak ada
pertumbuhan bentukan batin, tidak ada dihasilkannya menjadi lebih
lanjut pada masa depan. Tempat tidak ada dihasilkannya menjadi
lebih lanjut pada masa depan, maka tidak ada kelahiran, pelapukan,
dan kematian mendatang. Saya nyatakan kepada kalian, itu tak
178
KELAHI RAN UL ANG
179
KELAHI RAN UL ANG
Dengan kata lain, ketika batin kembali dari dimensi bentukan setelah
perjumpaan total dengan dimensi yang tanpa bentukan dan telah
menyadari keterbebasannya, realisasi bahwa melalui kelahiran/
kelahiran ulanglah—baik dalam tataran makro dan mikro—hal
pertama yang terlintas spontan. Realisasi akhir kelahiran ini membawa
pada realisasi lebih lanjut bahwa semua duka telah diakhiri pula.
180
KELAHI RAN UL ANG
IRONI MODERN
181
KELAHI RAN UL ANG
Akan tetapi, ada bukti jelas bahwa “di luar jangkauan” di sini sekadar
berarti “di luar jangkauan penjelasan yang memadai”, karena ada
naskah kanonik lain yang menerangkan bahwa sekalipun dimensi di
luar enam indra tidak bisa dijabarkan dengan memadami, dimensi itu
masih bisa diketahui.
182
KELAHI RAN UL ANG
ditanya … apakah tidak ada hal apa pun lainnya … apakah ada baik apa
pun maupun tidak ada apa pun lainnya … apakah bukan ada maupun
bukan tiada apa pun lainnya, Anda berkata, ‘Jangan mengatakan
itu, sahabatku.’ Kini, bagaimana makna pernyataan ini sebaiknya
dipahami?”
183
KELAHI RAN UL ANG
184
KELAHI RAN UL ANG
185
KELAHI RAN UL ANG
Akan tetapi, ada dua masalah dengan argumen ini. Yang pertama
adalah, seperti yang telah kita bahas, kelahiran ulang bukanlah asumsi
yang secara universal diterima pada zaman Buddha. Suatu bagian
penting dari pengalaman kecerahan siapa pun—saat itu maupun kini—
akan membuktikan sendiri apakah Buddha benar dalam topik ini.
186
KELAHI RAN UL ANG
Ironi tiga alasan menentang ajaran kelahiran ulang ini adalah orang-
orang yang membuat alasan ini semuanya mengasumsikan bahwa
Buddha tidak mampu mempertanyakan berbagai pandangan pada
zaman-Nya, akan tetapi nyatanya diri merekalah yang tidak bersedia
menerima tantangan Buddha untuk undur dan mempertanyakan
pandangan mereka. Kita mengetahui bagaimana Buddha menanggapi
paham materialis pada zaman-Nya sendiri, dan tidak ada alasan
untuk mengasumsikan bahwa Buddha hari ini akan menanggapi
materialisme dengan cara berbeda.
187
KELAHI RAN UL ANG
188
KELAHI RAN UL ANG
Maka kita dihadapkan dengan suatu pilihan. Jika kita tulus hendak
mengakhiri duka dan memberikan kesempatan yang adil bagi ajaran
Buddha, maka—alih-alih mengasumsikan bahwa Buddha adalah
tawanan zaman dan lokasi-Nya, tak mampu mempertanyakan asumsi
budaya-Nya—kita harus memeriksa sendiri sampai batas mana,
dalam mengikuti asumsi budaya kita sendiri, kita memenjarakan
diri sendiri. Jika kita tak ingin menanggalkan pembatasan yang
kita tetapkan sendiri, kita masih bisa memperoleh manfaat dari
ajaran Buddha apa pun yang sesuai dengan batasan itu, namun kita
harus menerima konsekuensinya: bahwa hasil yang kita peroleh
akan terbatas pula. Hanya jika kita bersedia menyerah kepada ujian
perhatian benar, meninggalkan prasangka yang menyelewengkan
pikiran kita mengenai isu karma dan kelahiran ulang, kita baru
mampu memanfaatkan sarana Kanon secara penuh untuk meraih
keterbebasan total.
189
KELAHI RAN UL ANG
190
KELAHI RAN UL ANG
BAGIAN EMPAT
Francis Story
191
KELAHI RAN UL ANG
1 Kenangan masa lalu yang kembali tanpa dikenali subjeknya sebagai ingatannya
sendiri, sehingga dianggap sebagai kenangan baru dan orisinil.
192
KELAHI RAN UL ANG
2 Kemampuan bicara dalam bahasa asing baku yang tidak pernah dipelajari atau
diketahui subjek sebelumnya.
3 Kemampuan bicara fasih dalam nada-nada asing yang menyerupai bahasa namun
sebenarnya bukan bahasa baku. Misalnya fenomena bahasa roh.
193
KELAHI RAN UL ANG
195
KELAHI RAN UL ANG
Pendahuluan
Pada tahun 1961, kami bekerja sama dalam penyelidikan tiga kasus
kelahiran ulang di Sri Lanka. Sejak saat itu kami telah menyelidiki lebih
banyak kasus lagi di sana dan di Thailand. Dari kasus ini, hanya kasus
Warnasiri Adikari yang disajikan, yang memberikan banyak materi
yang layak mendapatkan laporan khusus. Kasus lainnya masih dalam
penyelidikan. Selain fakta bahwa kasus ini menunjukkan berbagai
fitur istimewa yang serupa dengan yang kita temukan dalam kasus di
Sri Lanka dan tempat lain, sehingga menyiratkan adanya persamaan
pengalaman, kasus Warnasiri layak mendapat perhatian karena
Francis Story mampu menyelidikinya pada waktu peristiwa utama
yang berkaitan dengannya baru saja terjadi. Sehingga kekeliruan
197
KELAHI RAN UL ANG
198
KELAHI RAN UL ANG
199
KELAHI RAN UL ANG
Pada Juli 1966, kami sekali lagi menilik ulang kasus ini bersama saat
kunjungan Ian Stevenson ke Sri Lanka. Kami berdua mengunjungi
keluarga Warnasiri Adikari dan keluarga Ananda Mahipala, yang
dinyatakan sebagai sosok Warnasiri sebelumnya. Sebelum penilikan
ulang kasus ini, kami telah mendapat terjemahan dalam bahasa Sri
Lanka laporan kasarnya, termasuk daftar pernyataan dan perilaku
yang dilaporkan Warnasiri mengenai kehidupan lampaunya. Daftar
ini kami lampirkan. Kami menunjukkan terjemahan ini ke dua saksi
utama kasus ini, ayah Warnasiri dan ibu Ananda. Mereka membaca
daftar ini, membuat beberapa perubahan kecil dari perincian yang
tidak penting, dan menandatanganinya sesuai dengan apa yang
mereka ingat dari faktanya.
Pada tahun 1966, beberapa hal ditambahkan pada kesaksian itu dan
beberapa koreksi kesaksian sebelumnya (biasanya minor) dilakukan.
200
KELAHI RAN UL ANG
namun karena pembuktian hal ini masih berlanjut, kami tidak akan
memasukkannya ke tabel rangkuman kesaksian dan pengenalan
Warnasiri.
Fakta Geografi Relevan dan Cara Komunikasi yang Mungkin Terjadi untuk
Memberi Informasi Kepada Subjek
201
KELAHI RAN UL ANG
202
KELAHI RAN UL ANG
203
KELAHI RAN UL ANG
Sampai tahun 1966 Warnasiri juga terus memiliki minat besar dengan
mobil, hasrat yang sulit dinalar jika hanya mempertimbangkan
kesempatan dalam keluarganya yang tak memiliki mobil. Ia juga
tampaknya memiliki pengetahuan melampaui kebiasaan (bagi anak
204
KELAHI RAN UL ANG
205
KELAHI RAN UL ANG
206
KELAHI RAN UL ANG
Kami telah melaporkan kasus jenis kelahiran ulang di Sri Lanka yang
berkesempatan kami selidiki dalam kurun beberapa bulan sejak
terjadinya peristiwa utama kasus itu. Kasus ini memuat ciri-ciri yang
umum ditemukan dalam kasus lain jenis ini di belahan dunia lainnya.
Misalnya, anak yang terkait memberikan informasi kami mengenai
kehidupan lampaunya dalam ucapan yang dikemukakan pada masa
yang berbeda-beda. Ingatan jelas yang terpusat pada orang dan
kepemilikan kehidupan lampau dan mengenai rincian kematian
207
KELAHI RAN UL ANG
Teori pertama dari tiga hipotesis ini didukung Chari dan Murphy
sebagai penjelasan atas kasus-kasus jenis kelahiran ulang. Ian
Stevenson mendebat di tempat lain bahwa penjelasan ini mungkin
menjelaskan beberapa kasus jenis ini, namun penjelasan ini menurut
kami gagal menjelaskan beberapa ciri dalam sebagian kasus, seperti
pernyataan yang kuat dan teguh dari banyak subjek tentang identitas
sinambung yang menghubungkan kepribadian kini dan lampau. Jika
ciri perilaku kasus ini dipertimbangkan sebagai kombinasi khayalan
identitas dan proses adikodrati, mereka pasti menonjol daripada
208
KELAHI RAN UL ANG
Rujukan
Chari, C.T.K. “Paramnesia and Reincarnation.”Proc. S.P.R., Vol 53, 1962,
264-86.
Murphy, Gardener. “Body-Mind Theory as a Factor Guiding Survival
Research.”Journal A.S.P.R., Vol. 59, April 1965, 148-56.
Stevenson, Ian. “Twenty Cases Suggestive of Reincarnation.”Proc. A.S.P.R.,
Vol 26, 1966, 1-362.
Story, Francis. The Case for Rebirth, Kandy, Sri Lanka: Buddhist
Publication Society, 1959. (Edisi revisi, 1964).
Pendahuluan
209
KELAHI RAN UL ANG
dan Amerika Utara, akan tetapi, kasus ini lebih melimpah ditemukan
di banyak negara Asia. Selama tujuh tahun terakhir, kami telah
mempelajari dua puluh delapan kasus kelahiran ulang di Sri Lanka.
Kami telah menerbitkan empat laporan kasus ini dan beberapa laporan
kasus lain sedang disiapkan. Salah satu dari kami telah menulis artikel
yang merangkum ciri pokok kasus-kasus kelahiran ulang di Sri Lanka
dan artikel lain mengenai kasus Sri Lanka telah dibandingkan dengan
yang ditemukan di Turki dan Indian Tlingit di Alaska.
Metode Penyelidikan
210
KELAHI RAN UL ANG
Subjek kasus ini adalah Disna N.K. Samarasinghe, yang terlahir ulang
di desa Udobagawa, dekat Galagedera (sekitar dua puluh mil dari
Kandy) pada 26 April 1959. Disna adalah anak kedua yang hidup dan
putri sulung dalam keluarga dengan empat anak yang hidup. Ayahnya
211
KELAHI RAN UL ANG
212
KELAHI RAN UL ANG
Disna dan ibunya, ditemani tiga orang lain, berjalan kaki ke Wettewa
213
KELAHI RAN UL ANG
214
KELAHI RAN UL ANG
Penyelidikan pertama kasus ini terjadi bulan Mei 1965 ketika Francis
Story mengunjungi wilayah Galagedera dan menghabiskan dua hari
penuh mengumpulkan kesaksian. Penyelidikan kemudian dihentikan
sampai Maret 1968 saat kami berdua mengerjakan kasus ini selama
dua hari. Pada kesempatan kedua, kami mewawancarai kembali
hampir semua saksi yang sebelumnya diwawancara Francis Story
tahun 1965 dan tambah lagi mengambi kesaksian dari sejumlah saksi
baru seperti putri Babanona, R.M. Nonnohamy, yang tinggal dekat
kota Rambukkana sekitar 20 mil dari Wettewa, dan U.A. Rambukkana
Bacho Harmy, mantan tetangga Babanona dalam desa Medagoga.
215
KELAHI RAN UL ANG
Kami juga memiliki terjemahan catatan tertulis yang dibuat ibu Disna
dan beberapa informasi lainnya yang dikumpulkan Tuan P.K. Petera
dan Tuan H.S.S. Nissanka, yang lebih awal mempelajari kasus ini. Tuan
Godwin Samararatne memperoleh tambahan informasi mengenai
rincian suatu kunjungan ke daerah itu tentang kasus ini pada musim
panas 1968.
216
KELAHI RAN UL ANG
Desa tempat dua keluarga pokok yang terkait dalam kasus ini terletak
agak dekat, dan jarak di antaranya lebih sedikit dari jarak rata-rata
desa tempat kasus kelahiran ulang di Sri Lanka terjadi. Akan tetapi,
jarak jika dilihat dari sudut pandang perjalanan dan komunikasi jauh
lebih besar dari yang kelihatan oleh pembaca Barat. Tak satu pun dari
dua keluarga yang terkait dalam kasus ini memiliki mobil, namun
bus melintas di jalan utama antara kedua desa. Biasanya hanya ada
sedikit hubungan antara anggota desa berbeda yang tidak memiliki
hubungan.
217
KELAHI RAN UL ANG
218
KELAHI RAN UL ANG
219
KELAHI RAN UL ANG
220
KELAHI RAN UL ANG
221
KELAHI RAN UL ANG
Semua informan utama kasus ini meyakini Disna telah memberi bukti
memuaskan sebagai Babanona yang terlahir ulang. Penerimaan seperti
itu seringnya cukup mudah diperoleh dari keluarga yang berduka
di Sri Lanka yang menyambut kesempatan meyakini bahwa anggota
keluarga yang mereka cintai telah kembali. (Namun akan tidak benar
menyangka bahwa setiap pernyataan kelahiran ulang diterima tanpa
penyelidikan saksama mengenai pernyataan yang dibuat orang yang
mengaku terlahir ulang.) Akan tetapi, bagi keluarga Disna, penerimaan
identifikasi Disna sebagai Babanona melibatkan penerimaan
berhubungan dengan orang dari kasta dan golongan ekonomi lebih
rendah, sesuatu yang tidak dianggap sepele di Sri Lanka.
222
KELAHI RAN UL ANG
Dalam keadaan itu, pantas bagi Disna tidak ingin diingatkan mengenai
kehidupannya di Wettewa dan inilah yang ditunjukkan perilakunya.
Anak-anak lain atau orangtuanya kadang menggodanya dengan
memanggilnya “Babanona” dan ini membuatnya kesal. Ia memukul
saudaranya jika mereka menggodanya seperti itu. Ketika ayahnya
bercanda memanggilnya “Babanona” di depan kami tahun 1968, ia
meledak dalam tangis. Saat itu Disna berusia sembilan tahun. Ibunya
mengatakan bahwa ia tak lagi bicara spontan mengenai kehidupan
lampau, namun akan melakukannya dengan enggan jika ditanya.
Jika mereka mengingatkannya akan kehidupan lampaunya, ia akan
meminta mereka untuk tidak mengingatkannya. Disna dengan tegas
mengatakan bahwa ia sangat suka kehidupannya yang sekarang
daripada kehidupan yang ia ingat di Wettewa.
223
KELAHI RAN UL ANG
224
KELAHI RAN UL ANG
225
KELAHI RAN UL ANG
226
KELAHI RAN UL ANG
Pembahasan
228
KELAHI RAN UL ANG
229
KELAHI RAN UL ANG
itu, yang sebenarnya hanya gubuk, di Wettewa jauh lebih buruk dari
rumah Samarasinghe. Kebetulan pula, kasus ini adalah perkecualian
bagi sebagian besar kasus di Sri Lanka dan India di mana subjeknya
mengingat kehidupan lampau dari kasta yang lebih tinggi.
Satu orang yang mengenal Babanona dengan baik dan yang memiliki
hubungan dengan Samarasinghe adalah Bhikkhu Amabanwelle
Somasara, kepala Wihara Wettewa. Namun A.S. Samarasinghe
mengatakan bahwa, sampai sejauh ia bisa ingat, bhikkhu itu tidak
berkunjung ke rumah mereka dari kelahiran Disna sampai waktu
kunjungan pertama Disna ke Wettewa lima tahun kemudian, yang
230
KELAHI RAN UL ANG
231
KELAHI RAN UL ANG
232
KELAHI RAN UL ANG
kasus yang diduga kelahiran ulang tidak bisa dilakukan dalam kasus
Disna. Kelahiran ulang dalam banyak aspek merupakan penjelasan
paling sederhana untuk kasus ini. Hipotesis ini melibatkan penjelasan
yang lebih tidak rumit daripada gabungan pencirian adikodrati dan
kepribadian kedua. Namun itu bukanlah penjelasan paling masuk
akal bagi rata-rata orang Barat yang tak terbiasa mempertimbangkan
gagasan keberlangsungan kepribadian manusia setelah kematian
itu bisa disokong bukti empiris. Bagaimana pun, bukanlah tujuan
kami untuk mendesakkan penafsiran kami sendiri terhadap kasus
ini, namun menghadirkannya agar menarik perhatian ke potensi
pentingnya kasus seperti ini dan perlunya studi lebih lanjut terhadap
kasus-kasus ini.
233
KELAHI RAN UL ANG
235
KELAHI RAN UL ANG
236
KELAHI RAN UL ANG
Dua saksi kisah ini, yang dikenal di seluruh wilayah itu, datang bersama
Sersan Thiang menjumpai saya. Yang pertama adalah Sersan Manoon
Rungreung, dari divisi angkatan bersenjata yang sama. Ia mengatakan
bahwa ia mengenal kisah Phoh ini dan kelahiran ulangnya sejak
kanak-kanak, dan yakin akan kebenarannya. Secara fisik tidak ada
kesamaan antara Phoh dan Thiang, katanya; Phoh itu “tinggi, gagah,
dan tampan”, sedangkan Thiang sebaliknya.
Saksi kedua adalah pria berusia 72 tahun, Nai Pramaun, dari Kantor
Balai Kota Surin. Ia sebelumnya adalah Asisten Pejabat Distrik, dan
berusia muda saat pembunuhan Phoh. Ia mengenal mendiang Phoh,
dan mengenal Thiang sejak kecil. Ia memberi tahu saya bahwa Phoh
sebenarnya adalah pencuri ternak dan orang yang bersifat buruk
pada masa hidupnya. Nai Pramaun telah menyelidiki kasus pencurian
ternak dan pembunuhan ini selama tugasnya. Saat mendengar kabar
burung mengenai kelahiran ulang Phoh, ia pergi menemui anak itu
saat berusia empat atau lima tahunan. Thiang mengenalinya dan
memanggil dengan namanya. Ia juga telah mengatakan dengan
237
KELAHI RAN UL ANG
benar semua nama orang yang terkait urusan itu. Nai Pramaun telah
memeriksa tanda lahir dan menemukan bahwa tanda lahir itu sesuai
dengan luka kematian Phoh dan tanda lain di tubuhnya. Ia menemukan
pula bahwa Thiang ingat orang yang telah membunuhnya, penduduk
desa bernama Chang, yang meninggal saat ia masih kanak-kanak.
Nai Pramaun memastikan semua bukti lain kasus ini seperti yang
diceritakan Thiang. Ia menambahkan bahwa kisah ini dikenal di
seluruh daerah itu dan tak seorang pun meragukannya.
238
KELAHI RAN UL ANG
lahan itu sebagai miliknya saat ia dahulu adalah Phoh, tanpa diberitahu
fakta ini, dan dalam menyatakan kepemilikan, ia telah memberi tahu
situasi bagaimana tepatnya Phoh memperoleh tanah itu.
239
KELAHI RAN UL ANG
Dalam kasus Asia yang telah saya pelajari secara pribadi, pengaruh
hambatan sosial tidak berperan besar. Kadang ada kerumitan keluarga
yang menghalangi penelitian lebih lanjut serta uji terkontrol kasus
ini. Orangtua anak, yang mengaku ingat kehidupan lampau dan telah
mengenali orang-orang tertentu yang masih hidup sebagai ayah dan
ibu lampaunya, biasanya ingin melepas ikatan anak itu dengan orang-
240
KELAHI RAN UL ANG
241
KELAHI RAN UL ANG
Pada waktunya anak itu terlahir; anak itu laki-laki dan mereka
menamainya Maung Maung Lay. Selang tiga bulan setelah
kelahirannya, U Khin Nyunt mendapat mimpi lain yang sangat
mengerikan. Ia bermimpi putranya meninggal dan jantung, hati, serta
organ lainnya berceceran di sekitar suatu kotak kaca.
242
KELAHI RAN UL ANG
U Khin Nyunt merasa sangat terusik oleh kata-kata ini dan bahkan
marah mendengar ramalan kematian yang tersirat. Menolak bicara
kepada Sayadaw, ia langsung pergi. Di Myanmar, bhikkhu diberi
penghormatan tertinggi dan perilakunya terhadap bhikkhu itu
menunjukkan betapa berdukanya U Khin Nyunt.
Pada bulan April 1953, bocah yang saat itu berumur lima tahun,
sakit parah dengan gejala yang didiagnosis sebagai anemia akut.
Tepat sebelum ini, ayahnya mengalami mimpi lain yang mana sosok
mengerikan berpakaian hitam berusaha menarik putranya dari
dirinya. Dengan susah payah ia melawan, namun ia bangun dengan
sangat resah. Ia tidak bisa mengusir perasaan stres yang tersisa dari
mimpi buruk itu. Itu terasa seperti penampakan jelas saat bangun dari
pengalaman mimpi.
Peristiwa ini diikuti mimpi lain yang sangat jelas dan realistik. U Khin
Nyunt dan istrinya bermimpi mereka melihat ibunya meninggalkan
ruangan dan turun tangga. Ia berpakaian seperti dalam mimpi
kematiannya dan tidak melihat atau bicara kepada mereka. Masih
243
KELAHI RAN UL ANG
244
KELAHI RAN UL ANG
Pada 22 Maret 1957, seorang gadis terlahir yang mereka beri nama
Win Win Nyunt. Di mata kaki kiri bayi itu ada tanda lahir berbentuk
persegi, yang warnanya lebih pucat dari kulitnya dan kelihatan persis
seperti tanda sisa selotip. Persis di tempat itu Dr. Perabo, spesialis
WHO, melakukan transfusi darah ke anak mereka selama tiga hari
sebelum kematiannya.
Saat gadis kecil Win Win Nyunt bisa bicara dengan kalimat terhubung,
ia menyatakan bahwa ia bukan hanya Maung Maung Lay yang dahulu
namun juga Daw U Shwe, ibu U Khin Nyunt. Dengan menyebut
nama orang yang tidak mungkin ia tahu dalam hidup ini dan
merujuk pada peristiwa kehidupan Daw U Shwe dan Maung Maung
Lay, ia meyakinkan baik U Khin Nyunt dan istrinya bahwa kedua
kepribadian itu sesungguhnya adalah dirinya. Ia kadang lupa diri dan
memanggil ayahnya seolah putranya sendiri. Di Myanmar, seperti
di sebagian besar negara Asia, ada bentuk sapaan yang digunakan
untuk menunjukkan senioritas dan status dalam keluarga, dan ini
245
KELAHI RAN UL ANG
246
KELAHI RAN UL ANG
di atas, hipotesis ini bisa digugurkan karena tanda di bokong bayi itu
hanya ada satu orang yang mengetahui bahwa jasad Maung Maung
Lay ditandai setelah kematian, yaitu sopir yang melakukannya. Kedua
orangtua tidak menyadari perbuatannya yang dipicu rasa sayangnya
terhadap bocah itu. Ini membuat kasus ini memiliki ciri istimewa,
selain ciri-ciri lainnya yang menakjubkan.
Masih ada satu teori yang mungkin: Win Win Nyunt mendapat
informasinya secara telepati dari orangtuanya dan menganut
pengetahuan itu seolah didapat dari ingatannya sendiri. Namun, ini
akan terlampau mengulur potensi komunikasi telepati di luar batas
dari yang telah ditunjukkan bisa dilakukan berdasarkan eksperimen
apa pun yang dilakukan sejauh ini. Sejauh yang saya tahu, tidak ada
kasus pengetahuan yang diperoleh secara telepatik bisa terserap ke
247
KELAHI RAN UL ANG
248
KELAHI RAN UL ANG
249
KELAHI RAN UL ANG
dalam kelahiran ulang inilah yang membuat doktrin ini tidak bisa
diterima bagi banyak orang. Ada orang yang lebih suka dimusnahkan
total daripada menjadi orang lain seperti yang kelihatannya menimpa
mereka saat terlahir ulang. Kita memikirkan diri kita sebagai
kepribadian berdasarkan ingatan lampau, kesadaran kini, dan sifat
kita, dan semua perabot batin yang telah kita peroleh, termasuk
pengetahuan mengenai hubungan kita dengan orang lain sedari
muda. Dengan lenyapnya semua ini dan terlempar ke lingkungan
yang benar-benar baru, apa yang tersisa dari individu yang saya
sebut aku? Jawabannya hanyalah bahwa tiap dari kita adalah produk
dari arus “keberadaan” individu tempat tidak ada yang ajek kecuali
kesinambungan sebab-akibat.
250
KELAHI RAN UL ANG
251
KELAHI RAN UL ANG
Sebelum menutup diskusi singkat kasus Daw U Shwe, ada hal yang
mesti disampaikan mengenai perubahan jenis kelaminnya dalam
kehidupan antara. Mungkin bahwa Daw U Shwe terlahir sebagai
laki-laki karena keresahannya untuk bergabung kembali dengan
putranya menyebabkan ia mewujud kembali dalam tubuh yang telah
berkembang sebelum kematiannya dan memiliki jenis kelamin yang
keliru. Sayangnya, saya tidak mampu memperoleh tanggal tepat
permulaan kehamilan Daw Mu Mu namun jika asumsi saya benar, maka
kematian dini anak itu bisa dijelaskan dengan alasan bahwa karma
Daw U Shwe tidak cukup untuk menyokong kepribadian laki-laki.
Situasi itu kemudian bisa disesuaikan hanya dengan memindahkan
potensi karma kehidupannya ke kelahiran baru sebagai perempuan.
Ini tidak berarti bahwa perubahan jenis kelamin dalam kelahiran
ulang selalu membawa hasil seperti itu. Sebaliknya, ada sejumlah
kasus pergantian jenis kelamin yang tercatat dan berbagai tataran
identifikasi seksual serta penyesuaiannya adalah tema studi istimewa.
Namun dalam semua atau hampir seluruh kasus ini tampak adanya
faktor pendukung dalam kehidupan lampau yang melakukan peralihan
antar jenis kelamin itu kurang-lebihnya sesuai. Dalam kasus Daw U
Shwe, naluri keibuannya yang kuat, membuat asumsi bahwa faktor-
faktor itu tidak ada adalah benar. Kehidupan singkatnya sebagai anak
laki-laki mungkin tidak lain adalah kesalahannya, namun kesalahan
yang segera dikoreksi alam.
Inilah tafsiran saya sendiri mengenai kasus ini. Orang lain yang
membaca fakta ini mungkin mendapat kesimpulan berbeda. Apa
pun penafsiran yang akhirnya benar, suatu kasus yang memuat
begitu banyak unsur pengalaman adikodrati akan sulit menjelaskan
252
KELAHI RAN UL ANG
Thailand adalah negeri yang cukup kaya dalam jumlah kasus orang
yang menyatakan memiliki ingatan kehidupan lampau. Nilai bukti
kasus Thai tidak lebih kecil dari kasus yang saya teliti di bagian lain
Asia dan kasus Thai, tambah lagi, memiliki ciri yang langka ditemukan
di tempat lain. Sejumlah kasus Thailand meliputi apa yang diklaim
sebagai ingatan nyata mengenai tahapan kesadaran antara satu
kehidupan manusia dengan kehidupan lainnya. Dalam sebagian kasus
ini, serangkaian peristiwa yang panjang, lebih jelas dari dalam mimpi,
dijabarkan secara terperinci. Jika kisah ini menceritakan pengalaman
batin nyata, maka pengalaman ini secara menarik menerangi
mengenai tataran kesadaran yang dimungkinkan dalam keadaan
terpisah dari raga, atau alih-alih keadaan yang terkait dengan tubuh
yang terbuat dari materi selain dalam kehidupan di bumi. Materi,
yang sekadar suatu wujud energi, mungkin mampu mewujud dalam
keadaan yang biasanya tidak bisa dicerap indra manusia namun tetap
merupakan wujud fisik di alam keberadaannya sendiri. Ini tampaknya
benar jika pengalaman setelah kematian itu cocok dengan kenyataan
dan bukan sekadar potongan “mimpi yang bisa muncul saat kita
terlepas dari libatan raga ini.”
253
KELAHI RAN UL ANG
Kurun waktu yang dirujuk ingatan yang sangat jelas ini tampaknya
adalah periode yang mengikuti setelah fase transisi yang dijabarkan
dalam buku Buddhisme Utara klasik Bardo Thodol, yang terjemahan
bahasa Inggrisnya diterbitkan oleh Dr. W.Y. Evans-Wentz, atau
mungkin juga bagian dari fase itu. Dalam pandangan Buddhis, arus
kesadaran terus berlanjut tanpa terputus antara kematian dan
kelahiran ulang, sehingga setiap keadaan yang dilewatinya harus
dianggap sebagai kelahiran ulang, entah berapa panjang atau pendek
durasinya atau di alam keberadaan apa itu muncul. Singkatnya,
jika pernyataan Barat adalah saat kematian roh keluar dari tubuh,
Buddhisme akan mengatakan bahwa setelah kematian kelahiran ulang
terjadi. Ini karena Buddhisme menganggap seluruh kesinambungan
kehidupan sebagai peristiwa silih-berganti kematian dan kelahiran
ulang tanpa tersela yang terjadi dari momen ke momen. Perbedaan
sudut pandang ini penting untuk memahami apa makna pengalaman
seperti ini bagi mereka yang menyatakan pernah mengalaminya
jika subjeknya adalah umat Buddha Thai, Myanmar, atau Sri Lanka.
Sesungguhnya, ini hanya cara yang lebih filosofis untuk menafsirkan
teori keberlangsungan pasca-kematian yang dianut para spiritualis.
Suatu contoh umum kasus seperti ini adalah kasus Bhikkhu Phra
Rajsuthajarn, Bhikkhu Wihara Pa Yodhaprasiddhi, Changwad Surin,
Thailand. Ia lahir 12 Oktober 1908 di Desa Nabua, Distrik Kota,
Provinsi Surin. Saya mewawancarainya pada Januari 1973, pertama
di Bangkok dan kemudian di Surin, tempat saya juga menanyai
anggota keluarganya yang sekarang dan yang ia akui sebagai keluarga
kehidupan lampaunya. Saya juga bicara dengan sejumlah saksi
setempat yang tidak terkait dengan kedua keluarga ini.
254
KELAHI RAN UL ANG
255
KELAHI RAN UL ANG
Ia pergi namun terus mengawasi dari luar, dan saat ia pikir saudarinya
tertidur, ia mendekat lagi. Sekali lagi, saudarinya melihatnya
dan memintanya meninggalkannya. Ia pergi lagi untuk kedua
kalinya, namun daya ketertarikan terlalu kuat baginya. Pada saat ia
memutuskan bahwa ia benar-benar harus meninggalkan tempat itu
dan hendak berbalik pergi, ia merasa dirinya berputar-putar dan
kehilangan kesadaran. Kesan terakhirnya adalah ia mengalami jatuh.
256
KELAHI RAN UL ANG
257
KELAHI RAN UL ANG
Para saksi yang saya wawancara dalam kasus ini adalah tiga anak
perempuan Leng, yang saat itu hidup di Desa Kraton, di Surin, dan
beberapa tetangga yang mengenal orangtua Phra Rajsuthajarn dan
menyaksikan pengenalannya. Putri pertama, Nyonya Pah, mengatakan
bahwa ia berusia 22 tahun saat ayahnya, Leng, meninggal. Saat Phra
Rajsuthajarn berusia empat tahun, ia mengenalinya dan berkata,
“Aku ayahmu.” Phra Rajsuthajarn memanggil dengan namanya,
kemudian mulai memanggilnya dengan panggilan kecilnya. Ini
awalnya membuatnya kesal, karena ia saat itu adalah perempuan yang
sudah menikah. Ia mengatakan kemudian bahwa sifat dan kebiasaan
Phra Rajsuthajarn persis mendiang ayahnya. Misalnya, ia senang
bertelanjang sampai pinggang, seperti yang dahulu diperbuat Leng,
dan sebelum menjadi bhikkhu ia juga seperti Leng, sangat berminat
dengan agama, sering berkunjung ke wihara.
258
KELAHI RAN UL ANG
Tiga putri Leng semuanya sepakat bahwa Phra Rajsuthajarn secara fisik
berbeda sama sekali dari ayah mereka, namun sifatnya menyerupainya.
Leng bertubuh tinggi, kuat, dan tampan, sementara Phra Rajsuthajarn
tingginya di bawah rata-rata, dan tubuhnya kurus. Penampilan
umumnya tampak rapuh namun ia meyakinkan saya bahwa ia
senantiasa sehat. Kenyataan bahwa ia terlahir sebelum kepribadian
lampaunya, Leng, meninggal, menyiratkan bahwa arus batin Leng,
melalui daya tarik kuat, pasti telah memproyeksikan dirinya ke tubuh
259
KELAHI RAN UL ANG
Jika itu yang terjadi dalam kasus Phra Rajsuthajarn, maka itu
menceritakan dengan sangat masuk akal bahwa Leng, petani yang
kekar, kembali dalam suatu tubuh rapuh yang sama sekali tidak
mirip dengannya. Itu pasti karena wadah fisiknya terbentuk oleh
karma orang lain. Akan tetapi, sifat Leng bertahan hidup dengan utuh
berikut ingatannya, mungkin karena peralihan sangat singkat antara
kematian dan kelahiran ulangnya. Juga menarik untuk memerhatikan
bahwa Phra Rajsuthajarn, walau penampilannya rapuh, memiliki
260
KELAHI RAN UL ANG
Imbuhan
Suatu kasus yang luar biasanya sama dengan yang ini telah dilaporkan
dari Inggris. Ini nyaris merupakan kasus kelahiran ulang, namun
261
KELAHI RAN UL ANG
tidak sama pula. Ini mungkin adalah kasus paling menarik dari
semuanya, namun sayangnya, karena terjadi bertahun-tahun lalu,
tidak mungkin bisa dilakukan pemastian bukti. Subjeknya (W. Martin)
menuliskan kisah pengalamannya yang diterbitkan dalam koran
Sunday Express (London) pada 26 Mei 1935. Ia menceritakan sewaktu
muda ia bekerja di kota bermil-mil jauhnya dari rumah. Suatu hari
kepalanya terkena batu bata dari runtuhan tembok. Ia dibawa masuk
ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri dan dicemaskan akan
meninggal. Sepucuk telegram dikirim ke orangtuanya dan diterima
mereka sewaktu makan siang. Mereka naik kereta berikutnya dan
mengunjunginya di rumah sakit, tempat ia masih dalam keadaan
koma mendalam. Setelah beberapa jam, ia siuman. Segera setelah ia
mampu bicara, ia menceritakan mereka bahwa ia tahu semua yang
terjadi kepada mereka selagi ia tidak sadarkan diri. Selagi tubuhnya
terbaring di rumah sakit, kesadarannya ada di rumah. Ia melihat
ibunya membuka telegram itu, dan telah bersama mereka sepanjang
perjalanan. Ia mengulangi pembicaraan ayah dan ibunya selama di
kereta api, dan menggambarkan bagaimana ayahnya terus menengok
jamnya, cemas apakah keretanya akan terlambat.
262
KELAHI RAN UL ANG
Ketertarikan khusus akan kasus ini adalah fakta bahwa ini sangat
menyerupai pengalaman pasca-kematian yang diceritakan Phra
Rajsuthajarn, yang memasuki tubuh anak saudarinya yang terlahir
sehari sebelum ia meninggal. Pengalaman yang mirip seperti ini bisa
terjadi pada dua orang dengan latar budaya, agama, ras, dan situasi
geografis yang sangat berbeda, yang diantaranya tidak mungkin ada
hubungan keduanya dalam bentuk pikiran dan keimanan, merupakan
bukti yang lantang dan kuat bagi pengalaman itu, meski tidak biasanya
diingat, bersifat universal.
263
KELAHI RAN UL ANG
264
KELAHI RAN UL ANG
265
KELAHI RAN UL ANG
Kasus yang serupa, sekali lagi dari Thailand, terjadi pada Nai Chook,
yang juga mengingat keluarga sebelumnya. Ia mengatakan bahwa
saat ia mengenali ibu lampaunya, ia berkata kepadanya, “Mengapa
kamu tidak datang ke rahimku lagi untuk terlahir ulang dariku?” Ia
memberitahunya bahwa ia tidak bisa memasuki rumah karena adanya
266
KELAHI RAN UL ANG
Informan yang memberi tahu saya kisah ini memiliki kesan bahwa
Nai Chook menceritakan semua rincian ini sebelum ia bisa mengenali
satu pun orang-orang ini dan menyatakan bahwa kisah ini adalah
ingatan keadaan setelah kematiannya.
267
KELAHI RAN UL ANG
Semua itu telah dipastikan. Memang ada orang seperti itu dan
kejahatan seperti itu. Phra Som Pit juga mengenali sebagian sanak
saudara dari kehidupan lampaunya dan menyebut nama mereka.
Setelah kematiannya, ia mengisahkan, ia merasa seolah ia berada
dalam mimpi. Ia berkelana untuk waktu yang lama. Ia sangat mabuk
saat kematiannya dan tak diragukan lagi menjadi salah satu penyebab
kebingungannya. Ia bergerak sepanjang jalan dengan hutan lebat di
kedua sisinya; tidak ada rumah yang terlihat. Ia merasa ceroboh namun
tidak mengalami sakit atau luka. Ia tidak bisa ingat melihat tubuhnya
268
KELAHI RAN UL ANG
di tanah. Ini adalah pokok penting dalam kasus ini di mana tanda lahir
berkaitan dengan luka di tubuh kepribadian sebelumnya. Biasanya
mereka melihat luka itu dan melalui reaksi badan-batin, luka ini
diteruskan ke tubuh baru dalam wujud tanda lahir. Akan tetapi, dalam
kasus Pra Som Pit, ia mengatakan bahwa ia tidak melihat tubuhnya.
Selagi berkelana, ia merasa sama seperti biasa. Ia mengenakan bajunya
yang biasa. Ia bertelanjang kaki, dalam pakaian hitam penduduk desa
tanpa penutup kepala, sama seperti saat ia terbunuh.
269
KELAHI RAN UL ANG
Tong Klub juga ingat apa yang terjadi kepadanya setelah ia tenggelam.
Ia mengatakan ia menyadari dirinya berada di tempat ada pria
bertubuh tinggi, buncit, berpakaian putih persis gambaran orang
dalam mimpi ibunya. Orang ini mengatakan ia akan menjaganya dan
270
KELAHI RAN UL ANG
Ini adalah kasus kedua di mana buah misterius ini memainkan peranan.
Ada pula kasus lainnya. Saya tidak bisa melacaknya, namun agaknya
pasti ada legenda di Thailand atau mungkin juga di Myanmar, bahwa
setelah kematian kita ditawari buah yang membuat kita melupakan
kehidupan silam. Itu bisa dibandingkan dengan air Lethe, sungai
kelupaan, dalam mitologi Yunani. Jika Anda tidak makan buahnya,
Anda tetap mempertahankan ingatan Anda. Saya belum menemukan
gagasan ini ke dalam kasus kelahiran mana pun di Sri Lanka atau India,
meski kami sering memiliki gagasan berulang mengenai seorang pria
yang muncul kepada, mengambil alih, dan kadang membawanya
menuju kelahiran baru.
271
KELAHI RAN UL ANG
272
KELAHI RAN UL ANG
Pada usia dua tahun, ia mampu menceritakan kepada ibunya semua hal
di atas dan mereka meyakini orang yang mereka lihat dalam keadaan
sebelum lahirnya adalah pria tua yang ibunya lihat dalam mimpinya
dan yang mantan istrinya lihat dalam mimpinya. Ia mengenali semua
saudara, sahabat, dan barang lampaunya. Ia bahkan mengingat utang-
utang lamanya. U Sobhana memberi tahu saya ia pernah melihat
orang tua itu sekali lagi dalam kehidupan ini. Pada saat krisis besar
terjadi, orang tua itu muncul dan memperingatkannya, agar ia
harus memberi tahu yang sejujurnya, apa pun akibatnya; jika tidak,
situasinya akan sangat buruk baginya. Bhikkhu U Sobhana berjanji
dan sungguh mengikuti nasihat orang tua itu dan segalanya berakhir
baik. Itu bukan mimpi namun suatu wawasan, ceritanya. Itu terjadi
larut malam sekali namun ia tidak terlelap dan penglihatannya jelas
dan nyata.
273
KELAHI RAN UL ANG
Kita kini sampai ke masalah apa jenis tubuh makhluk atau roh
“tanpa tubuh” itu miliki. Beberapa orang medium roh menyatakan
mereka memiliki tubuh yang fungsinya sama dengan tubuh manusia,
memiliki mata, telinga, alat kelamin, dan seterusnya. Profesor C.D.
Broad mengomentari bahwa meski kita mungkin berpikir pernyataan
demikian sulit dinalar, kita tak memiliki hak mengabaikannya.
Kenyataan bahwa pernyataan seperti itu diucapkan pastinya
menandakan sesuatu yang asli dan penting sekalipun itu hanya ada
dalam psikologi medium itu, kata profesor itu.
274
KELAHI RAN UL ANG
275
KELAHI RAN UL ANG
Pendahuluan
Sri Lanka
1
276
KELAHI RAN UL ANG
277
KELAHI RAN UL ANG
Tidak ada pemastian objektif tentang kasus ini, karena bocah itu
tidak bisa mengingat nama atau data persis lainnya, namun bukti
psikologisnya sangat kuat. Bisa disebutkan bahwa pada waktu Ranjith
mulai bicara mengenai kehidupan lampaunya, dua puluh tahun yang
lalu, ayahnya memiliki kebencian besar kepada orang Inggris karena
alasan politik, dan tidak ada hal dalam lingkungan anak itu yang bisa
mendorongnya meyakini bahwa ia orang Inggris.
278
KELAHI RAN UL ANG
279
KELAHI RAN UL ANG
Myanmar
1
280
KELAHI RAN UL ANG
gadis Eropa. Ia ingat memiliki banyak kuda, dan ada suatu perang.
Mereka menyerang sejumlah negara, bertempur dengan senjata api.
Akhirnya pasukannya kalah, dan ia sendiri tidak ingin ditawan, ia
membunuh istri dan pelayannya, lalu dirinya sendiri.
Banyak rincian lain diceritakan anak itu ke ibunya, yang saat itu
menulisnya, namun sayangnya catatannya kemudian hilang. Anak
itu selalu memperlakukan kembarannya seperti pelayan, dan
memanggilnya dengan nama alih-alih menyapanya sebagai “saudara”.
Meski anak itu kembar, keduanya memiliki penampilan yang sangat
berbeda. Ba Hlaing tampan dan kurus, sementara saudaranya berkulit
gelap dan gemuk. Fakta ini dipastikan oleh saudari mereka. Kapan
pun ayah mereka memukulnya, Ba Hlaing akan memegang kedua
tangannya di atas kepalanya seperti sikap menyerah dalam militer.
Kembaran lebih muda bereaksi berbeda terhadap pemukulan, berdiri
kaku dan diam. Ia adalah bocah yang diam, sedih, pasrah, sangat
berbeda sikapnya dengan Ba Hlaing yang lebih cerdas. Saudara
kembarnya meninggal tahun 1942.
281
KELAHI RAN UL ANG
Khin May Yee, yang juga dikenal sebagai Mary Knight (ayahnya orang
India, ibunya orang Myanmar).
Sekitar umur dua tahun dan enam bulan, Michael mulai bicara ke
kakak laki-laki dan pelayannya, mengatakan bahwa ia punya lima anak
di India—tiga putra dan dua putri. Ia mengatakan bahwa ia dahulu
adalah “doodh-wallah” (tukang susu) dan sangat senang bermain kartu.
Ia selalu menunjukkan minat besar pada sapi dan selalu menggambar
sapi. Rambagh, tempat orangtuanya tinggal, adalah wilayah “doodh-
wallah”; orangtuanya meninggalkan India dan kembali ke Myanmar
saat Michael berumur dua bulan, jadi ia tidak mungkin mengetahui
hal-hal ini dengan cara biasa.
282
KELAHI RAN UL ANG
283
KELAHI RAN UL ANG
India
1
Tahun 1964, Sunil Dutt, anak usia empat tahun, putra Tuan Chadammi
Lal Saksena dari Bareilly, India, menyatakan bahwa ia bisa mengingat
kehidupan lampaunya.
Saat ditanya mengenai sekolah ini, ia bilang bahwa ia dahulu adalah Seth
Krishna dan ia memiliki sekolah di Budaun. Memang sesungguhnya ada
seorang Seth Shrikhrisna, yang merupakan pendiri Seth Shrikrishna
Intermediate College, Budaun; ia meninggal tahun 1951.
284
KELAHI RAN UL ANG
Anak kecil itu memasuki sekolah tanpa dipandu apa pun dan bergegas
menuju kantor kepala sekolah, namun kecewa saat melihat “orang
asing” duduk di kursi kepala sekolah. Sebenarnya, kepala sekolah yang
ditunjuk Seth mendiang telah turun jabatan setelah kematian Seth.
Sunil kemudian berkeliling dengan riang dalam kilang dan pada suatu
tempat ia menunjuk papan yang menampilkan namanya. Papan itu
terletak di serambi, terliputi debu.
285
KELAHI RAN UL ANG
Sunil mengenali Tuan S.D. Pathak, mantan kepala sekolah S.K. College
di antara tiga puluh orang. Ia bergegas menuju dan memeluknya.
Kemudian ia duduk di pangkuan Tuan Pathak. Sunil memberi tahu
ayahnya, Tuan Saksena, bahwa ia mau diajar Tuan Pathak.
(Kasus ini diselidiki Francis Story dan Dr. Ian Stevenson tahun 1964).
286
KELAHI RAN UL ANG
Subjek kasus ini, S.B. Barua, adalah umat Buddha Chittagong yang lahir
dan dibesarkan di Myanmar Atas. Ia hidup di Kalkuta pada tahun 1963.
Beberapa tahun sebelum 1963, ia telah berlatih meditasi di Kammayut
Meditation Centre di Rangoon. Ia tidak mampu mendapat kemajuan
mengembangkan keheningan karena selalu terusik bunyi lonceng
terus-menerus. Suaranya itu seperti lonceng kekang kuda. Pada saat
yang sama, ia merasakan sensasi bergerak bersama dan dari waktu
ke waktu, pecutan dan gatal dirasakan di berbagai bagian tubuhnya,
seolah ia digigit lalat. Ia merasakan keinginan menghalau mereka dan
kaget menemukan bahwa tidak ada lalat dalam ruangan itu.
287
KELAHI RAN UL ANG
bahwa kemiripan itu bahkan makin menonjol lagi dalam kasus ini.
Suaranya sengau, kadang diseret, dan memiliki ciri seperti suara kuda
dalam getarannya, terutama saat ia bicara secara meditatif seolah
ke dirinya sendiri, yang sering ia lakukan. Saat kanak-kanak ia aktif,
senang bermain, dan pelari yang baik. Secara psikologis, ia memiliki
batin agak lamban dan mudah dibujuk.
Komentar Kasus
Sedikit sekali yang bisa dikomentari dalam kasus ini. Tidak ada
alasan jelas mengapa seseorang mau mengidentifikasi dirinya
dengan kuda. Pada saat yang sama, tidak ada bukti objektif mengenai
keyakinannya yang bisa diperoleh. Subjek ini memiliki keyakinan
kuat bahwa kehidupan sebelumnya ia menjadi kuda, namun apakah
ini disugestikan dirinya karena penampilannya yang “menyerupai
kuda” dan rasa empatinya, lalu kemudian diperkuat khayalan yang
dipicu meditasi, tidak mungkin bisa dipastikan. Ini bukan kasus yang
bisa ditafsir secara ilmiah.
288
KELAHI RAN UL ANG
Thailand
1
Phra Kemy adalah bhikkhu Kamboja yang tinggal, pada tahun 1963,
di Wat Mahamakut Buddhist University, Bangkok. Ia berbicara
bahasa Perancis dan Inggris. Ia menyatakan bahwa saat ia berusia
sepuluh tahun, orangtuanya memberitahunya bahwa saat ia bayi, ia
menyatakan bahwa ia adalah mendiang putra sulung mereka yang
terlahir ulang. Ia mengatakan hal ini saat ia pertama kali mulai bicara,
mengatakan bahwa ia telah mengikuti orangtuanya sedari tempat
kremasi dan tinggal bersama mereka sampai ia bisa terlahir ulang. Ia
memberi tahu mereka nama sebelumnya, Teav Seang, dengan tepat.
Ayah Lam San Kantapurar adalah seorang umat Sikh Punjab yang
menjadi Buddhis. Ibunya tetap beragama Sikh. Anak ini (lahir 1955)
masuk ke Sekolah Buddhis Sammajiva-silpa Mulnidhi, Bangkok. Ia
mulia bicara begitu berumur dua tahun. Pada usia itu ia melihat gambar
dewa dan menunjuk kepadanya ia berkata, “Itu adalah yakkha.”
(“Yakkha” adalah istilah kitab suci Buddhis untuk golongan makhluk
halus tertentu; istilah ini tidak umum digunakan zaman sekarang.)
Orangtuanya yakin bahwa ia belum mendengar kata itu dalam
kehidupannya yang sekarang. Anak itu menceritakan kepada mereka
bahwa ia sebelumnya adalah orang Cina, setelah itu menjadi dewa, dan
kini menjadi orang India. Ia senang mendengar musik Cina di radio
dari musik lainnya dan menunjukkan beberapa ciri khas orang Cina. Ia
tidak pernah mau minum susu, namun selalu minta teh; bahkan pada
tahun 1963, ia tidak akan mau minum susu kecuali kalau berwarna.
Bahkan saat tidur, ia selalu menggulung baju dalamnya seperti yang
290
KELAHI RAN UL ANG
Komentar Kasus
291
KELAHI RAN UL ANG
Secara fisik, ia kurus dan berkulit cerah, dan meski bukan aneh bagi
seorang Punjab, ia memiliki warna kulit lebih pucat dari orangtuanya.
Saudara kandungnya tidak hadir untuk menjadi perbandingan. Secara
batin ia tampak sadar dan cerdas. Saat ditanya mengenai kehidupan
lampaunya, ia tampak membuat upaya keras untuk mengingat,
namun tak bisa mengingat rincian fakta apa pun yang memberikan
petunjuk periode kehidupan Cinanya. Ia juga tak bisa memberi
informasi rinci mengenai kelahiran antaranya (menurut doktrin
Buddhis, kehidupan di alam surgawi bisa mencapai durasi beberapa
abad). Orangtua Lam Sam mengatakan bahwa sejak usia sangat belia
ia mengetahui beberapa kosakata Cina namun kemungkinan bahwa ia
292
KELAHI RAN UL ANG
mempelajari hal ini dari anak-anak Cina yang senang ia kawani tidak
bisa diabaikan.
Kasus berikutnya agak berbeda dari kasus lain dalam hal subjeknya,
Bua Pun, tidak dipertemukan dan kasus ini dilihat dari sudut pandang
orang-orang yang terkait dengan kepribadian lampau Bua Pun yang
bernama Snien (dieja Sunyin).
293
KELAHI RAN UL ANG
Nai Phoon dan istrinya menyatakan bahwa mereka punya lima anak,
dua yang pertama kembar bernama Snien dan Snun, keduanya laki-
laki. Snien meninggal pada tahun 1930 pada usia dua tahun enam
bulan. Beberapa tahun setelah kematiannya, ibunya, Sai bertemu
nenek Bua Pun di wihara dan diberi tahu olehnya bahwa anak itu, Bua
Pun, menyatakan ingat kehidupan lampaunya dan mengaku bahwa
dahulu ia bernama Snien. Nenek itu mengatakan bahwa penggambaran
yang ia berikan mengenai ibu lampaunya tampaknya menunjukkan
bahwa Bua Pun dahulu adalah putra Sai. Ia menceritakan lebih lanjut
bahwa pada usia tiga atau empat, Bua Pun mengatakan ini kepada
ibu saat kini, “Ibuku lebih baik dari kamu.” Ia juga berkata kepada
saudaranya, “Ibumu tidak baik. Ibuku jauh lebih baik.” Ketika ditanya
di mana ibunya tinggal, ia menunjuk ke arah utara. Rumah orangtua
lampaunya sesungguhnya terletak di utara dari rumahnya kini dan
berjarak tiga kilometer.
Anak itu kemudian dipertemukan dengan Nai Phoon dan Sai, dan
294
KELAHI RAN UL ANG
Komentar Kasus
295
KELAHI RAN UL ANG
296
KELAHI RAN UL ANG
Bongkuch mulai bicara pada usia satu tahun enam bulan. Ia mengatakan
bahwa ia ingin pulang. Pertama kali ia bicara mengenai kehidupan
lampaunya terjadi saat ia tidur dan terbangun. Ia mengatakan bahwa ia
memiliki rumah lain. Saat ia mengatakan bahwa ini bukan rumahnya,
ayahnya marah. Tiga atau empat bulan kemudian, ia mengatakan
bahwa orangtuanya bukan ibu atau ayah aslinya. Ia mengatakan
bahwa ia hidup di Hua Tanon, dan ia memberitahukan nama orangtua
dahulunya. Ia mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Chan Man
(ia bermaksud mengatakan “Achan” atau guru). Ia mengatakan ia
tahu jalan menuju rumahnya sebelumnya, namun ia tidak dibawa ke
sana pada awalnya. Namun sekali waktu saat ayahnya membawanya
ke Paknam Po, bus berhenti di Hua Tanon dan Bongkuch menangis
minta turun. Ia memberi tahu seorang tetangga bahwa ia dibunuh
298
KELAHI RAN UL ANG
299
KELAHI RAN UL ANG
300
KELAHI RAN UL ANG
Sersan Phoo Thatman (usia 57 tahun) dari kepolisian, ingat akan kasus
pembunuhan itu, yang ia telah selidiki. Ia menguraikan luka tubuh
dan memastikan apa yang dikatakan Bongkuch mengenai bajunya—
kaos putih lengan pendek, celana pendek gelap, dan tidak pakai
topi. Ada pohon bambu sekitar dua puluh meter dari jasad. Beberapa
penangkapan dilakukan, namun sersan itu tidak bisa menceritakan
301
KELAHI RAN UL ANG
sejarah kasus tersangka itu. Dua saksi polisi lain mengatakan bahwa
jenasah memakai celana panjang.
Subjek kasus ini, Somkroon Meetuam, berusia tiga puluh lima saat
penyelidikan tahun 1963. Ia terlahir di Desa Bangmuang, Nakhon
Sawan, tempat ia masih tinggal di sana saat saya menemuinya. Ia
adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Orangtuanya bernama
Wan Meetuam dan Ub Meetuam.
302
KELAHI RAN UL ANG
usia enam tahun. Setelah itu, Suan pergi naik perahu ke Bangmuang
untuk menemui Somkroon. Somkroon melihatnya dalam perjalanan
ke sekolah dan langsung mengenalinya. Ia berlari menyongsongnya,
memanggilnya, “Ibu!”
303
KELAHI RAN UL ANG
304
KELAHI RAN UL ANG
305
KELAHI RAN UL ANG
Inilah yang terjadi. Nyonya Naomi Henry, ibu rumah tangga berusia
32 tahun di Exeter, ibu empat anak, disembuhkan dari kebiasaan
merokok oleh perawatan hipnosis oleh Tuan Henry Blythe dari
Torquay, Devon. Ahli hipnosis ini menemukan bahwa Nyonya Naomi
sebagai “subjek yang sangat menerima”, sedemikian rupa sehingga
tanpa memberitahunya tujuan eksperimennya, ia mulai serangkaian
sesi yang di dalamnya ia berhasil membawanya mundur sampai
melampaui kehidupannya yang sekarang.
306
KELAHI RAN UL ANG
Selang waktu berlalu, dan ia sekali lagi menjadi gadis Irlandia buta
huruf satu setengah abad yang lalu. Pernikahannya, katanya, terjadi
di Gereta St. John, di desa bernama “Grenner”. Beberapa fakta yang ia
ceritakan setelahnya memastikan adanya tempat itu, namun tidak ada
desa bernama “Grenner” yang terlacak. Akan tetapi, pada akhirnya,
beberapa dokumen yang bisa ditelusuri sampai abad ke-17 ditemukan
sebagai barang milik imam paroki, dan di dalam dokumen itu
disebutkan nama Gereja St. John di sebuah desa bernama Grennhalgh.
Nama itu dieja secara lokal seperti yang disebut Mary Cohan tadi yaitu
“Grenner”.
Saat Nyonya Henry keluar dari trans, ia tidak ingat apa yang terjadi
dan barulah ketika ia mendengar rekamannya, ia mengetahui tujuan
eksperimen ini. Keotentikan kasus ini tak bisa diragukan lagi.
Salah satu tokoh paling mengagumkan zaman ini adalah Edgar Cayce,
merupakan bukti yang bahkan lebih menonjol lagi. Terlahir di Christian
County, Kentucky, tahun 1877, sewaktu muda ia menderita gangguan
307
KELAHI RAN UL ANG
308
KELAHI RAN UL ANG
Saat diberi tahu apa yang tadi ia katakan dalam keadaan trans, Cayce
merasa sangat terguncang dari sebelumnya. Hal-hal terasa mulai
keterlaluan. Ia tidak pernah mendengar kata “karma” dan gagasannya
mengenai kelahiran ulang hanyalah keyakinan yang terkait dengan
beberapa agama “kafir”. Reaksi pertamanya adalah menghentikan
semua aksi ini, sebagai sesuatu yang gaib dan kemungkinan tidak
sesuai dengan iman Kristianinya.
309
KELAHI RAN UL ANG
sejumlah besar sejarah kasus dan catatan lain yang terkumpul selama
bertahun-tahun, dan catatan ini sampai sekarang masih diperiksa
dan dihubungkan oleh yayasan ini. Untuk informasi lebih lanjut
mengenai Edgar Cayce, karyanya dan sumbangsihnya ke kelahiran
ulang, pembaca dirujuk membaca buku Many Mansions karya Gina
Cerminara, “Edgar Cayce, Mystery Man of Miracles” karya Joseph Millard,
dan sejumlah tulisan yang diterbitkan Cayce Foundation.
310
KELAHI RAN UL ANG
“Pada tahun 1880, di Vera Cruz, Meksiko, ada anak berusia tujuh
tahun yang memiliki kekuatan menyembuhkan. Beberapa orang
disembuhkan oleh obat-obat dari sayuran yang diresepkan anak itu.
Saat ditanya dari mana ia mengetahui hal ini, anak itu mengatakan
bahwa ia dahulu adalah dokter hebat, dan dahulu namanya Jules
Alpherese. Kemampuan mengejutkan ini berkembang dalam dirinya
pada usia empat tahun.”
311
SENARAI ISTILAH
Āsava: Noda batin, luapan. Empat sifat yaitu nafsu indriawi, pandangan,
keberadaan, dan ketaktahuan—yang “mengalir keluar” dari batin dan
menciptakan banjir (ogha) lingkaran kematian dan kelahiran ulang.
Brahmā: Penghuni alam surga yang lebih tinggi dalam lingkup wujud
dan tanpa wujud.
Dhamma: (1) Peristiwa; aksi; (2) fenomena di dalam dan di luar; (3)
kualitas batin;(4) doktrin, ajaran; (5) Nibbāna (meski ada naskah
yang menyatakan Nibbāna sebagai ditinggalkannya segala dhamma).
Sanskerta: Dharma.
312
KELAHI RAN UL ANG
Kamma: (1) aksi yang diniati; (2) hasil dari aksi yang diniati. Sanskerta:
karma.
Pāḷi: Bahasa kitab suci ajaran Buddha paling tua yang masih ada.
313
SENARAI SINGKATAN
Naskah Pāḷi:
AN Aṅguttara Nikāya
Dhp Dhammapada
DN Dīgha Nikāya
MN Majjhima Nikāya
Mv Mahāvagga
SN Saṁyutta Nikāya
Sn Sutta Nipāta
Ud Udāna
Naskah Veda:
BAU Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad
ChU Chāndogya Upaniṣad
KaṭhU Kaṭha Upaniṣad
314
KELAHI RAN UL ANG
4900333833
YAYASAN EHIPASSIKO
085888503388
ehipassikofoundation
www.ehipassiko.or.id
315